EVALUASI PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN (Studi Kasus Pada PT Ardana Media Yogyakarta) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

  

EVALUASI PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN

WAJIB PAJAK BADAN

(Studi Kasus Pada PT Ardana Media Yogyakarta)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

  

Program Studi Akuntansi

  Oleh:

  

Oleh:

Joseph Edwin Sanjoto

NIM : 06 2114 033

  

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2012

  

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan

mendapat; ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap

orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari , mendapat

dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.”

  (Mat 7: 7-8) Kupersembahkan untuk: Ayahku Ir.Joenistianto Sanjoto, MM. dan Ibuku Silvia, Adikku Maria Angelica Sanjoto, Emmanuel Joshua Sanjoto dan Aloysius Mayo Sanjoto Serta teman-temanku yang selalu mendukungku.

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN

  JUDUL……………………………………………………....... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………. ii

  HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………. iii HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………….. iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS……………... v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………. vi HALAMAN KATA PENGANTAR………………………………………… vii HALAMAN DAFTAR ISI…………………………………………………... viii HALAMAN DAFTAR TABEL……………………………………………... ix HALAMAN DAFTAR GAMBAR…………………………………………. xi ABSTRAK………………………………………………………………….... xii ABSTRACT………………………………………………………………….. xiii

  BAB I PENDAHULUA N ……………………………………………….. 1 A. Latar Belakang Masalah …………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah…………………………………………….. 4 C. Tujuan Penelitian …………………………………………….. 4 D. Manfaat Penelitian …………………………………………… 4 E. Sistematika Penulisan ……………………………………....... 5 BAB II LANDASAN TEORI …………………………………………….. 7 A. Pajak …………………………………………......................... 7 1. Definisi Pajak Penghasilan ………………………………. 7 B. Subjek dan Objek Pajak Penghasilan, Penghasilan yang Dikenai Pajak Final dan yang Bukan Objek Pajak ………......... 11 1. Subjek Pajak Penghasilan …………………………………. 11 2. Objek Pajak Penghasilan …………………………………… 13 3. Penghasilan yang Dikenai Pajak Final …………………….. 16 4. Penghasilan yang Dikecualikan dari Objek Pajak ………… . 17 5. Kompensasi Kerugian ……………………………………… 20 C. Penghasilan Kena Pajak ………………………………………… 22

  1. Biaya-biaya yang Boleh Dikurangkan dari Penghasilan Bruto…………………………………………………………. 23

  2. Biaya-biaya yang Tidak Boleh Dikurangkan dari Penghasilan Bruto …………………………………………………………. 25 D.

  Tarif Pajak Penghasilan …………………………………………. 33 E.

  Pajak Penghasilan Terutang …………………………………….. 33 F. Surat Pemberitahuan (SPT) ………………………………... ……. 34 1.

  Pengertian SPT ………………………………………………... 34 2. Pengisian SPT ………………………………………………… 35 3. Jenis SPT ……………………………………………………… 35 4. Batas Waktu Penyampaian SPT ……………………………… 36

  BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………… 38 A. Jenis Data ………………………………………………………… 38 B. Sumber Data ………………………………………………............ 38 C. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………….. 38 D. Teknik Analisis Data ……………………………………………… 40 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN …………………………… 42 A. Sejarah Singkat Perusahaan ……………………………………… 42 B. Struktur Organisasi Perusahaan ………………………………….. 43 C. Misi Perusahaan ………………………………………………….. 46 D. Ketentuan Jam Kerja ……………………………………………. 46 E. Produk ……………………………………………………………. 47 F. Pemasaran ………………………………………………………… 47 G. Bahan Baku ………………………………………………………. 48 H. Proses Produksi …………………………………………………… 49 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN …………………………………. 52 A. Analisis Data …………………………………………………….... 52 1. Pengujian Benar ………………………………………………. 53 2. Pengujian Lengkap …………………………………………… 64 3. Pengujian Jelas ……………………………………………….. 71 4. Pengujian Tanda Tangan …………………………………….. 71 B. Pembahasan ……………………………………………………… 71 BAB VI PENUTUPAN ………………………………………………………. 75 A. Kesimpulan ……………………………………………………… 75 B. Keterbatasan Penelitian …………………………………………. 76 C. Saran ……………………………………………………………. 76 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel II. 1. Tarif Penyusutan Harta Berwujud ……………………………… 29 Tabel II. 2.

  Tarif Amortisasi Harta tak Berwujud …………………………... 31 Tabel IV. 1. Ketentuan Jam Kerja …………………………………………… 46

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar 2.1. Perhitungan Penghasilan Kena Pajak …………………………….... 23 Gambar 2.2.

  Formula Umum Perhitungan Pajak Penghasilan ………………….. 34 Gambar 4.1. Flowchart Proses Produksi ………………………………………… 49 Gambar 5.1. Perhitungan Netto Fiskal PT. Ardana Media ……………………… 62

Gambar 5.2. Perhitungan PPH Pasal 17 yang

  Harus dibayar PT. Ardana Media … 63

  

ABSTRAK

EVALUASI PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB

PAJAK BADAN

  Studi Kasus Pada PT Ardana Media Jogjakarta Joseph Edwin Sanjoto

  NIM : 062114033 Universitas Sanata dharma

  2012 Tujuan penelitian yang dilakukan ini untuk menilai SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan yang dilakukan oleh PT Ardana Media sudah benar. Evaluasi pengisian SPT berguna untuk mengetahui kemungkinan salah hitung, salah tulis, ataupun salah dalam penerapan penentuan pendapatan dan biaya menurut aturan perpajakan.

  Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah komparasi yaitu membandingkan pengisian SPT yang dilakukan perusahaan dengan Undang-undang nomor 36 tahun 2008

  Hasil penelitian menunjukan bahwa kesalahan pengisian SPT yang dilakukan oleh PT Ardana Media tidak benar tetapi telah memenuhi kriteria lengkap, jelas, dan ditandatangani. Kesalahan pengisian terjadi pada bagian perhitungan penyusutan fiskal.

  ABSTRACT ANNUAL EVALUATION OF THE FILLING OUT OF SPT FORM ON INCOME TAXPAYERS Case Study at Ardana Media Company Jogjakarta

  Joseph Edwin Sanjoto NIM: 062114033

  Sanata Dharma 2012

  The purpose of this study is to asses wheter the filling out of the SPT income Taxpayer conducted by Ardana Media Company is correct. The evaluation of filling tax return is useful handy to know the possibility of miscalculation, misspelings, or incorrect in determining the income and expense in accordance with tax regulations.

  This type of the research is case study. Data obtained by conducting interview and documentation. The data analysis technique used is the comparison which compares SPT fill out the company with the Act No. 36 of 2008.

  The results shows that the fill out done by Ardana Media Company is incorrect but still meet the criteria, such as clear, and, signed. Error occurs in the calculation of depreciation expense fiscal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan semakin berkembangnya dunia usaha dewasa ini, semakin banyak

  bermunculan perusahaan-perusahaan baru di berbagai bidang industri, perdagangan dan jasa. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan tersebut harus bersaing untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, perusahaan harus melaksanakan perencanaan dan pengendalian dalam segala kegiatannya agar laba yang diperoleh perusahaan tersebut semakin meningkat dan perusahaan dapat semakin kompetitif bersaing dengan kompetitor-kompetitor lainnya. Setiap perusahaan yang memperoleh penghasilan akan dikenai pajak penghasilan.

  Pajak merupakan penerimaan terbesar di Negara Indonesia. Pajak digunakan oleh pemerintah untuk membangun sarana-sarana penunjang kegiatan ekonomi. Masih banyak juga kegunaan pajak yang digunakan untuk mensejahterakan rakyat. Di dalam struktur keuangan negara, tugas dan fungsi penerimaan pajak dijalankan oleh Direktorat Jenderal Pajak di bawah Departemen Keuangan Republik Indonesia. Adapun jenis-jenis pajak yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak meliputi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM).

  Pada umumnya perusahaaan yang bergerak di bidang bisnis akan menyusun laporan keuangan yang berbeda antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan yang dilampirkan pada Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (Fiskal). Perbedaan tersebut tidaklah dimaksudkan untuk tujuan

  • – tujuan tertentu, seperti penyelundupan pajak, akan tetapi lebih cenderung kepada penyesuaian dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sistem pemungutan pajak yang digunakan adalah self assessment artinya sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri jumlah pajak yang terhutang, membayar sendiri dan melaporkan sendiri jumlah kewajiban perpajakannya. Hal ini dapat terlaksana dengan baik apabila wajib pajak memahami peraturan perpajakan dan mengikuti aturan yang berlaku sesuai dengan undang-undang perpajakan. Jika wajib pajak tidak mengikuti aturan yang berlaku, maka bisa terjadi kesalahan yang dapat merugikan pihak pemerintah maupun wajib pajak itu sendiri.

  Dalam penyusunan laporan keuangan fiskal, perusahaan seringkali mengabaikan untuk melakukan peninjauan kembali terhadap laporan keuangan fiskalnya. Dalam Sistem Informasi Akuntansi, setelah sebuah output dihasilkan maka dibutuhkan suatu feedback untuk menilai apakah output yang dihasilkan telah sesuai dengan tujuan semula yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan output adalah laporan keuangan fiskal sedangkan

  

feedback -nya adalah evaluasi terhadap laporan keuangan tersebut. Dengan

  melakukan evaluasi maka perusahaan dapat mengukur apakah pelaporan pajak penghasilan terutang berdasarkan laporan keuangan fiskal telah dilakukan dengan seefisien mungkin. Jika dalam evaluasi tersebut ditemukan adanya segmen- segmen yang dapat dibenahi untuk mereduksi pajak penghasilan perusahaan maka perusahaan dapat mengetahui besarnya pajak penghasilan terutang yang seharusnya dibayarkannya dan menggunakannya sebagai referensi dalam penyusunan laporan keuangan fiskal pada tahun berikutnya.

  Dilihat dari sudut pemerintah jika pajak yang dibayar lebih kecil dari yang seharusnya dibayar, maka akan mengakibatkan berkurangnya penerimaan negara dari sektor pajak. Sedangkan dilihat dari sudut pandang pengusaha, jika pajak yang dibayarnya lebih besar dari yang semestinya dibayar, maka akan mengakibatkan kerugian bagi pihak perusahaan. Setiap perusahaan, salah satu tujuannya pasti untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham (pemilik perusahaan) dengan cara memaksimalkan nilai perusahaan, dengan memperoleh laba maksimum dan untuk memperoleh laba maksimum, maka harus meminimumkan pajak, karena pajak merupakan salah satu faktor pengurang laba. Besarnya pajak seperti diketahui, tergantung pada besarnya penghasilan perusahaan. Semakin besar penghasilan maka semakin besar pajak terhutang.

  Oleh karena itu, evaluasi pengisian SPT tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya salah hitung, salah tulis, ataupun salah dalam menentukan mana yang dapat diakui sebagai pendapatan dan biaya menurut peraturan perpajakan Undang-Undang No.

  36 Tahun 2008. Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) harus diperhatikan oleh wajib pajak seperti yang tercantum dalam pasal 7 ayat (1) Undang-Undang KUP No.16 tahun 2009 tentang sanksi administrasi denda menyebutkan apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan maka akan dikenai sanksi administrasi berupa denda.

  Ditemukan hal-hal yang kurang sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku, maka perusahaan dapat mengetahui besarnya pajak penghasilan terutang yang seharusnya dibayarkan dan menggunakannya dalam penyusunan laporan keuangan fiskal pada tahun berikutnya.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas adalah: Apakah pengisian SPT wajib pajak badan yang dilakukan oleh PT Ardana Media Yogyakarta, telah dilakukan dengan benar, lengkap, jelas, dan ditandatangani?

  C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

  1. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah menilai pengisian SPT tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan yang dilakukan oleh PT Ardana Media sudah benar, lengkap, jelas, dan ditandatangani sesuai dengan Undang-Undang no 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

  2. Manfaat Penelitian

  Manfaat yang didapat dari penelitian mengenai evaluasi pengisisan SPT wajib pajak badan adalah: a. Memberikan masukan-masukan kepada perusahaan tentang pengisian SPT yang tepat, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pelaporanya. b. Menilai pengisian SPT yang dilakukan perusahaan telah sesuai dengan ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang berlaku.

D. Sistematika Penulisan

  Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

  BAB I Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan dan manfaat penelitian. BAB II Berisi tentang pengertian pajak, subjek dan objek pajak penghasilan, objek pajak yang dikenai pajak final dan yang bukan objek pajak, penghasilan kena pajak, tarif pajak penghasilan, pajak penghasilan terutang, dan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT).

  BAB III Berisi tentang jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV Berisi tentang gambaran umum perusahaan, struktur organisasi perusahaan, misi perusahaan, ketentuan jam kerja, produk, pemasaran, bahan baku, an proses produksi.

  BAB V Pada bab ini berisi tentang analisis dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dan juga hasil pembahasan yang didapat dari hasil analisis.

  BAB VI Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan, dan saran yang diberikan oleh penulis.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pajak Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang

  akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Sedangkan bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih. Keputusan bisnis sebagian besar dipengaruhi oleh pajak baik secara langsung maupun tidak langsung.

  Keputusan bisnis yang baik jika tidak berhubungan dengan pajak bisa menjadi keputusan bisnis yang kurang baik, karena itu dalam pengambilan keputusan dalam bisnis perlu mempertimbangkan aspek pajak.

  Dalam pembayaran pajak-pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi individu oleh pemerintah atau tidak ada hubungan langsung antara jumlah pembayaran pajak dengan kontra prestasi secara individu. Penyelenggaraan pemerintah secara umum merupakan kontra prestasi dari negara. Pajak dipungut disebabkan adanya suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu kepada seseorang. Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang tidak budgeter yaitu mengatur. Minimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari yang masih ada dalam peraturan perpajakan sampai yang melanggar.

1. Definisi Pajak Penghasilan

  a) Definisi Pajak Definisi pajak menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani dalam buku Manajemen

  Perpajakan,

  Zain (2008:10) menyatakan: “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang), dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.”

  Definisi pajak menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH. Dalam buku

  Manajemen Perpajakan,

  Zain (2008:11) menyatakan: “Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal-balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengel uaran umum.” Definisi tersebut kemudian dikoreksi kembali oleh Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH dalam buku

  Manajemen Perpajakan

  , Zain (2008:11) sebagai berikut: “Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat ke kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.”

  Definisi pajak menurut S.I. Djajadiningrat yang dikutip oleh Resmi (2005:1) sebagai berikut: ”Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara umum.”

  Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Pajak dipungut berdasarkan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

  b. Pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

  c. Pembayaran pajak tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran yang berhubungan dengan tugas negara.

  d. Pajak dialokasikan untuk pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.

  b) Definisi Penghasilan Definisi penghasilan berdasarkan PSAK No.23 (Reformat 2007) penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian

  Laporan Keuangan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Penghasilan meliputi pendapatan dan keuntungan.

  Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal degan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, deviden, royalty dan sewa.

  Definisi penghasilan menurut Undang-Undang No.36 tahun 2008 pasal 4 ayat (1) tentang Pajak Penghasilan menyatakan: “Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.”

  Berdasarkan kedua definisi di atas terdapat perbedaan pengertian penghasilan menurut akuntansi dan perpajakan. Menurut akuntansi penghasilan hanya meliputi pendapatan dan keuntungan saja. Menurut perpajakan semua penghasilan yang berasal dari sumber apapun yang dapat menambah kemampuan ekonomis wajib pajak badan dalam satu tahun dikelompokkan dalam penghasilan yang akan dikenakan pajak. Dengan demikian, cakupan pengertian penghasilan menurut perpajakan lebih luas daripada akuntansi.

  c) Pengertian Pajak Penghasilan Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak (Resmi,

  2005:74). Definisi pajak penghasilan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 2007, No. 46) adalah: pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak perusahaan. Berdasarkan dua definisi di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Dikenakan kepada subjek pajak yang mendapatkan penghasilan.

  b. Pajak dikenakan terhadap penghasilan masyarakat dalam satu tahun pajak.

  c. Ada peraturan yang mengatur tentang perhitungan pajak khususnya pajak penghasilan.

  

B. Subjek dan Objek Pajak Penghasilan, Penghasilan yang Dikenai Pajak

Final dan yang Bukan Objek Pajak

1. Subjek Pajak Penghasilan

  Subjek pajak penghasilan merupakan wajib pajak yang diwajibkan membayar pajak atas penghasilan yang diterima dalam satu tahun pajak. Pasal 2 ayat (1) UU RI No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan mengelompokkan subjek pajak menjadi beberapa bagian, yaitu: a. 1) Orang Pribadi;

  2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak; Berdasarkan penjelasan atas UU RI No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, orang pribadi yang dimaksud dalam hal ini adalah subjek pajak yang dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari waisan tersebut tetap dapat dilaksanakan. b. Badan Penjelasan atas UU RI No.17 Tahun 2000 tentang pajak penghasilan menjelaskan badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk apapun firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. BUMN/BUMD merupakan subjek pajak tanpa memperhatikan nama dan bentuknya sehingga setiap unit tertentu dari badan Pemerintah, misalnya lembaga badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan merupakan subjek pajak. Dalam pengertian perkumpulan termasuk pula asosiasi, persatuan, perhimpunan, atau ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang sama.

  c. Bentuk Usaha Tetap Bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

  Penjelasan atas UU RI No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan menjelaskan suatu bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya suatu tempat usaha yaitu fasilitas yang dapat berupa tanah dan gedung termasuk juga mesin-mesin dan peralatan, gudang dan komputer atau agen elektronik atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan aktivitas usaha melalui internet. Tempat usaha tersebut bersifat permanen dan digunakan untuk menjalankan usaha atau kegiatan dari orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia. Selain itu bentuk usaha tetap mencakup pula orang pribadi atau badan selaku agen yang kedudukannya tidak bebas yakni yang bertindak untuk dan atas nama orang pribadi atau badan yang tidak bertempat tinggal atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia.

2. Objek Pajak Penghasilan

  Berdasarkan pasal 4 ayat (1) UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan menyebutkan bahwa yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk:

  a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang- undang ini;

  b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;

  c. laba usaha;

  d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk : 1) keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

  2) keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;

  3) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;

  4) keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan 5) keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan; e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak; f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang; g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

  h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak; i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala; k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah; l. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing; m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; n. premi asuransi; o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak. q. penghasilan dari usaha berbasis syariah; r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan s. surplus Bank Indonesia.

3. Penghasilan yang Dikenai Pajak Final

  Pasal 4 ayat (2) UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan menyebutkan bahwa atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan- tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi; penghasilan berupa hadiah undian; penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura; penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan bangunan; dan penghasilan tertentu lainnya; yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

  Penghasilan-penghasilan yang disebutkan diatas akan dikenakan pajak yang sifat pemungutannya final. Pajak Penghasilan Final menurut PSAK, 2007 No. 46 yaitu bahwa setelah pelunasannya, kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak penghasilan yang bersifat tidak final. Pajak jenis ini dapat dikenakan terhadap jenis penghasilan, transaksi atau usaha tertentu.

4. Penghasilan yang Dikecualikan dari Objek Pajak

  Pasal 4 ayat (3) UU No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan menyebutkan bahwa yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. 1) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;

  2) Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan social atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan; b. Warisan;

  c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

  d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan wajib pajak, wajib pajak yang dikenakan pajak secara final atau wajib pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam pasal 15; e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

  f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat: 1) Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan 2) Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor; g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

  h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan; i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif; j. Dihapus; k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut: 1) Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan 2) Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia. l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara

  Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

5. Kompensasi Kerugian

  Keuntungan dan kerugian adalah dua hal yang biasa terjadi dalam suatu usaha bisnis. Ada kalanya sebuah usaha mengalami keuntungan dan ada kalanya juga sebuah usaha mengalami kerugian. Dalam konteks Pajak Penghasilan, keuntungan yang diperoleh Wajib Pajak akan dikenai pajak penghasilan, sedangkan kerugian yang diderita Wajib Pajak tidak akan dikenai pajak penghasilan. Bahkan kerugian yang didapatkan dalam satu tahun pajak dapat digunakan untuk menutupi keuntungan pada tahun-tahun berikutnya sehingga pada tahun-tahun tersebut pajak penghasilan menjadi lebih kecil atau tidak terutang sama sekali. Proses membawa kerugian dalam satu tahun pajak ke tahun- tahun pajak berikutnya ini dinamakan sebagai Kompensasi Kerugian (Carrying Loss).

  Berdasarkan Surat Edaran SE-03/PJ.31/2004 tentang kompensasi kerugian fiskal dalam penghitungan pajak penghasilan menyebutkan:

  1. Kerugian yang dimaksud adalah kerugian fiskal berdasarkan pada ketetapan pajak yang telah diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak maupun kerugian fiskal berdasarkan SPT Tahunan Wajib Pajak (self

  assessment ) dalam hal tidak ada atau belum diterbitkan ketetapan pajak oleh Direktur Jenderal Pajak.

  2. Apabila setelah pemeriksaan terhadap SPT Tahunan yang menyatakan rugi tidak lebih bayar maupun rugi lebih bayar tidak meniadakan hak kompensasi kerugian fiskal. Namun apabila ditemukan jumlah kerugian fiskal yang berbeda dari SPT Tahunan atau menjadi tidak rugi maka kompensasi kerugian fiskal menurut SPT Tahuanan tersebut harus segera dibetulkan.

  3. Kerugian fiskal dari penghasilan yang bersumber di luar negeri hanya dapat dikompensasikan dengan penghasilan dari sumber yang sama di luar negeri.

  4. Kerugian fiskal dari penghasilan yang dikenakan PPh final atau penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak, tidak dapat dikompensasikan dengan penghasilan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan umum.

  Berdasarkan penjelasan Pasal 6 ayat (2) atas UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan menyebutkan kerugian fiskal dapat dikompensasikan dengan penghasilan neto atau laba fiskal selama lima tahun berturut-turut dimulai sejak tahun berikutnya sesudah tahun didapatnya kerugian tersebut.

C. Penghasilan Kena Pajak

  PSAK 2007, No.46 menyebutkan bahwa Penghasilan Kena Pajak (PKP) atau laba fiskal (taxable profit) atau rugi pajak (tax loss) adalah laba atau rugi selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan yang menjadi dasar penghitungan pajak penghasilan. Pasal 6 ayat (1) UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan menyebutkan bahwa Penghasilan Kena Pajak untuk wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Rumusan penghasilan kena pajak yang dimaksud pasal 6 ayat (1) UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan sama halnya dengan menentukan penghasilan neto fiskal wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap.

  Penghasilan bruto yang dimaksud merupakan semua penghasilan yang menjadi objek pajak (pasal 4 ayat (1)) yang diperoleh dalam tahun pajak.

  Penghasilan neto fiskal yang dimaksud adalah penghasilan neto komersial dikurangi dengan penghasilan yang dikenakan PPh final dan yang tidak termasuk objek pajak dalam tahun pajak yang telah ditambah dengan biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto (penyesuaian koreksi positif) dan dikurangi dengan biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto (penyesuaian koreksi negatif). Perhitungan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Penghitungan Penghasilan Kena pajak

  1 Penghasilan Neto Fiskal xxx

  2 Kompensasi Kerugian Fiskal xxx

  3 Penghasilan Kena Pajak (1 xxx

  • – 2 ) Sumber : SPT Tahunan Formulir 1771

1. Biaya-biaya yang Boleh Dikurangkan dari Penghasilan Bruto

  Biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto yang diatur oleh Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat (1) adalah :

  a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain: 1) Biaya pembelian bahan; 2) Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;

  3) Bunga, sewa, dan royalti; 4) Biaya perjalanan; 5) Biaya pengolahan limbah; 6) Premi asuransi; 7) Biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan