Tabel 5. 1 Uraian Penerimaan APBN Tahun 2011-2015

  aporan L Akhir

5.1 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)

  APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) merupakan daftar yang memuat rencana seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah dalam rangka mencapau tujuanya yang biasanaya disusun untuk tahun anggaran. Manfaat dilakukannya analisis terhadap dokumen APBN adalah untuk mengetahui model penerimaan dan pembiayaan keuangan negara, khususnya yang berkaitan dengan anggaran transfer ke daerah dari tahun ke tahun.

5.1.1 Penerimaan Negara

  Penerimaan APBN berasal dari sektor-sektor penerimaan dalam negeri dan hibah. Sektor penerimaan dalam negeri terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan bukan pajak. Sedangkan sector penerimaan pajak dapat diuraikan yaitu pajak dalam negeri yang terdiri dari pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, cukai, dan pajak lainnya. Selanjutnya penerimaan pajak perdagangan internasional yang terdiri dari bea masuk dan pajak eksport. Selanjutnya sektor penerimaan bukan pajak terdiri dari penerimaan sumber daya alam (SDA), bagian laba BUMN, Penerimaan bukan pajak lainnya, dan pendapatan badan layanan

  L aporan

  Akhir 5-2 Tabel 5. 1 Uraian Penerimaan APBN Tahun 2011-2015

  (Dalam Milyar Rupiah) Penerimaan APBN Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

I. Penerimaan Dalam Negeri

  1,205,346.00 1,332,322.90 1,432,058.60 1,545,456.30 1,758,330.90 Penerimaan Perpajakan

  873,874.00 980,518.10 1,077,306.70 1,146,865.80 1,489,255.50 Pajak Dalam Negeri

  819,752.00 930,861.80 1,029,850.00 1,103,217.60 1,439,998.60 Pajak Penghasilan 431,122.00 465,069.60 506,442.80 546,180.90 679,370.10 Pajak Pertambahan Nilai 277,800.00 337,584.60 384,713.50 409,181.60 576,469.20 Pajak Bumi dan Bangunan 29,893.00 28,968.90 25,304.60 23,476.20 26,689.90 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan -1 Cukai

  77,010.00 95,027.90 108,452.00 118,085.50 145,739.90 Pajak Lainnya 3,928.00 4,210.90 4,937.10 6,293.40 11,729.50

  Pajak Perdagangan Internasional 54,122.00 49,656.30 47,456.60 43,648.10 49,256.90 Bea Masuk

  25,266.00 28,418.40 31,621.30 32,319.10 37,203.90 Pajak Ekspor 28,856.00 21,237.90 15,835.40 11,329.00 12,053.00

  Penerimaan Bukan Pajak 331,472.00 351,804.70 354,751.90 398,590.50 269,075.40

  Penerimaan Sumber Daya Alam 213,823.00 225,844.00 226,406.20 240,848.30 118,919.10 Bagian laba BUMN 28,184.00 30,798.00 34,025.60 40,314.40 36,956.50 Penerimaan Bukan Pajak Lainnya 69,361.00 73,458.50 69,671.90 87,746.80 90,109.60 Pendapatan Badan Layanan Umum 20,104.00 21,704.30 24,648.20 29,681.00 23,090.20

II. Hibah

  5,253.90 5,786.70 6,832.50 5,034.50 3,311.90 Jumlah

  1,210,599.70 1,338,109.60 1,438,891.10 1,550,490.80 1,761,642.80

  Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 aporan L Akhir

  Berdasarkan uraian tabel penerimaan APBN Indonesia dari tahun 2011

  • – 2015 maka dapat diketahui trend pertumbuhan pendapatan Negara dari tahun 2011 – 2015.

  Pada keterangan tabel diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan sektor penerimaan APBN tahun 2011-2015 mengalami kondisi fluktuatif. Pada tahun 2011 sektor penerimaan Negara sebesar 22%, namun mengalami penurunan sampai tahun 2014 hingga 8 %, kemudian naik kembali sebesar 6 point hingga mencapai kenaikan 14% pada tahun 2015. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik pertumbuhan penerimaan Negara dibawah ini.

  25% 22%

  20% 15% 14% 11%

  10% 8% 8%

  5% 0% 2011 2012 2013 2014 2015

  Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 (hasil olahan)

  L aporan

  Akhir

5.1.2 Belanja Negara

  Selain menjelaskan mengenai anggaran pendapatan Negara, didalam dokumen APBN juga menjelaskan mengenai anggaran belanja Negara mulai dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Dapat dijelaskan bahwa jenis pengeluaran pemerintah terdiri dari anggaran belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah. Uraian mengenai belanja pemerintah pusat terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, belanja hibah, bantuan social, dan belanja lain-lain. Sedangkan terkait dengan pengeluaran transfer ke daerah, dapat dijelaskan terdiri dari dana perimbangan (dana bagi hasil, dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus (DAK)), dan dana otonomi khusus dan penyesuaian. Untuk lebih jelasnya mengenai uraian belanja APBN Indonesia tahun 2011-2014 dapat dijelaskan pada keterangan tabel dibawah ini.

  

Tabel 5. 2

Uraian Belanja APBN Indonesia Tahun 2011-2014

(Dalam Miliyar Rupiah)

  Jenis Pengeluaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

I. Belanja Pemerintah Pusat 883 ,722 1.,010, 558 1 ,196 ,828 1 ,230 ,304

  Belanja Pegawai 175 ,738 197, 864 232 ,979 276, 678 Belanja Barang 124 ,640 140, 885 206 ,507 203, 654 Belanja Modal 117 ,855 145, 104 192 ,600 205, 843 Pembayaran Bunga Utang 93 ,262 100, 516 112 ,518 119, 533

  Utang Dalam Negeri 66 ,825 70, 211 96 ,759 107, 687 Utang Luar Negeri 26 ,437 30, 305 15 ,759 11, 846 Subsidi 295 ,358 346, 420 348 ,119 336, 242 aporan L Akhir

  Berdasarkan keterangan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, belanja APBN dari tahun 2011-2015 mengalami penurunan. Pada tahun 2011, belanja negara sebesar 24% kemudian terus menurun sampai 5% pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran penerimaan negara untuk biaya belanja negara mengecil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini.

PERTUMBUHAN BELANJA APBN TAHUN 2011-2014 24% 19% 16% 5%

  2011 2012 2013 2014 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 (hasil Olahan)

  

Gambar 5. 2

Grafik Pertumbuhan Belanja APBN Tahun 2011-2014 aporan L Akhir

  

Kontribusi Belanja APBN Tahun 2014

32% 68%

  

Belanja Pemerintah Pusat Transfer ke daerah

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 (hasil Olahan)

  

Gambar 5. 3

Kontribusi Belanja APBN Tahun 2014

5.2. PENDAPATAN DAERAH KOTA SEMARANG

  Pendapatan Daerah Kota Semarang mengalami tren peningkatan tiap tahunnya,rata-rata pertumbuhan realisasi pendapatan daerah Kota Semarang Tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 sebesar 16,11%, Pertumbuham pada masing-masing pos penerimaan pendapatan mengalami pertumbuhan yang positif, PAD mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 31,91%, Dana Perimbangan Daerah Kota Semarang aporan L Akhir

  Dari kontribusi penerimaan PAD terhadap APBD secara total selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar 20,20% menjadi 36,53% pada tahun 2015, hal ini menunjukan ketergantungan Pemerintah Kota Semarang terhadap Dana Perimbangan dan Pendapatan lain yang sah semakin menurun.

  Hasil perhitungan kontribusi realisasi masing-masing komponen pendapatan daerah terhadap total pendapatan daerah menunjukan bahwa Dana Perimbangan memiliki rata-rata pertumbuhan terendah yakni hanya 5,87%. Sementara itu rata-rata pertumbuhan PAD sebesar 31,91% tanpa mengurangi komponen PBB-BPHTB sedangkan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 23,70%. Jika dirinci per sub komponen, gambar berikut menyajikan tentang kontribusi masing- masing sub komponen pendapatan daerah dirinci per sub komponen.

RATA-RATA RATA-RATA RATA-RATA

  aporan L Akhir

  Untuk Pendapatan Asli Daerah, kontribusi terbesar diberikan dari Pajak Daerah dengan persentase kontribusi rata-rata sebesar 51%. Disusul oleh Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah dengan kontribusi sebesar 32%, Ini dikarenakan pada tahun 2011 ada penambahan kontribusi Pajak Daerah dari Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan di tahun 2012 ada penambahan dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).Hal ini menyebabkan anomali pertumbuhan di tahun 2011 dan 2012. Bisa disandingkan analisa Perbandingan Pendapatan Asli Daerah sebagai berikut :

Gambar 5.5 Persandingan Rata-rata Pertumbuhan PAD 2010-2015 Dengan dan Tanpa

  

Komponen PBB & BPHTB

  Pendapatan pajak daerah terbesar berasal dari pengelolaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) dan PBB Pedesaan Dan Perkotaan ternyata memiliki kontribusi yang cukup signifikan.Di tahun 2014, perolehan pendapatan pajak daerah dari aporan L Akhir

Tabel 5.3 Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Semarang

  Tahun 2010 – 2015 Target Anggaran Realisasi Target RPJMD Kelebihan/ Tahun Pendapatan Pendapatan % 2010-2015

  Kekurangan Daerah (APBD-P) Daerah

  2010 1.378.069.725.000 1.594.662.575.000 1.623.567.254.798 101,81% 28.904.679.798 2011 1.713.581.233.923 1.992.693.893.000 2.053.919.562.042 103,07% 61.225.669.042 2012 1.928.691.520.339 2.278.353.606.000 2.533.676.148.800 111,21% 255.322.542.800 2013 2.107.776.916.723 2.594.562.688.000 2.796.570.726.860 107,79% 202.008.038.860 2014 2.304.734.720.409 2.865.509.578.000 3.166.016.041.565 110,49% 300.506.463.565

  2015* 2.552.029.032.166 3.263.824.536.000 3.390.172.448.717 103,87% 126.347.912.717

  

Total 11.984.883.148.560 14.589.606.876.000 15.563.922.182.783 106,37% 974.315.306.783

Sumber: DPKAD Kota Semarang 2010-2015 (diolah, 2015)

5.2.1. Neraca Daerah

  Analisis Neraca daerah bertujuan untuk mengetahui kemampuan keuangan pemerintah daerah melalui perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas dan rasio aktivitas serta kemampuan asset daerah untuk penyediaan dana pembangunan daerah. Neraca Daerah menggambarkan posisi keuangan pemerintah daerah mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan. Unsur yang dicakup oleh sebuah neraca terdiri dari aset, kewajiban dan ekuitas. Perkembangan neraca daerah Kota Semarang tahun 2010-2015 dan rata-rata pertumbuhannya terlihat di tabel 5.4.

  Aset Pemerintah Kota Semarang dari kurun waktu tahun 2013 sampai dengan aporan L Akhir

  ini meningkat 1% dibanding kewajiban tahun 2013 sebesar Rp 27.415.290.205. Ekuitas dana adalah selisih antara aset dengan kewajiban pemerintah daerah. Di tahun 2014, nilai ekuitas dana Pemerintah Kota Semarang mencapai Rp 15.147.458.705.353 dan meningkat 51% dari tahun 2013 yang hanya sebesar Rp 7.402.393.039.253. aporan L Akhir

Tabel 5.4 Perkembangan Anggaran dan Realisasi BUMD Kota Semarang Tahun 2010

  • – 2015 2010 2011 2012 2013 2014 2015 NO URAIAN

  Anggaran Realisasi

Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realiasasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

  Perusahaan

  1 Daerah RPH & 31.045.922 29.877.700 31.158.328 33.744,600 33.698.720 39.017.100 37.237.146 40.024.700 40.150.000 40.263.443 BHP Perusahaan

  2 Daerah 140.519.500 146.806.000 223.522.280 101.166.915 179.481.482 181.801.835 157.178.000 186.582.943 Percetakan Perusahaan

  3 Daerah Bank 166.923.578 167.492.521 198.000.000 175.866.325 279.500.000 302.940.370 361.116.372 330.515.110 385.769.000 191.206.550 Pasar Perusahaan

4 Daerah BPR /

  574.658.000 309.669.986 1.044.925.000 6.049.636.864 1.406.770.000 934.594.286 BKK Bank Jateng

  5 Cabang 5.000.000.000 6.013.056.741 5.629.835.672 5.771.918.433 5.250.000.000 6.024.524.882 5.250.000.000 1.048.800.379 6.000.000.000 6.683.452.338 Semarang JUMLAH

  

5.338.489.000 6.210.426.962 6.005.800.000 5.981.529.358 6.361.379.000 6.777.319.253 6.872.760.000 7.650.778.888 7.989.867.000 8.036.099.560

ANGGARAN Sumber: DPKAD Kota Semarang, 2010-2015

  5-11 L aporan

  Akhir 5-12

Tabel 5.5 Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kota Semarang Tahun 2013-2015

  No Uraian 2013 2014 2015 Tk. Pertumb (%)

1 ASET 14.942.228.456.870 14.752.011.257.325 15.660.868.697.440 2,75%

  1.1.1 Kas 922.751.717.344 1.086.300.120.262 1.203.791.855.520

  1.3.3 Jalan, Irigasi dan Jaringan 1.654.555.357.306 1.279.544.234.937 1.987.265.452.595

  1.5.4 Aset Tak Berwujud `18.358.331.532 18.095.485.406 24.603.348.302

  1.5.3 Kemitraan dengan Pihak Kedua 11.056.831.000 66.053.931.000 11.056.831.000

  1.5.2 Tagihan Tuntutan Kerugian Daerah - - -

  1.5.1 Tagihan Penjualan Angsuran - - -

  

1.5 ASET LAINNYA 103.864.930.430 195.235.321.214 113.596.809.499 23,08%

  1.4.1 Dana Cadangan- 39.562.373.739

  1.4 DANA CADANGAN 39.562.373.739 -

  1.3.6 Akumulasi Penyusutan (1.537.847.035.780) (1.401.823.977.729) (1.812.874.658.344)

  1.3.5 Konstruksi dalam Pengerjaan 102.732.023.730 109.950.402.504 87.286.319.793

  1.3.4 Aset Tetap Lainnya 73.945.990.040 62.232.661.307 88.708.674.161

  1.3.3 Gedung dan Bangunan 1.656.851.392.286 1.457.131.509.262 1.872.765.197.493

  1.1.2 Investasi Jangka Pendek - - -

  1.3.2 Peralatan dan Mesin 957.835.854.744 989.497.933.801 1.140.779.561.749

  

1.1 ASET LANCAR 1.042.372.527.574 14.752.011.257.325 1.180.796.595.962 6,66%

  

1.3 ASET TETAP 13.717.885.116.131 6.119.616.888.621 14.226.857.060.638 38,55%

  1.2.2 Investasi Permanen 74.324.769.768 62.846.543.502 96.699.105.631

  1.2.1 Investasi Non Permanen 3.781.112.967 3.619.379.238 3.356.751.971

  1.2 INVESTASI JANGKA PANJANG 78.105.882.735 66.465.922.740 100.055.857.602 17,82%

  1.1.7 Persediaan 30.795.854.733 44.361.323.750 (122.046.535.969)

  1.1.6 Piutang Lainnya 46.450.219.364 10.461.768.493 52.754.796.143

  1.1.4 Belanja Dibayar Di Muka 7.241.621.151 3.170.117.701 2.378.120.347

  1.1.3 Piutang 35.133.114.982 39.672.385.278 43.918.359.921

  1.3.1 Tanah 10.809.811.533.805 10.809.811.533.805 10.862.926.513.191 aporan L Akhir Tk.

  No Uraian 2013 2014 2015 Pertumb (%)

  1.5.5 Aset lain-lain `74.449.767.898 111.085.904.808 77.936.630.197

  JUMLAH ASET DAERAH 14.942.228.456.870 14.752.011.257.325 15.660.868.697.440 2,75%

  

2 KEWAJIBAN 27.069.052.431 27.415.290.205 128.618.072.540 185,21%

  

2.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 27.067.052.431 27.392.290.205 128.558.072.540 185,26%

  2.1.1 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) 4.522.375.560 4.442.638.263 6.820.256.343

  2.1.2 Utang Bunga

  • 874.741 62.604.529
  • 2.1.3 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang ` - 1.816.665.353

  2.1.4 Pendapatan Diterima Dimuka 2.054.073.350 1.964.887.805 13.124.433.770

  2.1.5 Utang Belanja 20.489.728.780 19.105.494.255 108.613.382.427

  2.1.6 Utang Jangka Pendek Lainnya

  • 2.2 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 2.000.000 23.000.000 60.000.000 605,43%

  2.2.1 Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan

  2.2.2 Utang Dalam Negeri - Obligasi

  2.2.3

  • Premium (Diskonto) Obligasi

  2.2.4 Pendapatan Diterima Dimuka 2.000.000 23.000.000

  2.2.5 Utang Jangka Panjang Lainnya

  • 60.000.000

  JUMLAH KEWAJIBAN 27.069.052.431 27.415.290.205 128.618.072.540 185,21%

  

3 EKUITAS DANA 15.147.458.705.353 7.402.393.039.253 15.532.250.624.900 29,35%

  3.1 EKUITAS DANA 15.147.458.705.353 7.402.393.039.253 15.532.250.624.900 Sumber: DPKAD Kota Sermarang, 2010-2015

  5-13 aporan L Akhir

  Gambaran kondisi neraca daerah tersebut lebih lanjut dapat digunakan sebagai bahan analisis kemampuan keuangan pemerintah daerah melalui perhitungan rasio, dimana terdapat 2 jenis Rasio yang digunakan, yakni rasio likuiditas dan solvabilitassebagaimana terjabarkan sebagai berikut:

a. Rasio Likuiditas

  Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajiban jangka pandek. Data rasio likuiditas tahun terakhir 2015dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.6 Analisis Rasio Likuiditas Kota Semarang Tahun 2015 Ratio Rumus 2015

  Ratio Lancar Aset Lancar 19.680 Kewajiban Jangka Panjang

  Rasio Quick (Quick Ratio) Aset Lancar - Persediaan 8,24 Kewajiban Jangka Pendek

  Rasio total hutang terhadap total Total Hutang 0,0000038 asset Total Aset

  Sumber: DPKAD Kota Semarang, 2013-2015

  Hasil analisis diatas menunjukan bahwa Pemerintah Kota Semarang memiliki kondisi pendanaan yang cukup kuat dilihat dari hasil analisis ratio lancar,quick

  ratiodanrasio total hutang terhadap total aset juga bernilai sangat kecil. Hal ini

  menunjukan bahwa kapabilitas keuangan pemerintah Kota Semarang cukup kuat dalam pelunasan kewajiban-kewajiban daerahnya. aporan L Akhir

5.2.2. Analisis Belanja Daerah dan Pengeluaran Pembiayan Daerah

  Memahami kinerja belanja daerah bertujuan untuk memperoleh gambaran realisasi dari kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan daerah pada periode tahun anggaran sebelumnya yang digunakan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan dimasa mendatang.Beberapa hal yang perlu dipahami dari analisis ini mencakup proporsi realisasi belanja daerah dibanding anggaran, analisis proporsi belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur, analisis belanja periodik dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama.

5.2.2.1. Proporsi Realisasi Belanja Daerah Dibanding Anggaran

  Belanja daerah Kota Semarang dibagi menjadi belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja langsung memiliki delapan komponen belanja yaitu belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga. Sedangkan untuk belanja langsung daerah Kota Semarang, terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja modal.

Tabel 5.8 Proporsi Realisasi Belanja terhadap Anggaran Belanja Daerah

  Kota Semarang Tahun 2010 – 2015 Proporsi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Uraian Rata- (%) (%) (%) (%) (%) (%) rata (%) aporan L Akhir

  Proporsi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Uraian Rata- (%) (%) (%) (%) (%) (%) rata (%)

  Belanja Pegawai 14,27% 14,10% 14,00% 11,52% 8,13% 8,10% 11,69% Belanja Barang dan Jasa 55,58% 51,68% 48,10% 42,46% 43,75% 51,52% 48,85% Belanja Modal 30,15% 34,22% 37,91% 46,02% 48,12% 40,38% 39,47%

  Sumber: DPKAD, Kota Semarang, 2010-2015

  Tabel proporsi realisasi belanja terhadap anggaran belanja Kota Semarang 2010- 2015 menunjukan bahwa selama enam tahun terakhirempat tahun terakhir proporsi belanja tidak langsung terhadap anggaran belanja memiliki proporsi lebih besar dibanding belanja langsung. Proporsi penggunaan belanja tidak langsung rata-rata sebesar 50,47% sedangkan belanja langsung hanya 49,53%.

  Ini mengindikasikan bahwa belanja langsung yang notabene berhubungan dengan program-program pembangunan kota, pencapaian kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik belum maksimal. Sementara itu, pada komponen belanja tidak langsung proporsi terbesar digunakan untuk belanja pegawai. Sedangkan untuk belanja langsung proporsi terbesar untuk belanja barang dan jasa.

5.2.2.2. Analisis Proporsi Belanja untuk Pemenuhan Kebutuhan Aparatur

  Selain gambaran mengenai belanja daerah baik belanja langsung maupun tidak langsung, perlu diketahui juga gambaran proporsi anggaran belanja untuk pemenuhan aporan L Akhir

Tabel 5.9 Proporsi Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur terhadap Total Belanja

  

Kota Semarang Tahun 2010-2015

Total Belanja untuk Total Pengeluaran Tahun Pemenuhan Kebutuhan (Belanja + Pengeluaran % Anggaran Aparatur Pembiayaan Daerah)

  2010 1.086.192.210.382 1.732.662.151.376 62,69% 2011 1.200.312.619.500 2.036.582.638.750 58,94% 2012 1.269.801.879.039 2.053.334.797.224 61,84% 2013 1.344.389.282.604 2.473.490.609.436 54,35% 2014 1.434.769.283.942 2.957.435.259.381 48,51% 2015 1.361.912.732.416 2.686.040.155.327 50,70%

  Sumber: DPKAD Kota Semarang, 2010-2015

  Adapun rincian mengenai total belanja untuk memenuhi kebutuhan aparatur Kota Semarangsebagaimana tabelRealisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Semarang Tahun 2010-2015.

5.2.2.3. Analisis Belanja Periodik dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama

  Selain belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur Kota Semarang, perlu diketahui juga bagaimana gambaran pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas aporan L Akhir

Tabel 5.10 Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Semarang Tahun 2010

  • – 2015 Urusan 2010 (Rp) 2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2014 (Rp) 2015 Belanja Tidak Langsung 876.462.046.627 987.918.816.135 1.086.857.725.418 1.144.155.404.342 1.172.889.136.216 1.075.960.876.751

  Belanja Gaji dan Tunjangan, Belanja Tambahan Penghasilan, dan Belanja 1.084.323.643.257 1.198.759.910.675 1.268.289.406.939 1.343.222.420.204 1.433.649.178.942 1.361.047.074.141 Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/ WKDH

Belanja Bantuan Keuangan 788.567.125 788.567.000 788.567.000 870.105.000 865.658.275 788.567.125

  • Belanja Bunga 1.080.000.000 764.141.700 723.905.100 378.295.400 250.000.000

  

Belanja Langsung 209.730.163.755 212.393.803.365 182.944.153.621 200.233.878.262 261.880.147.726 285.951.855.665

Belanja Langsung untuk kebutuhan

operasional rutin perkantoran yang 209.730.163.755 212.393.803.365 182.944.153.621 200.233.878.262 261.880.147.726 285.951.855.665

harus diselenggarakan.

  Total 1.086.192.210.382 1.200.312.619.500 1.269.801.879.039 1.344.389.282.604 1.434.769.283.942 1.361.912.732.416 Sumber: DPKAD Kota Semarang, 2010-2015

  5-18 aporan L Akhir

Tabel 5.11 RealisasiBelanja Periodik dan Pengeluaran Pembiayaan Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama

  Kota Semarang Tahun 2010 – 2015 Anggaran Rata-Rata No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Pertumbuhan

BELANJA TIDAK LANGSUNG

  Belanja Gaji, Tunjangan dan termasuk( Anggota dan

1 874.593.479.502 986.366.107.310 1.085.345.253.318 1.142.988.541.942 1.171.769.031.216 1.075.095.218.476 4,48

Pimpinan DPRD serta

  Operasional KDH)

  2 Belanja Bantuan Keuangan 788.567.125 788.567.000 788.567.000 870.105.000 865.658.275 788.567.125

  3 Belanja Bunga 1.080.000.000 764.141.700

  • 723.905.100 378.295.400 250.000.000 (29,04)

  4

  • Belanja Bagi Hasil

BELANJA LANGSUNG

  Belanja Langsung untuk kebutuhan operasional rutin

1 209.730.163.755 212.393.803.365 182.944.153.621 200.233.878.262 261.880.147.726 285.951.855.665 209.730.163.755

perkantoran yang harus diselenggarakan

PENGELUARAN PEMBIAYAAN

  Pembentukan Dana

  1 30.000.000.000 15,000,000,000 25.439.914.000 Cadangan

  • 2 Pembayaran Pokok Hutang 1.821.488.200 1.816.665.400 1.816.665.500 1.816.665.353
  • TOTAL (A+B+C)

  Sumber: DPKAD Kota Semarang, 2010-2015 5-19 aporan L Akhir 5.2.2.4.

   Analisis Pembiayaan Daerah

  Pembiayaan merupakan transaksi keuangan daerah yang bertujuan untuk menutup selisih antara Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah ketika terjadi defisit anggaran. Sumber pembiayaan dapat berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun lalu, penerimaan, penerimaan pinjaman obligasi, transfer dari dana cadangan maupun hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan. Sedangkan pengeluaran dalam pembiayaan adalah angsuran hutang, bantuan modal dan transfer ke dana cadangan.

5.2.2.5. Analisis Sumber Penutup Defisit Riil

  Analisis ini dilakukan untuk memberi gambaran masa lalu tentang kebijakan anggaran untuk menutup defisit riil anggaran Pemerintah Daerah yang dilakukan. Berikut menyajikan gambaran realisasi penutup defisit riil anggaran Kota Semarang tahun 2010-2015. aporan L Akhir

Tabel 5.12 Penutup Defisit Riil Anggaran Kota Semarang Tahun 2010

  • – 2015 NO Uraian 2010 (Rp) 2011 (Rp) 2012(Rp) 2013 (Rp) 2014 (Rp.) 2015 (Rp)

A. Pendapatan 1.

  Realisasi Pendapatan Daerah 1.623.567.254.798 1.813.927.543.692 2.342.123.646.801 2.466.593.494.884 2.882.095.765.066 3.033.103.312.563 Jumlah A 1.623.567.254.798 1.813.927.543.692 2.342.123.646.801 2.466.593.494.884 2.882.095.765.066 3.033.103.312.563 B Dilkurangi Realisasi Belanja :

1. Realisasi Belanja Daerah 1.732.662.151.376 2.036.582.638.750 2.053.334.797.224 2.473.490.609.436 2.957.435.259.381 2.686.040.155.327

  

2. Realisasi Pengeluaran Pembiayaan Daerah 8.821.488.200 4.816.665.400 52.602.590.534 45.816.665.353 48.095.579.353 41.686.874.742

Jumlah B 1.741.483.639.576 2.041.399.304.150 2.105.937.387.758 2.519.307.274.789 3.005.530.838.734 2.727.727.030.069 Surplus/ Defisit riil (A-B) (117.916.384.778) (227.471.760.458) 236.186.259.043 (52.713.779.905) (123.435.073.668) 305.376.282.494 C Ditutup Oleh Realisasi Penerimaan Pembiayaan :

  1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) 313.114.935.618 195.198.550.840 207.718.808.732 635.457.569.772 905.242.914.000 1.010.221.556.625 Tahun Anggaran sebelumnya 2.

  7.478.024.158 - - - - Pencairan Dana Cadangan 62.981.890.550

  Total Realisasi Penerimaan Pembiayaan 313.114.935.618 195.198.550.840 207.718.808.732 635.457.569.772 912.720.938.158 1.073.203.447.175 Daerah (C) Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun 195.198.550.840 (32.273.209.618) 443.905.067.775 582.743.789.867 789.285.864.490 1.378.579.729.669 berkenaan (A-B) + C Sumber: DPKAD Kota Semarang, 2010-2015

  5-21 aporan L Akhir

  Berdasarkan pada tabel penutup defisit riil menunjukkan bahwa pada tahun 2012 dan tahun 2015 terjadi surplus dimana realisasi pendapatan daerah lebih besar dari belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan. Namun apabila dilihat dari sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan pada tahun 2011 terjadi defisit dimana tercatat minus Rp. 32.273.209.618,-. Mulai tahun 2012 sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenanan terjadi surplus sampai dengan tahun 2015 dimana desifit anggaran ditutup dengan penerimaan pembiayaan dari SiLPA.