PENGETAHUAN REMAJA TENTANG FENOMENA KEKERASAN DALAM PACARAN

  

PENGETAHUAN REMAJA TENTANG

FENOMENA KEKERASAN DALAM PACARAN

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi

  

Disusun Oleh:

Elisabeth Haksi Mayawati

NIM : 039114010

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

  

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

Just like a butterfly, grow up through metamorphosis....

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

Un t u k se m u a r e m a j a

da n pa r a pe m e r h a t i r e m a j a

Dating Violence, No!

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRAK

Pengetahuan Remaja Tentang Fenomena Kekerasan Dalam Pacaran

  

Elisabeth Haksi Mayawati

  Kekerasan dalam pacaran (KDP) merupakan fenomena yang banyak terjadi di masyarakat serta mendatangkan dampak negatif yang tidak ringan. Untuk mencegah semakin meluasnya fenomena tersebut, dibutuhkan langkah-langkah preventif yang efektif, salah satunya dengan menggali pengetahuan masyarakat tentang fenomena tersebut. Salah satu kelompok masyarakat yang rawan akan fenomena ini adalah para remaja. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang kekerasan dalam pacaran serta perbedaan pengetahuan antara remaja putra dan putri tentang fenomena tersebut.

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah focus groups discussions. 18 orang remaja putra dan 19 orang remaja putri ambil bagian dalam diskusi tentang KDP. Diskusi dilakukan dalam 6 kelompok: 3 kelompok remaja putra dan 3 kelompok remaja putri.

  Lima tema muncul dalam penelitian ini: bentuk dan perilaku, faktor penyebab, akibat, pengatasan, dan sikap remaja terhadap kekerasan dalam pacaran. Berkaitan dengan bentuk dan perilaku, secara umum remaja membagi kekerasan dalam pacaran menjadi dua bentuk, yaitu kekerasan fisik dan nonfisik. Kekerasan fisik dan nonfisik dipandang sebagai sesuatu yang tidak berhubungan. Selain itu, remaja juga kurang menyadari keberadaan kekerasan seksual dalam pacaran. Berkaitan dengan faktor penyebab dan pengatasan, remaja cenderung lebih menyoroti masalah interpersonal dan intrapersonal sebagai penyebab dan langkah pengatasan fenomena kekerasan dalam pacaran. Berkaitan dengan akibat, remaja cenderung hanya melihat akibat jangka pendek atau akibat langsung dari kekerasan dalam pacaran. Berkaitan dengan sikap remaja terhadap kekerasan, secara umum remaja putra lebih menerima perilaku kekerasan dibanding remaja putri.

  Dari penelitian ini, terlihat bahwa secara umum remaja kurang memiliki pengetahuan yang mendalam tentang fenomena kekerasan dalam pacaran. Oleh karena itu, perlu diberikan pendampingan dan pelatihan secara khusus pada remaja tentang kekerasan dalam pacaran dengan memperhatikan faktor jenis kelamin. Penelitian selanjutnya tentang fenomena ini juga sangat diperlukan.

  Kata kunci

  Kekerasan dalam pacaran, remaja, pengetahuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRACT

Adolescent’s Ideas About Dating Violence

  

Elisabeth Haksi Mayawati

  Dating violence is a common phenomenon in our society and creates a lot of heavy negative impacts. It needs effective ways to prevent the widespread of this phenomenon, one of them is to reveal people’s ideas about it. Adolescent is one of high risk group on dating violence. Therefore, the aim of this research is to understand adolescent’s ideas about dating violence and the difference between boy’s ideas and girl’s ideas.

  This research is a descriptive research with qualitative approach. To collect the data, the researcher used focus group discussion. 18 boys and 19 girls took part in discussion on dating violence. Subjects are grouped in six groups: three boy groups and three girl groups.

  Five themes arise from focus group discussion. They are form and behavior, cause factors, impacts, steps to overcome, and adolescent’s attitude toward dating violence. Regarding form and behavior, generally adolescent divide dating violence into two forms, they are physical and non physical violence, each is independent entity. In addition, adolescent doesn’t really aware about sexual violence in dating. Regarding to cause and prevention steps, adolescent tend to focus on interpersonal and intrapersonal matter as area of cause and prevention steps. Regarding to impact, adolescent tend to pay attention on short term impact or direct impact of dating violence. Regarding to adolescent’s attitude toward dating violence, generally boys more accept violence than girls.

  From this research, generally we can see that adolescent has little knowledge about dating violence phenomenon. Therefore, guidance and training on dating violence are needed with respect to gender difference. More research in this phenomena is needed in the future.

  Key words

  Dating violence, adolescent, idea

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

KATA PENGANTAR

Akhirnya selesai sudah. Sebuah langkah awal menuju kemajuan yang lain.

  Terima kasih sekali untuk Pak Didik, atas segala kekritisan dan pengertiannya yang banyak membantu penulis dalam menyusun karya ini. Untuk Pak Siswa, terima kasih atas pemahaman awal tentang penelitian yang diberikan pada penulis. Banyak pemahaman baru yang penulis dapatkan selama kita berdiskusi bersama. Untuk Pak

  

Praktik dan Bu Nimas, terimakasih atas segala masukannya di waktu sidang. Juga

  penulis ucapkan banyak terima kasih kepada segenap dosen Fakultas Psikologi, atas segala ilmu dan bimbingan yang membukakan mata penulis tentang apa itu psikologi.

  Tanpa sebuah kesempatan, tentunya karya ini tidak akan terwujud. Terima kasih pada Tante Siarsi dan Om Alwin, atas perhatian dan bantuan yang diberikan sehingga penulis dapat merasakan indahnya bangku kuliah. Untuk Ibu, segala upaya yang Ibu lakukan membuat penulis menyadari bahwa penulis tidak boleh menyia- nyiakan kesempatan untuk kuliah. Untuk Momo, entah mengapa aku merasa sedih ketika harus menuliskan sebaris kata untukmu. Aku menyayangimu, dan aku tahu Momo juga tidak pernah berhenti menyayangiku. Bagi semua partisipan penelitianku, berdiskusi bersama kalian membukakan mataku tentang kekerasan dalam pacaran. Terima kasih atas kesediannya berpartisipasi dan mengalahkan rasa malu dalam berdiskusi. Untuk Ayu, sang asisten moderator, great job non.. Makasih ya untuk segala bantuan dan dukungannya. Untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

thanks for your notebook bro.. . Untuk teman-teman di FRIENDS –Rani, Pandji,

  Abe, Mba Yie, Dhajeng, Wiwid, Mba Hay, Amel, dan temen-temen lainnya– kita pernah belajar bersama, jadi mari kita tetap berkembang bersama.

  Mas Muji, Mas Gandung, Mas Doni, Pak Gie, dan Mbak Nanik.. terima

  kasih atas bantuan yang diberikan selama penulis berkuliah. Rental komputer,

  

workstation perpustakaan, dan akhirnya komputerku, perjalanan panjang sampai

  akhirnya bisa mengetik semua naskah skripsi. Kesabaran memang berujung kepuasan ya..

  Dan di atas itu semua, syukur dan terimakasih terdalam kepada Yang Di Atas, atas kesadaran yang diberikan sehingga penulis mampu melewati hari dan berkembang dari hari ke hari.

  Life just like a butterfly, grow up through metamorphosis..

  Akhirnya, sebelum menutup prolog ini penulis ingin menginformasikan bahwa di skripsi ini penulis tidak melampirkan naskah verbatim hasil diskusi.

  Walaupun demikian, naskah verbatim telah penulis lampirkan sebagai bahan ujian. Jika pembaca sekalian tertarik untuk mengetahui naskah verbatim penelitian ini, pembaca dapat menghubungi penulis melalui email di haksimayawati@yahoo.com .

  Segala bentuk saran, kritik, ataupun diskusi tentang penelitian ini dapat juga disampaikan melalui alamat email di atas. Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini dapat menjadi inspirasi bagi pembaca sekalian.

  Salam,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

  11 C. Tujuan Penelitian

  1. Remaja Secara Umum 14

  14

  13 B. Remaja

  A. Pengetahuan

  12 BAB II. KONSEP TEORITIS

  12 D. Manfaat Penelitian

  HALAMAN JUDUL i

  HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI iii HALAMAN MOTTO iv

  A. Latar Belakang

  BAB

  DAFTAR LAMPIRAN xvii

  DAFTAR GAMBAR xvi

  DAFTAR TABEL xv

  ABSTRACT viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ix KATA PENGANTAR x DAFTAR ISI xii

  HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi ABSTRAK vii

  HALAMAN PERSEMBAHAN v

I. PENDAHULUAN

  1 B. Rumusan Masalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3. Remaja Sebagai Bagian Dari Kelompok Sosial

  19 C. Kekerasan Dalam Pacaran

  21

  1. Pacaran 21

  2. Kekerasan Dalam Pacaran

  23

  a. Pengertian Kekerasan

  23

  b. Pengertian Kekerasan Dalam Pacaran

  24

  c. Bentuk Kekerasan Dalam Pacaran

  27

  d. Penyebab Kekerasan Dalam Pacaran

  29

  e. Perbedaan Jenis Kelamin Dalam Menanggapi KDP

  30 D. Pengetahuan Remaja Tentang Fenomena Kekerasan Dalam Pacaran

  33 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

  A. Jenis penelitian

  37 B. Metode Pengumpulan Data 38

  1. Jenis Metode

  38

  2. Peran Peneliti Dalam Pengumpulan Data

  39 C. Partisipan Penelitian

  40

  1. Karakteristik Partisipan

  40

  2. Teknik Pengambilan Partisipan Penelitian

  41

  3. Jumlah Partisipan Dalam Tiap Kelompok

  42

  4. Komposisi Partisipan Dalam Tiap Kelompok

  43

  5. Waktu Diskusi Tiap kelompok

  44 D. Instrumen Penelitian

  44

  1. Panduan Diskusi

  44

  2. Alat Perekam

  47 E. Prosedur Penelitian 47

  1. Tahap Persiapan

  47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  b. Tanggal dan Waktu Pengambilan Data

  51 F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

  51

  1. Kredibilitas

  51

  2. Dependability

  53 G. Metode Analisis Data

  54

  1. Organisasi Data

  54

  2. Pengkodean Data

  55

  3. Interpretasi

  56 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  A. Hasil Utama dan Pembahasannya

  58

  1. Bentuk dan Perilaku Kekerasan Dalam Pacaran

  58

  2. Penyebab Timbulnya Kekerasan Dalam Pacaran

  62 B. Hasil Tambahan dan Pembahasannya

  67

  1. Sikap Remaja Terhadap Kekerasan Dalam Pacaran

  67

  2. Akibat Kekerasan Dalam Pacaran

  70

  3. Pengatasan Kekerasan Dalam Pacaran 73

  C. Pembahasan Umum

  77 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

  A. Kesimpulan

  88 B. Saran

  89 C. Refleksi Penelitian

  1. Refleksi Diri

  92

  2. Keterbatasan Penelitian

  93 DAFTAR PUSTAKA

  95

  DAFTAR TABEL

  51 Tabel 3.5 Pelaksanaan Konfirmasi Data Kepada Partisipan

  86 Tabel 4.7 Perbedaan Hasil Remaja Putra dan Putri

  75 Tabel 4.6 Persamaan Hasil Remaja Putra dan Putri

  72 Tabel 4.5 Pengatasan Kekerasan Dalam Pacaran

  69 Tabel 4.4 Akibat Kekerasan Dalam Pacaran

  65 Tabel 4.3 Sikap Remaja Terhadap Kekerasan

  4.2 Penyebab Timbulnya KDP

  60 Tabel

  53 Tabel 4.1 Bentuk dan Perilaku KDP

  3.4 Pelaksanaan Pengambilan Data

  Tabel 1.1

  50 Tabel

  3.3 Prosedur Pengambilan Data

  46 Tabel

  45 Tabel 3.2 Panduan Diskusi Secara Praktis

  9 Tabel 3.1 Panduan Diskusi Secara Umum

  4 Tabel 1.3 Jenis Kekerasan yang Dialami Subjek Tahun 2001-2006

  3 Tabel 1.2 Data Kasus Kekerasan Dalam Pacaran Tahun 1994-2006

  Prevalensi Kasus KDP Dari Beberapa Penelitian

  87 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pendekatan Kesehatan Masyarakat untuk Pencegahan Kekerasan Interpersonal

  7 Kerangka Penelitian Pengetahuan Remaja Terhadap KDP

  36 Gambar 2.1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

Lampiran 1. Pengkategorian Tema Penelitian 104

Lampiran 2. Form Persetujuan Partisipan penelitian 124

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang A.

  

“Pacar saya sangatlah posesif. Hanya 4 bulan saja masa pacaran terasa indah,

sisanya mulai keluar watak aslinya, yaitu temperamental. Jika ada hal-hal yang

tidak sesuai dengan kehendaknya maka dia akan mulai marah besar, dengan

cara membanting barang pecah belah di kamar kosnya sampai dia harus

membeli piring dan gelas setiap minggu sekali. Dan memasuki tahun kedua,

mulailah ringan tangan. Bahkan pernah kedua lengan saya dipegang erat-erat

dan digoncang-goncangkan saat ia marah besar sampai menyisakan tanda biru

legam di lengan saya berhari-hari. Perilaku posesif ditunjukkan dengan kontrol

yang ketat, dia harus tahu kemanapun saya pergi dan dengan siapa. Bahkan

pernah suatu ketika ia sedang berada di luar kota, namun saya tidak berani

pergi ke manapun karena takut jika ia menelepon ke tempat kos saya dan saya

tidak ada, maka ia bisa marah besar. Saya hanya berani berdiam diri di kamar

sambil ketakutan. Hal paling buruk yang saya alami adalah pada saat kami

sudah pacaran selama 2 tahun dan terjadi miskomunikasi yang menyebabkan

kami tidak bertemu di suatu tempat. Saat datang ke kos saya, tanpa bicara dia

langsung menampar saya dan kami bertengkar hebat sesudahnya.” (Laily,

2004).

  Peristiwa yang digambarkan dalam cuplikan di atas merupakan kisah nyata dari kasus kekerasan dalam pacaran. Banyak remaja yang memulai hubungan pacaran beranggapan bahwa kekerasan seperti itu merupakan hal yang tidak mungkin dilakukan. Hal tersebut disebabkan karena pacaran selalu dikonotasikan dengan hal-hal yang indah, dimana janji-janji manis dan puji-pujian selalu dilontarkan. Namun ketika bentuk-bentuk kekerasan mulai tampak dalam proses pacaran, kebanyakan remaja memandangnya sebagai sebuah peristiwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

“Sesudah kejadian itu, R mengalami rasa takut yang luar biasa tiap bertemu

pacarnya itu. Ketakutan ini ternyata berdampak pada fisiknya. Memang R dapat

dikatakan tidak menderita sakit fisik, tetapi sakit di hatinya menyebabkannya

tidak mampu bangun dan berjalan, sampai dia harus menemui 4 orang dokter

spesialis, yaitu dokter saraf, ahli jantung, psikiater dan penyakit dalam dan

mereka semua menganjurkan R untuk menghilangkan penyebab sakitnya itu,

yaitu memutuskan pacarnya. Namun berat bagi R untuk memutuskan pacarnya,

karena setiap diputuskan, maka dia akan memohon-mohon untuk kembali.

Akhirnya, setelah 3 tahun pacaran, R berani memutuskan hubungan mereka dan

setelah itu R menjadi pasien tetap seorang psikolog sampai 1 tahun lamanya

untuk menyembuhkan luka hatinya yang teramat dalam (bahkan sampai 4 tahun

lamanya setelah mereka putus, masih terasa sakit hatinya). Sampai saat inipun

dia masih trauma dan ingin marah bila bertemu dengannya . (Laily, 2004).

  Jelaslah bahwa kekerasan dalam pacaran membawa dampak yang negatif. Sayangnya, keterbatasan informasi yang didapat remaja mengenai fenomena kekerasan dalam pacaran mengakibatkan fenomena tersebut tetap langgeng, bahkan dianggap sebagai hal yang normal (Ratnadewi, 2007). Padahal kekerasan dalam pacaran sejatinya termasuk dalam deretan panjang kasus kekerasan yang kemunculannya dapat dicegah.

  Konsep kekerasan sendiri sebenarnya mengacu pada suatu bentuk opresi, penindasan, pemaksaan, dan berbagai bentuk perlakuan lain yang menyebabkan seseorang dirugikan atau mengalami dampak negatif dalam berbagai bentuk (Hayati dalam Hidayana, 2004). Kekerasan juga dapat diartikan sebagai perilaku yang dapat menyebabkan perasaan dan tubuh (fisik) menjadi tidak nyaman.

  Perasaan tidak nyaman ini dapat berupa kekhawatiran, ketakutan, kesedihan, ketersinggungan, kejengkelan, atau kemarahan. Di sisi lain, keadaan fisik tidak yang nyaman dapat berupa lecet, luka, memar, patah tulang, dan sebagainya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Seperti yang sudah dipaparkan di atas, salah satu jenis kekerasan yang muncul adalah kekerasan dalam pacaran. Kekerasan dalam pacaran (KDP) merupakan segala bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pasangan di luar hubungan pernikahan yang sah (berdasar UU Perkawinan 1/1974, pasal 2 ayat 2), termasuk kekerasan yang dilakukan oleh mantan suami dan mantan pacar (Rifka Annisa WCC, 2006). Menurut Black et.al (2006) kekerasan dalam pacaran dapat meliputi kekerasan fisik, seksual, atau psikologis.

  Dewasa ini, kekerasan dalam pacaran semakin menjadi masalah sosial dan kesehatan yang serius bagi remaja (Ocampo, Shelley, & Jaycox, 2007). Hal ini tampak dari prevalensi kasus KDP yang cukup banyak di masyarakat. Tabel 1.1 di bawah ini menunjukkan prevalensi terjadinya KDP dari beberapa penelitian.

Tabel 1.1 : Prevalensi Kasus KDP Dari Beberapa Penelitian

  

Sumber Sampel Hasil

  Howard, Beck, Kerr, & Shattuck (2005)

  Remaja etnik Latino (14-19 tahun) dengan N = 446 (215 perempuan dan 231 laki-laki)

  8,9 % perempuan dan 8,8 % laki- laki mengalami kekerasan fisik dalam pacaran.

  Libby, B. (1992) Siswa SLTA dengan N = 631 (337 perempuan dan 294 laki-laki)

   10,5% subjek mengalami kekerasan seksual.  12% subjek mengalami kekerasan fisik.  17,7% subjek mengalami kombinasi antara kekerasan fisik dan seksual.

   11,3% subjek mengalami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

Sumber Sampel Hasil

Luthra & Gidycz

  Mahasiswa berusia 25 % perempuan dan 10 % laki-laki

  (2006)

  18-24 tahun dengan pernah melakukan kekerasan fisik N = 200 (100 terhadap pasangannya. perempuan dan 100 laki-laki)

  Mikler, Goebert;

  Siswa SLTA di 8,0 % perempuan dan 7,6 % laki-

  Nishimura, &

  Hawaii dengan N = laki mengalami kekerasan fisik

  Caetano (2006) 1242 (683 dalam pacaran.

  perempuan dan 559 laki-laki) O'Kefee (1997) Siswa SLTA berusia 43 % perempuan dan 39 % laki-laki

  14-20 tahun dengan pernah melakukan kekerasan fisik N = 939 (554 terhadap pasangannya. perempuan dan 385 laki-laki)

  Untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, prevalensi terjadinya kasus KDP dapat dilihat pada Tabel 1.2 di bawah ini.

Tabel 1.2 : Data Kasus Kekerasan Dalam Pacaran Tahun 1994-2006

  No. Tahun Jumlah Kasus

  1. 1994

  3 2. 1995

  20 3. 1996

  24 4. 1997

  54 5. 1998

  51 6. 1999

  50 7. 2000

  92 8. 2001 103 9. 2002

  97 10. 2003

  58 11. 2004

  48 12. 2005

  35 13. 2006

  31 Sumber: Annual Report Tahun 2006 Rifka Annisa WCC

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  bersedia melapor. Oleh karena itu, fenomena kekerasan ini tampak seperti gunung es, dimana kasus yang sebenarnya masih jauh lebih besar, hanya tidak muncul ke permukaan (Zulfah, 2004). Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa jumlah kasus KDP yang terjadi di masyarakat, khususnya DIY dan sekitarnya, lebih banyak dari yang diketahui.

  Seperti layaknya sebuah fenomena kekerasan, kekerasan dalam pacaran pastinya menimbulkan akibat-akibat yang negatif. Callahan, Tolman, & Saunders (2003) menemukan bahwa KDP berkorelasi positif dengan timbulnya stres paska trauma dan gejala disosiatif pada remaja perempuan, sedangkan pada remaja laki- laki berpotensi menimbulkan kecemasan, depresi, serta stres paskatrauma. Selain itu, pada kedua kelompok jenis kelamin, KDP berkorelasi negatif dengan kepuasan hidup. Data Annual Report Rifka Annisa WCC tahun 2004 menunjukkan bahwa selain dampak fisik dan psikis, ternyata KDP juga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan reproduksi dan menimbulkan perubahan perilaku pada remaja. Secara lebih spesifik, KDP menimbulkan perasaan cemas, malu, tidak aman, dan menimbulkan stres. Selain itu, KDP juga dilaporkan menyebabkan cidera tulang ekor, kehamilan tidak diinginkan, dan juga memunculkan beberapa perubahan perilaku, seperti mulai merokok dan senang melamun.

  Selain dampak fisik dan psikologis yang ditimbulkannya, kekerasan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  seseorang mengalami atau melakukan kekerasan dalam bentuk apapun selama ia berpacaran di usia remaja, besar kemungkinan ia juga akan menjadi korban atau pelaku kekerasan ketika dewasa. Oleh karena itu, jika KDP pada masa remaja dapat dicegah, maka secara tidak langsung kita turut mencegah timbulnya kekerasan pada pasangan di waktu selanjutnya.

  Mencegah timbulnya suatu fenomena dapat dilakukan dengan baik apabila pengetahuan atau pemahaman terhadap fenomena tersebut sudah memadai.

  Demikian halnya dengan kasus kekerasan dalam pacaran. Dibutuhkan pemahaman yang baik dan utuh terhadap kasus tersebut ketika kita akan menyusun langkah preventif yang efektif. Salah satu caranya adalah dengan melalui penelitian. Sayangnya, sebagian besar penelitian tentang KDP seringkali menggunakan orang dewasa dan mahasiswa sebagai subjek penelitiannya (Sears, Byers, Whelan, & Pierre, 2006). Walaupun telah dilakukan, namun penelitian yang secara khusus meneliti KDP dengan subjek yang tergolong dalam remaja awal (12 atau 13 tahun hingga 17 atau 18 tahun) masih sangat diperlukan karena dalam rentang usia tersebut biasanya remaja mulai membangun hubungan pacaran untuk pertama kalinya sehingga kasus KDP rentan terjadi (Hickman, Jaycox, & Aronoff, 2004; Smith, White, & Holland, 2003).

  

“More descriptive research is needed to gain a foundation of knowledge about

the phenomenon of violence between adolescent dating partners, including study

risk and protection factors beyond gender”.

  (Hickman, Jaycox, & Aronoff, 2004)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2005 juga menunjukkan bahwa kasus KDP mulai terjadi pada korban yang berusia kurang dari 15 tahun. Dengan demikian, penting untuk meneliti fenomena kekerasan dalam pacaran pada masa remaja awal agar semakin diperoleh pemahaman yang utuh terhadap fenomena tersebut.

  Salah satu langkah penelitian yang dapat diambil untuk memahami suatu fenomena adalah dengan menggali sejauh mana pengetahuan masyarakat terhadap fenomena tersebut. Berkaitan dengan kekerasan interpersonal secara umum dan kekerasan dalam pacaran (KDP) secara khusus, terdapat empat buah langkah kesehatan masyarakat yang biasa digunakan untuk memahami dan mengatasi fenomena tersebut (Marais et.al, 2004).

Gambar 1.1 : Pendekatan Kesehatan Masyarakat untuk Pencegahan Kekerasan Interpersonal (dari Marais et.al, 2004)

  1

  2 Mendefinisikan Masalah Mengidentifikasi faktor resiko Mengungkapkan ukuran dan dan faktor protektif

  Apa penyebab timbulnya wilayah permasalahan masalah?

  4

  3 Mengimplementasikan Merencanakan dan Meluaskan implementasi dan mengevaluasi intervensi

penyebarannya Apa intervensinya dan untuk siapa

intervensi itu diberikan?

  Menurut Marais et.al (2004), dalam langkah 1, hal yang dilakukan adalah menganalisis bagaimana, kapan, dimana, dan apa itu kekerasan. Dalam langkah 2,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  untuk merencanakan dan mengevaluasi intervensi (langkah 3) dan perluasan implementasi (langkah 4).

  Penelitian ini mengambil posisi dalam langkah 1, yaitu pendefinisian masalah. Pendefinisian masalah ini dilakukan dengan cara menggali bagaimana pengetahuan remaja, khususnya remaja awal, terhadap fenomena kekerasan dalam pacaran. Hal ini dilakukan agar terdapat gambaran tentang kekerasan dalam pacaran dari sudut pandang remaja itu sendiri. Penelitian sebelumnya berkaitan dengan hal ini pernah dilakukan oleh Sears, Byers, Whelan, & Pierre (2006) serta Welsh & Mahistedt (2005). Kedua penelitian tersebut mengungkap tentang bagaimana opini masyarakat terhadap fenomena kekerasan dalam pacaran. Hanya saja, Welsh & Mahistedt (2005) menggunakan mahasiswa sebagai subjek penelitiannya, sedangkan Sears, Byers, Whelan, & Pierre (2006) memilih remaja sebagai subjeknya. Sayangnya, kedua penelitian tersebut hanya membahas tentang kekerasan fisik dan psikologis dalam hubungan pacaran. Secara lebih spesifik, penelitian Welsh & Mahistedt (2005) membahas tentang kekerasan fisik, sedangkan penelitian Sears, Byers, Whelan, & Pierre (2006) mengungkap tentang kekerasan fisik dan psikologis yang terjadi dalam hubungan pacaran. Kekerasan seksual yang sebenarnya juga berpotensi timbul dalam hubungan pacaran tidak ditelah dalam kedua penelitian tersebut.

  Sebenarnya potensi timbulnya kekerasan seksual dalam hubungan pacaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  ternyata menduduki urutan kedua sebagai bentuk kekerasan yang paling sering diterima subjek, sedangkan yang menempati urutan ketiga adalah kekerasan seksual.

Tabel 1.3 : Jenis Kekerasan yang Dialami Subjek Tahun 2001-2006

  

Tahun

Jenis Kekerasan 2002 2003 2004 2005 2006 Total

  Emosi 46

  16

  16

  15 13 106 Fisik

  14

  1

  15 Seksual

  27

  1

  1

  1

  30 Ekonomi 10

  1

  2

  13 Emosi-Fisik

  3

  6

  2

  3

  14 Emosi-Ekonomi

  4

  3 3 2 12 Emosi-Seksual

  19

  4

  7

  9

  39 Emosi-Sosial

  1

  1 Ekonomi-Seksual

  1

  1

  2 Ekonomi-Fisik- Seksual

  1

  2

  3 Emosi-Ekonomi- Seksual

  1

  2

  3 Emosi-Fisik-Ekonomi

  4

  2

  1

  7 Emosi-Fisik-Seksual

  6

  2

  1

  9 Emosi-Fisik-Sosial

  3

  3 Emosi-Seksual-Sosial

  1

  1 Emosi-Ekonomi-Fisik- Seksual

  2

  3

  2

  7 Emosi-Ekonomi-Fisik- Sosial

  1

  1 Emosi-Ekonomi-Fisik- Seksual-Sosial 3 0 3 TOTAL 97

  58

  48

  35 31 269

  Sumber: Annual Report RAWCC tahun 2002-2006

  Selain data tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Demartoto (2002)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Selain itu, review penelitian yang dilakukan oleh Jejeebhoy & Bott (2003) menambahkan data bahwa kekerasan seksual sebenarnya sering terjadi pada kaum muda, namun sayangnya tidak banyak penelitian dan intervensi yang dilakukan berkaitan dengan hal tersebut. Padahal kekerasan seksual juga menimbulkan efek negatif jangka pendek maupun jangka penjang yang tidak ringan, baik dalam aspek fisik, psikologis, dan sosial (Jejeebhoy & Bott, 2003; Zweig, Barber, & Eccles, 1997). Oleh karena itu, selain ingin mengungkap tentang bagaimana pemahaman remaja terhadap fenomena kekerasan fisik dan psikologis, penelitian ini juga akan menelusur tentang sejauh mana remaja memahami fenomena kekerasan seksual yang terjadi dalam hubungan pacaran.

  Penelitian ini secara khusus juga akan melihat apakah terdapat perbedaan pengetahuan antara remaja putra dan putri dalam memandang fenomena kekerasan dalam pacaran. Langkah ini diambil karena dalam penelitian yang dilakukan oleh O’Keefe (1997), terlihat bahwa terdapat perbedaan alasan antara remaja putra dan putri dalam melakukan kekerasan dalam pacaran. Alasan utama yang dikemukakan oleh kedua remaja, baik putra dan putri adalah untuk mengekspresikan kemarahan. Walaupun demikian, keinginan untuk mengontrol pasangan adalah alasan kedua remaja putra dalam melakukan KDP, sedangkan untuk remaja putri lebih dilatarbelakangi oleh upaya pertahanan diri (self-defense) dari kekerasan yang dilakukan oleh pasangannya. Dilatarbelakangi oleh hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Berdasar pada fakta-fakta yang terkumpul, yaitu bahwa kekerasan dalam pacaran merupakan fenomena yang cukup banyak terjadi di masyarakat dan mendatangkan dampak negatif yang tidak ringan serta pentingnya mengungkap pengetahuan remaja terhadap fenomena KDP sebagai langkah awal untuk menyusun tindakan preventif, maka penelitian ini disusun untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan remaja tentang fenomena kekerasan dalam pacaran.

  Secara khusus, peneliti ingin mengungkap tentang bagaimana pengetahuan remaja tentang kekerasan fisik, psikologis, dan seksual yang terjadi dalam proses pacaran.

  Dalam hal ini, peneliti juga akan melihat apakah terdapat perbedaan pengetahuan antara remaja putra dan putri dalam memandang fenomena kekerasan dalam pacaran. Dengan demikian, diharapkan dapat digali pemahaman yang utuh terhadap fenomena KDP dari sudut pandang remaja sehingga intervensi selanjutnya dapat disusun dengan tepat.

B. Rumusan Masalah

   Rumusan Masalah Umum 1.

  Bagaimana pengetahuan remaja terhadap fenomena kekerasan dalam pacaran?

   Rumusan Masalah Khusus 2.

  a. Apa bentuk dan contoh perilaku yang termasuk dalam kekerasan dalam pacaran menurut remaja putra dan putri?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum

  Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengetahuan remaja terhadap fenomena kekerasan dalam pacaran.

  2. Tujuan Khusus

  a. Mengetahui bentuk dan perilaku yang termasuk dalam kekerasan dalam pacaran menurut remaja putra dan putri.

  b. Mengetahui faktor penyebab munculnya kekerasan dalam hubungan pacaran menurut remaja putra dan putri.

D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang bagaimana pengetahuan remaja putra dan putri terhadap fenomena kekerasan dalam pacaran.

  Dengan demikian, intervensi selanjutnya dapat disusun dengan lebih akurat, misalnya dengan mempertimbangkan perbedaan jenis kelamin dalam penyusunan langkah intervensi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) oleh VandenBos (2007) didefinisikan sebagai

  informasi dan pemahaman tentang suatu topik tertentu atau hal-hal umum yang ada di sekitar kita yang biasanya didapat dari pengalaman atau proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Surajiyo (2007) yang menjabarkan pengetahuan sebagai suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal sesuatu atau hasil tahu manusia terhadap sesuatu.

  Tidak semua pengetahuan merupakan ilmu pengetahuan. Hanya pengetahuan yang telah tersusun secara sistematik serta diperoleh dengan menggunakan metode ilmiahlah yang disebut dengan ilmu pengetahuan (Soekanto, 1990; Surajiyo, 2007). Oleh karena itu, pengetahuan senantiasa bertujuan untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka akibat dari adanya ketidakpastian (Soekanto, 1990). Hal ini sesuai dengan tujuan pengetahuan teoritikal menurut Henle (1983), yaitu memahami kenyataan dan merenungkan kebenaran.

  Dalam psikologi, konsep pengetahuan sering disebut dengan pengetahuan umum (general knowledge). Pengetahuan ini merupakan bentuk dari sistem

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  14 Sebagai sebuah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, tentunya pengetahuan memiliki sumber. Sumber pengetahuan tersebut yang terutama adalah pengalaman, baik pengalaman langsung (pengalaman yang dialami sendiri) maupun pengalaman tidak langsung (pengalaman yang dialami oleh orang lain).

  Untuk pengalaman tidak langsung, pengetahuan bisa didapat individu melalui interaksinya dengan lingkungan atau melalui proses pewarisan budaya (Hadi, 1994; Surajiyo, 2007).

  Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan pemahaman yang terorganisir mengenai segala sesuatu yang ada di sekitar kita yang dapat diperoleh melalui pengalaman langsung ataupun tidak langsung.

B. Remaja

1. Remaja Secara Umum

  Dalam kehidupannya, individu akan mengalami berbagai macam tahap perkembangan. Salah satu tahap perkembangan yang dilalui individu adalah masa remaja. Masa remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Erikson (1963) menyebut masa ini sebagai masa pencarian identitas. Dalam proses menemukan identitasnya tersebut, Erikson mengemukakan bahwa remaja akan banyak dipengaruhi oleh norma dan nilai kelompok (Berk, 2007; Gevrig & Zimbardo, 2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  15 tahun, dan remaja akhir berlangsung dalam kurun usia 16-18 tahun (Berk, 2007).

  Ketika memasuki masa remaja, individu mengalami banyak perubahan, yaitu dari segi fisik, emosi, sosial, maupun kognitif. Dari segi fisik, pada awal remaja individu mengalami pubertas, yaitu periode saat kematangan fisik dan seksual meningkat dengan pesat (Berk, 2007; Sdorow & Rickabaugh, 2002). Peningkatan kematangan fisik dan seksual tersebut mengakibatkan remaja mengalami perubahan-perubahan dalam tubuhnya.

  Remaja putri mengalami menarche yang kemudian diikuti dengan berkembangnya buah dada, pinggul yang membesar, dan mulai munculnya rambut di ketiak. Pada remaja putra, perubahan tersebut ditandai dengan mimpi basah, munculnya jakun, tumbuhnya kumis, dan suara yang memberat (Baron, 1998; Davis & Palladino, 1997).

  Secara emosi, pada masa remaja individu biasanya mengalami fluktuasi emosi. Fluktuasi emosi tersebut dapat berhubungan dengan peningkatan hormon yang juga terjadi pada awal masa remaja ataupun karena faktor-faktor lain seperti pola makan, stres, atau relasi sosial (Santrock, 2003). Selain itu, para remaja khususnya remaja awal, belum sepenuhnya mampu mengekspresikan emosi mereka secara adekuat. Dengan sedikit provokasi, mereka dapat dengan mudah bertengkar dengan orangtua,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  16 remaja dan akan berkurang seiring mereka beranjak dewasa (Dye & Eckhardt, 2000; Santrock, 2003).

  Selain perubahan fisik dan emosi, remaja juga mengalami perubahan sosial. Remaja mulai menjalin persahabatan secara intensif, baik dengan sesama jenis maupun dengan lawan jenis (Baron, 1998). Berkumpulnya remaja dalam kelompok sebaya juga merupakan salah satu perubahan sosial yang menonjol pada masa remaja. Menurut Gevrig & Zimbardo (2002), kelompok sebaya memiliki pengaruh besar bagi nilai, sikap, dan perilaku remaja. Coleman (dalam Davis & Palladino, 1997) menjelaskan tiga fungsi penting kelompok sebaya bagi remaja, yaitu: a. Menyediakan umpan balik yang dibutuhkan remaja berkaitan dengan perilaku-perilaku yang diterima kelompok dan yang tidak.

  b. Kelompok sebaya mampu berperan sebagai kelompok pendukung ketika remaja menghadapi masalah berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri mereka. Hal tersebut disebabkan karena kelompok sebaya turut mengalami perubahan-perubahan seperti yang dialami oleh remaja.

  c. Masa remaja merupakan periode saat individu mulai mempertanyakan nilai-nilai dan perilaku yang ditanamkan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  17 bantuan dan nasehat dari orang dewasa. Dalam hal ini, kelompok sebaya mampu menyediakan solusi bagi remaja.

2. Kemampuan Kognitif Remaja

  Menurut Piaget, pada masa remaja individu mulai memasuki tahap operasional formal (Morris & Maisto, 2002). Tahap yang dimulai pada usia 11 tahun ini merupakan tahap tertinggi dalam perkembangan kognitif individu karena pada tahap ini kemampuan individu untuk berpikir abstrak mulai berkembang (Steinberg, 2002). Dengan demikian, pemikiran remaja menjadi lebih abstrak, logis, dan idealis. Pemikiran remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman konkret, namun remaja mulai mengembangkan situasi khayalan yang membuat mereka mampu membuat hipotesis (Hockenbury & Hockenbury, 2003). Secara lebih detil, pemikiran remaja ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: a. Berpikir tentang kemungkinan

  Hal ini berarti pemikiran remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang riil, namun mulai berkembang ke pemikiran abstrak (Keating dalam Gazzaniga & Heatherton, 2003; Santrock, 2003; Steinberg, 2002).

  b. Berpikir ke depan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  18

  c. Berpikir dalam hipotesis Remaja mampu berpikir logis, membuat hipotesis untuk memecahkan suatu masalah serta mampu menguji keefektifan pemecahan masalah tersebut. Remaja juga dapat menarik kesimpulan secara sistematik, baik bersifat deduktif ataupun induktif (Keating dalam Gazzaniga & Heatherton, 2003; Santrock, 2003; Steinberg, 2002).

  d. Metakognisi Metakognisi merupakan pengetahuan, kesadaran, dan kontrol terhadap proses kognitif yang ada pada diri individu (Matlin, 1994). Dengan metakognisi, remaja menjadi lebih introspektif serta lebih menyadari tentang diri dan pikiran-pikirannya (Steinberg, 2002).

  e. Berpikir multidimensi Pemikiran remaja tidak lagi terbatas pada satu hal atau satu isu saja, namun menjadi lebih kompleks (Keating dalam Gazzaniga & Heatherton, 2003; Steinberg, 2002).

  f. Berpikir relatif Remaja cenderung melihat sesuatu tidak hanya hitam dan putih, namun secara relatif (Steinberg, 2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  19 Selain hal-hal di atas, Schaie (dalam Davis & Palladino, 1997) menambahkan bahwa tugas perkembangan kognitif masa remaja adalah untuk memperoleh informasi, pengetahuan, dan ketrampilan-ketrampilan dari lingkungan sekitarnya. Pengetahuan dan ketrampilan tersebut nantinya akan digunakan ketika mereka dewasa. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk menaruh perhatian terhadap lingkungan sekitarnya guna memenuhi tugas perkembangan ini.

  Adanya tugas perkembangan yang disandang remaja tersebut serta mulai berkembangnya kemampuan remaja dalam berpikir abstrak dan multidimensi mendorong remaja untuk mulai meluaskan ketertarikannya pada hal-hal yang bersifat non-riil. Remaja mulai tertarik pada topik-topik seperti hubungan interpersonal, politik, filosofi, religiusitas, maupun moral (Steinberg, 2002). Topik-topik tersebut mengandung hal-hal yang abstrak seperti persahabatan, harapan, demokrasi, keadilan, dan kejujuran; hal-hal tersebut hanya dapat dipahami dengan baik ketika kemampuan berpikir abstrak individu sudah berkembang. Oleh karena itu, jelaslah mengapa remaja lebih tertarik dan lebih mampu memahami isu-isu sosial daripada anak-anak.

3. Remaja Sebagai Bagian dari Kelompok Sosial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  20 kelompok untuk kemudian diinternalisasi menjadi perilaku dan pandangan pribadinya. Dalam psikologi, fenomena ini disebut dengan modeling (Pervin, Cervone, & John, 2005). Dalam ranah sosiologi, fenomena ketika remaja berperilaku dan berpandangan seperti anggota kelompok merupakan hasil dari proses sosialisasi (Berry et al., 1999).

  Konsep modeling dicetuskan oleh Albert Bandura. Menurut Bandura, dalam situasi sosial individu dapat belajar lebih cepat dengan mengamati atau melihat tingkah laku orang lain (Cloninger, 2004). Individu belajar mengenali tipe-tipe perilaku yang diterima dan tidak diterima dengan cara mengobservasi perilaku anggota kelompoknya (Pervin, Cervone, & John, 2005). Oleh karena itu, individu menjadi tahu perilaku yang diterima kelompok dan perilaku yang yang tidak diterima.

  Berkaitan dengan sosialisasi, proses ini menunjukkan proses pembentukan individu dengan sengaja melalui cara-cara pengajaran. Dalam proses ini, orang-orang di sekitar individu mewariskan nilai, ketrampilan, keyakinan, dan lain sebagainya melalui pewarisan tegak (dari orang tua), pewarisan miring (dari orang dewasa lainnya), atau pewarisan mendatar (dari teman sebaya) (Berry et.al., 1999).

  Melalui kedua hal tersebut, sosialisasi dan modeling, individu (dalam hal ini remaja) menjadi bagian dari kelompok sosial. Remaja mendapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  21 kelamaan remaja memiliki nilai-nilai dan perilaku yang relatif sama dengan yang dimiliki oleh kelompoknya. Dalam hal ini, remaja telah menjadi bagian dari kelompok sosial tempat ia hidup.

C. Kekerasan Dalam Pacaran

1. Pacaran

  Masa remaja merupakan suatu tahap ketika kebanyakan individu mulai menjalin komitmen personal dengan lebih loyal (Davis & Palladino, 1997). Salah satu komitmen personal yang dijalani individu terwujud dalam hubungan pacaran. Selain dilatarbelakangi oleh hal tersebut, pacaran identik dengan masa remaja karena pada masa ini banyak terjadi perubahan hormonal pada diri individu yang menyebabkan mereka mulai tertarik pada lawan jenis. Selain itu, hubungan heteroseksual yang diwujudkan dalam bentuk pacaran merupakan salah satu usaha untuk memenuhi tugas perkembangan sosialisasi pada remaja (Hurlock, 1980). Hal ini senada dengan yang disebutkan Fuhrmann (Yarni, 2005) yang mengatakan bahwa salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh remaja adalah mempersiapkan diri secara fisik, psikis, dan sosial untuk berkomitmen dengan lawan jenis dan selanjutnya membentuk keintiman sebagai bentuk kematangan psikologis. Dowdy & Howard (Santrock, 2003) juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  22 pacaranlah kontak yang serius antara dua orang yang berlainan jenis kelamin muncul.

  Pacaran merupakan proses saling menyayangi antara dua manusia dengan jenis kelamin yang berbeda di mana didalamnya terdapat proses saling mengenal, memahami, dan sekaligus proses belajar membina hubungan dengan lawan jenis sebagai persiapan sebelum menikah (Imran dalam Yarni, 2005). Namun terdapat perbedaan dalam memandang fungsi pacaran pada remaja awal, pertengahan, dan akhir. Tidak semua remaja memandang pacaran sebagai proses persiapan untuk menikah. Hanya remaja akhir saja yang memandang pacaran atau kencan sebagai sarana untuk mencapai keakraban, kebersamaan, dan sosialisasi. Bagi remaja awal dan pertengahan, kencan atau pacaran dipandang sebagai sarana untuk mencari kesenangan, keakraban, dan status sosial (Berk, 2007). Arsih (2006) juga menambahkan bahwa pacaran saat ini tidak lebih dari sekedar trend. Pacaran digunakan sebagai sarana untuk mencari teman having fun atau sebagai sarana pemenuhan harga diri. Bahkan yang lebih parah, pacaran kadang hanya digunakan sebagai penyaluran hasrat biologis semata. Padahal, pacaran biasanya dimulai pada masa pubertas atau remaja awal (Dickinson dalam Santrock, 2003). Oleh karena itu, kemungkinan munculnya masalah- masalah dalam hubungan pacaran rentan terjadi pada masa tersebut,