2
Abstract
Insomnia was disability to sleep despite of desire to do so. Elderly which experience risk of tsleep pattern trouble caused some factor like for example
social pattern change, retired, couple live or close friend, medicine usage, disease which was in experiencing of elderly, trouble mood, anciety, trust to sleep, death,
and feeling which were negative represent the happening of insomnia indicator. At insomnia handling could be done by farmakology therapy like antihistamin
medicine owning side effects that was depends on will medicinize, elderly metabolism degradation, degradation of kidney function, and because the cognate
function damage. While at non farmakology medication like citronella aromatherapy and foot massage have the excess overcome the insomnia without
generating side effects. This research was purpose to identify the influence of foot massage and citronella aromatherapy to insomnia degradation at elderly. This
research was using Quasy experiment design with pre and post test with control. Sample was used in this research counted 30 samples, consisted of 15 group
control and 15 appropriate intervention group of criterion. This research was done in Pajang House of Surakarta and PMI Care House of Surakarta. The data analyze
was used paired sample t-test and independent sample t-test. Pursuant to research result show there was influence of foot massage and citronella aromatherapy to
insomnia degradation at elderly in Dharma Bhakti Pajang Retired House of Surakarta that was pre test group control with the experiment group have t
count
equal to 1,639 p-value = 0,112. Post test experiment group and control group have t
count
equal to 3,919 p-value = 0,001. Giving of foot massage therapy and citronella aromatherapy have effective in degrading insomnia level at elderly
shown with paired sample t-test result that pre test and post test insomnia experiment group obtained t
count
equal to 7,544 p-value = 0,000 pre test and post test insomnia control group obtained t
count
equal to 1,740 p-value = 0,104.
Keyword : Foot Massage, Citronella, Insomnia, Elderly
1. PENDAHULUAN
Penduduk di negara maju mempunyai usia harapan hidup lebih panjang dibandingkan dengan negara berkembang. Perbandingan tersebut berdasarkan
jenis kelamin menunjukkan usia harapan hidup masyarakat negara maju, lebih tinggi dari pada negara berkembang. Menurut laporan WHO tahun 2006
menunjukan usia harapan hidup wanita di Jepang mencapai 86 tahun, dan usia pria 79 tahun. Di Swiss usia harapan hidup wanita mencapai 83 tahun, dan pria
78 tahun. Amerika Serikat usia harapan hidup wanita mencapai 80 tahun, dan pria 75 tahun. Wanita di Vietnam dan Malaysia hanya mencapai 74 tahun, dan
pria 69 tahun. Sedangkan usia harapan hidup orang Indonesia lebih pendek, yaitu wanita hanya 69 tahun, sedangkan prianya 65 tahun. Menurut Undang-
Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang lansia menyebutkan bahwa usia tua adalah 60 tahun Nugroho, 2008. Proses teori menua lanjut usia adalah proses
yang alami setiap orang Atun, 2008. Kelanjutan dari usia dewasa adalah lansia atau lanjut usia merupakan proses yang alami dan sudah ditentukan oleh
3 Tuhan Yang Maha Esa. Jumlah dari penduduk lanjut usia akan bertambah dan
bahkan semakin lebih pesat dan cepat Nugroho, 2008. Hasil dari sensus penduduk tahun 2010, menunjukkan jumlah penduduk
lanjut usia di Indonesia adalah 18,57 juta jiwa, jumlahnya meningkat 7,93 dari tahun 2000, dengan jumlah 14,44 juta jiwa. Jumlah penduduk lanjut usia
di Indonesia diperkirakan terus meningkat sekitar 450.000 jiwa per tahunnya. Dengan ini pada tahun 2025 jumlah lanjut usia di Indonesia akan berjumlah
sekitar 34,22 juta jiwa BPS, 2010. Di wilayah Asia Tenggara, jumlah lansia terus meningkat dengan pesat dari 410 juta per tahun 2007 menjadi sekitar 733
juta di tahun 2025, di perkirakan menjadi 1,3 miliar di tahun 2050 Murwani, 2011.
Jumlah penduduk lansia yang berumur 65 tahun di Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, yaitu di tahun 2014 berjenis
kelamin laki – laki berjumlah 1.051.732 jiwa dan berjenis kelamin perempuan
berjumlah 1.315.202 jiwa dengan ini jumlah total keseluruhan yang berjenis kelamin laki
– laki dan perempuan di Provinsi Jawa Tengah berjumlah 2.366.934 jiwa Kemenkes RI, 2015.
Semakin bertambah usia akan menimbulkan perubahan struktur dan fisiologi serta berbagai seljaringanorgan dan menyebabkan sistem yang ada
pada tubuh manusia akan mengalami kemunduran atau perubahan-perubahan pada fisik, psikologis, serta sosial Nugroho, 2008. Pertambahan umur
manusia merupakan proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada waktu tidur. Pada proses penuaan, seseorang akan mengalami berbagai
masalah baik secara fisik, mental, serta sosio ekonomi. Insomnia atau gangguan tidur adalah salah satu gangguan yang terjadi pada lanjut usia atau
lansia Potter Perry, 2005.
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada keinginan untuk melakukannya. Keluhan insomnia mencakup ketidakmampuan untuk
tertidur, sering terbangun, ketidakmampuan untuk kembali tidur dan terbangun pada dini hari. Insomnia menyerang sekitar 50 orang yang berusia 65 tahun
bahkan lebih yang tinggal dirumah dan 66 lansia tinggal di panti Galea 2008. Lansia mengalami penurunan efektifitas tidur pada malam hari sebesar
70 - 80 dibandingkan dengan usia muda, dimana 1 dari 4 lansia yang berusia 60 tahun atau lebih mengalami gangguan insomnia Adiyati, 2010.
Menurut Francesco direktur program kesehatan dan masyarakat di University of Warwick Inggris mengatakan bahwa “masyarakat modern makin
kurang tidur”. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan sekitar 15 dari populasi mengalami insomnia cukup serius. Sebesar 10 penduduk di
Indonesia menderita insomnia, sering tidak terdiagnosis dan tidak diobati Widya, 2010. Kelompok lansia 60 tahun, ditemukan sekitar 7 kasus yang
mengeluh tentang masalah tidur, dalam 1 hari hanya dapat tidur tidak lebih dari 5 jam. Hal yang sama ditemukan 22 pada kasus kelompok usia 70 tahun.
Kelompok lansia sering mengeluh terbangun lebih awal di pukul 05.00 Firdaus, 2011.
Lansia yang beresiko mengalami gangguan pola tidur yang disebabkan beberapa faktor seperti misalnya perubahan pola sosial, pensiunan, pasangan
4 hidup atau teman dekat, penggunaan obat-obatan, penyakit yang di alami
lansia, gangguan mood, ansietas, kepercayaan untuk tidur, kematian, dan perasaan yang negatif merupakan indikator terjadinya insomnia Galea, 2008.
Pada penanganan insomnia dapat dilakukan terapi farmakologi dan non farmakologi, penanganan secara farmakologi seperti obat-obatan seperti
Antihistamin, Amitripilin, Tradozon, Klonazepam, dan Zolpidem Bain,2006. Sedangkan secara non farmakologi terapi pijat atau massage manipulative and
body based practice, dengan menggunakan obat tradisional ancient medical system Suardi, 2011.
Pada pengobatan non farmakologi memiliki kelebihan dibandingkan farmakologi, pengobatan farmakologi seperti obat-obatan memiliki efek
samping yaitu ketergantungan akan obat, penurunan metabolisme pada lansia, penurunan fungsi ginjal, dan menyebabkan kerusakan fungsi kognitif.
Sedangkan dalam pengobatan non farmakologi ada beberapa opsi teknik pengobatan, diantaranya ada aromaterapi sereh dan masase kaki Stanley,
2007.
Aromaterapi sereh salah satu terapi komplementer dapat juga untuk digunakan dalam mengatasi insomnia Kaina, 2006. Sereh merupakan jenis
rempah-rempah yang digolongkan seperti jenis rumput-rumputan, bisa bermanfaat juga sebagai obat tanaman herbal. Kandungan utama dalam sereh
yaitu minyak asitri yang terdiri dari sitrat, sitroneral, linalool, geraniol, a- pinen, kamfen, sabinen, mirsen, feladren beta, p-simen, limonen, cis-osimen,
terpinol, sitronelal, borneol, dan farsenol, yang memiliki efek menenangkan, menyeimbangkan, stimulansia, antidepresan dan efek vasodilator dari sereh
dapat membantu dalam peningkatan kualitas tidur Price, 2007.
Kandungan bahan diatas memberikan efek hangat, meredakan kejang- kejang, dan melemaskan otot Nuraini, 2014. Masase kaki merupakan terapi
non farmakologis, hanyalah menggunakan tangan manusia dan dapat dilakukan sendiri tanpa menggunakan bantuan fisik dari orang lain, dalam melakukan
masase pada otot – otot kaki maka dapat memperlancar sirkulasi darah,
memperlancar aliran darah ke jantung Pamungkas, 2010. Masase pada kaki dan diakhiri masase pada telapak kaki akan
merangsang dan dapat menyegarkan bagian kaki sehingga dapat memulihkan kembali sistem keseimbangan dan membantu relaksasi. Teknik pemijatan di
titik tertentu dapat menghilangkan sumbatan dalam darah, serta energi dalam tubuh akan kembali lancar Pamungkas, 2010. Terapi masase kaki adalah
upaya penyembuhan yang efektif dan aman, serta tanpa efek samping. Rasa rileks yang dapat mengurangi stres dan dapat memicu lepasnya endorfin, serta
membuat nyaman, dan zat kimia otak yang menghasilkan rasa nyaman tersendiri Azis, 2014. Pada pengobatan non farmakologi ini lebih aman dan
lebih ekonomis, karena tidak ada obat, tindakan pembedahan serta alat
– alat kedokteran yang tidak digunakan. Metode ini dirasa lebih aman untuk
digunakan karena kecilnya efek samping yang ditimbulkan Galea, 2008. Menurut penelitian yang dilakukan Azis 2014, yaitu penelitian untuk
mencari pengaruh terapi pijat massage terhadap tingkat insomnia pada lansia, dengan hasil penelitian di dapatkan ada pengaruh yang signifikan antara terapi
5 pijat massage terhadap tingkat insomnia pada lansia. Selain itu menurut
penelitian yang dilakukan oleh Adiyati 2010, yaitu penelitian untuk mencari pengaruh aromaterapi terhadap insomnia pada lansia, dengan hasil penelitian di
dapatkan terjadi penurunan derajat insomnia.
Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23 November 2015 di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Kadipiro Banjarsari
Surakarta dan Griya PMI Peduli Surakarta, di dapatkan hasil jumlah penduduk lansia yang tinggal di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Kadipiro Banjarsari
Surakarta ada 83 lansia dan Griya PMI Peduli Surakarta berjumlah 25 lansia. Hasil wawancara peneliti di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Kadipiro
Banjarsari Surakarta dari 15 lansia didapatkan 13 lansia mengalami gangguan tidur dan di Griya PMI Peduli Surakarta terhadap 10 lansia didapatkan 9 lansia
yang mengalami gangguan tidur.
Diantaranya mengeluh sering terbangun di malam hari dan tidak bisa tidur kembali, lama tidur kurang dari 4 jam 30 menit, dan perasaan ketika
bangun rata – rata tidak begitu segar. Rata-rata jam tidur lansia jam 22.00-
23.00 wib. Upaya yang dilakukan petugas Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Kadipiro Banjarsari Surakarta dan Griya PMI Peduli Surakarta tersebut dalam
menangani masalah ini adalah memberikan obat tidur, sedangkan pemberian obat tidur jangka panjang dapat mengakibatkan ketergantungan akan obat,
penurunan metabolisme pada lansia, penurunan fungsi ginjal, dan menyebabkan kerusakan fungsi kognitif yang tidak baik bagi kesehatan pada
lansia.
2. METODOLOGI