BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang 1. Sejarah Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang - Analisis putusan pengadilan agama tentang hak hadhanah pada mantan suami:studi di pengadilan agama kelas 1A Tanjung Karang - R

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang 1. Sejarah Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang Pengadilan Agama Tanjung Karang ini, dibangun Pemerintah

  2

  melalui Dana Repelita pada tahun 1975/1976 dengan luas 150 m diatas

  2

  tanah seluas 400 m . Bangunan yang terletak di Jalan Cendana N0. 5 Rawa Laut Tanjungkarang ini sebenarnya sudah mengalami sedikit penambahan luas bangunan, namun statusnya masih berupa BALAI SIDANG karena belum memenuhi persyaratan standar untuk disebut sebagai gedung kantor, akan tetapi dalam sebutan sehari-hari tetap Kantor Pengadilan Agama Tanjung Karang.

  Sebelum di jalan Cendana Rawa Laut ini, Pengadilan Agama Tanjung Karang yang dulu bernama Mahkamah Syar’iah pernah berkantor di komplek Hotel Negara Tanjung Karang Jalan Imam Bonjol, yang sekarang menjadi Rumah Makan Begadang I. Kemudian pindah ke Jalan Raden Intan yang sekarang jadi Gedung Bank Rakyat Indonesia (BRI).

  Semasa dipimpin oleh K. H. Syarkawi, Mahkamah Syar’iah Lampung berkantor di ex. Rumah Residen R. Muhammad di Teluk Betung, kemudian pindah lagi ke Jalan Veteran I Teluk Betung. Sedangkan untuk saat ini Pengadilan Agama kelas IA Tanjung Karang berada di Jalan

  1 1 Untung Suropati No. 2 Labuhan Ratu, Kedaton, Bandar lampung.

a. Dasar Kebutuhan

  Sebelum bangsa penjajah Portugis, Inggris dan Belanda datang di bumi Nusantara Indonesia, Agama Islam sudah lebih dulu masuk melalui Samudra Pasai, yang menurut sebagian besar ahli sejarah bahwa Islam itu sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke 12 yang dibawa oleh para pedagang bangsa Gujarat. Di zaman kolonial Belanda, daerah keresidenan Lampung tidak mempunyai Pengadilan Agama, yang ada adalah Pengadilan Negeri atau Landraad, yang mengurusi sengketa/ perselisihan masyarakat.

  Persoalan atau urusan masyarakat di bidang Agama Islam seperti masalah perkawinan, perceraian dan warisan ditangani oleh Pemuka Agama, Penghulu Kampung, Kepala Marga atau Pasirah. Permusyawaratan Ulama atau orang yang mengerti Agama Islam menjadi tumpuan Umat Islam dalam menyelesaikan masalah agama.

  Sehingga dalam kehidupan beragama, dimasyarakat Islam ada lembaga tak resmi yang berjalan/ hidup.

  Kehidupan menjalankan ajaran Agama Islam termasuk menyelesaikan persoalan agama di tengah masyarakat Islam yang dinamis melalui Pemuka Agama atau Ulama baik di masjid, di surau ataupun di rumah pemuka adat nampaknya tidak dapat dibendung apalagi dihentikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda, karena hal itu merupakan kebutuhan bagi mayarakat Islam.

b. Dasar Yuridis

  Menyadari bahwa menjalankan ajaran agama itu adalah hak azasi bagi setiap orang, apalagi bagi pribumi yang dijajah, maka Pemerintah Kolonial Belanda akhirnya mengeluarkan : 1)

  Peraturan tentang Peradilan Agama di Jawa dan Madura (Staatsblad Tahun 1882 Nomor 152 dan Staatsblad Tahun 1937 Nomor 116 dan Nomor 610)

  2) Peraturan tentang Kerapatan Qodi dan Kerapatan Qodi Besar untuk sebagian Residen Kalimantan Selatan dan Timur (Staatsblad Tahun

  1937 Nomor 638 dan Nomor 639) c.

   Mahkamah Syar’iah Keresidenan Lampung

  Secara Yuridis Formal Mahkamah Syar’iah Keresidenan

  Lampung dibentuk lewat kawat Gubernur Sumatera tanggal 13 Januari 1947 No. 168/1947, yang menginstruksikan kepada Jawatan Agama Provinsi Sumatera di Pematang Siantar dengan kawatnya tanggal 13 Januari 1947 No. 1/DJA PS/1947 menginstruksikan Jawatan Agama Keresidenan Lampung di Tanjung Karang untuk menyusun formasi Mahkamah Syar’iah berkedudukan di Teluk Betung dengan susunan : ketua, wakil ketua, dua orang anggota, seorang panitera dan seorang pesuruh kantor.

  Kemudian dengan persetujuan BP Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Lampung, keluarlah Besluit P.T. Resident Lampung tanggal 13 Januari 1947 Nomor 13 tentang berdirinya Mahkamah Syari’ah Keresidenan Lampung, dalam Besluit tersebut dimuat tentang dasar hukum, daerah hukum dan tugas serta wewenangnya.

  Kewenangan Mahkamah Syar’iah Keresidenan Lampung dalam

  Pasal 3 dari Besluit 13 Januari 1947 itu meliputi : 1. Memeriksa perselisihan suami istri yang beragama Islam, tentang nikah, talak, rujuk, fasakh, kiswah dan perceraian karena melanggar taklik talak.

  2. Memutuskan masalah nasab, pembagian harta pusaka (waris) yang dilaksanakan secara Islam.

  3. Mendaftarkan kelahiran dan kematian.

  4. Mendaftarkan orang-orang yang masuk islam.

  5. Mengurus soal-soal peribadatan.

  6. Memberi fatwa dalam berbagai soal.

  Dengan hanya dasar hukum Besluit P.T. Resident Lampung tanggal 13 Januari 1947 yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Lampung, maka timbul sementara pihak beranggapan bahwa kedudukan Badan Peradilan Agama (Mahkamah Syar’iah Keresidenan Lampung) tidak mempunyai dasar hukum yang kuat, tidak sah dan sebagainya. Konon sejarahnya hal ini pulalah yang menjadi dasar Ketua Pengadilan Negeri Keresidenan Lampung pada Tahun 1951, bernama A. Razak Gelar Sutan Malalo menolak memberikan eksekusi bagi putusan Mahkamah Syariáh, karena dianggap tidak mempunyai status hukum.

  Keadaan seperti ini sampai berlarut dan saling adukan ke pusat, sehingga melibatkan Kementerian Agama dan Kementerian Kehakiman serta Kementerian Dalam Negeri. Kementerian Agama C.q Biro Lampung dengan surat tanggal 6 Oktober 1952 dan telah dibalas oleh Mahkamah Syar’iah Keresidenan Lampung dengan suratnya tertanggal

  26 November 1952. Hal yang mengejutkan adalah munculnya surat dari Kepala Bagian Hukum Sipil Kementerian Kehakiman RI (Prof. Mr.

  Hazairin) Nomor : Y.A.7/i/10 tanggal 11 April 1953 yang menyebutkan, “Kedudukan dan Kompetensi Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar’iah Keresidenan Lampung adalah terletak di luar hukum yang berlaku dalam Negara RI”.

  Surat Kementerian Kehakiman itu ditujukan kepada Kementerian Dalam Negeri. Kemudian Kementerian Dalam Negeri melalui suratnya tanggal 24 Agustus Tahun 1953 menyampaikan kepada Pengadilan Negeri atau Landraad Keresidenan Lampung di Tanjung Karang, atas dasar itu Ketua Pengadilan Negeri Keresidenan Lampung dengan suratnya tanggal 1 Oktober 1953 menyatakan kepada Jawatan Agama Keresidenan Lampung bahwa “Status hukum Mahkamah Syar’iah Keresidenan Lampung di Teluk Betung tidak sah.”

  Ketua Mahkamah Syar’iah Keresidenan Lampung melaporkan peristiwa tersebut kepada Kementerian Agama di Jakarta melalui surat tertanggal 27 Oktober 1953 kemudian Kementerian Agama C.q Biro Peradilan Agama (K. H. Junaidi) dalam suratnya tanggal 29 Oktober 1953 yang ditujukan kepada Mahkamah Syar

  ’iah Keresidenan Lampung menyatakan bahwa, “Pengadilan Agama Lampung boleh berjalan terus seperti sediakala sementara waktu sambil menunggu hasil musyawarah antara Kementerian Agama dan Kementerian Kehakiman di Jakarta”.

  Ketua Mahkamah Syar’iah Lampung dengan suratnya Nomor : 1147/B/PA, tanggal 7 November 1953 ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri langsung yang isinya menyampaikan isi Surat Kementerian Agama C.q Biro Peradilan Agama yang menyangkut status Pengadilan Agama Lampung, di tengah perjuangan tersebut K. H.

  Umar Murod menyerahkan jabatan ketua kepada wakil ketua K. H. Nawawi. Kemudian dengan Surat Keputusan Menteri Agama tanggal

  10 Mei 1957 mengangkat K. H. Syarkawi sebagai Ketua Mahkamah Syar’iah Lampung, sedangkan K. H. Umar Murod dipindahkan ke Kementerian Luar Negeri di Jakarta.

  Walaupun untuk sementara Mahkamah Syar’iah Lampung merasa aman dengan Surat dari Kementerian Agama itu, akan tetapi di sana sini masih banyak tanggapan yang kurang baik dan sebenarnya juga di dalam tubuh Mahkamah Sy ar’iah sendiri belum merasa puas bila belum ada dasar hukum yang kompeten. Diyakini keadaan ini terjadi juga di daerah lain sehingga perjuangan-perjuangan melalui lembaga-lembaga resmi pemerintah sendiri dan lembaga keagamaan yang menuntut agar keberadaan

  Mahkamah Syar’iah itu dibuatkan landasan hukum yang kuat. Lembaga tersebut antara lain : a.

  Surat Wakil Rakyat dalam DPRDS Kabupaten Lampung Selatan tanggal 24 Juni 1954 yang ditujukan kepada Kementerian b.

  Organisasi Jamiátul Washliyah di Medan, sebagai hasil keputusan sidangnya tanggal 14 Mei 1954; c.

  Alim Ulama Bukit Tinggi, sebagai hasil sidangnya bersama Nenek Mamak pada tanggal 13 Mei 1954, Sidang ini konon dihadiri pula oleh Prof. Dr. Hazairin, S.H. dan H. Agus salim.

  d.

  Organisasi PAMAPA (Panitia Pembela Adanya Pengadilan Agama) sebagai hasil sidang tanggal 26 Mei 1954 di Palembang.

  Meskipun menunggu lama dan didahului dengan peninjauan/ survei dari Komisi E Parlemen RI dan penjelasan Menteri Agama berkenaan dengan status Pengadilan Agama di Sumatera, akhirnya Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1957 yang menjadi Landasan Hukum bagi Pengadilan Agama (Mahkamah Syar’iah) di Aceh yang diberlakukan juga untuk Mahkamah Syar’iah di Sumatera. Kemudian diikuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1957 tanggal 9 Oktober 1957 untuk landasan hukum Pengadilan Agama di luar Jawa, Madura dan Kalimantan Selatan. Peraturan Pemerintah tersebut direalisasikan oleh Keputusan Menteri Agama Nomor 58 Tahun 1957 tentang Pembentukan Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar’iah di Sumatera termasuk Mahkamah Syar’iah Keresidenan Lampung di Teluk Betung.

  Wewenang Mahkamah Syar’iah dalam PP 45 Tahun 1957 tersebut dicantumkan dalam Pasal 4 ayat (1) yaitu: “Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar’iah memeriksa dan memutuskan perselisihan antara hukum yan , baitulmal dan lain-lain yang berhubungan dengan itu, demikian juga memutuskan perkara perceraian dan mengesahkan bahwa sya rat taklik talak sesudah berlaku.”

  Pada tahun 1970 diundangkan UU Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman, pada Pasal 10 undang- undang tersebut menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman sebagaimana disebutkan pada Pasal 24 dan 25 UUD 1945 dilaksanakan oleh empat lingkungan peradilan, yaitu: Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara.

  Pasal 10 UU Nomor 14 Tahun 1970 ini merupakan peneguhan pengakuan Negara terhadap eksistensi peradilan agama di Repulik Indonesia ini. Selanjutnya pada tahun 1989 diundangkanlah UU Nomor

  7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dengan diundangkannya UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama ini, peradilan agama mengalami babak baru karena terjadi peristiwa penting dan bersejarah bagi keberlangsungan peradilan agama. Adapun arti penting UU Nomor

  7 Tahun 1989 antara lain: penyatuan nama dan aturan hukum, penyamaan wewenang, putusan PA berkekuatan hukum tetap, adanya lembaga kasasi dan adanya hukum acara.

  Dalam perkembangan selanjutnya Badan Peradilan Agama termasuk Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar’iah di Teluk Betung mendapat landasan hukum yang mantap dan kokoh dengan di undangkannya UU Nomor 35 Tahun 1999 tentang perubahan UU Nomor 14 Tahun 1970 kemudian diganti dengan UU Nomor 4 Tahun 2004 yang berlaku mulai tanggal 15 Januari 2004 tentang kekuasaan kehakiman. Pasal 10 Ayat (2) menyebutkan: “Badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung meliputi badan peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara”.

  Landasan Hukum yang lebih kuat dan kokoh lagi bagi Peradilan Agama dan juga bagi peradilan lain adalah sebagaimana disebut dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indoneisa Tahun 1945 setelah amandemen, dimana pada Bab IX Pasal 24 ayat (2) menyebutkan: “Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya dalam Lingkungan Peradilan Umum, Lingkungan Peradilan Agama, Lingkungan Peradilan Militer, Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah

2 Konstitusi.” 2.

   Visi dan Misi

  Visi Pengadilan Agama Tanjung Karang adalah "Terwujudnya Pengadilan Agama Tanjung Karang yang Bersih, Berwibawa, dan Profesional dalam Penegakan Hukum dan Keadilan Menuju Supremasi 2 Hukum".

  Tim Penyusun, Profil Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang, Bandar Lampung,

  Merupakan kondisi yang diharapkan dapat memotivasi seluruh pejabat fungsional maupun struktural serta karyawan-karyawati Pengadilan Agama Tanjung Karang dalam melaksanakan aktivitas peradilan. Visi tersebut mengandung makna bahwa bersih dari pengaruh tekanan luar dalam upaya supremasi hukum. Bersih dan bebas KKN merupakan topik yang harus selalu dikedepankan pada era reformasi.

  Terbangunnya suatu proses penyelenggaraan yang bersih dalam pelayanan hukum menjadi prasyarat untuk mewujudkan peradilan yang berwibawa.

  Berdasarkan Visi Pengadilan Agama Tanjung Karang yang telah ditetapkan tersebut maka ditetapkan beberapa Misi Pengadilan Agama Tanjung Karang untuk mewujudkan Visi tersebut.

  Misi Pengadilan Agama Tanjung Karang adalah: 1. Mewujudkan Peradilan yang Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan.

  2. Meningkatkan Sumber Daya Aparatur Peradilan.

  3. Meningkatkan Pengawasan yang Terencana dan Efektif.

  4. Meningkatkan Kesadaran dan Ketaatan Hukum Masyarakat.

  5. Meningkatkan Kualitas Administrasi dan Manajemen Peradilan.

  3 6.

  Meningkatkan Sarana dan Prasarana Hukum.

3. Tugas dan Fungsi Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjungkarang a.

  Tugas pokok Pengadilan Agama Kelas IA Tanjungkarang mempunyai tugas pokok sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 49 Undang -

  

  Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-UndangNo. 3 Tahun 2006, disebutkan bahwa : Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama

  4

  antara orang-orang yang beragama Islam di bidang : perkawinan, yang meliputi :

  1. Izin beristri lebih dari seorang ; 2.

  Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun, dalam hal orang tua wali, atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan pendapat; 3. Dispensasi kawin ; 4. Pencegahan perkawinan ; 5. Penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah; 6. Pembatalan perkawinan; 7. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan istri; 8. Perceraian karena talak ; 9. Gugatan perceraian ; 10.

  Penyelesaian harta bersama ; 11. Penguasaan anak-anak ; 12. Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak mematuhinya ; 13. Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri 14. Putusan tentang sah tidaknya seorang anak ; 15. Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua ; 16. Pencabutan kekuasaan wali ; 17. Penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal kekuasaan seorang wali dicabut ;

  18. Penunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup umur 18 (delapan belas) tahun yang ditinggal kedua orang tuanya ; 19. Pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang ada di bawah kekuasaannya ;

  20. Penetapan asal-usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam ;

  21. Putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk 4 melakukan perkawinan campuran ;

  Pengadilan Agama Kelas IA Tanjungkarang, Laporan Tahunan Tahun 2011

22. Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum

  Undang-UndangNomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan dijalankan menurut peraturan yang lain ; Waris ; Wasiat ; Hibah ; Wakaf ; Zakat ; Infaq ; Shadaqah ; dan Ekonomi Syari'ah, yang meliputi : 1.

  Bank Syari’ah ; 2. Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah ; 3. Asuransi Syari’ah ; 4. Reasuransi Syari’ah ; 5. Reksa Dana Syari’ah ; 6. Obligasi Syari’ah dan Surat Berharga Berjangka Menengah

  Syari’ah ; 7. Sekuritas Syari’ah ; 8. Pembiayaan Syari’ah ; 9. Pegadaian Syari’ah ; 10.

  Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syari’ah ; dan 11. Bisnis Syari’ah; b.

  Fungsi Untuk melaksanakan tugas - tugas pokok tersebut Pengadilan

  5 Agama mempunyai fungsi sebagai berikut :

  1. Fungsi Mengadili (judicial power), yaitu memeriksa dan

  mengadili perkara perkara yang menjadi kewenangan pengadilan agama di wilayah hukum masing-masing ; (vide Pasal 49 Undang

  • Undang No. 7 Tahun 1989 jo. Undang - Undang No. 3 Tahun 2006) ;

  2. Fungsi Pengawasan, yaitu mengadakan pengawasan atas

  pelaksanaan tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera / Sekretaris, dan seluruh jajarannya (vide : Pasal 53 ayat (1) Undang - Undang No. 7 Tahun 1989 jo. Undang - Undang No. 3 Tahun 2006) ; Serta terhadap pelaksanaan administrasi umum. (vide : Undang - Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman). Pengawasan tersebut dilakukan secara berkala oleh Hakim Pengawas Bidang.

  3. Fungsi Pembinaan, yaitu memberikan pengarahan, bimbingan dan

  petunjuk kepada jajarannya, baik yang menyangkut tugas teknis yustisial, administrasi peradilan maupun administrasi umum.

  (vide : Pasal 53 ayat (3) Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-UndangNomor 3 Tahun 2006) ;

  4. Fungsi Administratif, yaitu memberikan pelayanan administrasi

  kepaniteraan bagi perkara tingkat pertama serta penyitaan dan eksekusi, perkara banding, kasasi dan peninjauan kembali serta administrasi peradilan lainnya. Dan memberikan pelayanan administrasi umum kepada semua unsur di lingkungan Pengadilan Agama (Bidang Kepegawaian, Bidang Keuangan dan Bidang Umum)

  5. Fungsi Nasehat, yaitu memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum Islam pada instansi pemerintah di wilayah hukumnya, apabila diminta sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat (1) Undang-UndangNomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama ;

  6. Fungsi lainnya, yaitu pelayanan terhadap penyuluhan hukum,

  riset dan penelitian serta lain sebagainya, seperti diatur dalam Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI. Nomor : KMA/004/SK/II/1991 ;

  4. Pimpinan Pengadilan Agama Kelas 1ATanjungkarang sejak berdirinya sampai sekarang.

  Sejak terbentuknya Mahkamah syariah Keresidenan Lampung berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Nomor 189 Tahun 1947 tanggal 13 Januari 1947 telah terukir beberapa nama sebagai ketua

  6 Pengadilan Agama Tanjungkarang yaitu :

  1) KH. Nawawi periode tahun 1947 sampai dengan 1950. 2) KH. Umar Murod periode tahun 1950 sampai dengan 1957. 3) KH. Syarkowi Zain periode tahun 1957 sampai dengan 1963. 4) KH. Syafe’i periode tahun 1963 sampai dengan 1971. 5) H. Suratul Kahfi, Bchk periode 1971 sampai dengan 1979. 6) Drs. Subari Kholik periode tahun 1979 sampai dengan 1990. 7) 6 H. Abdullah Dhia, SH periode tahun 1990 sampai dengan 1994.

  Pengadilan Agama Tanjungkarang, Menuju Peradilan Agama Modern 2010, ( Bandar

  8) Drs. H. Asmuni HS. periode tahun 1994 sampai dengan 2001. 9) Drs. Syamsul Ma’arif periode tahun 2001 sampai dengan 2003. 10)

  9 Dra. Elfina Fitriani Hakim

  21 Syukur, S.Ag. Panmud Hukum

  20 Dra. Husnidar Panmud Gugatan

  19 Deska Pitra, S.H.,M.H. Panmud Permohonan

  18 Sudiman, S.H. Wakil Sekretaris

  17 H. Sulaiman Marzuki. S.H. Wakil Panitera

  16 Itna Fauza Qadriyah, S.H.,M.H. Panitera/Sekretaris

  15 Drs. A. Nasrul MD Hakim

  14 Drs. Ahmad Nur, M.H. Hakim

  13 Drs. H. Hasan Faiz Bakry Hakim

  12 Dra. Mulathifah, M.H. Hakim

  11 Drs. Mhd, Nuh, S.H.,M.H. Hakim

  10 Drs. Firdaus, M.A. Hakim

  8 Dra.M. Hasanah,S.H.,M.H. Hakim

  Drs. Busri Harun, SH, M.Ag. periode tahun 2003 sampai dengan 2005.

  7 Dra. Hj. Maisunah, S.H. Hakim

  6 Drs.Hj.Abusemen Bastoni, S.H. Hakim

  5 Drs. Syamsuddin, M.H. Hakim

  4 Dra. Hj. Maimunah, S.H.,M.H. Hakim

  3 Dra. Hj. Asma Zainuri, S.H. Hakim

  2 Drs. Johan Arifin, S.H. Wakil Ketua/ Hakim

  1 Drs. Khalis Ketua / Hakim

  7 No Nama Jabatan

  Tabel 1 Daftar Nama Pegawai Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang

  5. Daftar Pegawai Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang

  12) H. Damsyi, MH periode tahun 2008 sampai dengan 2012. 13) Dr Khalis, dari tahun 2012 sampai sekarang.

  11) Drs. Ahud Misbahudin, SH periode tahun 2005 sampai dengan 2008.

  22 H. Rusbani, S.H. Kasub Bag Kepegawaian 7

  23 Anis Khoirunnisa, S.Ag. Kasub Bag Keuangan

  40 Sri Widaryani, S.E., M.H. Jurusita Pengganti

  pengajuan permohonan sama dengan prosedur mengajukan gugatan, diproses di bagian kepaniteraan permohonan. Adapun prosedur dalam pengajuan perkara permohonan Hadhanah nikah ke Pengadilan Agama, sebagai berikut:

   Prosedur Penyelesaian Perkara Permohonan Hadhanah di Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang Hadhanah merupakan perkara yang bersifat permohonan. Prosedur

  52 Rahmatiah Oktafiana, S.H.I. Jurusita Pengganti B.

  51 Ety Hasniyati, S.H.I. Jurusita Pengganti

  50 Shilvy Sagita, S.H. Jurusita Pengganti

  49 Mega Octaria S., A.Md. Jurusita Pengganti

  48 Adriyadi, S.H. Jurusita Pengganti

  47 Yudi Wanari, S.H., M.M. Jurusita Pengganti

  46 Nurhayati, S.H.I. Jurusita Pengganti

  45 Haryati Jurusita Pengganti

  44 Mulyati, S.H. Jurusita Pengganti

  43 Ali Haidar, S.H. Jurusita Pengganti

  42 Dra. Masturah Jurusita Pengganti

  41 Edhi Hartoyo, S.Pd. Jurusita Pengganti

  39 Himbauan, S.H. Jurusita

  24 M. Zachrizal Anwar, S.H. Kasub Bag Umum

  38 Yosrinaldo Syarief, S.H. Jurusita

  37 Ahmad Subroto, S.E., M.H. Jurusita

  36 M. Rosyidi Jurusita

  35 Eliyati Sury, S.Ag.,M.H. Panitera Pengganti

  34 Astri Kurniawati, S.H. Panitera Pengganti

  33 Rosmiati, S.H. Panitera Pengganti

  32 Hj. Elok Diantika, S.H. Panitera Pengganti

  31 Amnia Burmella, S.H. Panitera Pengganti

  30 Linda Hastuti, S.H.,M.H. Panitera Pengganti

  29 Dra. Hj. Maisarah. Panitera Pengganti

  28 Mahmilawati, S.H. Panitera Pengganti

  27 Deska Pitrah, S.H.,M.H Panitera Pengganti

  26 Nelmi Rodiah Harahap, S.H. Panitera Pengganti

  25 Mastur Ali, S.H. Panitera Pengganti

  8 8 Wawancara Wakil Panitera Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang, Hj. Uliana

1. Meja I a.

  Menerima surat permohonan dan salinannya yang telah dibuat dan ditandatangani oleh pemohon beserta bukti tanda pengenal (KTP) yang bersangkutan. Surat permohonan yang diterima petugas Meja I sebanyak jumlah pihak, ditambah 3 (tiga) rangkap untuk majelis hakim.

  b.

  Petugas Meja I menerima dan memeriksa kelengkapan berkas dengan menggunakan daftar periksa (check list).

  c.

  Menaksir panjar biaya perkara. Besarnya panjar biaya perkara diperkirakan harus telah mencukupi untuk menyelesaikan perkara tersebut, petugas Meja I berpedoman pada Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama tentang Panjar Biaya Perkara. Dalam menentukan Panjar Biaya Perkara, Ketua Pengadilan Agama harus merujuk Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2008 tentang PNBP, Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 2 Tahun 2009 tentang Biaya Proses Penyelesaian Perkara dan Pengelolaannya pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya serta peraturan terkait lainnya.

  d.

  Dalam menaksir biaya perkara perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a)

  Jumlah pihak yang berperkara

  b) Jarak tempat tinggal dan kondisi daerah para pihak (radius). Bagi yang tidak mampu dapat diijinkan berperkara secara prodeo (cuma- cuma). Ketidakmampuan tersebut dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan dari Lurah/ Kepala Desa setempat yang dilegalisir oleh Camat. Bagi yang tidak mampu maka panjar biaya perkara ditaksir Rp 0,- dan ditulis dalam SKUM.

  e.

  Setelah menaksir panjar biaya perkara, Petugas Meja I membuat Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dalam rangkap 4 (empat):

  a) Lembar pertama warna hijau untuk bank.

  b) Lembar kedua warna putih untuk pemohon.

  c) Lembar ketiga warna merah untuk kasir.

  d) Lembar keempat warna kuning untuk dimasukkan dalam berkas.

  f.

  Petugas Meja I mengembalikan berkas kepada pemohon untuk di teruskan kepada kasir.

2. Kasir a.

  Pemohon membayar uang panjar biaya perkara yang tercantum dalam SKUM ke bank.

  b.

  Pemegang kas menerima bukti setor ke bank dari pemohon dan membukukannya dalam Buku Jurnal Keuangan Perkara.

  c.

  Pemegang kas memberi nomor, membubuhkan tanda tangan dan cap tanda lunas pada SKUM.

  d.

  Nomor urut perkara adalah nomor urut pada Buku Jurnal Keuangan Perkara.

  e.

  Pemegang kas menyerahkan satu rangkap surat permohonan yang telah diberi nomor perkara berikut SKUM kepada pemohon agar didaftarkan di Meja II.

  3. Meja II a.

  Membuat Penetapan Majelis Hakim dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari, Ketua menunjukkan Majelis Hakim untuk memeriksa dan mengadili perkara dalam sebuat penetapan majelis hakim yang ditandatangani oleh Ketua Pengadilan Agama dan dicatat dan Register Induk Perkara yang bersangkutan.

  Menyerahkan salinan penetapan kepada pemohon dan instansi terkait serta menyerahkan berkas yang telah dijahit kepada Panitera Muda Hukum.

  d.

  Memberitahukan kepada Meja II dan Kasir yang bertalian dengan tugas mereka.

  c.

  Memberitahukan isi penetapan kepada pihak yang tidak hadir oleh jurusita.

  b.

  Menerima berkas perkara yang telah diminta dari Majelis Hakim.

  7. Meja III a.

  Menyidangkan Perkara.

  c.

  Atas perintah ketua majelis, panitera pengganti melaporkan hari sidang pertama kepada petugas Meja II dengan menggunakan lembar instrumen.

  b.

  Membuat Penetapan Hari Sidang dan perintah untuk memanggil para pihak oleh jurusita.

  6. Majelis Hakim a.

  b.

  Petugas Meja II mencatat perkara tersebut dalam Buku Register Induk Permohonan sesuai dengan nomor perkara yang tercantum dalam SKUM.

  Mempelajari berkas perkara.

  5. Ketua Pengadilan Agama a.

  Penunjukan panitera pengganti dicatat oleh petugas Meja II dalam Buku Register Induk Perkara.

  c.

  Panitera menunjuk panitera pengganti untuk membantu majelis hakim dalam menangani perkara.

  b.

  Menyerahkan berkas kepada Majelis.

  4. Panitera a.

  Petugas Meja II menyerahkan berkas perkara kepada panitera melalui wakil panitera untuk disampaikan kepada ketua pengadilan agama.

  d.

  Petugas Meja II memasukkan surat permohonan tersebut dalam map berkas perkara yang telah dilengkapi dengan formulir: PMH, penunjukkan Panitera Pengganti, penunjukan Jurusita Pengganti, PHS dan instrumen.

  c.

  Petugas Meja II menyerahkan satu rangkap surat permohonan yang telah terdaftar berikut SKUM rangkap pertama kepada pemohon.

  b.

  8. Panitera Muda Hukum b.

  Melaporkan Perkara.

  1

  2

  1

  1

  4 Juli - -

  1

  1

  3 Agustus - - -

  2

  1

  1

  2 September - - - 1 -

  1 Oktober - - - - - - November - - 1 - -

  1 Desember - - - - - -

  Jumlah Seluruhnya

  3 Juni - -

  3 April - - - - - - Mei - - 1 -

  c.

  Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang Tahun 2011-2015

  Mengarsipkan Berkas Perkara.

  C.

  

Data Hasil Penelitian di Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang

  Adapun perkara hadhanah yang terdaftar pada Pengadilan Agama Kelas

  IA Tanjung Karang dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir yakni periode 2012, 2013, 2014 dan 2015, sebagai berikut:

  Tabel 1 Rekapitulasi tentang Perkara hadhanah yang Terdaftar di

  9 Bulan

  3

  Tahun Jumlah 2011 2012 2013 2014 2015

  Januari - - -

  1

  1

  2 Februari - - 2 - -

  2 Maret - - - -

  21 Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari keseluruhan perkara yang ada di Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang tersebut terdapat 21 perkara hadhanah pada tahun 2011-2015. Dari 21 perkara sengketa hadhanah tersebut penulis mengambil 3 sempel perkara untuk dijadikan sebagai obyek dalam penelitian ini, yakni perkara Nomor:

  0482/Pdt.G/2013/PA.Tnk, perkara Nomor: 0679/Pdt.G/2014/PA.Tnk, perkara Nomor: 0780/Pdt.G/2014/PA.Tnk.

D. Analisis Data 1. Perkara Nomor 0482/Pdt.G/2013/PA.Tnk

  Pengadilan Agama mempunyai tugas untuk menerima, memeriksa dan mengadili semua perkara yang diajukan kepadanya. Bagi seseorang yang akan mengajukan permohonan/ gugatan, maka pihak pemohon/penggugat dapat mengajuka permohonannya/ gugatannya ke pengadilan, baik secara lisan maupun tulis.

  Gugatan yang diputus oleh Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjung Karang dengan Nomor Perkara 0482/Pdt.G/2013/PA.Tnk, termasuk gugatan yang dilakukan secara tertulis. Kasus hak hadhanah pada perkara ini berawal dari gugatan yang diajukan Pemohon. Umur 41 tahun, agama Islam, pendidikan S1 (Ekonomi), pekerjaan Pegawai Negeri Sipil dengan Pangkat Penata Muda Tingkat I (III/b), alamat di Kecamatan Tanjungkarang Timur Kota Bandar Lampung. Melawan Termohon, , Umur 35 tahun, agama Islam, pendidikan DIII (Tehnik), Pekerjaan Ibu rumah tangga, alamat di Kecamatan Tanjungkarang Timur Kota Bandar

10 Lampung.

  Pemohon dalam surat permohonan Pemohon tertanggal 26 Mei 20013, yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Agama Kelas IA Tanjungkarang dibawah Register Nomor : 0482/Pdt.G/2013/PA.Tnk, tanggal 26 Mei 2013, yang pada pokoknya mengemukakan alasan- alasan sebagai berikut:

  1. Bahwa pada tanggal 11 Juni 2004, Pemohon dengan Termohon melangsungkan pernikahan yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Ilir Barat II Palembang (Kutipan Akta Nikah Nomor : 320/18/VI/2000 tanggal 12 Juni 2004); 2. Bahwa Pernikahan Pemohon dan Termohon berdasarkan suka sama suka, Pemohon berstatus jejaka dan Termohon berstatus gadis; 3. Bahwa setelah menikah Pemohon dan Termohon bertempat tinggal di rumah orangtua Termohon di Palembang selama lebih kurang 1 tahun, setelah itu Pemohon dan Termohon pindah ke Bandar Lampung dan tinggal di rumah kontrakan di Jalan Dr. Harun II Kota Bandar Lampung dan terakhir Pemohon dan Termohon pindah dan tinggal sebagaimana alamat Penggugat dan Tergugat tersebut diatas sampai dengan sekarang; 4. Bahwa sesudah akad nikah antara Pemohon dan Termohon telah berhubungan sebagaimana layaknya suami isteri dan dikaruniai 1 orang anak bernama ANAK PEMOHON & TERMOHON, perempuan, umur 4 tahun dan sekarang anak tersebut ikut dengan Termohon:

  • harmonis, tetapi sejak bulan Nopember 2007 rumah tangga

  Bahwa pada awalnya rumah tangga Pemohon dan Termohon

  Pemohon dan Termohon mulai tidak harmonis dan sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang penyebabnya adalah Termohon berselingkuh dengan laki-laki lain, bahkan

  • Termohon telah mengakui berhubungan badan dengan laki-laki tersebut;
  • dengan alasan lembur;- 6.

  Termohon sering pulang malam sekitar pukul 21.00 WIB

  Bahwa Pemohon telah berusaha mempertahankan kehidupan rumah tangga Pemohon dan Termohon dengan menasehati Termohon agar merubah sikapnya, bahkan Pemohon telah meminta bantuan keluarga Termohon untuk menasehati Termohon agar mau merubah sikapnya, tetapi tidak pernah berhasil; 7. Bahwa puncak perselisihan dan pertengkaran Pemohon dan

  Termohon terjadi sekitar tanggal 26 Mei 2012 ketika itu Termohon telah selingkuh dengan laki-laki bernama XXXXXXXXXX dan mengaku telah berhubungan badan dua kali dengan laki-laki tersebut mendengar dan melihat peristiwan tersebut Pemohon marah dan terjadi pertengkaran antara Pemohon dan Termohon dan sejak peristiwa tersebut Pemohon dan Termohon telah pisah tempat tinggal sampai dengan sekarang; 8. Bahwa Penggugat sebagai Pegawai Negeri Sipil telah memperoleh

  Surat Izin untuk bercerai dengan Nomor : 800/312/21/SK/2013 yang dikeluarkan oleh Wakil Bupati Lampung Timur tanggal 12 Mei 2013;

  9. Bahwa atas perbuatan Termohon tersebut, Pemohon tidak sanggup lagi mempertahankan rumah tangga antara Pemohon dan Termohon dan Pemohon berkesimpulan lebih baik bercerai; 10. Bahwa anak Pemohon dan Termohon bernama ANAK

  PEMOHON & TERMOHON, perempuan, umur 4 tahun masih dibawah umur yang memerlukan kasih sayang dan perhatian dari Pemohon sebagai ayah kandungnya, maka apabila permohonan ini dikabulkan Pemohon mohon untuk ditetapkan hak pengasuhan dan pemeliharaan anak Pemohon dan Termohon tersebut kepada Pemohon sebagai ayah kandungnya sampai anak tersebut mumayyiz atau berumur sekurang-kurangnya 12 tahun;

  11. Bahwa Pemohon sanggup membayar seluruh biaya yang timbul akibat perkara ini; Pemohon dalam menguatkan dalil-dalilnya mengajukan alat-alat bukti dipersidangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 283-284 R.Bg sebagai berikut : 1.

  Fotokopi Kartu Tanda Penduduk Republik Indonesia atas nama Pemohon (bermaterai cukup dan telah dilegalisir), Nomor: 1871051201680008, yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandar Lampung tanggal 29 Januari 2013, kemudian dicocokkan dengan aslinya dan ternyata sama.

2. Fotokopi Kutipan Akta Nikah atas nama Pemohon dan Termohon

  (bermaterai cukup dan telah dilegalisir), Nomor : 320/18/VI/2004, yang dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat Nikah pada Kantor Urusan

  Agama Kecamatan Ilir Barat II Kabupaten Palembang Propinsi Sumatera Selatan tanggal 12 Juni 2004, kemudian dicocokkan dengan aslinya dan ternyata sama.

  3. Fotokopi Kutipan Akta Kelahiran anak Pemohon dan Termohon bernama

  ” ANAK PEMOHON DAN TERMOHON” (bermaterai

  cukup dan telah dilegalisir), Nomor : 474.1/U/00928/14/2008, yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kependudukan Kota Bandar Lampung tanggal 01 Februari 2012, kemudian dicocokkan dengan aslinya dan ternyata sama.

  4. Asli Surat Pernyataan yang dibuat dan ditandatangani oleh Termohon tanggal 26 Mei 2012.

  5. Asli Surat Pernyataan yang dibuat dan ditandatangani oleh Pungki Zulkarnaen tanggal 26 Mei 2012.

  Saksi-Saksi 1. SAKSI KE-1, umur 49 tahun, agama Islam, pekerjaan PNS, bertempat tinggal di Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung, selanjutnya diatas sumpahnya menerangkan pada pokoknya sebagai berikut: Bahwa saksi kenal dengan Pemohon karena saksi adalah teman kerja Pemohon sejak tahun 2010 dan Pemohon pernah menjadi staf saksi; a.

  Bahwa saksi kenal dengan Termohon; b.

  Bahwa Pemohon dan Termohon adalah suami isteri: c. Bahwa Pemohon dan Termohon telah dikaruniai 1 (satu) orang anak; d.

  Bahwa setelah menikah Pemohon dan Termohon tinggal di Kaliawi; e. Bahwa sepengetahuan saksi keadaan rumah tangga Pemohon dan

  Termohon pada bulan Januari dan Februari 2012 Pemohon jarang masuk kantor sehingga saksi memanggil Pemohon, ketika itu Pemohon masih menjadi staf saksi, dan saat itu saksi mengetahui bahwa Pemohon ada masalah keluarga, yaitu rumah tangganya tidak harmonis karena Termohon berselingkuh dengan pria lain Pemohon juga bercerita bahwa Pemohon dan Termohon telah pisah ranjang, kemudian ketika Pemohon bermohon untuk menindak lanjuti surat izin dari atasan, selingkuhan Termohon bernama XXXXXXXX datang ke rumah saksi dan cerita tentang selingkuh dengan Termohon dan lelaki tersebut mohon kepada Pemohon untuk menyelesaikan masalah secara baik-baik, setelah itu saksi tidak tahu lagi karena proses selanjutnya Pemohon diperiksa oleh Bawasda; f. Bahwa Pemohon dan Termohon tidak satu rumah lagi atau jarang serumah sejak bulan Februari 2012 sampai dengan sekarang; g.

  Bahwa saksi terakhir melihat Pemohon dan Termohon bersama tahun 2012, ketika itu saksi bertemu Pemohon dan Termohon diacara arisan ; h. Bahwa Pemohon dan Termohon sudah pernah 5 kali dilakukan uapaya damai, tetapi tidak berhasil; i.

  Bahwa Anak Pemohon dan Termohon ikut dengan Pemohon; j. Bahwa saksi tidak pernah berkunjung ke rumah Pemohon; k.

  Bahwa Termohon pernah dipanggil Bawasda untuk diperiksa;

  11 Bahwa atas keterangan saksi tersebut, oleh Pemohon ada yang

  diperbaiki bahwa benar Termohon pernah dipanggil oleh Bawasda, tetapi karena Termohon tidak hadir ke Bawasda maka petugas dari Bawasda yang datang kerumah Termohon

  SAKSI KE-2, umur 43 tahun, agama Islam, pekerjaan, bertempat tinggal di Kecamatan Tanjungkarang Timur Kota Bandar Lampung, selanjutnya dibawah sumpahnya menerangkan pada pokoknya sebagai berikut: a.

  Bahwa saksi kenal dengan Pemohon karena saksi adalah kakak kandung Pemohon b.

  Bahwa saksi kenal dengan Termohon namanya TERMOHON c. Bahwa Pemohon dan Termohon menikah 9 tahun yang lalu d. Bahwa sepengetahuan saksi keadaan rumah tangga Pemohon dan

  Termohon pada awalnya rukun, namun sejak 2 tahun yang lalu rumah tangga Pemohon dan Termohon tidak rukun lagi karena Termohon berselingkuh dengan laki-laki lain: e. Bahwa saksi pernah melihat sendiri Termohon dengan laki-laki lain di dalam mobil Termohon, saat itu laki-laki tersebut yang memeggang kemudi mobil, selain itu saksi juga pernah melihat Termohon bersama laki-laki lain sedang makan sate di Pahoman jam 7 malam, sedangkan Termohon beralasan lembur dikantor sehingga pulang terlambat; f.

  Bahwa berdasarkan SMS dan peristiwa-peristiwa tersebut, maka Pemohon dansaksi meminta laki-laki tersebut datang untuk menyelesaikan masalah, selanjutnya laki-laki tersebut yang bernama XXXX datang dengan isterinya menemui saksi, Pemohon dan Termohon, di dalam pertemuan itu XXXXX dan Termohon mengakui perselingkuhan tersebut, saat itu isteri

  XXXXX marah kepada Termohon dan mengingatkan Termohon untuk menjauhi XXXXX; g.

  Bahwa Aib Termohon tersebut sulit diterima dan tidak mungkin untuk berdamai; h.

  Bahwa anak Pemohon dan Termohon dalam pemeliharaan Pemohon, serta selama ikut dengan Pemohon terpelihara dengan baik dan keluarga besar Pemohon siap membantu memelihara dan mengasuh anak tersebut. Majelis Hakim Pengadilan Agama dalam Keputusannya menyatakan mengabulkan permohonan pemohon, Mengabulkan permohonan Pemohon dengan verstek, Menetapkan memberikan izin kepada Pemohon (PEMOHON) untuk mengucapkan ikrar talak terhadap Termohon (TERMOHON) di depan sidang Pengadilan Agama Kelas IA Tanjungkarang setelah putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap.

  Menetapkan hak pengasuhan dan pemeliharaan anak Pemohon dan Termohon bernama ANAK PEMOHON & TERMOHON, perempuan, umur 4 tahun, kepada Pemohon sebagai ayah kandungnya sampai anak tersebut mumayyiz atau berumur sekurang-kurangnya 12 tahun, serta

  12 membebankan biaya perkara menurut hukum.

  Demikian dijatuhkan Putusan ini di Pengadilan Agama Kelas IA Tanjungkarang dalam Musyawarah Majelis Hakim pada hari Selasa tanggal 28 Juli 2013

  M bertepatan dengan tanggal 6 Sya’ban 1433H. Oleh kami Drs. BAIDHOWI HB, S.H. sebagai Ketua Majelis, Dra. MUFIDATUL HASANAH, S.H. dan Drs MANANI HS sebagai Hakim- Hakim Anggota. Putusan tersebut pada hari itu juga diucapkan dalam persidangan terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis tersebut dan dihadiri oleh Hakim-Hakim Anggota tersebut serta dihadiri oleh DESKA PITRAH, S.H. sebagai Panitera Pengganti Pengadilan Agama tersebut dengan

  13 dihadiri Pemohon tanpa hadirnya Termohon.

  Dalam hal memberikan keputusan seoarang hakim tidak boleh memihak kepada salah satu antara orang yang berperkara, bersifat bebas dan tidak pula terpengaruh oleh pemerintah. Disamping itu seorang hakim wajib pula menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang ada dalam agama, dan masyarakat, apabila di Pengadilan Agama yang menangani tentang kasuskasus perdata, maka dalam hal ini hakim wajib dituntut utnuk menerapkan asas hukum yang sebenarnya, sebab kesalahan hakim adalah merupakan petaka bagi hakim sendiri maupun pihak yang telah dirugikannya, yang pada akhirnya harus dipertanggung jawabkan, 12 baik di dunia maupun di akhirat.

  Dokumentasi, Putusan Pengadilan Agama kelas1A tanjungkarang, tahun 2013.

  Berdasarkan fakta-fakta tersebut, Majelis Hakim menilai bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon sudah pecah (broken meried) tidak ada keharmonisan lagi dan sudah sulit untuk rukun kembali, sehingga tujuan perkawinan yang dimaksud Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam dan Al-

  Qur’an surat Ar-Ruum ayat 21 untuk membentuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warrahmah telah tidak terwujud.

  Menimbang, bahwa Majelis Hakim perlu mengetengahkan dalil Al-Q ur’an surat Al-Baqarah : 227 yang berbunyi :

        

Artinya : “ Dan jika mereka ber’azam (berketetapan hati) untuk talak,

maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha

  Mengetahui “;

  Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa alasan perceraian yang diajukan Pemohon untuk mohon izin mengucapkan ikrar talak terhadap Termohon telah cukup bukti dan memenuhi alasan hukum sebagaimana disebutkan dalam penjelasan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, karenanya Majelis Hakim berpendapat permohonan Pemohon agar Pengadilan memberi izin kepada Pemohon untuk mengucapkan ikrar talak terhadap Termohon dapat dikabulkan, dan ditetapkan hak hadhanah kepada Pemohon.

  Menimbang, bahwa Majelis Hakim dengan tidak bermaksud mengkesampingkan ketentuan Pasal 105 huruf (a) KHI, namun semata- mata untuk kemaslahatan dan masa depan anak itu sendiri, yang senyatanya pula saat ini anak tersebut dalam pemeliharaan Pemohon yang diasuh oleh kakak perempuan Pemohon dan dalam keadaan baik-baik (vide keterangan saksi kedua Pemohon) di satu sisi, sedang di sisi lain Termohon dalam pernyataan tertulis tanggal 26 Mei 2012 dan tanggal 10 Juli 2013 telah melepaskan dan menyetujui hak asuhnya atas anak tersebut kepada Pemohon (vide bukti Pg.4) sedang selama persidangan berlangsung Termohon tidak hadir dan pula tidak mengutus orang lain sebagai kuasa, untuk setidak-tidaknya menyampaikan suatu keberatan dan atau meminta hak asuh atas anak tersebut, maka Majelis Hakim semata- mata untuk kepastian dan kepentingan anak tersebut, dengan tidak mengurangi hak Termohon untuk bertemu dan mencurahkan kasih sayangnya kepada anak tersebut, dan kepada Pemohon tidak dapat menghalang-halangi dan atau melarangnya, maka Majelis Hakim dapat mengabulkan dan ditetapkan dalam putusan ini hak pemeliharan anak Pemohon dan Termohon tersebut kepada Pemohon sampai anak tersebut mumayyiz atau sekurang-kurangnya beumur 12 tahun.

Dokumen yang terkait

Disparitas putusan perkara waris: studi perbandingan putus pengadilan agama nomor. 1397/ Pdt.G/2008/PA. JT dan putusan pengadilan Tinggi Agama nomor.50/Pdt.G/2009/PTA.JK

3 10 102

Pelaksanaan eksekusi sengketa hadhanah di pengadilan agama Cikarang

0 10 115

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN DOKUMEN PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang)

0 7 55

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PIDANA REHABILITASI SEBAGAI IMPLEMENTASI PEMBAHARUAN PIDANA BAGI PENGGUNA NARKOTIKA (Studi pada Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang)

0 7 52

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MERINGANKAN HUKUMAN BAGI KORUPTOR (Studi Putusan Pengadilan Negri Kelas IA Tanjung Karang No. 42/Pid.Sus- Tpk/2016/PN Tjk) - Raden Intan Repository

0 0 72

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI TINDAK PIDANA KORUPSI ( Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negri Kelas Ia Tanjung Karang No.62/Pid.Sus.Tpk/2015/Pn-Tjk) - Raden Intan Repository

0 0 113

BAB III HASIL PENELITIAN A. Profil Pengadilan Agama Kalianda 1. Sejarah Pembentukan Pengadilan Agama Kalianda - ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENGABULKAN IZIN POLIGAMI (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Agama Kalianda Nomor : 037/Pdt.G/2014/PA.Kla) - Raden

0 0 17

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TENTANG HAK HADHANAH PADA MANTAN SUAMI (Studi di Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjung Karang )

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Analisis putusan pengadilan agama tentang hak hadhanah pada mantan suami:studi di pengadilan agama kelas 1A Tanjung Karang - Raden Intan Repository

0 1 17

Analisis putusan pengadilan agama tentang hak hadhanah pada mantan suami:studi di pengadilan agama kelas 1A Tanjung Karang - Raden Intan Repository

0 0 30