2. Kasus uji yang memberitahukan sesuatu tentang keberadaan atau tidaknya
suatu jenis kesalahan, daripada kesalahan yang terhubung hanya dengan suatu uji coba yang spesifik.
Black box testing menurut Romeo 2003:62, dilakukan tanpa pengetahuan detil struktur internal dari sistem atau komponen yang dites. Black
box testing juga disebut sebagai behavioral testing, specification-based testing, inputoutput testing atau functional testing. Black box testing berfokus pada
kebutuhan fungsional pada software, berdasarkan pada spesifikasi kebutuhan dari software. Dengan adanya black box testing, perekayasa software dapat
menggunakan sekumpulan kondisi masukan yang dapat secara penuh memeriksa keseluruhan kebutuhan fungsional pada suatu program. Black box testing bukan
teknik alternatif daripada white box testing. Lebih daripada itu, ia merupakan pendekatan pelengkap dalam mencakup error dengan kelas yang berbeda dari
metode white box testing. Kategori error yang diketahui melalui black box testing adalah:
1. Fungsi yang hilang atau tak benar.
2. Error dari antar-muka.
3. Error dari struktur data atau akses eksternal database.
4. Error dari kinerja atau tingkah laku.
5. Error dari inisialisasi dan terminasi.
2.9 Interaksi Manusia dan Komputer
Menurut Rizky 2007 Interaksi Manusia dan Komputer IMK dideskripsikan sebagai sebuah disiplin ilmu yang mempelajari desain, evaluasi,
implementasi dan sistem komputer interaktif untuk dipakai oleh manusia, beserta
studi tentang faktor- faktor utama dalam lingkungan interaksinya. Deskripsi IMK Rizky 2007 adalah suatu ilmu yang mempelajari perencanaan dan desain tentang
cara manusia dan komputer saling bekerjasama sehingga manusia merasa puas dengan cara yang paling efektif.
Menurut Rizky 2007 komponen-komponen penting dalam IMK yaitu interaksi, manusia, dan komputer. Interaksi adalah komunikasi yang terjadi antara
manusia dan komputer. Jenis-jenis komunikasi tersebut antara lain command entry, menus and navigation, forms and spreadsheets, question and answer
dialogue, natural language dialogue, windows icon menu pointer, dan direct manipulation. Komponen selanjutnya yaitu manusia yang dalam hal ini adalah
pengguna yaneg dapat berupa seorang atau sekelompok pengguna yang bekerja dalam sebuah tim atau organisasi dan saling berkaitan dalam mengerjakan tugas
tertentu. Manusia dalam konteks IMK yang juga harus diperhatikan adalah komputer. Komputer diartikan sebagai perangkat keras ataupun perangkat lunak
dari berbagai macam jenis yang nantinya berinteraksi dengan unsur manusia. Rizky 2007 menjelaskan bahwa sebelum memulai sebuah proses desain
interface, terdapat beberapa tip desain yang harus diperhatikan, antara lain: 1.
Memenuhi kaidah estetika Sebuah desain dapat disebut baik secara estetika jika 1 di dalamnya terdapat
perbedaan yang jelas dan kontras antar elemen dalam sebuah tampilan. Misalnya tampilan tombol yang berbeda warna dengan tampilan textbox, 2
terdiri dari beberapa kelompok yang jelas antara inpitan dan tombol proses, 3 antar elemen dan kelompok tampilan dipisah dengan alignment yang rapi,
4 sederhana dan tidak terlalu banyak aksesoris yang terkesan sia-sia.
2. Dapat dimengerti
Sebuah desain harus dapat dimengerti dengan cepat dari segi tampilan secara visual, fungsi yang akan ditonjolkan, penggunaan kata-kata yang singkat dan
jelas baik dalam tampilan maupun dalam perintah. Penggunaan metafora atau pemisalan yang berlebihan dalam sebuah fungsi harus dihindari.
3. Kompatibilitas
Sebuah desain interface harus dapat memenuhi kompatibilitas dari berbagai segi antara lain 1 kompatibilitas pengguna yaitu dapat digunakan oleh
pengguna dari kalangan yang lebih luas, baik berdasarkan strata pendidikan maupun berdasarkan usia, 2 kompatibilitas penggunaan yaitu dapat
memenuhi fungsi dan tujuan yang ingin dicapai dari perancangan sebuah perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan, 3 kompatibilitas
produk yaitu agar perangkat lunak dapat berjalan dengan baik di berbagai perangkat keras yang ada dan sistem operasi yang menjadi target aplikasi.
4. Komprehensif
Sebuah sistem yang baik akan membimbing penggunanya agar dapat dan lebih mudah memahami apa yang harus diperhatikan, bagaimana cara
melakukan sesuatu, kapan dan di mana melakukan sesuatu, dan mengapa harus melakukan sesuatu.
5. Konfigurabilitas
Sebuah sistem harus dapat dikonfigurasi ulang jika penggunanya menginginkan sesuatu berdasarkan fungsi tertentu.
6. Konsistensi
Memiliki konsistensi dalam penempatan dan pemilihan gaya komponen visual misalnya tombol atau icon yang seragam.
7. Kontrol pengguna
Pengguna dapat melakukan kontrol jika suatu saat terjadi kesalahan dalam proses serta pemilihan fungsi tambahan dari sebuah sistem. Hindari desain
yang nantinya akan membatasi pengguna dalam memilih tampilan tertentu. 8.
Efisein Desain dibuat seefisien mungkin, terutama dalam penempatan komponen,
misalnya penempatan tombol dalam sebuah panel yang dapat menarik perhatian pengguna.
9. Mudah dikenali
Gunakan antar muka yang sudah dikenal oleh penggunanya, misalnya penempatan icon cut, copy, paste secara standar dalam toolbar.
10. Toleransi
Tidak ada sebuah sistem yang sempurna, karenanya terdapat beberapa toleransi kesalahan yang mungkin terjadi. Usahakan agar terjadi sebuah pesan
yang dapat membimbing pengguna untuk keluar dari kesalahan yang terjadi. 11.
Sederhana. Lima cara untuk membuat desain sederhana dan tetap sesuai dengan
keinginan pengguna, yaitu 1 sembunyikan komponen visual jika tidak diperlukan, 2 sediakan pilihan standar, 3 minimalkan penggunaan
berbagai macam alignment, 4 usahakan agar fungsi yang sering digunakan terlihat, 5 perhatikan konsep konsistensi.
BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Identifikasi Masalah
Transaksi administrasi pasien pada Puskesmas Jagir Surabaya dilakukan setiap hari sesuai dengan banyaknya proses pelayanan pasien. Seringkali jumlah
pasien yang berobat sangat banyak, sehingga pencatatan administrasi tidak berjalan dengan baik. Hal ini menyebabkan munculnya kesalahan pencatatan data
yang tidak sesuai dengan kondisi real. Permasalahan yang dihadapi dalam proses administrasi pasien di
Puskesmas Jagir Surabaya adalah: 1.
Pencatatan data tidak sesuai dengan kondisi real. 2.
Data kunjungan di bagian unit pengobatan bisa berbeda dengan data di bagian pendaftaran.
3. Pencatatan data tidak efisien waktu, rekap disalin secara manual dan berulang-
ulang. 4.
Kesulitan dalam melakukan pencarian data pasien. 5.
Dokumen-dokumen kertas tidak memiliki salinan, sehingga rawan hilang dan rusak.
Berdasarkan uraian diatas maka diperlukan suatu rancang bangun sistem administrasi pasien pada Puskesmas Jagir Surabaya dengan pengolahan data yang
tepat, memberikan informasi yang bermanfaat dan mempersingkat pengolahan dan pelaporan informasi. Sistem administrasi pasien ini terdiri dari proses
49