yang optimal, yaitu model
wind catcher
dengan
baffle
silang. Agus Jamaldi 2016 melakukan penelitian jenis nosel yaitu PJ32 dan TF6, maka
didapatkan tipe paling optimal adalah tipe TF6.
2. METODE
2.1 Diagram penelitian
Gambar 1. Diagram Alir
2.2 Tahapan Simulasi
Langkah – langkah simulasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian dimulai.
Mulai
Studi literatur
Kesimpulan Selesai
Membuat desain dari penggabungan antara cerobong optimal dan gedung
Membuat outlet pada dinding gedung
Membuat outlet pada ventilasi gedung
Melakukan proses running Melakukan validasi dengan penelitian Abdullah 2016
Membuat desain penggabungan antara wind catcher optimal, nosel, dan gedung dengan outlet pada ventilasi
gedung
Analisa Hasil dan pembahasan Melakukan variasi kecepatan, variasi
RH, variasi temperatur udara luar Melakukan proses running
4
2. Studi literatur yang bersumber dari jurnal dan hasil penelitian yang
sudah dilakukan sebelumnya yang isinya identik dengan penelitian yang dilakukan sekarang.
3. Pada penelitian ini, model gedung yang akan digunakan adalah gedung
setara Auditorium
HM. Djasman
yang ada
di Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Gambar gedung Auditorium H.M Djasman dapat dilihat pada gambar 2.
4. Langkah berikutnya membuat desain cerobong dan gedung
menggunakan
software solid work
, kemudian di input ke
softwareAnsys
15.0 dengan menambahkan domainbatas pada
wind catcher
dan gedung, meliputi domain diatas gedung yaitu 15 m, domain mengikuti
ukuran gedung yaitu tinggi = 10 m, panjang = 20,6 m dan lebar = 22 m.
Gambar 2. Gambar gedung Auditorium UMS dan gambar ansys gedung setelah ditambahkan
wind catcher
dan nosel. 5.
Setelah selesai, dilakukan
mesh high
sesuai penelitian Abdullah, kemudian
setting boundary condition
dengan
outlet
pada dinding 15
10
20,6 22
5
gedung dan
outlet
pada ventilasi gedung dapat dilihat pada gambar 3
.
Pada penelitian selanjutnya dilakukan
mesh medium
, kemudian
setting boundary condition
dengan
inlet
,
outlet
, dan
opening
seperti gambar 3 berikut.
a
b Gambar 3. a Gambar
outlet
pada ventilasi dan
outlet
pada dinding, serta b Gambar
Inlet
,
Outlet
, dan
Opening
6. Penelitian ini menggunakan konfigurasi nosel yang optimal yaitu
konfigurasi 11, sesuai dengan penelitian Sarjito 2012 sebagaimana gambar 4
Gambar 4. konfigurasi nosel 11 7.
Dilanjutnya variasi kecepatan inlet 0,5 ms; 1,5 ms; 2,5 ms; 3,5 ms; 4,5 ms dan 5,5 ms.
Tabel 1. Ringkasan
Boundary Condition
pada CFD Velocity inlet
velpro Outlet
Inlet Opening
Outlet Outlet
Outlet
6
V ref ms 0,5
– 5,5 Temperature °c
30 H ref m
17,1 Pressure outlet Pa
Time Steady State
Mass Faction 0,02614
8. Dengan kecepatan paling optimal 4,5 ms dapat digunakan untuk
variasi RH 5,10,15,dan25.Pada penelitian ini RH paling optimal pada RH 5.
Tabel 2. Ringkasan
Boundary Condition
pada CFD Velocity inlet
velpro V ref ms
4,5 Temperature °c
30 H ref m
17,1 Pressure outlet Pa
Time Steady State
Mass Faction 0,01307
9. Variasi temperatur udara luar pada pembagian wilayah kota di Indonesia
Jakarta, Denpasar, Jayapura, Mataram, Pontianak, Makasar, dan Manado memasukan nilai temperatur dan RH input sesuai dengan
prakiraan cuaca di Indonesia pada hari sabtu 1 oktober 2016. Tabel 3.Ringkasan
Boundary Condition
pada CFD Velocity inlet
velpro V ref ms
4,5 Temperature °c
26 – 29
H ref m 17,1
Pressure outlet Pa Time
Steady State Mass Faction
0,02156 - 0,02436
7
10. Kemudian dengan menggunakan
function calculator
menghitung hasil dari variasi kecepatan dan RH pada titik 5 m di atas lantai
seperti gambar berikut.
Gambar 5. CFD Post dengan titik 5 m di atas lantai 11.
Selanjutnya menggunakan
function calculator
menghitung hasil dari variasi temperatur udara luar pada plane 1,75 m di atas lantai seperti
gambar berikut.
Gambar 6. CFD Past dengan plane 1,75 m di atas lantai
12. Terakhir dilakukan analisa dan penarikan kesimpulan dari semua
proses simulasi yang sudah dilakukan dan penelitian selesai.
3. Hasil dan Pembahasan