Kebahagiaan dan rasa sakit berhubungan dengan semua masyarakat dan Pembuat keputusan etis harus memihak dan tidak memberikan bobot ekstra

TEORI UTAMA ETIKA BERGUNA DALAM MENYELESAIKAN DILEMA ETIKA Teleologi: Utilitarianisme Konsekuensialisme – Analisis Pengaruh Teleologi berasal dari kata Yunani, yaitu telos yang berarti tujuan, konsekuensi, hasil, dan sebagainya. Teori teleologis mempelajari perilaku etis dalam hal hasil atau konsekuensi dari keputusan etis. Teleologi berhubungan dengan banyak hasil yang berorientasi pada orang-orang bisnis karena berfokus pada dampak pengambilan keputusan, mengevaluasi keputusan yang baik atau buruk, diterima atau tidak dapat diterima dalam hal konsekuensi dari keputusan tersebut. Utilitarianisme mendefinisikan baik dan jahat dalam hal konsekuensi non etis dari kenikmatan dan rasa sakit. Tindakan etis yang benar adalah salah satu yang akan menghasilkan jumlah terbesar dari kesenangan atau paling sedikit rasa sakit. Ini adalah teori yang sangat sederhana. Tujuan hidup adalah untuk menjadi bahagia dan semua hal-hal yang mempromosikan kebahagiaan yang etis baik karena mereka cenderung menghasilkan kesenangan atau mengurangi rasa sakit dan penderitaan. Untuk utilitarian, kesenangan dan rasa sakit digambarkan baik fisik dan mental. Bagi utilitarian, satu-satunya hal berharga adalah memiliki pengalaman yang menyenangkan, dan pengalaman ini baik hanya karena mereka menyenangkan. Bila menggunakan utilitarianisme, pembuat keputusan harus mengambil perseptif luas tentang siapa yang ditujukan dalam keputusan tersebut, karena mungkin saja masyarakat akan terpengaruh oleh keputusan tersebut. Kegagalan untuk melakukannya bisa sangat mahal untuk sebuah perusahaan. Aspek kunci utilitarianisme yaitu: a. Etika dinilai berdasarkan konsekuensi non etis. b. Keputusan etis harus berorientasi pada peningkatan kebahagiaan danatau mengurangi rasa sakit, di mana kebahagiaan dan rasa sakit dapat berupa fisik atau psikologis.

c. Kebahagiaan dan rasa sakit berhubungan dengan semua masyarakat dan

bukan hanya untuk kebahagiaan pribadi atau rasa sakit dari pengambil keputusan.

d. Pembuat keputusan etis harus memihak dan tidak memberikan bobot ekstra

untuk perasaan pribadi ketika menghitung keseluruhan konsekuensi yang mungkin terjadi akibat keputusan yang dibuat.  Tindakan dan Peraturan Utilitarianisme Aturan utilitarianisme sedikit sederhana. Ia mengakui bahwa pengambilan keputusan manusia sering dipandu oleh aturan. Prinsip untuk aturan utilitarian adalah: Ikuti aturan yang cenderung memberikan pengaruh terbesar dalam tingkat kesenangan atas rasa sakit untuk jumlah terbesar dari orang-orang yang mungkin akan terpengaruh oleh tindakan. Pengungkapan kebenaran biasanya menghasilkan kesenangan terbesar bagi kebanyakan orang. Demikian pula, laporan keuangan yang handal yang akurat sangat berguna bagi investor dan kreditur dalam membuat keputusan investasi dan kredit.  Sarana dan Tujuan Akhir Beberapa orang menyalahgunakan utilitarianisme dengan mengatakan bahwa tujuan akan membenarkan cara. Tapi ini adalah sebuah aplikasi yang tidak pantas dari teori etika. Untuk utilitarian, pada akhirnya tidak pernah menghalalkan cara. Sebaliknya, agen moral harus mempertimbangkan konsekuensi keputusan dalam hal membuat kebahagiaan, atau dalam hal membuat aturan yang apabila diikuti berkemungkinan akan menghasilkan kebahagiaan untuk semua.  Kelemahan dalam Utilitarianisme 1. Utilitarianisme mengandaikan bahwa hal-hal seperti kebahagiaan, utilitas, kesenangan, sakit dan penderitaan bisa diukur dengan uang. 2. Masalah distribusi dan integritas terhadap kebahagiaan. Prinsip utilitarian adalah untuk menghasilkan sebanyak mungkin kebahagiaan itu kepada sebanyak mungkin orang. 3. Hak-hak minoritas dapat dilanggar dalam utilitarianisme. 4. Masalah ruang lingkup. Seberapa banyak orang yang harus disertakan? Contohnya pemanasan global dan polusi. Kebahagiaan jangka pendek generasi sekarang bisa berimbas pada penderitaan generasi mendatang. 5. Utilitarianisme mengabaikan motivasi dan hanya berfokus pada konsekuensi. Etika Deontologis – Motivasi untuk Perilaku Deontologi mengevaluasi etika perilaku berdasarkan motivasi pembuat keputusan. Menurut deontologis, suatu tindakan bisa benar dan etis bahkan jika tidak menghasilkan hasil yang baik atas kejahatan bagi pengambil keputusan atau masyarakat secara keseluruhan. Kant mengembangkan dua hukum untuk menilai etika, antara lain: 1. Imperatif Kategoris Categorical Imperative “Saya seharusnya tidak pernah bertindak kecuali saya juga bisa membuat maksim saya menjadi hukum universal. 2. Imperatif Praktis Practical Imperative “Berlakulah dengan cara yang sama dengan Anda memperlakukan kemanusiaan, baik dalam diri anda sendiri atau pada pribadi lainnya, tidak sesederhana cara, tetapi selalu pada saat yang sama dengan tujuan akhir”.  Kelemahan dalam Deontologi Sama seperti teori etika lainnya, deontologi memiliki masalah dan kelemahan. Masalah mendasar adalah bahwa imperatif kategoris tidak memberikan panduan yang jelas untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah jika dua atau lebih hukum moral mengalami konflik dan hanya satu yang dapat diikuti. Hukum moral mana yang diikuti? Keadilan dan Kewajaran – Memeriksa Keseimbangan a. Keadilan Prosedural Keadilan prosedural berfokus pada bagaimana keadilan diberikan. Aspek utama dari sistem hukum yang adil adalah bahwa prosedurnya adil dan transparan. Blind justice keadilan tidak pandang bulu dimana semua diperlakukan secara adil di hadapan hukum. Kedua belah pihak mengajukan klaim dan alasan mereka, dan hakim memutuskan. Hal ini berarti bahwa setiap orang diperlakukan sama di depan hukum dan bahwa aturan-aturan yang memihak diterapkan secara sama. Preferensi tidak diberikan kepada satu orang berdasarkan karakteristik fisik etnis, jenis kelamin, tinggi badan, atau warna rambut maupun status sosial atau ekonomi hukum diterapkan dengan cara yang sama untuk orang kaya dan miskin.

b. Keadilan Distributif