Teosofi ; jurnal tasawuf dan pemikiran islam - Raden Intan Repository

VoLUME 4, NoMoR 2, DESEMBER

20I4

rssN 20a&7957

1

I

AbO Nasr at-SarrAj dan Wacana Sufistik Lintas Disiptin Keitmuan
Abdul Kadir Riyadi

Kontestasi Tasawuf Sunnidan Tasawu
lAuhammad Afif Anshori

f

Fatsafidi Nusantara

lntegrasi Tasawuf dalam Tradisi Kejawen pada Persaudaraan Setia Hati Terate

Sutoyo

Perspektif Historis Konsep dan Distingsi rasawuf AbO at-Hasan at-shddhiti
Saifulah

Titik Temu Transpersonal Psychology dan Tasawuf
Khodijah
Genealogi dan Pengaruh ldeologi Jihadisme Negara Istam lraq dan suriah
(NllS) Di lndonesia
Masdor Hilmy
Terorisme Kontemporer Dunia lstam
Sokhi Huda
Radikalisme sebagai Blocking Factor bagi Perkembangan peradaban lslam

di Era Modern

Hammis Syafoq
Dimensi Profetisme Pengembangan llmu Sosiat datam lslam
Syamsul


Arifin

Eco-Philosophy sebagai Cetak Biru Filsafat Ramah Lingkungan
Supian

PRoGAM STUDI FILSAEAT AGAMA FAKULTAs

UsguluoolN DAN FITseTnT

UTvIvERSITAS ISLAM NEGERI SuTqau AMPEL SUR^ABAYA

T*gF_gil
V()Lt,-\rt {, :.ir)M()R 2, l)tSLATBFR.!0 l.{

Ketua Penyunting
Nluktafi

Wakil Ketua Penyunting
Nlukhamma d Ztnzami
Nur Hidayat \Yakhid Udin

Penl.unting Ahli
Abdul Nluhaya QIIN Walisongo Semarang)
Abdullah Khozin Afandi (JIN Sunan Ampel Surabaya)
Ahrr,'an Nlukarram ([JIN Sunan Ampel Surabaya)
Alwan Khoiri pIN Sunan IQlijaga Yogvakarta)
Asmaran As (IAIN Antasari Banjarmasin)
Budhy N{unawar-Rachman (Universitas Paramadina Jakarta)
Fauzan Saleh (STAIN Idediri)

Kautsar Azhat Noer (LJIN Syarif HidavatullahJakarta)
N{uchtar Solihin (LTIN Sunan Gunung Djati Bandung)

Penyunting Pelaksana
.\I. Si'amsul Hudr
Hammis S),afaq
N{oh. Helmi Umam

Ghozi

Desain Cover

Muhammad l\[isbah

DAITTAIT 1SI

ARTIIGL
dan lWacana Sufistik Lintas Disiplin Keilmuan

Abi Nagr al-Sarrdi

Ab ds I Ka di r N1 a di--28

5

-308

Kontestasi Tasawuf Sunri danTasawuf Fa ttoli d, Nusantara

M n lt am m ad Aff An s b o n---309 -327

Integrasi Tasawuf dalam Tradisi Keiawen Persaudaraan Setia

Hati Terate
Satoy-328-352
Distingsi dan Diaspora Tasawuf Abri al-Hasan al-Sh6dhili
Saifalah-353-381

Titik Temu T ra n sp
Khadlab-382-403

e

rs o n a t

P sjt c b o logy dan Ta

s

awuf

Genealogi dan Pengaruh Ideologi Jihadisme Negara Islam Iraq
dan Suriah G\TIIS) di Indonesia

MasdarHilmy-404-428
Tetorisme Kontempotet Dunia Islam
Sokhi Huda-429-450

Radikalisme sebagai Blocking Faaor

bagi

Perkembangan

Peradaban Islam di Era Modem
Hammis Sjtafaq-451, fi6

Dimensi Profetisme Pengembangao Ilmu Sosial dalam Islam
Perspektif Kuntowiiol,o
SlanwlArffx-477-5O7
Eco-Pbibs@trysebagai Cetak Biru Filsafat Ramah Lingkungan

Supian-5A8-532


ABO NASRAL-SARRA'
DAN WACANA SUFISTIK I.INTAS DISIPLIN

K[tLMUAN

Abdul Kadir Riyadi
Universitas Islam Negeri Sr.rnan Ampel Surabaya, lndonesia
E-mail' q4dir@,ahoo.com

Abstract: This paper traces back the origin of tasawuf to ti.re
eariy period of Islam by investigating the ideas propagatecl b_v
one of its best scholars named Abff Nasr al-Sarrdi. The paper
tries to find the link benveen his thought and that of the
eariier sufis on the one hand, and his response to the social
and epistemological conte\ts that shape it on the orher. In
doing so, it discusses first the debate and the so-callecl
drnamic tension in rvhich the sufis and their opponents v,ere
invoh'ecl. The paper shorvs that the development of tasarvuf
cannot be sepatated from this tension as rvell as from what the
sociologists of knos,ledge har.e taught us to call falsification.

Tasarvuf was dubbed the distorted version of Islam and nas
faisified in such a wal' that many sufis ended up in being
alleged apostate. Horvever, having succeeded in going through
this phase of history made tasaw.rf an objective and
paradigmatic kind of knowledge. The thought of ai-sarrijthe paper 21s11s5-i5 reminiscent of this form of knov.ledge.
His is a kind of thought tirat brings tbrth not onll, n.*. 16.u,
and concepts, but also strategies of sr-rn-ival and method c_,i
thinking quite nerv for its context; method that mav be
deemcd mulridisciplinan' in its fornr and objective.
Keyrvords: tasar.r.uf, fiqh, hadith, reconciliation of paradigms.

Pendahuluan
Perselisihan ant^ra al-HArith al-MuhAsibi (s,: 857) dan Ahmad b.
Ifanbal (ur 855) )'ang pernah terjadi pada masa sebelum Abrj Nasr alsarraj benar-benar membawa dampak yang sangat ruas ticlak hanya bagi
arah pengembangan ilmu tasawuf tapi juga bagi kehidupan pribadi paia
sufi.

Tasawuf, dan bukan han1.a ilmu kalam, jelas menjadi salah satu
Tcosofi: lrrrnal Tasawrf ilan Ptmikiran lslam
Volunre 4. Nomor l, I)esr'nrher 201{: ISSN :OSti-?95?:


fSi.l0S

TAsAwuF suNNi neN TASAWU F
rersarf Dr NUSANTARA.

As I

Muhammad Afif Anshori
,:.:..r.{gama Islam Negeri Raden Intan Larnpung, Indonesia
E-mail: afif-amel@,ahoo.co.id

Abstract: This article scrutinizes the historv of Islamic
jer-elopment in Nusantara betrveen 15th to 1Sth centuries,
'.-;h,ich has been colored from theological mt'sticism thought.
L niqueiv, the discussion about the Islamic thought had
influenced poliucal perspective and led to the tragedv of
killed and a
*ibnah (inquisition). As a result, some figures
"vere

number of trcasured books were burned and destroyed. In
Jar-a, such controversy involr.ed Shaykh Siti Jenat versus
\\'ali.songo. In Sumatera, the dispute occurred between Shaykh

Hamzah Fansuri and Nurudin al-Raniri. Instead of
emphasizing on substantial matters, the disagreement among
these figures rvas, in fact, caused by the political situation at

that timc. The writer finds that there are, at least, three main

triggering factors 'r'hich lead

to

ideoiogical dispute and

contestation betrveen Hamzah \iersus al-Raniri and Siti Jenar

versus \Yalisongo. Theological aspect is the flrst causing
factor. The second factor is political interest, rvhtle the third

factor is genealogical similariw.

Keywords: sunni sufism, philosophy sufism,

wahdat al-wajild.

Pendahuluan
Tasawuf sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pemikiran
Islam telah dikenal masvarakat Indonesia seiak berabad-abad r,ang
lampau, paralel dengan perkembangan Islam di akhir abad 1,2. Kendati
berbagai teori dimunculkan untuk menetapkan awal kedatangan Islam,
namun akhir abad 12 dapat dijadikan tonggak arval perkembangan
tasawuf di Nusantara. Azyr:mardi Azra mengemukakan bairrva
penetrasi Islam nampaknva lebih dilakukan para guru pengembara sufl

Teosofi,

V..lume 4, Nomor

]urnrl Tasautf.lan Pc'mikirrn lslrm

l,

Descmber 2014; ls-si\ :083-795?r 109'12?

..i-,j sijrk akhir abad ke-12 datang ciaiam jumlah vang semakin banl'2k
.-: \usantara.l
Para se]arau.an telah mengemukakan bahrva inilah -r'ang mcmbuat
isl*r-r menrrik bagi orang Asia Tenggara. Perkembangan tasalvuf
:r;rupakan salah satu faktor yang men)Iebabkan Proscs Islamisasi Asia
Tei:qqara dapat berlangsung. Ajaran-ajaran kosmologis dan metafisis
r.srrs-uf Ibn 'Arabi (u'. 1240 ID dapat dengan mudah dipadukan
oengan ide-ide sufistik India dan ide-ide sufistik pribumi 1'ang dianut
nrsr-arakat setempat.2 Oleh para ulama selaniutnya, gagasan Ibn 'Arabi
rersebut dikembangkan lagi menj acli pemikiran-pemikiran tasarvuf ,vang
bercorak spesifik Nusantara, seperti Siti Jenar dan Hamzah Fansuri'

Beqltu pula, ajaran-aiann 'I'asax'uf el-Ghazdli (rv. 1111 N! pun
dengan cepat diterilna mas\:arakat Asia Tensgara, melalui para Eluruguru sufi dan tarekat. Di Jarva aiarao al-Ghaz'ili clikembangkan oleir
\\'alisongo, sebagaimana hasil pelacakan sumber oleh Alwi Shihab,
lang lnengungkaokan bahrva tiada sesuatu dari peninggaian Walisongo
\-eng n)'ata, dan lebjh berharga daripada Printlsan, karl'a "1-5"rrid al-'Arif
bi r\llih Ibrihim densan gelar Sunan Bonang vxng memuat hakikat
pemikiran dan mazhab yang rlianut Walisongo dalam aspeli-aspek
:rqidah, shari'ah, dan tasawuf.r Dalam Pintbon tersebut tercakup aiarunr]ar-an Sunan Bonang ';ang seiuruhnya sesuai dengan aliran r\hl alSunnah s-a al-jami'ah, 1,ang di b,idang tasau'uf mengacu pada a]aran alGl-razili. Selairr Walisongo di Jau.a, di Sumatera pemikiran tasau,'uf alGhazili dikembangkan oleh Shavkh Nurucldin al-Raniri'
Xlerninjam istitah a7-Taft6.zdoi, tasas.uf vang dikembanskan Ibn
'-\rabi clikenal sebagai tasas,uf r[a/safi, dan seba]iknr-a aiaran al-Ghazili
clisebut rasarvuf strwi.o N{enurut Abdui Aziz Dahlan, tasawrrf falsaJi
berarti suatu paham tasawuf vang a]aranriya sudah bersifht leblh falsafi"
karena meluas ke masalah metafisika, yai-y
"Jr- Fe ul c-;t li!, G- ;,; et-i rip

Jyrt ,LIr

'Jirr,'amu disar.rkan dengan iiwaku sebagaimana aflggur disatukan
dengan air suci. Bila ada sesuatu yang menyentuh-N{u ia menventuhku
pula, maka ketika itu dalam sedap hal Engkau adalah aku,,.

Apabila Abfi Yazid menganut paham ittihid dan al-Halldj

berpandangan Hulil/, maka Siti Jenar mengajarkan paham h{anangaling
Kayula Cusli, vang ketiganya memiliki makna yang hampir sama, yakni
kebersatuan hamba dengan Tuhan. Selanjutnya dipertegas lagi dengan
ungkapan:

Yekt

n'us aneng ntaniru, ncra pisah

ina

wengi, narullltg ing ruengko kewa/a, ana

araa kawula gusti, suuene ingtrn ntali, herying
ltut ittgsan irlttp, sima gasti
kawala, ruang kai aip pibadi, langeng rueneng aneng anane pi1)nga.26
"(I{a*'ula dan gusti itu) sudah ada dalam diriku, siang dan maram tidak
pisah dari diriku, tetapi hanva unruk saat ini nama ka*,,ura-gusti itu
beriaku, 1'akni selama saya mati, nanti kalau sa1'a sudah hidup lagi, gusti
dan kav'ula lenvap, yang hidup hanr.a diriku sendiri, keienteraman
langgeng dalam dalam Ada sendtnf,.
sebenarnya ungkapan di atas merr.ipakan sikap protes Siti
Jenar

atas pemanggilan dirinr-a oleh Deu,an Walisongo unruk menglarifikasi

alarannya.

Ia

menganggap, bahrva siapapun tidak berhak mengatur
dirin1.a, termasuk raja sekalipun, karena dia hidup dari dirinva ,..rdiri,
dan tidak merasa menerima peaghidupan dari sultan Demak. Bagr siti
Jenar, pengabdian dan kepatuhan sepenuhnya hanya kepada AIrh,
bukan kepada sesama manusia. Dikatakan selanjutnya:
Jaine wali narendra, pada hae laa,an raarui, neng doryra asl2;at ,owa, besuk basok
awor siii, rnu/ane san tan @li, ineh sama ing tnmawuls, lan manih kawrahana,
kang aran kawa/a gasti, s@aline dada

=

uwa

ning nanungra.2l

I-rhat AJ.Arberrv, l,'Iaslint Saints antj Mlnics, terj. Anas Mahl.,ddin
@andung:

Pustaka Salman, 1983), 132.
:: Ibrihim Basini, Nesh'at al-Tasaa,ataf a/-I.r/,?mi (Kairo:
:r Zoetmulder fulanunggaling Kapala Guni, 362.
,
- _t::d.

:

.:

'.1:Lrnmad .{Iif Anshori-K ontestasiTasauaf

Dir

al-X{a.Ari

i,

1967),262.

"(Sebenarnlraparawals,danraja, sama saja dengan sava, di dunia ini kita
merupakan mayat-mayat, nantinya akan busuk bercampur tanah, oleh
karena itu saya tidak sudi, diperintah oleh sesama makhluk, dan
ketahuilah itgu, ).ang disebut kag'ula-gusti, sesungguhnva tidak
berkaitan dengan seorang manusia biasa seperti yang lain-lain)".
Dari ungkapan-ungkapan seperti itulah, Siti Jenar dianggap sudah

menl,impang dari ajarun Islam yang benar (heretis), sehingga Dewan
Walisongo pedu memberikan hukuman mati.

2. HamzahFansuri
Sebagaimana

i
.l

j

n
rr

si
1r

:i,

:ti
h

Siti Jenar, bagi para peneliti pemikitan Islam

Indonesia, nama Harnzah Fansuri merupakan suatu misteri, karena
ridak adanya data akurat )rang mengungkapkan secara utuh biografinva.
Hal ini akibat nasib tragis yang menimpaflya, ketika berhadapan dengan
kekuasaan waktu itu, di mana p^r pengikutn,va dibunuh dan bukubukunya dibakar. Beruntung, masih ada karya tulisnya berupa prosa
Can puisi vang dapat diselamatkan, dan sampai sekarang menalik untuli
Cikaji. Dari sinilah sosok Hamzah dikenal. I(arya prosanya yaitu Zinat
:l-Muwahhidin atau disebut juga Shardtt al-Ashiqin, Asrir at-Ariyn dan
),[untabi. Sedangkan karya puisinya terdiri atas .f1air Peraha, Sl,air Dagang,

:in SlairBarungPingai.2s'
Melalui svairnya diketahui bahwa ia berasal dari Fansur, sebuah
:-r:npung di daerah Barus, Sibolga, Sumatera Uta:a
Hamqah nin asalrya Fansnri, mendopat wujad di tanab Sltabruau,i.
B e ro le b k hi lafat i ln a y rry' a /i, d arip ad a Ab d a l-Qa di r J i la n i.ze
Ia diperkirakan hidup pada masa kekuasaan Sultan 'Ala al-Din
:- -.'.'at Siah a1-I\{ukammil (1571-1607),
-ymg memerintah di Aceh
:: 1586-1604.10 Kepastian Hamzah hidup pada masa al-Mukammil
' .::iihat pada sy2i1n,va yang berjudul trkatan-ikatan 'Ilw al-Nisa:
'',::.-karya Hamzah ini dapat dilihat pada: Johan Doorenbos, Dr Gevhri;t'ten uan
Pansoeri (-eiden: NV.\rh. Batteljee dan Tempstra, 1,933); Syed Naquib a1-

-:-::..;).

-- l-lr llystitisn of HarnTah Fansai (Kr-rala Lumpur: University of Mala1,2 p165s,
- ',. -i,:dul Hadi \\'1\{, Tanwufs'angTerbesar: Kajiart Herutenetttik lerhadap Kanta-,kat)c
:: - .;';:tri.{akarta: Patamadina, 2001).
: ' - Diet.es Can L.F. tsrakel, 'I'lte Paetzs of Ilan4alt Fanytri (-eiden: KITLY,
'
De Ceschiften,l0T-108.
- ll,rrenbos,
'a:.grimana pemerintahan al-X{ukarnmil lihat },{ohammad S:rid. ,,lrelr
:--:i.Teosofi-\/olume,1, Nomor

2. Desember

201.{

119

ifenba nengikat tair ini, di bawab Hadltarat radja jang wali, karania Allah
akot Toehan karui. Sjah Akm Radjalang adil, Radja Qoetoeb jang sempoerna
kirutl, ll:'ali Al/alt .rarupoerila wdsil, Rarla aif lagi fu[akawrnil. Beftarubah
daulat Slah Alan, rtakota pada sekalian alam, karoenia llahi Rabb al'alartina, rteryadi rarla kedoea a/aru.31

llenurut al-Attas, syair ini merupakan pesanan sultan, atau paling
tidak, Hamzah yang mempersembahkannya keoada Suitan.32 Adapun
Rala Yang Wali, yang dimaksud adalah Sultan 'Aia al-Din fu'ayat Syah,
rang dikenal sebagai Syah Alam, dan bergelar Salyid al-Nlukammil.33
Dari sini dapat ditegaskan, bahwa Hamzah hidup semasa Svah
Alam berkuasa pada 997-101,1, H/ 1509-1602 I\{ atau pada akhir abad
ke-16 sampai arval abad ke-17. Ia diperkirakan wafat sebelum
1.016 /1.607

.34

Dari seluruh konsepsi pemrlitran Hamzah, nampak adanya

kontinuitas dengan Ibn 'Arabi, al Qunaw{, JalAl al-Din al-Rrimi. Dalam
s-vair-svairnya, ia banvak memperoleh ilham dari karya al-AttAr, Manliq
al-T'a11ir, kar1,2 'IrAqi lttrua'at, dan karya Janti', I-awd;l. Namun,
menurut Abdul Hadi \\/N{., karena Hamzah lebih banvak mengutip
I-ana'at, karya Iraqi (rv. 1289), hal itu memperlihatkan adanya pertalian
istimewa
pandangannva dengan pandangan lraqi.3s
^nt^r
Dalam kan'a-kan'anya, beberapa kali ia menyebutkan nama Ibn
'Arabi, yang menunjukkan adanva pengaruh sang shavkh terhadapnya.
.N{enurut Ahvi Shihab, para peneliti pada umumnya bahkan
menganggap Ibn'Arabi sangat berpengaruh dalam pemikiran Hamzah,
sehing;a dinilai orang sebagai orang vang pertama menjelaskan paham
yahdat al-wlyid lbn 'Arabi untuk kawasan Asia Tenggara.3t' Itulah
31

Doorenbos, D e Gescbi;t'ten, 69 -7 0.
Naquib Al--{ttas, Ilanii and y6, 1{tryildt1ah of

32 S)-ed

MBRAS,1966),44.

llh

Centary

Acbelt lSiingaporc:

i3 Lihat R. Hoesein Djaiadiningrat, Kesaltanan Aceb: Smta Penbabatan Tentang
kybanan

,4cel:t Berdasarkan Baban-bahan Yang Terdapat

Dalan Karya hlelayt,

ter1.

Tertktt

Hamid @anda Aceh: Depdikbud, Proyek Pengembangan Permesiuman Daerah
Istimev'a Aceh, 1982), 213.
ra Lihat Al-Attas, Tlte l['.rticivt, 3-13;
Qakarta'. Beuna, 1,983), 195-197

r'

Abdul Hadi WN{., HamryiL Farstti: Hsalah Tananf dan Puisi-puitirya

\Iizan,
16

I

A. Hasvmy, kbadalaan Auls Dalan

1995), 21.

Shihab, lslan Su.finik, 125.

ltr

lr

S'/arah

.

Iuhammad Afif Anshori-Konre

stasi T asawuf

@andung:

sebabnya, al-Raniri menyebut Hamzalt sebagai penyebar aiann
,^ t^

r

t'///tldt),a0.

17

Mengenai konsepsinya tefltang Tuhan, sebagaimana tersebut

dalam Asrir al-Aifr, Hamzah membedaka.n znt^r^ pandangan uiama
Svariat dengan altl al-.rulik tentang.,vujud Aliah.r8 Ia menoiak pendapat

I

I

a

n
ia
1,

P
,n

)n
'4.
ltl

h,

m
ah

)re:
tdng

uku
:rah

ulama Shari'ah l,ang mernbuat pemisahan antara Zat Allah .len[an
..r'ujud rUlah, vang diibaratkan matahari dengan sinarnya matahari
:dalah sesuatu, dan sinar sesuaru vang lain. Baginva, hal tersebut
:nenunjukkan Tuhan bersifat transenden atau imanen dengan alam;
cadahal Zat ,\llah dengan Wujud-N_va merupakan satu kesaruan. Ibn
-\rabi menjelaskan hal sepertr ini dengan taniih dan tashbih. Tanry"l:
rerarti keterasingan, pengagungan, pengakuan akan sifat transendensi
Tuhan. Lar.van kata ini adalah tashbi/t, ),akni perbandingan, penyamaan,
;rengakuan atas simbolisme Tuhan atau imanensi Tuhan.3e Dengan
Jemikian, Wujud Allah dengan wujud alam pun merupakan sesuatu
r ang tidak dapat dipisahkan, karena alam tidak akan temujud tanpa
'fi'ujud Allah.
Dalam masalah metafisika penciptaan, Hamzah memulai
:embahasan penciptaan dari hakikat Dzat Allah atau Kunhi Dzat,yang
lisebut I-6 Ta'E5,un, yakni keadaan hakikat vang tidak mempunvai
:anda, tanpa n m^ dan sifat. Jadi, daiam keadaan yang masih belum ada
-retentuan (entitas), belum terdeskripsikan. Menurut Hamzah, artt I-d
Ta'E1an itu "tidak flyata".4''' Kemudian, terjadilah ketentuan-ketentuan

lmulai.

Selanjutnya, ZatYang N{aha Suci tersebut menentukan diri
:a'ajyan) melalui "pengaliran keluat" atau "rurun" (tana7ryufi, dengan
relalui lima martabat (fase).
Nlartabat pertanta, membentuk sifat-sifat, yang terdiri atas 'I/rn,
i''tyiild, J'buhiid, dan I'iilr. Sifat ini adalah aspek lahiriah (eksternal) dari
7at Yang N{aha Suci. Karena sifat 'Iha, maka Zat Yang Mudak itu

'- Lihat antara lain Nuruddin al-Raniri, "N{a' al-Hayit li Ah1 al-N{amit: Tibyin fi
I'lr'rifat al-AdyAn" dalam Ahmad Daudr,, Slekh liuruddin ar-Raniri Sakarta: Bulan

3rnrang, 1978),44.

'i rl-Attas,

ung:

Tlte

N!ilicisn,242^

' Lihat Titus Burckhardt, An Introdrctiort to Snf Dotine, terj. D.M. Matheson (Lahore:
:r. Nluhammad Ashraf, 1973;), 154; Sahib Khaja l{han, Studies in Ta.raa,aj' ,,]Delhi:
-

j:rah-I Adabivat-I Delli, 1978), 233.
l-rhat Al-Attas, The Llysticitn,

31,

5.

Teosofi-\,'olume 4, Nomor

2, Desember

2t-11.{

i:1

nenjacil ',4/int. Selanjutnl.a, pada martabat kedua, karcna 'Alim maka
adt )Ia'/int-nr,,a yang disebut ajdn tb,ibitah (wujud potensial), yang
kadang disebut itga snwar al-'ilrufi,at, lrnqiqnt al-ash16', dan rfih idnfi.
)Iartabat ketiga, rmb i{ldf keluar seperti gelombang laut yang menguap
ke udara, disertai perkataan: Kun fay kfr n berbagai-ba g^7" .o' Selanjutnya,
uap-uap itu membentuk awan, yang kemudian terpencar jatuh menjadi
air hujan. Yang ciisebut terakhir ini merupakan tamsil dari roh manusia,
binatang dan tumbuh-tumbuhan. Ini hanvalah suatu ilusi dari kemungkinan asal terjadinya sesuatu (isti'dlC aslfi, yang betada pada ma*abat
aJin thibitah,yang mencerus keluar menjadi realitas-realiras atau bendabenda aiam yang beraneka ragam bentuknya. Reaiitas-realitas yang
sudah keluar ini disebut ajnn kltnri;t1ah.
Rfrb idAf yang menjadi rul-r manusia, binatang dan rumbuhtumbuhan itu adalah nur atau cahaya Tuhan yang tidak dapat
memisahkan diri dari semua la'a11un-Nva. Ta'a1yan Tuhan sebenarnva
tidak terhingga (rud ld niltE,ah /ah), namut vang dibicarakan Hamzah di
sini hanva ltma martabat saja di mana martabat keempat dan kelirna
adalah berupa alam semesta.

I&jian Hamzah berikutnya vang menimbulkan polemik

adalah

mengenai kemakhlukan al-Qur'dn, kebersatuan wuiud, al-insin al-kimil,
dan keb,ersatuan hamba-Tuhan.o2 Polemik rersebut dimuncuikan oleh
al-Raniri vang hidup di Aceh ant^ra tahun !637 sampai 1644 M serrrasa
pemerintahan Sultan lskandar Tsani. Ia mengdtik dengan keras ajaran
Il,amzah ,yang disebutnva dengan wajildtltah, yang secara umum
Cian.ryiapnva sesat bahkan ateis.

Melalui pengaruhnva

di

israna, ia

mengusulkan kepada Sultan untuk menghukum para pengikut paham
11,ujid/tab

dan membakar seluruh buku-buku karangan Hamzah dan

Svamsuddrn.

C. Sanggahan terhadap Tasawuf Falsafi
jika dikaji secara mendalam, sebenarnya tidak ada perbedaan
lang tajam antara pemikiran tasawuf falsafi dan tasaw-uf sunni, karena
keduanya masih berada dalam bingkai aqidah Islam. Justifikasi
penvimpangan dengan pemberian berbagai predikat seperti zindik, kuf,
=1

+r

tbid., 317.

lI. Afif Anshori, Tanwaf

Pasarg, 2004),
I

ll

Sjekh Falufi Ham4zb Fansui ffogvakarta: Gelombang

\{uhammad Afif Anshori-Konre stosiTasawul

. : ir/. dan sebagainya adalah tidak tepat, karena kerangka pikir yang
- .;nakan adalah berbeda antaratasatvuf
falsaf dengan sunni,mesldpun
:.:-gkalnya adalah sama.
Penentangan terhadap ajarun tasawuf falsafilebih didasarkan pada
rvatiran terjadinya pembiasan pemahaman pemikiran, terutama
--r kalangan awam yang pola berpikirnya masih sederhana dan tingkat
- -.dahnya belum mantap. Hal ini terlihat dari pernvaraan Sunan Giri,
sesungguhny^
yang diucapkan Siti Jenar di atas dapat
^pa
ri oleh para \X/alisongo,
di mana ketika Siti _|enar datang
- ;:nenuhi undangan Dewan Walisongo untuk berdiskusi tentang
- .ririrr Silfi, ia menjelaskan doktrin kesatuan makhiuk, ,r,aitu dalam
ian akhir hanya Aliah yang ada dan tidak ada perbedaan
!s yang nyata )ang bisa digambarkan antara Allah, manusia dan
ciptaan lunnya. Sunan Giri mengatakan bahwa doktrin itu benar,
::-..Di ia meminta jangan diajarkan karena bisa membuat kosong masjid

:.:

oranpl mengabaikan shari'ah.a3

Sebaliknya pada kasus Hamzah adalah cukup mengherankan jika

.--Raniri memandang sesat, zindik, nuQid, dan kufr pada ajaran
.Arabi
' ,;id$alt*, sebab ternyata al-Raniri tidak menolak ajaran Ibn
-:',1m masalah tajalli Tuhan di alam semesta. Sebagaimana dinyatakan
Daudv bahwa, konsepsi Ibn 'Arabi dalam masalah ketuhanan
mendominasi ajaran dan filsafat tasawuf di Aceh, terurama
:-.,:nuf Hamzah dan Syamsuddin dan juga pengaruhnya yang sangat

-.:.'esan pada pemikiran al-Raniri.as Apalagi, sebagaimana
dikatakan al-

.;s. "pada dasarnya aiaran al-Raniri identik dengan apa __yang
- .'-rrkan secara lebih jelas oleh Hamzah. Semua itu menunjukkan
":::d2 kita, tokoh ai-Raniri ini berada dalam keadaan yang sulit, yaitu:
,: -,rang ulama yang bertindak sebagai natakallin dan sufi sekaligus.
--.rirnya, al-Raniri keliru dalam pendapatnya".a6 Steenbrink pun
--rqakui bahu'a meskipun al-Raniri menentang rasawuf Harnzah,
--

l'i-rrk R. l7oodrvard, lskn in Jaaa: l{orrnatiue and Mlsticisn in tlte

;

Sultanate of

.;iafta, terj. Hairus Salim HS (fog1'akarta: LKiS, 1999), 149.
-_-...at Ahmad Daud1,, "1\{i'al-Hayit ii Ahl al-Mamit", DialogEdisi Maret 1978, 79-

'

'

-..t Ahmad Daudy, Allalt dan Llanaia Dalan Konvpsi slLayiklt Naraddin ar-R-ati5
.. =;:.r: Rajawali, 1983), 74-115.
-- \ttas, Ranii,42.
Teosofi-Volume 4, Nomor

2, Desember

2t114 313

tetapi secara pribadi (atau karena alasan politis) juga menitikberatkan
unsur

tasas,'r.rf.a-

Oleh karena itu agak mengherankan, apabiia misi al-Raniri di
Aceh hanya semata ingin menentang tasawuf Falsaf, padahal sebelum
tahun 1637 ia sudah pernah berkuniung ke Aceh, yang rvaktu itu
dipimpin Sultan Iskandar Muda. l)i bawah perlindungan Iskandar
N{uda ini, doktrin tasawuf falsafl wryildtlah yang diajarkan Hamzah dan
Svamsuddin mengalami masa kejayaan. Baru kemudian setelah
Svamsuddin dan Iskandar Muda war,at, al-Raniri datang ke Aceh pada 6
N{uharram 1047 /31, Mei 1,637 di masa Sultan Iskandar Tsani, dan ia
ditunjuk menjadi Shavkh al-Islam.a8
Dengan kedudukannya yang tinggi dan strategis ini, ia mulai
melancarkan "pembanran Islam" di Aceh. Nlenurut pendapatnya, Islam
vdavah ini telah dikacaukan oleh kesalahpahaman atas doktrin sufi.
Selama tujuh tahun di Aceh ia mencurahkan waktunva untuk
menentang doktrin a.,ryiidfiab. Dia bahkan melangka-h demikian iauh
dengan mengeluarkan fatwa vang mengarah par)a semacam perburuan
terhadap "orang-orang sesat; membunuh orang-orang vang menolak
melepaskan keyakinan dan meninggalkan praktik-praktik sesar mereka,
dan membakar hingga menjadi abu seluruh buku mereka".ae
Al-Raniri baru menemui sialnr,'a saat dikalahkan oleh Syaif alRijal, seorang lrzarga Nlinangkabau, dalam suatu debat terbuka
mengenai ajaran aryiidg'alt, dan karena kekuatan argumentasinl'a itu,
sang pemenang memperoleh periakuan terhormat dari Sultanah Safiat
al-Din, pengganti Iskandar Tsani.

Catatan Akhir
Dari kedua kasus pertentangan ideologis antata Hamzah Fansuri
r'ersus Nuruddin al-Raniri serta Siti Jenarn ersus l7alisongo terdapat
beberapa faktor kesamaan. Pertanta, faktor teologis. Kendati al-Raniri
dan Walisongo merepresentasikan tasawuf sunni, namun ketika
rnengritik tasawuf -foltd, mereka menggunakan paradigma teologis,
sehingga muncul klaim dan justifikasi kafr, zindik, dan rnalbid.
r- I(arel A. Steenbrink, llenrui'I'uban dengan Kacanata Barat: KQian Kitis
Agana di Indonesia ffogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988), 177.
a8 Azra,

Jaingan Ulana TitnarTengah,lT6.

.' Ibid.. 177.

II

+

Iluhammad Afif Anshori-Konresrasi

Tasau,u/

lvlengenai

an
di
lm
iru
dx
lan
:lah
la 6
r ia
.ulai
lam
sufi.
rruk
iauh
ftran

Hendaknya, ketika mengritik tasawuf harus menggunakan kacamata
tasarvuf pula, karena titik pandangnya berbeda. kdua, faktor politis.
Ftrarus diakui bahwa al-Raniri dan Walisongo memegang posisi politik
tertinggi, al-Raniri sebagai Sha$h al-Isldn di I(esultanan Aceh dan
\X/alisongo menjadi penasehat ag m Kesultanan Demak, y^ng

menghendaki "penyeragaman keyakinan", tapi mereka harus
berhadapan dengan komunitas masyarakat pinggiran yang memiliki
paham berbeda. Krtigo, faktor kesamaan genealogis. Jika ditelusuri,
rerflyata
Walisongo dan al-Raniri memiliki garis genealogis yang
^ntar
sama, yakni dari Hadramaut yang berpangkal pada Imam Ahmad al\IuhAjir. Sebaliknya, Hamzah dan Syarnsuddin serta Siti Jenar
:nerepresentasikan mas\,arakat pribumi.
Kendati begitu sengitn,va kontestasi ideologis yang berakhir pada

:erburuan massal dan membawa korban tersebut, tetapi telah
nemberikan sumbangan yang sangat signifikan bagr l