waktu tersebut mirip dengan apa yang terjadi di dunia nyata, sebagian dari tanda-tanda waktu itu juga akan mencerminkan pengetahuan yang
terdapat di luar roman, sebagian dari tanda-tanda waktu tersebut mengambil bagian dalam proses pembentukan efek nyata dalam sebuah
cerita
c. Latar Sosial
Latar Sosial berhubungan dengan lingkungan kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam cerita. Itu dapat berupa sejarah, kebiasaan
hidup, adat istiadat, tradisi dalam masyarakat Schmitt dan Viala, 1984: 169. Selain itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang
bersangkutan, misalnya rendah, menengah atau atas. Latar sebagai salah satu unsur fiksi, sebagai fakta cerita, yang bersama
unsur-unsur lain membentuk cerita. Latar merupakan bagian cerita yang tak terpisahkan dar unsur-unsur pembangun roman yang lain.
4. Tema
Tema menurut Stanton dan Kenny via Nurgiyantoro 2012: 67 menyatakan bahwa tema adalah makna yang terkandung di dalam sebuah cerita.
Sedangkan menurut Hartoko dan Rahmanto via Nurgiyantoro 2012: 68 mengemukakan bahwa tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang
sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.
Adapun mengenai beberapa macam tema, Nurgiyantoro 2012: 82-83 mengemukakan bahwa terdapat 2 macam tema yaitu tema utama atau tema pokok
atau tema
mayor
dan tema tambahan atau tema
minor.
Tema tambahan berfungsi untuk menyokong dan menonjolkan tema utama atau tema pokok, menghidupkan
suasana cerita atau juga dapat dijadikan sebagai latar belakang cerita. Tema tambahan bisa lebih dari satu, sedangkan tema utama atau tema pokok tidak
mungkin lebih dari satu.
C. Keterkaitan Antarunsur Karya Sastra
Seperti kita ketahui bahwa sebuah roman itu merupakan suatu totalitas dari berbagai unsur-unsur yang membentuknya. Roman dibangun dari sejumlah unsur,
dan setiap unsur akan saling berhubungan secara saling menentukan, yang kesemuanya itu akan menyebabkan roman tersebut menjadi sebuah karya yang
bermakna, hidup. Tiap-tiap unsur pembangun dalam roman itu pun hanya akan bermakna jika ada dalam kaitannya dengan keseluruhannya. Dengan kata lain,
dalam keadaan terpisah dari totalitasnya, unsur-unsur tersebut tidak ada artinya, tidak berfungsi.
Keterjalinan yang terdapat dalam sebuah roman juga diungkapkan Barthes 1981: 12:
... ces trois niveaux sont liés entre eux selon un mode d’intérogation
progressive: une
fonction n’a de sens que pour autant qu’elle prend place dans l’action générale d’un actant: et cette action elle
-même reçoit son
sens dernier du fait qu’elle est narrée, confiée à un discours qui a son
propre code.
Ketiga tingkatan ini merujuk pada fungsi, tokoh, dan sudut pandang saling terikat satu dengan yang lain dengan mode interogasi progresif:
sebuah fungsi tidak memiliki makna jika tidak ada aktan yang ambil bagian dalam aksi keseluruhan, dan aksi ini sendiri menjadi bermakna
karena diceritakan, dipercayakan kepada wacana yang memiliki kodenya sendiri.
Melalui kutipan Barthes di atas dapat dipelajari bahwa alur berkaitan erat dengan aktan tokoh cerita. Tokoh-tokoh cerita, khususnya tokoh utama adalah
pembawa dan pelaku cerita, dan penderita peristiwa yang diceritakan. Dengan
demikian, tokoh-tokoh cerita inilah yang bertugas untuk menyampaikan cerita yang mengusung tema tertentu yang dimaksudkan oleh pengarang.
Adapun latar dalam sebuah roman merupakan tempat, waktu, dan keadaan sosial yang menjadi tempat tokoh melakukan atau dikenai suatu kejadian. Latar