RTRWBAB IV Renc. Struktur Ruang H.33 37

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI

1. Kondisi geologi
a. Tidak berlokasi di zona holocene fault; serta
b. Tidak boleh di zona bahaya geologi.
2. Kondisi hidrogeologi

Langkah-langkah yang dilakukan adalah adalah sebagai berikut:
1. Pemisahan Jenis Sampah
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memilih jenis sampah.
2. Pembakaran Sampah

a. Tidak boleh mempunyai muka air tanah < 3 m;

Sampah padat dibakar di dalam incinerator. Hasil pembakaran adalah gas

b. Keluasan tanah tidak boleh lebih besar 10 - 6cm/det;

dan


c. Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di

a) Membutuhkan lahan yang relatif kecil dibanding sanitary landfill.

hilir aliran; serta
d. Dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut diatas,
maka harus diadakan masukkan teknologi.
3. Kemiringan zona harus kurang dari 20 %.
4. Jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3000 meter untuk

residu

pembakaran.

Kelebihan

sistem

pembakaran


ini

adalah:

b) Dapat dibangun di dekat lokasi industri.
c) Residu hasil pembakaran relatif stabil dan hampir semuanya bersifat
anorganik.
d) Dapat digunakan sebagai sumber energi, baik untuk pembangkit uap, air
panas, listrik dan pencarian logam.

penerbangan turbo jet dan harus lebih besar dari 1500 meter untuk jenis

Secara umum proses pembakaran di dalam incinerator adalah:

lain.

a) Sampah yang dibakar dimasukkan di dalam tempat penyimpanan atau

5. Tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan
periode ulang 25 tahun.

Sedangkan untuk pengelolaan sampah di perkotaan dapat dikembangkan
cara pembakaran sampah dengan incinerator mini dengan memanfaatkan
biomass dari sampah perkotaan, tandan kelapa sawit, sekam padi, ampas tebu,

penyuplai.
b) Berikutnya, sampah diatur sehingga rata lalu dimasukkan ke dalam
tungku pembakaran.
c) Hasil pembakaran berupa abu, selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai
penutup sampah pada landfil dan sebagai bahan bangunan

dan potongan kayu yang jumlahnya melimpah untuk mengatasi defisit energi

d) Sedangkan hasil berupa gas akan dialirkan melalui cerobong yang

listrik di masa mendatang. Potensi sumber listrik dari biomass itu bisa

dilengkapi dengan scrubber atau ditampung untuk dimanfaatkan sebagai

mencapai 50 ribu megawatt. Pemanfaatan biomass sebagi sumber listrik saat ini


pembangkit energi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram

sudah tidak mengalami kendala, karena sudah muncul banyak teknologi

berikut :

pembangkit listrik yang mampu mengubah biomass menjadi sumber listrik.
Sampah perkotaan yang organik pada dasarnya ialah biomass (senyawa organik)
yang dapat dikonversi menjadi energi melalui sejumlah proses pengolahan, baik
dengan maupun tanpa oksigen yang bertemperatur tinggi. Energi yang
dihasilkan berbentuk energi listrik, gas, energi panas dan dingin yang banyak
dibutuhkan industri, seperti cool storage, gedung perkantoran, dan hotel,
termasuk pupuk untuk pertanian dan perkebunan.

Laporan Akhir

IV - 33

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI


Diagram 4.2 : Pengelolaan Sampah Dengan Incinerator

PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN
INCINERATOR

Diagram 4.3 : Alur Kerja Sama Pengelolaan

ALUR KERJA SAMA PENGELOLAAN

Diagram 4.4 : Alur Kerja Sama Pengelolaan

Laporan Akhir

IV - 34

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI

Pengelolaan sampah dengan incinerator hingga menghasilkan bahan


4.4.5.3 Pengelolaan Limbah Industri

untuk bangunan diperlukan kerja sama antar berbagai stake holder yaitu antara

Untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah polusi yang tidak

masyarakat, pemerintah daerah dan investor. Untuk lebih jelasnya mengenai

diinginkan maka perlu dilakukan pengelolaan limbah industri berdasarkan

alur kerja sama pengelolaan dapat dilihat pada diagram diatas.

ketentuan yang berlaku pada kawasan industri dan pada sentra-sentra industri

B.

Pengelolaan Sampah di Kawasan Perdesaan

yang memungkinkan dilakukan pengolahan limbah industri secara terpadu.


Sistem pengelolaan sampah di kawasan perdesaan dapat dilakukan

Adapun lokasi pengolahan limbah industri dapat dikembangkan di Kecamatan

dengan cara menimbun dan membakar, mengingat kawasan perdesaan

Ngawi, Geneng, Pitu dan Karangjati

kecenderungannya masih tersedia cukup luas lahan pekarangan. Pada
sisi lain di kawasan perdesaan kecenderungannya didukung dengan lahan
budidaya pertanian yang cukup luas, maka keberadaan sampah tersebut
dapat diolah menjadi kompos (pupuk organik) yaitu dengan cara
memisahkan jenis sampah yang dapat diuraikan bakteri (dimanfaatkan
untuk kompos) dan sampah yang tidak dapat diuraikan bakteri Untuk
sampah yang tidak dapat diuraikan akan ditampung di LPS pada setiap
kecamatan.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana sistem jaringan sampah di
Kabupaten Ngawi dapat dilihat pada Peta 4.6 Produksi Sampah Perkecamatan
dan Peta 4.7 Rencana Distribusi Sampah.


4.4.5.2.Kebutuhan Sanitasi
Untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih, maka diperlukan
adanya sistem pengelolaan limbah khusus yang dihasilkan oleh setiap KK.
Dalam penanganan limbah khusus rumah tangga diperlukan pengembangan
fasilitas sanitasi. Upaya penanganan permasalahan limbah khusus rumah
tangga dibedakan menurut wilayah perkotaan dan perdesaan.
1. Pada wilayah perkotaan pengembangan sanitasi diarahkan kepada
pemenuhan fasilitas septic tank pada masing-masing KK; serta
2. Pada wilayah perdesaan penanganan limbah khusus rumah tangga
dapat dikembangkan fasilitas sanitasi pada setiap KK serta fasilitas
sanitasi umum.

Laporan Akhir

IV - 35

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI


RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN NGAWI
TAHUN 2010 - 2030

Laporan Akhir

IV - 36

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI

RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN NGAWI
TAHUN 2010 - 2030

Laporan Akhir

IV - 37