PENGAKUAN HAK-HAK PEREMPUAN SEBAGAI PEKERJA RUMAH TANGGA (Domestic Workers) SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM MENURUT HUKUM POSITIF INDONESIA
49 PENGAKUAN HAK-HAK PEREMPUAN SEBAGAI PEKERJA RUMAH TANGGA
( Domest ic Wor kers) SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM
MENURUT HUKUM POSITIF INDONESIA
Sri Turatmiyah dan Annalisa Y.
Fakult as Hukum Universit as Sriwij aya Palembang E-mail:
Abst ract
Many of f ences t o domest i c wor ker s’ r i ght s. The r esear ch on t he l egal pr ot ect ion of women as
domest i c wor ker s (PRT) i n Indonesian posit ive l aw i s i nt ended t o al l ow t he l egi t i macy of women’ s
r i ght s r ecognit ion and pr ot ect ion as domest i c wor ker s especi al l y i n Empl oyment Act whi ch i s bei ng
r evi sed/ amended at t hi s t i me. The r esear ch was car r i ed out by nor mat i ve j ur i di cal appr oach. The
r esul t s showed t hat t he r ecognit ion of t he r i ght s of women as domest i c wor ker s has not speci f i cal l y
st i pul at ed i n t he Act , given t heir st at us as wor ker s i n t he inf or mal sect or , t he sect or i s not
or gani zed (unor gani zed), not r egul at ed (unr egul at ed) and most l y l egal but not r egi st er ed
(unr egi st er ed). The ef f or t s of t he l aw r egar di ng women as domest i c wor ker s concer ni ng t hei r r i ght s
t o use l egi sl at ion such as t he Const it ut ion, Law No 39, year 1999 about human Ri ght s, Law no. 23
year 2004 (about domest i c viol ence), and par t of Law no. 13 of 2003 on Manpower / empl oyment . The
gover nment i s expect ed t o appr ove and est abl i sh t he Law on t he Pr ot ect i on of domest i c wor ker s. Key wor ds: domest i c wor ker s, pr ot ect ion l aws, i nf or mal sect or
Abst rak
Banyak pelanggaran t erhadap hak pekerj a rumah t angga (PRT). Penelit ian t ent ang perlindungan hukum t erhadap perempuan sebagai PRT dalam hukum posit if Indonesia bert uj uan agar perempuan sebagai pekerj a rumah t angga mendapat pengakuan dan perlindungan at as hak-haknya t erut ama dalam UU Ket enagakerj aan yang sedang direvisi saat ini. Pendekat an penelit ian dilakukan secara yuridis normat if . Hasil penelit ian menunj ukkan bahwa pengakuan t erhadap hak-hak PRT selama ini belum diat ur secara khusus dalam undang-undang, mengingat st at us mereka sebagai pekerj a di sekt or inf ormal, yait u sekt or yang t idak t erorganisasi (unor gani zed), t idak diat ur (unr egul at ed) dan sebagian besar legal t et api t idak t erdaf t ar ( unr egi st er ed). Upaya hukum yang dilakukan perempuan sebagai PRT berkait an dengan hak-haknya menggunakan perat uran perundang-undangan ant ara lain UUD 1945, UU No. 39 Tahun 1999 (HAM), UU No. 23 Tahun 2004 (KDRT), dan sebagian UU No. 13 Ta- hun 2003 Tent ang Ket enagakerj aan. Diharapkan pemerint ah segera mengesahkan dan menet apkan UU Tent ang Perlindungan Pekej a Rumah Tangga (UUPPRT). Kat a kunci: pekerj a rumah t angga, perlindungan hukum, sect or inf ormal.
Pendahuluan bagi kemanusiaan” . Ket ent uan ini dit egaskan la-
Ket ent uan Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 gi pada Pasal 28 D (2) yang mengat ur bahwa mengat ur bahwa ” Tiap-t iap warga negara ber- set iap orang berhak unt uk bekerj a sert a menda- hak at as pekerj aan dan penghidupan yang layak pat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerj a. Namun demikian, dalam
Tul isan ini merupakan ringkasan hasil Penel it i an Hi bah
kenyat aan di lapangan, para pekerj a rumah
Fundament al yang di danai Dipa Unsri Nomor: 0700/ 023-
t angga (PRT) belum dan j arang disebut sebagai
04. 2. 16/ 2012 t anggal 9 Desember 2011 dengan surat perj anj i an pel aksanaan Peker j aan Penel it ian Hi bah Fun-
pekerj a ( wor ker s), melainkan hanya sebagai
dament al Unsri No. 0015/ UN9. 4. 2/ LK. UPL/ 2012 t anggal
pembant u ( hel per ). Pandangan masyarakat yang
2012 dengan j udul : Aspek Perl indungan Hukum Terhadap Tenaga Kerj a Perempuan Sebagai Pembant u Rumah
menganggap bahwa hubungan ant ara PRT de-
Tangga ( Domest i c Wor ker s) Menurut Hukum Posit i f
ngan maj ikan hanya sebagai hubungan yang ber-
Indonesi a
50 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 13 No. 1 Januari 2013
sif at pribadi. Para maj ikan memandang peranan mereka sebagai peranan pat ernalist ik, mereka melindungi, memberi makan, t empat t inggal, pendidikan dan memberikan uang saku kepada pekerj a rumah t angga sebagai imbalan at as t e- naga yang diberikan. Diperkuat lagi bahwa pe- kerj aan yang dilakukan PRT dilaksanakan di da- lam rumah keluarga yang dipandang t idak pro- dukt if secara ekonomi. Sampai saat ini belum ada rumusan khusus yang bersif at f ormal t ent ang pengert ian PRT ( domest i c wor ker s) dalam sist em hukum dan perat uran perundang-undangan di Indonesia. Kat a pekerj a ( wor ker ) dari PRT merupakan se- buah wacana baru yang dikembangkan oleh lem- baga swadaya masyarakat dan organisasi perbu- ruhan int ernasional (Int er nat i onal Labour Or ga-
ni zat i on/ ILO) unt uk menggant ikan kat a “ pem- bant u” ( ser vant ).
j aan domest ik, diharapkan dapat diakui sebagai sebuah pekerj aan yang bersif at f ormal yang di- lindungi oleh hukum ket enagakerj aan.
Banyaknya pelanggaran t erhadap hak-hak PRT t elah menj adi salah sat u f akt or pendorong lahirnya kesadaran perlunya sebuah at uran yang komprehensif t ent ang PRT yang dapat melin- dungi hak mereka. Rancangan Undang-undang Perlindungan Pekerj a Rumah Tangga (selanj ut - nya disebut RUU PPRT) sebenarnya t elah menj a- di RUU usul DPR sej ak DPR periode 2004-2009, mengingat RUU ini t ercant um dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) t ahun 2004-2009. Pada periode 2009-2014, RUU PPRT kembali ma- suk menj adi salah sat u priorit as dalam Proleg- nas t ahun 2010.
rumah t angga yang bekerj a pada keluarga di da- lam negeri. Mereka merupakan kelompok pe- kerj a dan masyarakat yang memiliki berbagai keunikan persoalannya sendiri. Persoalan-perso- alan t ersebut adalah persoalan rumit yang sebe- nanarnya sangat memprihat inkan rasa kemanu- siaan dan keadilan kit a. Sayangnya, dengan per- 1 Sal i Susiana, “ Urgensi Undang-Undang Tent ang Perl in-
dungan Pekerj a Rumah Tangga Dal am Perspekt i f Femi- nis” , Jur nal Legi sl asi Indonesi a, Vol . 7 No. 2, Tahun 2012, Jakart a: Direkt orat j ender al Per at ur an Perundang- un-dangan Kement er ian Hukum dan HAM RI, hl m. 257. 2
soalan rumit yang sej uj urnya sangat mempriha- t inkan it u, perhat ian serius t erut ama dari pe- merint ah masih sangat lah kecil. PRT pada u- mumnya adalah perempuan, baik anak-anak maupun dewasa, sedikit saj a yang laki-laki. PRT mayorit as perempuan, sehingga mengakibat kan perhat ian t erhadap kelompok PRT t idak dapat dilepaskan dari agenda gerakan perempuan di Indonesia, karena masalah ini t idak t erlepas dari cara pandang gender yang bias, misalnya, menempat kan pekerj aan rumah t angga yang se- ring diberlakukan pada PRT sebagai pekerj aan t idak produkt if , t idak memiliki nilai sosial, eko- nomi dan polit ik. Pandangan st ereot ip t ent ang pekerj aan ini dan pekerj anya menj adi salah sa- t u sumber munculnya kompleksit as persoalan yang menyelimut i pekerj aan PRT. Pada masya- rakat kit a sendiri, hanya sebagian kecil, bahkan sangat kecil yang menganggap pekerj aan rumah t angga sebagai pekerj aan dan si pekerj anya adalah pekerj a. Masyarakat kit a, t ermasuk yang t erdidik sekalipun, j uga para pembuat kebij ak- an sekalipun, lebih suka menyebut mereka de- ngan nama-nama st ereot ipikal yang cenderung merendahkan, yang paling populer adalah pem- bant u.
1 Perubahan ist ilah ini, peker-
Kasus kekerasan dan eksploit asi t erhadap PRT sampai sekarang masih t erus berulang. Be- berapa kasus yang dialami PRT yang diproses hukum t ernyat a masih mengabaikan rasa kea- dilan bagi korban. Selain sebagai pekerj a yang sangat dibut uhkan, PRT j uga warga negara yang mempunyai hak asasi yang seharusnya dilindungi pemerint ah dan masyarakat . Belum adanya UU PRT mengakibat kan belum t erdapat j aminan PRT di Indonesia yang t erbebas dari eksploit asi dan ket idakadilan. Indonesia sebagai negara hu- kum, sert a bermart abat dan menghormat i hak asasi manusia (HAM) t elah mempunyai dasar hu- kum yang seharusnya bisa melandasi t erbent uk- nya undang-undang yang secara spesif ik dapat melindungi PRT. Pengakuan harkat dan mart a- bat PRT dan perlindungannya dalam negeri ha- rus dilakukan melalui dukungan pemerint ah Re- publik Indonesia t erhadap pengesahan Konvensi
2 PRT di Indonesia, mengacu pada pekerj a
ILO 189 t ent ang Kerj a Layak bagi PRT dan pe- ngesahan RUU PPRT. Berbagai kasus kekerasan dan eksploit asi t erhadap PRT seharusnya dapat Pengakuan Hak-Hak Perempuan Sebagai Peker j a Rumah Tangga ( Domest i c Wor ker s)…
51
menj adi dasar bagi pemerint ah unt uk segera membangun kerangka hukum unt uk pengakuaan dan perlindungan bagi PRT. Jumlah wanit a yang menj adi PRT, di Indonesia, cukup banyak dan keberadaannya sangat dibut uhkan, namun per- lindungan t erhadap prof esi ini masih belum me- madai.
Permasalahan
Berdasarkan lat ar belakang t ersebut , ada dua permasalahan yang dapat dirumuskan. Per -
t ama, bagaimana pelaksanaan perlindungan t er-
hadap t enaga kerj a perempuan sebagai PRT yang menj amin hak-hak PRT dalam hukum posi- t if Indonesia?; Kedua, f akt or-f akt or apa yang menghambat pelaksanaan perlindungan hukum t erhadap t enaga kerj a perempuan sebagai PRT di Indonesia mengingat belum ada pengakuan t erhadap PRT sebagai t enaga kerj a f ormal (bu- ruh)?
Met ode Penelitian
Penelit ian ini merupakan penelit ian yu- ridis normat if dengan pendekat an perundang- undangan ( st at ut e appr oach) dengan spesif ikasi penelit ian deskript is analit is yait u menggambar- kan secara analisis masalah-masalah hukum t en- t ang t enaga kerj a perempuan sebagai PRT da- lam kerangka pelaksanaan perlindungan hukum. Pendekat an normat if merupakan penelit ian ke- pust akaan yait u penelit ian t erhadap dat a sekun- der sebagai dat a ut ama yang didukung dengan pendekat an empiris melalui wawancara secara t erpimpin dengan pej abat di lingkungan Kot a Palembang, Bagian Hukum dan Perundang-un- dangan Kot a Palembang, Dinas t enaga Kerj a Ko- t a Palembang, Polrest a Palembang, Komnas Pe- rempuan sert a Womens Cr isi s Cent r e (WCC) cabang Palembang. Dat a dianalisis secara kuali- t at if dengan menggunakan met ode analisis in- dukt if . Met ode kualit at if sebagai prosedur pene- lit ian dengan pert anggungj awaban sist emat ika yait u uraian logis sist emat is susunan bab dan sub bab unt uk menj awab uraian dalam pemba- hasan permasalahan yang dikemukakan selaras dengan t ema sent ral yang diref leksikan dalam permasalahan.
3 Pembahasan Perlindungan Hukum terhadap Perempuan Sebagai PRT Menurut Hukum Posit if Indonesia
Ada aneka macam hubungan ant ara ang- got a masyarakat , yakni hubungan yang dit imbul- kan oleh kepent ingan anggot a masyarakat . Ber- anekaragamnya hubungan t ersebut mengakibat - kan anggot a masyarakat memerlukan at uran- at uran yang dapat menj amin keseimbangan agar dalam hubungan t ersebut t idak t erj adi kekacau- an dalam masyarakat . Dalam rangka menj aga agar perat uran-perat uran hukum it u dapat ber- langsung t erus dan dit erima seluruh anggot a masyarakat , maka perat uran-perat uran hukum yang ada harus sesuai dan t idak boleh bert ent a- ngaan dengan asas-asas keadilan dari masyara- kat t ersebut .
4 Ket ent uan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 me- ngat ur bahwa Indonesia adalah negara hukum.
Dit egaskannya Indonesia sebagai negara hukum t ent unya t idak asing lagi dalam prakt ek ket at a- negaraan sej ak awal pendirian negara hingga se- karang. Namun dalam prakt ek ket at anegaraan orang masih skept is, apakah negara hukum it u sudah dilaksanakan sepenuhnya. Hal ini disebab- kan di dalam prakt ek, pengert ian yang menurut t eori masih perlu dikaj i dengan kenyat aan yang hidup dalam bermasyarakat dan bernegara. Oleh karena it u, t idak mengherankan j ika cit a- cit a universal mengenai negara hukum yang de- mokrat is sebagaimana dilet akkan dalam konst i- t usi sering dilanggar bahkan bert ent angan de- ngan HAM. Seakan-akan negara hukum yang de- mokrat is ini hanya mit os saj a yang belum per- nah t erbukt i dalam sej arah ket at anegaraan.
5 Berkait an dengan demokrasi, bahwa kese-
t araan merupakan sendi ut ama proses demo- krat isasi karena menj amin t erbukanya akses dan peluang bagi seluruh elemen masyarakat . Tidak 3 Johnny Ibrahi m, 2008, Teor i dan Met odol ogi Penel i t i an Hukum Nor mat i f , Mal ang: Bayu Medi a Publ i shi ng, hl m.
297. 4 C. S. T. Kansil , 2011, Pengant ar Il mu Hukum, Jakar- t a: Rineka Ci pt a, hl m. 36. 5 Dessy Art ina, “ Pol t ik Hukum Keset ar aan Gender di Indo- nesi a” , Jur nal Il mu Hukum, Edisi 1 No. 1, Tahun 2010,
52 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 13 No. 1 Januari 2013
t erwuj udnya cit a-cit a demokrasi seringkali dipi- cu oleh perlakuan yang diskriminat if dari mere- ka yang dominan baik secara st rukt ural maupun kult ural. Perlakuan diskriminat if dan ket idak- set araan t ersebut dapat menimbulkan kerugian dan menurunkan kesej aht eraan hidup bagi pih- ak-pihak yang t ermarginalisasi dan t ersubor- dinasi. Hal ini disebabkan, sampai saat ini dis- kriminasi berbasis pada gender masih dirasa hampir di seluruh dunia, t ermasuk negara Indo- nesia. Dalam hal ini kaum perempuan yang pa- ling berpot ensi mendapat kan perlakuan yang diskriminat if , meski t idak menut up kemung- kinan laki-laki j uga dapat megalaminya.
Jumlah perempuan sebagai PRT mening- kat dari t ahun ke t ahun. Pada t ahun 2009 j um- lah PRT di Indonesia sebanyak 10. 744. 887 orang dan hampir 90 % diant aranya adalah PRT pe- rempuan. Dat a PBB bahkan menunj ukkan bahwa 1/ 3 penduduk dunia hidup di bawah garis kemis- kinan dan sekit ar 70% diant aranya adalah pe- rempuan.
perempuan sebagai PRT disebabkan belum a- danya j aminan t erhadap hak-hak mereka, dalam hal ini perlindungan t erhadap prof esi ini masih belum memadai. Permasalahan t ersebut mi- salnya dari gaj i yang t idak dibayar, gaj i yang t i- dak waj ar, pelecehan at au kekerasan, baik se- cara f isik, psikis, seksual at au penelant aran ru- mah t angga. Kaum perempuan sebagai PRT po- t ensial mengalami kekerasan f isik at au penyik- saan yang dilakukan anggot a rumah t angga t eru- t ama maj ikan dan anak maj ikan t empat PRT be- kerj a.
Pada kasus kekerasan dalam rumah t ang- ga sepert i t indakan penelant aran, pihak yang paling rent an unt uk menj adi korban adalah perempuan/ ist ri, anak dan PRT. PRT sebagai- mana ket ent uan Pasal 2 ayat (1 c) UU No. 23 Tahun 2004 Tent ang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), bahwa “ lingkup rumah t angga t ermasuk orang yang bekerj a membant u rumah t angga dan menet ap dalam rumah t angga t ersebut ” . Hal ini j uga diat ur pa- da Pasal 9 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2004 bahwa 6 kewaj iban memberikan kehidupan, perawat an, at au pemeliharaan kepada orang t ersebut seba- gaimana disebut dalam Pasal 2. Kewaj iban t er- sebut meliput i memberikan kebut uhan primer kepada orang-orang yang menj adi t anggungan- nya, t ermasuk kepada pekerj a rumah t angga yang hidup menet ap dalam keluarga. Bent uk pe- nelant aran t erhadap keluarga t ermasuk dalam kat egori perist iwa Pidana omi sioni s. Omi sionis adalah t erj adinya delik karena seseorang me- lalaikan suruhan at au t idak berbuat , karena memberikan kehidupan kepada orang-orang yang berada di bawah kendalinya adalah meru- pakan perint ah undang-undang, sehingga j ika ia t idak memberikan sumber kehidupan t ersebut kepada orang-orang yang menj adi t anggungan- nya berart i ia t elah melalaikan suruhan/ t idak berbuat .
7 Sebagaimana dat a yang dikumpulkan oleh
Komnas Perempuan dan sej umlah LSM menun- j ukan banyaknya persoalan yang dihadapi PRT baik yang berkait an dengan j am kerj a, beban kerj a, upah, kekerasan maupun persoalan lain- nya. Dat a Komnas Perempuan menunj ukkan bahwa dari 15. 515 kasus kekerasan t erhadap pe- rempuan, 73 kasus diant aranya merupakan ka- sus kekerasan t erhadap PRT. Persoalan yang di- hadapi oleh PRT sebagian besar perempuan, ba- ik kasus kekerasan maupun pelanggaran hak PRT, isu t ent ang PRT j uga sebagai isu perem- puan, mengingat isu persoalan pada umumnya lebih banyak dihadapi oleh perempuan dari pa- da laki-laki. Pada sisi ekonomi, sebagian besar perempuan t erpaksa menj adi PRT karena alasan ekonomi yait u kemiskinan, sedangkan dari sisi pendidikan, perempuan menj adi PRT mereka yang memiliki t ingkat pendidikan rendah, bah- kan t erkadang but a huruf , dari sisi sosial, ba- nyak perempuan yang memilih menj adi PRT ka- rena ada anggapan bahwa PRT adalah pekerj aan yang rendah. Isu polit ik sampai saat ini belum ada pengakuan t erhadap PRT sebagai suat u pro- f esi yang sej aj ar dengan prof esi lainnya. 7 H. Muchsin, “ Menel ant arkan Kel uarga Merupakan Del ik
6 Banyaknya permasalahan yang dihadapi
Omisioni s” , Jur nal Var i a Per adi l an, Vol . XXVI No. 303 Tahun 2011, Jakart a: Badan Penel it ian dan Pengem- Pengakuan Hak-Hak Perempuan Sebagai Peker j a Rumah Tangga ( Domest i c Wor ker s)…
53 Perlindungan hukum bagi perempuan se-
bagai PRT secara t egas diat ur dalam hukum in- t ernasional mendasar mengenai perlindungan perempuan dari segala bent uk diskriminasi yait u Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bent uk Diskriminasi t erhadap Wanit a ( Convent ion on
t he El imi nat i on of Al l For ms of Di scr i mi nat i on agai nst Women/ CEDAW) yang t elah dirat if ikasi
dengan UU No. 7 Tahun 1984 dikenal dengan Konvensi Perempuan. Kewaj iban unt uk menghi- langkan segala bent uk diskriminasi t erhadap pe- rempuan dalam bidang ekonomi dan ket enaga- kerj aan t erdapat dalam Pasal 11 Konvensi CE- DAW. Publikasi Int er nasi onal Labour Or gani zat i -
on (ILO) memasukkan pekerj a rumah t angga da-
lam sekt or ekonomi non f ormal. Berbeda de- ngan para pekerj a yang berada dalam sekt or f ormal, mereka dilindungi oleh UU No. 13 Tahun 2003 t ent ang Ket enagakerj aan. Dalam publikasi t ersebut dij elaskan bahwa pemerint ah menyat a- kan, maj ikan pekerj a rumah t angga bisa t ergo- long “ pemberi kerj a” ia bukan badan usaha dan dengan demikian bukan “ pengusaha” dalam ar- t ian Undang-undang Ket enagakerj aan.
rena it u PRT dianggap t idak dipekerj akan oleh pengusaha, mereka t idak diberikan perlindung- an oleh Undang-Undang Ket enagakerj aan. Pada dasarnya hubungan ant ara PRT dengan maj ikan- nya umumnya hanya diat ur berdasarkan keper- cayaan saj a, berbeda dengan mekanisme hubu- ngan kerj a di sekt or f ormal yang j uga menyedia- kan mekanisme penyelesaian sengket a di penga- dilan hubungan indust rial.
Perlu dit egaskan di sini, bahwa UU No. 13 Tahun 2003 t idak menj angkau perlindungan hu- kum t erhadap PRT, t et api sej umlah perat uran perundang-undangan nasional t elah mengat ur dan memberikan perlindungan di bidang-bidang t ert ent u, meski secara t erpisah dan t erbat as. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bi- dang Pengawasan Dinas Tenaga Kerj a Kot a Pa- lembang, bahwa PRT bukan buruh, karena me- reka dit empat kan di rumah t angga bukan di per- usahaan. Disnaker hanya mengawasi t enaga ker- 8 j a dalam sekt or f ormal saj a sebagaimana dit en- t ukan dalam UU No. 13 t ahun 2003.
Perlindungan t erhadap PRT diberikan de- ngan mengingat asas penghormat an hak asasi manusia dan keadilan sert a keset araan. Perlin- dungan t ersebut bert uj uan unt uk memberikan pengakuan secara hukum at as j enis pekerj aan PRT, pengakuan bahwa pekerj aan kerumaht ang- gaan mempunyai nilai ekonomis, mencegah se- gala bent uk diskriminasi, pelecehan dan keke- rasan t erhadap PRT, perlindungan kepada PRT dalam mewuj udkan kesej aht eraan, mengat ur hubungan kerj a yang menj unj ung t inggi nilai-ni- lai kemanusiaan, keadilan dan keset araan. Ben- t uk perlindungan hukum t erhadap perempuan sebagai PRT ant ara lain t erdapat dalam: UUD 1945 Pasal 27 ayat (1, 2), Pasal 28 D, dalam Kon- vensi Hak Ekonomi Sosial dan Budaya yang su- dah dirat if ikasi oleh pemerint ah Indonesia men- j adi UU No. 11 Tahun 2005 Tent ang Pengesahan Kon-vensi Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, KUHP, UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 5 yang me- ngat ur bahwa set iap orang mempunyai hak yang sama unt uk mendapat kan pekerj aan t anpa diskriminasi, UU No. 23 Tahun 2004 t ent ang KDRT dalam Pasal 1 ayat (1) bahwa kekerasan dalam rumah t angga adalah set iap perbuat an t erhadap seseorang t erut ama perempuan, yang berakibat t imbulnya kesengsaraan at au pende- rit aan secara f isik, seksual, psikologis dan at au penelant aran rumah t angga t ermasuk ancaman unt uk melakukan pemaksaan, perampasan ke- merdekaan secara melawan hukum dalam ling- kup rumah t angga, kemudian dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c yang mengat ur bahwa orang yang bekerj a membant u rumah t angga dan me- net ap dalam rumah t angga t ersebut , sebagai- mana huruf c dipandang sebagai anggot a keluar- ga dalam j angka wakt u t ert ent u selama berada dalam rumah t angga yanag bersangkut an. Per- lindungan hukum t erhadap PRT t erdapat j uga dalam UU No. 39 Tahun 1999 t ent ang HAM, ser- t a Konvensi ILO No. 189 mengenai Kerj a Layak Pekerj a Rumah Tangga (PRT) sebagai pendorong bagi pemerint ah Indonesia unt uk segera mem- buat perat uran perundang-undangan yang nant i- nya menj adi landasan yuridis perlindungan hu- kum t erhadap PRT t ersebut .
8 Oleh ka-
54 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 13 No. 1 Januari 2013
Perlindungan hukum t erhadap perempuan sebagai PRT dapat j uga dit emukan dalam UU No. 23 t ahun 2004 Tent ang Penghapusan Keke- rasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Sement ara j ika t erj adi kekerasan dalam rumah t angga t er- masuk pekerj a rumah t angga (PRT) maka un- dang-undang ini j uga memberikan hak-hak bagi korban, bahwa korban berhak mendapat kan perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kej aksaan, pengadilan, advokat , lembaga sosial at au pihak lainnya, pelayanan kesehat an dan se- bagainya. Hal ini dit egaskan dalam Pasal 5 UU No. 23 Tahun 2004 yang menerangkan bahwa kekerasan dalam rumah t angga bisa t erj adi salah sat u bent uknya adalah adanya penelant ar- an dalam rumah t angga, t ermasuk pekerj a ru- mah t angga (PRT).
Faktor-fakt or yang menghambat perlindungan Hukum t erhadap Perempuan Sebagai PRT.
Usaha yang t elah dilakukan dalam rangka perlindungan t ersebut di at as, pada kenyat aan- nya, belum berj alan sepert i yang diharapkan. Hal ini t erbukt i dengan banyaknya kasus t ent ang penganiayaan, penyiksaan t erhadap pekerj a ru- mah t angga, unj uk rasa, pemogokan yang dila- kukan para pekerj a/ buruh yang berakhir dengan pemut usan hubungan kerj a yang berakibat me- nambah j umlah penangguran. Ket ent uan Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28 D ayat (2) mengat ur bahwa “ Set iap orang berhak unt uk bekerj a sert a mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerj a” . Namun demikian, pada kenyat aannya di lapangan sangat berbeda, PRT j arang sekali disebut sebagai pekerj a (
wor - ker s), melainkan hanya sekedar sebagai pem-
bant u ( hel per ). Hal ini memperkuat keengganan budaya unt uk memf ormalkan hubungan ant ara para pekerj a rumah t angga dengan maj ikan. Se- bagai gant inya para maj ikan memandang pe- ranan mereka sebagai peranan pat ernalist ik. Berkait an dengan it u, karena sif at hu- bungan yang inf ormal, kekeluargaan dan pat er- nalist ik ant ara PRT dan maj ikan, berakibat pe- nyelesaian perselisihan yang menyangkut hak dan kewaj iban PRT dilakukan secara inf ormal. Dalam art i PRT t idak memiliki akses t erhadap mekanisme-mekanisme sepert i pengadilan in- dust ri yang dibent uk unt uk menyelesaikan per- selisihan pekerj a di sekt or f ormal. UU No. 13 Tahun 2003 Tent ang Ket enagakerj aan t idak menj angkau para PRT ke dalam sist em perunda- ngan umum mengenai hubungan kerj a. PRT secara nomat if sebagai pekerj a t elah dilindungi oleh berbagai perat uran perundang- undangan maupun Konvensi int ernasional, na- mun kenyat aan PRT merupakan prof esi yang sa- ngat rent an t erut ama PRT perempuan. Selama ini PRT perempuan masih mengalami diskrimina- si, karena PRT perempuan memiliki kerent anan yang secara umum disebabkan oleh berbagai f akt or. Per t ama, keberadaan PRT sangat t er- gant ung permint aan pasar; kedua, sangat j arang ada kont rak kerj a t ert ulis yang adil dan menj adi kesepakat an bersama pihak-pihak yang t erlibat , hal ini berakibat maj ikan memegang posisi t a- war j auh lebih kuat dan PRT t idak memperoleh perlindungan; ket i ga, salah sat u keunt ungan PRT adalah f leksibilit as dalam mengat ur j am kerj a, dalam kenyat aan PRT sering harus beker- j a lebih keras dan lebih lama set iap harinya; dan keempat , upah PRT yang diperoleh sangat rendah bila dibandingkan dengan j am kerj anya.
Selain f akt or-f akt or t ersebut , t erdapat beberapa f akt or yang mengakibat kan masih le- mahnya perlindungan hukum dan sosial bagi pe- rempuan sebagai PRT, baik aspek yuridis mau- pun aspek sosial. Aspek yuridis, meliput i: per t a-
ma, adanya anggapan bahwa PRT bukan peker-
j a; dan kedua, t empat kerj a PRT berpot ensi me- nimbulkan kekerasan. Aspek sosial meliput i:
per t ama, relasi kekuasaan yang t idak seimbang; kedua, st at us sosial PRT yang rendah dan ku-
rang dihargai; dan ket i ga, kult ur masyarakat ; sert a pekerj aan yang dilakukan PRT t idak di- anggap sebagai pekerj aan produkt if .
Fakt or sub ordinasi dan st ereot ip j uga mengakibat kan lemahnya perlindungan hak-hak PRT perempuan. Konsep sub ordinasi bahwa re- lasi kerj a ant ara maj ikan dan PRT yang didasar- kan pada relasi kekuasaan yang t idak seimbang. Maj ikan berada pada posisi superordinat , se- ment ara perempuan sebagai PRT sebagai sub or- dinat . Hal ini diperkuat adanya ket ergant ungan PRT t erhadap maj ikannya, karena PRT membu- t uhkan pekerj aan, sehingga mereka bersedia di- Pengakuan Hak-Hak Perempuan Sebagai Peker j a Rumah Tangga ( Domest i c Wor ker s)…
55
beri upah yang rendah. Pandangan st ereot ip yang menganggap bahwa pekerj aan rumah t ang- ga adalah pekerj aan yang t idak memerlukan ke- ahlian sert a t idak prof esional menyebabkan pe- kerj aan sebagai PRT mempunyai st at us sosial yang rendah dan kurang dihargai. Pekerj aan ru- mah t angga dianggap sebagai kodrat i perempu- an, sehingga upah yang dit erima oleh PRT j uga lebih rendah dibandingkan prof esi lainnya. Me- nurut Todaro dan Smit h, PRT t ergolong sebagai pekerj a di sekt or inf ormal, yait u sekt or yang t i- dak t erorganisasi ( unor gani zed), t idak diat ur
(unr egul at ed), dan sebagian besar legal t et api
t idak t erdaf t ar ( unr egi st er ed). Ket iga f akt or t ersebut yang menj adikan prof esi PRT memang t idak t erorganisasi, t idak diat ur dan t idak t er- daf t ar.
dalam Hal Mengalami Kekerasan Fisik, Psikis, Ekonomi dan Seksual.
Fungsi hukum dalam memberikan perlin- dungan, dicipt akan sebagai suat u sarana at au inst rumen unt uk mengat ur kewaj iban dan hak- hak subj ek hukum. Hukum j uga berf ungsi seba- gai inst rumen perlindungan bagi subj ek hukum. Menurut Sudikno Mert okusumo hukum berf ungsi sebagai perlindungan kepent ingan manusia.
perlindungan hak-hak perempuan sebagai PRT dalam Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bent uk Diskriminasi Terhadap Wanit a at au yang dikenal dengan CEDAW t elah dirat if ikasi dengan UU No. 7 Tahun 1984 at au lebih dikenal dengan Konvensi Perempuan. Konvensi t ersebut t elah menj adi hukum Indonesia dan mengikat seluruh warga negara Indonesia.
Hak-hak perempuan sebagai PRT walau- pun secara normat if sudah mendapat perlin- dungan hukum dalam sist em perat uran perun- dang-undangan nasional, namun pelanggaran HAM, yang melibat kan PRT masih sering t erj adi dalam lingkungan masyarakat . Kehadiran hukum 9 Sal i Susi ana , Op. Ci t . , hl m. 257. 10 H. Muchsin, “ Perl indungan Anak Dal am Per spekt if Hu- kum Posi t if (Tinj auan HAN, Hukum Per dat a dan Hukum
Pi dana)” , Jur nal Var i a Per adi l an, Vol . XXVI, No. 308 Ta- hun 2011, Jakart a: Badan Penel it i an dan Pengembangan
sebagai suat u yang sangat vit al, sepert i mem- pert ahankan kelangsungan hidup masyarakat dan cara-cara melindungi masyarakat dari gang- guan baik dari dalam maupun dari luar. Dengan demikian hukum dit erima dari sudut pandang yang sangat luas, khususnya mengenai t empat dan peranannya dalam masyarakat . Paradigma sist em hukum yang diaj arkan oleh Lawrence M. Friedman t erdiri at as 3 (t iga) komponen yait u komponen st rukt ural, komponen subst ansi dan komponen budaya hukum.
11 Komponen st ruk-
t ural merupakan bagian dari sist em hukum yang bergerak dalam suat u mekanisme, t ermasuk da- lam komponen ini ant ara lain pembuat undang- undang, pengadilan dan lembaga yang diberi wewenang unt uk menerapkan hukum sert a lem- baga yang diberi wewenang melakukan penin- dakan t erhadap pihak yang melanggar ket ent u- an hukum. Komponen subst ansi yait u hasil kerj a nyat a yang dit erbit kan oleh sist em hukum. Hasil ini berwuj ud hukum i n concr et o at au kaidah hu- kum khusus dan kaidah hukum i n abst r act o at au kaidah hukum umum. Budaya hukum diart ikan keseluruhan sist em nilai sert a sikap yang mem- pengaruhi hukum. Masyarakat harus menget ahui int eraksi ant ara hukum dengan f akt or-f akt or la- innya dalam perkembangan masyarakat , t erut a- ma ekonomi dan sosial.
9 Upaya Hukum yang Dilakukan Perempuan PRT
10 Inst rumen hukum int ernasional t ent ang
Set iap warga negara baik laki-laki mau- pun perempuan mempunyai hak unt uk bekerj a. Sebagaimana diat ur dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945. Selain mempunyai hak yang sama unt uk bekerj a, pekerj a laki-laki dan perempuan j uga mempuyai hak upah yang sama dalam pe- kerj aan yang sama nilainya. Demikian j uga pe- rempuan sebagai PRT mendapat hak yang sama sesuai dengan pekerj aan yang dilakukan. Peng- at uran secara normat if t erhadap pekerj a rumah t angga, berart i hukum sudah berf ungsi sesuai dengan t uj uannya yait u mencipt akan ket ert iban dalam masyarakat . Hukum yang berlaku dalama masyarakat harus dapat mencerminkan rasa keadilan, karena hukum mengandung nilai-nilai sebagai pedoman t ingkah laku bagi anggot a ma- 11 Rabiat ul Syari ah, “ Ket erkait an Budaya Hukum Dengan
Pembangunan Hukum Nasional ” , Jur nal Hukum Equal i t y, Vol . 13 No. 1, Tahun 2008, Medan: Fakul t as Hukum USU,
56 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 13 No. 1 Januari 2013
syarakat . Gust av Radbruch mengat akan bahwa hukum it u mengandung t iga nilai dasar yait u ke- past ian, kemanf aat an dan keadilan. Dengan de- mikian hukum sebenarnya mengandung ide-ide at au keinginan-keinginan t ert ent u yang memang dikehendaki oleh masyarakat .
12 Mayorit as PRT Indonesia adalah perem-
puan dan anak perempuan. Mereka sangat ren- t an t erhadap eksploit asi dan perlakuan buruk. RUU Perlindungan PRT menj adi suat u hal yang mendesak unt uk segera disahkan, apalagi di era globalisasii sekarang ini, permasalahan yang muncul semakin kompleks t ermasuk pelanggar- an di bidang ekonomi, sosial, budaya yang sudah t ent u akan menghambat t uj uan negara. Dalam bidang hukum perlu pengat uran yang lebih t e- pat mengenai hak asasi manusia ekonomi, sosial dan budaya melalui pembangunan hak asasi manusia.
Perlindungan hukum t erhadap perempuan sebagai PRT merupakan salah bent uk pelaksana- an hak asasi manusia, sebagaimana diat ur pada
Pasal 1 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999 t ent ang HAM, bahwa hak asasi manusia merupakan sepe- rangkat hak yang melekat pada hakikat dan ke- beradaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah Nya yang waj ib dihor- mat i, dij unj ung t inggi dan dilindungi oleh ne- gara, hukum, pemerint ah dan set iap orang demi kehormat an sert a perlindungan harkat dan mar- t abat manusia. Perlindungan t erhadap perem- puan sebagai pekerj a rumah t angga secara leng- kap sudah diat ur dalam UUD 1945, misalnya hak pendidikan sebagai salah sat u hak dasar ma- nusia, hak warga negara at as pekerj aan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, hak memiliki ket urunan, hak unt uk bekerj a sert a mendapat kan imbalan dan perlakuan adil dan layak dalam hubungan kerj a, hak memilih pe- kerj aan, hak hidup sej aht era lahir dan bat in, hak memperoleh pelayanan kesehat an. Namun dalam implement asinya hak-hak t ersebut masih belum dij alankan dengan baik.
13 12 Suparno, “ Penegakan Hukum Dal am Masyarakat Pl ural is- me” , Jur nal Hukum Masal ah-Masal ah Hukum, Vol . 36 No. 2, Tahun 2007, Semar ang: Fakul t as Hukum Undip, hl m. 122. 13 Erl ina B, “ Pengaruh Gl obal isasi t erhadap Perkembangan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilaku- kan, diant aranya dengan bagian hukum dan Or- t ala Kot a Palembang, Dinas Tenaga Kerj a Kot a Palembang, WCC Palembang sert a Polrest a Pa- lembang, menunj ukan bahwa keberadaan pe- rempuan sebagai pekerj a rumah t angga selama ini sulit dilakukan pengawasan, karena disam- ping keberadaannya t idak t erdaf t ar, t idak t eror- ganisasi, pihak maj ikan j uga t idak melapor ke- pada pemerint ah daerah set empat . Perat uran daerah yang mengat ur perlindungan hukum t er- hadap perempuan sebagai PRT belum ada, di- sebabkan pihak pemda masih menunggu payung hukum t erlebih dahulu secara nasional. Dalam hal pekerj a rumah t angga mendapat perlakuan yang t idak semest inya misalnya kekerasan f isik, psikis, ekonomi, bahkan seksual, menurut nya dapat menggunakan perat uran perundang-un- dangan yang sudah ada misalnya UU No. 23 Ta- hun 2004, UU No. 39 Tahun 1999, KUHP, KUH- Perdat a. Disimpulkan bahwa perlindungan hu- kum t erhadap perempuan sebagai PRT, dapat melalui perlindungan hukum di bidang HAN, bi- dang Hukum Pidana dan Hukum Perdat a.
14 Banyaknya kasus dan perist iwa yang me-
nimpa perempuan sebagai PRT dewasa ini, me- rupakan realit as dan f akt a bahwa sering t er- j adinya berbagai penolakan yang dilakukan ma- syarakat t erhadap produk hukum, sepert i peno- lakan t ent ang upah buruh, bahkan bent uk peno- lakan ini t idak j arang menimbulkan berbagai bent uk kekerasan yang dilakukan baik oleh ma- syarakat sendiri maupun oleh aparat penegak hukum. Berkait an dengan pembangunan hukum yang sekarang sedang dilakukan khususnya revisi t ent ang keberadaan UU No. 13 Tahun 2003, da- pat diart ikan sebagai: per t ama, suat u usaha un- t uk memperbaharui hukum posit if sendiri, se- hingga sesuai dengan kebut uhan unt uk melayani masyarakat pada t ingkat perkembangannya yang mut akhir, disebut dengan modernisasi hukum; dan kedua, suat u usaha unt uk memf ungsional- kan hukum dalam masa pembangunan, yait u de-
donesia” , Jur nal Il mu Hukum Pr anat a Hukum, Vol . 2 No. 2, Tahun 2011, Bandar Lampung: Program St udi Magi st er Il mu Hukum PPS Uni versit as Bandar Lampung, hl m. 108. 14 Hasil w awancar a dengan Kepal a Bi dang pengawasan Te- naga Kerj a Kot a Pal embang, Bagi an Hukum dan Ort al a Pengakuan Hak-Hak Perempuan Sebagai Peker j a Rumah Tangga ( Domest i c Wor ker s)…
57
ngan cara t urut mengdakan perubahan-perubah- an sosial sebagaimana dibut uhkan oleh suat u masyarakat yang sedang membangun.
15 Hal t er-
sebut dit egaskan oleh Mohammad Koesnoe bah- wa hukum t idak t erpisahkan dari masyarakat . Perubahan dalam masyarakat ini sudah t ent u sangat berpengaruh t erhadap perkembangan hukum dalam masyarakat , karena perubahan di bidang hukum dapat mempengaruhi perkem- bangan dalam masyarakat . Demikian j uga peru- bahan dalam masyarakat dapat mempengaruhii perkembangan hukum yang t erdapat dalam ma- syarakat yang bersangkut an. Hukum sebagai kai- dah sosial t idak lepas dari nilai ( val ues) yang berlaku dalam suat u masyarakat . Bahkan hukum it u merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat . Hukum yang baik adalah hukum yang hidup (t he l ivi ng l aw) dalam masyarakat .
16 Penut up
Simpulan
Perlindungan hukum t erhadap perempuan sebagai PRT secara normat if dan umum sudah relat if baik. Dalam konst it usi UUD 1945 dan per- at uran perundang-undangan sudah secara j elas mengat ur t ent ang hak-hak dan pelindungan pe- rempuan ant ara lain: Pasal 27 ayat (1 ) dan (2),
28 D ayat (1) dan (2, dalam UU No. 23 Tahun 2004 Tent ang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Pasal 44, UU No. 39 Ta- hun 1999 Tent ang HAM, UU No. 21 Tahun 2000 Tent ang Serikat Pekerj a, sert a Konvensi ILO No. 189 mengenai Kerj a Layak Pekerj a Rumah Tang- ga. Konvensi t ersebut walaupun belum dirat if i- kasi oleh pemerint ah Indonesia, t et api set idak- nya sebagai f akt or pendorong agar pemerint ah segera mengesahkan RUU PPRT t ersebut .
Fakt or-f akt or yang menghambat pelaksa- naan perlindungan hukum t erhadap perempuan sebagai PRT ant ara lain: dalam perat uran per- undang-undangan baik t ingkat nasional maupun daerah masih banyak dij umpai ket ent uan yang 15 Tami Rusl i , “ Pembangunan Hukum Ber dasarkan Ci t a Hu-
kum Pancasil a” , Jur nal Il mu Hukum Pr anat a Hukum, Vol . 6 No. 1, Tahun 2011, Bandar Lampung: Program St udi Magi st er Il mu Hukum PPS Univer sit as Bandar Lam- pung, hl m. 32-33. 16
berpot ensi menimbulkan diskriminasi yang me- rugikan kepent ingan perempuan, sepert i karena pengaruh hukum adat , hukum agama t ert ent u dan pengaruh budaya pat riarkhi yang berakibat melemahnya kedudukan perempuan. Wilayah kehidupan perempuan yang belum diat ur seca- ra khusus dalam perat uran perundang-undang- an, mengakibat kan golongan mereka seringkali dit indas hak-haknya dan mendapat kan perlaku- an diskriminat if , sert a belum dimasukannya se- bagai pekerj a sekt or f ormal. Pandangan st ereo- t ip yang menganggap bahwa pekerj aan rumah t angga adalah pekerj aan yang t idak memerlu- kan keahlian sert a t idak prof esional menyebab- kan pekerj aan sebagai PRT mempunyai st at us sosial yang rendah dan kurang dihargai. Peker- j aan rumah t angga dianggap sebagai kodrat i pe- rempuan, sehingga upah yang dit erima oleh PRT j uga lebih rendah dibandingkan prof esi lainnya. Selain it u, pekerj a rumah t angga (PRT) t ergo- long sebagai pekerj a di sekt or inf ormal, yait u sekt or yang t idak t erorganisasi ( unor ganized), t idak diat ur (unr egul at ed) dan sebagian besar legal, t et api t idak t erdaf t ar ( unr egi st er ed). Ke- t iga f akt or t ersebut yang menj adikan prof esi PRT memang t idak t erorganisasi, t idak diat ur dan t idak t erdaf t ar.
Upaya memberikan perlindungan hukum t erhadap perempuan sebagai PRT, dapat dila- kukan melalui perlindugan hukum aspek HAN ( UUD 1945, UU No. 39 Tahun 1999, UU No. 1 Ta- hun 2000 Pengesahan ILO No. 182, UU No. UU No. 7 Tahun 1984 ( CEDAW) sert a Konvensi ILO No. 189 dari aspek hukum Pidana ada dalam KUHP, sedangkan perlindungan dari aspek hu- kum Perdat a, KUHPerdat a, UU No. 23 Tahun 2004 t ent ang KDRT, UU No. 1 Tahun 1979 t en-- t ang keselamat an Kerj a, UU No. 13 Tahun 2003 t ent ang Ket enagakerj aan.
Saran
Keberadaan PRT di Kot a Palembang dari t ahun ke t ahun meningkat j umlahnya. Hal ini di- sebabkan perkembangan Kot a Palembang yang sedang berubah menj adi Kot a Met ropolit an. Me- ningkat nya pembangunan dan perkembangan t ersebut seharusnya diikut i dengan perubahan perangkat hukum yang ada, karena sampai saat
58 Jurnal Dinamika Hukum
Penel i t ian Hukum Nor mat i f . Malang: Bayu
ini Kot a Palembang belum mempunyai perat ur- an perundang-undangan yang mengat ur t ent ang perlindungan hukum pekerj a rumah t angga. Da- lam hal perempuan sebagai PRT mengalami ke- kerasan f isik, psikis, psikologis, bahkan seksual dalam lingkungana kerj a, maka aparat penegak hukum menggunakan perat uran perundang-un- dangan yang sudah ada yait u KUHP, UU No. 23 Tahun 2004 t ent ang KDRT, UU No. 39 t ahun 1999, dan t ent unya ada dari UU No. 13 Tahun 1003 t ent ang ket enagakerj aan. Undang-undang Ket enagakerj aan secara menyeluruh t idak dapat dij adikan payung hukum dalam menyelesaikan kasus pekerj a rumah t angga (PRT) karena PRT t idak t ermasuk t enaga kerj a di sekt or f ormal. Fakt or yang menghambat pihak perempuan se- bagai PRT ant ara lain. Melihat dan mencermat i kondisi seka- rang ini sangat diperlukan perat uran perundang- undangan yang mengat ur t ent ang perlindungan hukum t erhadap pekerj a rumah t angga (UU- PPRT). Periode DPR 2009-2014 RUU PPRT sudah menj adi priorit as dalam Prolegnas, agar peme- rint ah segera mengesahkan RUU PPRT t ersebut sebagai payung hukum dalam memberikan per- lindungan hukum kepada PRT khususnya perem- puan. Sebagaimana diket ahui bahwa hampir 90% pekerj a rumah t angga (PRT) adalah dari kaum perempuan. S epert i umat manusia lainnya, PRT
Vol . 13 No. 1 Januari 2013
kart a: Badan Penelit ian dan Pengembang- an HAM RI;
di l an. Vol. XXVI No. 303 Tahun 2011. Ja-
Media Publishing; Kansil, C. S. T. 2011. Pengant ar Il mu Hukum. Ja- kart a: Rineka Cipt a; Muchsin, H. “ Menelant arkan Keluarga Merupa- kan Delik Omisionis” . Jur nal Var i a Per a-
B, Erlina. “ Pengaruh Globalisasi t erhadap Per- kembangan Hak Asasi Manusia Bidang Eko- nomi. Sosial. Budaya di Indonesia” . Jur nal Il mu Hukum Pr anat a Hukum. Vol. 2 No. 2. Tahun 2011. Bandar Lampung: Program St udi Magist er Ilmu Hukum PPS Universi- t as Bandar Lampung;
Ibrahim, Johnny. 2008. Teor i dan Met odol ogi
- . “ Perlindungan Anak Dalam Perspekt if
Edisi 1 No. 1. Tahun 2010. Pekanbaru: Universit as Riau;
Suparno. “ Penegakan Hukum Dalam Masyarakat Pluralisme” . Jur nal Hukum Masal ah-Ma- sal ah Hukum. Vol. 36 No. 2. Tahun 2007.
Jur nal Hukum Equal i t y. Vol. 13 No. 1. Ta- hun 2008. Medan: Fakult as Hukum USU.
Syariah, Rabiat ul. “ Ket erkait an Budaya Hukum Dengan Pembangunan Hukum Nasional” .
kart a: Direkt orat j enderal Perat uran Per- undang-undangan Kement erian Hukum dan HAM RI;
Indonesi a. Vol. 7 No. 2. Tahun 2012. Ja-