KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF - iainska repository

  

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Fakultas Syariah

  

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Syari’ah

  

OLEH :

ENDAH TRI WIDYANINGSIH

NIM: 14.21.2.1.014

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM (AHWAL AS-SYAKHSIYAH)

FAKULTAS SYARIAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SURAKARTA

2018

  

MOTTO

  Hidup ini seperti sepeda. Agar tetap seimbang kau harus tetap untuk bergerak.

  (Albert Einstein)

  

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

  Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Hukum Islam dan Hukum

  

Positif Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi Jenjang Strata I (S1)

  Jurusan Hukum Keluarga Islam (Ahwal Asy- Syakhsyiyah) Fakultas Syari‟ah IAIN Surakarta.

  Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah menyumbangkan pikiran, waktu, tenaga, dan sebagainya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. H. Mudhofir, S.Ag., M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta.

  2. Dr. M. Usman, S. Ag, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta.

  3. Muh. Zumar Aminudin, S.Ag,. MH selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam (Ahwal Asy-Syakhsyiyah

  ), Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta.

  4. Sulhani Hermawan, M. Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik Jurusan Hukum Keluarga Islam (Ahwal Asy-Syakhsyiyah ), Fakultas Syari‟ah.

  5. Jaka Susila, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Skripsi Jurusan Hukum Keluarga Islam (Ahwal Asy-Syakhsyiyah) Fakultas Syari‟ah.

  6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syari‟ah IAIN Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

  7. Ibu dan Bapakku, terima kasih atas do‟a, cinta, dan pengorbanan yang tak pernah habisnya, kasih sayang kalian tidak akan pernah kulupakan.

  8. Kakak Kakak ku Runtut Dyah Purbandini S.Psi, Dwi Puji Rahayu A.Md, Indah Tri Wahyuningsih A.Md. yang slalu memberikan keceriaan

  9. Yoga Tarmadi kekasihku yang slalu ada disetaip waaktu, dan tidak pernah lelah memberikan semangat kepadaku.

  10. Sahabatku tersayang yang selalu memberi semangat, motivasi, keceriaan dan masukan dalam penulisan skripsi.

  11. Teman-teman angkatan 2014 yang telah memberikan keceriaan kepada penulis selama penulis menempuh studi di Fakultas Syari‟ah IAIN Surakarta.

  12. Semua pihak yang tidak dapat di sebutkan oleh penulis satu persatu yang telah berjasa dan membantuku baik moril maupun spiritnya dalam penyusunan skripsi, Tak ketinggalan pada seluruh pembaca yang budiman.

  13. Terhadap semuanya tiada kiranya penulis dapat membalasnya, hanya do‟a serta puji syukur kepada Allah SWT, semoga memberikan balasan kebaikan kepada semuanya, Aamiin Aamiin Aamiin Ya Rabbal „Alamin.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

  Surakarta, 13 Agustus2018

  (Endah Tri Widyaningsih) NIM. 142121014

PEDOMAN TRANSLITERASI

  Pedoman transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi di Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta didasarkan pada Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987 tanggal 22 Januari 1988. Pedoman transliterasi tersebut adalah :

1. Konsonan

  Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, sedangkan dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf serta tanda sekaligus. Daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf latin adalah sebagai berkut:

  Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

  Tidak Alif Tidak dilambangkan

  ا

  dilambangkan Ba B Be

  ب

  Ta T Te

  ت

  Es (dengan titik di atas) Ṡa Ṡ

  ث

  Jim J Je

  ج

  Ha (dengan titik di bawah) Ḥa Ḥ

  ح

  Kha Kh Ka dan ha

  خ

  Dal D De

  د

  Zet (dengan titik di atas) Żal Ż

  ذ

  Ra R Er

  ر

  Zai Z Zet

  ز

  Sin S Es

  س

  Syin Sy Es dan ye

  ش

  Es (dengan titik di bawah) Ṣ

  Ṣad

  ص

  De (dengan titik di bawah) Ḍad Ḍ

  ض

  Te (dengan titik di bawah) Ṭa Ṭ

  ط

  Zet (dengan titik di bawah) Ẓa Ẓ

  ظ

  Koma terbalik di atas „ain …‟…

  ع

  Gain G Ge

  غ

  Fa F Ef

  ؼ

  Qaf Q Ki

  ؽ

  Kaf K Ka

  ؾ

  Lam L El

  ؿ

  Mim M Em

  ـ

  Nun N En

  ف

  Wau W We

  ك

  Ha H Ha

  ق

  Hamzah ... Apostrop ꞌ…

  ء

  Ya Y Ye

  م 2.

   Vokal

  Vokal bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

a. Vokal Tunggal

  Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

  

Tanda Nama Huruf Latin Nama

  Fathah A A Kasrah

  I I Dammah U U

  Contoh: No Kata Bahasa Arab Transiterasi 1.

  Kataba

  بتك 2.

  Żukira

  ركذ

  Ya 3.

  żhabu

  بهذي b.

   Vokal Rangkap

  Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf maka transliterasinya gabungan huruf, yaitu :

  

Tanda dan Nama Gabungan Huruf Nama

Huruf

  Fathah dan ya Ai a dan i

  ل...أ

  Fathah dan wau Au a dan u

  ك...أ

  Contoh : No Kata Bahasa Arab Transliterasi 1.

  Kaifa

  فيك 2.

  Ḥaula

  ؿ و ح 3.

   Maddah

  Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut :

  Harakat dan Nama Huruf dan Nama Huruf Tanda

  Fathah dan alif a dan garis di atas Ā

  م...أ

  atau ya Kasrah dan ya i dan garis di atas

  Ī

  م... أ

  Dammah dan u dan garis di atas Ū

  ك...أ

  wau

  Contoh:

  Contoh :

  ؿٌزن

  Rabbana 2.

  انٌبر

  No Kata Bahasa Arab Transliterasi 1.

  Contoh :

  Syaddah atau Tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda yaitu tanda Syaddah atau Tasydid. Dalam transliterasi ini tanda Syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda Syaddah itu.

   Syaddah (Tasydid)

  Ṭalḥah 5.

  ةحلط

  Rau ḍah al-aṭfāl 2.

  ؿافطلأا ةضكر

  No Kata Bahasa Arab Transliterasi 1.

  Apabila pada suatu kata yang di akhir katanya Ta Marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang /al/ serta bacaan kedua kata itu terpisah maka Ta Marbutah itu ditransliterasikan dengan /h/.

  No Kata Bahasa Arab Transliterasi 1.

  c.

  Ta Marbutah mati atau mendapat harakat sukun transliterasinya adalah /h/.

  b.

  Transliterasi untuk Ta Marbutah ada dua (2), yaitu : a. Ta Marbutah hidup atau yang mendapatkan harakat fathah, kasrah atau dammah transliterasinya adalah /t/.

   Ta Marbutah

  Ram ā 4.

  يمر

  Yaq ūlu 4.

  ؿوقي

  Q īla 3.

  ليق

  Q āla 2.

  ؿاق

  Nazzala

6. Kata Sandang Kata sandang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf yaitu .

  ؿا

  Namun dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah dengan kata sandang yang diikuti oleh huruf Qamariyyah.

  Kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu. Sedangkan kata sandang yang diikuti leh huruf Qamariyyah ditransliterasikan sesua dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Baik diikuti dengan huruf Syamsiyyah atau Qamariyyah, kata sandang ditulis dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata sambung.

  Contoh :

  No Kata Bahasa Arab Transliterasi 1.

  Ar-rajulu

  لجٌرلا 2.

  Al-Jal ālu

  ؿلالجا 7.

   Hamzah

  Sebagaimana yang telah disebutkan di depan bahwa Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof, namun itu hanya terletak di tengah dan di akhir kata. Apabila terletak diawal kata maka tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa huruf alif. Perhatikan contoh berikut ini :

  No Kata Bahasa Arab Transliterasi 1.

  Akala

  لكأ 2.

  Ta ꞌkhuzūna

  فكذخأت 3.

  An- Nauꞌu

  ؤنلا 8.

   Huruf Kapital

  Walaupun dalam sistem bahasa Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya huruf kapital itu digunakan seperti yang berlaku dalam EYD yaitu digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandangan maka yang ditulis dengan huruf kapital adalah nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya.

  Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan tersebut disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka huruf kapital tidak digunakan.

  Contoh :

  No Kata Bahasa Arab Transliterasi

  Wa m ā Muḥammdun illā rasūl

  ؿوسرلاإ دحمم ام ك

  Al- ḥamdu lillahi rabbil ꞌālamīna

  ينلماعلا بر للهدملحا 9.

   Penulisan Kata Pada dasarnya setiap kata baik fi‟il, isim, maupun huruf ditulis terpisah.

  Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan maka penulisan kata tersebut dalam transliterasinya bisa dilakukan dengan dua cara yaitu bisa dipisahkan pada setiap kata atau bisa dirangkai.

  Contoh :

  No Kata Bahasa Arab Transliterasi

  Wa innall āha lahuwa khair ar-rāziqin /

  ينقزارلايرخ وله للها فإك

  Wa innall āha lahuwa khairur-rāziqīn

  Fa auf ū al-Kaila wa al-mīzāna / Fa

  فازيلماك ليكلا اوفكأف

  auful-kaila wal m īzāna

  

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

  Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

  

“KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM HUKUM ISLAM

DAN HUKUM POSITIF” Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi

  Jenjang Strata I (S1) Jurusan Hukum Keluarga Islam (Ahwal Asy-Syakhsyiyah), Fakultas Syari‟ah IAIN Surakarta.

  Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah menyumbangkan pikiran, waktu, tenaga, dan sebagainya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. H. Mudhofir, S.Ag., M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta.

  2. Dr. M. Usman, S. Ag, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta.

  3. Muh Zumar Aminuddin, S.Ag, M.H,. selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam (Ahwal As-Syakhsiyah

  ), Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta.

  4. Sidik, M.Ag,. selaku Dosen Pembimbing Akademik Jurusan Hukum Keluarga Islam (Ahwal As-Syakhsiyah ), Fakultas Syari‟ah.

  5. Jaka Susila, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Skripsi Jurusan Hukum Keluarga Islam (Ahwal Asy-Syakhsyiyah) Fakultas Syari‟ah.

  

ABSTRAK

  Kekerasan dalam Rumah Tangga dari tahun ke tahun sangatlah meningkat, baik secaea fisik, psikis, maupun penelantaran. Kekerasan dalam rumah tangga sering terjadi karena adanya perbedaan pendapat. Kekerasan dalam rumah tangga merupakan segala bentuk perilaku yang dilakukan kepada istri yang sifatnya menyakiti baik fisik maupun psikis tersebut. Terlebih lagi hukum indonesia belum ada istilah kekerasan terhadap perempuan (istri), umumnya masih memakai KUHP yang dikonotasi dengan kejahatan kesusilaan. Dengan lahirnya Undang Undang No. 23 Tahun 2003 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga yang disahkan pada 16 september 2004 setidakya ada titik terang untuk melindungi hak-hak perempuan dalam pencegahan tindak kekerasan terhadap perempuan. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi dokumen, berupa peraturan perundang-undangan, buku- buku, jurnal, makalah, artikel, dan lain lain analisis yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan analisis deskriptif analitis dengan menggunakan pola pikir deduktif. Yang menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah pandangan hukum Islam dan hukum positif terhadap kekerasan dalam rumah tangga, kriteria yang diberikan Undang-undang No. 23 Tahun 2004 terhadap tindak kekerasan yang dianggap sebagai tindak pidana dan melihat ketentuan pidana dalam Undang undang tersebut dengan dianalisis secara deskriptif-analitik-komparatif Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa Islam memandang kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga sebagai tindakan tercela, dilarang dan dikategorikan sebagai tindak pidana. Sedangkan dalam hukum positif khususnya Undang-undang No. 23 Tahun 2004 kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga dikategorikan sebagai tindakan yang dilarang dan dikategorikan sebagai tindak pidana yang pelakunya patut dihukum. Sedangkan kriteria tindak kekerasan terhadap istri yang dianggap sebagai tindak pidana adalah berangkat dari penjelasan Pasal 5, yaitu kekerasan fisik, psikis, seksual dan penelantaran. Sedangkan ketentuan pidana tindak kekerasan terhadap istri yang ada dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2004 mengambil dari Pasal 44-49 yang masingmasing hukumannya mulai dari 4 bulan penjara sampai 15 tahun penjara dengan denda antara lima juta rupiah sampai empat puluh lima juta rupiah, melihat berat ringannya perbuatan dan akibat yang ditimbulkan. Di samping usianya yang masih muda Undang-undang ini juga perlu terus diupayakan dan disosialisasikan dibarengi dengan Perda setempat. Setidaknya dengan adanya Undang-undang ini dapat dijadikan sebagai altematif dalam melindungi hak-hak terhadap tindak kekerasan terutama istri.

  kunci : kekerasan Rumah Tangga, Hukum Positif, Hukum Islam

  

ABSTRACT

  Domestic violence from year to year is greatly increased, both physically, psychologically, and neglected. Domestic violence often occurs because of differences of opinion. Domestic violence is any form of behavior committed against a wife whose nature is both physical and psychological. Moreover Indonesian law does not have the term violence against women (wives), generally still using the Criminal Code which is connoted with crimes of decency. With the birth of Law No. 23 of 2003 concerning the elimination of domestic violence which was ratified on September 16, 2004 at least there was a bright spot to protect women's rights in the prevention of acts of violence against women. Types and sources of data used in this study are secondary data types and secondary data sources. Data collection techniques used are study documents, in the form of legislation, books, journals, papers, articles, etc. The analysis used in this study uses analytical descriptive analysis using a deductive mindset. The subject of this research is the view of Islamic law and positive law on domestic violence, the criteria given by Law No. 23 of 2004 against acts of violence that are considered a criminal act and see the criminal provisions in the Act by analyzing them descriptively-analytic-comparative. From the results of this study it was found that Islam views violence against wives in the household as a disgraceful act, prohibited and categorized as acts criminal. Whereas in positive law, especially Law No. 23 of 2004 violence against a wife in the household is categorized as a prohibited act and categorized as a crime which the perpetrator deserves to be punished. Whereas the criteria for acts of violence against wives which are considered as criminal acts are departing from the explanation of Article 5, namely physical, psychological, sexual violence and neglect. Whereas the criminal provisions for acts of violence against wives contained in Law No. 23 of 2004 took from Article 44-49, which each sentence ranging from 4 months to 15 years imprisonment with a fine of between five million rupiahs and forty five million rupiah, seeing the severity of the actions and consequences. In addition to his young age, this law also needs to be pursued and socialized along with local regulations. At least with the existence of this Law can be used as an alternative in protecting the rights to acts of violence, especially wives. key: Domestic violence, Positive Law, Islamic Law

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii HALAMAN PERSTUJUAN PEMBIMBING

  ………………………………iii HALAMAN SURAT PERNYATAAN BUKAN PLAGIASI ........................ iv HALALAMAN NOTA DINAS …………………………………………….. v HALAMAN PENGESAHAN MUNAQASYAH ……………………………vi HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN

  …………………………………………….. ix PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... .x KATA PENGANTAR ..................................................................................... xvi ABSTRAKSI ................................................................................................... xvii DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7 E. Kerangka Teori .............................................................................. 8 F. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 12 G. Metode Penelitian .......................................................................... 14 H. Sistematika Pembahasan ............................................................... 16 BAB II LANDASAN TEORI A. Kekerasan dalam rumah tangga Hukum Islam ............................... 18

  1. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum Islam Dasar Hukum ............................................................................. 18 2. Ruang Lingkup KDRT .............................................................. 22 3. Penanganan atau solusi KDRT .................................................. 22 4. Faktor-Faktor Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga .... 24 5.

  Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga ..................... 26 6. Kontribusi hukum islam yang mempengaruhi hukum positif

  KDRT ........................................................................................ 32

  BAB III DESKRIPSI DATA PENELITIAN A. Tinjauan Umum Tentang Kekerasan Dalam Rumah tangga

  (KDRT) dalam Hukum Positif ......................................................... 41 1.

   Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum Positif ......... 41 2. Ruang Lingkup Kekerasan Dalam Rumah Tangga ...................... 44 3. Bentuk bentuk kekerasan dalam rumah tangga ............................ 46 4. Faktor – Faktor yang menyebabkan Terjadinya KDRT ............... 47 5. Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga ................................. 49 6. Sebab – Sebab Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) .......... 51 7. Hak-hak korban ............................................................................ 53 8. Perlindungan Bagi korban ........................................................... 55 9. Ketentuan Pidana .......................................................................... 63

  BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Kekerasan dalam rumah tangga perspektif Hukum Islam ............ 68 B. Penanganan atau solusi Kekerasan Dalam Rumah Tangga .......... 75 C. Analisis .......................................................................................... 75

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 78 B. Saran .............................................................................................. 79 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran atau suat kejahatan yang dialami manusia serta merupakan bentuk diskriminasi. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan kejahatan

  yang sering dimenimpah perempuan, yang akan berakibat timbul penderitaan baik secara fisik, psikis, seksual maupun psikologi, dan pelantaran juga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan dan perampasan secara melawan hukum dalam lingkup rumah

  1 tangga.

  Setiap orang mengharapkan kerukunan dalam rumah tangganya yang bahagia, aman, tentram, dan damai. Dengan demikian setiap orang dalam lingkup rumah tangga harus melaksanakan hak dan kewajiban yang didasari oleh agama. Untuk mewujudkan keutuhan dan kerukunan rumah tangga tergantung pada setiap orang yang berada dalam lingkup rumag tangga tersebut. Terutama perilaku dan sikap seseorang setiap orang dalam lingkup rumah tangga.

  Dalam mewujudkan keutuhan dan kerukunan dalam rumah tangga setiap manusia harus bisa mengontrol, yang nantinya tidak akan terjadi kekerasan dalam rumah tangga sehingga tidak menimbulkan

1 Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang kekerasan dalam rumah tangga pasal 1 ayat

  ketidakamanan atau ketidakadilan terhadap orang yang berada dalam lingkup rumah tangga.

  Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang sering terjadi ditengah masyarakat sangat memprihatinkan. Banyak dijumpai dan dilihat dalam masyarakat lingkungan tempat tinggal kita ataupun dapat kita baca di media cetak atau media elektronik, yang sering menjadi korban dari kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) tersebut adalah istri/ perempuan. Bahwa wanita sering kali dianggap makluk yang paling lemah. Ketidak adilan tersebut dapat dilihat dari adanya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) tetapi meski banyak kasus yang terjadi dalam rumah tangga

  2 (KDRT) angka dilapangan tidak bisa diketahui semuanya.

  Timbulnya kekerasan dalam rumah tangga tersebut sering terjadi karena kesalah pahaman antara suami dan istri. Jika hal tersebut tidak segera diselesaikan nantinya akan menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan dalam rumah tangga merupakan hal buruk yang terjadi didalam sebuah keluarga. Bentuk bentuk kekerasan dalam rumah diantaranya terjadi pada kekerasan dalam fisik, psikologi, seksual dan

  3 ekonomi.

  Perlakuan antara perempuan dan laki laki terdapat perbedaan diantara keduanya, yang nantinya akan mempengaruhi kehidupan 2 perempuan dan laki-laki baik secara langsung maupun tidak langsung.

  Peri Umar Faruq, Tindak Pidana Kekerasan dalam Rumah Tangga, ( Jakarta: JBDK, t.t.), hlm. 1. 3 Nofarina, (Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dilihat Dari Aspek Viktimologi Dan

  Kedudukan terpenting perempuan dalam keluarga adalah sebagi istri dan ibu yang mengatur jalannya rumah tangga dan memelihara anak.

  Sedangkan kedudukan terpenting laki-laki dalam sebuah keluarga sebagai suami yang bertanggung jawab memberikan nafkah utama dalam keluarga.

  Karena tugasnya mencari nafkah untuk istri dan anaknya, sorang suami tidak peduli dengan urusan rumah tangga, sebab dia sudah memberi uang

  

4

untuk jalannya roda rumah tangga.

  Kekerasan dalam rumah tangga sering terjadi karena adanya kesalahpahaman antara suami dan istri. Dimana seorang perempuan harus tunduk kepada laki laki, ini yang mengakibatkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Karena ini merupakan bentuk yang tidak adil yang lebih mengedepankan hak sosial atau orang lain dari hak pribadi . pada umunya bias gender juga menempatkan perempuan pada posisi lemah, sehingga membuat laki laki lebih dominan dalam sistem keluarga dan masyarakat hal tersebut sangat merugikan bagi kaum perempuan yang

  5 dimana nantinya perempuan akan lebih sering mengalami kekerasan.

  Faktor internal merupakan faktor yang diluar dari diri pelaku kekerasan. Mereka tidak tergolong memiliki tingkah laku yang agresif hanya saja dapat melakukan kekerasan jika berhadapan situasi yang sangat menyebabkan mereka frustasi. Biasanya pada saat ia mengalami kesulitan ekonomi, keterlibatan anak dalam kenakalan remaja atau penyalahgunaan 4 obat terlarang dan penyelewengan suami istri.

  Aroma Elmina Marta, Perempuan, Kekerasan dan Hukum, (Yogyakarta: UII Press, 2003), hlm. 35-37. 5

  Di dalam Undang Undang No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga didalamnya dijelaskan dapat menimpa siapa saja, ibu, bapak, suami, istri, anak, bahkan pembantu rumah tangga

  6

  sekaligus. Akan tetapi yang sering menjadi korban dalam kekerasan rumah tangga ialah kaum perempuan dan anak, hal ini terjadi dikarenakan hubungan antara korban dan pelaku tidak setara. Biasanya pelaku kekerasan dalam rumah tangga memiliki status kekuasaan yang lebih besar, baik dari segi ekonomi, kekuatan fisik maupun status sosial dalam keluarga.

  Adapun dasar hukum kekerasan dalam rumah tangga terdapat pada

  7

  surat annisa ayat 34, Allah berfirman :

  ًف لاىف ٍفًإىف ىفويفاىىتَ اويغٍػبىػت

  نيهويظًعىف نيهىزويشين ٍميكىنٍعىطىأ نيهويبًرٍضاىك ًع ًجاىضىمٍلا ًتلالاىك نيهكيريجٍهاىك ) ٤٣ ( فًإ

  ىفاىك اًّيًلىع ىه للا نًهٍيىلىع لايًبىس انيرًبىك

  Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

  Di dalam ayat tersebut disebutkan cara yang dilakukan untuk menasehati istri yang nusyuz (tidak taat) adalah menasehatinya dengan cara yang baik baik. Kalau nasihat itu tidak berhasil, maka suami boleh mencoba berpisah tempat tidur dengan istrinya dan jika tidak berubah

  6 UU RI No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.Pustaka fokusmedia, (Bandung, Cet. I, November, 2015), hlm. 3 7 Kementrian Agama RI, Al Qur‟an dan Tafsirnya, (Jakarta : Widya Cahaya, 2011), hlm. juga, barulah memukul dengan pukulan yang tidak meengenai muka dan tidak meninggalkan bekas.

  Menurut Mustafa Al-Maragi Apabila suami melihat bahwa istri akan berbuat hal-hal yang akan menimbulkan perselisihan, maka suami harus memberi nasehat dengan baik, kalau ternyata istri masih berbuat durhaka hendaklah suami berpisah ranjang. Kalau istri masih berbuat semcam itu dan meneruskan keduhakaannya maka suami boleh memukulnya dengan syarat tidak melukai badannya atau memukul daerah-

  8 daerah sensitif.

  Lahirnya Undang-Undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga merupakan keharusan bagi Indonesia sebagai negara yang telah meratifikasi beberapa konvensi internasional tentang perempuan, seperti Anggota Konvensi CEDAW (Convention on the Elimination of All forms of Discrimination against women) atau Konvensi Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan melalui Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1984. Undang- Undang PKDRT memiliki nilai strategis bagi upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Pertama, dengan diundangkannya UU PKDRT akan menggeser isu KDRT dari isu privat menjadi isu publik. Dengan demikian diharapkan dapat meruntuhkan hambatan psikologis korban untuk mengungkap kekerasan 8 yang diderita dengan tanpa dihantui perasaan bersalah karena telah

  Ahmad Mushthafa Al-Maragi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: Toha Putra, membuka aib. Kedua, UU KDRT akan memberi ruang kepada negara untuk melakukan intervensi terhadap kejahatan yang terjadi di dalam rumah sehingga negara dapat melakukan perlindungan lebih optimal terhadap warga negara yang membutuhkan perlindungan khusus (perempuan dan anak) dari tindak kekerasan. Ketiga, UU PKDRT akan berpengaruh pada percepatan perwujudan kebijakan toleransi nol kekerasan terhadap perempuan yang digulirkan pemerintah beberapa tahun

  9 lalu.

  Kekerasan memang berdampak sangat luas. Melihat dampak yang muncul akibat terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, maka serangkaian kegiatan penghapusan kekerasan dalam rumah tangga sangat penting untuk diimplementasikan secara komprehensif dan dengan baik.

  Terlebih dengan melihat fakta maraknya kasus kekerasan dalam rumah tangga di tengah-tengah masyarakat, khususnya terhadap perempuan.

  Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga sudah tidak dapat ditawar lagi. Berbagai upaya perlu dilakukan, termasuk upaya preventif diantaranya adalah penyebaran informasi atau penyadaran masyarakat (kampanye/sosialisasi) mengenai penghapusan kekerasan dalam rumah

9 Hamidah Abdurrachman, (Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam

  

Rumah Tangga dalam Putusan Pengadilan Negeri Sebagai Implementasi Hak-Hak Korban), Jurnal tangga. Ini bukan sekedar tugas pemerintah semata, tetapi diperlukan pula

  10 peran serta masyarakat.

  Hadirnya UU PKDRT tentu menjadi harapan besar bagi masyarakat, khususnya para perempuan, untuk melawan segala tindak kekerasan dalam rumah tangga. Secara keseluruhan UU PKDRT sendiri memuat mengenai pencegahan, perlindungan dan pemulihan terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga. Selain itu juga mengatur secara khusus kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga dengan unsur-unsur tindak pidana yang berbeda dengan tindak pidana penganiayaan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Ketentuan-ketentuan tersebut masih perlu terus diinformasikan kepada masyarakat luas, penegak hukum, tenaga medis, relawan pendamping, pekerja sosial serta pembimbing rohani dalam rangka mewujudkan penghapusan kekerasan

  11 dalam rumah tangga.

  J. Rumusan Masalah

  Bagaimana perspektif hukum positif dan hukum islam megenai kekerasan dalam rumah tangga.?

  K. Tujuan Penelitian

  Untuk mengetahui perspektif hukum positif dan Hukum Islam mengenai 10 Kekerasan Dalam Rumah Tangga

  Chandra Dewi Puspitasari, (Perempuan Dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga )…, hlm. 5. 11

  L. Manfaat Penelitian

  Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat sebagai berikut:

  1. Manfaat Teoritis Diharapkan dari penelitian ini menambahkan kontribusi pengetahuan tentang potensi kekerasan dalam rumah tangga menurut hukum Islam dan hukum positif.

  2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat menambah khazanah keilmuan dilingkungan akademisi dan masyarakat, terutama potensi kekerasan dalam rumah tangga menurut hukum Islam dan Hukum Positif.

  M. Kerangka Teori

  Kekerasan dalam rumah tangga sering terjadi dalam masyarakat, dan iniadalah salah satu bentuk ketidakadilan gender yang biasa terjadi.

  Kekerasan terhadap perempuan merupakan tindakan yang merugikan perempuan baik secara fisik dan nonfisik. Kebanyakan orang memahami kekerasan itu hanya sebagai tindakan fisik yang kasar saja, sehubungan bentuk perilaku menekan tidak pernah diperhitungkan sebagai kekerasan.

  12 Padahal yang disebut dengan kekerasan itu mencakup keseluruhanya.

  termasuk kekerasan fisik, psikis,seksual atau penelantaran rumah tangga.

  12 “Kekerasan Terhadap Perempuan Berbasis Gender (KTPBG)”, Peket Informasi,

  Kebanyakan orang beranggapan bahwa kekerasan yang dilakukan oleh suami adalah kekhilafan sesaat dan tidak banyak para pihak yang menyadari bahwa kekerasan terhadap rumah tangga itu merupakan suatu perilaku yang berulang, dan yang menjadi permasalahan di sini, banyak korban yang takut melaporkan kekerasan tersebut kepada pihak-pihak yang berwenang.

  Di dalam rumah tangga, konflik merupakan hal yang biasa, perselisihan pendapat, perdebatan, pertengkaran, tapi semua itu tidak serta merta disebutsebagai bentuk kekerasan dalam rumah tangga.

  Menurut UU RI No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT), Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologi, atau penelantaran rumah tangga termasuk juga hal-hal yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak,rasa tidak percaya, atau penderitaan psikis

  13 berat pada seseorang.

  Undang-undang ini merupakan jaminan yang diberikan negara untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, menindak pelaku Kekerasan dalam Rumah Tangga, dan melindungi korban Kekerasan dalam Rumah Tangga. Undang-undang PKDRT ini juga tidak 13 bertujuan untuk mendorong perceraian, sebagaimana sering dituduhkan

  UU RI No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.Pustaka fokusmedia, (Bandung, Cet. II, Desember), 2006, hlm. 5. orang. Undang-undang PKDRT ini justru bertujuan untuk memelihara keutuhan Rumah Tangga yang benar-benar harmonis dan sejahtera dengan mencegah segala bentuk kekerasan sekaligus melindungi korban dan menindak pelaku Kekerasandalam Rumah Tangga.

  Banyak ayat al- Qur‟an yang menyinggung persoalan kekerasan terhadap perempuan menyangkut kekerasan fisik. Al-

  Qur‟an berbicara mengenai pemukulan suami yang Nunyuz hal ini dijelaskan dalam Q.S. An Nisa‟ ayat 34.

  اويقىفٍػنىأ اىًبِ ىىلىع يه للا ىىلىع ٍنًم اىًبِىك وضٍعىػب ٍميهىضٍعىػب ىفويما وىػق يؿاىجِّرلا ٍمًًلهاىوٍمىأ ىل ضىف ًءاىسِّنلا

  ىفويفاىىتَ اىًبِ هتاىتًناىق نيهويظًعىف نيهىزويشين يه للا ًبٍيىغٍلًل ًتلالاىك ىظًفىح هتاىظًفاىح يتاىًلحا صلاىف فًإ

  ًف ًع ًجا ىفاىك لاىف ٍفًإىف اًّيًلىع ىه للا نًهٍيىلىع اويغٍػبىػت

  لايًبىس ٍميكىنٍعىطىأ نيهويبًرٍضاىك ىضىمٍلا نيهكيريجٍهاىك ) ٤٣ ( انيرًبىك

  “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yanglain (wanita), dan karena mereka ( laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shaleh, ialahtaat kepada Allah lagi memelihara diri. Ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah memelihara (mereka) wanita-wanita yang kamu khawatiri Nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka ditempat tidur mereka, dan pukulah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkanya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar ”(Q.S. Surat an

14 Nisa‟Ayat 34).

  Surat An-Nisa ayat 34 di atas merupakan salah satu ayat yang membahas kelebihan derajat pria dari wanita dalam hal kepemimpinan.

  Jadi kemudian beranggapan bahwa dengan dasar tersebut, kaum laki-laki 14 berhak berbuat seenak hati terhadap kaum wanita. Sebab sebuah

  Departemen Agama RI, AlQuran dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara himbauan yang tersurat maupun tersirat dalam ayat itu adalah bahwa kaum pria harus menjadi pemimpin bagi kaum wanita dengan memberikan perlindungan dan pemeliharaan terhadap mereka bukanya untuk

  

15

menguasai ataupun memenopoli.

  Di antara tugas kaum laki-laki adalah melindungi kaum perempuan. Inisebabnya mengapa hanya diwajibkan kepada laki-laki, tidak kepada perempuan, begitu juga menafkahi keluarga. Inilah yang lebih banyak dalamharta warisan, tetapi di luar hak-hak yang disebutkan (hak mengendalikan,menuntut dan memimpin) maka dalam masalah hak

  16 ataupun kewajiban adalahsama.

  Ayat ini sebagai landasan bahwa kaum laki-laki berkewajiban memelihara dan menjaga perempuan karena laki-laki diberi kelabihan jasmani,ayat ini juga sebagai pijakan bagi suami untuk membari pendidikan kepada istri mereka yang membangkang dengan cara menasehati. Dan jika dengan nasehat dia masih membangkang maka pukulah mereka. Akan tetapi pukulan itu tidak boleh terlalu menyakitkan dan melukai.

  Seharusnya hubungan suami istri dalam rumah tangga Islam, namun dalam kenyataan pasangan suami istri itu kadang-kadang lupa menerapkan petunjuk-petunjuk Allah tersebut, dan tergelincir dalam pertengkaran di antara mereka dan terjadilah apa yang tidak dikehendaki serta yang paling 15 dibenci Allah SWT yaitu putusnya hubungan pernikahan. 16 Salim Bahreisy,Tafsir Ibnu Kasir, Jilid II, (PT, Bina Ilmu, Surabaya, 1990), hlm. 387.

  Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al Qur‟anul Majid An-Nuur,Jilid I,

  N. Tinjauan Pustaka

  Tinjauan Pustaka adalah deskripsi ringkasan tentang kajian/ penelitian yang sudah pernah dilakukan diseputar masalah yang diteliti sehingga tidak terjadi pengulangan atau bahkan duplikasi kajian/penelitian yang teah ada. Pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan gambaran topik yang akan diteliti dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dengan harapan tidak ada pengulangan materi secara mutlak.

  Setelah mengadaan penelaan berbagai skripsi dikalangan mahasiswa yang membahas tentang kekerasan dalam rumah tangga cukup banyak, namun dalam penelusuran awal sampai saat ini belum menemukan penelitian atau tulisan secara spesifik mengkaji tentang kekerasan dalam rumah tangga menurut perspektif hukum islam dan hukum positif yang didalamnya berusaha untuk meneliti konstribusi hukum islam yang mempengaruhi hukum positif dalam Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)

  Potensi Kekerasan dalam Rumah Tangga akibat Nusyuz merupakan skripsi yang dibahas oleh Muhammad Anwar Al ansori yang menjelaskan tentang kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri diimana istri tidak melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai istri atau dengan kata lain

  17 17 melakukann nusyuz.

  Muhammad Anwar Al Ansori, Potensi Kekerasan Dalam Rumah Tangga Akibat

Nusyuz , Skripsi untuk memperoleh gelar S1 Pada Hukum Keluarga Islam, IAIN Surakarta,2014,

  Sedangkan Kekerasan Dalam Rumah Tangga menurut hukum islam dan hukum positif merupakan skripsi yang dibahas oleh Listia Romdiyah (Skripsi),“Kekerasan dalam Rumah Tangga (Studi Perbandingan antara

  18 Menyugukan perbandingan Hukum Islam dan Hukum Positif)”2007.

  pandangan hukum Islam dan hukum positif (UU PKDRT) pada masalah kekerasan dalam rumah tangga. Menghasilkan; pertama: Kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga sebagai tindakan tercela dan dilarang dan dikategorikan sebagai tindak pidana sedangkan dalam hukum positif khususnya UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang PKDRT dikategorikan sebagai tindakan yang dilarang dan dikategorikan sebagai tindak pidana yang pelakunya patut dihukum. Kedua : Kriteria KDRT menurut Islam dan UU PKDRT hampir sama, perbedaanya hanya pada bentuk kekerasan ekonomi menurut Islam dan penelantaran rumah tangga menurut UU PKDRT.

  Analisis Yuridis Kekerasan Dalam Rumah Tangga menurut Hukum Positif dan Hukum Islam (study perbandingan Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Kajian Hukum Positif dan Hukum Islam di indonesia) yang dibahas Oleh Ulil Amri didalamnya membahas tentang bagaimana kekerasan dalam rumah tangga menurut hukum positif dan hukum islam.dan perbedaan pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga menurut Hukum Islam dan Hukum Positif.

18 Listia Romdiyah, ,Kekerasan Dalam Rumah Tangga Studi Perbandingan antara Hukum

  Dengan judul: “Tinjauan Hukum Islam dan

23 Farouq Umar (Skripsi).

  Undang Undang Nomor 23 Tahun 2004 terhadap Pemaksaan Hubungan Seksual Suami Istri Studi Kasus di Desa Bundeh Kecamatan Sreseh Kabupaten Sampang

  ” yang ditulis oleh mahasiswa AS (Ahwalul Syasiah)