BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Nur Sufi Ramadhan BAB I

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memiliki peranan dalam sistem keuangan di Indonesia. Keberadaan sektor perbankan memiliki peranan cukup penting, dimana dalam kehidupan masyarakat sebagian besar melibatkan jasa dari sektor perbankan. Hal ini dikarenakan fungsi Bank adalah lembaga intermediasiantara para penabung dan investor. Tabungan dapat berguna apabila diinvestasikan, sementara para penabung tidak dapat diharapkan untuk sanggup melakukannya sendiri dengan terampil dan sukses. Nasabah mau menyimpan dananya dibank karena ia percaya bahwa bank dapat memilih alternatif investasi yang baik. Proses pemilihan investasi itu harus dilakukan dengan seksama, karena kesalahan dalam pemilihan investasi akan mengakibatkan bank tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada para nasabahnya. Manajemen tidak bisa semaunya menarik nasabah untuk menyimpan uangnya di bank, tanpa adanya keyakinan bahwa dana itu dapat diinvestasikan secara menguntungkan dan dapat dikembalikan ketika dana itu sewaktu-waktu ditarik oleh nasabah atau dana tersebut telah jatuh tempo. Oleh karena itu manajemen harus secara simultan mempertimbangkan berbagai risiko yang akan berpengaruh pada perubahan tingkat laba yang diperoleh (Muzakki, 2014).

  Dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tertulis pula bahwa bank umum melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah (Bank syariah). Perbedaan mendasar antara Bank konvensional dan Bank Syariah adalah adanya larangan bunga dalam Bank syariah sebagaimana sistem bunga yang dianut oleh Bank konvensional (Pratiwi dan Mahfud, 2012).

  Eksistensi perbankan syariah di Indonesia saat ini semakin meningkat sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah yang memberikan landasan operasi yang lebih jelas bagi Bank Syariah. Bahkan berdasarkan hasil survei dari Islamic Financing

  

Country Index dari Global Islamic Financing Report. Industri keuangan

  syariah di Indonesia telah menorehkan prestasi dengan menempati peringkat keempat industri keuangan syariah dunia yang dinilai dari ukuran-ukuran tertentu dan bobot yang bervariasi, seperti jumlah lembaga keuangan syariah, izin pengaturan syariah, besarnya volume industri, edukasi dan budaya, serta kelengkapan infrastruktur (Pratiwi dan Mahfud, 2012).

  Perkembangan positif perbankan syariah juga ditunjukkan oleh perbaikan kondisi permodalan banksyariah, peningkatan kualitas pembiayaan yangdisalurkan dan perbaikan tingkat efisiensi serta likuiditas perbankan syariah. Permodalan perbankan syariahyang membaik tercermin dari rasio CAR yang mencapai16,16%. Rasio CAR pada 2016 tersebutmeningkat 1,15% dibandingkan pada tahun 2015sebesar 15,02%. Perbaikan nilai CAR didorong oleh aksikorporasi beberapa bank syariah yang menambahkanmodal disetor dan penerbitan sukuk korporasi padatahun 2016. Sementara kualitas pembiayaan yang disalurkan BUS (Bank Umum Syariah) dan UUS (Unit Usaha Syariah)yang membaik ditunjukkanoleh rasio Non-Performing Financing (NPF) gross padatahun 2016 yang mengalami penurunan sebesar 0,19%menjadi 4,15% dari 4,34% di tahun 2015, begitu jugauntuk rasio NPF net yang mengalami penurunan dari2,77% menjadi 2,06%. Perbaikan NPF utamanyadikontribusikan oleh penurunan NPF BUS dari 4,84%menjadi 4,41%, karena meningkatnya pembiayaanyang disalurkan bank syariah dan restrukturisasipembiayaan.

  Efisiensi operasional perbankan syariahjuga memperlihatkan perbaikan yang tercermin darinilai rasio BOPO yang turun 0,75% dari 94,38% menjadi93,63%. Rasio likuiditas perbankan syariah ditunjukkanoleh nilai FDR yang terjaga pada level 88,78%.Nilai FDR tersebut mengindikasikan bank syariahmempunyai likuiditas yang baik untuk melakukanekspansi pembiayaan karena didukung oleh sumberdana (funding) yang cukup

  Kondisi ekonomi dan keuangan global maupun nasional pada tahun 2018 mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Kondisi tersebut dipicu keluarnya Inggris dari Uni Eropa yang menyebabkan ketidakpastian kondisi pasar keuangan global, namun kinerja keuangan maupun perkembangan perbankan dan keuangan syariah nasional secara umum tetap masih memiliki pertumbuhan yang cukup positif. Hal ini terlihat dari kinerja perbankan syariah, pasar modal domestik dan industri keuangan non Bank Syariah yang secara umum mash mencatat pertumbuhan usaha dan kinerja keuangan yang cukup positif, antara lain terlihat dari pertumbuhan aset perbankan syariah mencapai 20,28% dan lebih tinggi dari pertumbuhan perbankan secara nasional. Selain itu, kinerja perbankan syariah menunjukan peningkatan yang signifikan tercermin dari permodalan dan profitabilitas yang semakin meningkatkan, maka menunjukkan bahwa fungsi intermediasi perbankan syariah untuk menggerakan perkonomian sangatlah besar

  Kondisi perbankan yang semakin membaik dan menngkat pertumbuhannya mendorong banyak pihak yang terlibat didalamnya untuk melakukan penelitian atas kesehatan bank. Salah satu pihak yang perlu mengetahui kinerja dari sebuah bank adalah investor dan nasabah, sebab semakin baik kinerja tersebut maka jaminan keamanan atas dana yang diinvestasikan juga semakin besar. Investor dan nasabah dapat mengetahui kinerja suatu bank dengan menggunakan rasio keuangan terutama dalam rasio profitabilitasnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Muljono, 1999 dalam Kurnia dan Mawardi, 2012) bahwa perbandingan dalam bentuk rasio menghasilkan angka yang lebih objektif, karena pegukuran kinerja tersebut lebih dapat dibandingkan dengan bank-bank yang lain atau dengan periode sebelumnya.

  Rasio keuangan perbankan adalah sebagai suatu ukuran tertentu dalam mengadakan interpretasi dari analisis laporan suatu bank. Rasio keuangan perbankan akan memperlihatkan segala aspek dalam keuangan antara lain likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas (Widyanto, 2012).

  Profitabilitas merupakan rasio yang dapat mengukur kinerja keuangan suatu bank. Ukuran profitabilitas yang sering digunakan adalah Return On

  Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE), perbedaan antar keduanya

  adalah Return On Assets memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earningdalam operasi perusahaan, sedangkan Return On

  Equity hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik

  perusahaan dalam bisnis tersebut (Faisal, 2012). Sehingga dalam penelitian yang akan dilakukanReturn On Assets (ROA) digunakan sebagai ukuran profitabilitas bank. Alasan dipilihnya ROA sebagai ukuran profitabiltas adalah Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntugan secara keseluruhan.

  Kesehatan bank merupakan salah satu hal yang diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam Peraturan OJK Nomor 8/POJK.03/2014 tentang PenilaianTingkat Kesehatan Bank Umum Syariah (BUS)dan Unit Usaha Syariah (UUS). Tingkat kesehatan bank syariah merupakan kepentingan semua pihak yang terkait termasuk Bank Indonesia. Bagi bank syariah, hasil penilaian tingkat kesehatan dapat dipergunakan sebagai salah satu alat bagi manajemen dalam menentukan kebijakan pengelolaan bank ke depan dan dapat digunakan oleh pengawas dalam menerapkan strategi pengawasan yang tepat di masa yang akan dat

  Bank yang tidak memiliki kecukupan modal maka bank tersebut bisa dikatakan tidak sehat rasionya, sehingga bank tersebut masuk dalam kriteria bank dalam pengawasan khusus karena rasio kecukupan modal (Capital

  Adequacy Ratio atau CAR)-nya di bawah standar yang ditetapkan Otoritas

  Jasa Keuangan (8%-14%). Penelitian Defri (2012) menytakan bahwa

  

CapitalAdequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh positif dan tidak

  signifikan terhadap Return onAsset (ROA). Sedangkan Karunia (2013) menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Namun Penelitian Edhie Satrio Wibowo (2013) menunjukkan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA), Sehingga kemampuan bank untuk bertahan pada saat mengalami kerugian dan juga mengakibatkan turunnya kepercayaan nasabah yang pada akhirnya dapat menurunkan profitabilitas bank. Maka semakin menurunnya CAR mencerminkan permodalan bank yang semakin melemah, sebaliknya CAR mencerminkan permodalan bank yang semakin tinggi.

  NPF (Non Perfoming Financing) merupakan rasio yang mengukur tingkat resiko pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan. NPF adalah perbandingan tingkat resiko pembiayaan yang macet dengan tingkat pembiayaan yang disalurkan oleh pihak perbankan. NPF mencerminkan tingkat resiko pembiayaan, semakin kecil tingkat NPF maka semakin kecil tingkat resiko pembiayaan yang akan ditanggung oleh pihak perbankan, sebaliknya semakin besar tingkat NPF maka semakin besar pula tingkat resiko pembiayaan yang akan ditanggung oleh pihak perbankan (Muzakki, 2014). Menurut penelitian Pratiwi dan Mahfud (2012) Non Performing

  Financing (NPF) berpengaruh negatif dan signfikan terhadap Return On Asset (ROA). Dalam penelitian Sabir (2012) Non Perfoming Financing

  (NPF) tidak berpengaruh terhadap ROA karena pembiayaan yang diberikan pada Bank Umum Syariah masih belum optimal yang terkendala dalam menyalurkan pembiayaan dalam nasabah, jadi resiko pembiayaan macet sangat rendah dan tidak berpengaruh terhadap ROA.

  Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya (Harahap, 2009). Pada penelitian ini, likuiditas diproksikan oleh Financing to Deposit Ratio (FDR). Financing to Deposit Ratio (FDR) pada perbankan syariah merupakan analog dari Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensional. FDR merupakan rasio antara total pembiayaan dengan dana pihak ketiga yang diterima oleh bank (Muhamad, 2014).

  FDR (Financing Deposit to Ratio) mencerminkan kemampuan bank dalam menyalurkan dana kepada pihak yang membutuhkan modal. Semakin tinggi aset perbankan semakin tinggi pula kemampuan dalam memberikan pinjaman sehingga semakin tinggi pula FDR-nya, yang mengakibatkan semakin tinggi pula pendapatan perbankan. Pada penelitian Nugroho (2011) mendapatkan hasil bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif signifkan terhadap Returm On Asset (ROA). Namun hasil dari penelitian Srihastuti (2012) dan Bachri (2013) menemukan hasil bahwa

  Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap

Return On Asset (ROA). Namun Penelitian Suryani (2011) menunjukkan

  bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROA) dan pengaruh ini bersifat musiman. Semakin tinggi FDR maka semakin tinggi pula profitabilitas bank tersebut.

  Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yang ada diatas peneliti menambahkan variabel independen yaitu Kualitas manajemen yang diproksikan oleh NetOperating margin (NOM), rasio ini menunjukan kemampuan bank dalam mengelola penyaluran pembiayaan nasabah da biaya operasionalnya sehinngga kualitas aktiva produktif terjaga dan mampu membuat peningkatan pendapatan. Semakin besar tingkat NOM semakin besar kemampuan aktiva produktif menghasilkan laba (Sabir, 2012).

  Alasan peneliti melakukan penelitian ini yaitu untuk melengkapi penelitian yang sudah ada mengenai tingkat profitabilitas perbankan khususnya Bank syariah, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan utuk mendukung penelitian tersebut.

  Berdasarkan latar belakang peneliti tertarik untuk meakukan penelitian dengan judul

  “ Pengaruh Resiko Kredit, Capital Adequacy Ratio, Kualitas Manajemen, dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah pada Tahun 2012- 2017”.

  1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

  1. Apakah Resiko kredit berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas pada Bank umum syariah?

  2. Apakah Capital Adequacy Ratio berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas pada Bank Umum Syariah?

  3. Apakah Kualitas Manajemen berpengaruh positif terhadap Profitabilitas pada Bank Umum Syariah?

  4. Apakah Likuiditas berpengaruh positif terhadap Proftabilitas pada Bank Umum Syariah?

  1.3 Batasan Masalah Penelitian

  Untuk mencegah terlalu banyak cakupan penelitian yang dapat menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian dengan tujuan penelitian yang diinginkan, maka penelitian ini memiliki batasan-batasan penelitian yaitu:

  1. Penelitian dilakukan pada bank syariah yang merupakan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia.

  2. Penelitian ini dibatasi untuk menganalisis Pengaruh Resiko Kredit,

  Capital Adequacy Ratio , Kualitas Manajemen dan Likuiditas terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

  1. Tujuan Penelitian

  a. Untuk menguji pengaruh negatif Resiko Kredit terhadap Profitbiltas Bank Umum Syariah di Indonesia.

  b. Untuk menguji pengaruh negativeCapital Adequancy Ratio terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia.

  c. Untuk menguji pengaruh positif Kualitas Manajemen terhadap Profitabiitas Bank Umum Syariah di Indonesia.

  d. Untuk menguji pengaruh positif Likuiditas terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia.

  2. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak meliputi : a. Bagi Peneliti

  1) Untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaiakan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

  2) Dengan penelitian ini di harapkan dapat memberikan menambah wawasan dan pengetahuan lebih mendalam tentang perbankan syariah.

  b. Bagi kalangan akademisi Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menjadi referensi untuk pengembangan keilmuan yang berkaitan dengan rasio profitabilitas pada Bank Umum Syariah.

  c. Bagi Pihak Bank Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak bank untuk meningkatkan dan memaksimalkan kinerja Bank.