ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Alokasi Belanja Modal (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Jawa Timur Periode Tahun 2010-2014).

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL

(Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Jawa Timur Periode Tahun 2010-2014)

N JUDUL

Disusun sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Strata I pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Oleh:

PUTRI TRI KURNIATI B 200130264

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL

(Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Jawa Timur Periode Tahun 2010-2014)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Khusus (Khusus), belanja pegawai, dan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) terhadap alokasi belanja modal pada Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Timur pada periode tahun 2010-2014. Populasi dari penelitian ini adalah laporan realisasi APBD seluruh Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Timur pada periode tahun 2010-2014. Pengambilan sampel penelitian dengan purposive sampling dan didapatkan 11 kabupaten dan 3 kota, dengan 5 tahun amatan. Sehingga total sampel yang diteliti adalah 70. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji asumsi klasik dan kemudian dilakukan uji hipotesis dengan metode regresi linear berganda dengan uji t, uji F, dan koefisien determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan asli daerah dan belanja pegawai berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. Sementara itu, variabel dana bagi hasil, dana alokasi khusus, dan sisa lebih perhitungan anggaran tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal.

Kata Kunci: Alokasi Belanja Modal, PAD, DBH, DAK, Belanja Pegawai, SiLPA.

Abstract

The aim of this research is to analyze the influence oflocally generated revenue (PAD), revenue sharing (DBH), special allocation fund (DAK), personnel expenditure, and remaining balance budget (SiLPA) on the capital expenditure in the local government and city district East Java in the period 2010-2014. The population of this research is budget realization report all of districts and cities in East Java in the period2010-2014. Research sampling used purposive sampling technique and found 11 districtsand 3 cities, with 5 years of observation. So, the total sample studied was 70. The collected data was analyzed using classic assumption test and then do hypothesis test. Testing the hypotesis in this study using multiple regression analysis with t-test, F, and the coefficient of determination. The results indicate thatlocally generated revenue and personnel expenditurehave a significant influence on the capital expenditure. Meanwhile, revenue sharing, special allocation fund, and remaining balance budgetdon’t have significant influence on the capital expenditure.


(6)

1. PENDAHULUAN

Dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Revisi dari UU No. 32 Tahun 2004) menyatakan bahwa otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Akibat hal ini maka terjadi pembaharuan dan evolusi dalam berbagai bidang pemerintahan, termasuk bidang keuangan pemerintah daerah, salah satunya dalam meningkatkan pelayanan di berbagai sektor, terutama sektor publik. Pemerintah daerah harus mengalokasikan sejumlah dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk menambah aset tetap daerah. Dengan demikian, alokasi dana yang digunakan untuk membiayai berbagai program dan kegiatan dapat memberikan manfaat yang benar-benar dirasakan masyarakat layanan yang berorientasi pada kepentingan publik (PP No. 58 Tahun 2005).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, salah satu sumber pendapatan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Dengan meningkatnya PAD diharapkan meningkatkan investasi belanja modal pemerintahan daerah sehingga kualitas pelayanan publik semakin baik dan meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan.

Dana yang bersumber dari pendapatan tertentu APBN yang dialokasikan kepada Daerah penghasil berdasarkan angka persentase tertentu dengan tujuan mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah adalah Dana Bagi Hasil (UU No.23 Tahun 2014). DBH yang ditransfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah terdiri dari 2 jenis, yaitu DBH pajak dan DBH bukan pajak (sumber daya alam).

Dana lain yang merupakan salah satu bagian dari dana transfer oleh pemerintah pusat adalah Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana alokasi khusus merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Daerah (UU RI No. 23 tahun 2014).


(7)

Dalam UU RI No. 13 Tahun 2005, belanja pemerintah pusat menurut jenis adalah semua pengeluaran negara yang digunakan untuk membiayai belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain. Belanja pegawai adalah semua pengeluaran negara yang digunakan untuk membiayai kompensasi dalam bentuk uang atau barang yang diberikan kepada pegawai pemerintah pusat, pensiunan, anggota Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan pejabat negara, baik yang bertugas di dalam negeri maupun di luar negeri, sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 dinyatakan bahwa SiLPA merupakan salah satu sumber pembiayaan selain dana cadangan, penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pinjaman daerah. SiLPA dapat digunakan sebagai dana pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung, yaitu belanja pengawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal. Jumlah SiLPA yang ideal dapat digunakan sebagai salah satu dasar evaluasi terhadap pelaksanaan program kegiatan pemerintah daerah kabupaten/kota. Pelampauan target SiLPA yang bersumber dari pelampauan target penerimaan daerah dan efisiensi suatu anggaran sangat diharapkan.

2. METODE PENELITIAN

Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi penelitian ini berupa data Laporan Realisasi APBD pada seluruh Pemerintahan Daerah Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Timur, dengan rentang tahun lima tahun yaitu tahun 2010-2014. Jawa Timur memiliki 19 kabupaten dan 9 kota. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Pada penelitian ini sampel yang diambil dengan kriteria sebagai berikut: (1.) Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Timur. (2.) Kabupaten dan kota yang mempublikasikan Laporan Realisasi APBD di website resmi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. (3.) Kabupaten dan kota yang melaporkan Laporan Realisasi APBD secara rutin dari tahun 2010 hingga 2014. (4.) Kabupaten dan kota yang melaporkan Laporan Realisasi APBD dengan data-data yang dibutuhkan penulis. (5.) Kabupaten dan kota yang tidak melaporkan Laporan Realisasi APBD dengan format SAP.


(8)

Definisi dan Operasional Variabel

Variabel Alokasi Belanja Modal (variabel dependen), PAD, DAK, Belanja Pegawai dan variabel SiLPA diukur berdasarkan nilai yang telah disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur. Untuk variabel DBH diukur berdasarkan jumlah dari BDH Pajak dan DBH Bukan Pajak (SDA).

Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda (Multiple Linier Regression Method). Analisis ini digunakan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model persamaan regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah:

ABM = Keterangan:

ABM =Alokasi Belanja Modal α = Konstanta

= Koefisienregresi

PAD = Pendapatan Asli Daerah DBH = Dana Bagi Hasil

DAK = Dana Alokasi Khusus BP = Belanja Pegawai

SiLPA = Sisa Lebih Perhitungan Anggaran

= Kesalahan Residual

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik

Masalah yang umum terjadi dalam model regresi linier berganda yaitu uji multikolineritas, uji normalitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas. Maka, dilakukan uji asumsi klasik mengenai keberadaan masalah tersebut.

Uji Normalitas

Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Kolmogrov-Smirnov dengan tingkat signifikan 0,05. Hasil Kolmogrov-Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,818 dimana nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,515. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan model regresi dalam penelitian memiliki sebaran data normal

Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat besarnya Tolerance Value dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai VIF pada hasil uji multikolinearitas model regresi untuk semua variabel independennya


(9)

kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 atau 10%. Dengan demikian, dapat dibuktikan bahwa pada model regresi tidak terdapat gejala multikolinearitas. Uji Heterokedastisitas

Pengujian heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji park. Berdasarkan hasil uji park yang dilakukan, nilai signifikansi menunjukkan lebih besar dari 0,05 maka diketahui bahwa tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan nilai mutlak residual sehingga menunjukkan tidak adanya masalah heterokedastisitas dalam model regresi.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi sebelumnya dilakukan dengan uji Durbin-Watson terlebih dahulu, namun nilai hitung Durbin-Watson lebih kecil daripada nilai tabel Durbin-Watson sehingga model regresi dalam penelitian ini mengandung masalah autokorelasi. Masalah tersebut kemudian diatasi menggunakan Runs Test. Berdasarkan Uji Runs Test dapat diketahui bahwa Runs Z sebesar -0,722 dimana nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,470. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan model regresi dalam penelitian terbebas dari permasalahan autokorelasi.

Pembahasan Hasil Uji Hipotesis

Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap alokasi belanja modal Variabel PAD memiliki nilai t hitung sebesar 4,214 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, sehingga menerima . Hal ini berarti bahwa PAD berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. Dengan hasil tersebut mengindikasikan bahwa infrastruktur dan sarana prasarana yang ada di daerah berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan sarana dan prasarana memadai maka masyarakat dapat melakukan aktivitas sehari-harinya dengan tingkat produktivitas yang semakin meningkat, selain itu akan menarik investor untuk membuka usaha di daerah tersebut.

Dana Bagi Hasil (DBH) tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal Variabel DBH memiliki nilai t hitung sebesar -0,210 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,834 > 0,05, sehingga menolak . Hal ini berarti bahwa DBH tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. Artinya DBH yang diterima oleh pemerintah daerah memang tidak dialokasikan untuk belanja modal. Pemerintah daerah memiliki kewenangan dalam penentuan alokasi belanja dari dana bagi hasil. Namun tetap terdapat pengecualian untuk dana bagi hasil minyak


(10)

bumi dan gas bumi yang sebagian dananya ditujukan untuk anggaran pendidikan dasar. Selain itu dana bagi hasil kehutanan yang berasal dari dana reboisasi, sebesar 40% dianggarkan untuk rehabilitasi hutan/lahan (Jiwatami, 2013).

Dana Alokasi Khusus (DAK) tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal

Variabel DAK memiliki nilai t hitung sebesar -1,652 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,104> 0,05, sehingga menolak . Hal ini berarti bahwa DAK tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. Dengan kata lain DAK bukan merupakan faktor penentu alokasi belanja modal pemerintah daerah. Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Timur perlu lebih banyak mengalokasikan DAK untuk membiayai belanja modal, diantaranya untuk pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat seperti sekolah dan puskesmas.

Belanja pegawai berpengaruh terhadap alokasi belanja modal

Variabel belanja pegawai memiliki nilai t hitung sebesar 4,263 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, sehingga berhasil menerima . Hal ini berarti belanja pegawai berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. Belanja pegawai menjadi salah satu alokasi belanja yang sifatnya mendesak karena terkait pembayaran ke aparat pemerintah daerah dan jumlah yang signifikan menggerus porsi belanja APBD. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan dengan salah satu prioritas pada urusan yang sifatnya wajib. Salah satu urusan wajib adalah bidang pendidikan, sehingga belanja untuk gaji guru telah dilakukan untuk mendukung pelaksanaan urusan daerah.

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) terhadap alokasi belanja modal Variabel SiLPA memiliki nilai t hitung sebesar 1,879 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,065 > 0,05, sehingga menolak . Hal ini berarti bahwa SiLPA tidak berpengaruh terhadap pengalokasian belanja modal. SILPA tahun sebelumnya yang merupakan penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari pada realisasi belanja, mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung (belanja barang dan jasa, belanja modal dan belanja pegawai) dan mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan.


(11)

4. PENUTUP Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan, maka hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: PAD dan Belanja Pegawai berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. DBH, DAK dan SiLPA tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal.

Keterbatasan

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa keterbatasan diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Penelitian hanya menggunakan objek penelitian pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Timur. (2) Penelitian menggunakan data dengan rentang waktu lima tahun. (3) Penelitian hanya berdasarkan data kuantitatif, yaitu data realisasi anggaran pada akhir tahun anggaran selain itu tidak melibatkan variabel non keuangan. (4) Penelitian menggunakan satuan rupiah dalam variabel belanja pegawai.

Saran

Atas dasar simpulan serta keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan rekomendasi sebagai berikut: (1) Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas objek penelitianyaitu tidak terbatas hanya pada Provinsi Jawa Timur, sehingga hasil penelitiannya lebih mungkin untuk disimpulkan secara umum. (2) Menggunakandata yang mempunyai rentang waktu yang lebih dari lima tahun sehingga lebih mampu untuk dapat dilakukan generalisasi atas hasil penelitian tersebut. (3) Melibatkan variabel lainnya, karena pada dasarnya masih banyak faktor-faktor lain yang memengaruhi Alokasi Belanja Modal, seperti ukuran-ukuran atau jenis-jenis penerimaan pemerintah daerah lainnya maupun variabel non keuangan seperti kebijakan pemerintah atau kondisi makroekonomi. (4) Menggunakan rasio belanja pegawai atau delta belanja pegawai, sehingga hasil penelitian lebih konsisten.

DAFTAR PUSTAKA

Aprizay, dkk (2014). “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Terhadap Pengalokasian Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh”. Jurnal Akuntansi, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. ISSN 2302-0164 pp 140- 149 volume 3.

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.


(12)

Davey.K.J. 1980. Pembiayaan Pemerintah: Praktek-Praktek Internasional dan Relevansinya Bagi Dunia Ketiga. Jakarta: UI Press.

Devas, Nick, et.al. 1989. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. Jakarta: UI-Pres.

Farel, Rully. (2015). “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belanja Moda di Kabupaten Bogor”.Signifikan Vol. 4 No. 2.

Febriana, Imas Sherli dan Sugeng Praptoyo. 2015. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belanja Modal pada Provinsi Jawa Timur”. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 9.

Ghozali, Imam. 2011.Aplikasi Analisi Multivariat dengan Program IBM SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisi Multivariat dengan Program IBM SPSS 20 Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisi Multivariat dengan Program IBM SPSS 21 Edisi 7. Semarang: Universitas Diponegoro.

Halim, Abdul. 2014. Manajemen Keuangan Sektor Publik Problematika Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah (Anggota Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah). Jakarta: Salemba Empat.

Harun. 2009. Reformasi Akuntansi dan Manajemen Sektor Publik Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Jiwatami, S. 2013. Pengaruh Kemandirian Daerah, Dana Perimbangan, dan BelanjaPegawai terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah (Pada Kabupaten/Kotadi Indonesia Periode 2008-2012). Makalah pada Simposium Nasional Akuntansi XVI Mataram.(Artikel ke-146).

Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: Erlangga Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.

Mawarni, dkk. 2013. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal Serta Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Studi pada Kabupaten dan Kotadi Aceh)”. Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, pp. 80- 90. Volume 2, No.2, Mei. ISSN 2302-0164.

Mayasari, Luh Putu Rani, dkk. 2014. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten Buleleng”. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1, Volume: 2 No. 1.

m.madiunpos.com/2015/12/22/ekonomi-jatim-2016-pertumbuhan-ekonomi-jawa-timur-bisa-tembus-62-673741

Nurlis. 2016. The Factors Affecting of the Capital Expenditure Allocation Case: The Local Government of Indonesia. Research Journal of Finance and


(13)

Accounting www.iiste.org ISSN 2222-1697 (Paper) ISSN 2222-2847 (Online) Vol.7, No.1.

Paramartha, Made Fajar dan I Gusti Ayu Nyoman Budiasih. 2016. “Analisis Flypaper Effect, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Khusus pada Belanja Modal”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol.15.2. Mei: 1536- 1564. ISSN: 2302-8556.

Pelealu, Andreas Marzel. 2013. “Pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kota Manado Tahun 2003-2012”. Jurnal EMBA, 1191 Vol.1 No.4 Desember, Hal. 1189-1197. ISSN 2303-1174.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangn Daerah.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 127/PMK.02/2015 tentang Klasifikasi Anggaran.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Permatasari, Isti dan Titik Mildawati. 2016. “Pengaruh Pendapatan Daerah Terhadap Belanja Modal pada Kabupaten/Kota Jawa Timur”. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 5, Nomor 1, Januari. ISSN : 2460-0585.

Prastiwi, dkk. 2016. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Belanja Pegawai Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kota Surakarta”. Seminar Nasional IENACO. ISSN: 2337 – 4349.

Santosa, Agus Budi dan Mohamad Ainur Rofiq. 2013. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Belanja Modal pada Kabupaten / Kota (Studi Kasus Di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur Periode Tahun 2007 – 2010)”.Jurnal Bisnisdan Ekonomi (JBE), September, Hal. 184 – 198 Vol. 20, No. 2.

Sekaran, Umma. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Sholikhah, Imroatus dan Agus Wahyudin. 2014. “Analisis Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa”.Accounting Analysis Journal, ISSN 2252-6765.

Sugiyanta. 2016. “Analisis Belanja Modal dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia”. Jurnal Akuntansi Universitas Jember – Vol. 14 No. 1 Juni.


(14)

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Supadmi, Ni Luhdan Ni Putu Dwi Eka Rini Sugiarthi. 2014. “Pengaruh PAD, DAU, dan SiLPA pada Belanja Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Pemoderasi”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana ISSN: 2302-8556 : 477-495.

Suwandi.2015. Desentralisasi Fiskal dan Dampaknya Terhadap Pertumbuhan ekonomi Penyerapan Tenaga, Kemiskinan, dan Kesejahteraaan di Kabupaten/Kota Induk Provinsi Papua. Yogyakarta: Deepublish.

Undang-UndangNomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2005 tentang Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Wandira, Arbie Gugus. 2013. “Pengaruh PAD, DAU, DAK, dan DBH Terhadap Pengalokasian Belanja Modal”. Accounting Analysis Journal. ISSN 2252-6765.

www.djpk.depkeu.go,id


(1)

kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 atau 10%. Dengan demikian, dapat dibuktikan bahwa pada model regresi tidak terdapat gejala multikolinearitas. Uji Heterokedastisitas

Pengujian heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji park. Berdasarkan hasil uji park yang dilakukan, nilai signifikansi menunjukkan lebih besar dari 0,05 maka diketahui bahwa tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan nilai mutlak residual sehingga menunjukkan tidak adanya masalah heterokedastisitas dalam model regresi.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi sebelumnya dilakukan dengan uji Durbin-Watson terlebih dahulu, namun nilai hitung Durbin-Watson lebih kecil daripada nilai tabel Durbin-Watson sehingga model regresi dalam penelitian ini mengandung masalah autokorelasi. Masalah tersebut kemudian diatasi menggunakan Runs Test. Berdasarkan Uji Runs Test dapat diketahui bahwa Runs Z sebesar -0,722 dimana nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,470. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan model regresi dalam penelitian terbebas dari permasalahan autokorelasi.

Pembahasan Hasil Uji Hipotesis

Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap alokasi belanja modal Variabel PAD memiliki nilai t hitung sebesar 4,214 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, sehingga menerima . Hal ini berarti bahwa PAD berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. Dengan hasil tersebut mengindikasikan bahwa infrastruktur dan sarana prasarana yang ada di daerah berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan sarana dan prasarana memadai maka masyarakat dapat melakukan aktivitas sehari-harinya dengan tingkat produktivitas yang semakin meningkat, selain itu akan menarik investor untuk membuka usaha di daerah tersebut.

Dana Bagi Hasil (DBH) tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal Variabel DBH memiliki nilai t hitung sebesar -0,210 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,834 > 0,05, sehingga menolak . Hal ini berarti bahwa DBH tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. Artinya DBH yang diterima oleh pemerintah daerah memang tidak dialokasikan untuk belanja modal. Pemerintah daerah memiliki kewenangan dalam penentuan alokasi belanja dari dana bagi hasil. Namun tetap terdapat pengecualian untuk dana bagi hasil minyak


(2)

bumi dan gas bumi yang sebagian dananya ditujukan untuk anggaran pendidikan dasar. Selain itu dana bagi hasil kehutanan yang berasal dari dana reboisasi, sebesar 40% dianggarkan untuk rehabilitasi hutan/lahan (Jiwatami, 2013).

Dana Alokasi Khusus (DAK) tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal

Variabel DAK memiliki nilai t hitung sebesar -1,652 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,104> 0,05, sehingga menolak . Hal ini berarti bahwa DAK tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. Dengan kata lain DAK bukan merupakan faktor penentu alokasi belanja modal pemerintah daerah. Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Timur perlu lebih banyak mengalokasikan DAK untuk membiayai belanja modal, diantaranya untuk pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat seperti sekolah dan puskesmas.

Belanja pegawai berpengaruh terhadap alokasi belanja modal

Variabel belanja pegawai memiliki nilai t hitung sebesar 4,263 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, sehingga berhasil menerima . Hal ini berarti belanja pegawai berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. Belanja pegawai menjadi salah satu alokasi belanja yang sifatnya mendesak karena terkait pembayaran ke aparat pemerintah daerah dan jumlah yang signifikan menggerus porsi belanja APBD. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan dengan salah satu prioritas pada urusan yang sifatnya wajib. Salah satu urusan wajib adalah bidang pendidikan, sehingga belanja untuk gaji guru telah dilakukan untuk mendukung pelaksanaan urusan daerah.

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) terhadap alokasi belanja modal Variabel SiLPA memiliki nilai t hitung sebesar 1,879 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,065 > 0,05, sehingga menolak . Hal ini berarti bahwa SiLPA tidak berpengaruh terhadap pengalokasian belanja modal. SILPA tahun sebelumnya yang merupakan penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari pada realisasi belanja, mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung (belanja barang dan jasa, belanja modal dan belanja pegawai) dan mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan.


(3)

4. PENUTUP Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan, maka hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: PAD dan Belanja Pegawai berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. DBH, DAK dan SiLPA tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal.

Keterbatasan

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa keterbatasan diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Penelitian hanya menggunakan objek penelitian pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Timur. (2) Penelitian menggunakan data dengan rentang waktu lima tahun. (3) Penelitian hanya berdasarkan data kuantitatif, yaitu data realisasi anggaran pada akhir tahun anggaran selain itu tidak melibatkan variabel non keuangan. (4) Penelitian menggunakan satuan rupiah dalam variabel belanja pegawai.

Saran

Atas dasar simpulan serta keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan rekomendasi sebagai berikut: (1) Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas objek penelitianyaitu tidak terbatas hanya pada Provinsi Jawa Timur, sehingga hasil penelitiannya lebih mungkin untuk disimpulkan secara umum. (2) Menggunakandata yang mempunyai rentang waktu yang lebih dari lima tahun sehingga lebih mampu untuk dapat dilakukan generalisasi atas hasil penelitian tersebut. (3) Melibatkan variabel lainnya, karena pada dasarnya masih banyak faktor-faktor lain yang memengaruhi Alokasi Belanja Modal, seperti ukuran-ukuran atau jenis-jenis penerimaan pemerintah daerah lainnya maupun variabel non keuangan seperti kebijakan pemerintah atau kondisi makroekonomi. (4) Menggunakan rasio belanja pegawai atau delta belanja pegawai, sehingga hasil penelitian lebih konsisten.

DAFTAR PUSTAKA

Aprizay, dkk (2014). “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Terhadap Pengalokasian Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh”. Jurnal Akuntansi, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. ISSN 2302-0164 pp 140- 149 volume 3.

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.


(4)

Davey.K.J. 1980. Pembiayaan Pemerintah: Praktek-Praktek Internasional dan Relevansinya Bagi Dunia Ketiga. Jakarta: UI Press.

Devas, Nick, et.al. 1989. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. Jakarta: UI-Pres.

Farel, Rully. (2015). “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belanja Moda di Kabupaten Bogor”.Signifikan Vol. 4 No. 2.

Febriana, Imas Sherli dan Sugeng Praptoyo. 2015. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belanja Modal pada Provinsi Jawa Timur”. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 9.

Ghozali, Imam. 2011.Aplikasi Analisi Multivariat dengan Program IBM SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisi Multivariat dengan Program IBM SPSS 20 Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisi Multivariat dengan Program IBM SPSS 21 Edisi 7. Semarang: Universitas Diponegoro.

Halim, Abdul. 2014. Manajemen Keuangan Sektor Publik Problematika Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah (Anggota Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah). Jakarta: Salemba Empat.

Harun. 2009. Reformasi Akuntansi dan Manajemen Sektor Publik Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Jiwatami, S. 2013. Pengaruh Kemandirian Daerah, Dana Perimbangan, dan BelanjaPegawai terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah (Pada Kabupaten/Kotadi Indonesia Periode 2008-2012). Makalah pada Simposium Nasional Akuntansi XVI Mataram.(Artikel ke-146).

Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: Erlangga Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.

Mawarni, dkk. 2013. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal Serta Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Studi pada Kabupaten dan Kotadi Aceh)”. Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, pp. 80- 90. Volume 2, No.2, Mei. ISSN 2302-0164.

Mayasari, Luh Putu Rani, dkk. 2014. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten Buleleng”. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1, Volume: 2 No. 1.

m.madiunpos.com/2015/12/22/ekonomi-jatim-2016-pertumbuhan-ekonomi-jawa-timur-bisa-tembus-62-673741


(5)

Accounting www.iiste.org ISSN 2222-1697 (Paper) ISSN 2222-2847 (Online) Vol.7, No.1.

Paramartha, Made Fajar dan I Gusti Ayu Nyoman Budiasih. 2016. “Analisis Flypaper Effect, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Khusus pada Belanja Modal”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol.15.2. Mei: 1536- 1564. ISSN: 2302-8556.

Pelealu, Andreas Marzel. 2013. “Pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kota Manado Tahun 2003-2012”. Jurnal EMBA, 1191 Vol.1 No.4 Desember, Hal. 1189-1197. ISSN 2303-1174.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangn Daerah.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 127/PMK.02/2015 tentang Klasifikasi Anggaran.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Permatasari, Isti dan Titik Mildawati. 2016. “Pengaruh Pendapatan Daerah Terhadap Belanja Modal pada Kabupaten/Kota Jawa Timur”. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 5, Nomor 1, Januari. ISSN : 2460-0585.

Prastiwi, dkk. 2016. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Belanja Pegawai Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kota Surakarta”. Seminar Nasional IENACO. ISSN: 2337 – 4349.

Santosa, Agus Budi dan Mohamad Ainur Rofiq. 2013. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Belanja Modal pada Kabupaten / Kota (Studi Kasus Di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur Periode Tahun 2007 – 2010)”.Jurnal Bisnisdan Ekonomi (JBE), September, Hal. 184 – 198 Vol. 20, No. 2.

Sekaran, Umma. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Sholikhah, Imroatus dan Agus Wahyudin. 2014. “Analisis Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa”.Accounting Analysis Journal, ISSN 2252-6765.

Sugiyanta. 2016. “Analisis Belanja Modal dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia”. Jurnal Akuntansi Universitas Jember – Vol. 14 No. 1 Juni.


(6)

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Supadmi, Ni Luhdan Ni Putu Dwi Eka Rini Sugiarthi. 2014. “Pengaruh PAD, DAU, dan SiLPA pada Belanja Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Pemoderasi”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana ISSN: 2302-8556 : 477-495.

Suwandi.2015. Desentralisasi Fiskal dan Dampaknya Terhadap Pertumbuhan ekonomi Penyerapan Tenaga, Kemiskinan, dan Kesejahteraaan di Kabupaten/Kota Induk Provinsi Papua. Yogyakarta: Deepublish.

Undang-UndangNomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2005 tentang Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Wandira, Arbie Gugus. 2013. “Pengaruh PAD, DAU, DAK, dan DBH Terhadap Pengalokasian Belanja Modal”. Accounting Analysis Journal. ISSN 2252-6765.

www.djpk.depkeu.go,id


Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP BELANJA MODAL (STUDI LKPD SE-PULAU JAWA TAHUN 2011-2012)

0 3 25

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALOKASI BELANJA MODAL DALAM MENUNJANG APBD (Studi Empiris Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2012 – 2014 )

0 5 114

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALOKASI BELANJA MODAL KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR

1 9 148

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Alokasi Belanja Modal (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Jawa Timur Periode Tahun 2010-2014).

0 3 24

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Alokasi Belanja Modal (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Jawa Timur Periode Tahun 2010-2014).

0 3 10

Daftar Pustaka Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Alokasi Belanja Modal (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Jawa Timur Periode Tahun 2010-2014).

0 7 4

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALOKASI BELANJA MODAL (STUDI EMPIRIS PADA Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi belanja modal (Studi empiris pada pemerintah kabupaten / kota di provinsi Jawa Tengah).

0 3 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALOKASI BELANJA MODAL (STUDI EMPIRIS Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi belanja modal (Studi empiris pada pemerintah kabupaten / kota di provinsi Jawa Tengah).

0 2 13

PENDAHULUAN Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi belanja modal (Studi empiris pada pemerintah kabupaten / kota di provinsi Jawa Tengah).

0 3 9

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kesenjangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur pada Periode 2009-2014 AWAL

0 0 14