RTRWBAB IV Renc. Struktur Ruang H.25 32

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI

B.

Energi lainnya
Energi lainnya meliputi jaringan Gas dan ketersediaan SPPBE (Stasiun

Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji) di Kabupaten Ngawi. Untuk jaringan
Gas di Kabupaten Ngawi potensi yang ada masih belum dapat dikembangkan
karena belum dipersiapkannya studi pengembangan yang dilakukan terhadap
kelayakan energi alternatif ini bagi Kabupaten Ngawi. Sedangkan pengadaan
SPPBE di Kabupaten Ngawi perlu melibatkan pihak swasta sebagai investor. Di
Gambar 4.10
Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi di Kabupaten Ngawi

Kabupaten Ngawi saat ini baru memiliki satu depo SPPBE di perkotaan Ngawi,
sedangkan target yang dibutuhkan adalah sesuai jumlah perkotaan hingga

Kebutuhan


ketingkat pelayanan PKLp yang ada di Kabupaten Ngawi yaitu 3 SPPBE.

akan

sarana

telekomunikasi

(telepon)

ditentukan

oleh

pendapatan, harga dan juga gaya hidup. Kebutuhan telepon di Kabupaten Ngawi
dimasa mendatang diperhitungkan dengan prioritas terhadap permintaan

4.4.3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
Penggunaan


fasilitas

telekomunikasi

oleh

masyarakat

meliputi

sambungan sebagai berikut :

prasarana telekomunikasi dan informatika. Rencana pengembangan prasarana

a. Keperluan rumah / pribadi

telekomunikasi

b. Keperluan fasilitas lain seperti : perkantoran, perdagangan, jasa, pendidikan,


diarahkan

pada

peningkatan

jangkauan

pelayanan

dan

kesehatan, industri , wartel dan lain-lain.

kemudahan mendapatkannya. Dalam hal ini, penyediaan tower BTS (Base
Transceiver Station) sangat penting menjangkau ke pelosok perdesaan sebagai

c. Keperluan umum (telepon umum)
Pengembangan jaringan telepon mengikuti pola jaringan yang telah ada


prasarana pendukung. Dengan semakin berkembangnya teknologi, untuk
peningkatan

kebutuhan

dan

pelayanan

masyarakat

perlu

dilakukan

saat ini. Pengembangan yang akan dilakukan mempertimbangkan jumlah calon

peningkatan jumlah dan mutu telekomunikasi pada tiap wilayah, yaitu :

pelanggan, rencana jaringan yang akan dikembangkan oleh Telkom, tingkat


1.

Menerapkan teknologi telekomunikasi berbasis teknologi modern.

perkembangan kawasan yang akan terjadi, dan efisiensi serta efektifitas

2.

Pembangunan teknologi telekomunikasi pada wilayah - wilayah pusat

pemasangan sambungan.

pertumbuhan.

Disamping

Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan

dikaitkan dengan perkembangan hunian yang telah diprediksikan, adapun


setiap wilayah pertumbuhan dengan ibukota kabupaten.

ketentuan yang digunakan yaitu sebagi berikut ;

3.

4.

Mengarahkan untuk memanfaatkan secara bersama pada satu tower BTS
untuk beberapa operator telepon seluler dengan pengelolaan secara bersama
pula (diarahkan agar Satu Tower untuk Tiga Operator) dan

5.

Mengatur jarak antar tower berdasarkan skala pelayanan secara teratur dan

itu

secara


aspek

Planologis

pengembangan

jaringan

-

Rumah tangga kapling besar dengan tingkat pelayanan 100%

-

Rumah tangga kapling sedang dengan tingkat pelayanan 50%

-

Fasum dan Fasos 25% dari kebutuhan rumah tangga


-

Tiap 1000 penduduk 1 unit telepon umum

telepon

tetap memperhatikan keindahan

Laporan Akhir

IV - 25

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI

Akan tetapi permintaan secara pasti sambungan telepon sangat sulit
dipastikan

selain


beberapa

faktor

tersebut

diatas

juga

karena

-

jumlah

permintaan dan penawaran tidak selalu seiring. Ketersediaan jasa telepon akan
,menjadi faktor pendorong pengembangan kabupaten. Pada umumnya jasa


Penggunaan tanah sekitar tower difungsikan sebagai kawasan RTH, jauh
dari permukiman.

-

Pemagaran yang rapat

pada sepanjang tower demi keamanan, karena

mempunyai tegangan tinggi.

telepon sangat dibutuhkan masyarakat namun keterbatasan jasa beli (tingkat

Berdasarkan Peraturan Menteri Telekomunikasi dan Informatika tentang

pendapatan) dari masyarakat yang bervariasi sehingga kebutuhan telepon hanya

pedoman pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran, beberapa ketentuan

mampu dibeli masyarakat tertentu. Dilain pihak fenomena telepon seluler


yang diatur dalam pengembangan menara telekomunikasi, antara lain :

dengan harga murah dengan segala fasilitas dan kemudahan berikut perang

Prakonstruksi

jaringan

telepon

di

wilayah

perencanaan

akan

dikembangkan sebagai berikut ;
1. Pendistribusian jaringan sambungan telepon dari STO ke pelanggan adalah ;
-

-

Telekomunikasi

 Pendirian

menara

STO dengan terminal utama pembagi Main Distribution Frame (MDF) dan

- pembebanan; dan

RK, dan atar RK.

- struktur.

Jaringan distribusi tersier, merupakan jaringan kabel udara yang
menghubungkan DP dengan masing – masing pelanggan.

Penyiaran

dapat

didirikan

di

atas

telekomunikasi

dan

penyiaran

wajib

memperhitungkan kekuatan dan kestabilan yang berkaitan dengan:
- pondasi;

Jaringan distribusi sekunder, merupakan kabel tanah atau udara yang

dan

permukaan tanah maupun pada bagian bangunan/gedung.

Jaringan distribusi primer, jaringan kabel tanah yang menghubungkan

menghubungkan RK dan DP.
-

a. Struktur Menara Telekomunikasi Dan Penyiaran
 Menara

tarif juga ikut menentukan kebutuhan telepon kabel.

b. Menara Telekomunikasi Dan Penyiaran Bersama

 Menara telekomunikasi dan penyiaran dapat berupa :
- Menara tunggal, apabila digunakan untuk penempatan satu antena
atau lebih oleh satu penyelenggara telekomunikasi atau penyiaran;

2. Berdasarkan ketentuan PP No. 26 Tahun 1985 tentang ruang bebas di dalam
batas Damija, maka pemasangan jaringan kabel telepon di wilayah

atau
- Menara bersama, apabila digunakan untuk penempatan beberapa

perencanaan dilakukan di bawah jalur pejalan kaki/ trotoar diluar

antena

dari

perkerasan jalan.

penyiaran.

beberapa

penyelenggara

telekomunikasi

dan

atau

Keberadaan Menara Telekomunikasi atau tower sangatlah penting untuk

 Dalam upaya meminimalkan jumlah menara telekomunikasi, para

perkembangan teknologi saat ini, mengingat dengan prasarana ini masarakat

operator yang mengajukan pembangunan menara telekomunikasi baru,

dengan mudah bisa menerima informasi terbaru dari suatu ilmu baru. Untuk

diharuskan

wilayah Kabupaten Ngawi perkembangan menara telekomunikasi

memenuhi syarat dijadikan menara telekomunikasi bersama.

ini cukup

pesat, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya tempat telekomunikasi yang
tersebar.

Arahan

pengembangan

telekomunikasin antara lain adalah :

Laporan Akhir

untuk

kawasan

sekitar

tower

atau

menyiapkan

konstruksi

menara

telekomunikasi

yang

 Menara telekomunikasi yang telah ada (eksisting) apabila secara teknis
memungkinkan, harus digunakan secara bersama-sama oleh lebih dari
satu operator atau dijadikan menara telekomunikasi bersama.

IV - 26

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI

 Penggunaan Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama dilarang

Tabel 4.6
Batas Maksimum Radiasi Komunikasi Radio di Kawasan Tempat Umum

menimbulkan interferensi antar sistem jaringan.

 Setiap pengguna Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama wajib
saling berkoordinasi dalam hal terjadi suatu masalah.

 Beban

maksimal

untuk

menara

bersama

tidak

boleh

melebihi

0.1- 3 MHz
3 – 3000 MHz
3 – 300 GHz

perhitungan struktur menara.

 Isolasi antar pemancar merupakan

ELECTRIC
FIELD
STRENGTH
(V/M)

RENTANG
FREKUENSI
60
20
40

MAGNETIC
FIELD
STRENGTH
(A/M)
0.20
0.05
0.10

POWER
DENSITY
(W/M2)
1
4

batas aman antar antenna

pemancar yaitu 30 dB atau dengan jarak antar antena 3 meter.
c. Ketentuan Pendirian Menara Di Sekitar Bandar Udara Dan Cagar Budaya

 Setiap pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran di kawasan

Tabel 4.7
Batas Maksimum Radiasi Komunikasi Radio di Kawasan Rumah Tinggal dan
Rumah Sakit

keselamatan operasi penerbangan wajib mendapatkan rekomendasi dari
Dirjen Perhubungan Udara atau pejabat yang ditunjuk.

 Kawasan keselamatan operasi penerbangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi :
- Kawasan di sekitar bandar udara;
- Kawasan di sekitar alat bantu navigasi penerbangan.

 Dalam hal pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran berada di

ELECTRIC
FIELD
STRENGTH
(V/M)

RENTANG
FREKUENSI
0.1

MHz – 300 GHz

MAGNETIC
FIELD
STRENGTH
(A/M)
0.016

6

POWER DENSITY (W/M2)
0.10 3 MHz – 300 GHz

Bertolak dari kondisi eksisting dan dalam dalam rangka mewujudkan
konsep dasar menara telekomunikasi di Kabupaten Ngawi yang efisien dan
efektif, maka menara yang akan dikembangkan harus dapat digunakan

kawasan situs cagar budaya dan kawasan pariwisata, bentuk menara

secara

harus disesuaikan dengan ketentuan estetika lingkungan kawasan

penyelenggara telekomunikasi dan atau penyedia menara. Merujuk pada

setempat.

konsep tersebut, maka dilakukan identifikasi sebaran menara eksisting

 Ketentuan estetika lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur oleh instansi yang berwenang.
d. Radiasi Komunikasi Radio

 Ketentuan batasan maksimum radiasi selama pemancar beroperasi

bersama.

Menara

bersama

dimaksud

dapat

disediakan

oleh

untuk dikomparasikan dengan titik sementara tower rencana pemanfaatan
bersama.
Rencana titik tentative tower rencana dirumuskan berdasarkan titik
paling optimum dari area optimum pengembangan tower, sebagaimana telah

adalah :

diarahkan pengembangannya. Rencana pengembangan menara bersama

- Di kawasan tempat umum;

diklasifikasikan

- Di kawasan rumah tinggal dan rumah sakit.

dipancarkan oleh panel BTS, yang selama ini digunakan oleh operator.

Laporan Akhir

berdasarkan

tinggi

gelombang

(band

width)

yang

IV - 27

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI

asumsi seluruh BTS menggunakan 3 sector dan total 12 kanal

1. Rencana Pemanfaatan Menara Bersama

frekuensi mampu untuk menghandle traffic sebesar 60.45 Erlang

Rencana pengembangan pemanfaatan menara bersama di Kabupaten

(60.45 jam panggil/calling dan terima/called)

Ngawi meliputi:

Rencana pengembangan prasarana telekomunikasi diarahkan pada

a. Rencana Lokasi Pengembangan Menara Bersama
yang

peningkatan jangkauan pelayanan dan kemudahan mendapatkannya. Dalam

dibutuhkan untuk menyediakan layanan selular dengan kecukupan traffic

hal ini, penyediaan tower BTS (Base Transceiver Station) sangat penting untuk

yang sebanding dengan potensi pelanggan dan mampu meng-cover

mendukung

seluruh area potensial selular sebuah BTS di Kawasan perkotaan adalah :

menjangkau ke pelosok perdesaan. Dalam pemanfaatannya BTS direncanakan

Metode

yang

digunakan

dalam

menghitung

kebutuhan

BTS

 menggunakan parameter jumlah penduduk di setiap Kecamatan,

 menentukan teledensity jumlah pengguna selular di sebuah kota,
 menentukan intensitas trafik per pengguna selular,

telekomunikasi

masyarakat,

apalagi

BTS

dapat

menjadi BTS bersama, hal ini dilakukan untuk mengindari terciptanya hutan
tower. Untuk rencana pengembangan BTS di Kabupaten Ngawi 20 tahun
mendatang adalah sebagai berikut :


 menghitung kapasitas trafik per BTS,

 menghitung jumlah BTS yang diperlukan

kebutuhan

melakukan plotting per-

sebaran posisi Tower pada peta digital dengan meng-overlay seluruh
kelengkapan peta digital dan

 melakukan prediksi coverage dari sebuah BTS dan coverage dari



2013 : 338 BTS



2023 : 353 BTS



2018 : 345 BTS

2028 : 361 BTS
Dengan cara demikian, maka dihasilkan kawasan dengan beberapa

keseluruhan konfigurasi BTS untuk mendapatkan coverage yang

menara dalam satu area layanan yang sama. Hasil perbandingan tingkat

paling optimal.

kemampuan layanan (dalam %) dari BTS pada masing-masing menara

Beberapa data yang didefinisikan sebagai asumsi :

digunakan sebagai rencana (rekomendasi) pemanfaatan menara bersama.

a. Tingkat teledensitas layanan selular di Indonesia pada saat ini adalah

Menara dengan posisi dan tingkat kapasitas layanan terbaik baik dari segi

berkisar

antara

20%~40%.

Adapun

untuk

Kabupaten

Ngawi

prosentase maupun kemampuan melingkupi sasaran-sasaran (fasilitas kegiatan)

teledensitas selular pada tahun 2014 adalah diasumsikan 50% yang

penting diarahkan untuk menjadi pilihan lokasi menara bersama. Berdasarkan

berarti setiap 2 (dua) penduduk memiliki 1 handphone.

uraian diatas rencana pengembangan atau penambahan kebutuhan BTS di

b. Intensitas trafik per pelanggan selular per hari adalah 75 mili Erlang
pada area urban, 67 mili Erlang pada area sub_urban dan 50 mili

Kabupaten Ngawi adalah sebesar 361 unit BTS.
Lebih jelasnya lihat Peta 4.5. Rencana Pemanfaatan Tower Bersama.

Erlang pada area rural.
c. Berdasarkan data-data teknis traffic handling BTS per sector maksimal
dengan 4 kanal frekuensi adalah 20,15 Erlang pada tingkat kualitas
layanan (GOS, Grade of Service) = 0,02, yang berarti terjadi kegagalan
panggilan sebanyak 2 kali dari 100 kali panggilan). Maka dengan

Laporan Akhir

IV - 28

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI

RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN NGAWI
TAHUN 2010 - 2030

Laporan Akhir

IV - 29

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI

4.3.4. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
Rencana sistem jaringan sumber daya air meliputi rencana sistem

2. Melakukan perlindungan terhadap daerah aliran air, baik itu saluran
irigasi, serta daerah aliran sungai;

jaringan sumber daya air, wilayah sungai termasuk waduk, situ, dan embung,

3. Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi;

jaringan irigasi, jaringan air baku untuk air bersih, jaringan air bersih dan

4. Pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air.

system pengendalian banjir.
A. Sumber Air Baku dan Sistem Jaringan air Baku Wilayah

B. Sistem Jaringan Irigasi
Pemenuhan kebutuhan akan irigasi dilakukan dengan peningkatan jaringan

Kabupaten Ngawi banyak memiliki sumber kecil dan besar, serta memiliki

sampai ke wilayah yang belum terjangkau dan dengan peningkatan saluran

cadangan air tanah yang cukup besar, mengingat banyak gunung dan

dari sistem setengah teknis dan sederhana ditingkatkan menjadi irigasi

kawasan yang mampu meresapkan air yang juga dapat dimanfaatkan untuk

teknis. Berdasarkan potensi pengairan yang dimiliki Kabupaten Ngawi yang

pemenuhan kebutuhan air minum dalam bentuk air kemasan.

meliputi Sungai Bengawan Solo, Kali Madiun, sungai-sungai kecil dan

Meskipun demikian diperlukan pengaturan bila akan mengambil potensi air

Waduk-waduk terutama Waduk Pondok di Kecamatan Bringin dan sumber

bawah tanah dalam jumlah besar. Dengan demikian diperlukan kajian kemampuan

air di kecamatan Jogorogo, diperlukan pengelolaan irigasi yang baik

cadangan air bawah tanah disertai dengan AMDAL jika akan melakukan eksplorasi

kebutuhan tersebut dapat merata dan dinikmati oleh seluruh wilayah

dan eksploitasi.
Untuk itu diperlukan pengelolaan untuk dapat memenuhi kebutuhan air
bersih. agar kebutuhan tersebut dapat merata dan dinikmati oleh seluruh

agar

Kebutuhan air irigasi pada wilayah Kabupaten Ngawi dibagi menurut unit
pelayanan

Lokal

(UPTD)

yaitu

UPTD

Dero,

Walikukun,

Ngrambe,

Kedunggalar, Kendal dan Guyung (lihat Peta 4.4).

wilayah. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, perlu adanya
peningkatan sarana dan prasarana pendukung seperti pipa, tandon,
reservoir, dan prasarana pendukung lainnya.
Upaya penanganan untuk meningkatkan layanan fasilitas air bersih di
Kabupaten Ngawi seperti :
1. Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan
2. Perluasan daerah tanggapan air;
3. Peningkatan pelayanan dan pengelolaan air bersih oleh PDAM dengan
peningkatan sistem jaringan air bersih hingga ke wilayah perdesaan.
Sedangkan upaya pengembangan pelayanan pengairan dilakukan dengan
cara :
1. Melakukan perlindungan terhadap sumber-sumber mata air;

Laporan Akhir

IV - 30

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI

RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN NGAWI
TAHUN 2010 - 2030

Laporan Akhir

IV - 31

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI

Diagram 4.1 : Pengelolaan Sampah Perkotaan dan Perdesaan

4.4.5. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan

PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN

Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan meliputi Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) dan Tempat Penampungan Sampah (TPS), kebutuhan
sanitasi dan tempat pengelolaan limbah.

PERKOTAAN

4.4.5.1.Rencana Persampahan

DENGAN CARA
PEMBAKARAN /

Untuk penanganan persampahan kedepannya, maka sistem pengelolaan

INCINERATOR MINI

PERDESAAN

DITIMBUN/
DIBAKAR/
DIBUAT KOMPOS

persampahan di Kabupaten Ngawi dibedakan berdasarkan perwilayahan yaitu
perkotaan dan perdesaan. Secara umum penanganan sampah dilakukan dengan

•LAHAN RELATIF KECIL
•MUDAH DILAKUKAN

KELEBIHAN :

sistem :
a. Pembuangan Terbuka (Open Dumping)

•LAHAN RELATIF KECIL
•DAPAT DIBANGUN DEKAT LOKASI INDUSTRI
•DAPAT DIGUNAKAN SBG SUMBER ENERGI
•HASIL PEMBAKARAN BERSIFAT ORGANIK
KELEBIHAN :

Cara ini merupakan cara yang paling sederhana yaitu dengan membuang
begitu saja sampah yang telah dikumpulkan pada tempat yang telah
disediakan.
b. Penimbunan Saniter (Sanitary Landfill)
Penimbunan saniter adalah teknik penimbunan sampah yang dapat
meminimumkan dampak yang merusak lingkungan dimana teknik yang
digunakan adalah dengan memadatkan sampah dengan ketebalan 3,5 - 5
meter dan kemudian ditimbun dengan tanah setebal 15 - 30 cm.
c. Pembakaran (Incineration)

A.

Sistem Pengelolaan Sampah di Kawasan Perkotaan
Untuk penanganan masalah persampahan perkotaan di Kabupaten Ngawi

diperlukan sebuah wadah penampungan sampah yang dihasilkan masyarakat
perkotaan. Arahan penanganan persampahan di wilayah perkotaan Kabupaten

Pembakaran merupakan salah satu cara pemusnahan sampah dengan cara

Ngawi diperlukan sebuah LPS skala lokal dan LPA . LPS lokal ini direncanakan

mengurangi volume maupun berat sampah melalui proses pembakaran.

untuk menampung dan mengelola sampah yang ada di setiap kecamatan, jadi

d. Pembuatan Kompos (Composting)

akan dikembangkan 1 LPS disetiap kecamatan di Kabupaten Ngawi sehingga

Pembuatan kompos merupakan salah satu cara mengolah sampah organik

total ada 19 LPS yang dapat mengcover setiap kebutuhan pembuangan sampah

agar dapat dimanfaatkan kembali yakni dengan mengelola sampah menjadi

masyarakat di perdesaan. Sedangkan untuk 4 LPA akan dikembangkan di setiap

pupuk.

bagian wilayah yang ada di Wilayah Pengembangan

e. Pemanfaatan Ulang (Recycling)

Pengembangan

Ngawi,

Wilayah

Pengembangan

antara lain Wilayah
Widodaren,

Wilayah

Pemanfaatan ulang adalah cara pengolahan sampah anorganik agar dapat

Pengembangan Karangjati, Wilayah Pengembangan Ngrambe. Keberadaan LPA

dimanfaatkan kembali dengan cara mengolah sampah menjadi barang yang

ini diharapkan dapat melayani setiap wilayah kecamatan dibagian sub satuan

bernilai ekonomis. Untuk pengelolaan sampah perkotaan dan perdesaan

wilayah pengembangannya. Dalam pembangunan LPA regional di Wilayah

dapat dilihat pada diagram berikut :

Kabupaten Ngawi, maka kriteria yang harus dipenuhi antara lain :

Laporan Akhir

IV - 32