BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - BAB I AGUS SUSANTO SEJARAH'17

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni dapat diartikan sebagai hasil karya manusia yang mengandung keindahan dan

  dapat diekspresikan melalui suara, gerak ataupun ekspresi lainnya. Cara mengekspresikan seni bisa menggunakan berbagai media seperti pendapat dari Koentjaraningrat (1990 : 45) “Kesenian memiliki banyak jenis dilihat dari cara/media antara lain seni suara (vokal), lukis, tari, drama dan patung”. Dilihat dari cara penyampaiannya, seni dapat dilihat, didengar, diraba dan dirasakan. Banyaknya media yang bisa digunakan dalam pengungkapan seni sehingga seni bisa dinikmati dan dipahami dalam berbagai bentuk.

  Hal ini dikarenakan seni merupakan simbol dari perasaan yang ada pada diri manusia, apapun bentuknya. Melihat seni bisa diibaratkan dengan seseorang yang sedang berkomunikasi, dalam artian seorang seniman akan menuangkan apa yang ia ingin sampaikan melalui media karya seninya, sedangkan orang yang melihat karya seni (media) tersebut menerima informasi yang disampaikan oleh seniman. Seniman akan menuangkan apa yang ingin ia sampaikan dalam bentuk rupa, secara audio-visual, baik itu dua dimensi maupun tiga dimensi. Seni rupa berdasarkan fungsinya dibagi menjadi dua kelompok yaitu seni murni (fine art) dan seni terapan (appllied art). Perbedaan antara seni murni dengan seni terapan ialah dari fungsinya. Seni murni berfungsi sebagai ungkapan ekspresi seniman tanpa adanya faktor materil, sedangkan seni terapan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari secara materil masyarakat dari bentuk produksi.

  Seni merupakan suatu karya yang dibuat atau diciptakan dengan kecakapan yang luar biasa sehingga merupakan sesuatu yang elok atau indah. Kebutuhan akan seni budaya merupakan kebutuhan manusia yang lebih tinggi diantara urutan kebutuhan lainnya. Seni budaya berkaitan langsung dengan kesejahteraan, keindahan, kebijaksanaan, ketentraman, dan pada puncaknya merupakan proses evolusi manusia untuk makin dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, seni budaya akan berkembang apabila masyarakat makmur dan sejahtera.

  Seni memiliki fungsi yang dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung bagi manusia. Fungsi yang secara langsung dapat dirasakan adalah sebagai media untuk berekspresi diri, berkomunikasi, bermain, dan menyalurkan bakat yang dimiliki Secara tidak langsung, manusia dapat memperoleh manfaat pendidikan melalui pengembangan berbagai kemampuan dasarnya untuk belajar. Selain itu, melalui pendidikan seni manusia dapat memperoleh kehalusan budi pekerti, karena seni mengolah kepekaan manusia terhadap alam dan lingkungan sekitar serta hal-hal vana berkaitan dengan keindahan.

  Kemampuan dasar manusia yang dapat dikembangkan melalui seni meliputi Perkembangan fisik yang berkaitan dengan kegiatan seni adalah kemampuan gerak.

  Gerak/motorik dapat dibedakan menjadi motorik kasar dan motorik halus. Seni banyak terkait dengan motorik halus. Menggambar, membentuk, mematong, serta menggerakkan jari sewaktu menari dan memainkan alat musik merupakan gerak motorik halus. Gerak kepala, tangan, kaki, dan tubuh saat menari dan memainkan peran adalah contoh motorik kasar.

  Melalui seni, kemampuan motorik manusia bisa berkembang.

  Seni lukis adalah salah satu cabang dari Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium tertentu kepada media yang digunakan.

  Seorang Pelukis selalu identik dengan seseorang tersendiri yang berusia menengah hingga tua. Hal tersebut dikarenakan pelukis biasanya memerlukan keahlian dan bakat. Kita

  

  sudah tahu pelukis-pelukis terkenal Indonesia seperti

  

dan lain-lain. Adalah pelukis yang memang

sudah sangat di kenal bahkan sebagian besar orang Indonesia mengerti.

  Eris Munandar merupakan pelukis asli Purbalingga yang cukup dikenal, prestasi beliau yang membuat beliau dihargai oleh para pelukis-pelukis di daerah purbalingga. Beliau juga salah satu pendiri perkumpulan Seniman di Purbalingga. Penulis tertarik menulis kehidupan Eris Munandar karena kehidupan yang cukup menarik, mampu membagi waktu antara menjadi guru dan menjadi seorang seniman. Berdasarkan penelitian diatas peneliti menulis penelitian untuk mengkaji tentang riwayat kehidupan tokoh tersebut menyangkut latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan dan kehidupan sosial, serta memaparkan bagaimana kiprah dan prestasi dari pelukis Eris Munandar.

  B. Rumusan Penelitian

  Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

  1. Bagaimana riwayat kehidupan Eris Munandar sebagai pelukis?

  2. Bagaimana kiprah Eris Munandar sebagai Pelukis?

  3. Apa saja Prestasi Eris Munandar di dunia Seni Lukis?

  C. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut,

  1. Untuk mengetahui riwayat kehidupan Eris Munandar sebagai tokoh Seni Lukis 2. Untuk menjelaskan kiprah Eris Munandar.

  3. Untuk mengetahui prestasi apa saja yang pernah diraih oleh Eris Munandar dalam dunia seni lukis.

D. Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu: 1.

   Manfaat Teoretis

  a. Hasil penelitian ini sebagai Dasar pengambilan judul untuk dijadikan penyusunan Tugas Akhir Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

  b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kekhasan kesejahteraan lokal sebagai bagian dari penulisan sejarah nasional.

  c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai salah satu referensi dalam menganalisis biografi seorang tokoh dan perannya dalam masyarakat.

2. Manfaat Praktis

  a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap kesenian tradisional salah satunya yaitu seni lukis.

  b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masyarakat mengetahui betapa pentingnya seni lukis.

  c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah gairah munculnya seniman-seniman lukis muda yang berprestasi.

E. Kajian Pustaka dan Penelitian yang Relevan 1. Biografi

  Biografi tidak ditulis sendiri oleh tokoh yang bersangkutan melainkan oleh orang lain yang berdasarkan data-data yang ada, diantaranya wawancara. Akan tetapi otobiografi juga mempunyai kekuatan dan kelemahan dalam penulisanya. Kekuataan otobiografi terletak dalam keterpaduan yang utuh (coherency) sehingga pembaca tahu bagaimana penulis memahami diri, lingkungan sosial-budaya, dan keadaan pada zamanya. Otobiografi merupakan refleksi yang otentik dari pengalaman seseorang karena otobiografi dapat ditulis sebagai usaha pembelaan diri. Adapun kelemahan otobiografi adalah pandangan yang partial pada zamanya, subjektif, dan proses sejarah yang belum final. Sama halnya dengan otobiografi, memorie ditulis sendiri namun biasanya hanya mengenai satu peristiwa namun biasanya hanya mengenai satu peristiwa saja. Sedangkan prosography atau biografi kolektif merupakan penelitian tentang sekelompok orang yang mempunyai karakteristik latar belakang yang sama dengan mempelajari kehidupan mereka (Kuntowijoyo, 2003: 205-212).

  Menurut Kuntowijoyo(2003: 206), Biografi harus memuat empat hal atau empat unsur yaitu yang pertama kepribadian tokoh. Masyarakat penganut Hero in History percaya bahwa sejarah adalah kumpulan biografi. Mereka lebih menonjolkan kepribadian tokoh menurut mereka, individu merupakan pendorong transformasi sejarah. Unsur yang kedua, kekuatan sosial yang mendukung. Kekuatan sosial memiliki pengaruh yang lebih besar dari pada individu. Pengaruhnya dapat berupa kepercayaan atau kekaguman terhadap seorang tokoh masyarakat. Seperti tokoh pada penelitian kali ini yaitu H. Abdul Kahar Anshori, ia merupakan seorang tokoh Persyarikatan Muhammadiyah yang berpengaruh. Kepemimpinan dan kewibawannya yang membuat orang kagum dan menghormatinya dapat dijadikan sebagai kekuatan sosial yang mendukungnya dalam kepemimpinanya

2. Seni Pengertian seni yang paling universal adalah identifikasi dari sebuah keindahan.

  Banyak yang mengatakan kalau keindahan adalah bagian dari fitrah manusia. Herber Read menyebutkan bahwa seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan ( Herbert Read, The Meaning of Art, (New York: Pinguin Book, 1959)).

  Bentuk yang menyenangkan disini diartikan sebagai sebagai bentuk yang dapat membingkai perasaan keindahan. pengertian seni merupakan bentuk simbolis dari perasaan manusia, bentuk-bentuk simbolis yang mengalami tranformasi yang merupakan universalisasi dari sebuah pengalaman atau bukan sekedar terjemahan dari sebuah pengalaman tertentu.

  Dalam proses mentransformasikan pengalaman atau perasaan emotifnya dalam karya seni, seorang seniman memilih atau menggunakan material untuk diolah menjadi sebuah medium.

  Medium tersebut kemudian diolah lagi menjadi wujud-wujud tertentu sesuai isi gagasan yang dimiliki.

  Seni lukis adalah salah satu cabang dari yang cara pengungkapannya diwujudkan melalui karya dua dimensional dimana unsur-unsur pokok dalam karya adalah garis dan warna Soedarso Sp (1990:11) . Seni menurut Leo Tolstoy (Sumardjo, 2000:62) adalah ungkapan perasaan pencipta yanng disampaikan kepada orang lain agar mereka dapat merasakan apa yang dirasakan pelukis. Seni menurut Sukaryono (1988:7) adalah ungkapan isi hati dan perasaan yang disebut sebagai bahasa seniman yang dikomunikasikan.

  Seni menurut Thomas Munro (Mikke Susanto, 2002:101) adalah alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya. Seni menurut Soedarso SP ( Mike Susanto, 2002:101) adalah karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya; pengalaman batin tersebut disajikan secara indah sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin pula pada manusia lain yang menghayatinya.

  Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Dalam bahasa Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau dihiasi dengan indah.Peninggalan- peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian- bagian penting dari kehidupan. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan dedaunan atau batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini.

  Eris Munandar merupakan seorang pelukis yang lebih cenderung ke aliran Realisme dan Naturlisme, itu terlihat dari karya-karyanya yang ada disekitar rumah. Ia menunjukan bahwa aliran realisme mampu menghadirkan kesan tersendiri yang membuat orang yang melihatnya bertanya tentang arti dari karya-karya yang dibuatnya, aliran realisme ditunjukan lewat karya-karya yang berupa lukisan, patung dan topeng. Aliran naturalisme yang terlihatpun menunjukan bahwa kita sebagai manusia harus berkesinambung dengan alam agar nantinya manusia menghargai alam dan melestarikan alam.

3. Penelitian yang Relevan

  Penulisan tentang biografi seorang tokoh masyarakat memang sudah sering dilakukan oleh para peneliti. Pada dasarnya penulisan biografi tokoh yang terkenal maupun tokoh yang berjasa dalam suatu lingkup masyarakat, mempunyai alur pemikiran yang terfokus pada alur kehidupan tokoh dan prestasi yang diraihnya tersebut maupun pemikiran-pemikirannya yang bermanfaat bagi masyarakat.

  Nur Maulidatus Sholihah dengan skripsi yang berjudul “Biografi Krishna Mustajab 1967- 1987

  ”. Skripsi ini membahas tentang biografi seniman Surabaya yang bernama Krishna

  Mustajab serta peranannya sebagai seniman dalam mengembangkan kesenian yang ada di Surabaya. Permasalahan yang diangkat adalah perjalanan hidup dalam meniti karier sebagai seniman dan aktivitas dalam mendirikan lembaga maupun perkumpulan seni.

  Kemudian menurut Maskanatu Ni‟amah (2013) dengan judul penelitianya yaitu mengenai Biografi syaikh Mahfudh Al-Hasani Somalungu Kebumen (1901M-1950M), menyimpulkan bahwa seorang tokoh keagaman yaitu Syaikh Mahfudh Al-Hasani sangatlah berpengaruh terhadap pola kehidupan masyarakat pada saat itu. Latar belakang keluarga dan pendidikan yang baik membuat masyarakat memilihnya menjadi seorang tokoh panutan. Kemampuan cara pandanganya tentang berbagai masalah yang dialami pada saat itu dan cara untuk memecahkan masalah tersebut membuat kagum masyarakat. Banyak keterkaitan masyarakat terhadap syaikh Mahfudh Al-Hasani yang sangat di hormati.

  Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Endah Puji Lestari (2005) dalam skripsinya yang berjudul Biografi Karsinah (Mantan Lengger) di Desa Kalisabuk,

  

Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap , menyimpulkan bahwa Karsinah sudah menjadi

  lengger di umur belasan tahun. Kesenian lengger merupakan bakatnya dan untuk menyalurkan bakatnya itu ia mempelajari lengger dari salah satu seniornya, kemudian ia juga tidak segan untuk berbagi ilmu kepada anak-anak atau orang yang ingin mempelajari lengger seperti dirinya. Saat sudah menikah ia kemudian menghentikan kegiatannya sebagai seorang legger demi mengurusi keluarga, suami dan anak-anaknya. Padahal pada saat itu usianya yang masih produktif untuk berkarya. Saat menjadi lengger Karsinah pernah tampil di depan tamu Negara dan para turis mancanegara.

  Penelitian terdahulu tersebut menjadi refrensi bagi peneliti untuk melakukan tindakan. Beberapa penelitian terdahulu tersebut memanglah berbeda dari segi objek dan penelitiannya, namun pada dasarnya penelitian biografi suatu tokoh mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memaparkan kehidupan suati tokoh masyarakat yang mempunyai pengaruh.

  Dari beberapa contoh peneliti diatas yang merupakan sebuah penelitian budaya atau seni pertunjukan maka peneliti biografi kali ini merupakan jenis biografi budaya atau seni pertunjukan. Penelitian ini memaparkan kehidupan dari tokoh masyarakat yang tergolong mampu menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama bagi remaja. Kemampuannya dalam bidang pewayangan menginspirasi agar kita sebagai penduduk asli Indonesia menjunjung tinggi kebudayaan kebudayaan Indonesia dengan cara menjaga kelstariannya dan ikut berperan dalam mengembangkan kebudayaan asli Indonesia.

F. Kerangka Teoritis dan Pendekatan Penelitian

1. Kerangka Teoretis

  Biografi atau catatan tentang seseorang itu, meskipun sangat mikro menjadi bagian dalam mosaik sejarah yang lebih besar. Malah ada pendapat bahwa sejarah adalah penjumlahan dari beberapa biografi. Dengan adanya biografi dapat dipahami para pelaku sejarah, zaman yang menjadi latar belakang biografi dan lingkungan sosial politiknya. Akan tetapi sebenarnya sebuah biografi tidak perlu menulis tentang hero yang menentukan jalan sejarah, cukup partisipan, bahkan the unknown. Namun tidak memiliki tokoh itu tentu mempunyai resiko tersendiri (Kuntowijoyo, 2003:203-204). Ada dua macam biografi yaitu portrayal (portait) dan sctientific (ilmiah), yang masin- masing mempunyai metodelogi sendiri. Biografi disebut portrayal bia hanya mencoba memahami. Biografi yang termasuk kategori ini adalah biografi politik, bisnis, olahraga, dan sebagainya serta prosopography yaitu biografi kolektif. Dalam biografi yang scientific orang berusaha menerangkan tokohnya berdasarkan analisis ilmiah. Dalam hal ini penggunaan konsep dan teori dari psychohistory (sejarah kejiwaan) (Kuntowijoyo, 2003: 208)

  Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Lewat biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya.

  Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian, biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat atau masa tertentu. Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah, namun tak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara kronologis. Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tema- tema utama tertentu (misalnya, masa-masa awal yang susah atau ambisi dan pencapaian).

  Selain biografi, pengetahuan tentang otobiografi (biografi yang ditulis sendiri oleh tokoh), memorie (peristiwa masa lampau) dan prosopography diperlukan dalam penelitian ini agara peneliti biografi pada tokoh ini menghasilkan kualitas yang baik.bedanya dengan auto

  

biografi ,sebuah biografi tidak ditulis sendiri oleh tokoh yang bersangkutan melainkan orang

  lain. Penelitian biografi juga sama dengan penelitian lainnya yang dimiliki kelebihan dan kelemahan yang masih menjadi perdebatan pemikira tentang kelebihan dan kelemahan.

  Menurut pemikiran Sartono Kartodirdjo biografi dipandang memiliki kelemahan pada teknik penulisan. Teknik penulisab biografi membutuhkan kemahiran dalam pemakaian bahasa dan retorik tertentu, pendeknya seni menulis. Disamping itu biografi juga mempunyai fungsi penting dalam pendidikan apa bila biografi yang ditulis dengan baik sangat mampu membangkitkan inspirasi kepas pembaca (Kartodirdjo, 1992: 76-77).

  Beberapa penjelasan mengenai biografi sudah dipaparkan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penulisan biografi sangat mudah dibedakan dengan penulisan penelitian lainnya. Penulisan biografi mempunyai kekhasan penulisan tersendiri dilihat dari ciri-ciri teks biografinya. Setiap penulisan biografi mempunyai ciri-ciri khas yang pertama dengan struktur teks meliputi orientasi, peristiwa atau masalah, dan reorientasi. Teks orientasi merupakan bagian dari pengenalan tokoh yang berisi gambaran awal tentang tokoh atau pelaku didalam teks biografi. Bagian teks peristiwa atau masalah yang dialami tokoh berisi penjelasan peristiwa yang terjadi atau dialami tokoh. Teks reriontasi merupakan bagian penutup yang berisi pandangan penulis terhadap tokoh yang diceritakan.

  Hal yang menarik bagi peneliti sehingga melakukan penelitian biografi yaitu karena mengungkapkan sesuatu yang nyata (tidak fikfif) dan mengandung pelajaran berharga sekalipun peneliti sama sekali belum mengenal tokoh yang diceritakan serta tidak tahu banyak yang mengenai bidang yang ditekuni tokoh tersebut. Sebuah biografi menceritakan proses mulai dari kanak-kanak tokoh tersebut termasuk latar belakang lingkungan dan keluarga, timbulnya cita-cita dalam benak sang tokoh untuk terjun dalam bidang yang disukainya, awal karir sang tokoh berikut berbagai masalah yang muncul, sampai saat ia berhasil mewujudkannya.

2. Pendekatan

  Selain teori yang digunakan dalam sebuah penelitian. Suatu penelitian hendaknya memiliki sebuah pendekatan yang relevan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitianya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan Sosiologo dan Antropologi

  Menurut Kartodirjo (1992: 4) pendekatan sosiologi merupakan pendekatan yang meneropong segi-segi sosial peristiwa yang dikaji, umpamanya golongan atau komunitas sosial mana yang berperan, serta nilai-nilainya, hubungannya dengan kelompok lain, konflik berdasarkan kepentingan, ideologi dan sebagainya. Pendekatan sosial digunakan peneliti untuk memudahkan peneliti dalam melihat kehidupan seorang tokoh.

  Koentjaraningrat (1990) berpendirian, pada dasarnya wujud kebudayaan dari masing- masing kelompok etnik dapat berupa sistem ide, sistem sosial, serta benda-benda karya manusia.Dalam hal ini, seni termasuk ke dalam wujud kebudayaan sebagai hasil karya manusia yang paling konkret meliputi hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan difoto.Selanjutnya, berkaitan dengan peran budaya dalam karya seni, menurut Melalatoa (Sempulur, 1997) menerangkan, bahwa kesenian masyarakat yang bersangkutan bermaksud menjawab dan menginterpretasikan permasalahan kehidupan sosialnya, mengisi kebutuhan, mencapai tujuan bersama seperti kemakmuran, persatuan, kemuliaan, kebahagiaan dan rasa aman ketika berkoneksi dengan yang gaib (supernatural). Kesenian sebagai hasil ekspresi keindahan mengandung pesan-pesan budaya dalam bermacam-macam bentuk, seperti seni lukis, seni rias,seni patung, seni sastra, seni tari, seni vokal dan lain sebagainya.

  Kaplan dan Manners (2002) kemudian turut mengemukakan pemikirannya mengenai apa yang bisa disebut kebudayaan. Keduanya mengatakan kebudayaan atau kultur sebagai suatu golongan fenomen yang diberikan muatan makna tertentu oleh antropologi dalam rangka menghadapi segala persoalan untuk dipecahkan. Fenomena yang disebutkan dalam hal ini, salahsatunya adalah perilaku manusia yang tradisional dan terlembagakan. Seorang antropolog secaraleluasa dapat meneliti sistem budaya atau adat dari suatu kebudayaan tertentu. Dalam usahanya tersebut mencoba untuk mengaitkan perhatian terhadap nilai-nilai budaya, norma dan hukum, pengetahuan dan keyakinan dari manusia yang menjadi warga masyarakat. Termasuk dengan meneliti pada tindakan, aktivitas-aktivitas dan hasil karya manusia itu sendiri yang melingkupi benda peralatan dan khususnya benda-benda kesenian Pendekatan antropologi budaya memiliki hubungan erat dengan seni. Pada umumnya orang awam mengartikan antropologi secara sempit yaitu sebagai pengertian dari kebudayaan itu sendiri. Pengertian itu seperti kebudayaan adalah hasil seni, keindahan dan tari-tarian. Sebaliknya banyak pula antropologi yang memberikan arti dalam cangkup yang luas terhadap kebudayaan. Sedangkan pengertian antropologi budaya itu sendiri Menurut Koentjaraningrat Antropologi merupakan studi tentang umat manusia pada umumnya dengan mempelajari berbagai warna, bentuk fisik masyarakat dan budaya yang dihasilkan. Menurut antropologi, arti kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1990: 193).

  Manusia dan seni adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Seni dimiliki oleh seluruhmanusia, tidak terkecuali. Kedekatan manusia dan seni inilah yang memunculkan adanya bidang yang secara khusus mengkaji seni itu sendiri. Yaitu, sosiologi seni, psikologi seni, sejarah seni, dan tidak terkecuali antropologi seni. Antropologi seni adalah kajian ilmuan tropologi yang mempelajari manusia dan segala perilaku berkeseniannya. Kajian antropologi seni ini muncul mengingat adanya kedekatan antara manusia dan seni, selain karena seni juga merupakan salah satu dari unsur budaya yang mana manusia dan budaya adalah obyek utama disiplin ilmu antropologi. Dalam kaitannya dengan antropologi seni ini, Rahim (2009) mengatakan bahwa “pintu yang menjadi celah bagian antropologi untuk mengkaji seni adalah bahwa seni dianggap sebagai produk sosial”.

G. Metode Penelitian

  Dalam Metode Penelitian penulis berusaha menulis riwayat hidup atau sejarah perjalanan hidup seorang tokoh. Guna membantu membantu proses penelitian ini, peneliti membutuhkan suatu metode penelitian. Metode yang digunakan adalah metode penelitian historis atau metode penelitian sejarah. Metode historis atau metode penelitian sejarah adalah suatu cara seorang sejarawan mendekati objek penelitian dengan langkah-langkah yang terstruktur sehingga akan mempermudah dalam memperoleh data sejarah (Priyadi, 2013 : 111).

  Menurut Gottschalk metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis terhadap rekaman atau peninggalan masa lampau. Kemudian data-data yang teruji dan dianalisis disusun kembali menjadi sebuah kisah sejarah. Pencapaian metode historis ini meliputi empat tahapan, yaitu:

  1. Heuristik (Pengumpulan Sumber) Pengumpulan sumber atau heuristik merupakan langkah untuk memperoleh dan mengumpulkan data. Upaya peneliti untuk mendapatkan data yang akurat yaitu melalui dokumen dan wawancara atau sumber tertulis. Dalam memasuki tahap pengumpulan sumber (heuristik), seorang peneliti sejarah memasuki lapangan (medan) penelitian. Kerja penelitian secara aktual dimulai. Sumber sejarah dibedakan menjadi tiga yaitu : sumber sejarah yang bersifat umum dan khusus, sumber sejarah yang bersifat tertulis dan tidak tertulis, serta sumber sejarah primer dan sumber sejarah sekunder (Daliman, 2012: 51).

  Penulis pada penelitian ini menggunakan wawancara untuk mendapatkan sumber lisan yang asli atau otentik, wawancara dilakukan secara intensif kepada Eris Munandar dan keluarganya untuk memperoleh data yang diperlukan. Kemudian diuji kebenarannya agar mendapat data yang valid. Penulis mewawancarai hal-hal yang terkait dengan biografi Eris Munandar serta keluarga dari Eris Munandar, baik itu ayah, ibu, dan sanak saudaranya.

  Wawancara yang dilakukan peneliti terhadap narasumber tentu harus berkali-kali. Wawancara pertama merupakan upaya penjajakan peneliti dan perkenalan narasumber. Pelaku atau narasumber dalam hal ini masih ragu-ragu dalam memberikan keterangan atau penjelasan, serta kisah sejarah kepada peneliti. Pertama-tama ada kemungkinan, pelaku atau narasumber itu tidak berterus terang meskipun tidak berbohong. Pelaku masih belum memahami maksud wawancara itu. Pelaku bisa berpikir bahwa jangan-jangan wawancara itu dimaksudkan untuk membuka rahasia atau kedok kejahatan, kesalahan, kebodohan, dan berbagai perilaku lain yang menyebabkan peristiwa yang buruk itu terjadi. Sejarawan atau peneliti ketika menemui keragaman sikap para pelaku harus selalu menjelaskan tujuan wawancara untuk menutupi kekurangan sumber dokumen dan manfaat sumber sejarah lisan dalam merekonstruksi sebuah sejarah atau peristiwa yang tidak ada sumbernya (Priyadi, 2014: 91).

  Seorang sejarawan atau peneliti tentu harus fokus dalam mewawancarai seorang narasumber, tetapi dalam mengendapkan jawabannya, ia bisa melakukan wawancara dengan pelaku-pelaku lain atau narusmber-narasumber lain. Jawaban narasumber tersebut akan menambah wawasan dan pengetahuan terhadap penelitian tersebut. Latar belakang budaya para narasumber atau pelaku juga harus menjadi landasan bagi sejarawan dalam melakukan wawancara agar hasil atau jawaban atas wawancara itu memuaskan.

  Masalah budaya itu terutama persoalan yang terkait dengan latar pendidikan. Pendidikan seseorang pelaku akan mencerminkan perilaku tertentu. Pelaku yang pendidikannya, misalnya, sekolah dasar akan merasa rendah diri ketika akan diwawancarai.

  Di samping merasa enggan menjawab, juga akan enggan pula memberi jawaban wawancara secara tertulis. Peneliti disini juga harus bersabar jika menghadapi persoalan-persoalan seperti ini. Artinya, wawancara dapat dilakukan secara perlahan-lahan tetapi sering sehingga sumber sejarah lisannya bisa diungkap. Atau, peneliti bisa melibatkan orang tua, anak atau istrinya untuk membantu peneliti dalam wawancara.

  Dalam wawancara, penulis menggunakan alat bantu berupa alat tulis, buku catatan, dan alat rekam agar mempermudah penulis dalam mengolah hasil wawancara tersebut.

  Informan yang peneliti wawancarai adalah istri dari tokoh yang bernama “” dan kedua anak tokoh yang bernama. Data tertulis dan lisan yang telah diperoleh dan dikumpulkan. Data tersebut kemudian dipisahkan sesuai dengan pembahasan antar bab berikutnya. Hal ini dilakukan peneliti untuk mempermudah melakukan langkah-langkah selanjutnya. Data yang telah dikumpulkan dan dikelompokkan sesuai pembahasan bertujuan untuk memfokuskan peneliti agar masing-masing bab mempunyai pembahasan yang terarah.

  2. Kritik (Verifikasi) Kritik peneliti harus benar-benar memilah-milah data yang benar atau sesuai dengan fakta yang ada sehingga nanti akan diperoleh data yang otentik. Selain itu juga baik berupa sumber tertulis maupun sumber lisan yang didapatkan dari narasumber, yaitu Eris Munandar beserta keluarga maupun sanak saudara. Nantinya akan dikritik secara ekstern maupun intern yang menilai apakah sumber itu kreadibilitas (kebiasaan untuk dipercaya) atau tidak.

  Peneliti disini harus bisa membaca dan mendeteksi setiap perbedaan itu. Perbedaan versi dapat dimanfaatkan untuk mewawancara saling-silang. Wawancara model tersebut adalah wawancara simultan. Suatu wawancara yang diumpamakan seperti permainan catur simultan antara seorang grandmaster (sangat ahli) melawan master-master yang jumlahnya puluhan atau ratusan. Grandmaster dalam permainan itu tidak selalu menang secara keseluruhan. Bisa saja, ia dipecundangi oleh seorang master. Artinya, peneliti bisa juga gagal dalam mewawancara salah seorang atau beberapa pelaku. Peneliti menerima banyak informasi dari para narasumber yang berversi-versi berdasarkan wawancara individual.

  Wawancara simultan memungkinkan sejarawan untuk berkomunikasi langsung dengan banyak pelaku. Disitu, peneliti bisa menanyakan langsung jawaban seorang narasumber, misalnya, dalam penelitian ini tentang Eris Munandar. Informasi yang telah disampaikan oleh Eris Munandar kemudian ditanyakan lagi kepada orang tuanya maupun sanak saudaranya sehingga ada cek dan cek ulang (Priyadi, 2014: 96).

  Wawancara simultan bisa dimanfaatkan sekaligus selain untuk memperoleh sumber sejarah lisan, juga untuk melakukan kritik sumber, baik kritik ekstern maupun kritik intern.

  Kritik ekstern yang menuntut terhadap sumber sejarah lisan dalam hal keautentikan sumber, maka sejarawan dapat meminta kesaksian pelaku lain. Selain dimanfaatkan sebagai kritik ekstern wawancara simultan juga dimanfaatkan untuk melakukan kritik intern.

  Wawancara saling-silang adalah perbandingan sumber sejarah lisan secara langsung. Kritik intern ditempuh dengan membandingkan antarsumber, atau antarsumber sejarah lisan. Sumber sejarah lisan yang berversi-versi itu dibandingkan satu sama lain sehingga akan diketahui versi yang kuat dan versi yang lemah. Versi yang kuat biasanya didukung oleh banyak narasumber atau pelaku sejarah. Versi yang lemah tidak mendapat dukungan. Perbandingan versi akan menyimpulkan bahwa versi tertentu itu mengada-ada atau dibuat- buat oleh pelaku atau narasumber tertentu. Sesuatu yang apa adanya adalah fakta sejarah yang lolos dari kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ektern bermain pada tataran keautentikan atau keaslian sumber, sedangkan kritik intern bekerja pada kawasan kredibilitas atau tingkat bisa dipercaya (Priyadi, 2014: 97-98).

  3. Interpretasi (Penafsiran) Interpretasi dalam metode sejarah menimbulkan subjektivitas sejarah, yang sangat sukar dihindari, karena ditafsirkan oleh sejarawan (si subjek), sedangkan yang objektif adalah faktanya. Penafsiran model sejarah tersebut dapat diterapkan dalam ilmu antrophologi, seni pertunjukan, studi agama, filologi, arkeologi, dan ilmu sastra. Penafsiran sejarah juga disebut juga dengan analisis sejarah. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti fakta-fakta yang terdapat pada sumber sejarah yang telah terkumpul dan sudah mengalami tahap verifikasi kemudian peneliti menafsirkan data tersebut. Penafsiran dilakukan sesuai dengan teori dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, seperti yang tercantum dalam landasan teori (Priyadi, 2011: 88-89).

  Pada tahap analisis, nantinya penulis menguraikan secara detail tiga fakta, yaitu manifact, sociofact, dan artifact dari berbagai sumber atau data baik itu tertulis maupun lisan yang didapat dari narasumber Eris Munandar beserta keluarganya sehingga unsur-unsur terkecil dalam fakta tersebut akan menampakkan kohesinya (Priyadi, 2011: 92).

  4. Historiografi (Penulisan Sejarah) Penulisan sejarah atau historiografi merupakan penyusunan sejarah yang didahului oleh penelitian terhadap peristiwa-peristiwa masa lalu (Badri Yatim, 1995: 5). Historiografi disini merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan (Abdurahman, 2011: 107).

  Dalam penulisan karya ilmiah ini, peneliti lebih memperhatikan aspek-aspek kronologis peristiwa. Aspek ini sangat penting karena arah penelitian peneliti adalah penelitian sejarah sehingga proses peristiwa dijabarkan secara detail. Data atau fakta tersebut selanjutnta ditulis dan disajikan dalam beberapa bab berikutnya yang terkait satu sama lain agar mudah dipahami oleh pembaca.

  Pada penulisan sejarah tentang biografi Eris Munandar ini penulis menyajikan laporan hasil penelitian dari awal hingga akhir, yang meliputi masalah-masalah yang harus dijawab.

  Tujuan penelitian adalah menjawab masalah-masalah yang belum diajukan.

H. Sistematika Penyajian

  Untuk sistematika penyajian pada penelitian ini nantinya akan dideskripsikan dalam beberapa bagian sebagaimana berikut.

  Bagian pertama, berisi pendahuluan yang menjelaskan alasan-lasan mengapa peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Kemudian batasan masalah atau batasan yang peneliti tentukan sendiri akan kemana arah dan fokus penelitian ini sehingga tidak didapati kesan yang „ngambang‟ atau bias dan menjelaskan hal-hal yang akan diungkap dalam penelitian ini.

  Selanjutnya beberapa persoalan atau pertanyaan yang akan dicari jawabannya, peneliti cantumkan secara jelas dalam rumusan masalah. Berikutnya adalah tujuan penelitian yang ingin menegaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan pada rumusan masalah. Kemudian akan ditulis pula apa harapan dari penelitian ini, kemanfaatan apa yang ingin peneliti berikan setelah penelitian ini selesai. Selanjutnya ada kajian pustaka dimana di dalamnya menjelaskan tentang variabel penelitian dan beberapa penelitian terdahulu yang penulis temukan ada dimasukkan kedalam sub bab ini. Selanjutnya terdapat kerangka teoritis dan pendekatan dimana di dalamnya peneliti memilih teori ilmu sosial yang sesuai sebagai model penjelasan dan memilih serta menggunakan salah satu disiplin ilmu sosial sebagai alat bantu penjelasan.

  Berikutnya Dicantumkan pula metode penelitian yang akan dipakai dalam penelitian ini baik dalam pengumpulan data ataupu analisis data serta sistematika penyajian.

  Bagian kedua, pada bagian ini merupakan penjelasan dari jawaban pertanyaan pertama tentang riwayat kehidupan Eris Munandar yang sebelumnya telah ditentukan pada rumusan masalah.

  Bagian ketiga, berikutnya menjelaskan tentang kiprah Eris Munandar sebagai pelukis. Bagian ke empat, selanjutnya menjelaskan prestasi yang telah diraih oleh Eris

  Munandar dalam dunia Seni yang mana sebelumnya telah ditentukan pertanyaanya pada rumusan masalah.

  Bagian keenam, Kesimpulan yang merupakan jawaban dari beberapa pertanyaan yang sebelumnya telah ditentukan pada rumusan masalah. Rekomendasi juga dimungkinkan peneliti haturkan di bagian ini, karena peneliti yakin akan keterbatasan diri sebagai manusia, sementara obyek penelitian ini teramat penting dan kompleks. Pada bab ini juga berisi tentang saran yang ditujukan untuk dalang muda dan para pembaca laporan penelitian ini.