2
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan dua penelitian yang revelan. Penelitian pertama yang dilakukan oleh Stephanie Bell tentang
“Project-based Learning pada abad 21 : Ketrampilan Untuk Masa Depan” [3]. Berdasarkan penelitian tersebut telah didapat bagaimana sistem pembelajaran abad
21 dengan menggunakan pendekatan Project-based Learning. Instruksi Project- based Learning dapat membantu siswa dalam menjembatani kesenjangan yang ada
dalam pengetahuan dan ketrampilan, sehingga tugas mudah untuk dikelola.
Penelitian kedua yang telah dilakukan oleh Veneranda Hajrulla tentang “Memfasilitasi Problem-based Learning melalui e-portofolio di EFL English as a
Foreign Language ”[4]. Penelitian tersebut menyimpulkan tentang mengubah cara
belajar dan mengajar dalam abad 21 dengan menggunakan Problem-based Learning. Potensi bahwa problem-based Learning dan e-portofolio bagus selama
membimbing siswa dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan penelitian dan jurnal yang berkaitan tentang pembelajaran abad 21. Pendekatan pembelajaran Challenge-based Learning yang akan
diimplementasikan pada Kurikulum 2013 di SMK N 3 Salatiga. Challenge-based Learning mempunyai tujuan yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Stephani Bell dan Venranda Hajrulla yaitu pembelajaran pada abad 21, tetapi yang membedakan pendekatan ini adalah dimana nanti siswa akan melakukan sebuah
temuan masalah seperti Problem-based Learning dan sebuah penelitian terstruktur seperti Project-based Learning yang akan dibantu oleh seorang pakar yang ahli
dalam bidangnya sesuai masalah dan penelitian yang akan diangkat oleh siswa. Maka dari itu penelitian akan dilakukan oleh siswa, dan siswa sendiri dapat
berperan aktif karena berhubungan langsung dengan pakar dan teknologi pembelajaran. Siswa akan terjun langsung ke lapangan untuk mencari suatu
masalah yang ada di lingkungan sekitar dan guru bisa menempatkan diri sebagai fasilitator yang akan membimbing siswa. Jadi siswa akan tetap terpantau pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian proses dan sumber belajar [1]. Definisi tersebut memiliki komponen-komponen : 1. teori dan pratek; 2.
desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian; 3. proses dan sumber; dan 4. untuk kepentingan belajar. Komponen teori dan praktek merujuk
pada teknologi pembelajaran yang memiliki landasan pengetahuan dari hasil kajian melalui riset dan pengalaman. Kegiatan praktek merupakan penerapan pengetahuan
dalam pembelajaran tertentu, terutama dalam memecahkan masalah pembelajaran. Teori dan praktek merupakan suatu hal terpenting dalam proses pembelajaran yang
akan menentukan tahap dari pembelajaran. Komponen desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian merupakan sistem dalam pembelajaran.
Komponen proses dan sumber adalah serangkaian kegiatan yang memanfaatkan sumber belajar untuk mencapai hasil belajar. Belajar adalah sebuah program belajar
oleh peserta didik yang ditujukan terjadinya belajar pada diri sendiri, sehingga masalah belajar dapat terpecahkan [1].
Desain pembelajaran sebagai suatu sistem yang menyeluruh,
mengindahkan teori dan hasil penelitian terkait dengan bagaimana seseorang
3 belajar dari lingkungan [5]. Selain itu, materi ajar sebagai informasi yang dikelola
untuk menetukan struktur dan penyajiannya, penerapan konsep sistem dan keterkaitan komponen didalamnya beserta keefektifan dan efisiensi bekerjanya
komponen sistem, serta penyertaan kemampuan manajerial dan jasa konsultasi membuahkan suatu desain pembelajaran yang mendalam dan dinamis. Desainer
pembelajaran tidak hanya berpikir tentang mendesain suatu pembelajaran, namun berperan pula dalam mengelola seluruh kegiatan desain pembelajaran. Jika
diperlukan, juga mampu berperan sebagai agen perubahan untuk menyampaikan inovasi yang terkandung dalam hasil atau produk dari desain pembelajaran.
Kurikulum 2013 Menurut Permendikbud no. 54 tahun 2013 tentang
Standart Kelulusan Nasional di Sekolah Menengah Kejuruan SMK yang terdiri dari 3 aspek [6] : 1 Sikap memiliki melalui menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, mengamalkan perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia jujur, santun, peduli, disiplin, demokratis, patriotik, percaya diri,
dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan dirinya sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia. 2 Ketrampilan memiliki melalui mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta kemampuan pikir dan tindak
yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri pada bidang kerja spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya. 3 Pengetahuan memiliki melalui mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi pengetahuan prosedural dan
metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian pada bidang kerja spesifik sesuai bakat dan minatnya.
Menurut Permendikbud no. 65 tahun 2013 terkait standart proses
pendidikan terdapat 14 prinsip pembelajaran agar standart kelulusan nasional dapat tercapai [7] : 1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; 3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah; 4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; 5. Dari pembelajaran parsial menuju
pembelajaran terpadu; 6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju 2 pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; 7.
dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; 8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal hardskills dan keterampilan mental
softskills; 9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; 10.
Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan ing ngarso sung tulodo, membangun kemauan ing madyo mangun karso, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran tut wuri handayani; 11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat; 12. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas. 13. Pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
4 pembelajaran; dan 14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang
budaya peserta didik.
Pembelajaran abad 21 adalah suatu pembelajaran yang terdapat dalam
Kurikulum 2013. Pengorganisasian pembelajaran pada abad 21 yaitu keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai, dan etika ke dalam empat kategori berikut [8] : 1 Cara
Berpikir : kreativitas dan inovasi, berpikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan belajar untuk belajar atau metakognisi. 2 Cara Kerja: komunikasi
dan kerja sama tim. 3 Alat Kerja: pengetahuan dan informasi umum literasi teknologi komunikasi ICT. 4 Kehidupan di Dunia: kewarganegaraan, kehidupan
dan karir, dan tanggung jawab pribadi dan sosial, termasuk kesadaran budaya dan kompetensi.
Challenge-based Learning merupakan salah satu pendekatan modern yang
dapat diterapkan pada struktur pembelajaran abad 21. CBL adalah pendekatan multidisiplin yang menarik untuk pengajaran dan pembelajaran yang mendorong
siswa untuk memanfaatkan teknologi yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari mereka untuk memecahkan masalah dunia nyata melalui upaya di rumah
mereka, sekolah dan masyarakat [9]. CBL juga menganut pembelajaran kolaboratif yang meminta siswa untuk bekerja dengan siswa lain, guru-guru mereka, dan ahli
dalam komunitas mereka dan di seluruh dunia untuk mengembangkan pengetahuan yang lebih, terutama dalam belajar pelajaran siswa, menerima dan mengatasi
tantangan, mengambil tindakan, berbagi pengalaman mereka, dan masuk ke dalam diskusi global tentang isu-isu penting yang terjadi dimasyarakat. CBL mempunyai
prioritas sendiri dalam hasil pembelajaran yang mereka buat yaitu [9] : 1 Sebuah kerangka kerja yang fleksibel untuk belajar dengan beberapa entry point. 2
Sebuah model scalable tanpa sistem proprietary atau langganan. 3 Menempatkan siswa bertanggung jawab atas pembelajaran mereka. 4 Berfokus pada tantangan
global dengan solusi lokal. 5 Mempromosikan penggunaan otentik teknologi. 6 Mengembangkan keterampilan abad ke-21. 7 Mendorong refleksi mendalam pada
pengajaran dan pembelajaran.
Menurut CBL terdapat tujuh kerangka penting untuk melakukan proses
pembelajaran. Kerangka yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran berlangsung, yang pertama adalah : 1 Ide Besar menurut penjelasan CBL
ditekankan Ide besar adalah suatu konsep umum yang bisa dieksplorasi dalam berbagai cara, menarik, dan memiliki kepentingan untuk siswa, dan masyarakat
yang lebih besar. 2 Pertanyaan penting berdasarkan desain, ide besar memungkinkan untuk bertahap dari berbagai pertanyaan penting yang
mencerminkan kepentingan siswa dan kebutuhan masyarakat mereka. Setiap kelompok akan mempersempit pikiran mereka untuk satu pertanyaan penting.
Setelah siswa dapat menemukan ide besar siswa berlanjut untuk membuat pertanyaan terkait ide besar yang siswa munculkan,yang selanjutnya untuk
membimbing gagasan besarnya. 3 Tantangan dari pertanyaan penting, tantangan ringkas diartikulasikan meminta peserta didik untuk menciptakan solusi spesifik
yang akan menghasilkan solusi, dan tindakan yang berarti. 4 Membimbing pertanyaan, aktivitas pertanyaan, mencari sumber. Pertanyaan membimbing
mewakili pengetahuan yang dibutuhkan untuk berhasil mengembangkan solusi dan menyediakan peta untuk proses pembelajaran. Peserta didik mengidentifikasi
5 pelajaran, simulasi, kegiatan, dan sumber daya konten, untuk menjawab pertanyaan
membimbing dan mengatur dasar bagi mereka untuk mengembangkan solusi inovatif, berwawasan, dan realistis. Membimbing pertanyaan, guru yang berperan
sebagai fasilitator diharapkan untuk mengarahkan siswa agar solusi dari mereka tetap relevan dan dapat dipertanggung jawabkan. Aktivitas pertanyaan, guru tetap
mengarahkan aktivitas yang dilakukan oleh siswa agar solusi yang mereka dapat adalah realkenyataan, yang tetap inovatif dan berwawasan. Mencari sumber, disini
guru bisa menambah wawasan siswa dengan mengundang pakar atau siswa terjun langsung untuk menemui seseorang yang berada pada lingkungan sekitar yang
mereka anggap lebih tahu untuk mendapatkan informasi yang lebih jauh. 5 Solusi setiap pertanyaan tantangan harus bisa mengandung sesuatu yang kongkrit, yang
dapat dipertanggung jawabkan, dapat ditindaklanjuti dan dapat disajikan dalam bentuk video dokumenter secara singkat. 6 Penilaian setiap tantangan dinyatakan
cukup luas untuk memungkinkan berbagai solusi untuk dicapai. Setiap solusi harus bijaksana, sesuatu yang kongkrit, jelas diartikulasikan dan ditindaklanjuti di
masyarakat setempat. Selain solusi, proses yang individu serta tim melalui pencarian informasi dalam mendapatkan solusi yang juga dapat dinilai, menangkap
pengembangan keterampilan kunci abad ke-21. 7 Penerbitan pelaksanaan memungkinkan peserta didik untuk menguji solusi mereka di lingkungan yang
otentik. Ruang lingkup pelaksanaan dapat sangat bervariasi tergantung pada waktu dan sumber daya, tapi bahkan upaya terkecil untuk menempatkan rencana ke dalam
tindakan dalam pengaturan kehidupan nyata sangat penting. Proses Tantangan memungkinkan beberapa kesempatan untuk mendokumentasikan pengalaman dan
mempublikasikan lingkungan yang lebih luas. Siswa didorong untuk mempublikasikan hasil mereka secara online, dan meminta tanggapan. Ini
digunakan untuk memperluas diskusi siswa agar dapat memantapkan solusi.
Semua elemen secara garis besar Challenge-based Learning dimulai dengan ide besar kemudian memunculkan sebuah pertanyaan penting, tantangan,
membimbing pertanyaan, membimbing kegiatan, menambah sumber daya, menentukan dan mengartikulasikan solusi, mengambil tindakan dengan
menerapkan solusi, dan mengevaluasi hasil. Proses ini juga mengintegrasikan kegiatan yang sedang berlangsung seperti refleksi, penilaian, dan dokumentasi.
Sehingga proses yang akan dikeluarkan diharapakan memenuhui tuntutan kebutuhan dalam proses pembelajaran di abad 21 ini.
3.
Metode Penelitian
Penelitian tentang penerapan pendekatan Challenge-based Learning ini akan menggunakan metode Kualitatif Deskriptif. Penelitian Kualitatif adalah
berdasar pada pondasi penelitian, kriteria penelitian, perumusan masalah, tahap- tahap penelitian, kriteria dan teknik pemeriksaan data dan analisis penafsiran data
[10]. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan yang sebenarnya tentang suatu variabel, gejala, atau
keadaan yang terjadi [11].
Rancangan penelitian ini akan langsung menerapkan pendekaatan pembelajaran Challenge-based Learning dan menggunakan tahapan penelitian
6 Creswell yang diharapkan akan menunjang kognitif, afektif, dan psikomotorik
siswa didalam kelas. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara memberi pertanyaan dalam wawancara, observasi secara langsung, serta
dokumentasi. Wawancara digunakan untuk mengukur proses pembelajaran dalam kelas dan observasi digunakan untuk mengamati proses siswa ketika pembelajaran
dalam penerapan pendekatan pembelajaran Challenge-based Learning berlangsung dan untuk mengetahui penerapan proses pembelajarn abad 21 serta dokumentasi
guna mendukung proses wawancara dan observasi secara langsung.
Penelitian ini dilaksanakan melalui 6 tahapan seperti yang dikutip dari Creswell dalam Semiawan [12] . Berikut ini adalah tahapan penelitian
Gambar 1
Tahapan Penelitian Creswell Sesuai pada gambar proses penelitian yang pertama adalah proses identifikasi
masalah, identifikasi masalah menyangkut spesifikasi isu atau gejala yang hendak dipelajari. Bagian ini juga memuat penegasan bahwa isu tersebut layak diteliti.
Berdasarkan identifikasi masalah yang terjadi di SMK N 3 Salatiga dengan observasi terlebih dahulu dengan mengamati terjadinya proses pembelajaran yang
berlangsung. Proses pengamatan selanjutnya akan dilakukan wawancara pra penelitian untuk memperkuat identifikasi masalah yang terjadi. Sumber wawancara
akan dipilih sebagai informan, seperti Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum, beberapa guru Produktif serta guru Simulasi Digital.
Penelusuran kepustakaan, bagian ini akan mencari bahan bacaaan, jurnal yang memuat bahasan dan teori tentang topik yang akan diteliti. Bagian kedua
menuntut sebuah penelitian dimana akan mencari sebuah ulasan pada kajian teori untuk memperkuat suatu masalah. Penelurusan kepustakaan berguna agar
menjawab sebuah hal yang akan diangkat.
Maksud dan tujuan penelitian ini sebagai acuan atau pedoman saat dilakukan penelitian agar tidak keluar dari batasan masalah. Tujuan dilakukan penelitian ini
sebagai solusi dari masalah yang muncul dalam proses pembelajaran dalam kelas pada Kurikulum 2013. Kebutuhan guru yang semakin meningkat pada tuntutan
Kurikulum 2013 sebagai alasan dilakukannya penelitian ini.
1
• Identifikasi Masalah
2
• Penulusuran Keputusan
3
• Maksud dan Tujuan penelitian
4
• Pengumpulan Data
5
• Analisa dan Penafsiran Data
6
• Pelaporan
7 Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh suatu informasi.
Memperoleh informasi dibutuhkan partisipan, agar penelitian ini berjalan dengan baik, sebelum pengumpulan data karena ini sebuah implemetasi pembelajaran, akan
dilakukan pembuatan desain strategi pembelajaran.
Tabel 1 Kegiatan Pembelajaran Challenge-based Learning
Deskripsi Kegiatan Pertemuan 1
Pembentukan kelompok
Guru menjelaskan tentang aturan selama pembelajaran Challenge-based
Learning berlangsung
Guru memberikan sebuah video yang berhubungan dengan kelistrikan sepeda motor
Guru mempersilahkan siswa untuk berdiskusi untuk mencari sebuah
masalah yang berkaitan tentang video yang sudah diperlihatkan dan
membuat pertanyaan untuk mengatasi masalah tersebut yang berhubungan dengan kelistrikan pada sepeda motor Ide Besar
Guru meminta siswa membuat solusi sementara
Pertemuan 2
Guru berdiskusi dengan siswa terkait indikator penilaian
Guru akan membimbing siswa dari pertanyaan yang telah dibuat dan
mengaplikasikan sumber yang telah didapat oleh kelompok Menyusun Pertanyaan Penting
Guru meminta siswa agar membuat solusi yang sudah untuk diuji coba ke
lingkungan sekitar Pertemuan 3
Guru memberi sebuah tantangan kepada siswa yaitu membatasi
perlengkapan yang dipakai harus dari barang yang sudah tidak terpakai dan harus meminimalkan biaya project Tantangan
Siswa menyusun pengerjaan project akhir
Siswa melakukan presentasi
Guru mengkoreksi sementara hasil dari presentasi Membimbing
Pertanyaan dan Aktivitas Pertanyaan
Guru meminta siswa untuk membuat sebuah blog untuk
mendokumentasikan kegiatan Pertemuan 4
Guru memberikan tantangan yang kedua berupa project yang dibuat
harus bisa dimanfaatkan bagi lingkungan sekitar Tantangan
Guru meminta siswa untuk berkelompok secara acak
Guru meminta siswa mencari sumber terkait Mencari Sumber
Siswa dipersilahkan langsung ke tempat uji coba untuk
mengimplementasikan solusi yang dibuat Pertemuan 5
Guru langsung meminta siswa untuk terjun ke lapangan untuk membuat
project dan melakukan uji coba
Guru meminta siswa untuk mengevaluasi project Refleksi
8
Guru meminta siswa untuk selalu memposting hasil dari setiap kegiatan
Guru meminta siswa untuk bertanya kepada seorang pakar yang lebih
mengerti tentang apa yang akan dibuat oleh siswa Mencari Sumber Pertemuan 6
Guru membimbing siswa dalam proses evaluasi dan pembuatan
makalah Solusi dari Aktivitas Pertanyaan Pertemuan 7
Guru melihat hasil dari makalah yang telah dibuat oleh siswa pada blog
kelompok masing-masing Penerbitan
Guru memperlihatkan progres siswa selama melakukan kegiatan pembelajaran
Penilaian Pertemuan 8
Guru memberikan sedikit evaluasi tentang apa yang dibuat oleh siswa
Guru memberikan sedikit penjelasan tentang materi listrik dasar otomotif
yang berhubungan apa yang dibuat oleh siswa Tahap kelima, analisis dan penafsiran data. Data yang diperoleh dari
pengumpulan data akan dianalisis. Bagian analisis ini biasanya menyangkut klasifikasi dan pengkodean data. Data yang begitu banyak diringkas, diklasifikasi,
dan dikategorikan. Ide-ide yang memiliki pengertian yang sama disatukan.
Tahap keenam, tahap terakhir ini adalah pelaporan. Pelaporan digunakan sebagai sajian akhir dari sebuah penelitian untuk dipertanggung jawaban dari hasil
penelitian. Laporan hasil penelitian akan dipaparkan dan dijelaskan sehingga bermanfaat bagi semua orang.
Lokasi untuk mengimplementasikan pendekatan pembelajaran akan
dilaksanakan di SMK N 3 Salatiga pada kelas XI Teknik Sepeda Motor 3, ini dikarenakan SMK N 3 Salatiga merupakan sekolah yang masih tergolong baru
berkembang. Penerapan kurikulum 2013 juga sebagai alasan pemilihan lokasi penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh dari 3 kelas yaitu XI TSM 1 nilai rata-
rata dikelas adalah 79 sedangkan kelas XI TSM 2 nilai rata-rata kelas adalah 81 dan kelas XI TSM 3 nilai rata-rata adalah 77. Alasan memilih kelas tersebut
dikarenakan nilai rata-rata kelas yang tergolong rendah. Sesuai topik yang diajukan
yaitu “Penerapan Pendekatan Challenge-based Learning pada Kelas XI Teknik Sepeda Motor 3 di SMK Negeri 3 Salatiga
” diharapkan mampu untuk diterapkan dalam proses pembelajaran sesuai kurikulum yang berlaku.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan antara lain [13] : 1
Wawancara digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait kebutuhan guru dalam tahapan proses pembelajaran. Selain itu wawancara juga dilakukan untuk
mengetahui analisa kebutuhan yang dibutuhkan murid, sehingga kegiatan proses belajar mengajar sesuai metode dan pendekatan pembelajaran. 2 Lembar
observasi, data yang diperoleh dari penerapan pendekatan Challenge-based Learning akan mengarah pada aspek kognitif, afektif, serta psikomotorik. Adapun
lembar observasi yang digunakan untuk aspek kognitif mengacu pada buku Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen dan mengembangkan Analisa Konsep
Sketsa Pembelajaran Nutrisi dalam tabel Taksonomi Bloom, dan untuk aspek Afektif serta Psikomotorik mengacu pada buku Pengembangan dan Implementasi
9 Kurikulum 2013. 3 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dalam
penelitian untuk memperoleh data yang bentuknya catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, dokumen, peraturan, agenda, dan lain sebagainya. Teknik
pengumpulan ini digunakan untuk memperoleh data visi dan misi dari sekolah, daftar siswa, catatan pelengkap sebagai acuan untuk hasil penelitian yang dilakukan
di SMK N 3 Salatiga. Dokumentasi juga dapat berupa sebuah foto atau video untuk dipertanggungjawabkan.
Teknik analisis data dalam penelitian ini antara lain : 1 Reduksi data. 2
Penyajian data. 3 Penarikan kesimpulan. Selain itu juga menggunakan teknik analisis data Trianggulasi.
4. Hasil dan Pembahasan