RTRWBAB IV Renc. Struktur Ruang H.25 32
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
B.
Energi lainnya
Energi lainnya meliputi jaringan Gas dan ketersediaan SPPBE (Stasiun
Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji) di Kabupaten Ngawi. Untuk jaringan
Gas di Kabupaten Ngawi potensi yang ada masih belum dapat dikembangkan
karena belum dipersiapkannya studi pengembangan yang dilakukan terhadap
kelayakan energi alternatif ini bagi Kabupaten Ngawi. Sedangkan pengadaan
SPPBE di Kabupaten Ngawi perlu melibatkan pihak swasta sebagai investor. Di
Gambar 4.10
Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi di Kabupaten Ngawi
Kabupaten Ngawi saat ini baru memiliki satu depo SPPBE di perkotaan Ngawi,
sedangkan target yang dibutuhkan adalah sesuai jumlah perkotaan hingga
Kebutuhan
ketingkat pelayanan PKLp yang ada di Kabupaten Ngawi yaitu 3 SPPBE.
akan
sarana
telekomunikasi
(telepon)
ditentukan
oleh
pendapatan, harga dan juga gaya hidup. Kebutuhan telepon di Kabupaten Ngawi
dimasa mendatang diperhitungkan dengan prioritas terhadap permintaan
4.4.3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
Penggunaan
fasilitas
telekomunikasi
oleh
masyarakat
meliputi
sambungan sebagai berikut :
prasarana telekomunikasi dan informatika. Rencana pengembangan prasarana
a. Keperluan rumah / pribadi
telekomunikasi
b. Keperluan fasilitas lain seperti : perkantoran, perdagangan, jasa, pendidikan,
diarahkan
pada
peningkatan
jangkauan
pelayanan
dan
kesehatan, industri , wartel dan lain-lain.
kemudahan mendapatkannya. Dalam hal ini, penyediaan tower BTS (Base
Transceiver Station) sangat penting menjangkau ke pelosok perdesaan sebagai
c. Keperluan umum (telepon umum)
Pengembangan jaringan telepon mengikuti pola jaringan yang telah ada
prasarana pendukung. Dengan semakin berkembangnya teknologi, untuk
peningkatan
kebutuhan
dan
pelayanan
masyarakat
perlu
dilakukan
saat ini. Pengembangan yang akan dilakukan mempertimbangkan jumlah calon
peningkatan jumlah dan mutu telekomunikasi pada tiap wilayah, yaitu :
pelanggan, rencana jaringan yang akan dikembangkan oleh Telkom, tingkat
1.
Menerapkan teknologi telekomunikasi berbasis teknologi modern.
perkembangan kawasan yang akan terjadi, dan efisiensi serta efektifitas
2.
Pembangunan teknologi telekomunikasi pada wilayah - wilayah pusat
pemasangan sambungan.
pertumbuhan.
Disamping
Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan
dikaitkan dengan perkembangan hunian yang telah diprediksikan, adapun
setiap wilayah pertumbuhan dengan ibukota kabupaten.
ketentuan yang digunakan yaitu sebagi berikut ;
3.
4.
Mengarahkan untuk memanfaatkan secara bersama pada satu tower BTS
untuk beberapa operator telepon seluler dengan pengelolaan secara bersama
pula (diarahkan agar Satu Tower untuk Tiga Operator) dan
5.
Mengatur jarak antar tower berdasarkan skala pelayanan secara teratur dan
itu
secara
aspek
Planologis
pengembangan
jaringan
-
Rumah tangga kapling besar dengan tingkat pelayanan 100%
-
Rumah tangga kapling sedang dengan tingkat pelayanan 50%
-
Fasum dan Fasos 25% dari kebutuhan rumah tangga
-
Tiap 1000 penduduk 1 unit telepon umum
telepon
tetap memperhatikan keindahan
Laporan Akhir
IV - 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
Akan tetapi permintaan secara pasti sambungan telepon sangat sulit
dipastikan
selain
beberapa
faktor
tersebut
diatas
juga
karena
-
jumlah
permintaan dan penawaran tidak selalu seiring. Ketersediaan jasa telepon akan
,menjadi faktor pendorong pengembangan kabupaten. Pada umumnya jasa
Penggunaan tanah sekitar tower difungsikan sebagai kawasan RTH, jauh
dari permukiman.
-
Pemagaran yang rapat
pada sepanjang tower demi keamanan, karena
mempunyai tegangan tinggi.
telepon sangat dibutuhkan masyarakat namun keterbatasan jasa beli (tingkat
Berdasarkan Peraturan Menteri Telekomunikasi dan Informatika tentang
pendapatan) dari masyarakat yang bervariasi sehingga kebutuhan telepon hanya
pedoman pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran, beberapa ketentuan
mampu dibeli masyarakat tertentu. Dilain pihak fenomena telepon seluler
yang diatur dalam pengembangan menara telekomunikasi, antara lain :
dengan harga murah dengan segala fasilitas dan kemudahan berikut perang
Prakonstruksi
jaringan
telepon
di
wilayah
perencanaan
akan
dikembangkan sebagai berikut ;
1. Pendistribusian jaringan sambungan telepon dari STO ke pelanggan adalah ;
-
-
Telekomunikasi
Pendirian
menara
STO dengan terminal utama pembagi Main Distribution Frame (MDF) dan
- pembebanan; dan
RK, dan atar RK.
- struktur.
Jaringan distribusi tersier, merupakan jaringan kabel udara yang
menghubungkan DP dengan masing – masing pelanggan.
Penyiaran
dapat
didirikan
di
atas
telekomunikasi
dan
penyiaran
wajib
memperhitungkan kekuatan dan kestabilan yang berkaitan dengan:
- pondasi;
Jaringan distribusi sekunder, merupakan kabel tanah atau udara yang
dan
permukaan tanah maupun pada bagian bangunan/gedung.
Jaringan distribusi primer, jaringan kabel tanah yang menghubungkan
menghubungkan RK dan DP.
-
a. Struktur Menara Telekomunikasi Dan Penyiaran
Menara
tarif juga ikut menentukan kebutuhan telepon kabel.
b. Menara Telekomunikasi Dan Penyiaran Bersama
Menara telekomunikasi dan penyiaran dapat berupa :
- Menara tunggal, apabila digunakan untuk penempatan satu antena
atau lebih oleh satu penyelenggara telekomunikasi atau penyiaran;
2. Berdasarkan ketentuan PP No. 26 Tahun 1985 tentang ruang bebas di dalam
batas Damija, maka pemasangan jaringan kabel telepon di wilayah
atau
- Menara bersama, apabila digunakan untuk penempatan beberapa
perencanaan dilakukan di bawah jalur pejalan kaki/ trotoar diluar
antena
dari
perkerasan jalan.
penyiaran.
beberapa
penyelenggara
telekomunikasi
dan
atau
Keberadaan Menara Telekomunikasi atau tower sangatlah penting untuk
Dalam upaya meminimalkan jumlah menara telekomunikasi, para
perkembangan teknologi saat ini, mengingat dengan prasarana ini masarakat
operator yang mengajukan pembangunan menara telekomunikasi baru,
dengan mudah bisa menerima informasi terbaru dari suatu ilmu baru. Untuk
diharuskan
wilayah Kabupaten Ngawi perkembangan menara telekomunikasi
memenuhi syarat dijadikan menara telekomunikasi bersama.
ini cukup
pesat, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya tempat telekomunikasi yang
tersebar.
Arahan
pengembangan
telekomunikasin antara lain adalah :
Laporan Akhir
untuk
kawasan
sekitar
tower
atau
menyiapkan
konstruksi
menara
telekomunikasi
yang
Menara telekomunikasi yang telah ada (eksisting) apabila secara teknis
memungkinkan, harus digunakan secara bersama-sama oleh lebih dari
satu operator atau dijadikan menara telekomunikasi bersama.
IV - 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
Penggunaan Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama dilarang
Tabel 4.6
Batas Maksimum Radiasi Komunikasi Radio di Kawasan Tempat Umum
menimbulkan interferensi antar sistem jaringan.
Setiap pengguna Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama wajib
saling berkoordinasi dalam hal terjadi suatu masalah.
Beban
maksimal
untuk
menara
bersama
tidak
boleh
melebihi
0.1- 3 MHz
3 – 3000 MHz
3 – 300 GHz
perhitungan struktur menara.
Isolasi antar pemancar merupakan
ELECTRIC
FIELD
STRENGTH
(V/M)
RENTANG
FREKUENSI
60
20
40
MAGNETIC
FIELD
STRENGTH
(A/M)
0.20
0.05
0.10
POWER
DENSITY
(W/M2)
1
4
batas aman antar antenna
pemancar yaitu 30 dB atau dengan jarak antar antena 3 meter.
c. Ketentuan Pendirian Menara Di Sekitar Bandar Udara Dan Cagar Budaya
Setiap pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran di kawasan
Tabel 4.7
Batas Maksimum Radiasi Komunikasi Radio di Kawasan Rumah Tinggal dan
Rumah Sakit
keselamatan operasi penerbangan wajib mendapatkan rekomendasi dari
Dirjen Perhubungan Udara atau pejabat yang ditunjuk.
Kawasan keselamatan operasi penerbangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi :
- Kawasan di sekitar bandar udara;
- Kawasan di sekitar alat bantu navigasi penerbangan.
Dalam hal pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran berada di
ELECTRIC
FIELD
STRENGTH
(V/M)
RENTANG
FREKUENSI
0.1
MHz – 300 GHz
MAGNETIC
FIELD
STRENGTH
(A/M)
0.016
6
POWER DENSITY (W/M2)
0.10 3 MHz – 300 GHz
Bertolak dari kondisi eksisting dan dalam dalam rangka mewujudkan
konsep dasar menara telekomunikasi di Kabupaten Ngawi yang efisien dan
efektif, maka menara yang akan dikembangkan harus dapat digunakan
kawasan situs cagar budaya dan kawasan pariwisata, bentuk menara
secara
harus disesuaikan dengan ketentuan estetika lingkungan kawasan
penyelenggara telekomunikasi dan atau penyedia menara. Merujuk pada
setempat.
konsep tersebut, maka dilakukan identifikasi sebaran menara eksisting
Ketentuan estetika lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur oleh instansi yang berwenang.
d. Radiasi Komunikasi Radio
Ketentuan batasan maksimum radiasi selama pemancar beroperasi
bersama.
Menara
bersama
dimaksud
dapat
disediakan
oleh
untuk dikomparasikan dengan titik sementara tower rencana pemanfaatan
bersama.
Rencana titik tentative tower rencana dirumuskan berdasarkan titik
paling optimum dari area optimum pengembangan tower, sebagaimana telah
adalah :
diarahkan pengembangannya. Rencana pengembangan menara bersama
- Di kawasan tempat umum;
diklasifikasikan
- Di kawasan rumah tinggal dan rumah sakit.
dipancarkan oleh panel BTS, yang selama ini digunakan oleh operator.
Laporan Akhir
berdasarkan
tinggi
gelombang
(band
width)
yang
IV - 27
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
asumsi seluruh BTS menggunakan 3 sector dan total 12 kanal
1. Rencana Pemanfaatan Menara Bersama
frekuensi mampu untuk menghandle traffic sebesar 60.45 Erlang
Rencana pengembangan pemanfaatan menara bersama di Kabupaten
(60.45 jam panggil/calling dan terima/called)
Ngawi meliputi:
Rencana pengembangan prasarana telekomunikasi diarahkan pada
a. Rencana Lokasi Pengembangan Menara Bersama
yang
peningkatan jangkauan pelayanan dan kemudahan mendapatkannya. Dalam
dibutuhkan untuk menyediakan layanan selular dengan kecukupan traffic
hal ini, penyediaan tower BTS (Base Transceiver Station) sangat penting untuk
yang sebanding dengan potensi pelanggan dan mampu meng-cover
mendukung
seluruh area potensial selular sebuah BTS di Kawasan perkotaan adalah :
menjangkau ke pelosok perdesaan. Dalam pemanfaatannya BTS direncanakan
Metode
yang
digunakan
dalam
menghitung
kebutuhan
BTS
menggunakan parameter jumlah penduduk di setiap Kecamatan,
menentukan teledensity jumlah pengguna selular di sebuah kota,
menentukan intensitas trafik per pengguna selular,
telekomunikasi
masyarakat,
apalagi
BTS
dapat
menjadi BTS bersama, hal ini dilakukan untuk mengindari terciptanya hutan
tower. Untuk rencana pengembangan BTS di Kabupaten Ngawi 20 tahun
mendatang adalah sebagai berikut :
menghitung kapasitas trafik per BTS,
menghitung jumlah BTS yang diperlukan
kebutuhan
melakukan plotting per-
sebaran posisi Tower pada peta digital dengan meng-overlay seluruh
kelengkapan peta digital dan
melakukan prediksi coverage dari sebuah BTS dan coverage dari
2013 : 338 BTS
2023 : 353 BTS
2018 : 345 BTS
2028 : 361 BTS
Dengan cara demikian, maka dihasilkan kawasan dengan beberapa
keseluruhan konfigurasi BTS untuk mendapatkan coverage yang
menara dalam satu area layanan yang sama. Hasil perbandingan tingkat
paling optimal.
kemampuan layanan (dalam %) dari BTS pada masing-masing menara
Beberapa data yang didefinisikan sebagai asumsi :
digunakan sebagai rencana (rekomendasi) pemanfaatan menara bersama.
a. Tingkat teledensitas layanan selular di Indonesia pada saat ini adalah
Menara dengan posisi dan tingkat kapasitas layanan terbaik baik dari segi
berkisar
antara
20%~40%.
Adapun
untuk
Kabupaten
Ngawi
prosentase maupun kemampuan melingkupi sasaran-sasaran (fasilitas kegiatan)
teledensitas selular pada tahun 2014 adalah diasumsikan 50% yang
penting diarahkan untuk menjadi pilihan lokasi menara bersama. Berdasarkan
berarti setiap 2 (dua) penduduk memiliki 1 handphone.
uraian diatas rencana pengembangan atau penambahan kebutuhan BTS di
b. Intensitas trafik per pelanggan selular per hari adalah 75 mili Erlang
pada area urban, 67 mili Erlang pada area sub_urban dan 50 mili
Kabupaten Ngawi adalah sebesar 361 unit BTS.
Lebih jelasnya lihat Peta 4.5. Rencana Pemanfaatan Tower Bersama.
Erlang pada area rural.
c. Berdasarkan data-data teknis traffic handling BTS per sector maksimal
dengan 4 kanal frekuensi adalah 20,15 Erlang pada tingkat kualitas
layanan (GOS, Grade of Service) = 0,02, yang berarti terjadi kegagalan
panggilan sebanyak 2 kali dari 100 kali panggilan). Maka dengan
Laporan Akhir
IV - 28
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN NGAWI
TAHUN 2010 - 2030
Laporan Akhir
IV - 29
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
4.3.4. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
Rencana sistem jaringan sumber daya air meliputi rencana sistem
2. Melakukan perlindungan terhadap daerah aliran air, baik itu saluran
irigasi, serta daerah aliran sungai;
jaringan sumber daya air, wilayah sungai termasuk waduk, situ, dan embung,
3. Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi;
jaringan irigasi, jaringan air baku untuk air bersih, jaringan air bersih dan
4. Pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air.
system pengendalian banjir.
A. Sumber Air Baku dan Sistem Jaringan air Baku Wilayah
B. Sistem Jaringan Irigasi
Pemenuhan kebutuhan akan irigasi dilakukan dengan peningkatan jaringan
Kabupaten Ngawi banyak memiliki sumber kecil dan besar, serta memiliki
sampai ke wilayah yang belum terjangkau dan dengan peningkatan saluran
cadangan air tanah yang cukup besar, mengingat banyak gunung dan
dari sistem setengah teknis dan sederhana ditingkatkan menjadi irigasi
kawasan yang mampu meresapkan air yang juga dapat dimanfaatkan untuk
teknis. Berdasarkan potensi pengairan yang dimiliki Kabupaten Ngawi yang
pemenuhan kebutuhan air minum dalam bentuk air kemasan.
meliputi Sungai Bengawan Solo, Kali Madiun, sungai-sungai kecil dan
Meskipun demikian diperlukan pengaturan bila akan mengambil potensi air
Waduk-waduk terutama Waduk Pondok di Kecamatan Bringin dan sumber
bawah tanah dalam jumlah besar. Dengan demikian diperlukan kajian kemampuan
air di kecamatan Jogorogo, diperlukan pengelolaan irigasi yang baik
cadangan air bawah tanah disertai dengan AMDAL jika akan melakukan eksplorasi
kebutuhan tersebut dapat merata dan dinikmati oleh seluruh wilayah
dan eksploitasi.
Untuk itu diperlukan pengelolaan untuk dapat memenuhi kebutuhan air
bersih. agar kebutuhan tersebut dapat merata dan dinikmati oleh seluruh
agar
Kebutuhan air irigasi pada wilayah Kabupaten Ngawi dibagi menurut unit
pelayanan
Lokal
(UPTD)
yaitu
UPTD
Dero,
Walikukun,
Ngrambe,
Kedunggalar, Kendal dan Guyung (lihat Peta 4.4).
wilayah. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, perlu adanya
peningkatan sarana dan prasarana pendukung seperti pipa, tandon,
reservoir, dan prasarana pendukung lainnya.
Upaya penanganan untuk meningkatkan layanan fasilitas air bersih di
Kabupaten Ngawi seperti :
1. Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan
2. Perluasan daerah tanggapan air;
3. Peningkatan pelayanan dan pengelolaan air bersih oleh PDAM dengan
peningkatan sistem jaringan air bersih hingga ke wilayah perdesaan.
Sedangkan upaya pengembangan pelayanan pengairan dilakukan dengan
cara :
1. Melakukan perlindungan terhadap sumber-sumber mata air;
Laporan Akhir
IV - 30
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN NGAWI
TAHUN 2010 - 2030
Laporan Akhir
IV - 31
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
Diagram 4.1 : Pengelolaan Sampah Perkotaan dan Perdesaan
4.4.5. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan
PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN
Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan meliputi Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) dan Tempat Penampungan Sampah (TPS), kebutuhan
sanitasi dan tempat pengelolaan limbah.
PERKOTAAN
4.4.5.1.Rencana Persampahan
DENGAN CARA
PEMBAKARAN /
Untuk penanganan persampahan kedepannya, maka sistem pengelolaan
INCINERATOR MINI
PERDESAAN
DITIMBUN/
DIBAKAR/
DIBUAT KOMPOS
persampahan di Kabupaten Ngawi dibedakan berdasarkan perwilayahan yaitu
perkotaan dan perdesaan. Secara umum penanganan sampah dilakukan dengan
•LAHAN RELATIF KECIL
•MUDAH DILAKUKAN
KELEBIHAN :
sistem :
a. Pembuangan Terbuka (Open Dumping)
•LAHAN RELATIF KECIL
•DAPAT DIBANGUN DEKAT LOKASI INDUSTRI
•DAPAT DIGUNAKAN SBG SUMBER ENERGI
•HASIL PEMBAKARAN BERSIFAT ORGANIK
KELEBIHAN :
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana yaitu dengan membuang
begitu saja sampah yang telah dikumpulkan pada tempat yang telah
disediakan.
b. Penimbunan Saniter (Sanitary Landfill)
Penimbunan saniter adalah teknik penimbunan sampah yang dapat
meminimumkan dampak yang merusak lingkungan dimana teknik yang
digunakan adalah dengan memadatkan sampah dengan ketebalan 3,5 - 5
meter dan kemudian ditimbun dengan tanah setebal 15 - 30 cm.
c. Pembakaran (Incineration)
A.
Sistem Pengelolaan Sampah di Kawasan Perkotaan
Untuk penanganan masalah persampahan perkotaan di Kabupaten Ngawi
diperlukan sebuah wadah penampungan sampah yang dihasilkan masyarakat
perkotaan. Arahan penanganan persampahan di wilayah perkotaan Kabupaten
Pembakaran merupakan salah satu cara pemusnahan sampah dengan cara
Ngawi diperlukan sebuah LPS skala lokal dan LPA . LPS lokal ini direncanakan
mengurangi volume maupun berat sampah melalui proses pembakaran.
untuk menampung dan mengelola sampah yang ada di setiap kecamatan, jadi
d. Pembuatan Kompos (Composting)
akan dikembangkan 1 LPS disetiap kecamatan di Kabupaten Ngawi sehingga
Pembuatan kompos merupakan salah satu cara mengolah sampah organik
total ada 19 LPS yang dapat mengcover setiap kebutuhan pembuangan sampah
agar dapat dimanfaatkan kembali yakni dengan mengelola sampah menjadi
masyarakat di perdesaan. Sedangkan untuk 4 LPA akan dikembangkan di setiap
pupuk.
bagian wilayah yang ada di Wilayah Pengembangan
e. Pemanfaatan Ulang (Recycling)
Pengembangan
Ngawi,
Wilayah
Pengembangan
antara lain Wilayah
Widodaren,
Wilayah
Pemanfaatan ulang adalah cara pengolahan sampah anorganik agar dapat
Pengembangan Karangjati, Wilayah Pengembangan Ngrambe. Keberadaan LPA
dimanfaatkan kembali dengan cara mengolah sampah menjadi barang yang
ini diharapkan dapat melayani setiap wilayah kecamatan dibagian sub satuan
bernilai ekonomis. Untuk pengelolaan sampah perkotaan dan perdesaan
wilayah pengembangannya. Dalam pembangunan LPA regional di Wilayah
dapat dilihat pada diagram berikut :
Kabupaten Ngawi, maka kriteria yang harus dipenuhi antara lain :
Laporan Akhir
IV - 32
KABUPATEN NGAWI
B.
Energi lainnya
Energi lainnya meliputi jaringan Gas dan ketersediaan SPPBE (Stasiun
Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji) di Kabupaten Ngawi. Untuk jaringan
Gas di Kabupaten Ngawi potensi yang ada masih belum dapat dikembangkan
karena belum dipersiapkannya studi pengembangan yang dilakukan terhadap
kelayakan energi alternatif ini bagi Kabupaten Ngawi. Sedangkan pengadaan
SPPBE di Kabupaten Ngawi perlu melibatkan pihak swasta sebagai investor. Di
Gambar 4.10
Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi di Kabupaten Ngawi
Kabupaten Ngawi saat ini baru memiliki satu depo SPPBE di perkotaan Ngawi,
sedangkan target yang dibutuhkan adalah sesuai jumlah perkotaan hingga
Kebutuhan
ketingkat pelayanan PKLp yang ada di Kabupaten Ngawi yaitu 3 SPPBE.
akan
sarana
telekomunikasi
(telepon)
ditentukan
oleh
pendapatan, harga dan juga gaya hidup. Kebutuhan telepon di Kabupaten Ngawi
dimasa mendatang diperhitungkan dengan prioritas terhadap permintaan
4.4.3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
Penggunaan
fasilitas
telekomunikasi
oleh
masyarakat
meliputi
sambungan sebagai berikut :
prasarana telekomunikasi dan informatika. Rencana pengembangan prasarana
a. Keperluan rumah / pribadi
telekomunikasi
b. Keperluan fasilitas lain seperti : perkantoran, perdagangan, jasa, pendidikan,
diarahkan
pada
peningkatan
jangkauan
pelayanan
dan
kesehatan, industri , wartel dan lain-lain.
kemudahan mendapatkannya. Dalam hal ini, penyediaan tower BTS (Base
Transceiver Station) sangat penting menjangkau ke pelosok perdesaan sebagai
c. Keperluan umum (telepon umum)
Pengembangan jaringan telepon mengikuti pola jaringan yang telah ada
prasarana pendukung. Dengan semakin berkembangnya teknologi, untuk
peningkatan
kebutuhan
dan
pelayanan
masyarakat
perlu
dilakukan
saat ini. Pengembangan yang akan dilakukan mempertimbangkan jumlah calon
peningkatan jumlah dan mutu telekomunikasi pada tiap wilayah, yaitu :
pelanggan, rencana jaringan yang akan dikembangkan oleh Telkom, tingkat
1.
Menerapkan teknologi telekomunikasi berbasis teknologi modern.
perkembangan kawasan yang akan terjadi, dan efisiensi serta efektifitas
2.
Pembangunan teknologi telekomunikasi pada wilayah - wilayah pusat
pemasangan sambungan.
pertumbuhan.
Disamping
Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan
dikaitkan dengan perkembangan hunian yang telah diprediksikan, adapun
setiap wilayah pertumbuhan dengan ibukota kabupaten.
ketentuan yang digunakan yaitu sebagi berikut ;
3.
4.
Mengarahkan untuk memanfaatkan secara bersama pada satu tower BTS
untuk beberapa operator telepon seluler dengan pengelolaan secara bersama
pula (diarahkan agar Satu Tower untuk Tiga Operator) dan
5.
Mengatur jarak antar tower berdasarkan skala pelayanan secara teratur dan
itu
secara
aspek
Planologis
pengembangan
jaringan
-
Rumah tangga kapling besar dengan tingkat pelayanan 100%
-
Rumah tangga kapling sedang dengan tingkat pelayanan 50%
-
Fasum dan Fasos 25% dari kebutuhan rumah tangga
-
Tiap 1000 penduduk 1 unit telepon umum
telepon
tetap memperhatikan keindahan
Laporan Akhir
IV - 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
Akan tetapi permintaan secara pasti sambungan telepon sangat sulit
dipastikan
selain
beberapa
faktor
tersebut
diatas
juga
karena
-
jumlah
permintaan dan penawaran tidak selalu seiring. Ketersediaan jasa telepon akan
,menjadi faktor pendorong pengembangan kabupaten. Pada umumnya jasa
Penggunaan tanah sekitar tower difungsikan sebagai kawasan RTH, jauh
dari permukiman.
-
Pemagaran yang rapat
pada sepanjang tower demi keamanan, karena
mempunyai tegangan tinggi.
telepon sangat dibutuhkan masyarakat namun keterbatasan jasa beli (tingkat
Berdasarkan Peraturan Menteri Telekomunikasi dan Informatika tentang
pendapatan) dari masyarakat yang bervariasi sehingga kebutuhan telepon hanya
pedoman pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran, beberapa ketentuan
mampu dibeli masyarakat tertentu. Dilain pihak fenomena telepon seluler
yang diatur dalam pengembangan menara telekomunikasi, antara lain :
dengan harga murah dengan segala fasilitas dan kemudahan berikut perang
Prakonstruksi
jaringan
telepon
di
wilayah
perencanaan
akan
dikembangkan sebagai berikut ;
1. Pendistribusian jaringan sambungan telepon dari STO ke pelanggan adalah ;
-
-
Telekomunikasi
Pendirian
menara
STO dengan terminal utama pembagi Main Distribution Frame (MDF) dan
- pembebanan; dan
RK, dan atar RK.
- struktur.
Jaringan distribusi tersier, merupakan jaringan kabel udara yang
menghubungkan DP dengan masing – masing pelanggan.
Penyiaran
dapat
didirikan
di
atas
telekomunikasi
dan
penyiaran
wajib
memperhitungkan kekuatan dan kestabilan yang berkaitan dengan:
- pondasi;
Jaringan distribusi sekunder, merupakan kabel tanah atau udara yang
dan
permukaan tanah maupun pada bagian bangunan/gedung.
Jaringan distribusi primer, jaringan kabel tanah yang menghubungkan
menghubungkan RK dan DP.
-
a. Struktur Menara Telekomunikasi Dan Penyiaran
Menara
tarif juga ikut menentukan kebutuhan telepon kabel.
b. Menara Telekomunikasi Dan Penyiaran Bersama
Menara telekomunikasi dan penyiaran dapat berupa :
- Menara tunggal, apabila digunakan untuk penempatan satu antena
atau lebih oleh satu penyelenggara telekomunikasi atau penyiaran;
2. Berdasarkan ketentuan PP No. 26 Tahun 1985 tentang ruang bebas di dalam
batas Damija, maka pemasangan jaringan kabel telepon di wilayah
atau
- Menara bersama, apabila digunakan untuk penempatan beberapa
perencanaan dilakukan di bawah jalur pejalan kaki/ trotoar diluar
antena
dari
perkerasan jalan.
penyiaran.
beberapa
penyelenggara
telekomunikasi
dan
atau
Keberadaan Menara Telekomunikasi atau tower sangatlah penting untuk
Dalam upaya meminimalkan jumlah menara telekomunikasi, para
perkembangan teknologi saat ini, mengingat dengan prasarana ini masarakat
operator yang mengajukan pembangunan menara telekomunikasi baru,
dengan mudah bisa menerima informasi terbaru dari suatu ilmu baru. Untuk
diharuskan
wilayah Kabupaten Ngawi perkembangan menara telekomunikasi
memenuhi syarat dijadikan menara telekomunikasi bersama.
ini cukup
pesat, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya tempat telekomunikasi yang
tersebar.
Arahan
pengembangan
telekomunikasin antara lain adalah :
Laporan Akhir
untuk
kawasan
sekitar
tower
atau
menyiapkan
konstruksi
menara
telekomunikasi
yang
Menara telekomunikasi yang telah ada (eksisting) apabila secara teknis
memungkinkan, harus digunakan secara bersama-sama oleh lebih dari
satu operator atau dijadikan menara telekomunikasi bersama.
IV - 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
Penggunaan Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama dilarang
Tabel 4.6
Batas Maksimum Radiasi Komunikasi Radio di Kawasan Tempat Umum
menimbulkan interferensi antar sistem jaringan.
Setiap pengguna Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama wajib
saling berkoordinasi dalam hal terjadi suatu masalah.
Beban
maksimal
untuk
menara
bersama
tidak
boleh
melebihi
0.1- 3 MHz
3 – 3000 MHz
3 – 300 GHz
perhitungan struktur menara.
Isolasi antar pemancar merupakan
ELECTRIC
FIELD
STRENGTH
(V/M)
RENTANG
FREKUENSI
60
20
40
MAGNETIC
FIELD
STRENGTH
(A/M)
0.20
0.05
0.10
POWER
DENSITY
(W/M2)
1
4
batas aman antar antenna
pemancar yaitu 30 dB atau dengan jarak antar antena 3 meter.
c. Ketentuan Pendirian Menara Di Sekitar Bandar Udara Dan Cagar Budaya
Setiap pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran di kawasan
Tabel 4.7
Batas Maksimum Radiasi Komunikasi Radio di Kawasan Rumah Tinggal dan
Rumah Sakit
keselamatan operasi penerbangan wajib mendapatkan rekomendasi dari
Dirjen Perhubungan Udara atau pejabat yang ditunjuk.
Kawasan keselamatan operasi penerbangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi :
- Kawasan di sekitar bandar udara;
- Kawasan di sekitar alat bantu navigasi penerbangan.
Dalam hal pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran berada di
ELECTRIC
FIELD
STRENGTH
(V/M)
RENTANG
FREKUENSI
0.1
MHz – 300 GHz
MAGNETIC
FIELD
STRENGTH
(A/M)
0.016
6
POWER DENSITY (W/M2)
0.10 3 MHz – 300 GHz
Bertolak dari kondisi eksisting dan dalam dalam rangka mewujudkan
konsep dasar menara telekomunikasi di Kabupaten Ngawi yang efisien dan
efektif, maka menara yang akan dikembangkan harus dapat digunakan
kawasan situs cagar budaya dan kawasan pariwisata, bentuk menara
secara
harus disesuaikan dengan ketentuan estetika lingkungan kawasan
penyelenggara telekomunikasi dan atau penyedia menara. Merujuk pada
setempat.
konsep tersebut, maka dilakukan identifikasi sebaran menara eksisting
Ketentuan estetika lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur oleh instansi yang berwenang.
d. Radiasi Komunikasi Radio
Ketentuan batasan maksimum radiasi selama pemancar beroperasi
bersama.
Menara
bersama
dimaksud
dapat
disediakan
oleh
untuk dikomparasikan dengan titik sementara tower rencana pemanfaatan
bersama.
Rencana titik tentative tower rencana dirumuskan berdasarkan titik
paling optimum dari area optimum pengembangan tower, sebagaimana telah
adalah :
diarahkan pengembangannya. Rencana pengembangan menara bersama
- Di kawasan tempat umum;
diklasifikasikan
- Di kawasan rumah tinggal dan rumah sakit.
dipancarkan oleh panel BTS, yang selama ini digunakan oleh operator.
Laporan Akhir
berdasarkan
tinggi
gelombang
(band
width)
yang
IV - 27
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
asumsi seluruh BTS menggunakan 3 sector dan total 12 kanal
1. Rencana Pemanfaatan Menara Bersama
frekuensi mampu untuk menghandle traffic sebesar 60.45 Erlang
Rencana pengembangan pemanfaatan menara bersama di Kabupaten
(60.45 jam panggil/calling dan terima/called)
Ngawi meliputi:
Rencana pengembangan prasarana telekomunikasi diarahkan pada
a. Rencana Lokasi Pengembangan Menara Bersama
yang
peningkatan jangkauan pelayanan dan kemudahan mendapatkannya. Dalam
dibutuhkan untuk menyediakan layanan selular dengan kecukupan traffic
hal ini, penyediaan tower BTS (Base Transceiver Station) sangat penting untuk
yang sebanding dengan potensi pelanggan dan mampu meng-cover
mendukung
seluruh area potensial selular sebuah BTS di Kawasan perkotaan adalah :
menjangkau ke pelosok perdesaan. Dalam pemanfaatannya BTS direncanakan
Metode
yang
digunakan
dalam
menghitung
kebutuhan
BTS
menggunakan parameter jumlah penduduk di setiap Kecamatan,
menentukan teledensity jumlah pengguna selular di sebuah kota,
menentukan intensitas trafik per pengguna selular,
telekomunikasi
masyarakat,
apalagi
BTS
dapat
menjadi BTS bersama, hal ini dilakukan untuk mengindari terciptanya hutan
tower. Untuk rencana pengembangan BTS di Kabupaten Ngawi 20 tahun
mendatang adalah sebagai berikut :
menghitung kapasitas trafik per BTS,
menghitung jumlah BTS yang diperlukan
kebutuhan
melakukan plotting per-
sebaran posisi Tower pada peta digital dengan meng-overlay seluruh
kelengkapan peta digital dan
melakukan prediksi coverage dari sebuah BTS dan coverage dari
2013 : 338 BTS
2023 : 353 BTS
2018 : 345 BTS
2028 : 361 BTS
Dengan cara demikian, maka dihasilkan kawasan dengan beberapa
keseluruhan konfigurasi BTS untuk mendapatkan coverage yang
menara dalam satu area layanan yang sama. Hasil perbandingan tingkat
paling optimal.
kemampuan layanan (dalam %) dari BTS pada masing-masing menara
Beberapa data yang didefinisikan sebagai asumsi :
digunakan sebagai rencana (rekomendasi) pemanfaatan menara bersama.
a. Tingkat teledensitas layanan selular di Indonesia pada saat ini adalah
Menara dengan posisi dan tingkat kapasitas layanan terbaik baik dari segi
berkisar
antara
20%~40%.
Adapun
untuk
Kabupaten
Ngawi
prosentase maupun kemampuan melingkupi sasaran-sasaran (fasilitas kegiatan)
teledensitas selular pada tahun 2014 adalah diasumsikan 50% yang
penting diarahkan untuk menjadi pilihan lokasi menara bersama. Berdasarkan
berarti setiap 2 (dua) penduduk memiliki 1 handphone.
uraian diatas rencana pengembangan atau penambahan kebutuhan BTS di
b. Intensitas trafik per pelanggan selular per hari adalah 75 mili Erlang
pada area urban, 67 mili Erlang pada area sub_urban dan 50 mili
Kabupaten Ngawi adalah sebesar 361 unit BTS.
Lebih jelasnya lihat Peta 4.5. Rencana Pemanfaatan Tower Bersama.
Erlang pada area rural.
c. Berdasarkan data-data teknis traffic handling BTS per sector maksimal
dengan 4 kanal frekuensi adalah 20,15 Erlang pada tingkat kualitas
layanan (GOS, Grade of Service) = 0,02, yang berarti terjadi kegagalan
panggilan sebanyak 2 kali dari 100 kali panggilan). Maka dengan
Laporan Akhir
IV - 28
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN NGAWI
TAHUN 2010 - 2030
Laporan Akhir
IV - 29
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
4.3.4. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
Rencana sistem jaringan sumber daya air meliputi rencana sistem
2. Melakukan perlindungan terhadap daerah aliran air, baik itu saluran
irigasi, serta daerah aliran sungai;
jaringan sumber daya air, wilayah sungai termasuk waduk, situ, dan embung,
3. Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi;
jaringan irigasi, jaringan air baku untuk air bersih, jaringan air bersih dan
4. Pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air.
system pengendalian banjir.
A. Sumber Air Baku dan Sistem Jaringan air Baku Wilayah
B. Sistem Jaringan Irigasi
Pemenuhan kebutuhan akan irigasi dilakukan dengan peningkatan jaringan
Kabupaten Ngawi banyak memiliki sumber kecil dan besar, serta memiliki
sampai ke wilayah yang belum terjangkau dan dengan peningkatan saluran
cadangan air tanah yang cukup besar, mengingat banyak gunung dan
dari sistem setengah teknis dan sederhana ditingkatkan menjadi irigasi
kawasan yang mampu meresapkan air yang juga dapat dimanfaatkan untuk
teknis. Berdasarkan potensi pengairan yang dimiliki Kabupaten Ngawi yang
pemenuhan kebutuhan air minum dalam bentuk air kemasan.
meliputi Sungai Bengawan Solo, Kali Madiun, sungai-sungai kecil dan
Meskipun demikian diperlukan pengaturan bila akan mengambil potensi air
Waduk-waduk terutama Waduk Pondok di Kecamatan Bringin dan sumber
bawah tanah dalam jumlah besar. Dengan demikian diperlukan kajian kemampuan
air di kecamatan Jogorogo, diperlukan pengelolaan irigasi yang baik
cadangan air bawah tanah disertai dengan AMDAL jika akan melakukan eksplorasi
kebutuhan tersebut dapat merata dan dinikmati oleh seluruh wilayah
dan eksploitasi.
Untuk itu diperlukan pengelolaan untuk dapat memenuhi kebutuhan air
bersih. agar kebutuhan tersebut dapat merata dan dinikmati oleh seluruh
agar
Kebutuhan air irigasi pada wilayah Kabupaten Ngawi dibagi menurut unit
pelayanan
Lokal
(UPTD)
yaitu
UPTD
Dero,
Walikukun,
Ngrambe,
Kedunggalar, Kendal dan Guyung (lihat Peta 4.4).
wilayah. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, perlu adanya
peningkatan sarana dan prasarana pendukung seperti pipa, tandon,
reservoir, dan prasarana pendukung lainnya.
Upaya penanganan untuk meningkatkan layanan fasilitas air bersih di
Kabupaten Ngawi seperti :
1. Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan
2. Perluasan daerah tanggapan air;
3. Peningkatan pelayanan dan pengelolaan air bersih oleh PDAM dengan
peningkatan sistem jaringan air bersih hingga ke wilayah perdesaan.
Sedangkan upaya pengembangan pelayanan pengairan dilakukan dengan
cara :
1. Melakukan perlindungan terhadap sumber-sumber mata air;
Laporan Akhir
IV - 30
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN NGAWI
TAHUN 2010 - 2030
Laporan Akhir
IV - 31
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
Diagram 4.1 : Pengelolaan Sampah Perkotaan dan Perdesaan
4.4.5. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan
PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN
Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan meliputi Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) dan Tempat Penampungan Sampah (TPS), kebutuhan
sanitasi dan tempat pengelolaan limbah.
PERKOTAAN
4.4.5.1.Rencana Persampahan
DENGAN CARA
PEMBAKARAN /
Untuk penanganan persampahan kedepannya, maka sistem pengelolaan
INCINERATOR MINI
PERDESAAN
DITIMBUN/
DIBAKAR/
DIBUAT KOMPOS
persampahan di Kabupaten Ngawi dibedakan berdasarkan perwilayahan yaitu
perkotaan dan perdesaan. Secara umum penanganan sampah dilakukan dengan
•LAHAN RELATIF KECIL
•MUDAH DILAKUKAN
KELEBIHAN :
sistem :
a. Pembuangan Terbuka (Open Dumping)
•LAHAN RELATIF KECIL
•DAPAT DIBANGUN DEKAT LOKASI INDUSTRI
•DAPAT DIGUNAKAN SBG SUMBER ENERGI
•HASIL PEMBAKARAN BERSIFAT ORGANIK
KELEBIHAN :
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana yaitu dengan membuang
begitu saja sampah yang telah dikumpulkan pada tempat yang telah
disediakan.
b. Penimbunan Saniter (Sanitary Landfill)
Penimbunan saniter adalah teknik penimbunan sampah yang dapat
meminimumkan dampak yang merusak lingkungan dimana teknik yang
digunakan adalah dengan memadatkan sampah dengan ketebalan 3,5 - 5
meter dan kemudian ditimbun dengan tanah setebal 15 - 30 cm.
c. Pembakaran (Incineration)
A.
Sistem Pengelolaan Sampah di Kawasan Perkotaan
Untuk penanganan masalah persampahan perkotaan di Kabupaten Ngawi
diperlukan sebuah wadah penampungan sampah yang dihasilkan masyarakat
perkotaan. Arahan penanganan persampahan di wilayah perkotaan Kabupaten
Pembakaran merupakan salah satu cara pemusnahan sampah dengan cara
Ngawi diperlukan sebuah LPS skala lokal dan LPA . LPS lokal ini direncanakan
mengurangi volume maupun berat sampah melalui proses pembakaran.
untuk menampung dan mengelola sampah yang ada di setiap kecamatan, jadi
d. Pembuatan Kompos (Composting)
akan dikembangkan 1 LPS disetiap kecamatan di Kabupaten Ngawi sehingga
Pembuatan kompos merupakan salah satu cara mengolah sampah organik
total ada 19 LPS yang dapat mengcover setiap kebutuhan pembuangan sampah
agar dapat dimanfaatkan kembali yakni dengan mengelola sampah menjadi
masyarakat di perdesaan. Sedangkan untuk 4 LPA akan dikembangkan di setiap
pupuk.
bagian wilayah yang ada di Wilayah Pengembangan
e. Pemanfaatan Ulang (Recycling)
Pengembangan
Ngawi,
Wilayah
Pengembangan
antara lain Wilayah
Widodaren,
Wilayah
Pemanfaatan ulang adalah cara pengolahan sampah anorganik agar dapat
Pengembangan Karangjati, Wilayah Pengembangan Ngrambe. Keberadaan LPA
dimanfaatkan kembali dengan cara mengolah sampah menjadi barang yang
ini diharapkan dapat melayani setiap wilayah kecamatan dibagian sub satuan
bernilai ekonomis. Untuk pengelolaan sampah perkotaan dan perdesaan
wilayah pengembangannya. Dalam pembangunan LPA regional di Wilayah
dapat dilihat pada diagram berikut :
Kabupaten Ngawi, maka kriteria yang harus dipenuhi antara lain :
Laporan Akhir
IV - 32