Tinjauan Peksanaan Sistem Kerjasama SUb-Kontrak dan Industri Rumah Tangga Pengrajin Rotan (Kasus di Sentra Industri Rotan Tegelwangi Kabupaten Cirebon)

TlNlAUAN PELAKSANAAN SlSTEM KERJASAMA
SUB - KONTRAK DAN lNDUSTRl RUMAH TANGGA
PENGRAJlN ROTAN
(Kasus di Sentra lndustri Rotan Tegalwangi Kabuaaten Cirebon)

YETI SUMIYATI
A . 24. 0597

PROGRAM

STUD!

JURUSAN

EKONOMI

-

PERTANBAN

1LMU 1LMU SOSIAL

FAKULTAS
WSTITUT

DAM

EKONOMl

PERTANlAM

PERTANlAN
1992

BOGOR

SUMBERDAVA

PERT

N


YETI SUMIYATI. TINJAUAN PELAKSANAAN SISTEN KERJASAMA SUBKONTRAK DAN INDUSTRI RUMAH TANGGA PENGRAJIN ROTAN.
Kasus
di Sentra Industri Rotan Tegalwangi Kabupaten Cirebon
(Di
bawah bimbingan Bapak DR. IR. ISANG GONARSYAH).

Produk

rotan merupakan salah satu alternatif

dalam

mengatasi menurunnya penerirnaan dari sektor migas.

Sete-

lah dikeluarkannya kebijakan larangan ekspor rotan

asalan


setengah jadi, permintaan produk rotan rneningkat

dan

lebihi kapasitas produksi perusahaan yang ada.

ne-

Alternatlf

yang digunakan adalah melalui sistem kerjasana sub-kontrak
yang

melibatkan industri besarfeksportirf sedang/

dan rumah tangga.

Dalam penelitian ini perhatian

kecil


diarah-

kan untuk menjawab pertanyaan sejauh mana sistem kerjasama
sub-kontrak memberikan manfaat terhadap rumah tangga pengrajin rotan, yang secara ekonomi kedudukannya lebzn

lenah

daripada lainnya.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mempelajari
bangan

industri rotan di sentra Tegalwangi

baik

perkemdilihat

dari jumlah industri, perkembangan ekspor maupun penyerapan tenaga kerjanya; (2) mempelajari dampak sistem kerjasama


sub-kontrak terhadap tingkat

kesejahteraan

pengrajin

rotan.
Analisis

tujuan pertama dilakukan secara

deskriptif

terhadap perkembangan industri rotan di sentra Tegalwangi.
Kemudian tujuan kedua analisis deskriptif digunakan

untuk

sub-kontrak, melalui pengukuran tingkat pendapatan,
lisis


goods

pendapatan

service ratio", analisis

kecukupan

"ana-

tingkat

(kriteria garis kemiskinan Sajogyo) dan

peme-

nuhan berbagai fasilitas kebutuhan rumah tanqga.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan baik


dari segi jumlah unit usaha, tenaga kerja yang

bat,

nilai produksi maupun rata-rata skala

tahun

1973

kerja

205

jumlah unit usaha berjumlah 60
orang, nilai produksi 108 juta

skala usaha 3 , 4 .

terli-


usaha.

Pada

buah,
dan

tenaga

rata-rata

Pada tahun 1990 meningkat secara bertu-

rut-turut menjadi 500 buah, 18 722 orang, 71 601 juta

dan

skala usana nen~ngkatsebelas kali lipat.
Slstea ker-~asamasub-kontrak memiliki keragaman

berbeda,

dimana unsur-unsur yang terlibat yaitu

besar/eksportir/sedang/kecil

yang

industri

dan rumah tangga dapat berla-

ku sebagai kontraktor dan sub-kontraktor.

Pola keterkait-

an yang palinq dominan adalah industri besar sebagai
traktor,

industri


kecil

sebagai

sub-kontraktor

kon-

I

dan

industri rumah tangga sebagai sub-kontraktor 11.
Dari responden contoh diketahui bahwa persentase kontraktor

yang mendapatkan keuntungan dalam

menjadi


lebih cepat dan efisien (47%), penghematan

produksi

(24%),

naga
lebih

ha1

pekerjaan
biaya

tidak perlu pengurangan fasilitas dan

kerja jika usaha sedang lesu (15%) dan tenaga
murah (14%).

Sedangkan 15% responden

contoh

te-

kerja
dari

.

kontraktor merasakan keruglan dengan adanya kualitas

pro-

duk yang tidak sesuai dan adanya ketidaktepatan waktu

pe-

nyelesaian order.
Responden contoh yang bertindak sebagai
tor

mengatakan

bahwa keuntungan

yang

sub-kontrak-

diperoleh

adalah

kontinuitas produksi dan jaminan pemasaran (56%),
lehnya

uang

(30%).

Sedangkan kerugian yang dirasakan sebagaian

responden
lancar

muka (14%) dan kemudahan suplai

dlpero-

(49%)

dari

bahan

terutama adalah pembayaran

kontraktor, harga per satuan

baku
besar

yang

produk

tidak
rendan

(34%) dan kesalahan manajemen sendiri(l5%).

Dampak sistem kerjasama sub-kontrak terhadap
kesejahteraan pengrajin rotan

tlngkat

ditunjukkan dengan

memban-

dingkan rata-rata tingkat pendapatan yang diperoleh
tangga

pengrajin

kerjasama

rotan yang ikut dan tidak

sub-kontrak.

Secara

ikut

berturut-turut

rumah
sistem

rata-rata

tingkat pendapatan per tahun rumah tangga pengrajin

rotan

yang tidak ikut sub-kontrak (pengrajin lokal), rumah tangga

yang ikut sub-kontrak (pengrajin pengesub)

tangga

yang ikut kedua sistem tersebut (pengrajin

pengesub)
Rp
yaan

dan

adalah

5.025.340.
lo%,

Rp

3.367.170;

Rp

tingkat

lokal-

4.264.751

Berdasarkan uji t dengan tingkat

ternyata rata-rata

rumah

keperca-

pendapatan

tangga pengrajin lokal berbeda nyata dengan pengrajin
ngesub dan lokal-pengesub.

dan

Kemudian dengan uji yang

rumah
pesama

rata-rata tingkat pendapatan antara rumah tangga pengrajin

pengesub

dan lokal-pengesub ini tidak berbeda nyata.

ini menunjukkan bahwa rumah tangga pengrajin yang
kan

sistem kerjasama sub-kontrak memiliki

jahteraan
tangga

yang

lebih tinggi.

pengrajin

rotan

di

Secara

sentra

Hal

melaku-

tingkat

kese-

keseluruhan

rumah

Tegalwangi

memiliki

tingkat kesejahteraan ekonomi yang baik.

Analisis

ria

pendapatan/kapi-

Sajogyo

ta/tahun

menunjukkan bahwa

tingkat

krite-

yang disetarakan nilai tukar beras untuk

pengrajin

berada di atas garis kemiskinan.

ketiga

Dimana

nilai

tukar beras/kapita/tahun untuk rumah tangga pengrajin
kal,

pengesub

adalah 874, 1

dan lokal-pengesub
152

dan 1

358,

secara

lo-

berturut-turut

masih lebih tinggi dibanding-

kan selang antara 320-480 kg/kapita/th untuk kriteria nyaris miskin di daerah pedesaan.
Lebih lanjut "nilai goods service ratio"

menunjukkan

bahwa tingkat kesejahteraan ekonomi rumah tangga pengrajin
yang

melakukan sistem kerjasama sub-kontrak lebih

dari

pada pengrajin lokal.

ratio"

ini

adalah

(4.3), pengrajin

Urutan "nilai

sebagai berikut

:

goods

pengrajin

tinggi
service
lokal

pengesub (3.2) dan lokal-pengesub (2.9).

TlNlAUAN PELAKSANAAN SlSTEM KERJASAMA
SUB - KONTRAK DAN lNDUSTRl RUMAH TANGGA
PENGRAJlN ROTAN
(Kasus di Sentra lndustri Rotan Tegalwangi Kabuaaten Cirebon)

YETI SUMIYATI
A . 24. 0597

PROGRAM

STUD!

JURUSAN

EKONOMI

-

PERTANBAN

1LMU 1LMU SOSIAL
FAKULTAS
WSTITUT

DAM

EKONOMl

PERTANlAM

PERTANlAN
1992

BOGOR

SUMBERDAVA

PERT

N

YETI SUMIYATI. TINJAUAN PELAKSANAAN SISTEN KERJASAMA SUBKONTRAK DAN INDUSTRI RUMAH TANGGA PENGRAJIN ROTAN.
Kasus
di Sentra Industri Rotan Tegalwangi Kabupaten Cirebon
(Di
bawah bimbingan Bapak DR. IR. ISANG GONARSYAH).

Produk

rotan merupakan salah satu alternatif

dalam

mengatasi menurunnya penerirnaan dari sektor migas.

Sete-

lah dikeluarkannya kebijakan larangan ekspor rotan

asalan

setengah jadi, permintaan produk rotan rneningkat

dan

lebihi kapasitas produksi perusahaan yang ada.

ne-

Alternatlf

yang digunakan adalah melalui sistem kerjasana sub-kontrak
yang

melibatkan industri besarfeksportirf sedang/

dan rumah tangga.

Dalam penelitian ini perhatian

kecil

diarah-

kan untuk menjawab pertanyaan sejauh mana sistem kerjasama
sub-kontrak memberikan manfaat terhadap rumah tangga pengrajin rotan, yang secara ekonomi kedudukannya lebzn

lenah

daripada lainnya.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mempelajari
bangan

industri rotan di sentra Tegalwangi

baik

perkemdilihat

dari jumlah industri, perkembangan ekspor maupun penyerapan tenaga kerjanya; (2) mempelajari dampak sistem kerjasama

sub-kontrak terhadap tingkat

kesejahteraan

pengrajin

rotan.
Analisis

tujuan pertama dilakukan secara

deskriptif

terhadap perkembangan industri rotan di sentra Tegalwangi.
Kemudian tujuan kedua analisis deskriptif digunakan

untuk

sub-kontrak, melalui pengukuran tingkat pendapatan,
lisis

goods

pendapatan

service ratio", analisis

kecukupan

"ana-

tingkat

(kriteria garis kemiskinan Sajogyo) dan

peme-

nuhan berbagai fasilitas kebutuhan rumah tanqga.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan baik

dari segi jumlah unit usaha, tenaga kerja yang

bat,

nilai produksi maupun rata-rata skala

tahun

1973

kerja

205

jumlah unit usaha berjumlah 60
orang, nilai produksi 108 juta

skala usaha 3 , 4 .

terli-

usaha.

Pada

buah,
dan

tenaga

rata-rata

Pada tahun 1990 meningkat secara bertu-

rut-turut menjadi 500 buah, 18 722 orang, 71 601 juta

dan

skala usana nen~ngkatsebelas kali lipat.
Slstea ker-~asamasub-kontrak memiliki keragaman
berbeda,

dimana unsur-unsur yang terlibat yaitu

besar/eksportir/sedang/kecil

yang

industri

dan rumah tangga dapat berla-

ku sebagai kontraktor dan sub-kontraktor.

Pola keterkait-

an yang palinq dominan adalah industri besar sebagai
traktor,

industri

kecil

sebagai

sub-kontraktor

kon-

I

dan

industri rumah tangga sebagai sub-kontraktor 11.
Dari responden contoh diketahui bahwa persentase kontraktor

yang mendapatkan keuntungan dalam

menjadi

lebih cepat dan efisien (47%), penghematan

produksi

(24%),

naga
lebih

ha1

pekerjaan
biaya

tidak perlu pengurangan fasilitas dan

kerja jika usaha sedang lesu (15%) dan tenaga
murah (14%).

Sedangkan 15% responden

contoh

te-

kerja
dari

.

kontraktor merasakan keruglan dengan adanya kualitas

pro-

duk yang tidak sesuai dan adanya ketidaktepatan waktu

pe-

nyelesaian order.
Responden contoh yang bertindak sebagai
tor

mengatakan

bahwa keuntungan

yang

sub-kontrak-

diperoleh

adalah

kontinuitas produksi dan jaminan pemasaran (56%),
lehnya

uang

(30%).

Sedangkan kerugian yang dirasakan sebagaian

responden
lancar

muka (14%) dan kemudahan suplai

dlpero-

(49%)

dari

bahan

terutama adalah pembayaran

kontraktor, harga per satuan

baku
besar

yang

produk

tidak
rendan

(34%) dan kesalahan manajemen sendiri(l5%).

Dampak sistem kerjasama sub-kontrak terhadap
kesejahteraan pengrajin rotan

tlngkat

ditunjukkan dengan

memban-

dingkan rata-rata tingkat pendapatan yang diperoleh
tangga

pengrajin

kerjasama

rotan yang ikut dan tidak

sub-kontrak.

Secara

ikut

berturut-turut

rumah
sistem

rata-rata

tingkat pendapatan per tahun rumah tangga pengrajin

rotan

yang tidak ikut sub-kontrak (pengrajin lokal), rumah tangga

yang ikut sub-kontrak (pengrajin pengesub)

tangga

yang ikut kedua sistem tersebut (pengrajin

pengesub)
Rp
yaan

dan

adalah

5.025.340.
lo%,

Rp

3.367.170;

Rp

tingkat

lokal-

4.264.751

Berdasarkan uji t dengan tingkat

ternyata rata-rata

rumah

keperca-

pendapatan

tangga pengrajin lokal berbeda nyata dengan pengrajin
ngesub dan lokal-pengesub.

dan

Kemudian dengan uji yang

rumah
pesama

rata-rata tingkat pendapatan antara rumah tangga pengrajin

pengesub

dan lokal-pengesub ini tidak berbeda nyata.

ini menunjukkan bahwa rumah tangga pengrajin yang
kan

sistem kerjasama sub-kontrak memiliki

jahteraan
tangga

yang

lebih tinggi.

pengrajin

rotan

di

Secara

sentra

Hal

melaku-

tingkat

kese-

keseluruhan

rumah

Tegalwangi

memiliki

tingkat kesejahteraan ekonomi yang baik.

Analisis

ria

pendapatan/kapi-

Sajogyo

ta/tahun

menunjukkan bahwa

tingkat

krite-

yang disetarakan nilai tukar beras untuk

pengrajin

berada di atas garis kemiskinan.

ketiga

Dimana

nilai

tukar beras/kapita/tahun untuk rumah tangga pengrajin
kal,

pengesub

adalah 874, 1

dan lokal-pengesub
152

dan 1

358,

secara

lo-

berturut-turut

masih lebih tinggi dibanding-

kan selang antara 320-480 kg/kapita/th untuk kriteria nyaris miskin di daerah pedesaan.
Lebih lanjut "nilai goods service ratio"

menunjukkan

bahwa tingkat kesejahteraan ekonomi rumah tangga pengrajin
yang

melakukan sistem kerjasama sub-kontrak lebih

dari

pada pengrajin lokal.

ratio"

ini

adalah

(4.3), pengrajin

Urutan "nilai

sebagai berikut

:

goods

pengrajin

tinggi
service
lokal

pengesub (3.2) dan lokal-pengesub (2.9).