Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR) pingkan dias l

TUGAS AKHIR 108
Periode Agustus– Desember 2009

Fa silita s Pe ng o la ha n Sa m p a h d i TPA Ja tib a ra ng
Se m a ra ng

O le h :
PING KA N DIA S L
L2B00519O

Do se n Pe m b im b ing :

Ir. A b d ul Ma lik, MSA

Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
Tahun 2009

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan jumlah penduduk serta pergeseran gaya hidup atau lifestyle di kalangan
masyarakat modern akan terus meningkatkan laju konsumsi masyarakat. Hal ini akan
mengakibatkan semakin bertambahnya volume sampah yang dihasilkan. Sedangkan
pengelolaan sampah yang umumnya dilakukan saat ini adalah menggunakan sistem open
dumping (penimbunan secara terbuka) serta tidak memenuhi standar yang memadai.
Keterbatasan lahan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di kota besar dan
metropolitan juga berpotensi menimbulkan persoalan baru. Daerah pinggiran kota masih
dianggap sebagai tempat paling mudah untuk membuang sampah. Sehingga daerah
tersebut kehilangan peluang untuk memberdayakan sampah, memanfaatkannya serta
meningkatkan kualitas lingkungannya. Apabila hal ini tidak tertangani dan dikelola dengan
baik, peningkatan sampah yang terjadi tiap tahun itu bisa memperpendek umur TPA dan
membawa dampak pada pencemaran lingkungan, baik air, tanah, maupun udara. Di
samping itu, sampah berpotensi menurunkan kualitas sumber daya alam, menyebabkan
banjir dan konflik sosial, serta menimbulkan berbagai macam penyakit.
Produksi sampah di Kota Semarang tidak sebanding dengan sarana dan prasarana
pengelola kebersihannya. Volume sampah pada tahun 1993 - 2006 rata-rata meningkat
sebesar 15,22 persen atau sekitar 102.000 meter kubik per tahun. Timbunan sampah

meningkat rata-rata 324 meter kubik per hari. Pada tahun 2005 volume sampah harian
sudah mencapai 4.274 meter kubik. Tahun 2007 produksi sampah Kota Semarang 4.500
meter kubik. Awal 2009, produksi sampah 7.000 meter kubik. Data BPS tahun 2000
menyebutkan, 384 kota yang menimbulkan sampah sebesar 80.235,87 ton setiap hari,
penanganan sampah yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah sebesar
4,2 %, yang dibakar sebesar 37,6 % , yang dibuang ke sungai 4,9 % dan tidak tertangani
sebesar 53,3 %. Di Kota Semarang,

tidak semua sampah dapat terangkut karena

keterbatasan sarana transportasi yang jumlahnya hanya sekitar 100-an unit truk. Dinas
kebersihan hanya mampu mengangkut sampah sebesar 64,53 persen atau sekitar 2.700
meter kubik per hari. Artinya, masih ada sekitar 1.500 meter kubik sampah yang menjadi
beban lingkungan setiap hari yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan bencana apabila
terakumulasi terus-menerus.

2

Pengelolaan sampah di Kota Semarang saat ini baru menjangkau 120 kelurahan dari 177
kelurahan yang ada. Sedangkan sampah yang terangkut ke TPA Jatibarang baru 70% dari

seluruh produksi total sampah kota sebesar 4.500 m3/hari, Dari seluruh produksi sampah
tersebut, 62 persen merupakan sampah organik dan 38 persen adalah sampah anorganik (
http://www.Kompas.com; edisi 28 Februari 2009 )
Penanganan sampah harus segera ditanggulangi. Apabila ditangani secara serius, maka
sampah bukan lagi musuh tapi sahabat, karena bisa didaur ulang, dan dapat menghasilkan
peningkatan ekonomi. Air limbah bila diolah tidak akan merugikan dan harus ada
keterpaduan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat di
lokasi pembuangan sampah mutlak harus dilakukan, Selama ini sampah hanya dihargai
oleh para pemulung, dan nilai ekonomis sampah hanya dilihat dalam kegiatan pengumpulan
dan pengangkutan ke lokasi terakhir. Sebagai perbandingan, setiap satu ton sampah di TPA
rata-rata menghasilkan 0,235 m³ gas metana sedangkan jika dikomposkan akan dapat
menghasilkan 0,5 ton kompos1. Kita harus mengubah orientasi pengelolaan sampah dari
masyarakat yang menghasilkan sampah secara massal ( mass waste - producing society )
menjadi masyarakat yang mampu melakukan suatu siklus suatu material secara
menyeluruh (sound material-cycle society)2(http: //www.kompas.com; edisi Senin, 19 Juni
2006)
Memberdayakan suatu produk buangan seperti sampah hingga menjadi bernilai ekonomi
tidak hanya mengomposkan saja. Dengan teknologi sederhana, sampah organik dapat
diubah menjadi briket serta produk samping dari olahan briket seperti asap cair dapat
digunakan untuk mengawetkan makanan, herbisida organik serta pupuk. Beberapa negara

seperti Canada, Inggris serta Australia telah mengembangkan teknologi pengolahan
sampah menuju zero waste. Bahkan banyak perusahaan swasta yang khusus bergerak
dalam bidang

pengolahan sampah, dari sampah padat, cair, sampah industry, hingga

sampah dari logam berbahaya. Sampah-sampah tersebut diolah menjadi bentuk energy
yang dapat digunakan sebagai pembangkit listrik.
Hiroshima Naka Waste Incineration Plant dan Maishima Incineration and Water Treatment
Plant di Jepang telah membuktikan bahwa fasilitas pengolahan sampah dapat tampil
menarik secara arsitektural. Yoshio Taniguchi, arsitek dari Hiroshima Naka Waste
Incineration Plant dengan bangga menyebut bangunan tersebut sebagai “Museum of
Garbage”. Bertolak belakang dengan fungsi bangunan di dalamnya, penampilan fisik dari
bangunan-bangunan tersebut di atas telah mampu merubah persepsi masyarakat akan
1
2

http :/ / www.sc rib d .c o m/ a na lisis nila i e ko no mi p e rsa mp a ha n
http : / / www.ko mp a s.c o m; e d isi Se nin, 19 Juni 2006


3

suatu tempat pembuangan akhir. Masyarakat dapat melihat proses pengolahan sampah
yang terdapat di dalamnya sehingga bangunan tersebut juga berfungsi sebagai media
informasi yang mendekatkan masyarakat dengan permasalahan sampah di kotanya
sehingga diharapkan dapat merubah perspektif masyarakat dalam mengelola sampah .
Dari uraian tersebut diatas, dibutuhkan suatu fasilitas pengolahan sampah di TPA
Jatibarang, Semarang, untuk menangani persoalan sampah yang setiap saat terus
bertambah volumenya. Dibutuhkan suatu wadah yang mampu secara mandiri mengelola
sampah yang dihasilkan oleh penduduk Kota Semarang serta meningkatkan nilai ekonomis
bahan buangan sekaligus menghindari penurunan kualitas lingkungan akibat aktivitas
pengolahan sampah yang umumnya terjadi di sekitar lingkungan TPA.
B. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
Sebagai landasan perencanaan dan perancangan pada studio grafis Tugas Akhir
periode 108
2. Sasaran
Mendapatkan program ruang serta merumuskan konsep dasar perancangan arsitektur.

C. Manfaat

1. Subjektif
Sebagai acuan dalam eksplorasi design tahap selanjutnya pada Tugas Akhir periode
108.
2. Objektif
Menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa yang akan menyusun Tugas
Akhir.

D. Kerangka Pembahasan
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN TEORI
BAB III TINJAUAN PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SEMARANG
BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN FASILITAS
PENGOLAHAN SAMPAH DI TPA JATIBARANG, SEMARANG
BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN ARSITEKTUR

4

E. ALUR PIKIR
A KTUA LITA


• Se ma ra ng se b a g a i p usa t p e me rinta ha n p ro p insi d a n ko ta b e lum me miliki
fa silita s p e ng o la ha n sa mp a h ya ng me ma d a i untuk se c a ra ma nd iri me ng o la h
sa mp a h ya ng d iha silka n d a la m ska la ko ta .
• Vo lume sa mp a h d i Ko ta Se ma ra ng ya ng te rus me ning ka t se iring d e ng a n
p e rg e se ra n p o la ko nsumsi ma sya ra ka t hing g a me nc a p a i 15,22% p e r ta hun
(d a ta :http :/ / www.ko mp a s.c o m)
• TPA Ja tib a ra ng ma sih me ng g una ka n siste m c o ntro lle d la nd fill d a la m
p e ng e lo la a n sa mp a h.
• Sa mp a h me rup a ka n p o te nsi ma te ri ya ng ma sih me miliki e ne rg i na mun
d ia b a ika n o le h ma nusia ka re na nila i g una d a n nila i e ste tisnya ya ng d ia ng g a p
re nd a h.

URG ENSI

• Ke b utuha n a ka n TPA ya ng d a p a t me ng o la h sa mp a h se hing g a d a p a t
me ng ub a h sa mp a h me nja d i le b ih b e rnila i e ko no mis.
• Me nurut RDTRK Ko ta Se ma ra ng , umur TPA Ja tib a ra ng d ip e rkira ka n a ka n b e ra khir
p a d a ta hun 2010.

O RIG INA LITA


TUJUA N DA N SA SA RA N

Pe re nc a na a n d a n p e ra nc a ng a n sua tu wa d a h ya ng d a p a t me me nuhi ke b utuha n
Ko ta Se ma ra ng a ka n sua tu Fa silita s Pe ng o la ha n Sa mp a h

STUDI PUSTA KA

• La nd a sa n Te o ri
• Sta nd a rd
Pe re nc a na a n d a n

STUDI
LA PA NG A N

• Tinja ua n
Ta p a k

Ko mp ila si d a ta d e ng a n stud i p usta ka se hing g a
ma suka n d a ri stud i ka sus d a n wa wa nc a ra


STUDI KA SUS

• TPA Ja tib a ra ng ,
Se ma ra ng
• TPA Piyung a n,

d id a p a t p e rma sa la ha n se rta

Ko nse p Da sa r Pe re nc a na a n d a n Pe ra nc a ng a n Fa silita s Pe ng o la ha n Sa m p a h d i TPA
Ja tib a ra ng , Se m a ra ng .

5