Telaah Kesempatan Kerja pada Usaha Industri Kecil Rotan (Studi Kasus pada Perusahaan Barang Jadi Rotan Skala Kecil di Sentra Industri Rotan Tegalwangi, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon)
TELAAH KESEMPATAN KERJA
PADA USAEIA INDUSTRI KECIL ROTAN
(Studi Kasus Pada Perusahaan Barang Jadi Rotan Skala Kecii
, Kecamatan Weru,
di Sentra Indu
.FURUSAN ILMU-ILMU SBSIAL EKONOMI I'ERTANIWN
FAKULTAS PERTAMAN
DNSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
RINGKASAN
SARINI.
Telaah Kesempatan Kerja Pada Usaha Industri Kecil
Rotan (Studi Kasus Pada Perusahaan Barang Jadi Rotan Skala
Kecil di Sentra Industri Rotan Tegalwangi, Kecamatan Weru,
Kabupaten
Cirebon)
di
bawah
bimbingan
SAID
RUSLI
dan
SAHARrnDIN.
Penelitian yang bersifat kualitatif
ini menelaah
kemampuan industri kecil rotan Tegalwangi dalam menciptakan kesempatan kerja.
Penelitian ini juga mempelajari
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesempatan kerja
seseorang untuk bekerja di industri kecil rotan.
Persoalan di atas didekati dengan melihat 5 kasus
bengkel kecil rotan yang mempunyai
15-19 orang
tenaga
kerja dan yang memliki hubungan kerjasama subkontrak dalam
menjalankan
usahanya.
Sebagian
besar,
informasi
yang
didapat yaitu lewat pengamatan dan wawancara bebas dengan
para pengusaha kecil dan pekerja bengkel kecil rotan,
serta catatan-catatan dari Kantor Desa Tegalwangi dan
Kantor Dinas Perindustrian Kabupaten Cirebon.
Eeberapa temuan penelitian adalah sebagai berikut:
Pada awal-awal pertama masuknya kerajinan rotan ke Desa
Tegalwangi, proses pembuatan perabot rotan bersifat sangat
rahasia dan tertutup.
Proses pembuatan berlangsung di
dalam rumah, tertutup dari pandangan orang luar.
Ini
mempengaruhi bentuk hubungan kerja yang berlangsung pada
saat
itu, yaitu
hanya
kerabat
dekat
saja yang
bisa
memlliki akses bekerja magang tanpa dibayar, tidak dikenal
buruh upahan dengan tenaga non keluarga. Dengan mekanisme
seperti itu maka monopoli keterampilan pembuatan perabot
rotan dapat dipertahankan.
Namun
tidak satu bengkel pun pada saat itu yang
berhasil menahan para tenaga magangnya untuk jangka waktu
yang cukup lama.
Mereka akan segera keluar dan mendirikan
bengkel
dengan
sendiri
merekrut
tenaga
magang
baru.
Demikian seterusnya, tenaga magang tersebut akan segera
Sifat hubungan
keluar dan mendirikan bengkel sendiri.
kerja seperti itu memberikan corak pada proses pertumbuhan
bengkel-benykel kecil rotan di Desa Tegalwangi yang ternyata terus bertahan hingga saat ini.
Industri rotan
Tegalwangi
dapat
berperan
sebagai
salah satu alternatif untuk mengatasi kesenjangan antara
jumlah tenaga kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia.
Hal
tersebut
dibuktikan
dengan
besarnya
kemampuan
industri kecil rotan dalam menciptakan lapangan kerja baik
bagi penduduk setempat maupun penduduk luar desa.
Dinas
Perindustrian Kabupaten Cirebon (1996) mencatat bahwa pada
tahun 1995, jumlah industri/bengkel kecil rotan di Tegalwangi ada sekitar 300 unit usaha yang sebagian besar ( 2 6 8
unit usaha) terlibat dalam sistem kerjasama subkontrak.
Unit usaha-unit usaha yang terlibat kerjasama subkontrak
tersebut
mampu
menampung
15.521
orang
tenaga
kerja.
Disamping itu industri rotan Tegalwangi juga mempunyai
kemampuan dalam menampung penduduk yang drop out dari
sekolah, yaitu
sebesar
dari
92,8%
keseluruhan
jumlah
penduduk yang drop out.
Tenaga kerja yang bekerja di 5 unit usaha bengkel
kecil rotan
yang dipilih sebaga kasus, umumnya ditemukan
tenaga kerja laki-laki dan berusia relatif muda
(13-30
tahun).
Tingkat pendidikan yang dimiliki tenaga kerja
tersebut
umumnya
relatif
rendah,
tetapi
keterampilan
mereka dalam membuat perabot rotan dapat dikatakan cukup
t inggi .
Sedangkan
jalur penerimaan
tenaga
kerja
di
bengkel kecil tersebut, paling besar adalah karena kenal
dengan pengusaha ataupun pekerja yang bekerja di bengkelbengkel kecil tersebut.
Bengkel
umumnya
kecil
rotan yang
dipilih
sebagai
berproduksi berdasarkan pesanan, yang
melalui hubungan subkontrak.
kapasitas
didapat
Jika pesanan yang didapat
dari perusahaan-perusahaan besar
besar/melebihi
kasus,
atau
produksi,
eksportir
biasanya
cukup
pengusaha
merekrut tenaga kerja baru untuk mengejar waktu produksi.
Sedangkan upah yang berlaku di industri rotan pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan upah di pertanian.
Hanya
saja, upah yang didapat di industri rotan lebih teratur
dan tidak tergantung musim.
Masyarakat Tegalwangi pada umurnnya lebih memandang
tinggi nilai pekerjaan di
pekerjaan di pertanian.
satu
penyebab
industri rotan dibandingkan
Kondisi seperti ini menjadi salah
banyaknya
tenaga
kerja
yang
pekerjaan dari pertanian ke industri rotan.
berpindah
TELAAH KESEMPATAN KERJA
PADA USAHA INDUSTRI KECIL ROTAN
(Studi Kasus Pada Perusahaan Barang Jadi Rotan Skala Kecil di Sentra
Industri Rotan Tegalwangi, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon)
SKRIPSI
SEBAGAI SALAH SATU SYARAT bWTUK MEMPEROLEH GELAR
SARJANA PERTANIAN PADA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Oleh
SARINI
A. 291244
JUIUSAh' ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTAMAN BOGOR
1996
TELAAH KESEMPATAN KERJA
PADA USAEIA INDUSTRI KECIL ROTAN
(Studi Kasus Pada Perusahaan Barang Jadi Rotan Skala Kecii
, Kecamatan Weru,
di Sentra Indu
.FURUSAN ILMU-ILMU SBSIAL EKONOMI I'ERTANIWN
FAKULTAS PERTAMAN
DNSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
RINGKASAN
SARINI.
Telaah Kesempatan Kerja Pada Usaha Industri Kecil
Rotan (Studi Kasus Pada Perusahaan Barang Jadi Rotan Skala
Kecil di Sentra Industri Rotan Tegalwangi, Kecamatan Weru,
Kabupaten
Cirebon)
di
bawah
bimbingan
SAID
RUSLI
dan
SAHARrnDIN.
Penelitian yang bersifat kualitatif
ini menelaah
kemampuan industri kecil rotan Tegalwangi dalam menciptakan kesempatan kerja.
Penelitian ini juga mempelajari
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesempatan kerja
seseorang untuk bekerja di industri kecil rotan.
Persoalan di atas didekati dengan melihat 5 kasus
bengkel kecil rotan yang mempunyai
15-19 orang
tenaga
kerja dan yang memliki hubungan kerjasama subkontrak dalam
menjalankan
usahanya.
Sebagian
besar,
informasi
yang
didapat yaitu lewat pengamatan dan wawancara bebas dengan
para pengusaha kecil dan pekerja bengkel kecil rotan,
serta catatan-catatan dari Kantor Desa Tegalwangi dan
Kantor Dinas Perindustrian Kabupaten Cirebon.
Eeberapa temuan penelitian adalah sebagai berikut:
Pada awal-awal pertama masuknya kerajinan rotan ke Desa
Tegalwangi, proses pembuatan perabot rotan bersifat sangat
rahasia dan tertutup.
Proses pembuatan berlangsung di
dalam rumah, tertutup dari pandangan orang luar.
Ini
mempengaruhi bentuk hubungan kerja yang berlangsung pada
saat
itu, yaitu
hanya
kerabat
dekat
saja yang
bisa
memlliki akses bekerja magang tanpa dibayar, tidak dikenal
buruh upahan dengan tenaga non keluarga. Dengan mekanisme
seperti itu maka monopoli keterampilan pembuatan perabot
rotan dapat dipertahankan.
Namun
tidak satu bengkel pun pada saat itu yang
berhasil menahan para tenaga magangnya untuk jangka waktu
yang cukup lama.
Mereka akan segera keluar dan mendirikan
bengkel
dengan
sendiri
merekrut
tenaga
magang
baru.
Demikian seterusnya, tenaga magang tersebut akan segera
Sifat hubungan
keluar dan mendirikan bengkel sendiri.
kerja seperti itu memberikan corak pada proses pertumbuhan
bengkel-benykel kecil rotan di Desa Tegalwangi yang ternyata terus bertahan hingga saat ini.
Industri rotan
Tegalwangi
dapat
berperan
sebagai
salah satu alternatif untuk mengatasi kesenjangan antara
jumlah tenaga kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia.
Hal
tersebut
dibuktikan
dengan
besarnya
kemampuan
industri kecil rotan dalam menciptakan lapangan kerja baik
bagi penduduk setempat maupun penduduk luar desa.
Dinas
Perindustrian Kabupaten Cirebon (1996) mencatat bahwa pada
tahun 1995, jumlah industri/bengkel kecil rotan di Tegalwangi ada sekitar 300 unit usaha yang sebagian besar ( 2 6 8
unit usaha) terlibat dalam sistem kerjasama subkontrak.
Unit usaha-unit usaha yang terlibat kerjasama subkontrak
tersebut
mampu
menampung
15.521
orang
tenaga
kerja.
Disamping itu industri rotan Tegalwangi juga mempunyai
kemampuan dalam menampung penduduk yang drop out dari
sekolah, yaitu
sebesar
dari
92,8%
keseluruhan
jumlah
penduduk yang drop out.
Tenaga kerja yang bekerja di 5 unit usaha bengkel
kecil rotan
yang dipilih sebaga kasus, umumnya ditemukan
tenaga kerja laki-laki dan berusia relatif muda
(13-30
tahun).
Tingkat pendidikan yang dimiliki tenaga kerja
tersebut
umumnya
relatif
rendah,
tetapi
keterampilan
mereka dalam membuat perabot rotan dapat dikatakan cukup
t inggi .
Sedangkan
jalur penerimaan
tenaga
kerja
di
bengkel kecil tersebut, paling besar adalah karena kenal
dengan pengusaha ataupun pekerja yang bekerja di bengkelbengkel kecil tersebut.
Bengkel
umumnya
kecil
rotan yang
dipilih
sebagai
berproduksi berdasarkan pesanan, yang
melalui hubungan subkontrak.
kapasitas
didapat
Jika pesanan yang didapat
dari perusahaan-perusahaan besar
besar/melebihi
kasus,
atau
produksi,
eksportir
biasanya
cukup
pengusaha
merekrut tenaga kerja baru untuk mengejar waktu produksi.
Sedangkan upah yang berlaku di industri rotan pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan upah di pertanian.
Hanya
saja, upah yang didapat di industri rotan lebih teratur
dan tidak tergantung musim.
Masyarakat Tegalwangi pada umurnnya lebih memandang
tinggi nilai pekerjaan di
pekerjaan di pertanian.
satu
penyebab
industri rotan dibandingkan
Kondisi seperti ini menjadi salah
banyaknya
tenaga
kerja
yang
pekerjaan dari pertanian ke industri rotan.
berpindah
TELAAH KESEMPATAN KERJA
PADA USAHA INDUSTRI KECIL ROTAN
(Studi Kasus Pada Perusahaan Barang Jadi Rotan Skala Kecil di Sentra
Industri Rotan Tegalwangi, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon)
SKRIPSI
SEBAGAI SALAH SATU SYARAT bWTUK MEMPEROLEH GELAR
SARJANA PERTANIAN PADA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Oleh
SARINI
A. 291244
JUIUSAh' ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTAMAN BOGOR
1996
PADA USAEIA INDUSTRI KECIL ROTAN
(Studi Kasus Pada Perusahaan Barang Jadi Rotan Skala Kecii
, Kecamatan Weru,
di Sentra Indu
.FURUSAN ILMU-ILMU SBSIAL EKONOMI I'ERTANIWN
FAKULTAS PERTAMAN
DNSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
RINGKASAN
SARINI.
Telaah Kesempatan Kerja Pada Usaha Industri Kecil
Rotan (Studi Kasus Pada Perusahaan Barang Jadi Rotan Skala
Kecil di Sentra Industri Rotan Tegalwangi, Kecamatan Weru,
Kabupaten
Cirebon)
di
bawah
bimbingan
SAID
RUSLI
dan
SAHARrnDIN.
Penelitian yang bersifat kualitatif
ini menelaah
kemampuan industri kecil rotan Tegalwangi dalam menciptakan kesempatan kerja.
Penelitian ini juga mempelajari
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesempatan kerja
seseorang untuk bekerja di industri kecil rotan.
Persoalan di atas didekati dengan melihat 5 kasus
bengkel kecil rotan yang mempunyai
15-19 orang
tenaga
kerja dan yang memliki hubungan kerjasama subkontrak dalam
menjalankan
usahanya.
Sebagian
besar,
informasi
yang
didapat yaitu lewat pengamatan dan wawancara bebas dengan
para pengusaha kecil dan pekerja bengkel kecil rotan,
serta catatan-catatan dari Kantor Desa Tegalwangi dan
Kantor Dinas Perindustrian Kabupaten Cirebon.
Eeberapa temuan penelitian adalah sebagai berikut:
Pada awal-awal pertama masuknya kerajinan rotan ke Desa
Tegalwangi, proses pembuatan perabot rotan bersifat sangat
rahasia dan tertutup.
Proses pembuatan berlangsung di
dalam rumah, tertutup dari pandangan orang luar.
Ini
mempengaruhi bentuk hubungan kerja yang berlangsung pada
saat
itu, yaitu
hanya
kerabat
dekat
saja yang
bisa
memlliki akses bekerja magang tanpa dibayar, tidak dikenal
buruh upahan dengan tenaga non keluarga. Dengan mekanisme
seperti itu maka monopoli keterampilan pembuatan perabot
rotan dapat dipertahankan.
Namun
tidak satu bengkel pun pada saat itu yang
berhasil menahan para tenaga magangnya untuk jangka waktu
yang cukup lama.
Mereka akan segera keluar dan mendirikan
bengkel
dengan
sendiri
merekrut
tenaga
magang
baru.
Demikian seterusnya, tenaga magang tersebut akan segera
Sifat hubungan
keluar dan mendirikan bengkel sendiri.
kerja seperti itu memberikan corak pada proses pertumbuhan
bengkel-benykel kecil rotan di Desa Tegalwangi yang ternyata terus bertahan hingga saat ini.
Industri rotan
Tegalwangi
dapat
berperan
sebagai
salah satu alternatif untuk mengatasi kesenjangan antara
jumlah tenaga kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia.
Hal
tersebut
dibuktikan
dengan
besarnya
kemampuan
industri kecil rotan dalam menciptakan lapangan kerja baik
bagi penduduk setempat maupun penduduk luar desa.
Dinas
Perindustrian Kabupaten Cirebon (1996) mencatat bahwa pada
tahun 1995, jumlah industri/bengkel kecil rotan di Tegalwangi ada sekitar 300 unit usaha yang sebagian besar ( 2 6 8
unit usaha) terlibat dalam sistem kerjasama subkontrak.
Unit usaha-unit usaha yang terlibat kerjasama subkontrak
tersebut
mampu
menampung
15.521
orang
tenaga
kerja.
Disamping itu industri rotan Tegalwangi juga mempunyai
kemampuan dalam menampung penduduk yang drop out dari
sekolah, yaitu
sebesar
dari
92,8%
keseluruhan
jumlah
penduduk yang drop out.
Tenaga kerja yang bekerja di 5 unit usaha bengkel
kecil rotan
yang dipilih sebaga kasus, umumnya ditemukan
tenaga kerja laki-laki dan berusia relatif muda
(13-30
tahun).
Tingkat pendidikan yang dimiliki tenaga kerja
tersebut
umumnya
relatif
rendah,
tetapi
keterampilan
mereka dalam membuat perabot rotan dapat dikatakan cukup
t inggi .
Sedangkan
jalur penerimaan
tenaga
kerja
di
bengkel kecil tersebut, paling besar adalah karena kenal
dengan pengusaha ataupun pekerja yang bekerja di bengkelbengkel kecil tersebut.
Bengkel
umumnya
kecil
rotan yang
dipilih
sebagai
berproduksi berdasarkan pesanan, yang
melalui hubungan subkontrak.
kapasitas
didapat
Jika pesanan yang didapat
dari perusahaan-perusahaan besar
besar/melebihi
kasus,
atau
produksi,
eksportir
biasanya
cukup
pengusaha
merekrut tenaga kerja baru untuk mengejar waktu produksi.
Sedangkan upah yang berlaku di industri rotan pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan upah di pertanian.
Hanya
saja, upah yang didapat di industri rotan lebih teratur
dan tidak tergantung musim.
Masyarakat Tegalwangi pada umurnnya lebih memandang
tinggi nilai pekerjaan di
pekerjaan di pertanian.
satu
penyebab
industri rotan dibandingkan
Kondisi seperti ini menjadi salah
banyaknya
tenaga
kerja
yang
pekerjaan dari pertanian ke industri rotan.
berpindah
TELAAH KESEMPATAN KERJA
PADA USAHA INDUSTRI KECIL ROTAN
(Studi Kasus Pada Perusahaan Barang Jadi Rotan Skala Kecil di Sentra
Industri Rotan Tegalwangi, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon)
SKRIPSI
SEBAGAI SALAH SATU SYARAT bWTUK MEMPEROLEH GELAR
SARJANA PERTANIAN PADA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Oleh
SARINI
A. 291244
JUIUSAh' ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTAMAN BOGOR
1996
TELAAH KESEMPATAN KERJA
PADA USAEIA INDUSTRI KECIL ROTAN
(Studi Kasus Pada Perusahaan Barang Jadi Rotan Skala Kecii
, Kecamatan Weru,
di Sentra Indu
.FURUSAN ILMU-ILMU SBSIAL EKONOMI I'ERTANIWN
FAKULTAS PERTAMAN
DNSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
RINGKASAN
SARINI.
Telaah Kesempatan Kerja Pada Usaha Industri Kecil
Rotan (Studi Kasus Pada Perusahaan Barang Jadi Rotan Skala
Kecil di Sentra Industri Rotan Tegalwangi, Kecamatan Weru,
Kabupaten
Cirebon)
di
bawah
bimbingan
SAID
RUSLI
dan
SAHARrnDIN.
Penelitian yang bersifat kualitatif
ini menelaah
kemampuan industri kecil rotan Tegalwangi dalam menciptakan kesempatan kerja.
Penelitian ini juga mempelajari
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesempatan kerja
seseorang untuk bekerja di industri kecil rotan.
Persoalan di atas didekati dengan melihat 5 kasus
bengkel kecil rotan yang mempunyai
15-19 orang
tenaga
kerja dan yang memliki hubungan kerjasama subkontrak dalam
menjalankan
usahanya.
Sebagian
besar,
informasi
yang
didapat yaitu lewat pengamatan dan wawancara bebas dengan
para pengusaha kecil dan pekerja bengkel kecil rotan,
serta catatan-catatan dari Kantor Desa Tegalwangi dan
Kantor Dinas Perindustrian Kabupaten Cirebon.
Eeberapa temuan penelitian adalah sebagai berikut:
Pada awal-awal pertama masuknya kerajinan rotan ke Desa
Tegalwangi, proses pembuatan perabot rotan bersifat sangat
rahasia dan tertutup.
Proses pembuatan berlangsung di
dalam rumah, tertutup dari pandangan orang luar.
Ini
mempengaruhi bentuk hubungan kerja yang berlangsung pada
saat
itu, yaitu
hanya
kerabat
dekat
saja yang
bisa
memlliki akses bekerja magang tanpa dibayar, tidak dikenal
buruh upahan dengan tenaga non keluarga. Dengan mekanisme
seperti itu maka monopoli keterampilan pembuatan perabot
rotan dapat dipertahankan.
Namun
tidak satu bengkel pun pada saat itu yang
berhasil menahan para tenaga magangnya untuk jangka waktu
yang cukup lama.
Mereka akan segera keluar dan mendirikan
bengkel
dengan
sendiri
merekrut
tenaga
magang
baru.
Demikian seterusnya, tenaga magang tersebut akan segera
Sifat hubungan
keluar dan mendirikan bengkel sendiri.
kerja seperti itu memberikan corak pada proses pertumbuhan
bengkel-benykel kecil rotan di Desa Tegalwangi yang ternyata terus bertahan hingga saat ini.
Industri rotan
Tegalwangi
dapat
berperan
sebagai
salah satu alternatif untuk mengatasi kesenjangan antara
jumlah tenaga kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia.
Hal
tersebut
dibuktikan
dengan
besarnya
kemampuan
industri kecil rotan dalam menciptakan lapangan kerja baik
bagi penduduk setempat maupun penduduk luar desa.
Dinas
Perindustrian Kabupaten Cirebon (1996) mencatat bahwa pada
tahun 1995, jumlah industri/bengkel kecil rotan di Tegalwangi ada sekitar 300 unit usaha yang sebagian besar ( 2 6 8
unit usaha) terlibat dalam sistem kerjasama subkontrak.
Unit usaha-unit usaha yang terlibat kerjasama subkontrak
tersebut
mampu
menampung
15.521
orang
tenaga
kerja.
Disamping itu industri rotan Tegalwangi juga mempunyai
kemampuan dalam menampung penduduk yang drop out dari
sekolah, yaitu
sebesar
dari
92,8%
keseluruhan
jumlah
penduduk yang drop out.
Tenaga kerja yang bekerja di 5 unit usaha bengkel
kecil rotan
yang dipilih sebaga kasus, umumnya ditemukan
tenaga kerja laki-laki dan berusia relatif muda
(13-30
tahun).
Tingkat pendidikan yang dimiliki tenaga kerja
tersebut
umumnya
relatif
rendah,
tetapi
keterampilan
mereka dalam membuat perabot rotan dapat dikatakan cukup
t inggi .
Sedangkan
jalur penerimaan
tenaga
kerja
di
bengkel kecil tersebut, paling besar adalah karena kenal
dengan pengusaha ataupun pekerja yang bekerja di bengkelbengkel kecil tersebut.
Bengkel
umumnya
kecil
rotan yang
dipilih
sebagai
berproduksi berdasarkan pesanan, yang
melalui hubungan subkontrak.
kapasitas
didapat
Jika pesanan yang didapat
dari perusahaan-perusahaan besar
besar/melebihi
kasus,
atau
produksi,
eksportir
biasanya
cukup
pengusaha
merekrut tenaga kerja baru untuk mengejar waktu produksi.
Sedangkan upah yang berlaku di industri rotan pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan upah di pertanian.
Hanya
saja, upah yang didapat di industri rotan lebih teratur
dan tidak tergantung musim.
Masyarakat Tegalwangi pada umurnnya lebih memandang
tinggi nilai pekerjaan di
pekerjaan di pertanian.
satu
penyebab
industri rotan dibandingkan
Kondisi seperti ini menjadi salah
banyaknya
tenaga
kerja
yang
pekerjaan dari pertanian ke industri rotan.
berpindah
TELAAH KESEMPATAN KERJA
PADA USAHA INDUSTRI KECIL ROTAN
(Studi Kasus Pada Perusahaan Barang Jadi Rotan Skala Kecil di Sentra
Industri Rotan Tegalwangi, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon)
SKRIPSI
SEBAGAI SALAH SATU SYARAT bWTUK MEMPEROLEH GELAR
SARJANA PERTANIAN PADA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Oleh
SARINI
A. 291244
JUIUSAh' ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTAMAN BOGOR
1996