BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Karakter - Rahayu Ika Artini BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

  Pendidikan karakter adalah pembentukan kepribadian dan nilai- nilai atau norma-norma hidup di dalam kehidupan manusia. Dewey dalam Muslich (2011: 67) menyatakan bahwa pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah dalam alam dan sesama manusia. Tujuan pendidikan dalam hal ini agar generasi muda sebagai penerus generasi tua menghayati, memahami, dan mengamalkan nilai-nilai atau norma-norma tersebut dengan cara mewariskan segala pengalaman, pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan yang melatarbelakangi nilai-nilai dan norma-norma hidup di dalam kehidupan. Pendidikan karakter, alih-alih disebut pendidikan budi pekerti, sebagai pendidikan nilai moralitas manusia yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata. Di sini ada unsur proses pembentukan nilai tersebut dan sikap yang disadari pada pengetahuan nilai itu dilakukan.

  Pendidikan karakter mempengaruhi pembentukan kepribadian dan nilai-nilai atau norma-norma hidup di dalam kehidupan manusia yang dimiliki seseorang. Gozali dalam Muslich (2011: 70)

  6 menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi. Simon Philips dalam

  Mu’in (2011: 160) mengemukakan karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.

  Pendidikan karater pembentukan watak dan sikap seseorang untuk mencapai karater yang lebih baik. Winnie dalam M u’in (2011:

  160) menyatakan bahwa istilah karater memiliki dua pengertian, yaitu: Pertama menunjukan bagaimana seseorang bertingkah laku, apabila seseorang berprilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang memanifestasikan perilaku buruk. Kedua apabila seseorang berprilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebuut memanifestasikan karakter mulia.

  Ciri-ciri pendidikan karakter menurut Mu’in (2011: 161) sebagai berikut:

  1) Karakter adalah siapakah dan apakah kamu pada saat orang lain sedang melihat kamu (character is what you are when

  nobody is lokking ).

  2) Karakter merupakan hasil nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan (character is the result of values and belif). 3) Karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua (character is a habit that becomes second nature). 4) Karakter bukanlah reputasi atau apa yang dipikirkan oleh orang lain terhadapmu (character is not reputation or what

  others think about you).

  5) Karakter bukanlah seberapa baik kamu dari pada orang lain

(character is not how much better you are than others).

6) Karakter tidak relatif (character is not relative).

  Berdasarkan pendapat yang terurai di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah proses pembentukan kepribadian yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku. Kepribadian itu merupakan abstraksi dari individu dan kelakuannya sebagaimana halnya dengan masyarakat kebudayaan.

  Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter (a person of

  

character ) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral. Karakter

  merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

  Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk kepribadian agar lebih baik lagi. Zubaedi (2011: 316) berpendapat bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan siswa mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

  Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk kepribadian agar lebih baik. Muslich (2011: 81) berpendapat bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan siswa mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

c. Tanggung Jawab

  Tanggung jawab merupakan salah satu karakter yang perlu ditanamkan dalam pribadi seseorang supaya menjadi pribadi baik di dalam lingkungan bermasyarakat dan bernegara. Pada saat ini sikap tanggung jawab harus selalu ada di dalam pribadi seseorang, supaya mampu menjalankan kewajiban dengan baik. Suyadi (2013: 9) menyatakan tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.

  Listyarti (2012: 8) berpendapat tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya.

  Tanggung jawab merupakan bukti kesadaran diri manusia atas kewajibannya yang harus ditaati. Wijaya (2014: 89) menyatakan tanggung jawab merupakan keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, dan diprakara). Mustari (2014: 22) menjelaskan tanggung jawab merupakan melaksanakan tugas secara sungguh-sungguh, berani menanggung konsekuensi dari sikap, perkataan, dan tingkah lakunya. Dari sini timbul indikasi-indikasi yang diharuskan dalam diri seseorang yang bertanggung jawab.

  Menurut pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan tanggung jawab adalah sikap atau perilaku yang ada pada diri seseorang baik di dalam lingkungan, bermasyarakat, dan bernegara untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya.

  Tanggung jawab adalah salah satu sikap baik dalam manusia. Sukanto dalam Mustari (2014: 20) mengemukakan tanggung jawab yang mesti ada pada manusia adalah:

  1) Tanggung jawab kepada Tuhan yang telah memberikan kehidupan dengan cara takut kepada-Nya, bersyukur, dan memohon petunjuk. Semua manusia bertanggung jawab kepada Tuhan pencipta alam semesta. Tak ada seorang pun manusia yang lepas beban dari tanggung jawab, kecuali orang itu gila atau anak-anak. 2) Tanggung jawab untuk membela diri dari ancaman, siksaan, penindasan, dan perlakuan kejam dari mana pun datangnya. 3) Tanggung jawab diri dari kerakusan ekonomi yang berlebihan dalam mencari nafkah, ataupun sebaliknya, dari bersifat kekurangan ekonomi. 4) Tanggung jawab terhadap anak, suami/istri, dan keluarga. 5) Tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar.

  6) Tanggung jawab berpikir, tidak perlu mesti meniru orang lain dan menyetujui pendapat umum atau patuh secara membuta terhadap nilai-nilai tradisi, menyaring segala informasi untuk sipilih, mana yang berguna mana yang merugikan. Dalam berpikir perlu ada pemupukan kreasi, yang berarti mampu mencari pemecahan dari masalah-masalah hidup yang kian rumit kita hadapi, dan menciptakan alternatif baru yang berguna bagi masyarakat. 7) Tanggung jawab dalam memelihara hidup dan kehidupan, termasuk kelestarian lingkungan hidup dari berbagai bentuk pencemaran. Ciri-ciri tanggung jawab menurut Mustari (2014 : 22) diantaranya adalah: 1) Memilih jalan lurus, 2) Selalu memajukan diri sendiri, 3) Menjaga kehormatan diri, 4) Selalu waspada, 5) Memiliki komitmen pada tugas, 6) Melakukan tugas dengan standar yang baik, 7) Mengakui semua perbuatannya, 8) Menepati janji, 9) Berani menanggung resiko atas tindakan dan ucapannya.

  Adapun beberapa indikator tanggungjawab menurut Fitri (2012: 43) diantaranya adalah:

  1) Mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan baik, 2) Bertanggung jawab pada setiap perbuatan, 3) Melakukan piket sesuai dengan jadwal yang diterapkan, 4) Mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama.

  Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan tujuan pendidikan karakter merupakan upaya meningkatkan mutu pendidikan agar bisa meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengerah pada pencapaian pembelajaran karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang. Selain itu menurut pendapat di atas dapat disimpulkan tanggung jawab merupakan sikap yang ada pada diri seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan benar. Hal ini sesuai dengan indikator dari Fitri berdasarkan kisi-kisi yaitu bertanggung jawab pada setiap perbuatan dan mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama 2.

   Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi

  Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie hal ini seperti yang dikemukakan oleh Arifin (2013: 12). Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah “prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil belajar” (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak siswa. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olahraga, dan pendidikan khususnya pembelajaran. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.

b. Pengertian Belajar

  Belajar merupakan proses yang dilakukan seseorang untuk memeroleh hasil yang baik. Slameto (2010: 2) mengemukakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

  Sedangkan Anurrahhman (2010: 33) mengatakan bahwa belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk di dalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar.

  Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan siswa dalam mencapai hasil yang lebih baik. Abdillah dalam Anurrahman (2010: 35) mengemukakan belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Gagne dalam Ahmad (2013: 1) mengemukakan belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengelaman. Dari pendapat tentang belajar dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah tindakan yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat merubah perilaku secara keseluruhan dari hasil interaksi dengan lingkungan sekitar dalam kehidupannya. Kegiatan belajar sangat mempengaruhi pencapaian prestasi yang dicapai individu atau kelompok.

c. Pengertian Prestasi Belajar

  Prestasi belajar adalah sebuah keunggulan yang dimiliki seseorang dalam proses belajar mengajar. Arifin (2009: 12) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupan manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.

  Prestasi belajar adalah sebuah keunggulan yang dimiliki seseorang dalam proses belajar mengajar. Ahmadi dan Suprijono (2013: 138) berpendapat prestasi belajar adalah hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu.

  Prestasi belajar adalah sebuah keunggulan yang dimiliki seseorang dalam proses belajar mengajar. Hamdani (2011: 138-139) berpendapat prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi- informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.

  Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan suatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

  Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah kendala- kendala yang dialami pada saat pembelajaran berlangsung. Hamdani (2011: 139-145) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:

  1) Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa.

  Faktor ini antara lain sebagai berikut.

  a) Kecerdasan (Intelegensi) Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya inteligensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan- kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya sehingga anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu, jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.

  b) Faktor Jasmaniah atau Faktor Fisiologis Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.

  c) Sikap Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan. Dalam diri siswa harus ada sikap yang positif (menerima) kepada sesama siswa atau kepada gurunya. Sikap positif ini akan menggerakannya untuk belajar. Siswa yang sikapnya negatif (menolak) kepada sesama siswa atau gurunya tidak akan mempunyai kemauan untuk belajar.

  d) Minat Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus-menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan senang. Minat itu terjadi karena perasaan senang pada sesuatu. Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap pembelajaran. Jika menyukai suatu mata pelajaran, siswa akan belajar dengan senang hati tanpa beban.

  e) Bakat Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bakat itu sendiri sangat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar pada bidang-bidang studi tertentu.

  f) Motivasi Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik-tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar kesuksesan belajarnya. Kuat lemahnya motivasi belajar turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita.

  Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula, dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. 2) Faktor Eksternal

  a) Keadaan Keluarga Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang terdorong untuk belajar secara aktif karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.

  b) Keadaan Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pembelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran, dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. c) Lingkungan Masyarakat Lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi. Lingkungan membentuk kepribadian anak karena dalam pergaulan sehari-hari, seorang anak selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar, kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya sehingga akan turut belajar sebagaimana temannya.

3. Pendidikan Kewarganegaraan

  a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran mengenai masyarakat dan nilai moralnya. Taniredja (2013: 1) berpendapat pendidikan kewarganegaraan adalah usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Susanto (2013: 225) berpendapat pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia.

  Menurut pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang di dalam studi formal untuk mengetahui sejarah, pemerintah (kewarganegaraan), dan geografi dengan menanamkan nilai-nilai tersebut untuk membelajarkan tentang kebebasan, martabat manusia, tanggung jawab, independensi, individualisme demokratis, penghormatan terhadap yang lain, cinta negara, dan sebagainya.

  b. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah membentuk seseorang yang baik mampu mendukung bangsa. Tanireja

  (2013: 3) mengemukakan tujuan tersebut sebagai berikut: 1) Dapat memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban secara santun, jujur, dan demokratis serta ikhlas sebagai warga negara terdidik dalam kehidupannya selaku warga negara republik Indonesia yang bertanggung jawab. 2) Menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam masalah dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang hendak diatasi dengan penerapan pemikiran yang berlandaskan pancasila, wawasan nusantara, dan ketahanan nasional secara kritis dan bertanggung jawab. 3) Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kejuangan serta patriotrisme yang cinta tanah air, rela berkorban bagi nusa, dan bangsa. Tujuan pembelajaran pendidikan karakter adalah membentuk seseorang menjadi yang lebih baik lagi untuk mendukung bangsa

  Indonesia. Susanto (2013: 231) menyatakan tujuan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah: 1) Mampu berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya. 2) Mampu berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan secara aktif dan bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan. 3) Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik.

  Menurut pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran pendidian kewarganegaraan (PKn) adalah siswa dapat memahami, menguasai dan melaksanakan tentang persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya dan bisa berpikir kritis,rasional dan kreatif.

4. Materi Globalisasi di Lingkungannya di Kelas IV

  SK dan KD mata pelajaran PKn Kelas IV semester II mengambil 1 SK dengan 3 KD.

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PKn Kelas IV Semester II Berdasarkan KTSP

  Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

  4. Menunjukkan sikap

  4.1 Memberikan contoh sederhana terhadap globalisasi pengaruh globalisasi di lingkungannya di lingkungannya.

  4.2 Mengidentifikasi budaya Indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional

  4.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya

  Materi Globalisasi

  Proses globalisasi tidak pernah berhenti, tetapi terus berlangsung dan mempengaruhi seluruh lapisan masyarakat. Proses globalisasi muncul saat manusia memiliki pengetahuan tentang ruang dan wilayah. Pengetahuan tersebut mendorong manusia untuk menciptakan sarana transportasi dan komunikasi untuk berhubungan dengan manusia lain yang berada di ruang dan wilayah yang berbeda.

  Globalisasi dalam masyarakat ditandai adanya perubahan di bidang pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang informasi, komunikasi, dan transportasi sehingga dunia menjadi transparan seolah-olah menjadi kampung sedunia tanpa mengenal batas negara. Kondisi yang demikian menciptakan struktur baru, yaitu struktur global. Sumarsono dalam Taniredja (2013: 177) terdapat bebrapa jenis perubahan sosial akibat globalisasi. Perubahan sosial akibat globalisasi meliputi beberapa jenis yaitu:

  a. Makanan

  Ditandai dengan berbagai jenis makanan instan. Instan artinya cepat saji. Masyarakat dapat menikmati tanpa harus susah payah membuatdan memasaknya. Tapi bahayanya adalah zat kimia yang ada didalamnya, seperti zat pengawet, pewarna, dan perasa.

  b. Pakaian

  Masyarakat di negara berkembang biasanya suka meniru perkembangan dari negara maju, sehingga mendorong industri pakaian berkembang pesat.

  c. Perilaku

  Berupa pudarnya budaya gotong royong. Hal ini sangat mencolok pada masyarakat di perkotaan. Mereka sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.

  d. Gaya Hidup

  Gencarnya iklan memengaruhi keinginan masyarakat untuk memiliki suatu barang mutakhir. Orang berlomba-lomba memiliki barang baru guna meningkatkan gengsi. Adapun dampak negatif adanya globalisasi, antara lain:

  a. Orang menjadi sangat individualis. Individualis artinya mementingkan diri sendiri.

  b. Masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya bangsa.

  Misalnya dalam pola berpakaian dan pergaulan. Dimana dalam berpakaian dan bergaul, terutama pada remaja banyak yang meniru gaya berpakaian dan bergaul orang-orang barat, seperti memakai anting-anting bagi laki-laki dan lain-lain. c. Budaya konsumtif. Konsumtif berarti kebiasaan senang menghamburkan uangnya untuk kepentingan yang kurang bermanfaat.

  d. Sarana hiburan yang melalaikan dan membuat malas. Misalnya

  playstation , dengan adanya play station banyak anak melupakan waktu untuk belajar, membantu orang tua, dan beristirahat.

  e. Budaya permisif. Permisif artinya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan dengan sarana canggih. Misalnya menipu dengan informasi lewat HP.

  f. Menurunnya ikatan rohani. Pada era globalisasi orang banyak yang meninggalkan ibadah denganalasan sibuk Dalam penelitian ini mengambil materi pokok tentang perkembangan teknologi yang terdiri dari perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi. Sumber buku IPS kelas IV BSE KTSP kelas IV tahun 2008 halaman 102-104.

5. Model pembelajaran Koperatif tipe GI (Group Investigation)

  Konsep pembelajaran terus menerus mengalami suatu perubahan dan perkembangan yang sangat pesat sesuai dengan ilmu pendidikan dan teknologi pendidikan. pembelajaran berlangsung dalam suatu situasi belajar mengajar yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang saling berhubungan antara lain tujuan mengajar, guru yang mengajar, peserta didik yang belajar, bahan yang diajarkan, metode pembelajaran, alat bantu mengajar, dan juga prosedur penilaian. Semua faktor tersebut sangat saling berhubungan dalam suatu rangkaian terarah agar dapat membawa peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk menyuseun suatu kurikulum dalam pembelajaran. Suprijono (2013: 46) pembelajaran dapat diartikan sebagai pola yang digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi,dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. pembelajaranialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan , termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pada penelitian ini menggunakan pembelajaran kooperatif.

  Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di sekolah guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Pada penelitian ini akan digunakan pembelajaran group

  investigation.

  a. Model Group Investigation Model Group Investigation seringkali disebut sebagai metode pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal ini disebabkan oleh metode ini memadukan beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok belajar kooperatif. Suprijono (2013:93) berpendapat pembelajaran dengan model group investigation dimulai dengan pembagian kelompok. Selanjutnya guru beserta peserta didik memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan yang dapat dikembangkan dari topik itu. Sesudah topik beserta permasalahannya disepakati, peserta didik beserta guru menentukan penelitian yang di kembangkan untuk memecahkan masalah. Menurut Slavin (2008: 214) mengemukakan model group investigation, sebuah betuk pembelajaran kooperatif yang berasal dari jamannya John, tetapi telah di perbaharui dan diteliti pada beberapa tahun terakhir ini oleh sholomo dan yae, serta rachel- lazarowitz di Israel.

  b. Langkah-langkah Model Group Investigation Langkah-langkah ini adalah cara yang ditempuh untuk membuat ini berjalan dengan lancar pada saat pembelajaran. Al-tabany

  (2014:128) mengemukakan langkah-langkah pelaksanaan investigasi kelompok meliputi enam fase: 1) Memilih topik

  Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok yang berorientasi tugas.

  2) Perencanaan kooperatif Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama. 3) Implementasi

  Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan ketrampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis sumber belajar yang berbeda baik di dalam maupun luar sekolah. 4) Analisis dan sintesis

  Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga, dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.

  5) Presentasi hasil final Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh prespektif luas pada topik dan presentasi dikoordinasi guru.

  6) Evaluasi Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individu atau kelompok.

  Pembelajaran dengan menggunakan model group investigation merupakan belajar secara berkelompok. Kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok disini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih.

  Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.

6. Media Flip Chart a.

   Pengertian Media Pembelajaran

  Guru sebagai seorang pendidik hendaknya dapat menggunakan media pembelajaran guna memudahkan siswa dalam menerima materi pembelajaran. Anitah (2009: 2) yang menyatakan bahwa media pembelajaran setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar menerima pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Media juga menambah pengetahuan dan menanamkan ketrampilan tertentu. Sanjaya (2012: 61) menyatakan media pembelajaran adalah segala sesuatu seperti alat, lingkungan, dan segala bentuk kegiatan yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menanamkan ketrampilan pada setiap orang yang memanfaatkannya. Media juga dijadikan sebagai perantara dari informasi ke penerima informasi, contohnya video, televisi, komputer, dan lain sebagainya.

  Fungsi media pembelajaran menurut Sanjaya (2012: 73-75) sebagai berikut: 1) Fungsi komunikatif, media pembelajaran diguakan untuk mempermudah komunikasi antara penyampai pesan dan penerimaan pesan. 2) Fungsi motivasi, diharapkan siswa akan termotivasi dalam belajar dan media juga mempermudah siswa mempelajari materi pelajaran sehingga dapat lebih meningkatkan gairah siswa untuk belajar. 3) Fungsi kebermaknaan, yakni meningkatkan kemampuan siswa untuk menganalisis dan mencipta sebagai aspek kognitif tahap tinggi bahkan dapat meningkatkan aspek, sikap, dan ketrampilan. 4) Fungsi penyamanan persepsi, melalui pemanfaatan media, diharapkan dapat menyamakan persepsi setiap siswa, sehingga setiap siswa memiliki pandangan yang sama terhadap informasi yang disuguhkan. 5) Fungsi individualitas, artinya dengan adanya media dapat melayani kebutuhan setiap individu yang memiliki minat dan gaya belajar yang berbeda. Penjelasan dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan wadah yang digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi melalui proses belajar mengajar antara guru dan siswa yang mempunyai tujuan tertentu. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat menambah pengetahuan siswa. Siswa juga memperoleh ketrampilan dalam menggunakan media pembelajaran. Penggunaan media menjadikan pembelajaran efektif dan menyenangkan.

  b. Pengertian Media Flip Chart

  Media flip chart adalah media yang terbentuk dari kertas yang dipotong-potonng yang berukuran 20 x 20 cm. Utami (2013: 2) mengatakan bahwa flip chart adalah salah satu bagian dari media grafis yang berupa gambar, cetak, dan diam dalam bentuk bagan atau chart.

  Media flip chart Utami (2013:3) media flip chart adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan melalui gambar yang di tujukan pada selembar chart. Penggunaanya menempelkan media chart ke dalam bagan balikan, yang penggunaanya hanya membalik-balikan lalu siswa tinggal menempelkan jawaban.

  c. Media Grafis

  Media grafis termasuk media visual. Sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera pengelihata. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual.

  Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum tersebut, secra khusus grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide dan menghiasi fakta yang mungkin akan cepat diluapkan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.Selain sederhana dan mudah pembuatannya media grafis termasuk media yang relatif murah ditinjau dari segi biayanya.

  d. Bagan dan Chart

  Bagan dan chart merupakan media yang digunakan pada saat pembelajaran menggunakan media flip chart. Sadiman (2012: 35) mengatakan bahwa seperti halnya media grafis yang lain, bagan atau

  

chart termasuk media visual. Fungsinya yang pokok adalah

  menyampaikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi.

  Pesan yang disampaikan biasanya berupa ringkasan visual suatu proses, perkembangan atau hubungan-hubungan penting. Di dalam bagan sering kali dijumpai jenis media grafis yang lain, seperti gambar, diagram, kartun, atau lambang-lambang verbal. Sebagai media yang baik, bagan harus dapat dimengerti siswa, sederhana dan lugas tidak rumit atau berbelit-belit, dan diganti pada waktu-waktu tertentu agar selain tetap termasa (up to date) juga tak kehilangan daya tarik.

  Beberapa jenis bagan/chart secara besar dapat digolongkan menjadi dua yaitu chart yang menyajikan pesan secara bertahap dan yang menyajikan pesannya sekaligus. Sering kali siswa bingung

  chart

  bila dihadapkan pada data yang banyak sekaligus. Oleh karena itu, guru hendaknya memakai chart yang dapat menyajikan pesan secara bertahap. Chart yang bersifat menunda penyampaian pesan ini antara lain bagan balikan (flip chart).

  Flip chart atau bagan balikan menyajikan setiap informasi.

  Apabila urutan informasi yang akan disajikan tersebut sulit ditunjukkan dalam selembar chart, bagan balikan dapat dipakai. Bagian-bagian dari pesan tersebut ditulis/dituangkan dalam lembaran tersendiri, kemudian lembaran-lembaran tersebut dibundel jadi satu. Penggunannya tinggal membalik satu persatu sesuai dengan bagan pesan yang akan disajikan.

B. Penelitian Relevan

  Beberapa penelitian tentang model group investigation telah dilakukan diantaranya penelitian oleh Meyana Dwi Zayanti (2009:39) tentang pengaruh model pembelajaran group investigation terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS sejarah sub pokok bahasan kebijakan pelaksanaan sistem pajak tanah dan tanam paksa masa kolonial Belanda siswa kelas VIII SMP NEGERI 02 SUSUKAN KAB.BANJARNEGARA menyatakan bahwa pembelajaran model group investigation berpengaruh terhadap meningkatnya prestasi belajar IPS siswa kelas VIII SMP NEGERI 2 SUSUKAN KAB.BANJARNEGARA,dengan hasil ketuntasan belajar pada kelas yang menerapkan model group investigation lebih tinggi yaitu dengan rata-rata 70,06, sedangkan pada kelas yang tidak menerapkan model group investigation memiliki rata-rata yang rendah yaitu 64. Faticha Rizky Nur (2015 :16) juga melakukan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) dan jigsaw pada materi pokok garis singgung lingkaran terhadap prestasi belajar matematik siswa SMP kelas VIII menyatakan bahwa model group investigation berpengaruh terhadap meningkatnya prestasi belajar siswa kelas VIII dengan koefisien pengaruh sebesar 86,43 pada kedua penelitian diatas memiliki kesamaan atau sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sendiri, yaitu penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model group investigation yang diterapkan pada proses pembelajaran.

  Dari hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa model group

  investigation efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian

  diatas juga relvan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena menerapkan model group investigation, penelitian di atas menggunakan pendekatan eksperimen dan penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

C. Kerangka pikir

  Pada penelitian ini, kondisi awal yang peneliti temukan berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa menunjukkan bahwa masih rendahnya sikap tanggung jawab siswa terhadap mata pelajaran PKn materi globalisasi di lingkungannya sehingga berdampak pada rendahnya prestasi belajar PKn siswa. Rendahnya sikap tanggung jawab siswa ditunjukkan melalui sikap siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran pada saat proses pembelajaran berlangsung beberapa siswa terlihat bersungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan belajar, selain itu saat kegiatan diskusi kelompok hanya terlihat beberapa siswa yang serius dan beranggung jawab pada tugasnya, sementara siswa lain lebih memilih bermain dan tidak memperhatikkan.

  Rendahnya tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran PKn tersebut berdampak pada rendahnya prestasi belajar PKn siswa. Hal ini dibuktikan dengan sebagian besar yang memperoleh hasil nilai ulangan harian PKn materi globalisasi di lingkungannya yang masih dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).

  Untuk meningkatkan sikap tanggung jawab dan prestasi belajar siswa terhadap pelajaran PKn materi globalisasi di lingkungannya, peneliti melakukan tindakan dua kali pada siklus 1 dan siklus 2 yang diawali dengan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dengan menerapkan model

  

group investigation dengan menggunakan media flip chart dalam proses

belajar mengajar.

  Pembelajaran melelui model group investigation merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif yang berpusat pada siswa untuk berdiskusi, dengan model group investigation dan media flip chart dapat mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan keaktifan siswa. Penerapan model group investigation dengan media flip chart pada proses pembelajaran untuk meningkatkan sikap tanggung jawab dan prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran PKn materi globalisasi di lingkungannya.

  Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat melalui gambar 2.1 di bawah ini:

  Kondisi Tanggung jawab dan awal prestasi belajar masih rendah

Pembelajaran

dengan Siklus I pembelajaran

menggunakan

menggunakan model model pembelajaran group

pembelajaran

Tindakan investigation dengan group media flip chart.

investigation

dengan media flip chart.

  Siklus II pembelajaran menggunakan model pembelajaran group investigation dengan media flip chart.

  Kondisi Tanggung jawab dan akhir prestasi belajar meningkat

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir D.

   Hipotesis Tindakan

  Dilihat dari kerangka bepikir di atas maka diharapkan dengan melalui model pembelajaran group investigation dan dengan media flip chart dapat menambah tanggug jawab siswa dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi belajar, sehingga sikap tanggung jawab pada saat mengerjakan soal atau dalam pembelajaran meningkat. Sedangkan media flip

  chart dipakai dalam pembelajaran pada materi globalisasi di lingkungannya

  dapat menjadikan pembelajaran menjadi lebih menarik serta meningkatkan potensi memori pada siswa karena lebih menarik dan mudah diingat. Adanya peningkatan sikap tanggung jawab diharapkan meningkat pula prestasi belajar.

  Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan cara melakukan sejumlah tindakan yang terangkum dalam siklus I dan siklus II berdasarkan landasan teori yang sudah diuraikan di atas, tentunya dapat diambil suatu hipotesis tindakan yang akan menjawab sementara rumusan masalah yang akan dipaparkan pada bagian sebelumnya. Hipotesis tindakan tersebut adalah:

  1. Penerapan model group investigation dengan media flip chart pada mata pelajaran PKn pokok bahasan globalisasi di lingkungannya,dapat meningkatkan tanggung jawab siswa pada saat pembelajaran.

  2. Penerapan model group investigation dengan menggunakan media fip

  chat pada mata pelajaran PKn pokok bahasan globalisasi di lingkungannya, dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.