PERANAN B. J. HABIBIE DALAM MENGEMBANGKAN RISET DAN TEKNOLOGI DI INDONESIA TAHUN 1978-1998.
PERANAN B. J. HABIBIE DALAM MENGEMBANGKAN
RISET DAN TEKNOLOGI DI INDONESIA
TAHUN 1978-1998
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah
Oleh :
Shendy Ariftia 0906277
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
(2)
PERANAN B. J. HABIBIE DALAM MENGEMBANGKAN
RISET DAN TEKNOLOGI DI INDONESIA TAHUN
1978-1998
Oleh Shendy Ariftia
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial
© Shendy A 2014
Universitas Pendidikan Indonesia April 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari peneliti.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
PERANAN B. J. HABIBIE DALAM MENGEMBANGKAN RISET DAN TEKNOLOGI DI INDONESIA TAHUN 1978-1998
Oleh Shendy Ariftia
0906277
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si. NIP.19630311 198901 1 001
Pembimbing II
Drs. Tarunasena Ma’mur, M.Pd.
NIP.19680828 199802 1 001
Mengetahui:
Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia
Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP.19570408 198403 1 003
(4)
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Peranan B. J. Habibie dalam Mengembangkan Riset dan Teknologi di Indonesia (1978-1998)”. Permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini adalah “Bagaimana keterlibatan B. J. Habibie dalam mengembangkan riset dan teknologi Indonesia tahun 1978-1998?” Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk (1) Memperoleh gambaran mengenai kondisi riset dan teknologi Indonesia sebelum Habibie menjabat sebagai Menristek, (2) Mendeskripsikan upaya-upaya dan kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Habibie dalam mengembangkan riset dan teknologi Indonesia tahun 1978-1998, (3) Menganalisis tantangan yang dihadapi oleh Habibie dalam mengembangkan riset dan teknologi Indonesia tahun 1978-1998, dan (4) Menyimpulkan hasil yang didapatkan Habibie dari usaha-usahanya dalam mengembangkan Riset dan Teknologi tahun 1978-1998. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian skripsi ini mengunakan metode historis yang meliputi empat tahapan yakni pengumpulan sumber-sumber (heuristik) baik lisan maupun tulisan, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Proses pengumpulan sumber dan data penelitian, selain menggunakan studi literatur juga menggunakan teknik wawancara terhadap narasumber yang terkait. Penelitian ini menggunakan pendekatan interdisipliner dengan menggunakan beberapa teori dari ilmu psikologi dan konsep dari ilmu ekonomi. Ilmu psikologi yang digunakan adalah teori motivasi berprestasi sedangkan konsep ilmu ekonomi yang dipakai dalam penelitian ini yaitu konsep pembangunan nasional. Penulis juga menggunakan konsep teknologi untuk menganalisis beberapa peristiwa yang dibahas dalam skripsi ini. Berdasarkan hasil penelitian, bukan suatu hal yang mudah menjadikan riset dan teknologi Indonesia dapat bersaing dengan negara-negara maju. Hal tersebut berlaku pula bagi B. J. Habibie yang mendapat tantangan baik dari dalam maupun luar yang menghambat keinginannya tersebut. Pada akhirnya Habibie mampu mewujudkan riset dan teknologi Indonesia yang bersaing dengan negara maju dengan berlandaskan keyakinan dan rasa percaya diri yang kuat. Jabatan menjadi Menristek membuat Habibie lebih leluasa dalam mengembangkan riset dan teknologi di Indonesia. Berbagai upaya dilakukan Habibie untuk mengembangkan riset dan teknologi Indonesia, diantaranya adalah melakukan alih teknologi dalam memproduksi alat transportasi perhubungan. Salah satu hasilnya adalah kemajuan teknologi kedirgantaraan yang mampu memproduksi pesawat jenis N-250. Hasil tersebut membuat Indonesia berusaha untuk memenuhi kebutuhan bagi seluruh negara baik berkembang maupun negara maju dalam bidang kedirgantaraan. Program yang dicanangkan Habibie menjadi berjalan dengan baik berkat adanya dukungan dari berbagai pihak terutama dari Presiden Soeharto. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber literatur dan khazanah kepustakaan mengenai B. J. Habibie dan perkembangan riset teknologi Indonesia bagi para akademisi khususnya dan masyarakat pada umumnya serta memberi ilmu pengetahuan baru bagi yang membacanya.
(5)
Abstact
This minithesis titled “The role of B J Habibie in developing research and technology in Indonesia (1978-1998)”. The problem studied in this minithesis is
“How B. J Habibie’s involvement in research and technology to develop
Indonesia in 1978-1998?”. The goal of this study are (1) obtain an overview the Indonesia condition of research and technology before Habibie served as Minister of Technology, (2) describing the efforts and polices Habibie measures undertaken in developing research and technology in 1978-1998, (3) analyze the challenge faced by Habibie and develop research and technology in 1978-1998, (4) conclude the result obtained Habibie from his efforts in developing research and technology in 1978-1998. This study uses historical method which includes four steps, including the collection the data sources both oral and written (Heuristic), critic, interpretation, and historiography. Source of the data collection process and research, in addition use literature nevertheless use interview technicque related to informant. This study uses an interdisciplinary approach by using psychology theory and economic concept. Psychology used is the theory af achievement motivation, while the economic concept of national development. Writer also use the concept of technology to analyze some of the event discussed in this minithesis. Based on the result, is not an easy thing to make research and technology Indonesia can complete with developed countries. It also prevails to B.J Habibie is being challenged from wthin and outside that inhibit his desire. Finaly, Habibie able to relize an Indonesia research and technology that compete with developed countries based on the belief and a strong confident. As the Minister of Technology makes Habibie be flexible in developing research and technology in Indonesia. Some efforts are done by Habibie to develop Indonesia research and technology, which are to transfer technology in producing transportation nexus. One of the result is the advancement of aerospace technology that is able to produce the kind of N-250. The result make Indonesia seeks to meet the need of all countries both developing and developed countries in aerospace. The program that initiated by Habibie work out a closer because of the support from various parties, especially from Mr. President Soeharto. The results of this study are expected to increase resources and treasures of literature about Habibie and Indonesia research and technology for academic in particular and society in general, as well as provide new knowledge for those who read.
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
UCAPAN TERIMA KASIH iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Rumusan Masalah 7
1.3. Tujuan Penelitian 8
1.4. Manfaat Penelitian 8
1.5. Struktur Organisasi Skripsi 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA 11
2.1. Teknologi di Indonesia 12
2,2. Pembangunan Nasional 15
2.3. Teori Lepas Landas W.W. Rostow 19
2.4. Teori Motivasi Berprestasi McClelland 27
2.5. Penelitian Terdahulu 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41
3.1. Persiapan Penelitian 43
3.1.1. Penentuan Tema Penelitian 44
(7)
3.1.3. Mengurus Perijinan 46
3.1.4. Proses Bimbingan 47
3.2. Pelaksanaan Penelitian 47
3.2.1. Heuristik 47
3.2.1.1. Pengumpulan Sumber Tertulis 48
3.2.1.2. Pengumpulan Sumber Lisan 51
3.2.2. Kritik Sumber 53
3.2.2.1. Kritik Eksternal 55
3.2.2.2. Kritik Internal 56
3.2.3. Interpretasi 58
3.2.4 Historiografi 61
3.3. Laporan Penelitian 62
BAB IV RISET DAN TEKNOLOGI INDONESIA DI BAWAH KEPEMIMPINAN MENRISTEK B. J. HABIBIE 65
4.1. Biografi Singkat Bacharuddin Jusuf Habibie 65
4.2. Kondisi Riset dan Teknologi Indonesia Sebelum Habibie Menjabat
Sebagai Menristek di Indonesia 69
4.3. Upaya Habibie dalam Mengembangkan Riset dan Teknologi di
Indonesia 72
4.3.1. Gagasan Transformasi Teknologi dan Industri 72
4.3.2. Mendirikan Wahana Transformasi Teknologi dan Industri 76
4.3.3. Melakukan Alih Teknologi 78
4.3.4. Program Beasiswa 84
4.3.5. Mendirikan Dewan Riset Nasional 86
4.4. Tantangan yang dihadapi Habibie dalam Mengembangkan Riset dan
Teknologi di Indonesia 90
4.4.1. Tiga Kendala Riset dan Teknologi Nasional 90
(8)
4.5. Hasil dari Upaya Habibie dalam Mengembangkan Riset dan
Teknologi 94
4.5.1. Penerapan Gagasan Transformasi Teknologi dan Industri 96
4.5.2. PT. IPTN sebagai Hasil Pengalihan Teknologi 100
4.5.3. Hasil dari Program Beasiswa 103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105
5.1. Kesimpulan 105
5.2. Saran 108
DAFTAR PUSTAKA 110 LAMPIRAN
(9)
DAFTAR GAMBAR
1. Bacharuddin Jusuf Habibie 69
2. Peswat N-250 95
3. Pesawat CN-235 97
4. Kapal FPB-28 99
(10)
DAFTAR TABEL
(11)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa erat kaitannya dengan pembangunan dan kemajuan. Kemajuan tidak dapat dipisahkan dari kata pembangunan, karena untuk mencapai kemajuan dibutuhkan sebuah pembangunan. Pembangunan tidak selalu berhubungan dengan masalah ekonomi saja, akan tetapi menyangkut pula dengan berbagai proses multidimensional yang melibatkan segenap pengorganisasian dan peninjauan kembali atas sistem ekonomi dan sosial secara keseluruhan seperti mengenai sistem adat istiadat, sistem kepercayaan yang hidup dalam masyarakat yang bersangkutan, dan dalam bidang teknologi (Todaro, 1999: 81). Negara maju dan modern sering kali merujuk kepada negara-negara Barat, sedangkan bangsa Timur atau Asia Afrika dianggap masih bersifat tradisional dan belum maju (Hidayat, 1997: 78).
Salah satu aspek yang dapat menunjang pembangunan agar negara tersebut dapat dikatakan maju adalah aspek ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti yang diungkapkan oleh Simandjuntak et al. (1999: 11) bahwa kemampuan suatu negara dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) menentukan bagaimana negara tersebut dapat berperan aktif dalam perkembangan dunia. Kenyataan menunjukkan bahwa hanya negara yang ipteknya telah maju saat ini bisa mengambil peran dalam pergaulan internasional, baik dalam bidang politik, ekonomi, strategi, dan pertahanan keamanan maupun budaya.
Perkembangan riset dan teknologi di negara-negara maju dan berkembang sudah banyak dijumpai. Namun, riset dan teknologi di Indonesia masih belum dapat dikatakan setara dengan negara-negara lain. Kenyataan tersebut membuat bangsa Indonesia mulai berbenah diri mengembangkan pembangunan, salah satunya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Bacharuddin Jusuf Habibie yang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus dikembangkan di Indonesia adalah
(12)
iptek yang dalam waktu sesingkat-singkatnya dapat menghasilkan penyelesaian masalah yang dihadapi bangsa Indonesia (Habibie, 2010b:131). Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sejalan pula dengan pemecahan masalah yang dihadapi oleh suatu bangsa.
Pernyataan Habibie tersebut didukung oleh pernyataan Gambiro yang dikutip oleh Astutty (2001:10) yang menyatakan bahwa Indonesia sebagai suatu negara berkembang, menyadari juga bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai peranan penting dalam mempercepat pembangunan sosio-ekonomi nasional. Selain dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh suatu bangsa, ilmu pengetahuan dan teknologi juga bisa mempercepat pembangunan dalam berbagai sektor. Dari sini terlihat betapa pentingnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi suatu bangsa.
Kesadaran mengenai pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap bangsa Indonesia dan keinginan untuk dapat bersaing dengan negara-negara lain yang sudah lebih dulu maju di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi mengharuskan Indonesia mampu menghasilkan produk sendiri agar dapat bersaing di kancah internasional. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Mulyani
et al. (1995:206) yang menyatakan bahwa:
Keinginan untuk sejajar dengan negara maju di bidang teknologi mengharuskan ahli teknologi tidak sekedar meniru, tetapi juga memiliki motivasi untuk mencipta teknologi sendiri. Hal ini dimulai dengan pemanfaatan teknologi yang sudah ada untuk mendapatkan nilai tambah serta memenuhi keperluan akan barang produksi baru. Dari tahap tersebut diharapkan munculnya ahli-ahli Indonesia yang memiliki kemampuan mendesain membuat cetak birunya sendiri.
Maksud dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa jika suatu bangsa mempunyai keinginan untuk dapat sejajar dalam bidang teknologi dengan negara-negara maju lainnya, bangsa tersebut jangan hanya meniru teknologi-teknologi yang sudah ada akan tetapi harus bisa menciptakan teknologi dengan inovasi baru. Akan tetapi, untuk menciptakan inovasi baru khususnya di bidang teknologi harus melalui tahapan-tahapan atau proses. Hal tersebut bisa dimulai dengan cara
(13)
memanfaatkan teknologi yang sudah tersedia, dengan demikian diharapkan mampu menghasilkan ahli-ahli yang dapat membuat teknologi dengan inovasi baru.
Pada awalnya kegiatan penelitian di Indonesia lebih sering ditumpukkan pada pendekatan ilmiah, dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah korpus pengetahuan dan menimba ilmu. Sejalan dengan hal tersebut, lembaga-lembaga penelitian yang ada sangat menekankan pada keperluan pembinaan ilmu. Oleh karena itu, dikembangkanlah pranata seperti Lembaga Biologi Nasional, Lembaga Oseanologi Nasional, Lembaga Fisika Nasional, Lembaga Kimia Nasional, dan Lembaga Riset Nasional. Menteri yang di percaya mengelola kegiatan penelitian pada waktu itu adalah Menteri Negara Riset dan Teknologi. Telah ditegaskan bahwa pengembangan kemampuan-kemampuan nasional dalam ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi prioritas yang sangat dominan dalam kebijakan ilmu pengetahuan. Tenaga kerja dan fasilitas ilmiah harus dikembangkan baik dalam jumlah maupun mutunya sebagai sumber bagi fondasi ilmu pengetahuan dan teknologi (Rifai, 1986:68).
Sejak tahun 1973 semua kegiatan penelitian dibiayai oleh pemerintah. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh departemen-departemen pemerintah, instansi/lembaga nondepartemen, universitas-universitas, dan lembaga-lembaga penelitian lainnya yang telah ditempatkan di bawah koordinasi Menteri Negara Riset dan Teknologi yang menetapkan secara luas program-program yang berkaitan dengan tujuan pembangunan. Dalam merumuskan kebijakan-kebijakan serta koordinasi kegiatan-kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi, Menteri Negara Ristek dibantu oleh Komisi Nasional untuk Evaluasi dan Perumusan Utama Nasional (Pepunas), serta riset dan teknologi (Ristek). Semua lembaga dan instansi penelitian yang ada di dalam masing-masing departemen telah dimasukkan ke dalam satu koordinasi terpusat pada msing-masing departemen yang berwenang mengawasi penggunaan anggaran belanja dalam kegiatan penelitian dan pengembangannya (Rifai, 1986: 67).
Sejalan dengan hal tersebut, pada tahun 1974 Presiden Soeharto menganggap sudah saatnya Indonesia memasuki era teknologi tinggi. Bertepatan
(14)
dengan hal tersebut, Presiden Soeharto mendengar bahwa ada orang Indonesia yang menyandang gelar sarjana sedang berada di Jerman, orang tersebut adalah Bacharuddin Jusuf Habibie atau orang lebih mengenalnya Habibie. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Amir, bahwa:
Kebetulan seorang sarjana teknologi pesawat terbang yang brilian baru pulang dari Jerman Barat pada tahun 1974. Namanya Dr. Habibie. Dia mampu mempesona Presiden Soeharto dan ditempatkan menjadi Direktur Teknologi Maju di Pertamina dengan anggaran bebas, yang lapor langsung kepada Presiden. Sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sekaligus Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tahun 1978-1998 ( Amir, 2008: 587).
Maksud dari pernyataan di atas ialah dengan ditunjuknya Habibie sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi dan adanya kepercayaan penuh yang diberikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1978 membuat Habibie leluasa dalam mengerjakan tugasnya. Tugas pertamanya adalah mengganti nama Menteri Negara Riset menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi, kemudian untuk menjadikan bangsa Indonesia dapat mandiri dan tidak selalu mengandalkan bantuan negara luar, Indonesia harus bisa mengolah kekayaan alam dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini, perlu ditentukan pula bahwa arti kedaulatan dan jati diri bangsa jauh lebih luas daripada sekedar pemilikan persyaratan-persyaratan formal kemerdekaan politik. Kemerdekaan dalam arti sesungguhnya haruslah diikuti kemampuan suatu bangsa untuk berdiri secara ekonomis, keberhasilannya mempertahankan identitas kebudayaan, serta kekuatannya dalam mempertahankan integritas politik. Lebih lanjut, sebagaimana dikatakan Habibie (2010b:23) menyatakan bahwa:
Untuk mencapai tingkat kemandirian bangsa, kita harus lebih mengandalkan diri pada sumber dinamika pembangunan yang berasal dari dalam negeri. Itulah sebabnya mengapa kita harus lebih meningkatkan sumber dana pembangunan yang berasal dari dalam negeri, dan perlu meningkatkan dana pembangunan dalam negeri di luar sumber-sumber minyak dan gas. Dalam kaitan ini, yang terasa mendesak untuk dipecahkan adalah bagaimana cara mengaktualisasikan potensi alamiah dan aneka ragam kekayaan alam Indonesia menjadi kekuatan nyata pembangunan dengan kandungan nilai tambah yang lebih tinggi.
(15)
Maksud dari pernyataan di atas, bahwa jika Indonesia mempunyai keinginan untuk dapat bersaing dengan bangsa-bangsa maju lain dan mempunyai keinginan untuk mandiri, maka Indonesia harus dapat mengoptimalkan segala sesuatu yang terdapat dari dalam negeri. Segala sesuatu yang dimaksud tersebut adalah sumber daya manusia dan sumber daya alamnya, Indonesia mempunyai kekayaan alam yang sangat beragam serta mempunyai penduduk yang padat, hal tersebut dapat dijadikan suatu senjata yang bisa memajukan nama Indonesia di pentas Internasional. Tentunya dengan pengolahan yang tepat serta adanya sinergi yang seimbang antara pemanfaatan Sumber daya alam yang dimiliki dengan kualitas dari sumber daya manusianya.
Pada tahun 1978 terjadi perubahan mendasar pada kegiatan penelitian di Indonesia saat ditunjuknya Habibie memegang portofolio kabinet yang mengelola kegiatan penelitian. Penunjukkan dirinya menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi ternyata tidak hanya sekedar pergantian nama, sebab sejak itu kegiatan penelitian lalu menghasilkan teknologi terapan untuk keperluan pembangunan. Sebagai akibatnya populerlah akronim iptek, yang beberapa tahun kemudian disebarluaskan sehingga tercapai kesepakatan nasional untuk menjadikannya sebagai salah satu asas pembangunan (Habibie, 2010b: 158). Padahal sebelum Habibie menjabat sebagai Menristek, kegiatan riset dan teknologi di Indonesia dapat dikatakan belum maju.
Menjadi pimpinan di industri pesawat terbang skala besar di Jerman selama bertahun-tahun memberikan inspirasi dan mempengaruhi pemikiran Habibie dalam menerapkan kebijakan-kebijakan saat menjabat sebagai menristek tahun 1978-1998. Berdasarkan pengalaman tersebut, ia memiliki keyakinan bahwa untuk bisa menjadi negara maju tidak selalu harus melewati tahap-tahap pembangunan yakni pertanian industri pengolahan pertanian, manufaktur, industri teknologi rendah atau menengah baru ke teknologi tinggi. Teori pembangunan ekonomi yang dikemukakannya adalah dari negara agraris langsung melompat ke tahap negara industri teknologi tinggi, tanpa harus menunggu dan melewati kematangan indsutri pertanian atau tahapan industri manufaktur serta teknologi rendah (Makka, 2012:12).
(16)
Pada dasarnya pembangunan suatu bangsa harus melalui tahapan-tahapan yang sudah terstruktur yakni dari masa tradisional sampai masa di mana rakyat dapat menikmati hasil produksinya sendiri. Berbeda dengan pernyataan tersebut, Habibie mengemukan bahwa teori pembangunan suatu bangsa yakni dari negara agraris langsung melompat ke tahap negara industri teknologi tinggi. Oleh karena itu penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai peran Habibie dalam membuktikan asumsinya sehingga dapat diaplikasikan ketika ia menjabat sebagai Menristek. Mengingat masih terbatasnya khazanah penelitian sejarah dalam sudut pandang pengembangan riset dan teknologi, maka penulis merasa tertarik untuk menulis seputar dinamika pengembangan riset dan teknologi oleh Habibie tahun 1978-1998.
Tulisan ini memfokuskan kajiannya pada peranan Habibie dalam mengembangkan Riset dan Teknologi pada tahun 1978-1998. Adapun alasan pemilihan tokoh Habibie ialah pertama, prestasi serta penghargaan-penghargaan yang telah diraihnya serta peranan Habibie terhadap bangsa Indonesia. Lembaga-lembaga ternama di dunia menganugerahkan dan menerima putra Indonesia ini sebagai anggota kehormatan, antara lain Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar. Jerman Barat tahun 1983 yang menerimanya sebagai anggota kehormatan. Ia juga diterima sebagai anggota (fellow) “The Royal Aeronautical Society” London, Inggris, pada tahun 1983, anggota “The Royal Swedish Academy of
Engineering Sciences” Swedia pada bulan Mei 1985. B. J. Habibie juga menerima
Edward Warner Award dari ICAO diterima pada tahun 1994 (Makka, 2008 : 3).
Kedua, pada Februari 1986 ia diangkat menjadi anggota “The US
Academy of Engineering” pada suatu upacara yang anggun dan terhormat. Hal
tersebut merupakan suatu penghargaan tertinggi yang pernah diterima putera Indonesia yang berprestasi dalam bidang teknologi di Amerika Serikat, maka sejak itu berkibarlah bendera Indonesia diantara bendera-bendera negara maju di dunia. Asia hanya diwakili oleh tiga negara, yakni Jepang (10 orang), India (1 orang) dan Indonesia (1 orang) (Makka, 2008: 3). Penghargaan dari orang-orang luar negeri tersebut lebih cepat ia dapatkan dibanding penghargaan di tanah airnya sendiri. Ketiga, sudah banyak buku yang menulis tentang Habibie, akan tetapi
(17)
setelah penulis cari dan telusuri dari buku-buku tersebut belum adanya buku yang menulis secara utuh dan menyeluruh dari peranan Habibie ketika menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi serta kebijakan-kebijakan yang diterapkannya ketika menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi, kalaupun ada buku tersebut lebih kepada pemikiran-pemikiran Habibie tentang teknologi.
Adapun alasan pemilihan pengembangan Riset dan Teknologi ialah karena pada saat itu (1970-an) berkaitan dengan ketertinggalan bangsa Indonesia dalam bidang ilmu dan teknologi dibandingkan dengan negara-negara lain, serta adanya keinginan dari Presiden Soeharto untuk menjadikan Indonesia sejajar dengan negara maju di bidang teknologi sehingga mengharuskan ahli teknologi tidak sekedar meniru, tetapi juga memiliki motivasi untuk mencipta teknologi sendiri (Mulyani et al, 1995: 206).
Berdasarkan beberapa asumsi di atas, maka penulis bermaksud mengangkat hal tersebut ke dalam sebuah skripsi yang berjudul Peranan Habibie dalam Mengembangkan Riset dan Teknologi di Indonesia Tahun 1978-1998. Maksud yang terkandung pada judul di atas adalah tanggapan, sikap dan kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh B. J. Habibie dalam mengembangkan riset dan teknologi di Indonesia pada tahun 1978-1998.
1.2. Rumusan Masalah
Bagian ini akan diarahkan kepada perumusan masalah yang menjadi bagian penting dalam penelitian. Adapun masalah pokok pada penelitian ini adalah “Bagaimana keterlibatan Habibie dalam perkembangan Riset dan Teknologi di Indonesia pada tahun 1978-1998?”.
Pembahasan dibagi ke dalam rumusan pertanyaan penelitian yang saling berkaitan, pertanyaan penelitian di maksudkan untuk mengarahkan pembahasan dan proses penelitian yang akan dilakukan. Keempat rumusan masalah penelitian tersebut ialah:
1) Bagaimana kondisi riset dan teknologi Indonesia sebelum Habibie menjabat sebagai menristek di Indonesia?
(18)
2) Bagaimana upaya yang dilakukan Habibie dalam mengembangkan Riset dan Teknologi di Indonesia tahun 1978-1998?
3) Bagaimana tantangan yang dihadapi Habbie dalam mengembangkan Riset dan Teknologi di Indonesia tahun 1978-1998?
4) Bagaimana hasil dari upaya-upaya yang dilakukan Habibie dalam mengembangkan Riset dan Teknologi di Indonesia tahun 1978-1998?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
1) Mendeskripsikan latar belakang kehidupan Habibie terutama ketika sebelum menjabat sebagai menristek dan menggambarkan kondisi riset dan teknologi di Indonesia sebelum Habibie diangkat sebagai menristek;
2) Mendeskripsikan upaya-upaya dan kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh
Habibie ketika menjabat sebagai menristek, khususnya dalam
mengembangkan Riset dan Teknologi pada tahun 1978-1998;
3) Menganalisis tantangan yang dihadapi oleh Habibie ketika menjabat sebagai menristek terutama dalam mengembangkan Riset dan Teknologi tahun 1978-1998, yang dilihat dari aspek sumber daya alam, sumber daya manusia sampai pada masalah krisis dana; dan
4) Menyimpulkan hasil yang didapatkan Habibie dari usaha-usahanya dalam mengembangkan Riset dan Teknologi tahun 1978-1998.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan sejarah terutama kajian mengenai peranan Habibie dalam mengembangkan riset dan teknologi di Indonesia. Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut.
(19)
2) Memperkaya pemahaman mengenai salah satu tokoh intelektual yang terdapat di Indonesia.
3) Memperluas kajian mengenai tokoh yang pernah menjadi bagian dari sejarah bangsa Indonesia, sehingga diharapkan diskusi mengenai tokoh-tokoh bersejarah di Indonesia semakin beragam.
4) Mengilhami masyarakat Indonesia khususnya para penerus bangsa untuk dapat menyamai atau bahkan melebihi prestasi Habibie dalam bidang iptek maupun dalam bidang-bidang lainnya.
5) Menambah literatur sejarah mengenai tokoh intelektual, khususnya di Jurusan Pendidikan Sejarah.
1.5. Struktur Organisasi Skripsi
Penyusunan penelitian ini, dijabarkan dalam sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab pertama memuat pendahuluan. Bab ini memaparkan gambaran dasar penelitian yang meliputi latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul, metode dan teknik penelitian dan struktur organisasi skripsi.
Bab kedua memuat tinjauan pustaka. Bab ini memaparkan mengenai tinjauan pustaka yang dilakukan penulis terhadap beberapa sumber literatur ataupun penelitian terdahulu yang digunakan untuk membantu penulis dalam menganalisis dan menguraikan penulisan penelitian yang berjudul “Peranan Bacharuddin Jusuf Habbibie dalam Mengembangkan Riset Dan Teknologi Indonesia Tahun 1978-1998”
Bab ketiga memuat metode penelitian. Bab ini memaparkan tentang langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam melaksanakan dan menjalankan proses penyusunan dan penulisan penelitian. Adapun rangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan peneliti antar lain tahap persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan langkah terakhir adalah pelaporan hasil dari kegiatan penelitian.
(20)
Bab keempat memuat Riset dan Teknologi Indonesia di Bawah Kepemimpinan B. J. Habibie. Bab ini berisi uraian penjelasan dan analisis dari hasil penelitian mengenai latar belakang kehidupan Habibie ketika kecil sampai dewasa serta ketika beliau melanjutkan pendidikannya di Jerman serta ketika kembali lagi ke Indonesia untuk menerapkan inovasinya di bidang teknologi, serta dijelaskan pula peranan dari Habibie pada masa pemerintahan orde baru dan kebijakan-kebijakan apa saja yang dijalankan ketika menjabat sebagai Menristek
Bab kelima memuat Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisi beberapa alternatif jawaban terhadap sejumlah pertanyaan yang telah diajukan dan dikemukakan dalam rumusan masalah dan sekaligus menjadi suatu kesimpulan terhadap permasalahan-permasalahan yang dibahas dalam proses penyusunan dan penulisan penelitian.
(21)
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi “Peranan B. J. Habibie dalam Mengembangkan Riset dan Teknologi di Indonesia Tahun 1978-1998”. Metodologi yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan ini adalah metode historis. Metode historis adalah proses menguji serta menganalisa secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan masa lampau (Gottschalk, 1985: 32).
Menurut Sjamsuddin (2007: 63), metode historis adalah suatu pengkajian, penjelasan dan penganalisisan secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan masa lampau. Adapun Surjomihardjo (1979:133) mengungkapkan bahwa metode sejarah adalah proses yang dilaksanakan oleh sejarawan dalam usaha mencari, mengumpulkan, dan menyajikan fakta sejarah serta tafsirannya dalam susunan yang teratur. Sementara menurut Carraghan yang dikutip oleh Nur (2001:74), dikemukakan bahwa penelitian sejarah atau lazim disebut metode sejarah adalah seperangkat aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis, dan menyajikan sintesa dan hasil-hasil yang dipakai dalam bentuk tertulis.
Penulisan skripsi ini menggunakan teknik studi literatur sebagai suatu teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis, sehingga diperoleh data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi. Pengkajian dengan studi literatur akan membuat proses penelitian berlangsung lebih sistematis, lebih kritis dan analitis. Teknik studi literatur dilakukan dengan cara membaca dan mengkaji buku dan sumber-sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, sehingga dapat membantu penulis dalam menemukan jawaban dari permasalahan yang dirumuskan.
Di samping metode dan teknik penelitian, peneliti juga menggunakan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, karena penggunaan pendekatan merupakan sesuatu hal yang penting dalam sebuah kegiatan
(22)
penelitian. Penggunaan pendekatan dalam suatu penelitian juga dapat mempermudah penelitian yang dilakukan. Selain itu setiap penelitian tidak dapat terlepas dan keterkaitannya dengan konsep-konsep yang terdapat dalam disiplin ilmu lainnya. Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan interdisipliner, yakni pendekatan yang lazim digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial. Hal ini bertujuan agar dapat terungkap suatu peristiwa sejarah secara utuh dan menyeluruh (Kartodirjo, 1993:82). Dengan demikian penyusunan skripisi ini dilakukan dengan meminjam konsep-konsep dari ilmu-ilmu sosial. Selain itu dalam membahas pokok-pokok pemikiran dari B. J. Habibie dalam bidang riset dan teknologi, penulis juga menggunakan konsep-konsep yang ada dalam disiplin ilmu teknologi.
Sementara itu, menurut Sjamsuddin (2007: 96) mengemukakan bahwa paling tidak ada enam tahap yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah, yaitu: 1. Memilih suatu topik yang sesuai.
2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik.
3. Membuat catatan apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung.
4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (Kritik Sumber).
5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistemtika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya.
6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.
Terdapat beberapa tahapan dalam penelitian sejarah menurut Ismaun (2005: 125-131) yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Adapun langkah-langkah yang dipergunakan dalam penelitian sejarah ini adalah :
1. Heuristik
Heuristik merupakan upaya pengumpulan sumber-sumber sejarah yang terkait dengan masalah yang akan dikaji. Usaha-usaha yang dilakukan dalam
(23)
mengumpulkan sumber ini yakni dengan mencari sumber lisan maupun tulisan, browsing internet, dan sumber tertulis lainnya yang relevan untuk pengkajian permasalahan yang akan dikaji. Dalam penelitian ini sumber berupa sumber tulisan yang terdapat di buku-buku, arsip-arsip dan internet yang berhubungan dengan peran Habibie dalam mengembangkan riset dan teknologi di Indonesia.
2. Kritik dan analisis sumber
Pada tahap ini penulis berupaya melakukan penilaian dan mengkritisi sumber-sumber yang telah ditemukan baik dari buku, arsip, laman internet, maupun sumber tertulis lainnya yang relevan. Sumber-sumber ini dipilih melalui kritik eksternal yaitu cara pengujian aspek-aspek luar dari sumber sejarah yang digunakan dan menggunakan kritik internal yaitu pengkajian yang dilakukan terhadap isi dari sumber sejarah tersebut.
3. Interpretasi
Interpretasi merupakan tahap untuk menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh dengan cara mengelola fakta yang telah dikritisi dengan merujuk beberapa hasil studi dokumentasi ataupun dari referensi yang mendukung kepada kajian peneliti. Pada tahap ini penulis memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang diperoleh selama penelitian.
4. Historiografi
Menurut Sjamsuddin (2007:156), historiografi adalah suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian atau penemuan berupa suatu penelitian yang utuh. Sehingga dalam hal ini penulis menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap yang dilakukan sebelumnya dengan cara menyusunnya ke dalam suatu tulisan.
Pelaksanaan penelitian ini dalam tiga tahap yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan laporan penelitian.
3.1 Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan persiapan penelitian. Langkah awal dari proses ini adalah penentuan metode dan teknik
(24)
pengumpulan data yang akan digunakan. Teknik yang digunakan adalah studi literatur meliputi dokumen atau arsip-arsip dan wawancara. Peneliti mencari sumber tertulis yang relevan dan ada korelasinya dengan permasalahan yang dikaji baik dari buku-buku maupun artikel dan hasil karya ilmiah lain seperti skripsi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam persiapan penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian
Tahap awal yang dilakukan oleh penulis adalah memilih dan menentukan tema penelitian. Tema yang dipilih oleh penulis adalah mengenai sejarah riset dan
teknologi di Indonesia, dengan judul “Peranan B. J. Habibie dalam Mengembangkan Riset dan Teknologi di Indonesia Tahun 1978-1998”. Hal tersebut diperoleh setelah penulis membaca sumber literatur yang sesuai dengan penelitian tersebut. Penulis juga sangat tertarik terhadap sosok Habibie yang sangat sederhana menurut penulis, dengan kemampuannya di bidang teknologi, Indonesia dapat bangga mempunyai Habibie yang bisa mengubah wajah Indonesia di bidang teknologi.
Faktor lain ketertarikan penulis untuk melakukan peneltian terhadap sosok Habibie yaitu, setelah penulis menonton film Habibie-Ainun yang sangat populer saat itu, film tersebut menceritakan perjalanan hidup Habibie ketika kecil, muda sampai ditinggal istri tercintanya yaitu Ainun. Walaupun film tersebut banyak menceritakan kisah cinta Habibie dengan Ainun tetapi dalam film tersebut terdapat penggalan cerita dimana Habibie ketika menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi sehingga mampu membuat pesawat terbang buatan anak bangsa. Kenyataan itulah yang membuat penulis merasa tertarik melakukan penelitian mengenai peranan Habibie ketika menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi. Kemudian jika dilihat dari pemikiran Habibie tentang teori pembangunannya dari negara tradisional langsung melompat jauh ke depan menjadi negara industri tanpa melalui tahapan-tahapan yang sudah umum, membuat penulis semakin penasaran ingin mengkaji lebih dalam mengenai sosok Habibie.
(25)
Alasan mengenai mengapa bidang riset teknologi yang akan diteliti oleh penulis adalah ketika setelah Habibie naik jabatan sebagai Wakil Presiden RI kemudian menjadi Presiden RI dan samapai Habibie sudah tidak menjabat lagi sebagai Presiden, pamor dari teknologi Indonesia juga ikut menurun. Itulah sebabnya penulis merasa tertarik meneliti peranan Habibie dalam bidang riset dan teknologi di Indonesia. Langkah selanjutnya penulis mengajukan judul tersebut kepada dewan yang secara khusus mengenai penulisan skripsi, yaitu Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI. Setelah judul disetujui oleh Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI, penulis mulai menyusun suatu rancangan penelitian dalam bentuk proposal.
3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian
Rancangan atau usulan penelitian adalah salah satu syarat yang harus disusun oleh penulis sebelum melakukan penelitian. Rancangan ini dibuat dalam bentuk proposal skripsi. Proposal skripsi ini diajukan kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) untuk dikoreksi sebelum diseminarkan oleh anggota TPPS. Proposal ini kemudian dikoreksi terutama pada bagian judul, rumusan masalah dan pembatasan masalah. Setelah proposal dikoreksi dan diperbaiki, maka penulis diperbolehkan mengikuti proposal skripsi yang dilaksanakan pada tanggal 31 Januari 2013 bertempat di Perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah. Pengesahan mengikuti seminar dikeluarkan melalui surat keputusan dari Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah No. 003/TPPS/JPS/PEM/2013. Dalam surat keputusan tersebut, ditentukan pula pembimbing I, yaitu Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si dan pembimbing II, yaitu Drs. Tarunasena, M.Pd.
Penulis mempresentasikan rancangan penelitian tersebut dalam kegiatan seminar proposal di depan TPPS dan calon pembimbing skripsi untuk dikaji dan didiskusikan apakah rancangan tersebut dapat dilanjutkan atau tidak. Seminar tersebut dihadiri oleh Bapak Dadang Supardan, Bapak Wawan Darmawan, Bapak Ayi Budi Santosa, Ibu Murdiyah Winarti, Ibu Yani dan Bapak Taruna Sena,
(26)
kemudian menyusul Bapak Agus serta Ibu Yeni menghadiri seminar proposal tersebut. Penulis banyak mendapat masukan dari calon pembimbing maupun dari luar calon pembimbing dalam kegiatan seminar tersebut. Rancangan penelitian yang telah diseminarkan kemudian disetujui dan ditetapkan dengan surat keputusan oleh TPPS dan ketua jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dengan No. 003/TPPS/JPS/PEM/2013 sekaligus penentuan pembimbing I oleh Drs. Ayi Budi Santosa,M. Si. dan pembimbing II oleh Drs. Tarunasena, M. Pd.
Adapun proposal peneitian yang disusun oleh peneliti memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Judul
b. Latar Belakang Masalah c. Perumusan Masalah d. Tujuan Penelitian e. Manfaat Penelitian f. Kajian Pustaka g. Metode Penelitian
h. Struktur Organisasi Skripsi
3.1.3 Mengurus Perijinan
Setelah proposal penelitian disetujui oleh TPPS, langkah selanjutnya adalah mengurus surat perijinan guna memperlancar peneliti dalam melaksanakan penelitian dan mempermudahkan peneliti dalam memperoleh informasi maupun data-data yang dibutuhkan peneliti dalam penelitian. Pada tahap ini, peneliti membuat surat perijinan dari Jurusan Pendidikan Sejarah yaitu surat permohonan untuk melakukan pra-penelitian dan penelitian yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan penelitian skripsi, kemudian dilanjutkan mengajukan ke Akademik FPIPS UPI Bandung untuk memproleh ijin dari Dekan FPIPS. Surat-surat perijinan itu ditujukan kepada:
1. Pembantu Rektor Bidang Akademik Universitas Pendidikan Indonesia. 2. Kepala Humas PT. Dirgantara Indonesia.
(27)
3.1.4 Proses Bimbingan
Proses bimbingan merupakan kegiatan bimbingan penyusunan skripsi yang dilakukan oleh penulis dengan pembimbing I dan pembimbing II yang ditunjuk oleh TPPS. Bimbingan dengan pembimbing memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu untuk memberikan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi. Hal penting dalam penyusunan skripsi ini , karena melakukan bimbingan yang teratur akan memperoleh banyak masukan, saran maupun kritik bagi penulis dari pembimbing skripsi. Penulis melakukan konsultasi kepada 2 (dua) pembimbing, yaitu pembimbing I dan pembimbing II. Bimbingan dilakukan dalam rangka menentukan teknik dan waktu pelaksanaan bimbingan, agar dapat berjalan efektif dan efisien. Kedua pembimbing tersebut akan memberikan pengarahan dalam mengkaji permasalahan dan menuliskannya dalam sebuah skripsi. Bimbingan biasanya dimulai dari judul, bab I (pendahuluan), bab II (kajian pustaka), bab III (metodologi penelitian), bab IV (pembahasan), bab V (kesimpulan), dan abstrak.
Jadwal bimbingan bersifat fleksibel dan dalam setiap pertemuan membahas satu atau dua bab yang diajukan, revisi, atau konsultasi sumber. Bimbingan satu bab biasanya tidak cukup satu kali pertemuan karena masih terdapat kekurangan yang harus ditambah dan diperbaiki oleh penulis. Bimbingan harus dilakukan sampai semua bab selesai dan penulisannya benar.
3.2Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian adalah tahapan penting dari proses penulisan skripsi ini. Terdapat serangkaian langkah-langkah yang harus dilakukan berdasarkan metode historis dalam tahapan ini, yaitu heuristik atau pengumpulan sumber, kritik atau analisis sumber sejarah, dan interpretasi atau penafsiran sejarah. Adapun dalam tiga tahapan ini, penulis jabarkan lagi sebagai berikut:
3.2.1 Heuristik
Pada tahap ini penulis berusaha melakukan pencarian, pengumpulan dan pengklasifikasian berbagai sumber yang berhubungan dengan masalah penelitian. Sumber sejarah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber literatur
(28)
berupa buku-buku, jurnal dan artikel yang dapat membantu penulis dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dikaji. Menurut Sjamsuddin (2007:73), sumber sejarah (historical sources) adalah segala sesuatu yang langsung ataupun tidak langsung memberitahukan kepada kita tentang sesuatu kenyataan kegiatan manusia pada masa lampau (past actually). Pada tahap ini, peneliti berusaha mencari dan mengumpulkan berbagai sumber yang berhubungan dengan masalah yang dikaji. Jenis sumber sejarah yang digunakan peneliti dalam proses penelitian ini adalah berupa sumber tertulis atau literatur dan sumber lisan.
3.2.1.1. Pengumpulan Sumber Tertulis
Sumber tertulis yang dikumpulkan peneliti berupa buku-buku, artikel-artikel, dan jurnal yang didalamnya terdapat tulisan tentang pernyataan-pernyataan dari
Habibie ataupun yang menceritakan Habibie dan perannya dalam
mengembangkan riset dan teknologi di Indonesia tahun 1978-1998. Pada tahap ini peneliti mencoba mencari sumber-sumber tertulis berupa buku-buku, skripsi dan dokumen-dokumen relevan yang sesuai dengan permasalahan yang dikaji.
Sumber literatur yang peneliti dapatkan dengan cara mengunjungi pusat-pusat informasi yang sekiranya memiliki sumber-sumber yang memuat data-data tersebut. Pusat-pusat informasi itu di antaranya adalah perpustakaan, toko buku, atau pameran buku yang menyediakan buku-buku baik sebagai sumber primer maupun sumber sekunder yang relevan dengan permasalahan yang dikaji, maupun buku dari koleksi pribadi penulis atau koleksi dari teman serta sumber informasi dari internet. Untuk memperoleh sumber-sumber tertulis, peneliti melakukan kunjungan ke berbagai tempat seperti Perpustakaan UPI, Perpustakaan UNPAD Jatinangor, Perpustakaan Museum KAA, Perpustakaan Batu Api. Proses pencarian sumber dilakukan dengan cara mengunjungi berbagai perpustakaan. Penulis mengunjungi perpustakaan-perpustakaan yang sangat membantu untuk mendapatkan sumber yang dilaksanakan secara rutin. Untuk lebih jelasnya penulis akan menjabarkan proses pencarian sumber ke beberapa tempat, diantaranya:
a) Perpustakaan yang dikunjungi adalah Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Letak dari perpustakaan UPI yang tidak jauh dari
(29)
tempat tinggal penulis membuat penulis rutin mengunjungi perpustakaan tersebut. Pencarian dimulai ketika sebelum mengajukan proposal yaitu ketika bulan Desember 2012. Pada bulan tersebut penulis masih jarang mengunjungi perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia dikarenakan belum adanya kepastian dalam hal judul. Sampai ketika bulan Januari 2013 penulis mulai rajin mengunjungi perputakaan UPI, bahkan dalam seminggu ada 3-4 kali. Di Perpustakaan UPI penulis tidak menemukan tulisan tentang Habibie ketika menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi. Adapun tulisan mengenai Habibie tentang perpolitikan ketika menjabat sebagai Presiden, hal tersebut kurang ada kaitannya dengan penelitian penulis. Akan tetapi di perpustakaan tersebut, penulis menemukan banyak sumber mengenai sejarah dari teknologi baik di Indonesia maupun sejarah teknologi di luar negeri.
b) Perpustakaan lainnya yang penulis kunjungi adalah perpustakaan UNPAD yang terletak di Jatinangor. Penulis mengunjungi perpustakaan tersebut hanya beberapa kali pada bulan Februari 2013. Di perpustakaan tersebut penulis mengunjungi ruangan skripsi UNPAD, memang tidak terdapat tulisan yang membahas tentang Habibie dalam sepengetahuan penulis, akan tetapi di perpustakaan ini penulis mendapatkan beberapa literatur yang berkaitan dengan kondisi politik Indonesia ketika presiden Soeharto menginginkan pembangunan dalam segala aspek salah satunya adalah bidang teknologi. Karena menurut sepengetahuan penulis perpustakaan UNPAD tersebut belum ditemukannya buku yang membahas tentang Habibie maka penulis hanya mengunjungi perpustakaan tersebut hanya beberapa kali saja.
c) Perpustakaan berikutnya yang penulis kunjungi adalah perpustakaan Museum KAA yang berlamat di Jalan Asia Afrika, Bandung. Kunjungan penulis ke perpustakaan tersebut tadinya hanya sekedar melihat pameran galeri saja, akan tetapi penulis tertarik masuk ke ruangan perpustakaannya yang terletak di belakang Museum KAA. Kunjungan penulis ke perpustakaan tersebut terjadi pada bulan Maret 2013. Di perpustakaan tersebut penulis menemukan sumber literatur yang berkaitan dengan kehidupan Habibie, walaupun bentuknya berupa buku akan
(30)
tetapi di dalamnya memuat artikel dari beberapa tokoh di Indonesia salah satunya adalah Habibie.
d) Selanjutnya penulis mengunjungi perpustakaan Batu Api yang terletak di Jatinangor yang letaknya berdekatan dengan Universitas Padjajaran. Penulis mengunjungi perpustakaan tersebut sekalian dengan mengunjungi perpustakaan UNPAD Jatinangor. Letak perpustakaan tersebut yaitu di samping jalan dan ruangannya lumayan kecil akan tetapi dapat dikatakan lenglap untuk perpustakaan pribadi. Peneliti tidak menemukan sumber literatur mengenai riset dan teknologi pada perpustakaan Batu Api, akan tetapi menemukan buku yang berkaitan dengan penunjukkan Habibie sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi. Kunjungan selanjutnya bulan April 2013 penulis menemukan buku biografi Habibie yang berjudul SABJH: Setengah Abad Bacharuddin Jusuf Habibie. Seperti dikatakan di atas, untuk judul yang berkaitan dengan riset dan teknologi tidak ditemukan di perpustakaan tersebut.
e) Selanjutnya penulis mengunjungi perpustakaan Institut Teknologi Bandung (ITB). Penulis mengunjungi perpustakaan tersebut ketika bulan Agustus 2013. Penulis menemukan beberapa sumber literatur yang berkaitan dengan tujuan penelitian penulis pada perpustakaan tersebut. Penulis mendapatkan buku yang diterbitkan oleh tim Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berjudul
“Konsep Teknologi”. Penulis juga menemukan buku-buku lainnya yang bertemakan teknologi seperti Sains dan Teknologi 4 karya Sulaswatty dkk. Selain itu juga penulis menemukan buku yang bertemakan pembangunan seperti buku yang diterbitkan oleh Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) yang berjudul
“Pembangunan Nasional” dan buku yang diterbitkan oleh Departemen Penerangan RI yang berjudul “Proyek-Proyek Pembangunan Nasional” .
Selain perpustakaan-perpustakaan yang telah disebutkan di atas, penulis juga mengunjungi toko-toko atau bursa buku untuk menambah referensi penulis, toko buku tersebut di antaranya:
a) Bursa buku pertama yang penulis kunjungi adalah bursa buku Palasari, letak toko buku tersebut yaitu di daerah Jl. Palasari. Penulis sering mengunjungi tempat bursa buku tersebut karena merupakan kumpulan toko buku- buku yang
(31)
bisa dikatakan lengkap. Setelah penulis mendapatkan masukan dari dosen pembimbing untuk mencari sumber buku yang belum tersedia, maka penulis mengunjungi toko buku tersebut. Penulis mengunjungi bursa buku tersebut hampir setiap bulan setelah kegiatan seminar dilakukan. Penulis menemukan beberapa buku yang sangat membantu penulis dalam melakukan penelitian, baik buku yang berkaitan dengan Habibie maupun buku yang berkaitan dengan riset dan teknologi di Indonesia.
b) Tempat buku selanjutnya yang penulis kunjungi adalah bursa buku yang terletak di daerah Dewi Sartika. Bursa buku yang terletak di samping jalan raya ini sering penulis kunjungi selain tempat buku di Palasari. Walaupun terbilang buku-buku bekas akan tetapi buku-buku tersebut masih layak untuk di baca dan terjangkau harganya. Selama kunjungan ke bursa buku yang terletak di daerah Dewi Sartika ini penulis tidak menemukan buku yang berkaitan dengan Habibie kecuali novel Habibie Ainun. Akan tetapi penulis menemukan buku yang berkaitan dengan teknologi di Indonesia.
c) Toko buku selanjutnya adalah toko buku yang terletak di daerah Balubur. Terdapat toko buku di sana yaitu Lawang Buku, dapat dikatakan toko buku tersebut khusus menyediakan buku-buku yang berkaitan dengan sejarah dan sastra. Dalam kunjungannya, penulis menemukan buku yang berkaitan dengan Habibie bahkan biografi Habibie yang berjudul BJH: Bacharuddin Jusuf Habbiie. Buku tersebut dapat dikatakan langka karena terbitan tahun 1987, dan penulis belum menemukan buku tersebut di tempat-tempat lainnya. Buku tersebut sangat membantu penulis dalam melakukan penelitian khususnya berkaitan dengan biografi Habibie selama menjalani karirnya.
3.2.1.2 Pengumpulan Sumber Lisan
Sumber lisan ini dikategorikan sebagai sejarah lisan (oral history) karena merupakan perkataan secara lisan oleh orang-orang yang diwawancarai (saksi mata). Pada tahap ini, penulis mulai mencari narasumber yang dianggap dapat memberikan informasi yang menandai untuk menjawab permasalahan yang akan dikaji dalam penulisan skripsi. Peneliti mencoba membagi kategori orang sebelum
(32)
melakukan wawancara, karena orang yang akan diwawancara satu sama lain berbeda karakter serta kemampuan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam format wawancara yang peneliti buat. Agar peneliti dapat mengelompokan sumber-sumber hasil wawancara tersebut. Maka peneliti membuat format wawancara yang berbeda sesuai dengan kategori masing-masing, adapun kategori yang penulis maksud adalah kategori staf humas perusahaan bersama staf personalia dan para mantan karyawan perusahaan tersebut serta para pembantu rumah Habibie.
Adapun proses wawancara yang dilakukan penulis adalah wawancara langsung dengan mendatangi tempat tinggal para narasumber. Teknik wawancara secara individual dipilih karena narasumber satu dengan yang lainnya berbeda kesibukannya. Pada umumnya pelaksanaan wawancara dibedakan menjadi dua jenis yaitu wawancara berstruktur dan wawancara tak berstruktur. Wawancara berstruktur yaitu suatu tanya jawab yang semua pertanyaan telah dirumuskan sebelumnya dengan cermat atau biasanya secara tertulis. Jadi, ketika wawancara berlangsung dengan responden, daftar pertanyaan telah disusun. Wawancara berstruktur ini tidak memberikan kebebasan berpendapat bagi responden. Sedangkan wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang tidak mempunyai persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata – kata dan tidak berurutan tapi tetap harus dipatuhi peneliti (Koentjaraningrat, 1994:138).
Teknik wawancara yang digunakan penulis dalam penelitian ini merupakan gabungan antara wawancara berstruktur dan tak berstruktur. Wawancara dilakukan secara individual, yaitu dilakukan berdua antara pelaku atau saksi dengan penulis. Sebelum wawancara dilaksanakan, penulis menyusun daftar pertanyaan terlebih dahulu. Daftar pertanyaan tersebut dijabarkan secara garis besar. Dalam pelaksanaannya, pertanyaan tersebut diatur dan diarahkan sehingga pembicaraan berjalan sesuai dengan pokok permasalahan. Apabila informasi yang diberikan narasumber kurang jelas, penulis mengajukan kembali pertanyaan yang masih terdapat dalam kerangka pertanyaan besar. Pertanyaan-pertanyaan itu diberikan dengan tujuan untuk membantu narasumber dalam
(33)
mengingat kembali peristiwa sehingga informasi menjadi lebih lengkap. Penggunaan wawancara sebagai teknik dalam memperoleh data, didasarkan karena sumber tertulis mengenai peran Habibie sebagai Menristek sangat kurang dan didasarkan atas pertimbangan bahwa pelaku benar-benar mengalami peristiwa tersebut, terutama yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini yaitu mereka yang terlibat atau sebagai tenaga kerja di perusahaan yang pernah Habibie pimpin serta orang yang dekat dengan Habibie.
Dalam hasil wawancara penulis mengelompokan hasil data wawancara menurut kategori yang sudah penulis tentukan, seperti hasil wawancara dari pihak staf humas bersama staf personalia perusahaan, penulis menargetkan berhasil mendapatkan sejumlah keterangan mulai dari perkembangan, sistem manajemen, serta kontribusi perusahaan terhadap teknologi kedirgantaraan di Indonesia. Hasil wawancara ke bagian Humas PT. Dirgantara Indonesia, penulis berusaha mendapatkan informasi mengenai gaya kepemimpinan Habibie di perusahaan tersebut serta apa saja prestasi yang telah dicapai perusahaan tersebut di bawah pimpinan Habibie. Bagian Humas merupakan sebagai jajaran terdepan yang mewakili lembaga perusahaan dalam menyampaikan informasi mengenai keadaan perusahaan sendiri. Hasil wawancara kepada mantan sekretaris pribadi Habibie, penulis mengharapkan mendapatkan sebuah keterangan mengenai latarbelakang Habibie dan mendapatkan informasi mengenai kepribadian Habibie dimata mantan sekretaris pribadinya. Sementara hasil wawancara kepada pembantu rumah tangga di kediaman Habibie, penulis mengharapkan mendapatkan sebuah keterangan mengenai sosok Habibie di mata para pembantu rumah tangga.
3.2.2 Kritik Sumber
Setelah melakukan tahap heuristik, tahapan selanjutnya adalah melakukan kritik sumber. Pada tahap ini peneliti mencoba untuk menguji sumber-sumber yang telah dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian skripsi ini. Kritik sumber ini dimaksudkan untuk mengkaji kebenaran dan ketepatan dari sumber yang didapat dengan cara menyaring sumber-sumber tersebut sehingga diperoleh fakta-fakta yang sesuai dengan kajian skripsi ini. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
(34)
Sjamsuddin yang menjelaskan bahwa fungsi kritik sumber bagi sejarawan erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu dalam rangka mencari kebenaran (2007:118). Dengan kritik itu maka akan memudahkan dalam penulisan karya
ilmiah yang benar-benar objektif tanpa rekayasa sehingga dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
Kritik sumber adalah suatu proses menyelidiki serta menilai secara kritis apakah sumber-sumber yang terkumpul sesuai dengan permasalahan penelitian, baik bentuk maupun isinya yang didasari oleh etos ilmiah yang menginginkan, menemukan atau mendekati kebenaran. Abdurahman (2007: 68-69) menyatakan bahwa otentisitas sumber sejarah dapat diketahui dengan mengujinya berdasarkan pertanyaan-pertanyaan seperti:
a. Kapan sumber itu dibuat? b. Dimana sumber itu dibuat? c. Siapa yang membuat?
d. Dari bahan apa sumber itu dibuat? e. Apakah sumber itu dalam bentuk asli?
Dalam proses kritik sumber, pertama yang harus dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan kritik sumber adalah mencari serta mengumpulkan berbagai sumber yang relevan berhubungan dengan tema penelitian dengan cara mengunjungi tempat-tempat yang menyimpan sumber-sumber tertulis, baik perpustakaan maupun lembaga-lembaga yang menyimpan dokumen yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji peneliti di dalam skripsi ini. Setelah sumber-sumber yang berkenaan dengan masalah skripsi ini diperoleh dan dikumpulkan, kemudian dilakukan verifikasi terhadap sumber-sumber tersebut.
Dalam metode sejarah dikenal dua jenis kritik sumber, yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal yaitu cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah, sedangkan kritik internal lebih
menekankan kepada aspek “dalam” yaitu isi dari sumber yang berupa kesaksian (Sjamsuddin, 2007:104-111). Adapun kritik yang dilakukan oleh penulis dalam penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut:
(35)
3.2.2.1 Kritik Eksternal
Kritik eksternal merupakan cara melakukan klasifikasi atau pengujian dilihat dari aspek luarnya. Kritik eksternal ialah suatu penelitian atas asal usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak awal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak (Sjamsuddin, 2007 : 104-105). Aspek eksternal bertujuan untuk menilai otentisitas dan integritas sumber, sedangkan aspek internal bertujuan untuk menguji realibilitas dan kredibilitas sumber. Peneliti melakukan kritik eksternal dengan cara menelaah, menganalisis secara seksama terhadap sumber-sumber yang diperoleh sehingga diketahui unsur latar belakang peneliti, penerbit, tahun terbit dan keasliannya. Kritik eksternal ini dilakukan untuk memperoleh apakah sumber tersebut otentik (asli) atau tidak.
Kritik eksternal yang dilakukan peneliti pada sumber lisan adalah dengan melihat dan mengidentifikasi apakah narasumber tersebut mengalami dan hidup sezaman dengan peristiwa yang dikaji oleh peneliti dan apakah latar belakang narasumber tersebut sesuai dengan yang peneliti butuhkan. Sumber kritik eksternal harus menerangkan fakta dan kesaksian bahwa:
a. Kesaksian itu benar-benar diberikan oleh orang itu atau pada waktu itu
authenticity atau otensitas.
b. Kesaksian yang telah diberikan itu telah bertahan tanpa ada perubahan, atau penambahan dan penghilangan fakta-fakta yang substansial, karena memori manusia dalam menjelaskan peristiwa sejarah terkadang berbeda setiap individu, adapun ada yang ditambah ceritanya atau dikurangi tergantung pada sejauh mana narasuber mengingat peristiwa sejarah yang dikaji.
Untuk mengkritik sumber lisan, penulis mengamatinya dari aspek usia para narasumber untuk melihat ketepatan antara kurun waktu kajian, dengan usia mereka pada waktu itu, sehingga dapat diputuskan bahwa mereka benar-benar telah bekrja di salah satu perusahaan yang pernah dipimpin Habibie serta mengetahui kepribadian Habibie sejak remaja. Daya ingat narasumber sangat penting karena daya ingat sangat berpengaruh terhadap hasil kajian untuk dapat
(36)
memberikan informasi yang benar-benar sesuai dengan apa yang dialami olehnya dan apa yang benar-benar terjadi pada kurun waktu 1978-1998 ketika bekerja di perusahaan tersebut dan ketika Habibie menjabat sebagai Menristek mereka masih mengingatnya. Selain itu, kesehatan fisik dan mental serta kejujuran narasumber sangat penting diperhatikan.
3.2.2.2 Kritik Internal
Kritik internal atau dalam untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya (Ismaun, 2005:50). Dalam tahapan ini penulis melakukan kritik internal terhadap sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian penulis. Kritik internal yang telah diperoleh berupa buku-buku referensi dilakukan dengan membandingkannya dengan sumber lain.
Kritik internal dilakukan penulis untuk melihat layak tidaknya isi dari sumber-sumber yang telah diperoleh tersebut untuk selanjutnya dijadikan penelitian dan penulisan skripsi. Kritik internal mencoba melihat atau menguji dari dalam realibilitas dan kredibilitas isi dari sumber-sumber sejarah (Sjamsuddin, 2007: 118). Menurut Gottschalk (1985:114) membandingkan sumber yang satu dengan sumber yang lainnya adalah mencari dukungan sumber-sumber yang digunakan penulis sehingga mendapatkan fakta-fakta yang tegak.
Kritik internal yang dilakukan penulis diawali ketika penulis memperoleh sumber, penulis membaca keseluruhan isi sumber kemudian dibandingkan dengan isi sumber-sumber lainnya yang telah dibaca lebih dulu oleh penulis. Pokok pikiran apa saja yang terkandung dalam setiap kajian dari beberapa penulis serta apa yang menjadi fokus kajiannya. Hasil perbandingan sumber tersebut, maka akan diperoleh kepastian bahwa sumber-sumber tersebut bisa digunakan karena sesuai dengan topik kajian.
Kritik internal untuk sumber tertulis dilaksanakan peneliti dengan melakukan konfirmasi dan membandingkan berbagai informasi dalam suatu sumber dengan sumber yang lain yang membahas masalah yang serupa. Untuk melakukan kritik internal terhadap sumber tertulis berupa buku, penulis melakukan perbandingan antara buku yang satu dengan buku lainnya. Dalam hal ini penulis membagi atau
(37)
membuat klasifikasi sumber-sumber tertulis ke dalam tiga bagian untuk mempermudah dalam memahami suatu peristiwa. Buku yang ditulis baik itu oleh pelaku sejarah, saksi sejarah, maupun oleh penulis yang berlatar belakang akademis, sama-sama memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini. Penulis menggolongkan sumber-sumber tersebut ke dalam tiga kategori, yaitu:
1. Sumber yang khusus membahas tentang Habibie, diantaranya The True
Life of Habibie : Cerita dibalik Kesuksesan yang ditulis oleh Makmur
Makka (2008), buku BJH : Bacharuddin Jusuf Habibie, Kisah Hidup dan
Kariernya yang ditulis oleh Makmur Makka (1987), buku Jejak Pemikiran B. J. Habibie : Peradaban Teknologi untuk Kemandirian bangsa karya B. J. Habibie (2010), dan buku 100 Tokoh Mengubah Indonesia karya Siagian (2006).
2. Sumber yang menggambarkan pembangunan di Indonesia, terutama pada periode 1978 sampai tahun 1990-an, diantaranya buku Teori
Pembangunan Dunia Ketiga karya Arief Budiman (1995), buku proyek- Proyek Pembangunan Nasional karya Departemen Penerangan RI, buku Ekonomi Pembangunan karya M. Kuncoro (2003), dan 50 Tahun Indonesia Merdeka karya Mulyani et al. (1995), buku 30 Tahun Indonesia Merdeka yang ditulis oleh Sekretariat Negara Republik Indonesia (1981),
dan buku Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga Edisi Keenam karya M. Todaro (1999).
3. Sumber yang membahas tentang teknologi di Indonesia, diantaranya buku
Teknologi di Nusantara : 40 Hambatan Inovasi yang ditulis oleh Besari
(2008), buku Konsep Teknologi karya Keluarga Mahasiswa Industri Institut Teknologi Bandung (1975), buku Sains Teknologi Masyarakat karya Poedjiadi (2010), buku Perspektif dari Pembangunan Ilmu dan
Teknologi karya B. Rifai (1986), dan buku Sains dan Teknologi 4: Berbagai Ide untuk Menjawab Tantangan dan Kebutuhan yang ditulis
oleh Sulaswatty, dkk (2011).
Penggolongan di atas dapat mempermudah penulis dalam memahami dan menilai sumber dari perspektif yang berbeda. Sehingga dari topik yang sama akan
(38)
terlihat persamaan dan perbedaaannya, serta apa yang menjadi titik berat seorang penulis dalam tulisannya. Selain itu, unsur subjektivitas penulis juga akan terlihat berdasarkan latar belakang institusi yang diwakilinya.
Untuk sumber lisan, peneliti melakukan perbandingan antar hasil wawancara narasumber satu dengan narasumber yang lain (cross checking) dengan tujuan untuk mendapatkan kecocokan dari fakta-fakta yag ada guna meminimalisasi subjektivitas narasumber. Selain itu, peneliti juga melakukan proses perbandingan antara sumber tertulis dengan sumber lisan yang didapat oleh penulis. Tahap ini bertujuan untuk memilah-milah data dan fakta yang berasal dari sumber primer dan sekunder yang diperoleh sesuai dengan judul penelitian.
Adapun dalam melaksanakan kritik internal terhadap sumber lisan, caranya adalah dengan melihat kredibilitasnya dalam menyampaikan informasi. Kredibilitas narasumber tersebut dikondisikan oleh kualifikasi-kualifikasi seperti usia, watak, pendidikan dan kedudukan (Lucey dalam Sjamsuddin, 2007 : 115). Cara lainnya adalah dengan melihat perbandingan antara hasil wawancara narasumber satu sama lain dengan tujuan untuk mendapatkan kecocokkan dari fakta-fakta yang ada. Selain itu, dilakukan pula kaji banding antara sumber lisan dengan sumber tertulis untuk mendapatkan kebenaran dari fakta-fakta yang telah didapat.
3.2.3 Interpretasi
Setelah melakukan kritik sumber, penulis melaksanakan tahap interptretasi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahapan ini adalah mengolah, menyusun, dan menafsirkan fakta-fakta yang telah teruji kebenarannya. Kemudian fakta yang telah diperoleh tersebut dirangkaikan dan dihubungkan satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang selaras dimana peristiwa yang satu dimasukkan ke dalam konteks peristiwa-peristiwa lain yang melengkapinya (Ismaun, 2005: 131), atau menurut Sjamsuddin, interpretasi merupakan kegiatan analitis (menguraikan) dan sintesis (menyatukan) data-data yang diperoleh (2007:117).
Penafsiran dilakukan dengan jalan mengolah beberapa fakta-fakta yang telah dikritisi dan merujukkan beberapa referensi yang dijadikan pokok pikiran sebagai
(39)
kerangka dasar dalam penyusunan skripsi ini. Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam tahap ini, penulis mencoba menyusun fakta-fakta dan menafsirkannya dengan cara saling dihubungkan dan dirangkaikan, sehingga akan terbentuk fakta-fakta yang kebenarannya telah teruji dan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang dikaji.
Setelah fakta yang satu dengan fakta yang lainnya dihubungkan maka akan diperoleh suatu rekonstruksi sejarah yang berkaitan dengan pokok permasalahan. Suatu fakta dihubungkan dengan fakta lainnya menjadi sebuah satu kesatuan yang
dibantu dengan “Historical Thinking”, yaitu dengan cara peneliti memikirkan dan mencoba memposisikan diri seakan-akan menjadi pelaku pada peristiwa masa lalu itu sehingga peneliti akan memperoleh gambaran mengenai permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini.
Interpretasi diperlukan karena pada dasarnya fakta-fakta yang berasal dari sumber-sumber sejarah tidak dapat berbicara sendiri mengenai apa yang terjadi pada masa lampau. Berbagai fakta yang berbeda antara satu dengan yang lainnya harus disusun dan dihubungkan sehingga menjadi satu kesatuan yang selaras, dimana peristiwa yang satu dimasukkan ke dalam keseluruhan konteks peristiwa-peristiwa lain yang melingkupinya. Dalam penyusunan fakta-fakta, penulis menyesuaikan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas mengenai Peranan Habibie dalam Mengembangkan Riset dan Teknologi di Indonesia (1978-1998). Fakta yang telah disusun kemudian ditafsirkan, sehingga dapat ditarik menjadi suatu rekonstruksi imajinatif yang memuat penjelasan terhadap pokok-pokok permasalahan penelitian. Dengan demikian diharapkan dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dikaji.
Pada tahapan ini peneliti berusaha memilah dan menafsirkan setiap fakta yang dianggap sesuai dengan bahasan dalam penelitian. Setiap fakta-fakta yang diperoleh dari sumber primer yang diwawancarai dibandingkan dan dihubungkan dengan fakta lain yang diperoleh baik dari sumber tulisan maupun sumber lisan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi sebagian data yang diperoleh tidak mengalami penyimpangan. Setelah fakta-fakta tersebut dapat diterima dan dihubungkan dengan fakta lainnya maka rangkaian fakta tersebut diharapkan
(40)
dapat menjadi sebuah rekonstruksi yang menggambarkan keadaan riset dan teknologi Indonesia tahun 1978-1998.
Dalam melakukan interpretasi, penulis juga menggunakan pendekatan interdisipliner, yakni pendekatan dalam ilmu sejarah yang menganalisis suatu masalah dengan menggunakan bantuan dari berbagai disiplin ilmu lain yang serumpun dalam ilmu sosial, seperti ilmu psikologi dan ilmu ekonomi. Dari kedua ilmu tersebut, penulis meminjam beberapa teori dan konsep, seperti teori motivasi berprestasi dan konsep pembangunan nasional. Pemakaian konsep-konsep ini dapat membantu penulis dalam menjelaskan peranan Habibie di tengah proses pembangunan di Indonesia pada masa pemerintahan Soeharto, sehingga dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dikaji.
Penulis juga menggunakan landasan pemikiran yang berupa filsafat deterministik. Filsafat deterministik ini menolak semua penyebab yang berdasarkan kebebasan manusia dalam menentukan dan mengambil keputusan sendiri dan menjadikan manusia semacam robot atau manusia yang ditentukan oleh kekuatan yang berada di luar dirinya (Sjamsuddin, 2007: 163). Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa sejarah tidak hanya ditentukan oleh faktor manusia saja, melainkan faktor-faktor lain juga ikut berpengaruh, misalnya faktor geografis, faktor etnologi, ataupun faktor sistem ekonomi dan sosial. Filsafat deterministik ini dijadikan landasan berpikir oleh penulis karena berbagai permasalahan dan peristiwa yang dikaji dalam penelitian ini banyak dilatarbelakangi oleh faktor di luar individu manusia, yaitu kondisi sosial politik yang menentukan keputusan manusia dalam sejarah.
Dari berbagai bentuk penafsiran yang berlandaskan pada filsafat deterministik, penulis memilih untuk menggunakan penafsiran sintesis. Menurut Barnes (Sjamsuddin, 2007: 170), penafsiran sintesis ini menolak adanya sebab-sebab tunggal yang cukup untuk menjelaskan semua fase dan periode perkembangan sejarah. Dengan demikian, penafsiran ini mencoba menggabungkan seluruh faktor yang menjadi penentu sejarah. Penulis menggunakan penafsiran sintesis karena peranan Habibie yang dikaji dalam penelitian ini ditentukan oleh banyak faktor, misalnya adanya kepercayaan Soeharto kepada Habibie, ketertinggalan bangsa
(41)
Indonesia dalam bidang riset dan teknologi dengan negara lain, serta adanya keinginan dari dalam diri Habibie untuk memajukan teknologi di Indonesia demi kelancaran jalannya proses pembangunan.
3.3.4. Historiografi
Secara harfiah, historiografi berarti pelukisan sejarah, atau gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu yang disebut sejarah (Ismaun, 2005: 28). Historiografi juga dapat diartikan sebagai proses penyusunan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan ke dalam satu kesatuan yang utuh, sehingga dihasilkan suatu tulisan yang logis dan sistematis. Dengan demikian akan diperoleh suatu karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara keilmuan.
Ada satu hal yang membedakan penulisan karya sejarah dibandingkan ilmu lain, yaitu penulisan karya sejarah lebih merupakan suatu paduan antara kerja
“seni” (karena menggunakan bahasa dengan berbagai gaya) dan kemampuan berpikir berpikir kritis, analitis, dan sintetis (Sjamsuddin, 2007: 156). Hal ini menandai bahwa karya sejarah sering disebut sebagai gabungan antara seni (art) dan ilmu (science). Selain itu, menurut Abdurahman (2007: 77), hal lain yang membedakan penulisan sejarah dengan penulisan ilmiah bidang lain ialah penekanannya pada aspek kronologis.
Pada tahap historiografi, penulis melakukan penulisan sebagai hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan. Fakta-fakta yang ditulis adalah berdasarkan sumber-sumber sejarah yang yang telah melalui proses seleksi dan penyaringan pada tahapan sebelumnya, yakni heuristik, kritik, dan interpretasi. Dalam tahap inilah penulis berupaya menyusun sebuah laporan penelitian sejarah dalam bentuk skripsi yang berjudul Peranan Habibie dalam Mengembangkan Riset dan Teknologi di Indonesia (1978-1998), sehingga menjadi satu kesatuan sejarah yang utuh, kronologis, dan dapat dipertanggungjawabkan. Penulisan skripsi ini menggunakan sistem penulisan yang mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah yang ditetapkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang dikeluarkan pada tahun 2012.
(42)
Dalam penelitian ini, pokok permasalahan dibagi menjadi lima, yaitu biografi singkat Habibie, kondisi teknologi dan riset Indonesia sebelum Habibie menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi, upaya yang dilekukan Habibie dalam mengembangkan riset dan teknologi Indonesia, tantangan yang dighadapi Habibie dalam mengembangkan riset dan teknologi Indonesia serta hasil yang diperoleh Habibie dalam mengembangkan riset dan teknologi Indonesia tahun 1978-1998. Fakta yang diseleksi dan ditafsirkan selanjutnya dijadikan pokok pikiran sebagai kerangka dasar penyusunan skripsi ini.
3.3 Laporan Penelitian (Historiografi)
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam prosedur penelitian. Laporan penelitian merupakan puncak dari suatu prosedur penelitian sejarah setelah melakukan tahap mengumpulkan sumber, menilai dan menafsirkan sumber. Dalam tahap historiografi ini penulis harus mengerahkan segala daya pikir dan kemampuannya untuk menuangkan segala hal yang ada dalam penelitiannya sehingga dapat menghasilkan sebuah tulisan yang memiliki standar mutu dan menjaga sejarah kebenarannya. Hal tersebut senada dengan pernyataan Sjamsuddin (2007:153) bahwa:
Ketika sejarawan memasuki tahap menulis, maka ia mengerahkan daya pikirannya, bukan saja keterampilan teknik penggunaaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan, tetapi yang utama penggunaaan pikiran-pikiran kritis dan analisisnya karena pada akhirnya ia harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitiannya atau penemuannya itu dalam suatu penulisan yang utuh yang disebut historiografi.
Hasil penelitian yang telah diperoleh tersebut, disusun menjadi sebuah karya tulis ilmiah berupa skripsi. Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis berupaya untuk meyusun skripsi ini dengan melakukan analisis secara menyeluruh terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan peranan Habibie dalam mengembangkan riset dan teknologi Indonesia tahun 1978-1998. Laporan ini disusun dengan sistematika yang telah baku dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Siatematika penulisan dibagi ke dalam lima bagian yang memuat pendahuluan, kajian pustaka, metodologi penelitian, pembahsan dan yang terakhir adalah
(1)
Shendy Ariftia, 2014
dengan perkembangan Indonesia pada periode pemerintahan Soeharto atau yang lebih dikenal dengan pemerintahan Orde Baru. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber rujukan bagi guru sejarah untuk mengembangkan pembelajaran di sekolah sesuai dengan materi tersebut.
Penelitian ini dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah melalui instansi terkait agar putera-puteri terbaik Indonesia yang berprestasi di dalam maupun di luar negeri yang berkecimpung di bidang teknologi dapat diberi kemudahan berupa beasiswa maupun jaminan pekerjaan. Sehingga dapat mengabdikan diri untuk memajukan teknologi bangsanya sendiri. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya melalui kerangka berpikir penulis mengenai pembahasan yang belum terungkap secara jelas dalam skripsi ini. Misalnya, pembahasan tentang Habibie apabila ditinjau dari segi politik, karena ia pernah menjabat sebagai Wakil dan Presiden Republik Indonesia, kendati memiliki latar belakang sebagai sebagai seorang teknolog. Pembahasan lainnya adalah mengenai tokoh-tokoh yang memiliki tugas yang tidak jauh berbeda dengan Habibie, yakni tugas untuk menjamin jalannya pemerintahan yang stabil, baik itu tokoh yang sezaman dengan Habibie, maupun tokoh yang baru muncul setelah Habibie tidak lagi menjabat sebagai Menristek.
(2)
A. Jurnal
Entah, A. R. (1993). Alih Teknologi dan Perangkat Hukumnya. Jurnal SCIENCE. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Universitas Merdeka Malang. ISSN: 0853-1218. No. 17.
Hidayat, A. (1997). Potensi Peran serta Masyarakat dalam Prospek Pengembangan Teknologi. Jurnal ITENAS. Vol. 1. No. 2.
Nasution, S. et al. (2009). Studi Literatur tentang Komersialisasi Teknologi di Perguruan Tinggi: Proses, Potensi, Model dan Aktor. Jurnal Manajemen Teknologi. Vol. 8. No. 2.
B. Buku
Abdurrahman, D. (2007). Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Ali, F. (2013). Esai Politik Tentang Habibie: dari Teknokrasi ke Demokrasi. Bandung: Mizan.
Amir, S. (2008). Warisan (daripada) Soeharto. Jakarta: Kompas.
Asmara. (1988). Mememlihara Momentum Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
Astutty, M. D. (2001). Perjanjian Lisensi Alih Teknologi Dalam Pengembangan Teknologi Indonesia. Bandung: Alumni.
Besari, S. (2008). Teknologi di Nusantara: 40 Abad Hambatan Inovasi. Salemba Teknika.
Budiman, A. (1995). Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Departemen Penerangan RI. (Tt). Proyek-Proyek Pembangunan Nasional. Jakarta: Departemen Penerangan RI.
Dwipayana, G. dan Ramadhan, K. H. (2008). Soeharto: Ucapan, Pikiran dan Tindakan Saya. Jakarta: Citra Kharisma Bunda.
Gill, R. (1988). Asean. Jakarta: Gramedia.
(3)
Habibie, B. J. (2010a). Habibie dan Ainun. Jakarta: THC Mandiri.
Habibie, B. J. (2010b). Jejak Pemikiran B.J. Habibie :Peradaban Teknologi Untuk Kemandirian Bangsa. Bandung: Mizan.
Hasibuan. (2003). Organisasi dan Motivasi. Bandung : Angkasa.
Herrick, B dan Kindlebberger. (1988). Ekonomi Pembangunan I. Jakarta: Bina Aksara.
Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press.
Jhingan, M. I. (1994). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kartodirdjo, S. (1993). Pendekatan Ilmu Sosial dan Metodologi Sejarah. Jakarta: Djambatan.
Keluarga Mahasiswa Teknik Industri Institut Teknologi Bandung. (1975). Konsep Teknologi. Bandung: Institut Teknologi Bandung (ITB).
Koeswara, E. (1991). Motivasi Teori dan Aplikasinya. Bandung: Angkasa.
Koentjaraningrat. (1994). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 20.
Kuncoro, M. (2003). Ekonomi Pembangunan : Teori, Masalah, dan Kebijakan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Lembaga Ketahanan Nasional. (1997). Pembangunan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka- Lemhanas.
Lili, I. (2008). Fragmen PT. Nurtanio sampai Dirgantara Indonesia 1983-2007. Malang : Bayumedia Publishing.
Makka, A. M. (1987). BJH: Bacharuddin Jusuf Habibie: Kisah Hidup dan Karirnya. Jakarta: Cipta Kreatif.
Makka, A. M. (2008). The True Life of Habibie, Cerita di Balik Kesuksesan. Jakarta: Pustaka IIMaN.
Makka, A. M. (2012). Habibie 3: Kecil Tapi Otak Semua. Bandung: Mizan Media Utama.
Marzuki, P. M. (1993). Peraturan Hukum terhadap Perusahaan-Perusahaan Tradisional di Indonesia. Disertasi. Universitas Airlangga. Surabaya.
(4)
Mochtar, D. A. (2001). Perjanjian Lisensi Alih Teknologi dalam Pengembangan Teknologi Indonesia. Bandung: Alumni.
Mulyani, et al. (Eds) (1995). 50 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta: Citra Media Persada.
Nur, M. (2001). Software Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Pertamina Advanced Technology Division. (1986). PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio. Jakarta : Pertamina Advanced Technology Division.
Poedjiadi, A. (2010). Sains Teknologi Masyarakat. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.
Poesponegoro, M. D. dan Notosusanto, N. (1993). Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka.
Prayitno, E. (1989). Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Rahardjo, S. (1997). Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Ricklefs, M. C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Rifai, B. (1986). Perspektif dari Pembangunan Ilmu dan Teknologi. Jakarta: Gramedia.
Sekretariat Dewan Riset Nasional. (1984). Mempersiapkan dan Membangun Dewan Riset Nasional. Jakarta: Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi. Sekretariat Negara (1986). 30 Tahun Indonesia Merdeka. Djilid IV Cetakan ke VII:
Jakarta : Citra Lamtoro Gung Persada.
Siagian, B. (2006). 100 Tokoh Mengubah Indonesia. Yogyakarta: Narasi. Siagian, S. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Simanjuntak. et al. (1999). Gagasan Berharga Parangtopo: Berpikir Jernih Membangun Fondasi Ilmu dan Teknologi. Jakarta: PT. Gramedia. Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Bandung: Ombak.
Sudharmono. (2012). Sejarah Asia Tenggara Modern Dari Penjajahan Ke Kemerdekaan. Yogyakarta: Ombak.
(5)
Sukirno, S. (1985). Ekonomi Pembangunan. Jakarta: FE-UI.
Sulaswatty, A. Koswara,V.D. Bayu,W. (Eds) (2011). Sains dan Teknologi 4:Berbagai Ide Untuk Menjawab Tantangan dan Kebutuhan. Jakarta: Bagian Humas & Protokol, Biro Hukum dan Humas Kementrian Riset dan Teknologi.
Sulaeman. (1998). Apresiasi Perkembangan dan Penerapan Teknologi. Jakarta: LIPI Press.
Surjomihardjo, A. (1979). Ilmu Sejarah dan Historiografi. Jakarta: Gramedia. Suroso. (1993). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Indonesia. Syamsudin, dkk. (1983). Nurtanio PT. Industri Pesawat Terbang Indonesia. Jakarta:
Departemen Penerangan RI.
Todaro, M. (1999). Pembangunan Ekonomi Dunia ketiga edisi keenam. Penerjemah Haris Munandar. Jakarta: Erlangga.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penelitian Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.
Uno, H. (2009). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI.
Winardi, J. (2001). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Zuhal. (2008). Kekuatan Daya Saing Indonesia. Jakarta: Kompas.
C. Skripsi
Dewi, F. N. K. (2012). Peranan Mahathir Mohamad sebagai Bapak Modernisasi Malaysia (1981-2003. Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.
Nurjaman. (2011). Pandangan Surat Kabar Kompas Dan Republika Terhadap Dinamika Politik Di Timor Timur 1993-1999. Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung : tidak diterbitkan.
(6)
Suprayuga, A, F. (2011). PT. Dirgantara: Sejarah dan Peranannya dalam Perkembangan Kedirgantaraan Indonesia (1976-2006). Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jurusan Sejarah. Tidak Diterbitkan.
D. Internet
Angeline, I. Hubungan Antara Tipe Kepribadian dengan Motivasi Gamers Ragnarok pada Komunitas Evolution. [ONLINE]. Available at:
http://thesis.binus.ac.id/doc/bab2/Irina%20bab%202.Pdf [Diakses di
Bandung, 23 Agustus 2013].
Dokumentasi dan Informasi Hukum, Bagian Hukum, Biro Hukum dan Humas. Keputusan Presiden (KEPRES) No. 1 Tahun 1984 Tentang Dewan Riset Nasional. [ONLINE]. Available at:
http://jdih.ristek.go.id/?q=system/files/ Diakses di Bandung, 20
Desember 2013].
Ilham, O. K. (2009). Menyamai Otak Indonesia. [ONLINE]. Available at
http://m.kompasiana.com/post/edukas/2009/09/01/menyamai-otak-Indonesia/ [Diakses di Bandung, 20 Agustus 2013].
KEMENRISTEK. (2013). Organisasi Kementerian Riset Dan Teknologi. [ONLINE]. Available at: http://www.ristek.go.id/index.php/module/Profile/id/2 [Diakses di Bandung, 1 Nopember 2013].
MacDougall. (1995). Teori Lepas Landas Rostow di Indonesia. [ONLINE]. Available
at: http:www.library.ohiou.edu/indopubs/1995/04/13/0016.html
[Diakses di Bandung, 08-06-2013].
Murnilawati. Teori Motivasi McClelland. [ONLINE]. Available at:
www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdftesis2/1340933.pdf [Diakses di
Bandung, 08-06-2013].
Prihayanto, S. (2012). Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi terhadap
Kinerja Karyawan. [ONLINE]. Available at:
http://eprints.undip.ac.id/35010/1/tesis_15.pdf. [Diakses di Bandung,
23 Agustus 2013].
(Tn). (2007). [ONLINE]. Available at:
http://www.antara.co.id/arc/2007/9/7/pailit-pt-di-lompatan-raksasa-yang-terbentuk-di-pengadilan/ [Diakses di