KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS Di RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL PASURUAN

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TUBERKULOSIS PARU
DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS
Di RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH BANGIL PASURUAN

OLEH:
YUNITA ASTRI WIDURI
141210044

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TUBERKULOSIS PARU
DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS

Di RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH BANGIL PASURUAN

OLEH:
YUNITA ASTRI WIDURI
141210044

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017

i

KARYA TULIS ILMIAH: STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TUBERKULOSIS PARU
DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS
Di RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH BANGIL PASURUAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada
program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu KesehatanInsan
Cendekia Medika Jombang

Oleh :
YUNITA ASTRI WIDURI
NIM : 141210044

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017

ii

iii


LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TUBERKULOSIS PARU
DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS
DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH BANGIL PASURUAN
Nama Mahasiswa

: Yunita Astri Widuri

NIM

: 141210044

Program Studi

: D3 Keperawatan

TELAH DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING
PADA TANGGAL 15 JUNI 2017


Maharani Tri P,S.Kep,,Ns.,MM
Pembimbing Utama

Imam Fathoni, S.KM.,MM
Pembimbing Kedua

Mengetahui,

H. Bambang Tutuko, SH.,S.Kep.,Ns.,MH

Maharani Tri P, S.Kep.,Ns.,MM

Ketua STIKes ICMe

Ketua Program Studi D-III Keperawatan

iv

LEMBAR PENGESAHAN


Karya Tulis Ilmiah ini telah diajukan oleh :
Nama

:

Yunita Astri Widuri

NIM

:

141210044

Program Studi

:

D3 Keperawatan


Judul Karya Tulis Ilmiah

:

Asuhan Keperawatan Pada Klien
Tuberkulosis Paru Dengan
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas di
Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan

Telah berhasil dipertahankan dan diuji dihadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi
DIII Keperawatan.

Komisi Dewan Penguji

Ketua Dewan Penguji

: Hindyah Ike S.Kep.,Ns.,M.Kep

(


)

Penguji I

: Maharani Tri P, S.Kep.,Ns.,MM (

)

Penguji II

: Imam Fathoni, S.KM.,MM

)

Ditetapkan di : Jombang
Pada Tanggal : 15 Juni 2017

v


(

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ngawi, 02 Juni 1996 dari ayah yang bernama
Mohammad Asis dan ibu yang bernama Tri Hartatik, penulis merupakan putri
pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2008 penulis lulus dari SDN Kendung, tahun 2011 penulis lulus
dari SMP N 2 Kwadungan, tahun 2014 penulis lulus dari SMA N 2 Ngawi. Dan
tahun 2014 lulus seleksi masuk STIKES Insan Cendekia Medika melalui jalur
PMDK. Penulis memilih studi Diploma III keperawatan dari lima program studi
yang ada di STIKes ICMe Jombang.
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Jombang, 15 Juni 2017

YUNITA ASTRI WIDURI

vi


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul ”Asuhan
Keperawatan Pada Klien Tuberkulosis Paru Dengan Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Napas” dapat selesai tepat pada waktunya.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai syarat menyelesaikan
pendidikan Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan
Cendekia Medika Jombang. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis
banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat H. Bambang Tutuko,
S.H.,S.Kep.,Ns.,M.H selaku ketua STIKes ICMe Jombang, Maharani Tri P,
S.Kep.,Ns.,MM selaku Kaprodi DIII Keperawatan dan sebagai pembimbing I dan
Imam Fathoni, S.KM.,MM sebagai pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan hingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini. Ungkapan terimakasih
juga disampaikan kepada kedua orang tua dan teman-teman atas doa dan
dukungannya.
Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna oleh karena
itu penulis sangat berharap saran dan kritik dari pembaca yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.


Jombang, 15 Juni 2017
Penulis

vii

ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TUBERKULOSIS PARU
DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS
Di RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH BANGIL PASURUAN
Oleh :
Yunita Astri Widuri

TB paru menjadi penyebab kematian ketiga setelah penyakit
kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada semua kelompok umur
serta penyebab kematian nomer satu dari golongan penyakit infeksi pernapasan
(Departemen Kesehatan, 2007). Tujuan studi kasus ini adalah melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien tuberkulosis paru dengan ketidakefektifan
bersihan jalan napas.

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Partisipan
yang digunakan adalah 2 klien yang didiagnosa medik mengalami Tuberkulosis
Paru dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas. Data dikumpulkan
dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi.
Hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut berdasarkan data pengkajian
diketahui bahwa Ny.Sp mengeluhkan sesak napas yang didukung dengan data
obyektif suara nafas ronchi, irama nafas tidak teratur, klien batuk mengeluarkan
dahak warna putih sedikit, RR 26 x/menit sedangkan Ny.Sk mengatakan sesak
nafas didukung dengan data obyektif adanya pernafasan cuping hidung,
pengunaan otot bantu nafas, batuk tidak disertai dahak, RR: 24 x/menit.
Diagnosa keperawatan yang ditetapkan adalah ketidakefektifan bersihan jalan
napas. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada ketidakefektifan bersihan
jalan napas disusun berdasarkan kriteria NIC NOC tahun 2015 yang meliputi
Respiratory status dan Arwaymanagement. Implementasi kepada klien Ny.Sp
dan Ny.Sk dikembangkan dari hasil kajian intervensi yang dilakukan dalam 3
kali pertemuan.
Setelah dilakukan implementasi selama 3 kali pertemuan maka hasil
evaluasi akhir pada Ny.Sp masalah sudah sebagian teratasi, sedangkan Ny.Sk
masalah belum teratasi. Jadi pada Ny.Sp dan Ny.Sk masih memerlukan
implementasi lanjutan karena masalahnya belum teratasi seluruhnya.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, TB Paru, Ketidakefektifan bersihan
jalan napas

viii

ABSTRACT
NURSING CARE IN CLIENT OF PULMONARY TUBERCULOSIS WITH
INEFECTIVE CLEARANCE OF AIRWAY IN MELATI
RSUD BANGIL ROOM
By :
Yunita Astri Widuri
Pulmonary TB became the third leading cause of death after
cardiovascular disease and respiratory disease in all age groups as well as the
number one cause of death from respiratory infections (Ministry of Health, 2007).
The purpose of this case study is to carry out nursing care to clients of pulmonary
tuberculosis with ineffective clearance of the airways.
This research design using descriptive approach. Participants used were
2 clients who were diagnosed with lung tuberculosis with airway ineffectiveness
problem. Data collected from interviews, observation, documentation.
The results of this study are summarized as follows based on assessment
data known that Ny.Sp complained of shortness of breath supported by objective
data of ronchi breath sound, irregular breath rhythm, client cough sputter white
color slightly, RR 26 x / minute while Ny.Sk said shortness of breath Supported
with objective data of respiratory nostril, use of breathing muscle, cough without
sputum, RR: 24 x / min. The defined nursing diagnosis is ineffective clearance of
the airway. Nursing orders performed on ineffective airway clearance are based
on the NIC NOC 2015 criteria that include Respiratory status and Arway
management. Implementation to Ny.Sp and Ny.Sk clients was developed from the
results of the intervention study conducted in 3 meetings.
After implementation for 3 meetings, the final evaluation result on Ny.Sp
problem has been partially resolved, while Ny.Sk problem has not been resolved
yet. So on Ny.Sp and Ny.Sk still require further implementation because the
problem is not solved entirely.
Keywords: Nursing Care, Pulmonary TB, Ineffective airway clearance

ix

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i
HALAMAN JUDUL DALAM ..................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ..............................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH ............................iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ v
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
ABSTRAK ...................................................................................................viii
ABSTRACT ..................................................................................................ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 ................................................................................................... Lat
ar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 ................................................................................................... Bat
asan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 ................................................................................................... Ru
musan Masalah .................................................................................. 3
1.4 ................................................................................................... Tuj
uan Penulisan..................................................................................... 3
1.5 ................................................................................................... Ma
nfaat .................................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6
2.1 Konsep Tuberkulosis ........................................................................ 6
2.1.1 Definisi Tuberkulosis ................................................................. 6
2.1.2 Klasifikasi................................................................................... 6
2.1.3 Etiologi ....................................................................................... 6
2.1.4 Manifestasi Klinis ...................................................................... 7
2.1.5 Patofisiologi ............................................................................... 8
2.1.6 Skema Pohon Masalah .............................................................. 11
2.1.7 Penatalaksanaan ........................................................................ 12
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang............................................................. 14
2.2 Konsep Dasar Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas .............. 15
2.2.1 Definisi ..................................................................................... 15
2.2.2 Batasan Karakteristik ................................................................ 15
2.2.3 Faktor yang Berhubungan ......................................................... 15
2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan .............................................. 16
2.3.1 Pengkajian ................................................................................ 16
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................. 22
2.3.3 Intervensi Keperawatan ............................................................ 22
2.3.4 Implementasi Keperawatan ...................................................... 24
2.3.5 Evaluasi Keperawatan .............................................................. 24
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................ 26
3.1 Desain Penelitian ................................................................................ 26
3.2 Batasan Istilah .................................................................................... 26
3.3 Partisipan ............................................................................................ 27

x

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 27
3.5 Pengumpulan data .............................................................................. 28
3.6 Uji Keabsahan Data............................................................................ 28
3.7 Analisa Data ....................................................................................... 28
3.8 Etik Penelitian .................................................................................... 30

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 33
4.1 Hasil .................................................................................................... 33
4.2 Pembahasan ........................................................................................ 50
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 59
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 59
5.2 Saran ................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL

No

Daftar Tabel

Hal

2.1.6

Skema pohon masalah Tuberkulosis ...........................................

11

2.2.3

Intervensi Keperawatan ...............................................................

22

4.1.2

Pengkajian....................................................................................

33

4.2

Riwayat Penyakit ........................................................................

34

4.3

Perubahan Pola Kesehatan.........................................................

35

4.4

Pemeriksaan Fisik .......................................................................

36

4.5

Pemeriksaan Laboratorium .........................................................

38

4.6

Analisa Data ................................................................................

39

4.7

Diagnosa Keperawatan ................................................................

40

4.8

Intervensi Keperawatan ..............................................................

42

4.9

Implementasi Keperawatan .........................................................

43

4.10

Evaluasi Keperawatan ................................................................

47

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran
Lampiran 1

Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Laporan Kasus

Lampiran 2

Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4

Lembar Format Pengkajian

Lampiran 5

Lembar Surat Pre survey data, studi pendahuluan

Lampiran 6

Lembar Surat Izin penelitian

Lampiran 7

Lembar Persetujuan studi pendahuluan

Lampiran 8

Lembar Persetujuan Penelitian

Lampiran 9

Lembar Keterangan selesai penelitian

Lampiran 10

Lembar Konsultasi

Lampiran 11

Lembar Pernyataan Bebas Plagiasi

xiii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Tuberkulosis paru (TB paru) masih menjadi masalah kesehatan di
dunia (Amin & Bahar, 2009). TB paru menjadi penyebab kematian ketiga setelah
penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada semua kelompok
umur serta penyebab kematian nomer satu dari golongan penyakit infeksi
pernapasan (Departemen Kesehatan, 2007). Gambaran klinik TB paru dapat
dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik, gejala
respiratorik antara lain batuk dan sesak nafas (Andra & Yessie, 2013). Reaksi
infeksi membentuk kavitas dan merusak parenkim paru yang menyebabkan edema
trakeat atau faringeal, peningkatan produksi sekret, pecahnya pembuluh darah
jalan nafas yang berakibat munculnya batuk produktif, batuk darah, sesak napas
dan

penurunan

kemampuan

batuk

efektif

sehingga

mengakibatkan

ketidakefektifan bersihan jalan napas (Muttaqin, 2008).
Laporan dari WHO pada tahun 2015 dalam jurnal Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas menyebutkan terdapat 9,6 juta kasus TB paru di dunia dan
58% kasus terjadi di daerah Asia tenggara dan afrika. Tiga negara dengan
insidensi kasus terbanyak tahun 2015 yaitu India (23%), Indonesia (10%) dan
China (10%). Indonesia sekarang berada pada ranking kedua negara dengan beban
TB tertinggi di dunia. Pada tahun 2014 ditemukan jumlah kasus baru BTA positif
sebanyak 176.677 kasus, menurun bila dibandingkan kasus BTA positif yang
ditemukan tahun 2013 sebesar 196.310 kasus. Estimasi prevalensi TB semua
kasus

adalah

sebesar

272

per

100.000

1

penduduk

dengan

estimasi

2

berjumlah 183 per 100.000 penduduk. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan
25 per 100.000 kematian (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Sementara di RSUD Bangil Pasuruan mencatat jumlah pasien dengan TB Paru
mulai bulan September 2016 sampai dengan bulan Januari 2017 mencapai 354
pasien.
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Mekanisme
penularan TB paru dimulai dengan penderita TB Paru BTA (+) mengeluarkan
dahak yang mengandung kuman TB ke lingkungan udara sebagai aerosol (partikel
yang sangat kecil). Partikel aerosol ini terhirup melalui saluran pernapasan mulai
dari hidung menuju paru-paru tepatnya ke alveoli paru. Pada alveoli kuman TB
paru mengalami pertumbuhan dan perkembangbiakan yang akan mengakibatkan
terjadinya destruksi paru. Bagian paru yang telah rusak atau dihancurkan ini akan
berupa jaringan/sel-sel mati yang oleh karenanya akan diupayakan oleh paru
untuk dikeluarkan dengan reflek batuk. Oleh karena itu pada umumnya batuk
karena TB adalah produktif, artinya berdahak (Danusantoso, 2000). Pada
penderita TB paru bila penanganannya kurang baik, maka penderita TB paru akan
mengalami komplikasi seperti hemoptitis (pendarahan dari saluran napas bawah,
kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial, bronkiektaksis (peleburan bronkus
setempat), pneumotorak, penyebab infeksi ke organ lain (Rahim, 2008).
Menurut Zain, 2001 dalam Muttaqin (2008), penatalaksanaan TB dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu pencegahan, pengobatan dan penemuan penderita (active
case finding). Intervensi keperawatan untuk pasien Tuberkulosis dengan masalah
ketidakefektifan bersihan jalan napas dengan mengatur posisi tidur semi atau
highfowler, mengajarkan teknik batuk efektif (NIC, 2015). Batuk efektif

3

merupakan salah satu tindakan keperawatan yang efektif untuk membantu
mengeluarkan dahak yang melekat pada jalan napas dan menjaga paru-paru agar
tetap bersih (Muttaqin, 2008).
1.2 Batasan Masalah
Asuhan Keperawatan Pada Klien Tuberkulosis Paru Dengan Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Napas Di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan.
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien tuberkulosis paru dengan
ketidakefektifan bersihan jalan napas di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan?
1.4 Tujuan
1.4.1

Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien tuberkulosis paru dengan

ketidakefektifan bersihan jalan napas di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan.
1.4.2

Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam studi kasus ini adalah :
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien tuberkulosis paru
dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di Ruang Melati RSUD
Bangil Pasuruan.
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien tuberkulosis paru
dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di Ruang Melati RSUD
Bangil Pasuruan.
3.

Menyusun perencanaan keperawatan pada klien tuberkulosis paru
dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di Ruang Melati RSUD
Bangil Pasuruan.

4

4.

Melakukan tindakan keperawatan pada klien tuberkulosis paru dengan
ketidakefektifan bersihan jalan napas di Ruang Melati RSUD Bangil
Pasuruan.

5.

Melakukan evaluasi keperawatan pada klien tuberkulosis paru dengan
ketidakefektifan bersihan jalan napas di Ruang Melati RSUD Bangil
Pasuruan.

1.5 Manfaat
1.5.1

Manfaat Teoritis
Untuk peningkatan ilmu pengetahuan dalam mencari pemecahan
permasalahan kesehatan yang berhubungan dengan ketidakefektifan
bersihan jalan napas pada klien tuberkulosis paru.

1.5.2

Manfaat Praktis
1. Bagi Klien dan Keluarga
Bermanfaat bagi klien dan keluarga untuk menambah pengetahuan
penyembuhan dengan kasus ketidakefektifan bersihan jalan napas pada
klien tuberkulosis paru.
2. Bagi Perawat
Sebagai bahan masukan dalam dasar penggunaan asuhan keperawatan
pada klien tuberkulosis paru dengan masalah ketidakefektifan bersihan
jalan napas.
3. Bagi institusi pendidikan
Menjadi pedoman dan pengembangan untuk meningkatkan mutu
pendidikan yang akan datang di STIKes ICMe Jombang dalam
melakukan praktik klinik.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Tuberkulosis
2.1.2

Definisi Tuberkulosis
Menurut Sylvia A.Price dalam Nurarif & Kusuma (2015), tuberkulosis
adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh
lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran
pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui
inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut.

2.1.2

Klasifikasi
Klasifikasi tuberkulosis menurut American Thoracic Society :
1. Kategori 0 : tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak
negative, tes tuberculin negative
2. Kategori 1 : terpajan tuberkulosis, tetapi tidak terbukti ada infeksi.
Riwayat kontak positif, tes tuberculin negative
3. Kategori 2 : terinfeksi tuberkulosis, tetapi tidak sakit. Tes tuberculin
positif, radiologis dan sputum negative
4. Kategori 3 : terinfeksi tuberkulosis dan sakit (Nurarif & Kusuma,
2015)

2.1.3

Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), penyebab tuberkulosis adalah
Mycobacterium tuberkulosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah

5

6

dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua
macam mikobakteria tuberkulosis yaitu Tipe Human dan Tipe Bovin.
Basil Tipe Bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberkulosis usus. Basil tipe humanbisa berada di bercak ludah (droplet)
dan diudara yang berasal dari penderita TBC, dan orang yang terkena
rentan terinfeksi bila menghirupnya. Setelah organism terinhalasi dan
masuk paru-paru, bakteri dapat bertahan hidup dan menyebar ke nodus
limfatikus lokal. Penyebaran melalui aliran darah ini dapat menyebabkan
TB pada organ lain, dimana infeksi laten dapat bertahan sampai bertahuntahun.
Dalam perjalanan penyakitnya terdapat 4 fase :
1. Fase 1 (Fase Tuberkulosis Primer)
Masuk kedalam paru dan berkembang biak tanpa menimbulkan
reaksi pertahanan tubuh
2. Fase 2
3. Fase 3 (Fase Laten)

: fase dengan kuman yang tidur (bertahun-

tahun/seumur hidup) dan reaktifitas jika terjadi perubahan
keseimbangan daya tahan tubuh dan bisa terdapat di tulang panjang,
vertebra, tuba fallopi, otak, kelenjar limf hilus, leher dan ginjal
4. Fase 4 : dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat
menyebar ke organ lain dan yang kedua ke ginjal setelah paru.
2.1.4

Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif & Kusuma, 2015 manifestasi klinis yang muncul pada
penderita Tuberkulosi adalah :

7

1. Demam 40-410C, serta batuk/batuk darah
2. Sesak napas dan nyeri dada
3. Malaise, keringat malam
4. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
6. Pada anak
a. Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas
atau gagal tumbuh
b. Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2
minggu
c. Batuk kronik

3 minggu, dengan atau tanpa wheeze

d. Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa
2.1.5

Patofisiologi
Seseorang yang dicurigai menghirup basil Mycobacterium tuberculosis
akan menjadi terinfeksi. Bakteri menyebar melalui jalan napas ke alveoli,
dimana pada daerah tersebut bakteri akan bertumpuk dan berkembang
biak. Penyebaran basil ini juga bisa melalui sistem limfe dan aliran darah
ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area lain dari
paru-paru (lobus atas).
Sistem kekebalan tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi.
Neutrofil dan makrofag memfagositosis (menelan) bakteri. Limfosit yang
spesifik terhadap tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan
jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya

8

eksudat dalam alveoli dan terjadilah bronkopneumonia. Infeksi awal
biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar.
Massa jaringan baru disebut granuloma, yang berisi gumpalan basil
yang hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang
membentuk dinding. Granuloma berubah bentuk menjadi massa jaringan
fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut Ghon Tubercle. Materi
yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik, membentuk
perkijuan (necrotizing caseosa). Setelah itu akan terbentuk kalsifikasi,
membentuk jaringan kolagen. Bakteri menjadi non-aktif.
Penyakit akan berkembang menjadi aktif setelah infeksi awal, karena
respons sistem imun yang tidak adekuat. Penyakit aktif dapat juga timbul
akibat infeksi ulang aktifnya kembali bakteri yang tidak aktif. Pada kasus
ini, terjadi ulserasi pada ghon tubercle, dan akhirnya menjadi perkijuan.
Tuberkel yang ulserasi mengalami proses penyembuhan membentuk
jaringan

parut.

Paru-paru

yang

terinfeksi

kemudian

meradang,

mengakibatkan bronkopneumonia, pembentukan tuberkel dan seterusnya.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan
terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil
juga menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel
tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20
hari). Daerah yang mengalami nekrosis serta jaringan granulasi yang
dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast akan menimbulkan respons berbeda

9

dan akhirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel
(Somantri, 2009).

10

2.1.6

Skema pohon masalah Tuberkulosis menurut (Muttaqin, 2008)

Invasi bakteri tuberkulosis via inhalasi

Penyebaran bakteri secara
bronkogen, limfogen dan
hematogen
Sembuh
Infeksi primer

Sembuh dengan fokus Ghon

Infeksi pasca-primer

Sembuh
dengan
fibriotik

Bakteri dorman

(Reaktivasi)
Bakteri muncul beberapa tahun kemudian

Reaksi infeksi/inflamasi, membentuk kavitas dan
merusak parenkim paru

 Edema
trakeal/faringeal
 Peningkatan
produksi sekret
 Pecahnya
pembuluh darah
jalan nafas

Penurunan jaringan efektif paru,
atelektasis, kerusakan membran
alveola-kapiler merusak pleura
dan perubahan cairan intrapleura

Komplikasi TB paru :
 Batuk produktif
 Batuk darah
 Sesak napas
 Penurunan
kemampuan
batuk
efektif
 Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
 Resiko tinggi
sufokasi




Efusi pleura
pneumothoraks

Sesak napas, penggunaan otot bantu nafas
dan pola nafas tidak efektif




Pola nafas tidak
efektif
Gangguan
Pertukaran gas

Reaksi sistemis :
Anoreksia, mual, demam,
penurunan berat badan dan
kelemahan
 Intake nutrisi tidak
adekuat
 Tubuh makin kurus
 Ketergantungan
aktivitas sehari-hari
 Kurangnya
pemenuhan istirahat
dan tidur
 Kecemasan
 Kurangnya informasi
 Perubahan pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan
 Gangguan Pemenuhan ADL
 Gangguan Pemenuhan
istrirahat tidur
 Kecemasan
 Ketidaktahuan/pemenuhan
informasi

11

2.1.7

Penatalaksanaan
Menurut Muttaqin (2008), penatalaksanaan Tuberkulosis paru dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu pencegahan, pengobatan, dan penemuan
penderita (active case finding).

Pencegahan Tuberkulosis paru:
1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang
bergaul erat dengan penderita Tuberkulosis paru BTA positif.
Pemeriksaan meliputi tes tuberculin, klinis, dan radiologis. Bila tes
tuberculin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang
pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negative, berarti terjadi
konversi hasil tes tuberculin dan diberikan kemoprofilaksis.
2. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan missal terhadap kelompokkelompok populasi tertentu misalnya:
a. Karyawan rumah sakit atau puskesmas atau balai pengobatan.
b. Penghuni rumah tahanan.
c. Siswa-siswi pesantren
3. Vaksinasi BCG.
4. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kg BB selama 612 bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi
bakteri yang masih sedikit. Indikasi kemoprolaksis primer atau
utama ialah bayi yang menyusu pada ibu dengan BTA positif.
Sedangkan kemoprofilaksis sekunder diperlukan bagi kelompok
berikut:

12

a. Bayi dibawah 5 tahun dengan hasil tes tuberculin positif karena
risiko timbulnya TB milier dan meningitis TB.
b. Anak dan remaja dibawah 20 tahun dengan hasil tes tuberculin
positif yang bergaul erat dengan penderita TB yang menular,
c. Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberculin dari
negative menjadi positif.
d. Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat
imunosupresif jangka panjang.
e. Penderita diabetes militus.
5. Komunikasi, informasi, dan edukasi ( KIE ) tentang penyakit
Tuberkulosis kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun
ditingkat rumah sakit oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM
( misalnya perkumpulan pemberantasan tuberculin paru Indonesia –
PPTI )
Pengobatan Tuberkulosis Paru
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase
intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang
digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama
yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin,
Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI, 2004).
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih
dahulu berdasarkan lokasi TB, berat ringannya penyakit, hasil
pemeriksaan bakteriologi, asupan sputum, dan riwayat pengobatan
sebelumnya. Di samping itu, perlu pemahaman tentang strategi

13

penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment
Short Course (DOTSC).
2.1.8

Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur sputum

: menunjukkan hasil positif untuk Mycobacterium

tuberkulosis pada stadium aktif
2. Zielh Neelsen (Acid-fast staind applied to smear of body fluid) :
positif untuk bakteri tahan asam (BTA).
3. Skin test (PPD, Mantoux, Tine, Vollmer Patch) : reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen
intradermal) mengidentifikasikan penyakit sedang aktif
4. Foto rontgen dada (chest x-ray) : dapat memperlihatkan infiltrasi
kecil pada lesi awal dibagian paru-paru bagian atas, deposit kalsium
pada lesi primer yang membaik atau cairan pada efusi. Perubahan
mengindikasikan TB yang lebih berat, dapat mencakup area berlubang
dan fibrosa.
5. Histologi atau kultur jaringan (termasuk kumbah lambung, urine dan
CSF, serta biopsi kulit) : menunjukkan hasil positif untuk
Mycobacterium tuberculosis.
6. Needle biopsi of lung tissue : positif untuk granuloma TB, adanya selsel besar yang mengindikasikan nekrosis.
7. Elektolit : mungkin abnormal bergantung pada lokasi dan beratnya
infeksi, misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, mungkin
ditemukan pada TB paru kronik lanjut.

14

8. ABGs : mungkin abnormal, bergantung pada lokasi, berat dan sisa
kerusakan paru.
9. Bronkografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
bronkus atau kerusakan paru karena TB.
10. Darah : leukositosis, laju endap darah (LED) meningkat.
11. Tes fungsi paru : VC menurun, dead space meningkat, TLC meningkat
dan saturasi oksigen menurun yang merupakan gejala sekunder dari
fibrosis/infiltrasi parenkim paru dan penyakit pleura (Somantri, 2009)
2.2 Konsep Dasar Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
2.2.1 Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas
untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
2.2.2 Batasan Karakteristik
1. Batuk yang tidak efektif

8. Perubahan frekuensi napas

2. Dispnea

9. Perubahan pola napas

3. Gelisah

10. Sianosis

4. Kesulitan verbalisasi

11. Sputum dalam jumlah yang berlebihan

5. Mata terbuka lebar

12. Suara napas tambahan

6. Ortopnea

13. Tidak ada batuk

7. Penurunan bunyi napas

2.2.3 Faktor yang Berhubungan
Lingkungan
1. Perokok
2. Perokok pasif

3. Terpajan asap

15

Obstruksi Jalan Napas
1. Adanya jalan napas buatan

5. Mukus berlebihan

2. Benda asing dalam jalan napas

6. Penyakit paru obstrukti kronis

3. Eksudat dalam alveoli

7. Sekresi yang tertahan

4. Hiperplasia pada dinding bronkus

8. Spasme jalan napas

Fisiologis
1. Asma

3. Infeksi

2. Disfungsi neuromuskular

4. Jalan napas alergik

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas
2.3.1 Pengkajian
Menurut Muttaqin (2008), data-data yang perlu dikaji pada asuhan dengan
tuberkulosis paru adalah sebagai berikut :
1. Anamnesis
a. Keluhan utama
Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator, yaitu suatu penyakit
yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga
memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah
klien gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan
kadang-kadang asimptomatik.
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan Tuberkulosis paru
meminta pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu:

16

1) Keluhan respiratoris, meliputi:
a) Batuk. Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan
gangguan yang paling sering dikeluhkan. Perawat harus
menanyakan

apakah

keluhan

batuk

bersifat

nonproduktif/produktif atau sputum bercampur darah.
b) Batuk darah. Keluhan batuk darah pada klien dengan
Tuberkulosis paru selalu menjadi alasan utama klien untuk
meminta pertolongan kesehatan. Hal ini disebabkan rasa
takut klien pada darah yang keluar dari jalan napas. Perawat
harm menanyakan seberapa banyak darah yang keluar atau
hanya berupa blood streak, berupa garis, atau bercak-bercak
darah.
c) Sesak napas. Keluhan ini ditemukan bila kerusakan
parenkirn paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang
menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia, dan
lain-lain.
d) Nyeri dada. Nyeri dada pada Tuberkulosis paru termasuk
nyeri pleuritik ringan. Gejala ini timbul apabila sistem
persarafan di pleura terkena TB.
2) Keluhan sistemis, meliputi:
a) Demam. Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul
pada sore atau malam hari mirip demam influenza, hilang
timbul, dan semakin lama semakin panjang serangannya,
sedangkan masa bebas serangan semakin pendek.

17

b) Keluhan sistemis lain Keluhan yang biasa timbul ialah
keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan
malaise. Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual
muncul

dalam

beberapa

minggu-bulan.

Akan

tetapi

penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak napas
(walaupun jarang) dapat juga timbul menyerupai gejala
pneumonia.
b. Riwayat Penyakit Saat ini
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama.
Apabila keluhan utama adalah batuk, maka perawat harus
menanyakan sudah berapa lama keluhan batuk muncul. Pada klien
dengan pneumonia, keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan
tidak berkurang setelah meminum obat batuk yang biasa ada di
pasaran.
Tanyakan selama keluhan batuk muncul, apakah ada keluhan
lain seperti demam, keringat malam, atau menggigil yang mirip
dengan demam influenza karena keluhan demam dan batuk
merupakan gejala awal dari Tuberkulosis paru. Tanyakan apakah
batuk disertai sputum yang kental atau tidak, serta apakah klien
mampu untuk melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
yang menempel pada jalan napas.
Apabila keluhan utama adalah batuk darah, maka perlu
ditanyakan kembali berapa banyak darah yang keluar. Saat
melakukan anamnesis, perawat perlu meyakinkan pada klien

18

tentang perbedaan antara batuk darah dan muntah darah, karena
pada keadaan klinis, hal ini sering menjadi rancu. Oleh karena itu,
peran perawat dalam mengkaji keluhan batuk darah yang
komprehensif sangat mendukung tindakan perawatan selanjutnya.
Hal

ini

bertujuan

untuk

menurunkan

kecemasan

dan

mengadaptasikan klien dengan kondisi yang dialaminya.
Jika keluhan utama atau yang menjadi alasan klien meminta
pertolongan kesehatan adalah sesak napas, maka perawat perlu
mengarahkan atau menegaskan pertanyaan untuk membedakan
antara sesak napas yang disebabkan oleh gangguan pada sistem
pernapasan dan sistem kardiovaskular.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita Tuberkulosis paru, keluhan
batuk lama pada masa kecil, tuberkulosis dari organ lain,
pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang memperberat
Tuberkulosis paru seperti diabetes melitus.Tanyakan mengenai
obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa yang lalu yang
masih relevan, obat-obat ini meliputi obat OAT dan antitusif.
Kaji lebih dalam tentang seberapa jauh penurunan berat badan
(BB) dalam enam bulan terakhir. Penurunan BB pada klien dengan
Tuberkulosis paru berhubungan erat dengan proses penyembuhan
penyakit serta adanya anoreksia dan mual yang sering disebabkan
karena meminum OAT.

19

d. Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi Tuberkulosis paru tidak diturunkan, tetapi
perawat perlu menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh
anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi penularan di
dalam rumah.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan Tuberkulosis paru meliputi
pemeriksaan fisik umum per sistem dari obscrvasi keadaan umum,
pemeriksaan tanda-tanda vital, dan pemeriksaan head to toe.
a. Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan Tuberkulosis
paru biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan,
frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak napas, denyut nadi
biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan
frekuensi pernapasan, dan tekanan darah biasanya sesuai dengan
adanya penyakit penyulit seperti hipertensi.
b. Pemeriksaan head to toe.
1. Kepala
Kulit kepala
Tujuan : untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit
dan mengetahui adanya lesi atau bekas luka.
Inspeksi : lihat ada atau tidak adanya lesi, warna
kehitaman /kecoklatan, edema, dan distribusi
rambut kulit.

20

Palpasi : diraba dan tentukan turgor kulit elastic atau
tidak, tekstur : kasar atau halus, akral
dingin/hangat.
2. Rambut
Tujuan : untuk mengetahui warna, tekstur dan
percabangan pada rambut dan untuk
mengetahui mudah rontok dan kotor.
Inspeksi :

distribusi rambut merata atau tidak, kotor atau
tidak, bercabang.

Palpasi :

mudah rontok atau tidak, tektur kasar atau
halus.

3. Kuku
Tujuan :

untuk mengetahui keadaan kuku, warna
dan panjang, dan untuk mengetahuimkapiler
refill.

Inspeksi:

catat mengenai warna biru : sianosis, merah
peningkatan visibilitas Hb, bentuk: clubbing
karena hypoxia pada kangker paru.

Palpasi:

catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa
detik kapiler refill (pada pasien hypoxia
lambat 5-15 detik)

21

4. Kepala/wajah
Tujuan

: untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala
dan untuk mengetahui luka dan kelainan pada
kepala.

Inspeksi

: lihat kesimetrisan wajah jika muka kanan dan
kiri berbeda atau missal lebih condong ke
kanan atau ke kiri, itu menunjukkan ada
parase/kelumpusan.

Palpasi

: cari adanya luka, tonjolan patologik dan
respon nyeri dengan menekan kepala sesuai
kebutuhan.

5. Mata
Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan
penglihatan visus dan otot-otot mata), dan juga
untuk

mengetahui

adanya

kelainan

atau

pandagan pada mata.
Inspeksi : kelopak mata ada lubang atau tidak, reflek
kedip baik/tidak, konjungtiva dan sclera: merah
atau

konjungtivitis,

ikterik/indikasi

hiperbilirubin atau gangguan pada hepar, pupil:
isokor, miosis atau medriasis.
Palpasi : tekan secara rinagn untuk mengetahui adanya
TIO

(tekanan

peningkatan

intra

akan

okuler)

teraba

jika

keras

ada

(pasien

22

glaucoma/kerusakan dikus optikus) kaji adanya
nyeri tekan.
6. Hidung
Tujuan :

untuk megetahui bentuk dan fungsi hidung dan
mengetahui adanya inflamasi atau sinusitis.

Inspeksi : apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi,
apakah ada secret.
Palpasi :

apakah ada nyeri tekan massa.

7. Telinga
Tujuan :

untuk mengetahui kedalaman telinga luar,
saluran telinga, gendang telinga.

Inspeksi : daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran
bentuk, kebersihan, lesi.
Palpasi :

tekan daun telinga apakah ada respon nyeri,
rasakan kelenturan kartilago.

8. Mulut dan faring
Tujuan :

untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada
mulut, dan untuk mengetahui kebersihan
mulut.

Inspeksi : amati bibir apa ada kelainan congenital (bibir
sumbing) warna, kesimetrisan, kelembaban
pembengkakan, lesi, amati jumlah dan bentuk
gigi, berlubang, warna plak dan kebersihan
gigi.

23

Palpasi :

pegang dan tekan darah pipi kemudian rasakan
ada massa atau tumor, pembengkakan dan
nyeri.

9. Leher
Tujuan :

untuk menentukan struktur imtegritas leher,
untuk mengetahui bentuk dan organ yang
berkaitan

dan

untuk

memeriksa

system

limfatik.
Inspeksi : amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan
parut, amati adanya pembengkakan kelenjar
tiroid, amati kesimetrisan leher dari depan
belakan dan samping.
Palpasi :

letakkan telapak tangan pada leher klien, suruh
pasien menelan dan rasakan adanya kelenjar
tiroid.

10. Dada
Tujuan :

untuk

mengetahui

bentuk

kesimetrisan,

frekuensi, irama pernafasan, adanya nyeri
tekan, dan untuk mendengarkan bunyi paru.
Inspeksi

:amati kesimetrisan dada kanan kiri, amati
adanya retraksi interkosta, amati pergerakan
paru.

Palpasi

:adakah nyeri tekan , adakah brenjo lantur
posisi

24

Perkusi

: untuk menentukan batas normal paru.

Auskultasi :untuk

mengetahui

bunyi

nafas,

vesikuler,wheezing/crecles.
11. Abdomen
Tujuan

: untuk mengetahui bentuk dan gerakan perut ,
mendengarkan bunyi peristaltic usus, dan
mengetahui respon nyeri tekan pada organ
dalam abdomen.

Inspeksi

: amati bentuk perut secara umum, warna kulit,
adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidak
simetrisan, adanya asites.

Palpasi

: adanya massa dan respon nyeri tekan.

Auskultasi : bising usus normal 10-12x/menit.

12. Muskuloskeletal
Tujuan

:untuk mengetahui mobilitas kekuatan otot dan
gangguan-gangguan pada daerah tertentu.

Inspeksi

:mengenai
hipertrofil,

ukuran
amati

dan

adanya

kekuatan

otot

atrofildan
dengan

member penahanan pada anggota gerak atas
dan bawah.
2.3.2

Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan bronkopasme (Nurarif & Kusuma, 2015)

25

2.3.3

Intervensi Keperawatan menurut (Nurarif & Kusuma, 2015).
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan menurut (Nurarif & Kusuma, 2015).
Diagnosa

Kriteria/evaluasi

NIC

Rasional

NOC
Definisi: Ketidak
NOC:
NIC:
mampuan untuk
1. Respiratory
ay suction:
membersihkan sekresi
status:Ventilation
atau obstruksi dari saluran 2. Respiratory
1. Pastikan
napas untuk
status: airway
kebutuhan
mempertahankan
patency
oral atau
kebersihan jalan napas.iteria hasil:
tracheal
suctioning.
1. MendemonstrasiBatasan Karakteristik:
kan batuk efektif
2. Auskultasi
1. Tidak ada batuk
dan napas yang
suara napas
2. Suara napas
bersih, tidak ada
sebelum dan
tambahan
sianosis dan
sesudah
dispnea (mampu
suctioning.
3. Perubahan frekwensi
mengeluarkan
3. Informasika
napas
sputum, mampu
n pada klien
4. Sianosis
bernapas dengan
dan keluarga
5. Kesulitan berbicara
mudah, tidak ada
tentang
atau mengeluarkan
pursed lips).
suctioning.
suara
2. Mampu
4. Gunakan
6. Penurunan bunyi
mengidentifikasi
universal
napas
dan mencegah
precaution,
7. Dispnea
faktor yang dapat
sarung
8. Mata melebar
menghambat
tangan,
9. Sputum dalam jumlah
jalan napas.
goggle,
yang berlebihan
masker
10. Batuk yang tidak
sesuai
efektif
kebutuhan
11. Orthopneu
5. Monitor
12. Gelisah
status
13. Mata terbuka besar
oksigen
klien
Faktor-faktor yang
berhubungan:
Airway
1. Lingkungan
management:
a. Perokok Pasif
6. Auskultasi
b. Menghisap asap
bunyi nafas
2. Obstruksi jalan
tambahan;
napas:
ronchi,
1) Spasme jalan
wheezing.
napas
7. Posisikan
2) Mukus dalam
pasien untuk
jumlah
memaksimalk
berlebihan
an ventilasi.
3) Eltsudat dalam
8. Ajarkan batuk
jalan napas
efektif.
4) Materi asing
9. Kolaborasi
dalam jalan
pemberian
apas
oksigen
5) Adanya jalan

1. memastikan dengan

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

benar apa yang
menjadi kebutuhan
klien.
mengetahui perbedaan
suara nafas sebelum &
sesudah berikan
suction.
informed concent
sangat diperlukan
dalam komunikasi
terapeutik karena
dengan informasi yang
jelas dan tepat, maka
klien dan keluarga
dapat mengambil
keputusan atas
tindakan yang akan
diberikan
untuk melindungai
tenaga kesehatan dan
pasien dari penyebaran
infeksi dan
memberikan pasien
safety
penurunan status
oksigen
mengindikasikan klien
mengalami kekurangan
oksigen yang dapat
menyebabkan
terjadinya hipoksia.
Adanya bunyi ronchi
menandakan terdapat
penumpukan sekret
atau sekret berlebih di
jalan nafas.
posisi semifowler
membantu klien
memaksimalkan
ventilasi sehingga
kebutuhan oksigen
terpenuhi
Fisioterapi dada/ back
massage dapat

26

napas buatan
6) Sekresi bertahan
atau sisa sekresi
7) Sekresi dalam
beonki
3. Fisiologis:
a. Jalan napas alergik
b. Asma
c. Penyakit paru
obstruktif kronik
d. Hiperplasi dinding
bronkial
e. Infeksi
f. Disfungsi
neuromuskular

2.3.4

10. Kolaborasi
pemberian
broncodilator
sesuai
indikasi.

membantu
menjatuhkan secret
yang ada dijalan nafas.
9. Meringankan kerja
paru untuk memenuhi
kebutuhan oksigen
serta memenuhi
kebutuhan oksigen
dalam tubuh.
10. Broncodilator
meningkatkan ukuran
lumen percabangan
trakeobronkial
sehingga menurunkan
tahanan terhadap aliran
udara.

Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah
rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktorfaktor yang memengaruhi masalah kesehatan klien.
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping.
Perencanaan asuhan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik,
jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam implementasi
asuhan keperawatan. Selama tahap implementasi, perawat terus melakukan
pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai

27

dengan kebutuhan klien. Semua intervensi keperawatan didokurnentasikan
dalam format yang telah ditetapkan oleh instansi (Nursalam, 2008)
2.3.5

Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektuaL untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan
perawat untuk memonitor "kealpaan" yang terjadi selama tahap
pengkajian, analisis, perencanaan, dan implementasi intervensi.
Menurut Griffith dan Christensen (dalam Nursalam, 2008), evaluasi
sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada
status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien dalam
mencapai suatu tujuan maka perawat dapat menentukan efektivitas asuhan
keperawatan.
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan
tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses
keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan
kecukupan data yang telah dikumpulkan dan kesesuaian perilaku yang
diobservasi. Diagnosis juga perlu dievaluasi dalam hal keakuratan dan
kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan pada tahap intervensi untuk
menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat dicapai secara
(Nursalam, 2008).

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu studi yang
mengeksplorasi suatu masalah keperawatan dengan batasan terperinci, memiliki
pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi.
Penelitian studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari
berupa peristiwa, aktivitas atau individu.
Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah Asuhan
keperawatan pada klien Tuberkulosis yang mengalami Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Napas Di ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan.
3.2 Batasan Istilah
Batasan istilah (atau dalam versi kuantitatif disebut definisi operasional)
adalah pernyataan yang menjelaskan istilah-istilah kunci yang mejadi fokus studi
kasus. Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Asuhan

keperawatan

adalah

serangkaian

tindakan

sistematik

berkesinambungan, yang meliputi tindakan untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan individu atau kelompok, baik yang aktual maupun
potensial kemudian merencanakan tindakan untuk menyelesaikan,
mengurangi, atau mencegah terjadinya masalah baru dan melaksanakan
tindakan atau menugaskan orang lain untuk melaksanakan tindakan
keperawatan serta mengevaluasi keberhasilan dari tindakan yang
dikerjakan (Rohmah & Walid, 2012).

28

29

2. Menurut Sylvia A.Price dalam Nurarif & Kusuma (2015), tuberkulosis
adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh
lainnya
3. Masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan
untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk
mempertahankan kebersihan jalan napas (Nurarif & Kusuma, 2015).
4. RSUD Bangil Pasuruan adalah rumah sakit

Dokumen yang terkait

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GANGGUAN SISTEM IMUNOLOGI (HIVAIDS) DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS

0 1 13

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.S DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG ZAM ZAM RUMAH SAKITMUHAMMADIYAH SURABAYA

0 0 14

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BRONKOPNEUMONIA DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS DI RUANGAN ZAM- ZAM RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH SURABAYA

0 1 15

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN ”X” DENGAN CVA INFARK DI RUANG SARAF B RUMAH SAKIT DR.SOETOMO SURABAYA

0 0 15

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.D DENGAN HEMORAGHIC POST PARTUM DI RUANG NIFAS RUMAH SAKIT ISLAM DARUS SYIFA’ SURABAYA

0 0 16

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA

0 0 16

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN SINDROM KORONER AKUT DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS DI RUANG ICU RSUD IBNU SINA GRESIK

0 1 18

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BRONKITIS DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS DI RUMAH SAKIT PARU SURABAYA

0 1 12

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASFIKSIA NEONATORUMDENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS DI RUANG PERINATOLOGIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL PASURUAN

1 2 97

KARYA TULIS ILMIAH: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL JANTUNG DENGAN MASALAH INTOLERANSI AKTIVITAS DI RUANG CVCU RSUD BANGIL PASURUAN

1 5 87