17
menyebabkan biaya overhead tetap dibagi dengan jumlah unit barang yang meningkat,
sehingga biaya tetap per unit dan biaya barang terjual
cost of goods sold
dapat menurun. Penurunan harga pokok penjualan ini akan berdampak pada peningkatan margin operasi perusahaan.
Manipulasi aktivitas riil merupakan penyimpangan dari keputusan operasi perusahaan yang normal, sehingga lebih sulit dideteksi oleh auditor atau
pengawas pemerintah. Ketiga cara manipulasi aktivitas riil di atas dapat merupakan keputusan yang optimal dalam kondisi ekonomi tertentu.
Namun, jika manajer melakukan aktivitas-aktivitas tersebut secara lebih intensif daripada yang optimal maka disebut sebagai manipulasi aktivitas
riil. Roychowdhury, 2006; Cohen
et al
., 2008; Cohen dan Zarowin, 2010 .
2.3 Kondisi Keuangan Perusahaan
Rustamadji 2008 mengemukakan bahwa tingkat kesehatan suatu perusahaan yang telah
go public
penting untuk diketahui dan dimonitor oleh pihak-pihak yang berkepentingan di dalamnya. Kondisi keuangan perusahaan
diperlukan untuk melihat sehat atau tidaknya keuangan suatu perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan antara dua elemen dalam laporan
keuangan yang disebut dengan rasio. Contoh : rasio
Debt to Asset
DAR, DAR membagi total utang yang berasal dari neraca pada sisi pasiva dengan total aset
yang berasal dari neraca pada sisi aktiva. Perusahaan yang mengetahui kondisi perusahaan yang sebenarnya dapat membuat keputusan yang tepat dan dapat
18
melakukan langkah pencegahan jika perusahaan diprediksi dapat mengalami
financial distress
.
2.4 Analisis Rasio Keuangan
Menurut Munawir 2002, analisis rasio keuangan adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca,
laporan rugi-laba, dan laporan arus kas. Hasil dari analisis rasio keuangan dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan yang dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Analisis rasio keuangan dapat
memberi gambaran tentang baik atau buruknya keadaan suatu perusahaan, terutama jika angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding
sebagai tolak ukur. Menurut Riyanto 2001, terdapat dua rasio pembanding yang dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam menganalisis kondisi perusahaan yaitu :
1. Rasio tahun lalu
: Rasio keuangan perusahaan dibandingkan dengan rasio-rasio periode sebelumnya dari perusahaan yang sama.
2. Rasio rata-rata industri
: Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio yang sama dari perusahaan lain dan
sejenis untuk periode yang sama.
2.4.1 Rasio Keuangan
Terdapat banyak rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan perusahaan. Pada penelitian ini akan menggunakan rasio utang
terhadap aset DAR. Rasio ini menunjukkan seberapa banyak aset perusahaan yang didanai oleh kewajibanutang. Semakin besar rasio ini, maka semakin tinggi
19
risiko suatu perusahaan. Menurut Jiming dan Weiwei 2011, rasio DAR berpengaruh positif terhadap
financial distress
. Artinya, perusahaan dengan DAR yang tinggi akan semakin berisiko mengalami
financial distress.
Berikut adalah cara pengukuran DAR.
Total Utang DAR =
Total Aset
2.5 Financial Distress
Financial distress
atau kesulitan keuangan merupakan kondisi dimana perusahaan memiliki keuangan
yang tidak sehat atau mengalami krisis. Kondisi
financial distress
terjadi sebelum perusahaan akan mengalami kebangkrutan.
Suatu perusahaan dapat dikatakan menderita
financial distress
sejak tahun pertama aliran kas kurang dari kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo
Whitaker, 1999. Balwin dan Scott 1983 dalam Parulian 2007 berpendapat bahwa perusahaan yang melakukan pelanggaran terhadap kontrak utang
debt covenants
, dapat menjadi tanda awal bahwa perusahaan mengalami
financial distress
. Terdapat beberapa tahap dalam
financial distress
yang dialami oleh perusahaan yaitu
economic failure, business failure, technical insolvency, insolvency in bankruptcy,
dan
legal bankruptcy
Brigham dan Gapenski, 1997. Berikut ini adalah penjelasannya:
20 1.
Economic failure Economic failure
atau kegagalan ekonomi adalah keadaan dimana pendapatan perusahaan tidak dapat menutupi total biaya, termasuk
biaya modal. Perusahaan dapat melanjutkan kegiatan operasinya sepanjang kreditur bersedia untuk memberikan pinjaman dan pemilik
perusahaan bersedia menerima tingkat pengembalian
rate of return
di bawah pasar. Perusahaan yang mengalami
economic failure
masih memiliki kesempatan untuk dapat mengembalikan kondisi keuangannya
menjadi sehat kembali.
2. Business failure
Perusahaan dapat dikatakan mengalami
business failure,
apabila perusahaan
menghentikan kegiatan
operasinya. Perusahaan
menghentikan kegiatan operasinya karena perusahaan tidak memiliki dana yang cukup untuk melanjutkan kegiatan operasinya. Hal ini
disebabkan perusahaan mengalami kesulitan atau bahkan tidak dapat melunasi pinjaman yang dimiliki kepada pihak kreditur.
3.
Technical insolvency
Perusahaan dapat dikatakan dalam keadaan
technical insolvency,
jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban lancar yang jatuh tempo.
Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancar, secara teknis menunjukkan bahwa perusahaan mengalami masalah
likuiditas. Masalah likuiditas yang dialami perusahaan dapat bersifat
21
sementara yaitu perusahaan masih memiliki kesempatan untuk melunasi kewajiban yang dimiliki. Namun, masalah likuiditas yang
dialami perusahaan dapat bersifat permanen apabila
technical insolvency
merupakan gejala awal terjadinya kegagalan ekonomi.
4. Insolvency in bankruptcy
Perusahaan dapat dikatakan dalam keadaan
insolvency in bankruptcy,
jika nilai buku hutang perusahaan melebihi nilai pasar aset.
Insolvency in bankruptcy
merupakan kondisi yang lebih serius daripada
technical insolvency.
Hal ini dikarenakan
insolvency in bankruptcy
yang dialami perusahaan dapat menjadi tanda awal terjadinya
economic failure
dan dapat mengarah kepada likuidasi
perusahaan.
5. Legal bankruptcy
Perusahaan dapat dikatakan bangkrut secara hukum, jika secara resmi perusahaan telah dinyatakan bangkrut oleh pengadilan.
2.6 Penelitian Terdahulu