resume bab 3

(1)

RESUME

ETIKA PERILAKU-KONTRIBUSI FILSUF Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis

Dosen Pengampu : Moch Shulthoni, SE., MSA., Ak

DISUSUN OLEH : Kelompok 11

Intan Andinni 140810301084 Hening Cahyani 140810301129

Astrid Yuniar140810301177 Alif Nur Ahlina 140810301181

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

TAHUN 2017 ETIKA PERILAKU – KONTRIBUSI FILSUF


(2)

ETIKA DAN KODE MORAL

Ensiklopedia filsafat mendefinisikan etika dalam tiga cara, yaitu 1. Pola umum atau cara hidup

2. Seperangkat aturan perilaku atau kode moral 3. Pertanyaan tentang cara hidup dan aturan perilaku

Arti pertama kita berbicara tentang etika kepercayaan Budha atau Kristen, kedua, kita berbicara etika profesi dan perilaku yang tidak etis. Ketiga, etika adalah cabang filsafat yang sering diberikan nama khusus metaetik. Hal yang akan dibahas bukan tentang keyakinan agama yang dijalani dengan cara yang diyakininya tepat untuk mencapai beragam tujuan kehidupan atau membahas tentang metaetik yang merupakan teori tentang etika, melainkan akan membahas bagaimana mempelajari kode moral yang berhubungan dengan perilaku bisnis. Moralitas dan kode moral didefinisikan dalam ensiklopedia filsafat yang mengandung empat karakteristik:

1. keyakinan tentang sifat manusia;

2. keyakinan tentang cita-cita, tentang apa yang baik atau yang diinginkan atau layak untuk kepentingannya;

3. aturan mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak;

4. motif yang membuat kita cenderung untuk memilih jalan yang benar atau jalan yang salah.

ETIKA DAN BISNIS

Tiga penjelasan yang paling umum, mengapa orang harus beretika karena didasarkan pada pandangan tentang agama, hubungan kita dengan orang lain, dan persepsi kita tentang diri kita sendiri. Seperti yang telah disebutkan, salah satu definisi etika adalah bagaimana kita harus menjalani hidup ini berdasarkan prinsip-prinsip kepercayaan yang dianut. Tradisi yunani mengajarkan bahwa sebaiknya perlakukan orang lain sebagaimana anda ingin diperlakukan, jangan mengucapkan


(3)

KEPENTINGAN DIRI DAN EKONOMI

Adam Smith (1723-1790) berpendapat bahwa kepentingan diri mengarah ke kerjasama ekonomi. Fitur utama pada model ekonomi Smith adalah pertama bahwa perekonomian merupakan kegiatan sosial dalam hal keuangan. Perusahaan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Penjual dan pembeli bekerja untuk tujuan yang sama, memuaskan kebutuhan mereka dengan harga yang disetujui bersama. Kedua, pasar yang kompetitif, tidak bersaing. Perdagangan itu tergantung pada kejujuran dalam melakukan aktivitas, menghormati kontrak dan saling gotong royong. Persaingan yang sehat juga berarti bahwa perusahaan berusaha untuk beroperasi seefisien dan seefektif mungkin untuk memaksimalkan keuntungan jangka panjang. Akhirnya, etika membatasi oportunisme ekonomi. Etika membuat keegoisan dan keserakahan yang tak terkendali menjadi berkurang.

ETIKA, BISNIS DAN HUKUM

Schwartz dan Carrol berpendapat bahwa bisnis, etika dan hukum dapat dilihat sebagai tiga lingkaran berpotongan di diagram Venn, seperti yang terlihat pada gambar dibawah.

BISNIS

HUKUM ETIKA

2

6

3

5

7

1

4


(4)

TEORI UTAMA ETIKA BERGUNA DALAM MENYELESAIKAN DILEMA ETIKA

Teleologi: Utilitarianisme & Konsekuensialisme – Analisis Pengaruh

Teleologi berasal dari kata Yunani, yaitu telos yang berarti tujuan, konsekuensi, hasil, dan sebagainya. Teori teleologis mempelajari perilaku etis dalam hal hasil atau konsekuensi dari keputusan etis. Teleologi berhubungan dengan banyak hasil yang berorientasi pada orang-orang bisnis karena berfokus pada dampak pengambilan keputusan, mengevaluasi keputusan yang baik atau buruk, diterima atau tidak dapat diterima dalam hal konsekuensi dari keputusan tersebut.

Utilitarianisme mendefinisikan baik dan jahat dalam hal konsekuensi non etis dari kenikmatan dan rasa sakit. Tindakan etis yang benar adalah salah satu yang akan menghasilkan jumlah terbesar dari kesenangan atau paling sedikit rasa sakit. Ini adalah teori yang sangat sederhana. Tujuan hidup adalah untuk menjadi bahagia dan semua hal-hal yang mempromosikan kebahagiaan yang etis baik karena mereka cenderung menghasilkan kesenangan atau mengurangi rasa sakit dan penderitaan. Untuk utilitarian, kesenangan dan rasa sakit digambarkan baik fisik dan mental. Bagi utilitarian, satu-satunya hal berharga adalah memiliki pengalaman yang menyenangkan, dan pengalaman ini baik hanya karena mereka menyenangkan.

Bila menggunakan utilitarianisme, pembuat keputusan harus mengambil perseptif luas tentang siapa yang ditujukan dalam keputusan tersebut, karena mungkin saja masyarakat akan terpengaruh oleh keputusan tersebut. Kegagalan untuk melakukannya bisa sangat mahal untuk sebuah perusahaan. Aspek kunci utilitarianisme yaitu:

a. Etika dinilai berdasarkan konsekuensi non etis.

b. Keputusan etis harus berorientasi pada peningkatan kebahagiaan dan/atau mengurangi rasa sakit, di mana kebahagiaan dan rasa sakit dapat berupa fisik atau psikologis.

c. Kebahagiaan dan rasa sakit berhubungan dengan semua masyarakat dan bukan hanya untuk kebahagiaan pribadi atau rasa sakit dari pengambil


(5)

d. Pembuat keputusan etis harus memihak dan tidak memberikan bobot ekstra untuk perasaan pribadi ketika menghitung keseluruhan konsekuensi yang mungkin terjadi akibat keputusan yang dibuat.

Tindakan dan Peraturan Utilitarianisme

Aturan utilitarianisme sedikit sederhana. Ia mengakui bahwa pengambilan keputusan manusia sering dipandu oleh aturan. Prinsip untuk aturan utilitarian adalah: Ikuti aturan yang cenderung memberikan pengaruh terbesar dalam tingkat kesenangan atas rasa sakit untuk jumlah terbesar dari orang-orang yang mungkin akan terpengaruh oleh tindakan. Pengungkapan kebenaran biasanya menghasilkan kesenangan terbesar bagi kebanyakan orang. Demikian pula, laporan keuangan yang handal yang akurat sangat berguna bagi investor dan kreditur dalam membuat keputusan investasi dan kredit.

Sarana dan Tujuan Akhir

Beberapa orang menyalahgunakan utilitarianisme dengan mengatakan bahwa tujuan akan membenarkan cara. Tapi ini adalah sebuah aplikasi yang tidak pantas dari teori etika. Untuk utilitarian, pada akhirnya tidak pernah menghalalkan cara. Sebaliknya, agen moral harus mempertimbangkan konsekuensi keputusan dalam hal membuat kebahagiaan, atau dalam hal membuat aturan yang apabila diikuti berkemungkinan akan menghasilkan kebahagiaan untuk semua.

Kelemahan dalam Utilitarianisme

1. Utilitarianisme mengandaikan bahwa hal-hal seperti kebahagiaan, utilitas, kesenangan, sakit dan penderitaan bisa diukur dengan uang.

2. Masalah distribusi dan integritas terhadap kebahagiaan. Prinsip utilitarian adalah untuk menghasilkan sebanyak mungkin kebahagiaan itu kepada sebanyak mungkin orang.

3. Hak-hak minoritas dapat dilanggar dalam utilitarianisme.

4. Masalah ruang lingkup. Seberapa banyak orang yang harus disertakan? Contohnya pemanasan global dan polusi. Kebahagiaan jangka pendek generasi sekarang bisa berimbas pada penderitaan generasi mendatang. 5. Utilitarianisme mengabaikan motivasi dan hanya berfokus pada konsekuensi.


(6)

Etika Deontologis – Motivasi untuk Perilaku

Deontologi mengevaluasi etika perilaku berdasarkan motivasi pembuat keputusan. Menurut deontologis, suatu tindakan bisa benar dan etis bahkan jika tidak menghasilkan hasil yang baik atas kejahatan bagi pengambil keputusan atau masyarakat secara keseluruhan.

Kant mengembangkan dua hukum untuk menilai etika, antara lain: 1. Imperatif Kategoris (Categorical Imperative)

“Saya seharusnya tidak pernah bertindak kecuali saya juga bisa membuat maksim saya menjadi hukum universal.

2. Imperatif Praktis (Practical Imperative)

“Berlakulah dengan cara yang sama dengan Anda memperlakukan kemanusiaan, baik dalam diri anda sendiri atau pada pribadi lainnya, tidak sesederhana cara, tetapi selalu pada saat yang sama dengan tujuan akhir”.

Kelemahan dalam Deontologi

Sama seperti teori etika lainnya, deontologi memiliki masalah dan kelemahan. Masalah mendasar adalah bahwa imperatif kategoris tidak memberikan panduan yang jelas untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah jika dua atau lebih hukum moral mengalami konflik dan hanya satu yang dapat diikuti. Hukum moral mana yang diikuti?

Keadilan dan Kewajaran – Memeriksa Keseimbangan a. Keadilan Prosedural

Keadilan prosedural berfokus pada bagaimana keadilan diberikan. Aspek utama dari sistem hukum yang adil adalah bahwa prosedurnya adil dan transparan. Blind justice (keadilan tidak pandang bulu) dimana semua diperlakukan secara adil di hadapan hukum. Kedua belah pihak mengajukan klaim dan alasan mereka, dan hakim memutuskan. Hal ini berarti bahwa setiap orang diperlakukan sama di depan hukum dan bahwa aturan-aturan yang memihak diterapkan secara sama. Preferensi tidak


(7)

tinggi badan, atau warna rambut) maupun status sosial atau ekonomi (hukum diterapkan dengan cara yang sama untuk orang kaya dan miskin).

b. Keadilan Distributif

Aristoteles (384-322 SM) dapat dikatakan orang pertama yang mengemukakan pendapat bahwa suatu hal yang setara harus diperlakukan sama dan suatu hal yang tidak setara harus diperlakukan berbeda sesuai dengan proporsi perbedaan relevan di antara mereka. “Kemudian hal inilah yang merupakan keadilan – yang proporsional; yang tidak adil adalah yang melanggar proporsi tersebut.” Dengan anggapan bahwa semua orang adalah sama. Namun ketika seseorang ingin mengatakan bahwa dua orang tidak sama maka pembuktiannya adalah dengan menunjukkan bahwa dalam situasi tersebut mereka tidak setara yang didasarkan pada kriteria yang relevan.

c. Keadilan sebagai Kewajaran

Salah satu masalah yang mungkin dapat terjadi dalam distribusi keadilan adalah bahwa alokasi mungkin dapat tidak merata. Filsuf Amerika John Rawls (1921-2002) mencoba mengatasi permasalahan ini dengan mengembangkan teori keadilan sebagai suatu kesetaraan. Dalam The Theory of Justice, ia mmengemukakan sebuah argumen yang didasarkan pada posisi klasik kepentingan pribadi dan kemandirian. Prinsip-prinsip yang menentukan alokasi yang merata di antara para anggota masyarakat adalah prinsip-prinsip keadilan. “Prinsip keadilan yang saya ambil untuk didefinisikan, kemudiansesuai dengan prinsip-prinsip yang berguna dalam menetapkan hak dan kewajiban serta dalam menentukan pembagian keuntungan sosial yang sesuai” (John Rawls, 1971).

Etika Kebajikan – Analisis Kebajikan yang Diharapkan

Aristoteles (384-322 SM) dalam The Nicomachean Ethics menyatakan bahwa tujuan hidup adalah kebahagian yang didalamnya terdapat kegiatan jiwa (activity of soul). Kita dapat mewujudkan tujuan kita untuk memperoleh kebahagiaan dengan menjalani kehidupan yang didasarkan pada suatu alasan. Kebajikan adalah karakter dari jiwa yang ditunjukkan dalam suatu tindakan sukarela, dimana tindakan tersebut


(8)

didasarkan pada musyawarah. Namun, Aristoteles juga merasa bahwa terdapat kebutuhan adanya pendidikan etika sehingga orang akan tahu tindakan apa yang baik dilakukan. Aristoteles mengemukakan bahwa kita dapat memahami dan mengidentifikasi kabajikan dengan mendasarkan karakteristik manusia pada tiga hal, dua hal diantaranya adalah menjadi jahat dan baik. Menurutnya kebajikan adalah golden mean, yaitu celah diantara posisi ekstrem yang akan bervariasi tergantung dari keadaan.

Etika moralitas lebih berfokus pada karakter moral dari pembuat keputusan daripada pada konsekuensi tindakan (utilitarianisme) atau motivasi dari pembuat keputusan (dentologi). Hal ini mengadopsi pendekatan yang lebih menyeluruh untuk memahami etika perilaku manusia. Dalam hal ini mengakui bahwa terdapat banyak aspek dari kepribadian kita. Terdapat berbagai segi keperibadian kita dan perilaku yang kita lakukan masuk akal dan konsisten. Meskipun kita semua melakukan kebajikan dalam hal yang sama, namun intensitas kebajikan yang dilakukan dapat berbeda, meskipun dalam situasi yang sama. Dalam lingkungan bisnis, etika kebajikan mengabaikan gagasan bahwa eksekutif memiliki dua sudut pandang, satu sudut pandang yang mewakili nilai-nilai pribadi dan yang lainnya mewakili nilai-nilai perusahaan, dan eksekutif hanya dapat menggunakan satu pandangan pada satu waktu.

Kelemahan Etika Kebajikan

Etika kebajikan dalam penerapannya memiliki dua kelemahan yaitu kebajikan seperti apa yang seharusnya dimiliki oleh seorang pebisnis dan bahaimana kebajikan tersebut dilaksanakan dalam dunia kerja. Kunci dari kebajikan/keutamaan dalam bisnis adalah integritas. Integritas melibatkan sifat jujur dan terhormat. Hal ini berarti setiap tindakan dalam perusahaan haruslah konsisten dengan prinsip-prinsipnya. Hal ini ditunjukkan dengan tindakan yang tidak mengorbankan nilai-nilai inti bahkan ketika ada tekanan yang kuat untuk melakukannya. Contohnya adalah pertimbangan


(9)

dari individu dan organisasi yang memiliki nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai inti perusahaan mereka.

Tingkat individu, permasalahan mengenai etika kebajikan adalah bahwa individu cenderung tidak dapat menyusun suatu daftar dari kebajikan yang akan dilakukannya. Selain itu, kebajikan mungkin hanya akan terjadi pada satu waktu tertentu. Seorang akuntan publik mungkin membutuhkan keberanian saat menceritakan pada CEO perusahaan yang diauditnya bahwa kebijakan akuntansi yang digunakan dalam perusahaan tersebut tidak mengakibatkan penyajian laporan keuangan perusahaannya menjadi wajar. Seorang CEO harus memiliki kejujuran dan kebenaran saat menyampaikan bahwa akan terjadi pengurangan jumlah karyawan pada karyawan perusahaan dan orang-orang yang hidup dalam masyarakat yang akan terpengaruh oleh penutupan perusahaan tersebut. Dalam hal ini banyak hal dalam daftar yang mungkin saling berkontradiksi dalam keadaan tertentu.

IMAJINASI MORAL

Mahasiswa dari sekolah bisnis dilatih untuk menjadi seorang manajer bisnis yang diharapkan dapat membuat keputusan dalam situasi yang sulit. Manajer harus kreatif dan memiliki inovasi dalam mencari solusi sehingga dapat membantu memecahkan berbagai masalah dalam praktik bisnis. Mereka juga harus memiliki tingkat kreatifitas yang sama ketika menangani masalah etika. Para manajer harus menggunakan imajinasi moral mereka untuk mementukan alternatif etika agar memberikan keuntungan yang sama dalam berbagai alternatif etika. Hal ini berarti, keputusan yang diambil oleh seorang manajer harus memberikan dampak yang baik bagi individu, perusahaan dan masyarakat.


(1)

TEORI UTAMA ETIKA BERGUNA DALAM MENYELESAIKAN DILEMA ETIKA

Teleologi: Utilitarianisme & Konsekuensialisme – Analisis Pengaruh

Teleologi berasal dari kata Yunani, yaitu telos yang berarti tujuan, konsekuensi, hasil, dan sebagainya. Teori teleologis mempelajari perilaku etis dalam hal hasil atau konsekuensi dari keputusan etis. Teleologi berhubungan dengan banyak hasil yang berorientasi pada orang-orang bisnis karena berfokus pada dampak pengambilan keputusan, mengevaluasi keputusan yang baik atau buruk, diterima atau tidak dapat diterima dalam hal konsekuensi dari keputusan tersebut.

Utilitarianisme mendefinisikan baik dan jahat dalam hal konsekuensi non etis dari kenikmatan dan rasa sakit. Tindakan etis yang benar adalah salah satu yang akan menghasilkan jumlah terbesar dari kesenangan atau paling sedikit rasa sakit. Ini adalah teori yang sangat sederhana. Tujuan hidup adalah untuk menjadi bahagia dan semua hal-hal yang mempromosikan kebahagiaan yang etis baik karena mereka cenderung menghasilkan kesenangan atau mengurangi rasa sakit dan penderitaan. Untuk utilitarian, kesenangan dan rasa sakit digambarkan baik fisik dan mental. Bagi utilitarian, satu-satunya hal berharga adalah memiliki pengalaman yang menyenangkan, dan pengalaman ini baik hanya karena mereka menyenangkan.

Bila menggunakan utilitarianisme, pembuat keputusan harus mengambil perseptif luas tentang siapa yang ditujukan dalam keputusan tersebut, karena mungkin saja masyarakat akan terpengaruh oleh keputusan tersebut. Kegagalan untuk melakukannya bisa sangat mahal untuk sebuah perusahaan. Aspek kunci utilitarianisme yaitu:

a. Etika dinilai berdasarkan konsekuensi non etis.

b. Keputusan etis harus berorientasi pada peningkatan kebahagiaan dan/atau mengurangi rasa sakit, di mana kebahagiaan dan rasa sakit dapat berupa fisik atau psikologis.

c. Kebahagiaan dan rasa sakit berhubungan dengan semua masyarakat dan bukan hanya untuk kebahagiaan pribadi atau rasa sakit dari pengambil keputusan.


(2)

d. Pembuat keputusan etis harus memihak dan tidak memberikan bobot ekstra untuk perasaan pribadi ketika menghitung keseluruhan konsekuensi yang mungkin terjadi akibat keputusan yang dibuat.

Tindakan dan Peraturan Utilitarianisme

Aturan utilitarianisme sedikit sederhana. Ia mengakui bahwa pengambilan keputusan manusia sering dipandu oleh aturan. Prinsip untuk aturan utilitarian adalah: Ikuti aturan yang cenderung memberikan pengaruh terbesar dalam tingkat kesenangan atas rasa sakit untuk jumlah terbesar dari orang-orang yang mungkin akan terpengaruh oleh tindakan. Pengungkapan kebenaran biasanya menghasilkan kesenangan terbesar bagi kebanyakan orang. Demikian pula, laporan keuangan yang handal yang akurat sangat berguna bagi investor dan kreditur dalam membuat keputusan investasi dan kredit.

Sarana dan Tujuan Akhir

Beberapa orang menyalahgunakan utilitarianisme dengan mengatakan bahwa tujuan akan membenarkan cara. Tapi ini adalah sebuah aplikasi yang tidak pantas dari teori etika. Untuk utilitarian, pada akhirnya tidak pernah menghalalkan cara. Sebaliknya, agen moral harus mempertimbangkan konsekuensi keputusan dalam hal membuat kebahagiaan, atau dalam hal membuat aturan yang apabila diikuti berkemungkinan akan menghasilkan kebahagiaan untuk semua.

Kelemahan dalam Utilitarianisme

1. Utilitarianisme mengandaikan bahwa hal-hal seperti kebahagiaan, utilitas, kesenangan, sakit dan penderitaan bisa diukur dengan uang.

2. Masalah distribusi dan integritas terhadap kebahagiaan. Prinsip utilitarian adalah untuk menghasilkan sebanyak mungkin kebahagiaan itu kepada sebanyak mungkin orang.

3. Hak-hak minoritas dapat dilanggar dalam utilitarianisme.

4. Masalah ruang lingkup. Seberapa banyak orang yang harus disertakan? Contohnya pemanasan global dan polusi. Kebahagiaan jangka pendek generasi sekarang bisa berimbas pada penderitaan generasi mendatang. 5. Utilitarianisme mengabaikan motivasi dan hanya berfokus pada konsekuensi.


(3)

Etika Deontologis – Motivasi untuk Perilaku

Deontologi mengevaluasi etika perilaku berdasarkan motivasi pembuat keputusan. Menurut deontologis, suatu tindakan bisa benar dan etis bahkan jika tidak menghasilkan hasil yang baik atas kejahatan bagi pengambil keputusan atau masyarakat secara keseluruhan.

Kant mengembangkan dua hukum untuk menilai etika, antara lain: 1. Imperatif Kategoris (Categorical Imperative)

“Saya seharusnya tidak pernah bertindak kecuali saya juga bisa membuat maksim saya menjadi hukum universal.

2. Imperatif Praktis (Practical Imperative)

“Berlakulah dengan cara yang sama dengan Anda memperlakukan kemanusiaan, baik dalam diri anda sendiri atau pada pribadi lainnya, tidak sesederhana cara, tetapi selalu pada saat yang sama dengan tujuan akhir”.

Kelemahan dalam Deontologi

Sama seperti teori etika lainnya, deontologi memiliki masalah dan kelemahan. Masalah mendasar adalah bahwa imperatif kategoris tidak memberikan panduan yang jelas untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah jika dua atau lebih hukum moral mengalami konflik dan hanya satu yang dapat diikuti. Hukum moral mana yang diikuti?

Keadilan dan Kewajaran – Memeriksa Keseimbangan a. Keadilan Prosedural

Keadilan prosedural berfokus pada bagaimana keadilan diberikan. Aspek utama dari sistem hukum yang adil adalah bahwa prosedurnya adil dan transparan. Blind justice (keadilan tidak pandang bulu) dimana semua diperlakukan secara adil di hadapan hukum. Kedua belah pihak mengajukan klaim dan alasan mereka, dan hakim memutuskan. Hal ini berarti bahwa setiap orang diperlakukan sama di depan hukum dan bahwa aturan-aturan yang memihak diterapkan secara sama. Preferensi tidak diberikan kepada satu orang berdasarkan karakteristik fisik (etnis, jenis kelamin,


(4)

tinggi badan, atau warna rambut) maupun status sosial atau ekonomi (hukum diterapkan dengan cara yang sama untuk orang kaya dan miskin).

b. Keadilan Distributif

Aristoteles (384-322 SM) dapat dikatakan orang pertama yang mengemukakan pendapat bahwa suatu hal yang setara harus diperlakukan sama dan suatu hal yang tidak setara harus diperlakukan berbeda sesuai dengan proporsi perbedaan relevan di antara mereka. “Kemudian hal inilah yang merupakan keadilan – yang proporsional; yang tidak adil adalah yang melanggar proporsi tersebut.” Dengan anggapan bahwa semua orang adalah sama. Namun ketika seseorang ingin mengatakan bahwa dua orang tidak sama maka pembuktiannya adalah dengan menunjukkan bahwa dalam situasi tersebut mereka tidak setara yang didasarkan pada kriteria yang relevan.

c. Keadilan sebagai Kewajaran

Salah satu masalah yang mungkin dapat terjadi dalam distribusi keadilan adalah bahwa alokasi mungkin dapat tidak merata. Filsuf Amerika John Rawls (1921-2002) mencoba mengatasi permasalahan ini dengan mengembangkan teori keadilan sebagai suatu kesetaraan. Dalam The Theory of Justice, ia mmengemukakan sebuah argumen yang didasarkan pada posisi klasik kepentingan pribadi dan kemandirian. Prinsip-prinsip yang menentukan alokasi yang merata di antara para anggota masyarakat adalah prinsip-prinsip keadilan. “Prinsip keadilan yang saya ambil untuk didefinisikan, kemudiansesuai dengan prinsip-prinsip yang berguna dalam menetapkan hak dan kewajiban serta dalam menentukan pembagian keuntungan sosial yang sesuai” (John Rawls, 1971).

Etika Kebajikan – Analisis Kebajikan yang Diharapkan

Aristoteles (384-322 SM) dalam The Nicomachean Ethics menyatakan bahwa tujuan hidup adalah kebahagian yang didalamnya terdapat kegiatan jiwa (activity of soul). Kita dapat mewujudkan tujuan kita untuk memperoleh kebahagiaan dengan menjalani kehidupan yang didasarkan pada suatu alasan. Kebajikan adalah karakter dari jiwa yang ditunjukkan dalam suatu tindakan sukarela, dimana tindakan tersebut


(5)

didasarkan pada musyawarah. Namun, Aristoteles juga merasa bahwa terdapat kebutuhan adanya pendidikan etika sehingga orang akan tahu tindakan apa yang baik dilakukan. Aristoteles mengemukakan bahwa kita dapat memahami dan mengidentifikasi kabajikan dengan mendasarkan karakteristik manusia pada tiga hal, dua hal diantaranya adalah menjadi jahat dan baik. Menurutnya kebajikan adalah golden mean, yaitu celah diantara posisi ekstrem yang akan bervariasi tergantung dari keadaan.

Etika moralitas lebih berfokus pada karakter moral dari pembuat keputusan daripada pada konsekuensi tindakan (utilitarianisme) atau motivasi dari pembuat keputusan (dentologi). Hal ini mengadopsi pendekatan yang lebih menyeluruh untuk memahami etika perilaku manusia. Dalam hal ini mengakui bahwa terdapat banyak aspek dari kepribadian kita. Terdapat berbagai segi keperibadian kita dan perilaku yang kita lakukan masuk akal dan konsisten. Meskipun kita semua melakukan kebajikan dalam hal yang sama, namun intensitas kebajikan yang dilakukan dapat berbeda, meskipun dalam situasi yang sama. Dalam lingkungan bisnis, etika kebajikan mengabaikan gagasan bahwa eksekutif memiliki dua sudut pandang, satu sudut pandang yang mewakili nilai-nilai pribadi dan yang lainnya mewakili nilai-nilai perusahaan, dan eksekutif hanya dapat menggunakan satu pandangan pada satu waktu.

Kelemahan Etika Kebajikan

Etika kebajikan dalam penerapannya memiliki dua kelemahan yaitu kebajikan seperti apa yang seharusnya dimiliki oleh seorang pebisnis dan bahaimana kebajikan tersebut dilaksanakan dalam dunia kerja. Kunci dari kebajikan/keutamaan dalam bisnis adalah integritas. Integritas melibatkan sifat jujur dan terhormat. Hal ini berarti setiap tindakan dalam perusahaan haruslah konsisten dengan prinsip-prinsipnya. Hal ini ditunjukkan dengan tindakan yang tidak mengorbankan nilai-nilai inti bahkan ketika ada tekanan yang kuat untuk melakukannya. Contohnya adalah pertimbangan kasus pengumpulan dana oleh organisasi nirlaba. Mereka tidak menerima sumbangan


(6)

dari individu dan organisasi yang memiliki nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai inti perusahaan mereka.

Tingkat individu, permasalahan mengenai etika kebajikan adalah bahwa individu cenderung tidak dapat menyusun suatu daftar dari kebajikan yang akan dilakukannya. Selain itu, kebajikan mungkin hanya akan terjadi pada satu waktu tertentu. Seorang akuntan publik mungkin membutuhkan keberanian saat menceritakan pada CEO perusahaan yang diauditnya bahwa kebijakan akuntansi yang digunakan dalam perusahaan tersebut tidak mengakibatkan penyajian laporan keuangan perusahaannya menjadi wajar. Seorang CEO harus memiliki kejujuran dan kebenaran saat menyampaikan bahwa akan terjadi pengurangan jumlah karyawan pada karyawan perusahaan dan orang-orang yang hidup dalam masyarakat yang akan terpengaruh oleh penutupan perusahaan tersebut. Dalam hal ini banyak hal dalam daftar yang mungkin saling berkontradiksi dalam keadaan tertentu.

IMAJINASI MORAL

Mahasiswa dari sekolah bisnis dilatih untuk menjadi seorang manajer bisnis yang diharapkan dapat membuat keputusan dalam situasi yang sulit. Manajer harus kreatif dan memiliki inovasi dalam mencari solusi sehingga dapat membantu memecahkan berbagai masalah dalam praktik bisnis. Mereka juga harus memiliki tingkat kreatifitas yang sama ketika menangani masalah etika. Para manajer harus menggunakan imajinasi moral mereka untuk mementukan alternatif etika agar memberikan keuntungan yang sama dalam berbagai alternatif etika. Hal ini berarti, keputusan yang diambil oleh seorang manajer harus memberikan dampak yang baik bagi individu, perusahaan dan masyarakat.