KONSEP REMAJA TENTANG KEINTIMAN DALAM PACARAN

  

KONSEP REMAJA TENTANG

KEINTIMAN DALAM PACARAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Agatha Dewan Ayu Budaya

  

039114005

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  Life is about a st op along t he pat h

t o drink a glass of t ea

  ( Javanese’s Philosophy)

  

This sim ple wor k I dedicate to m y Fam ily:

Eyang Uti, Bapak , I bu and Bee

Thank s for always believe in m e…

KONSEP REMAJA TENTANG KEINTIMAN DALAM PACARAN

  

Agatha Dewan Ayu Budaya

ABSTRAK

  Keintiman merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap orang dalam menjalankan

kehidupan sosial mereka serta dapat berpengaruh terhadap kesehatan fisik maupun psikologis

seseorang. Namun sayangnya, selama ini keintiman cenderung dipandang oleh masyarakat sebagai

hubungan fisik yang bersifat seksual belaka. Pandangan yang sempit terhadap keintiman ini dapat

diadopsi oleh remaja dari masyarakat sebagai kelompok sosialnya melalui proses sosialisasi.

Padahal, remaja mulai mengembangkan keintiman dengan lawan jenis melalui hubungan pacaran,

sehingga apabila remaja mengartikan keintiman sebatas pada hubungan seksual dalam hubungan

pacaran, maka hal ini dapat mendatangkan dampak negatif yang tidak ringan. Langkah-langkah

preventif yang efektif dibutuhkan untuk mencegah semakin meluasnya dampak negatif yang

timbul akibat pandangan yang sempit dalam mengartikan KDP, salah satunya dengan menggali

konsep remaja mengenai KDP. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep

remaja tentang KDP melalui definisi dan ekspresinya serta perbedaan konsep antara remaja putra

dan putri mengenai KDP. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah focus group

discussions dan vignette. Dua puluh tiga remaja putra dan sembilan belas remaja putri ambil

bagian dalam diskusi tentang KDP. Diskusi dilakukan dalam delapan kelompok : empat kelompok

remaja putra dan empat kelompok remaja putri. Sembilan tema muncul dalam penelitian ini. Dua

tema utama yaitu definisi dan ekspresi KDP dan tujuh tema tambahan yaitu situasi munculnya

ekspresi, faktor pendukung, faktor penghambat, manfaat, efek negatif, sikap terhadap KDP serta

sikap pro dan kontra terkait aspek kontrol dan pengaruh. Berkaitan dengan definisi dan ekspresi,

secara umum remaja mendefinisikan dan mengekspresikan KDP dalam enam aspek yang sana

yaitu aspek kontak fisik, kotak seksual, pengungkapan diri, pemahaman dan empati, kepercayaan

serta kedekatan dan keterikatan. Selain itu, remaja putra juga mendefinisikan dan mengekspresikan

KDP dalam aspek kontrol dan pengaruh serta mengekspresikan KDP dalam aspek aktivitas

bersama dan aspek bantuan & dukungan, sedangkan remaja putri juga mengekspresikan KDP

dalam aspek ekspresivitas emosi dan menciptakan makna. Remaja menyebutkan tempat, waktu,

suasana dan kondisi terkait situasi munculnya ekspresi KDP. Berkaitan dengan faktor pendukung

KDP, remaja dapat mengidentifikasi faktor internal (nafsu, cinta, rasa ingin tahu, suka sama suka,

iman kurang kuat, penampilan fisik, dll) dan eksternal (tempat/suasana gelap & sepi, film/situs

porno, pakaian yang terlalu terbuka, dll). Remaja juga menyebutkan faktor penghambat KDP yang

bersifat internal (kurangnya keterampilan interpersonal, iman yang kuat, penyakit menular seperti

HIV/AIDS, dll) dan eksternal (jarak, orang banyak, norma kesusilaan masyarakat, pakaian yang

sopan, dll). Berkaitan dengan manfaat KDP, remaja cenderung lebih menyoroti manfaat jangka

pendek dari KDP. Berkaitan dengan efek negatif, remaja cenderung hanya melihat efek langsung

dari KDP. Remaja secara umum juga cenderung menunjukkan sikap negatif terhadap KDP. Hasil

analisis terhadap enam tema tambahan yaitu situasi munculnya ekspresi, faktor pendukung, faktor

penghambat, manfaat, efek negatif serta sikap terhadap KDP mengindikasikan bahwa remaja

cenderung mengkonseptualisasikan KDP sebagai kontak fisik dan kontak seksual semata.

Berkaitan dengan sikap remaja terhadap aspek kontrol dan pengaruh, remaja putra secara umum

menerima kontrol dan pengaruh sebagai KDP, sedangkan remaja putri menolak kontrol dan

pengaruh sebagai KDP. Kata Kunci: Keintiman dalam pacaran, remaja, konsep.

  

ADOLESCENT’S CONCEPT OF INTIMACY

  

IN DATING RELATIONSHIP

Agatha Dewan Ayu Budaya

ABSTRACT

  Intimacy is a basic need for all people to live their social lives and it has an impact on

one’s both physical and psychological health. Unfortunately, intimacy has been so far

misunderstood by some society as a form of physical contact which leads to sexual intercourse.

The narrow view toward intimacy could in adoption by adolescent from the society as his social

group through the process of socialization. Whereas, adolescent start to improve intimacy with the

opposite sex through dating relationship, so when adolescent have interpretation that intimacy in

dating relationship is only about sexual treatment, it can creates quite serious negative impacts.

Preventive actions can be taken in order to avoid negative impacts that are aroused from narrow

view toward dating intimacy. One thing that can be done is by exploring the adolescent concept of

dating intimacy through existing definitions as well as expressions and also through the

differences of male and female adolescent’s concepts regarding dating intimacy. This is a

descriptive research using qualitative approach. The methods of collecting data are focus group

discussion and vignette. 23 male adolescents and 19 female adolescents took part in the discussion

of this dating intimacy topic. They were distributed into eight discussion groups: four male groups

and four female groups. Nine themes were acquired in the research. Two mainstreams were the

definitions and expressions of dating intimacy and seven additions were the situation when

expressions occurred, supporting factors, obstructive factors, advantages, negative effects,

attitudes toward dating intimacy and the pro an contra attitudes towards control and power.

Related to the definition and expression, generally male and female adolescents defined and

expressed dating intimacy into six aspects which were the aspect of physical contact, sexual

contact, self-disclosure, understanding and empathy, trust, and closeness & connectedness.

Besides, males adolescents defined and expressed dating intimacy in the aspect of control and

power, and also expressed dating intimacy in the aspect of shared activity and help & support.

Female adolescents also expressed dating intimacy in the aspect of emotional expressiveness and

created meaning. Adolescents mentioned places, times, situations and conditions which were

related to the moment when the dating intimacy was expressed. Related to the supporting factors

of dating intimacy, adolescents could identify the internal factors (passion, love, curiosity, mutual

affection, weak religiosity, physical appearance, etc.) and external factors (dark and less-crowded

place/environment, porn movies/sites, certain bare parts of the body, etc). Adolescents also

mentioned obstructive factors of dating intimacy, both the internal (lack of interpersonal ability,

strong religiosity, contagious diseases like HIV/AIDS, etc) and the external (distance, crowd,

norms of behavior, proper clothes, etc.). Related to the dating intimacy advantages, adolescents

had the tendency to look at short-termed advantages of it. As for the liabilities, they inclined to

emphasize more on the immediate effects of dating intimacy and also show their negative attitudes.

The result of the analysis toward six additional themes which were situation when expressions

occurred, supporting factors, obstructive factors, advantages, negative effects, and attitudes

towards dating intimacy indicated that adolescents inclined to conceptualize dating intimacy

merely as both physical and sexual contact. Related to the attitudes of the adolescents towards

control and power aspect, male adolescents generally accepted it as a part of dating intimacy

while female adolescents refused.

KATA PENGANTAR

  Akhirnya tiba juga pada saat yang paling membahagiakan dari seluruh proses penyusunan skripsi: menulis Kata Pengantar. Penulisan skripsi ini merupakan suatu proses pendewasaan yang pada akhirnya hanyalah menjadi awal menuju kemajuan yang lain.

  Bagi semua pihak yang berperan dalam proses pendewasaan ini, peneliti dengan tulus ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga untuk:

  1. Ibu A. Tanti Arini, terima kasih atas jam-jam bimbingan yang diluangkan untuk penulis, juga untuk saat-saat berharga berbagi pengalaman dan masukan demi kemajuan diri penulis.

  2. Ibu Sylvia Carolina M.Y.M., terima kasih untuk semua bantuan, pengertian, penguatan sekaligus dorongan di saat-saat ketika rasanya penulis ingin menyerah. Kesabaran dan senyum ibu akan selalu menjadi penghibur hati para mahasiswa.

  3. Ibu M.M. Nimas Eki S., terimakasih atas kuliah-kuliah menarik yang penulis ikuti selama menjadi mahasiswa. Terima kasih juga atas kesediaan Ibu menjadi salah satu penguji bagi skripsi penulis.

  4. Senyum dan keramahan yang selalu membantu dalam segala urusan teknis di Fakultas Psikologi: Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gie, Mas Doni, Mas

  Muji

  5. Dua orang terhebat dalam hidup, yang kasih sayang dan pengorbanannya layak mendapat penghargaan setinggi-tingginya: kedua orangtua penulis

  Bapak Y.Agus Pringgo dan Ibu C.Andani Listyanti.

  6. Adik sekaligus sahabat terkasih, Beatrix Dewan Ganda Budaya, melewati waktu-waktu berbagi dan berdiskusi bersamamu membuka mata penulis tentang sisi lain dari setiap hal.

  7. Eyang Putri dan Tante Riri, atas perhatian dan bantuan yang diberikan sehingga penulis bisa merasakan indahnya bangku kuliah.

  8. Kehangatan dan keceriaan yang selalu hadir setiap kita berkumpul: Eyang, Pakdhe-budhe, Oom-tante, Mbak-mas keluarga besar Pringgo Pudyanto &

  Sulistyo yang dengan sapaannya “kapan sidane kowe lulus?” senantiasa

  memompakan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skprisi ini…and

  special thanks to Mas Aga yang dengan ringan tangan membantu urusan

  terjemahan, terutama untuk abstrack-nya, juga Mas Nazar & Mbak Tiwi atas pinjaman laptop & scanner-nya.

  9. Teman-teman penulis yang sangat berperan dalam proses penulisan skripsi ini: Haksi dan Coci sang asisten moderator…tanpa kerelaan kalian untuk meluangkan waktu, penulis tak akan pernah sanggup melawati diskusi demi diskusi itu sendirian…juga Devi dan Wiwid untuk pinjaman recorder dan mp4-nya yang berarti besar dalam menuntaskan pengambilan data.

  10. Sahabat-sahabat yang kusayangi selalu, Theresia Hendry, Dhajeng Widya

  & M.G Tri Yuliasari

  11. Teman diskusi yang tidak saja rela membukakan pintu rumahnya untuk disambangi sewaktu-waktu, namun juga pintu hati dan telinganya demi mendengar segala keluh: Elisabet Haksi Mayawati dan Alfonsa Maria Theotera Yosanthi.

  12. Teman seperjuangan yang sudah dibuat repot oleh segala ketidaktahuan penulis akan skripsi: Ita Dian Perwitasari, Herdian Wahyuni dan Devita

  Marie Marthin. Terimakasih telah membuat jam-jam menunggu bimbingan skripsi menjadi lebih menyenangkan.

  13. Teman-teman partisipan yang telah mendekatkan penulis pada warna-warni indahnya dunia remaja, melalui kalianlah penulis belajar bagaimana selalu bersemangat muda. Teimakasih telah bersedia mengalahkan rasa malu dalam diskusi.

  14. Semua pengalaman berharga, yang diberikan oleh sahabat-sahabat di PPA

  Paroki Keluarga Kudus Banteng. Bersama kalianlah semuanya bermula

  dan semoga akan terus berkembang… Sungguh sebuah kebanggaan menjadi bagian dari kalian dan kenangan itu tidak akan pernah lewat begitu saja…

  15. Dan di atas semua itu, hormat, syukur dan terimakasih paling dalam kepada

  Tuhan Yesus Kristus atas kasih, penyertaan dan kekuatan yang diberikan

  kepada penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Semua karena kemurahan-Mu.

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING…………… ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI……………………………. iii HALAMAN MOTTO……………………………………................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………….. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………. vi ABSTRAK…………………………………………………………... vii ABSTRACT…………………………………………………………. viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…… ix KATA PENGANTAR……………………………………………….. x DAFTAR ISI………………………………………………………… xiii DAFTAR TABEL…………………………………………………… xix DAFTAR GAMBAR………………………………………………… xx DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… xxi BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………..

  1 A. Latar Belakang……………………………………………….

  1 B. Rumusan Masalah……………………………………………

  13 C. Tujuan Penelitian……………………………………………..

  13 D. Manfaat Penelitian……………………………………………

  14

BAB II. TINJAUAN TEORI……………………………………….

  15 A. Konsep……………………………………………………….

  15 1. Pengertian Konsep……………………………………….

  15

  2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Konsep

  17

  3. Implikasi Konsep Terhadap Perilaku……………………

  19 B. Remaja ……..………………………………………………...

  20 1. Remaja Secara Umum…..……………………………….

  20 2. Remaja Sebagai Anggota Kelompok Sosial…………….

  26 C. Keintiman Dalam Pacaran……………………………………

  27 1. Pacaran………………………….……………………….

  27 1.1 Pengertian Pacaran…………………………………...

  27 1.2 Alasan dan Fungsi Pacaran…………………………..

  30 1.3 Risiko Pacaran……………………………………….

  32 2. Keintiman Dalam Pacaran……………………………….

  33 2.1 Pengertian Keintiman………………………………..

  33 2.2 Pengertian Keintiman Dalam Pacaran……………….

  36 2.3 Ekspresi Keintiman………………………………….

  37 a. Ekspresi Keintiman Verbal……………………….

  37 b. Ekspresi Keintiman Non-verbal…………………..

  38 2.4 Aspek-Aspek Keintiman…………………………….

  39 2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keintiman…….

  46

  2.6 Perbedaan Jenis Kelamin Dalam Memandang Keinti

  D. Penelitian Tentang Keintiman Yang Sejenis………………..

  50 E. Konseptualisasi Remaja Tentang Keintiman Dalam Pacaran

  52 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN......................................

  53 A. Jenis Penelitian………………………………………………..

  53 B. Fokus Penelitian……………………………………………...

  54 C. Metode Pengumpulan Data…………………………………..

  54 1. Focus Group Discussion (FGD) ………………………….

  54 a. Pengertian FGD ………………………………………..

  54 b. Alasan / Dasar Pemilihan FGD………………………...

  56 c. Instrumen / Alat dalam FGD…………………………...

  61 d. Jumlah Partisipan Tiap Kelompok……………………...

  64 e. Komposisi Partisipan Tiap Kelompok…………………..

  65 f. Waktu Diskusi Tiap Kelompok………………………….

  65

  g. Peran Peneliti Dalam FGD………………………………

  65 2. Analisis Vignette…………………………………………..

  66 a. Pengertian Vignette & Analisis Vignette……………….

  66 b. Alasan Penggunaan Analisis Vignette Dalam FGD…...

  67

  c. Proses Penyusunan Vignette……………………………

  68 d. Pertanggungjawaban Mutu Vignette…………………...

  74 e. Proses Analisis Vignette dalam FGD…………………..

  75 D. Partisipan Penelitian..………………………………………..

  76

  2. Teknik Pemilihan Partisipan Penelitian…………………..

  77

  3. Proses Pencarian Partisipan Penelitian……………………

  77 4. Sistem Reward Bagi Partisipan……………..…………….

  78 E. Prosedur Penelitian..………………………………………....

  79

  1. Tahap Persiapan…………………………………………

  79

  2. Tahap Pengambilan Data…………………………………

  79

  a. Prosedur Pengambilan Data……………………………

  79 b. Tanggal, Waktu & Tempat Pengambilan Data………..

  81 F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data………………………..

  81 1. Kredibilitas……………………………………………….

  81

  2. Dependabilitas……………………………………………

  83 G. Metode Analisis Data…………………………………………

  84 1. Organisasi Data…………………………………………….

  84 2. Pengkodean Data…………………………………………..

  84

  3. Interpretasi Data……………………………………………

  85 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………….

  86 A. Pelaksanaan Pengambilan Data………………………………

  86 B. Karakteristik Partisipan Penelitian …………………………..

  90 C. Hasil Penelitian dan Pembahasan…………………………….

  91 I. Hasil Penelitian………………………...………………….

  92 A. Hasil Penelitian Utama & Analisis Data………………

  92

  2. Ekspresi Keintiman……………………………………

  1. Definisi & Ekspresi KDP……………………………… 124

  7. Sikap Terhadap Aspek Kontrol & Pengaruh…………… 141

  6. Sikap Terhadap KDP…………………………………… 139

  5. Efek Negatif KDP……………………………………… 138

  4. Manfaat KDP………………………………………….. 135

  3. Faktor Penghambat KDP………………………………. 134

  2. Faktor Pendukung KDP………………………………… 132

  1. Situasi Munculnya Ekspresi KDP……………………… 131

  B. Pembahasan Hasil Tambahan…………………………….. 130

  A. Pembahasan Hasil Utama………………………………… 124

  97 B. Hasil Penelitian Tambahan & Analisis Data……………. 103

  II. Pembahasan…………………………………………………. 124

  7. Sikap Terhadap Aspek Kontrol & Pengaruh………..... 121

  6. Sikap Terhadap KDP………………………………….. 119

  5. Efek Negatif KDP……………………………………… 116

  4. Manfaat KDP………………………………………….. 113

  3. Faktor Penghambat KDP……………………………… 109

  2. Faktor Pendukung KDP……………………………..... 106

  1. Situasi Munculnya Ekspresi KDP…………………..... 103

  C. Pembahasan Umum……………………………………….. 145

  

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………. 159

A. Kesimpulan…………………………………………………...... 159 B. Keterbatasan Penelitian………………………………………… 162 C. Saran……………………………………………………………. 163 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………... 168 LAMPIRAN - LAMPIRAN……………………………………………... 178

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Prevalensi Jenis Perilaku Pacaran Remaja.................

  8 Tabel III.1 Panduan Diskusi Secara Umum………………………

  62 Tabel III.2 Panduan Diskusi Secara Praktis………………………

  63 Tabel III.3 Blue Print Vignette……………………………………

  70 Tabel III.4 Vignette 1 Remaja Putra…………………………….. 71-72 Tabel III.5 Vignette 2 Remaja Putra……………………………..

  72 Tabel III.6 Vignette 1 Remaja Putri……………………………...

  73 Tabel III.7 Vignette 2 Remaja Putri……………………………... 73-74 Tabel III.8 Prosedur Pengambilan Data………………………….. 7 9-80 Tabel III.9 Pelaksanaan Konfirmasi Data Kepada Partisipan…….

  82 Tabel IV.1 Pelaksanaan Pengambilan Data……………………….

  86 Tabel IV.2 Karakteristik Partisipan Penelitian……………………

  90 Tabel IV.3 Rangkuman Definisi KD.……………………………..

  95 Tabel IV.4 Rangkuman Ekspresi KDP…………………………… 101 Tabel IV.5 Rangkuman Situasi Munculnya Ekspresi KDP………. 105 Tabel IV.6 Rangkuman Faktor Pendukung KDP………………… 108 Tabel IV.7 Rangkuman Faktor Penghambat KDP……………….. 112 Tabel IV.8 Rangkuman Manfaat KDP…………………………… 115 Tabel IV.9 Rangkuman Efek Negatif KDP………………………. 118 Tabel IV.10 Rangkuman Sikap Remaja Terhadap KDP…………... 120 Tabel IV.11 Rangkuman Sikap Remaja Terhadap Aspek Kontrol

  DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar penelusuran Google bagian 1……………….

  4 Gambar 1.2 Gambar penelusuran Google bagian 2……………….

  5 Gambar II.1 Kerangka Penelitian Konseptualisasi Remaja Tentang Keintiman Dalam Pacaran……………………………….

  57

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran I Pengkategorian Tema Penelitian………………………….. 179 Lampiran II Kategori Pengkodean Analisis Data………………………. 201 Lampiran III Contoh Lembar Persetujuan Partisipan…………………… 205 Lampiran IV Contoh Verbatim………………………………………….. 214

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahkluk sosial menjalin berbagai macam hubungan antar

  pribadi. Hubungan antar pribadi yang harmonis memiliki peranan penting dalam perkembangan hidup seseorang. Dampak positif adanya hubungan yang harmonis dengan orang lain adalah timbulnya harga diri yang positif serta meningkatnya taraf kepercayaan diri seseorang (Descuteur & Thelen, 1991).

  Salah satu cara untuk menciptakan hubungan antar pribadi yang harmonis adalah dengan mengembangkan keintiman dalam sebuah hubungan. Keintiman merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia dalam menjalankan kehidupan sosial mereka (Bagarozzi, 2001). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keintiman merupakan faktor signifikan yang berpengaruh terhadap kesehatan fisik maupun psikologis seseorang. Penelitian Prager & Buhrmester (1998) menjelaskan bahwa keintiman yang dirasakan seseorang dapat dikaitkan dengan rendahnya tingkat depresi, perasaan terisolasi dan tingkat kesepian pada seseorang. Individu juga memiliki kemungkinan untuk lebih cepat sembuh dari sakit dan risiko kambuh lebih kecil apabila ia mempunyai hubungan yang intim dengan orang lain (Levine, 1991).

  Keintiman sendiri sebenarnya mengacu pada suatu bentuk interaksi, hubungan maupun pengalaman intim yang dirasakan dan dikembangkan oleh antara seseorang dengan orang lain yang menampakkan sesuatu yang bersifat pribadi, ditandai dengan adanya perasaan positif terhadap diri sendiri, orang lain dan juga terhadap interaksi yang terjalin, serta adanya pengertian yang lebih baik antara seseorang dengan yang lain sebagai hasil dari adanya interaksi. Keintiman memiliki komponen afektif, kognitif maupun perilaku. Hubungan yang intim melibatkan afeksi, kehangatan, pengungkapan diri, serta kedekatan dengan orang lain (Perlman & Fehr, dalam Eryilmaz & Atak, 2009).

  Kata intim memiliki makna yang berbeda dalam setiap budaya. Kajian budaya mengenai kata intim salah satunya dapat dilakukan dengan cara menggali makna semantik dari kata tersebut dalam kamus suatu bahasa. Cara ini bisa ditempuh karena setiap budaya biasanya diasosiasikan dengan satu bahasa tertentu sebagai alat ekspresinya dan juga sebaliknya, bahwa setiap bahasa biasanya diasosiasikan dengan sebuah budaya tertentu (Matsumoto, 2004).

  Kata intim dalam kamus Bahasa Indonesia memiliki makna asli (lugas) sebagai berikut (1) akrab, dekat, karib, erat, lekat, rapat dan kental (pergaulan, persahabatan) dan (2) mesra, baik; sedangkan kata keintiman dalam kamus Bahasa Indonesia bermakna asli yaitu keakraban, kemesraan, kekariban serta kehangatan (KBBI, 1988; Salim & Salim, 1991; Endarmoko, 2006). Selain itu, KBBI Daring Online (2008) juga mendokumentasikan makna kiasan/tambahan dari kata mengintimi yang berarti menggauli dengan tidak senonoh atau menzinahi. Kajian tersebut menunjukkan bahwa secara umum kata intim atau aslinya (dekat, akrab, mesra) maupun makna kiasnya (perbuatan tidak senonoh, zinah)..

  Pemaknaan yang bervariasi juga ditemukan dalam kajian mengenai kata

  

intimate dan intimacy dalam kamus bahasa Inggris. Kata intimate dalam kamus

  bahasa Inggris memiliki beberapa makna yaitu (1) hubungan yang dekat (persahabatan), (2) sesuatu yang bersifat pribadi (private & personal), (3) hubungan seksual (yang sifatnya terlarang), (4) detil, teliti, cermat (berkaitan dengan pengetahuan), (5) bersifat batin, mendalam, internal, serta (6) esensial (menyangkut hal yang penting) dan intrinsik (hakiki), sedangkan kata intimacy dalam kamus bahasa Inggris dimaknai sebagai (1) keadaan intim, hubungan yang dekat dan (2) aksi intim, terutama berkaitan dengan hubungan seksual terlarang (Hornby & Cowie, 1989; The New International Webster’s

  

Comprehensive Dictionary of The English Language , 1996; The Oxford

American Dictionary & Thesaurus , 2003)

  Kajian makna semantik kata intim atau keintiman dalam kedua budaya tersebut sama-sama menunjukkan adanya pemaknaan kata intim atau keintiman secara luas dalam beberapa dimensi. Kata intim atau keintiman dalam budaya timur (Indonesia) dimaknai dalam dimensi emosi dan fisik, sedangkan dalam budaya barat dimaknai secara lebih luas lagi dalam dimensi emosi, fisik dan kognitif. Namun, masyarakat dalam budaya Indonesia pada kenyataannya cenderung memahami kata intim atau keintiman dalam makna kiasan daripada makna aslinya. Keintiman atau kata “intim” selama ini lebih sering seksual (Beebe, Beebe & Redmond, 2008; Soyomukti, 2008). Pendapat ini dikuatkan dengan fakta gambar 1.1 dan gambar 1.2 yang menunjukkan hasil penelusuran melalui mesin pencari GOOGLE dengan kata kunci “intim” pada tanggal 27 Agustus 2010.

  

Gambar I.1 : Gambar penelusuran mesin pencari Google dengan kata kunci

intim bagian 1

  

Gambar I.2 : Gambar penelusuran mesin pencari Google dengan kata kunci

intim bagian 2

  Gambar I.1 dan gambar I.2 di atas menunjukkan bahwa sembilan dari sebelas temuan pencarian internet tersebut mengasosiasikan kata intim dengan hubungan seksual. Pemaknaan kata intim atau keintiman yang hanya terbatas sebagai hubungan seksual ini dalam ilmu Tata Bahasa Indonesia disebut dengan istilah penyempitan makna kata. Penyempitan makna terjadi apabila makna yang dimiliki oleh suatu kata menjadi lebih terbatas atau khusus dibandingkan dengan makna semula yang merupakan makna aslinya (Resmini, 2009). Penggabungan kata intim yang telah mengalami penyempitan makna dengan kata lain seperti misalnya dengan kata organ atau hubungan menjadi “organ intim” dan “hubungan intim” memberikan perubahan makna pada kata- kata tersebut dari makna aslinya sebelum digabungkan dengan kata intim. Penyempitan makna kata intim dan terjadinya perubahan makna terhadap kata- kata lain yang digabungkan dengan kata intim ini menunjukkan pemahaman masyarakat Indonesia terhadap kata intim yang terbatas pada makna kiasanya dan bukan makna aslinya serta dalam dimensi fisiknya semata. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kata intim atau keintiman masih dipandang atau dipahami secara sempit dan tidak utuh oleh masyarakat Indonesia.

  Pandangan masyarakat yang sempit dalam mengartikan keintiman ini dapat berpengaruh pula pada remaja. Remaja yang merupakan bagian dari masyarakat seringkali berpandangan dan berperilaku sesuai dengan apa yang dianut oleh masyarakat sebagai kelompok sosialnya. Pandangan atau perilaku kelompok ini diperoleh remaja melalui proses modeling dan sosialisasi. Kedua proses tersebut berlangsung terus menerus sehingga bukan tidak mungkin lama kelamaan remaja dapat juga memiliki nilai dan perilaku terkait keintiman yang relatif sama dengan yang dimiliki oleh masyarakat pada umumnya. Padahal, keintiman merupakan isu penting pada masa remaja.

  Keintiman menjadi isu penting pada masa remaja karena remaja mengalami perubahan fisik maupun sosial secara alami saat memasuki usia remaja, sehingga remaja mulai tertarik pada lawan jenis (Steinberg, 2002). Remaja kemudian mengembangkan keintiman terhadap lawan jenis, salah satu caranya adalah dengan terlibat dalam aktivitas pacaran. Oleh karena itu, apabila remaja mengartikan keintiman secara sempit hanya sebatas pada hubungan seksual belaka, maka bukan tidak mungkin bahwa remaja akan pacaran. Berikut ini adalah kutipan wawancara salah satu subjek remaja perempuan berusia 17 tahun yang diminta pendapatnya tentang praktek hubungan seksual pranikah dalam penelitian kualitatif berjudul Remaja, Perempuan dan Seksualitas yang mendukung pendapat tersebut.

  “Saya melakukannya (hubungan seksual) dengan sadar waktu itu. Saya merasa saya sangat menikmati hubungan dan pertemuan-pertemuan saya dengan pacar saya, saya menghayatinya dengan perasaan yang mendalam. Dan saya tidak menyesal ketika melakukannya (hubungan seksual). Justru seks pada saat itu terasa indah dan menyenangkan karena saya punya alasan personal yang cukup kuat untuk melakukannya, saya merasa menjadi lebih dekat, intim dan nyaman dengan pacar saya ketika kami melakukannya (hubungan seksual)” (Swastika, 2006)

  Pandangan remaja yang sempit dalam mengartikan keintiman berpacaran dapat menimbulkan akibat-akibat yang negatif. Zastrow (dalam Farlina, 2002) menulis bahwa adanya pandangan yang sempit dalam mengartikan keintiman dan cinta dalam pacaran merupakan salah satu penyebab tingginya prevalensi perilaku seksual pranikah pada remaja serta semakin meningkatnya jumlah kasus kehamilan tidak diinginkan yang dialami oleh remaja. Dewasa ini, perilaku seksual pranikah telah menjadi masalah sosial dan kesehatan yang serius bagi remaja (Creagh, 2004). Hal ini tampak dari cukup tingginya prevalensi jenis perilaku pacaran remaja yang mengarah ke aktivitas seksual di masyarakat. Tabel I.1 menunjukkan prevalensi jenis perilaku pacaran remaja dari beberapa peneliti.

Tabel 1.1 : Prevalensi Jenis Perilaku Pacaran Remaja Dari Beberapa Penelitian

  Sumber Sampel Hasil DKT Indonesia (2005) Kawula Muda di Kota

   88 % kawula muda berpegangan Jakarta, Bandung, Sura tangan saat pacaran baya dan Medan (15 – 24  87 % kawila muda cium pipi saat tahun) dengan N = 474 pacaran (238 perempuan dan 238

   85 % kawula muda berprlukan laki-laki) saat pacaran  75 % kawula muda berciuman bibir saat pacaran  22 % kawula muda saling meraba daerah sensitif saat pacaran  19 % kawula muda melakukan seks oral saat pacaran  51 % kawula muda melakukan hubungan seksual saat pacaran

BKKBN Pemprov DKI Remaja di Jakarta (15 – 24  95,5 % remaja laki-laki dan

Jakarta dan Lembaga tahun) dengan N = 2271 perempuan berpegangan tangan Demografi Universitas (1129 perempuan dan 1142 saat pacaran Indonesia (Setyonaluri, laki-laki)  73,5 % remaja laki-laki dan 66,5 % dkk, 2005) remaja perempuan berpelukan saat pacaran