PERANAN MOHAMMAD HATTA DALAM MENGEMBANGKAN KOPERASI DI INDONESIA TAHUN 1945-1965

  

PERANAN MOHAMMAD HATTA

DALAM MENGEMBANGKAN KOPERASI DI INDONESIA

TAHUN 1945-1965

  

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Sejarah

  

Oleh :

Krista Novia Yossi

NIM: 051314021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

  

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2012

HALAMAN PERSEMBAHAN

  

Dengan penuh rasa hormat, syukur dan ribuan terima

kasih saya persembahkan Skripsi ini kepada :

   Tuhan Yesus Kristus yang selalu menjadi tempat

  bersandar ku disetiap aku mengucap syukur & terimakasihku.

   Almamaterku . Orang tua ku tercinta Bapak Yohanes Bulin, dan Ibu

  Lucia, yang telah membesarkan dan mendidikku dengan kasih sayang yang tak terhingga.

   Abangku tersayang Natalis Sibat dan adikku

  Victorinus Mario, kakak ipar ku Mariata Nani, dan keponakkan ku Valent.

  

MOTTO

“ Tuhan tidak melihat apakah kita menang atau kalah,

yang Ia lihat adalah Kesungguhan kita berusaha ”.

  

( Novi YossY)

Janganlah kamu khawatir dan berkata: Apakah yang akan kami

makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami

pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.

  

Akan tetapi Bapa-Mu yang di surga tahu bahwa kamu

memerlukan semua itu.

  

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kehendak-Nya,

maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Karena itu,

“Janganlah kamu khawatir tentang hari esok karena hari esok

mempunyai kekhawatirannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah

untuk sehari”

( Matius 6: 25-34 )

  

ABSTRAK

PERANAN MOHAMMAD HATTA

DALAM MENGEMBANGKAN KOPERASI DI INDONESIA

TAHUN 1945-1965

  Krista Novia Yossi NIM : 051314021

  Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis latar belakang kehidupan Mohammad Hatta, Peranan Mohammad Hatta dalam mengembangkan Koperasi di Indonesia tahun 1945-1965, dan hambatan-hambatan yang dihadapinya selama mengembangkan koperasi di Indonesia.

  Metodologi penelitian ini menggunakan metode sejarah, pendekatan multidimensional, dan ditulis secara deskriptif-analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mohammad Hatta mendapat pendidikan modern yang dimulai dari TIS ( Tweede Inlandsche School ) atau Sekolah Ongko

  Loro, ELS ( Europeesche Lagere School ), HBS ( Hogere Burgere School ), dan MULO ( Meer Uitgebreid Lager Onderwiijs ). Sedangkan pengalaman koperasi Mohammad Hatta berawal menjadi anggota eksekutif Jong Sumatranen Bond dan bergabung dalam organisasi Perhimpunan Mahasiswa Asing ( Indische Vereeninging ) di Negeri Belanda.

  Peranan yang dimainkan oleh Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia ialah sebagai peletak sendi-sendi dasar perkoperasian, melakukan reorganisasi koperasi, memberikan nasehat kepada panitia konggres koperasi, melakukan penegasan untuk mengembangkan koperasi, melakukan pendidikan kader koperasi. Dalam mengembangkan koperasi di Indonesia Mohammad Hatta juga menghadapi hambatan.

  ABSTRACT

THE ROLE OF MOHAMMAD HATTA

  

IN DEVELOPING COOPERATION IN INDONESIA

(1945-1965)

  KRISTA NOVIA YOSSI NIM : 051314021

  This study intends to describe and analyze the background of Mohammad Hatta’s life, the role of Mohammad Hatta in developing cooperation in Indonesia and the obstacles faced by him while he was developing cooperation in Indonesia.

  The method of this study is a method with a historical, multidimensional approach, and it is an analytical and descriptive study. The result of this study shows that Mohammad Hatta gained modern education in TIS (Tweede Inlandsche School) or Sekolah Ongko Loro, ELS

  (Europeesche Lagere School), HBS (Hogere Burgere School) and MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). Meanwhile the cooperation experience of Mohammad Hatta started when he became a member of Jong Sumatranen Bond Executive and Joined in foreign university student organization of foreign university student (Indische Vereeninging) .

  The roles played by Mohammad Hatta in developing cooperation in Indonesia are when he become the founding father of cooperation, when he had done reorganization of cooperation, gave advices to the committee of the cooperation congress, developed the cooperation and educated cadres of cooprration. In developing cooperation in Indonesia, Mohammad Hatta also faced many different kinds of obstacles.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan Mohammad Hatta Dalam Mengembangkan Koperasi di Indonesia tahun 1945-1965”.

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah.

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan petunjuk dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

  1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

  4. Bapak Dr. Anton Haryono, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia membimbing, membantu, dan memberikan banyak pengarahan, saran serta masukkan selama penyusunan skripsi ini.

  5. Bapak Drs. A. A. Padi. selaku dosen pembimbing II yang bersedia memberikan bimbingan, saran dan koreksi terhadap penulisan skripsi ini hingga selesai.

  6. Seluruh dosen dan Karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Khususnya dosen Pendidikan Sejarah dan sekretariat pendidikan sejarah yang telah memberikan bekal pengetahuan dan membimbing penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

  7. Seluruh staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan pelayanan kepada penulis dalam mendapat referensi.

  8. Orang tua ku Bapak Yohanes Bulin, dan Ibu Lusia, yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil.

  9. Teman-teman Pendidikan Sejarah seangkatan, kakak tingkat, maupun adik-adik tingkat terima kasih atas persahabatan, kebersamaan dan kerja samanya selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma hingga selesainya skripsi ini.

  10. Teman-temanku Midul, Yono, Hendra, Ressky, Devi, Danan, Verry, Yosafat (Orang yang spesial, yang selalu setia mengisi hari-hariku terutama di waktu aku sakit), serta semua anak kost wora-wari No. 81 terima kasih atas dukungan dan motivasinya. Tanpa kalian, semua ini tidak ada apa-apanya.

  11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

  

DAFTAR ISI

  Halaman

  HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................. vii

ABSTRAK .......................................................................................................... viii

ABSTRACT ........................................................................................................ ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................ x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

  BAB I: PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Permasalahan .................................................................................. 5 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ....................................................... 7 D. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 8 E. Landasan Teori ............................................................................... 12 F. Metodologi Penelitian ..................................................................... 18 G. Sistematika Penulisan ..................................................................... 23 BAB II: FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG MOHAMMAD HATTA DALAM MENGEMBANGKAN KOPERASI DI INDONESIA TAHUN 1945-1965 ………………………………………………..… 25 A. Faktor Pendidikan Mohammad Hatta ............................................. 25

  1. Pendidikan Formal Mohammad Hatta ...................................... 27

  2. Pendidikan Mohammad Hatta di Negeri Belanda ..................... 31

  B. Faktor Politik Mohammad Hatta .................................................... 36

  1. Peranan Mohammad Hatta Dalam Organisasi Perhimpunan Indonesia ................................................................................... 38

  

BAB III: PERANAN MOHAMMAD HATTA DALAM MENGEMBANGKAN

KOPERASI DI INDONESIA TAHUN 1945-1965 ........................ 47 A. Mohammad Hatta Peletak Sendi-sendi Dasar Perkoperasian Indonesia ....................................................................................... 49 B. Reorganisasi Koperasi Oleh Mohammad Hatta ........................... 58 C. Sumbangan Pemikiran Mohammad Hatta Kepada Panitia Penyelenggara Konggres Koperasi Pertama ................................ 59 D. Penegasan Mohammad Hatta Untuk Pengembangan Koperasi ... 62 E. Pendidikan Kader-kader Koperasi ................................................ 67 BAB IV: HAMBATAN-HAMBATAN YANG DIHADAPI MOHAMMAD HATTA DALAM MENGEMBANGKAN KOPERASI DI INDONESIA TAHUN 1945-1965 ..................................................... 71 A. Hambatan Pada Masa Revolusi Fisik ........................................... 72

  1. Perang Kemerdekaan melawan Agresi Belanda I dan II ......... 73

  2. Perkembangan Politik Pada Awal Kemerdekaan Indonesia ..... 77

  3. Keadaan Sosial Masyarakat Pada Awal Kemerdekaan Indonesia .................................................................................. 84

  4. Mohammad Hatta Mencari Bantuan Ekonomi ke Luar Negeri ......................................................................... 85 B. Hambatan Pada Masa Pelaksanaan Demokrasi Parlementer ......... 87

  C. Hambatan Pada Masa Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin .......... 90

  D. Perubahan Kebijakan Perekonomian Nasional Kearah Liberal ... 98

  E. Usaha Mohammad Hatta Dalam Mengatasi Berbagai Hambatan Dalam Pengembangan Koperasi di Indonesia ............. 100

  1. Mengembangkan Koperasi Kredit atau Simpan Pinjam ....... 101

  2. Mendirikan Koperasi Produksi . ............................................ 102

  3. Mengembangkan Koperasi Konsumsi ................................. . 103

  

BAB V: KESIMPULAN .................................................................................. . 106

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... . 112

LAMPIRAN ...................................................................................................... . 115

SUPLEMEN ..................................................................................................... . 117

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1 : Sekolah Ongko Loro ......................................................... 115 Lampiran 2 : Prins Hendrik School ......................................................... 116 Lampiran 3 : Silabus ............................................................................... 118 Lampiran 4 : RPP .................................................................................... 121

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Politik etis yang digulirkan oleh pemerintahan kolonial Hindia Belanda

  pada permulaan abad XX, telah sedikit mengubah orientasi kebijakan kolonialnya. Eksplotasi terhadap Indonesia mulai berkurang, karena mendapatkan protes dari C. Th. Van Deventer. Ia melancarkan kritik terhadap pemerintah Belanda, bahwa sudah selayaknya pemerintah kolonial Hindia Belanda membalas budi kepada rakyat Indonesia. Akhirnya kritik ini direspon dengan baik, yaitu dengan digulirkannya politik etis dengan tiga prinsip yang merupakan dasar kebijakan baru pemerintah kolonial yang meliputi: pendidikan, pengairan, dan

   perpindahan penduduk.

  Dengan adanya pendidikan akan sedikit mengubah nasib Inlander. Pola pikir masyarakat pada waktu itu bisa dibilang masih kolot, dan hanya segelintir orang saja yang mau sekolah. Pendidikan yang dijalankan oleh Belanda itu berupa kebudayaan asing, dan dianggap oleh rakyat bernilai sejauh mereka mau menyerap budaya asing dalam arti memperoleh keuntungan material. Jadi

   1 pendidikan dalam pandangan rakyat hanya sebagai aset ekonomi.

  

M. C. Ricklef, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Jakarta, Serambi Ilmu Semesta, 1998, hlm.

2 328.

  

J. S. Furnivall, Hindia Belanda Studi Tentang Ekonomi Majemuk, Jakarta, Freedom Institute, 2009,

hlm. 394.

  Walaupun telah digulirkan politik etis, keadaan Indonesia tidak ada perbaikan yang signifikan. Kenyataannya masyarakat Indonesia hanya dipandang

  

  semata-mata sebagai daerah persediaan buruh yang murah. Pada dasarnya kehidupan ekonomi rakyat Indonesia sangat memprihatinkan, hal ini karena kebijakan eksploitasi yang dilakukan oleh Belanda. Perjalanan ekonomi Indonesia sungguh mengenaskan. Setelah pemerintahan kolonial Hindia Belanda dapat dikalahkan oleh militer pendudukan Jepang, keadaan ekonomi Indonesia semakin bertambah parah. Semua sumber daya alam yang ada di Indonesia dieksploitasi oleh militer Jepang untuk kepentingan perang mereka. Kehidupan rakyat sangat menyedihkan sekali, mereka kekurangan bahan makan, dan tenaga mereka diperas oleh militer pendudukan Jepang. Semua hasil pertanian yang berupa beras diminta oleh Jepang. Sehingga rakyat banyak yang mati kelaparan. Semua ini akibat kekejaman dari tentara pendudukan Jepang.

  Pada masa revolusi fisik hampir semua sarana dan prasarana ekonomi Indonesia rusak akibat perang. Walaupun sudah lama Indonesia dijajah oleh bangsa asing, akan tetapi potensi ekonominya masih tetap ada. Sumber daya alam Indonesia yang melimpah, hal ini tidak lepas dari luasnya negara Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, yang terletak di daerah tropis. Walaupun bangsa Indonesia memiliki sumber ekonomi yang potensial untuk diekspor, namun kehidupan ekonomi negara kita tetap lemah. Kelemahan ekonomi negara 3 Indonesia pada waktu itu tidak lepas dari kelanjutan kendali dari pihak Belanda Mohammad Hatta, Beberapa Pokok Pikiran Bung Hatta, Jakarta, UI Press, 1992, hlm. 5. atas ekonomi dan struktur ekonomi kolonial. Campur tangan dari pihak Belanda telah menyebabkan perekonomian nasional Indonesia tidak dapat berkembang dengan baik. Perekonomian Indonesia semaksimal mungkin harus dikelola sendiri, dan orang asing terutama orang-orang Belanda jangan dibiarkan

   menguasai keuangan dan perekonomian.

  Salah satu orang Indonesia yang merasa prihatin dan hatinya tergerak terhadap kondisi perekonomian nasional dan menolak penerapan ekonomi pasar adalah Mohammad Hatta. Ia merupakan salah satu founding father yang mempunyai peranan sentral dalam perjuangan kemerdekaan negara ini. Nama Mohammad Hatta tidak asing bagi para pelaku ekonomi kerakyatan yang mengembangkan koperasi. Sebagai bagian dari perjalanan sejarah bangsa ini, maka sudah seyogyanya mengangkat kembali peranan yang telah disumbangkan oleh Mohammad Hatta sebagai peletak dasar atau fondasi perkoperasian bagi negara Indonesia terutama yang menyentuh aktivitas perekonomian rakyat kecil.

  Mohammad Hatta dilahirkan pada tanggal 12 Agustus 1902 di daerah

5 Minangkabau Sumatera Barat. Pada usia tujuh tahun Mohammad Hatta masuk

  sekolah dasar di kota Padang, kemudian melanjutkan pendidikannya di Meer

  Uitgebreid Lager Onderwij (MULO) atau SMP di kota Padang. Pada tahun 1919 4 Mohammad Hatta lulus ujian MULO dan melanjutkan ke Prins Hendrikschool,

R. E. Elson, The Idea of Indonesia: Sejarah Pemikiran dan Gagasan, Jakarta, Serambi Ilmu Semesta,

5 2009, hlm. 260.

  

Mavis Rose, Indonesia Merdeka Biografi Politik Mohammad Hatta, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1991, hlm.8. sebuah SMA dengan penekanan khusus pada mata pelajaran ilmu dagang. Di sekolah ini rasa kebangsaan Mohammad Hatta semakin bertambah, dan ia menyadari kerugian ekonomi yang diderita rakyat di negeri ini karena kebijakan ekonomi pemerintah kolonial yang eksploitatif. Selain bersekolah Mohammad Hatta juga aktif dalam organisasi Jong Sumatra, dan bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional. Atas dorongan pamannya yang bernama Abdul Muis, Mohammad Hatta disuruh untuk melanjutkan studinya dalam ilmu dagang di

6 Rotterdamse Handelhogeschool .

  Pada tanggal 3 Agustus 1921, Mohammad Hatta berlayar dari Emmahaven dengan tujuan utamanya yaitu ke Universitas Leiden. Setelah sampai di negeri Belanda, ia bergabung dalam organisasi Indische Vereeninging (Perhimpunan Indonesia). Di negeri Belanda inilah Mohammad Hatta terangsang rasa kebangsaan yang semakin kuat. Mohammad Hatta juga terpengaruh ideologi Marx tentang kaum buruh. Mohammad Hatta menjadi pendukung kuat tentang konsep “koperasi”, suatu kebijakan yang dianut oleh gerakan kemerdekaan di beberapa negara lain. Mohammad Hatta mengatakan bahwa koperasi hanya mungkin terjadi antara dua kelompok yang memiliki hak-hak dan kewajiban yang sama, dan lebih jauh lagi kepentingan yang sama pula. Selain terlibat dalam aktivitas politik, mohammad Hatta juga mendalami kegiatan ekonomi yang bersendikan pada organisasi koperasi. Ia pergi ke kawasan negara Skandinavia 6 untuk mempelajari lebih dalam tentang kegiatan organisasi koperasi, dengan Tashadi, dkk, Tokoh-tokoh Pemikir Kebangsaan, Jakarta, Depdikbud, 1993, hlm. 12. melihat secara langsung aktivitas ekonomi yang dijalankan oleh koperasi, ia dapat memperoleh gambaran bahwa kegiatan koperasi sesuai kalau diterapkan di Indonesia. Setelah menyelesaikan studinya di negeri Belanda, Mohammad Hatta kembali pulang ke Indonesia. Pada masa kemerdekaan, ia mempunyai peranan yang cukup penting dalam membangun perekonomian nasional. Sebagai orang yang mempunyai pengalaman pendidikan dalam bidang ekonomi. Mohammad Hatta berusaha untuk membangun perekonomian Indonesia yang mayoritas rakyatnya hidup dibawah garis kemakmuran. Untuk menciptakan kemakmuran bagi rakyat, maka ditempuh dengan jalan mengembangkan koperasi.

B. Permasalahan

  Dari latar belakang masalah di atas penelitian ini hendak mengidentifikasi dan menganalisis peranan Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia. Adapun permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

  1. Faktor-faktor yang mendorong Mohammad Hatta berperan mengembangkan koperasi di Indonesia. Permasalahan ini akan dijawab dengan menjelaskan latar belakang keadaan ekonomi, pendidikan dan politik yang tidak dapat dilepaskan dari tradisi Mohammad Hatta sebagai orang Minangkabau. Uraian mengenai latar belakang kehidupan ekonomi, pendidikan dan politik akan bisa menjelaskan mengenai lahirnya jiwa nasionalisme dari Mohammad Hatta, sehingga ia akan berjuang untuk memperbaiki nasib rakyat Indonesia yang secara ekonomi memprihatinkan dengan cara mengembangkan koperasi.

  2. Peranan Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia.

  Permasalahan ini akan dijawab dengan terlebih dahulu meneliti mengenai situasi perekonomian Indonesia pada masa kolonial dan pasca kolonial, bahwa kondisi perekonomian rakyat Indonesia amat memprihatinkan dan dikuasai oleh modal asing. Selanjutnya akan dibahas usaha-usaha yang dilakukan oleh Mohammad Hatta untuk mengembangkan koperasi.

  3. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Mohammad Hatta dalam mendirikan koperasi. Selama kiprah perjuanganya untuk memperbaiki nasib rakyat kecil dengan cara mengembangkan koperasi tentunya Mohammad Hatta menghadapi berbagai hambatan. Permasalahan yang ketiga ini akan dijawab dengan menguraikan hambatan yang dihadapi oleh Mohammad Hatta dalam mengembangkan Koperasi.

  Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

  1. Faktor-faktor apa saja yang mendorong Mohammad Hatta berperan mengembangkan koperasi di Indonesia?

  2. Bagaimana peranan Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia?

  3. Apa hambatan-hambatan yang dihadapi Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia dan bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penelitian

  Sesuai rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan ini adalah:

  a. Mendeskripsikan dan menganalisis Faktor-faktor yang mendorong Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia.

  b. Mendeskripsikan dan menganalisis peranan Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia.

  c. Mendeskripsikan dan menganalisis hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia.

2. Manfaat Penulisan

  Manfaat Penulisan ini adalah:

  a. Bagi Universitas Sanata Dharma Selain untuk melaksanakan salah satu Tri Dharma perguruan tinggi khususnya bidang penelitian yaitu llmu pengetahuan sosial, skripsi ini diharapkan dapat memberikan kekayaan khasanah yang berguna bagi pembaca dan pemerhati sejarah di lingkungan Universitas Sanata Dharma.

  b. Bagi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai sejarah para tokoh bangsa dan peranannya, lebih khususnya tentang peranan Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia dan diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pelengkap dalam pembelajaran sejarah. c. Bagi Penulis Penulisan skripsi semakin memperdalam pengetahuan dan wawasan penulis tentang sejarah peranan Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia.

  d. Bagi Pembaca Skripsi ini diharapkan mampu menarik minat pembaca untuk mempelajari tentang sejarah Indonesia kontemporer, khususnya mengenai peranan Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia.

D. Tinjauan Pustaka

  Sumber sejarah berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah kesaksian dari seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau dengan pancaindera yang lain atau dengan alat-alat mekanik seperti telepon dan lain-lain untuk mengetahui suatu

  

  peristiwa. Louis Gottchalk juga menekankan bahwa sumber primer tidak perlu “asli” (asli yang dimaksud di sini adalah bahwa dari sumber yang ada dalam peristiwa tersebut) tetapi sumber primer itu hanya harus “asli” dalam artian kesaksiannya tidak berasal dari sumber lain melainkan berasal dari sumber

  

  pertama. Dengan demikian sumber primer harus dihasilkan oleh seseorang yang

   sejaman dengan peristiwa yang dikisahkan.

  7 8 Louis Gottchalk, Mengerti Sejarah, Jakarta, UI Pres, 1969, hlm. 35. 9 Ibid, hlm. 36 Ibid, hlm. 35

  Adapun sumber primer yang digunakan dalam penulisan ini adalah berupa sumber tertulis yang diperoleh melalui buku-buku. Buku-buku yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

  

Meninjau Masalah Kooperasi , dalam buku ini Mohammad Hatta

  memaparkan tentang pentingnya mengembangkan koperasi di Indonesia dalam rangka untuk meningkatkan kemakmuran rakyat.

11 Bung Hatta Menjawab , buku ini memaparkan tentang jasa-jasa

  Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi dan kemudian diangkat sebagai bapak koperasi.

   Bung Hatta Berpidato Bung Hatta Menulis , buku ini disusun oleh H.

  Oemar Bakry Dt. Tan Besar berdasarkan pidato-pidato dan tulisan-tulisan Bung Hatta. Dalam buku ini menguraikan tentang: politik perekonomian harus dimajukan dengan pendidikan koperasi.

   Mohammad Hatta Beberapa Pokok Pikiran , buku ini ditulis oleh

  Mohammad Hatta sendiri. Dalam buku ini menjelaskan tentang cita-cita kooperasi yang dituangkan pada pasal 33 UUD 1945 sebagai landasan kegiatan perekonomian bangsa Indonesia.

  10 Buku ini merupakan karya Mohammad Hatta, yang diterbitkan oleh PT. Pembangunan Djakarta 11 pada tahun 1954.

  

Buku ini ditulis oleh Dr. Z. Yasni berdasarkan wawancara langsung dengan Dr. Mohammad Hatta,

12 diterbitkan oleh Penerbit Gunung Agung, pada tahun 1980. 13 Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Mutiara, Jakarta tahun 1979.

  

Buku ini ditulis ulang oleh Sri Edi Swasono, Jakarta, diterbitkan oleh UI- Press, pada tahun 1992.

   Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia , dalam buku ini Mohammad

  Hatta menganalisis tentang: persoalan ekonomi sosialis Indonesia, menjelaskan sosialisme dan sosialisme Indonesia.

   Beberapa Fasal Ekonomi Djalan ke Ekonomi dan Pembangunan , buku

  ini memaparkan tentang kegiatan kooperasi dalam perekonomian Indonesia untuk meningkatkan kemakmuran rakyat.

  Selain sumber primer diatas masih ada sumber lain atau sumber sekunder yang digunakan penulis untuk mendukung penulisan skripsi ini. Sumber sekunder merupakan kesaksian dari siapapun yang bukan merupakan saksi langsung dari peristiwa yang dikisahkan. Adapun buku yang digunakan penulis antara lain sebagai berikut:

  buku ini memaparkan tentang riwayat

  kehidupannya mulai dari keadaan keluarganya, pendidikannya, usahanya menyusun landasan perekonomian Indonesia merdeka.

   Bung Hatta Pribadinya Dalam Kenangan , buku ini memaparkan tentang

  pribadi Bung Hatta sebagai manusia tidaklah mudah putus asa, dan juga mengupas pergaulan dengan kawannya hingga sampai pada akhir hayatnya.

  14 15 Mohammad Hatta, Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia, Djakarta, Djambatan Gita Karya., 1963.

  

Mohammad Hatta, Beberapa Fasal Ekonomi Djalan ke Ekonomi dan Pembangunan, Djakarta, Balai

16 Pustaka, 1960.

  

Buku ini ditulis oleh Arnita dengan judul Mohammad Hatta Memoir, Jakarta, diterbitkan oleh

17 Tintamas Indonesia, pada tahun 1978.

  

Buku ini ditulis oleh Meutia Farida Swasono, Bung Hatta Pribadinya dalam Kenangan, diterbitkan

oleh Sinar Harapan, Jakarta, tahun 1980.

   Indonesia Merdeka, Biografi Politik Mohammad Hatta , buku ini ditulis oleh Mavis Rose. Secara ringkas buku ini menguraikan tentang riwayat Dr.

  Mohammad Hatta yang memperjuangkan kemakmuran sosial dan ekonomi bagi rakyat Indonesia.

  Sejarah Lahirnya Gerakan Koperasi Indonesia dan Perkembangannya

  

Sampai dengan awal Periode 80’an , buku ini membahas tentang beberapa

  peristiwa yang melaratkan rakyat Indonesia, kemudian perekonomian rakyat digerakkan dalam wadah koperasi untuk meningkatkan kemakmurannya.

   Mohammad Hatta, Membangun Ekonomi Indonesia , buku ini membahas

  tentang isi kumpulan pidato-pidato ilmiah Mohammad Hatta. Terlihat bahwa Bung Hatta tidak saja ahli dalam ilmu ekonomi melainkan juga dalam ilmu-ilmu lainnya. Bidang ilmu lainnya yang dikuasai Bung Hatta adalah ilmu tata negara, ilmu sosial, ilmu politik, serta ilmu filsafat.

21 Bung Hatta , buku ini memaparkan tentang: pemikiran Mohammad Hatta

  dalam UUD 1945, dan pentingnya melakukan pendidikan kaderisasi anggota koperasi.

  18 Buku ini ditulis oleh Mavis Rose dengan judul Indonesia Free, A Political Biography of Mohammad

Hatta. Kemudian buku ini diterjemahkan oleh Hermawan Sulistyo, dan diterbitkan oleh PT

19 Gramedia Pustaka Utama pada tahun 1991.

  

Buku ini disusun oleh A. Hanan Harjasasmita, Sejarah Lahirnya Gerakan Koperasi Indonesia dan

Perkembangannya Sampai dengan awal Periode 80’an, diterbitkan oleh Armico, Bandung, tahun

20 1983.

  

Buku ini disusun oleh I. Wangsa Widjaja dan Meutia Farida Swasono, Mohammad Hatta,

21 Membangun Ekonomi Indonesia , diterbitkan oleh Inti Idayu Press, Jakarta, pada tahun 1985.

  Rikard Bangun, Bung Hatta, Jakarta, Kompas, 2003.

   Koperasi Indonesia Yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, buku

  ini memaparkan tentang peranan Mohammad Hatta dalam meningkatkan perkembangan koperasi di tanah air.

E. Landasan Teoritis

  Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

  

  individu dalam masyarakat. Peranan juga dapat diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara langsung dalam menjalankan tugas utama pada suatu organisasi dengan melaksanakan hak dan kewajiban sesuai kedudukan yang dijabat. Peranan menentukan perbuatan seseorang bagi masyarakat dimana ia berada serta kesempatan-kesempatan yang diberikan masyarakat kepada orang tersebut untuk melaksanakan perananya. Peranan lebih menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri serta sebagai suatu proses, selain itu peranan mempunyai tujuan agar antara individu yang melaksanakan peranan dengan orang-orang di sekitarnya yang mempunyai hubungan dengan peranan tersebut diatur oleh nilai-nilai sosial yang

   dapat diterima dan ditaati kedua belah pihak.

  Berdasarkan pelaksanaannya peranan dapat dibedakan menjadi dua

  

  yaitu: (1). Peranan yang diharapkan (expected roles): cara ideal dalam 22 pelaksanaan peranan menurut penilaian masyarakat. Masyarakat menghendaki

G. Kartasa poetra, dkk, Koperasi Indonesia Yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, Jakarta,

  23 Bina Aksara, 1987.

  

Dwi Narwoko, dkk, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta, Kencana Prenada Media

24 Group, 2004, hlm. 159. 25 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali Pers, 1990, hlm. 268-270.

  Dwi Narwoko, dkk, op. cit, hlm.159. peranan yang diharapkan dilaksanakan secermat-cermatnya dan peranan ini tidak dapat ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang ditentukan, (2). Peranan yang disesuaikan (actual role), yaitu cara bagaimana sebenarnya peranan itu dijalankan. Dalam arti lain peran juga merupakan perilaku yang diharapkan dalam

  

  kerangka posisi sosial tertentu. Peranan dapat membimbing seseorang dalam

  

  berperilaku, karena fungsi peran sendiri adalah sebagai berikut: (1). Memberi arah pada proses sosialisasi, (2). Pewaris tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma- norma dan pengetahuan, (3). Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat, (4). Menghidupkan sistem pengendali dan kontrol, sehingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat.

  Berkaitan dengan judul “Peranan Mohammad Hatta Dalam Mengembangkan Koperasi” pengertian peranan yang lebih tepat adalah menurut Soerjono Soekanto. Dimana Mohammad Hatta melaksanakan tugasnya sebagai ahli ekonomi yang mempunyai latar belakang pendidikan ekonomi untuk memajukan kesejahteraan rakyat Indonesia dengan cara membangun koperasi. Dalam hal ini usaha sendiri sangat ditekankan untuk memajukan usaha dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk itu usaha yang sesuai hanya

   adalah koperasi.

  26 Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 27 2000, hlm. 672. 28 Dwi Narwoko, dkk, op. cit, hlm 159.

  Mohammad Hatta, op. cit, hlm. 120.

  Koperasi berasal dari kata co-operation yang artinya usaha bersama.

   Koperasi adalah perkumpulan kerjasama dalam mencapai tujuan. Menurut Dr.

  G. Mladenta bahwa koperasi adalah ialah usaha bersama, merupakan badan hukum, anggota ialah pemilik dan yang menggunakan jasanya dan mengembalikan semua penerimaan di atas biayanya kepada anggota sesuai dengan transaksi yang mereka jalankan. Sedangkan menurut Mohammad Hatta koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong. Semangat tolong menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan seorang buat semua dan

   semua buat seorang.

  Mohammad Hatta juga menekankan bahwa koperasi bukanlah sebuah lembaga yang anti pasar atau non pasar dalam masyarakat tradisional. Koperasi, baginya adalah sebuah lembaga self-help lapisan masyarakat yang lemah atau rakyat kecil untuk bisa mengendalikan pasar. Oleh karena itu koperasi harus bisa bekerja dalam sistem pasar, dengan cara menerapkan prinsip efisiensi. Koperasi juga bukan sebuah komunitas tertutup, tetapi terbuka, dengan melayani non anggota, walaupun dengan maksud untuk menarik mereka menjadi anggota koperasi, setelah merasakan manfaat berhubungan dengan koperasi. Dengan cara itulah sistem koperasi akan mentransformasikan sistem ekonomi kapitalis yang

  29 30 Mohammad Hatta, Koperasi, Djakarta, Penerbit Pembangunan, 1954, hlm.1. http://www.google.co.id/#hl=id&sclient=psyab&q=landasan+teori+koperasi&oq

  tidak ramah terhadap pelaku ekonomi kecil melalui persaingan bebas, menjadi

   sistem yang lebih bersandar pada kerjasama.

  Dalam menyelenggarakan usahanya sebagai organisasi ekonomi koperasi memerlukan adanya modal. Peranan modal di dalam operasional koperasi mempunyai kontribusi yang penting, karena tanpa modal yang memadai maka koperasi tidak akan berjalan lancar. Modal koperasi sendiri berasal dari anggotanya dan juga bantuan dari pihak pemerintah. Penggunaan modal sendiri akan lebih menguntungkan anggotanya karena bunga sedikit. Pengelolaan modal harus memberi manfaat bagi pemenuhan kebutuhan anggotanya supaya

   kesejahteraan dapat terwujud.

  Dalam pandangan Damanik, kehidupan koperasi di Indonesia dipengaruhi

  

  oleh beberapa faktor yaitu: (1). Kebijaksanaan pemerintah, (2). Perundang- undangan, (3). Sistem perekonomian, (4). Organisasi, (5). Jenis-jenis koperasi yang dipilih. Sedangkan secara kelembagaan koperasi dipengaruhi oleh faktor- faktor: (1). Lingkungan politik, sosial, dan ekonomi, (2). Kebijaksanaan pemerintah, (3). Organisasi intern yang terjadi sebagai pencerminan dari struktur sosial masyarakat.

  31 32 Rikard Bangun, Bung Hatta, Jakarta, Kompas, 2003, hlm. 327.

I. Wangsa Widjaya, Mohammad Hatta Membangun Ekonomi Indonesia, Jakarta, Inti Idayu Press,

  33 1985, hlm. 62.

  

Pandangan Damanik ini dikutip oleh Hanan Hardjasasmita kemudian ditulis dalam buku yang

berjudul Sejarah Lahirnya Gerakan Koperasi Indonesia dan Perkembangannya sampai dengan

periode 80’an, halaman 8 dan diterbitkan di Bandung oleh Armico tahun 1983.

  Menurut pandangan Mohammad Hatta, hanya ada tiga macam koperasi

  

  yang harus didirikan yaitu: 1). Koperasi konsumsi yang pertama melayani kebutuhan kaum buruh dan pegawai, 2). Koperasi produksi yang merupakan wadah kaum petani (termasuk peternak atau nelayan), 3). Koperasi kredit yang melayani pedagang kecil dan pengusaha kecil guna memenuhi kebutuhan modal.

  Sejarah perkembangan koperasi di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kehadiran pedagang-pedagang bangsa Eropa di tanah air. Kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia ketika itu cenderung masih sifat tradisional. Tetapi setelah terjadi gelombang pelayaran samudera oleh pedagang-pedagang bangsa Eropa, dan keterlibatan mereka dalam hubungan dagang dengan masyarakat Indonesia, hubungan perdagangan antara Indonesia dengan beberapa Negara Eropa cenderung meningkat.

  Namun demikian, didorong oleh keserakahan pedagang-pedagang bangsa Eropa itu untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya, hubungan perdagangan itu kemudian berubah menjadi keinginan untuk menguasai. Hampir semua pedagang- pedagang bangsa Eropa bermaksud menguasai mata rantai perdagangan antara daerah-daerah di Asia dengan dataran Eropa, yaitu dengan menerapkan cara-cara perdagangan monopoli. Dari sini, hubungan yang semula hanya bersifat murni perdagangan, menjelma menjadi praktik penjajahan.

  Akibatnya, terjadinya penindasan oleh pedagang-pedagang bangsa Eropa 34 terhadap masyarakat Indonesia tidak dapat dihindari. Sebagai bangsa terjajah,

  Rikard Bangun, op.cit, hlm. 328 maka masyarakat Indonesia dieksploitasi secara semena-mena oleh kaum penjajah. Hal itu berlangsung selama beberapa ratus tahun dan mengakibatkan penderitaan bagi bangsa Indonesia, yang kemudian telah membangkitkan semangat pemuka-pemuka bangsa Indonesia untuk berjuang memperbaiki kehidupan masyarakat. Sebagaimana diketahui, perjuangan pemuka-pemuka bangsa Indonesia itu memiliki berbagai bentuk. Salah satu di antaranya adalah

   dengan mendirikan koperasi.

  Sejalan dengan sejarah perkembangan bangsa Indonesia serta perkembangan ekonominya, perkenalan bangsa Indonesia dengan koperasi dimulai pada pengujung abad ke-19, tepatnya pada tahun 1895. Ditengah-tengah penderitaan masyarakat Indonesia, R. Aria Wiriaatmaja, seorang patih di Purwokerto, mempelopori berdirinya sebuah bank yang bertujuan menolong para pegawai agar tidak terjerat oleh rentenir. Usaha ini mendapatkan persetujuan dan dukungan dari Residen Purwokerto E. Sieburg. Badan usaha yang dipilih untuk bank yang diberi nama Bank Penolong dan Tabungan (Hulp en Spaarbank), adalah koperasi.

  Pelayanan bank itu semula masih terbatas untuk kalangan pegawai pamong praja rendahan yang dipandang memikul beban utang terlalu berat. Pada tahun 1898, atas bantuan E. Sieburg dan De Wolff Van Westerrode jangkauan 35 pelayanan bank itu diperluas ke sektor pertanian (Hulp-Spaar en Lanbouwcrediet

  

Revrisond Baswir, Koperasi Indonesia edisi pertama, Yogyakarta, BPFE Yogyakarta, 1997, hlm. 29

  Bank ), yaitu dengan meniru pola koperasi pertanian yang dikembangkan di Jerman (Raiffeisen).

  Akan tetapi, karena kondisi masyarakat yang hidup di alam penjajahan tidak diperbolehkan berkembang lebih jauh, upaya ini tidak mendapatkan dukungan dari pemerintah kolonial. Akibatnya, setiap gerak gerik koperasi pertama Indonesia itu diawasi secara ketat dan mendapat banyak rintangan pemerintah kolonial Belanda. Salah satu upaya yang ditempuh pemerintah kolonial Belanda untuk merintangi perkembangan bank yang dirintis oleh R. Aria Wiriaatmaja tersebut adalah dengan mendirikan Algemene Volkscrediet Bank. Selain itu, pemerintah kolonial Belanda juga mendirikan rumah gadai, bank desa,

   serta lumbung desa.

  Setelah memperoleh kemerdekaan yaitu pada tahun 1945-1967, bangsa Indonesia memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan kebijakan ekonominya.

  Suatu hal yang sangat jelas pada periode ini adalah menonjolnya tekad para pemimpin bangsa Indonesia untuk mengubah tatanan perekonomian Indonesia yang liberal-kapitalistik menjadi tatanan perekonomian yang sesuai dengan semangat pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Sebagaimana diketahui, di dalam pasal 33 UUD 1945, semangat koperasi ditempatkan sebagai semangat dasar perekonomian bangsa Indonesia. Melalui pasal itu, bangsa Indonesia bermaksud 36 untuk menyusun suatu sistem perekonomian usaha bersama berdasar atas asas

  Idem kekeluargaan. Seperti yang dikemukakan oleh Mohammad Hatta dalam pasal 33 ayat 1 UUD 1945, yaitu tidak lain adalah koperasi.

F. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitan

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sejarah, dengan melalui tahap-tahap berikut:

  a. Pengumpulan sumber (Heuristik)

  Setelah menentukan topik langkah selanjutnya dalam penelitian sejarah ialah heuristik atau pengumpulan sumber. Sumber sejarah disebut juga data sejarah yang dikumpulkan harus sesuai dengan jenis sejarah

  

  yang akan ditulis. Dalam penulisan ini penulis mengumpulkan berbagai sumber yang terkait dengan topik yang akan ditulis. Bahan pustaka yang dijadikan sebagai sumber dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.

  b. Kritik Sumber (Verifikasi)

  Tahap selanjutnya ialah verifikasi, yaitu pengujian terhadap data- data yang ada untuk mengetahui apakah data dapat dipertanggung jawabkan keasliannya atau tidak. Tahap verifikasi ini terdiri dari dua macam yaitu, otentisitas atau keaslian sumber (kritik ekstern), dan

   37 kredibilitas, atau kebiasaan yang bisa dipercayai (kritik intern). 38 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta, Bentang Budaya, 2001, hlm. 96.

  Ibid, hlm. 101

  Kritik ekstern digunakan untuk membuktikan keaslian sumber yang akan digunakan. Hal yang diteliti ialah penampilan luar sumber, misalnya kertasnya, tinta, gaya tulisan, bahasa, kalimat, kata-katanya, jenis huruf, dan sebagainya. Kritik intern dilakukan untuk meneliti apakah sumber yang digunakan dapat dipercaya kebenarannya. Kritik intern ini dilakukan dengan cara membandingkan berbagai sumber sehingga akan

   diperoleh fakta yang lebih jelas dan lengkap.

  Kritik intern dalam penulisan skripsi ini ialah ketika penulis menggunakan sumber dari Buku Kompas Edisi Khusus “Apa Kabar

  Koperasi Indonesia” . Dalam sebuah artikel buku kompas halaman 330

  Prof. Dr. M. Dawam Raharjo berpendapat, bahwa orang masuk koperasi bukan karena ingin bekerja sama dalam kegiatan produksi, melainkan karena ingin menikmati fasilitas dan jatah dari pemerintah. Realitasnya sekarang ini orang masuk menjadi anggota koperasi hanya untuk mendapatkan kemudahan dalam memperoleh pinjaman dalam bentuk kredit bagi kepentingan pribadinya sendiri dan bukan untuk mengembangkan usahanya. Kemudian penulis membandingan dengan buku karya Mohammad Hatta yang berjudul “Koperasi” bahwa anggota koperasi harus tolong menolong serta bertanggungjawab untuk

   39 memperkuat solidaritas. 40 Ibid, hlm. 102 Mohammad Hatta, Koperasi , Jakarta, P.T. Pembangunan, 1954, hlm. 28

  c. Interpretasi