5. Laporan Kinerja Itjen Tahun 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan ridho-nya kami dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Inspektorat Jenderal Tahun 2016 sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang telah dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan.

Dengan semangat dan kerja keras serta dukungan dari semua pihak, kami telah berhasil menyelesaikan program dan kegiatan pada Tahun 2016 sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam Rencana Aksi Program Inspektorat Jenderal Tahun 2015-2019.

Laporan ini menyajikan data dan informasi terkait target dan capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Inspektorat Jenderal Tahun 2016 yang telah ditetapkan dalam

dokumen Renstra yaitu “persentase satuan kerja yang memiliki temuan kerugian negara ≤1% serta target dan capaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) seluruh unit eselon II di lingkungan Inspektorat Jenderal.

Laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara objektif mengenai kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan pada Tahun 2016. Meskipun secara umum kinerja Inspektorat Jenderal telah sesuai target, namun kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki serta kelemahan yang harus disempurnakan. Oleh karena itu dukungan dan kerja keras semua pihak perlu terus ditingkatkan agar kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.

Jakarta, Januari 2017 Inspektur Jenderal

Drs. Purwadi, Apt, MM, ME

NIP. 195712171985021001

RINGKASAN EKSEKUTIF

Sebagai salah satu unsur penyelenggara negara, Inspektorat Jenderal mempunyai kewajiban untuk membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang mengacu pada Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan bentuk pertanggungjawaban atas tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal dalam mencapai visi dan misi berdasarkan perencanaan strategis yang ditetapkan dalam Rencana Startegis Kementerian Kesehatan selama lima tahun yaitu Tahun 2015 - 2019 yang dapat dijadikan lesson learnt untuk perencanaan strategis pengawasan lingkup Kementerian Kesehatan dalam lima tahun kedepan.

Sasaran program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur adalah meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya reformasi birokrasi. Target tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal yang diuraikan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015- 2019 adalah ”Meningkatnya pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan” yang pencapaiannya dinilai dengan capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Inspektorat

Jenderal Kementerian Kesehatan yaitu ”Persentase Satuan Kerja yang memiliki

temuan kerugian Negara ≤ 1% sebesar 100%”. Secara keseluruhan realisasi pencapaian sasaran strategis Inspektorat Jenderal yang diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah persentase Satuan Kerja yang memiliki temuan kerugian Negara ≤ 1% selama 5 tahun (Tahun 2015 - 2019) telah terealisasi 100%.

Capaian kinerja Inspektorat Jenderal didukung dengan 6 indikator yaitu:

1. Persentase Satuan Kerja di lingkup binaan Inspektorat I yang memiliki temuan kerugian Negara ≤ 1% sebesar 100%.

2. Persentase Satuan Kerja di lingkup binaan Inspektorat II yang memiliki temuan kerugian Negara ≤ 1% sebesar 100%.

3. Persentase Satuan Kerja di lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki temuan kerugian Negara ≤ 1% sebesar 100%.

4. Persentase Satuan Kerja di lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki temuan 4. Persentase Satuan Kerja di lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki temuan

5. Persentase penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian Negara di lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai kewenangan Inspektorat

Jenderal sebesar 100%.

6. Persentase Satuan Kerja yang telah menerapkan program aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi sebesar 100%.

Pada Tahun 2016 capaian kinerja Inspektorat Jenderal didasarkan pada 1 indikator kinerja program dan 6 indikator kinerja kegiatan dengan masing-masing target yang sudah ditetapkan, keseluruhan indikator telah mencapai target bahkan berhasil melebihi target yang telah ditetapkan yaitu jumlah satuan kerja di lingkungan setiap unit utama Kementerian Kesehatan terdiri dari satuan kerja di lingkungan Ditjen Pelayanan Kesehatan dan Itjen, Ditjen Kesmas dan Setjen, Ditjen P2P dan Balitbangkes serta Ditjen Far & Alkes dan Badan PPSDMK yang dievaluasi laporan kinerja dan keuangannya dengan nilai temuan kerugian negara ≤ 1% semua telah mencapai target. Demikian juga penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara di Lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai kewenangan Inspektorat Jenderal dan Satuan Kerja yang telah menerapkan program aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi telah mencapai target.

Cakupan kegiatan pengawasan seperti reviu laporan keuangan sudah menjangkau seluruh satuan kerja namun kegiatan pengawasan dan pembinaan lainnya untuk mempertahankan opini WTP yang telah dicapai belum menjangkau seluruh satuan kerja karena adanya keterbatasan SDM.

Kendala yang masih melingkupi rangkaian pelaksanaan pengawasan Inspektorat Jenderal adalah kepatuhan satuan kerja dalam menindaklanjuti temuan hasil pengawasan terutama tindak lanjut berupa penyetoran kerugian negara yang meilbatkan pihak ketiga serta pegawai yang sudah dimutasi atau pensiun dan meninggal dunia masih merupakan kendala dalam rangkaian pelaksanaan pengawasan oleh Inspektorat Jenderal. Untuk itu peran Tim Penyelesaian Kerugian Negara (TPKN) Kementerian Kesehatan akan ditingkatkan dengan melibatkannya dalam kegiatan tindak lanjut LHP.

Kerja keras tak kenal lelah telah dilakukan karena menjadi tanggungjawab Inspektorat Jenderal dalam mengawasi dan mencegah segala bentuk tindakan yang

dapat mengarah kepada korupsi. Dengan dukungan seluruh unit terkait, upaya yang telah dilakukan membuahkan hasil yang membanggakan, ini terbukti dengan beberapa prestasi yang diraih oleh Kementerian Kesehatan Tahun 2016 ini dimana Inspektorat Jenderal mempunyai andil dan memegang peranan penting dalam pencapaiannya. Prestasi yang telah dicapai oleh Kementerian Kesehatan pada Tahun 2016 beberapa di antaranya adalah: Penandatanganan secara serempak mengenai pernyataanya MENOLAK GRATIFIKASI di lingkungan profesi kedokteran; Kementerian Kesehatan meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian dalam laporan keuangan Tahun Anggaran 2015; Penandatanganan MoU Kementerian Kesehatan dengan KPK mengenai Pencegahan Tindak Pidana Korupsi di kantor Komisi Pemberantasan Korupsi; Terbitnya Permenkes Nomor 27 Tahun 2016 tentang Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI; MoU Kementerian Kesehatan dengan BPKP terkait penguataan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih dalam rangka meningkatkan program pencegahan tindak pidana korupsi di Lingkungan Kementerian Kesehatan RI; Pemberian piagam penghargaan WBK dari Menteri Kesehatan RI kepada 10 satker dilingkungan Kementerian Kesehatan; Piagam Penghargaan Atas Keberhasilan Menyusun dan Menyajikan Laporan Keuangan Tahun 2015 dengan Capaian Standar Tertinggi dalam Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah; Apresiasi dari Presiden RI kepada Menteri Kesehatan RI sebagai Pelopor Penerapan Pengelolaan Keuangan BLU dan Tata Kelola yang baik; Terbitnya Kepmenkes tentang Pemberantasan Pungutan Liar Nomor HK.02.02/MENKES/604/2016 tentang Unit Pencegahan dan Pemberantasan Pungutan Liar dilingkungan Kementerian Kesehatan; Perhargaan atas Kepatuhan Tinggi Terhadap Standar Layanan Publik Dari Ombudsman RI; Terbitnya Permenkes Nomor 27 Tahun 2016; Terbitnya Permenkes Nomor 58 Tahun 2016 tentang Sponsorship bagi Tenaga Kesehatan; Penghargaan dari KPK untuk Sistem Pengendalian Gratifikasi Terbaik pada acara Hari Anti Korupsi Internasional 2016 di Pekan Baru; Apresiasi dari KPK atas Tingginya Tingkat Kepatuhan dan Tingkat Keaktifan Pengelolaan LHKPN; Penyerahan Penghargaan Satker Berpredikat WBK Oleh Kemenpan dan RB pada Politeknik Kesehatan Jakarta III dan KKP Kelas I Tanjung Priok berhasil memperoleh predikat WBK dari Kemenpan dan RB; Penghargaan Keterbukaan Informasi Publik Peringkat X Katagori Kementerian dari Komisi Informasi Publik.

BAB I PENDAHULUAN

A. UMUM

Dalam rangka mendukung terlaksananya Reformasi Birokrasi pada Kementerian Kesehatan, Inspektorat Jenderal sebagi Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) berperan untuk mengawal dan memastikan berjalannya proses Reformasi Birokrasi. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk peningkatan peran Inspektorat Jenderal dalam memberikan keyakinan atas pencapaian tujuan Kementerian Kesehatan, sekaligus sebagai sistem peringatan dini (early warning system) terhadap potensi penyimpangan/kecurangan yang terjadi karena kelemahan sistem maupun akibat tindak pelanggaran individu.

Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintah. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu instansi pemerintah telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien serta telah sesuai dengan rencana dan kebijakan yang telah ditetapkan. Selain itu, pengawasan intern atas penyelenggaraan pemerintahaan diperlukan untuk mendororng terwujudnya good governance dan mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, transparan, akuntabel, serta bersih dan bebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 Tanggal 29 September 2015, Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan. Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:

1. penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan;

2. pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;

3. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;

4. penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Kesehatan;

5. pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan

6. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

B. ORGANISASI INSPEKTORAT JENDERAL

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Tahun 2015 Tanggal

29 September 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, organisasi Inspektorat Jenderal terdiri dari 1(satu) Sekretariat Inspektorat Jenderal dan 5 (lima) Inspektorat yaitu Inspektorat I, Inspektorat II, Inspektorat

III, Inspektorat IV, dan Inspektorat Investigasi. Penjabaran Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Jenderal dapat dilihat sebagai berikut:

BAB II PERENCANAAN KINERJA

A. RENCANA AKSI PROGRAM

Rencana Aksi Program (RAP) Inspektorat Jenderal Tahun 2015-2019 merupakan penjabaran dokumen Rencana Strategis Kementerian Kesehatan di tingkat Eselon I pada Inspektorat Jenderal yang berisikan Rencana Pengawasan Tahunan dan Rencana Strategis untuk 5 (lima) tahun. Strategi dalam rangka pencapaian visi dan misi Inspektorat Jenderal meliputi:

1. Mendorong pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, ekonomis, dan ketaatan pada peraturan perundang-undangan;

2. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan;

3. Mewujudkan pengawasan yang bermutu untuk menghasilkan Laporan Hasil Pengawasan (LHP) sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan serta;

4. Mewujudkan tata kelola manajemen Inspektorat Jenderal yang transparan dan akuntabel.

Untuk mewujudkan visi dan misi Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan, maka dilaksanakan program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan dengan kegiatan sebagai berikut:

No Program

Sasaran

Indikator Kinerja

Target

Target

Target Target Target

tata kelola

Persentase satuan

kerja yang memiliki

Akuntabilitas

dan

temuan kerugian

terlaksananya

negara ≤1%

Kementerian

Reformasi

Kesehatan

Birokrasi

1. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat I yang diukur dengan indikator “Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat I yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%” yang ditargetkan sebanyak 84% satker pada Tahun 2015 sampai dengan 100% pada Tahun 2019;

2. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat II yang diukur dengan indikator “Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat I

I yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%” yang ditargetkan sebanyak 90% satker pada Tahun 2015 sampai dengan 100% pada Tahun 2019;

3. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat III yang diukur dengan indikator “Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%” yang ditargetkan sebanyak 94% satker pada Tahun 2015 sampai dengan 100% pada Tahun 2019;

4. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat IV yang diukur dengan indikator “Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%” yang ditargetkan sebanyak 80% satker pada Tahun 2015 sampai dengan 100% pada Tahun 2019;

5. Peningkatan Penanganan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan Kementerian Kesehatan yang diukur dengan indikator “Persentase penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara di lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai kewenangan Inspektorat Jenderal ” yang ditargetkan sebanyak 100% satker pada Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2019;

6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan yang diukur dengan indikator “Persentase satuan kerja yang telah menerapkan program aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi ” yang ditargetkan sebanyak 20% satker pada Tahun 2015 sampai dengan 100% pada Tahun 2019.

Aktifitas yang akan dilaksanakan Inspektorat Jenderal dalam rangka mewujudkan Reformsi Birokrasi yaitu:

1. Peningkatan fungsi Inspektorat Jenderal sebagai konsultan, katalisator, dan quality assurance.

a. Fungsi Inspektorat Jenderal sebagai konsultan diharapkan dapat memberikan arah/petunjuk kepada suatu masalah agar pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Dalam

Jenderal senantiasa mendorong/memacu terjadinya perubahan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.

c. Dengan fungsi quality assurance, Inspektorat Jenderal menerapkan sistem kendali mutu yang dimulai sejak tahap perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan pengawasan.

2. Peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan dengan upaya:

a. Peningkatan pengawasan terhadap program kesehatan prioritas.

b. Peningkatan pengawasan barang dan jasa melalui probity audit.

c. Penetapan sasaran/objek audit berbasis risiko.

d. Menerapkan pedoman pengawasan secara konsisten.

3. Mempertahankan Opini Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), melalui:

a. Peningkatan kualitas laporan keuangan melalui kegiatan reviu.

b. Pendampingan penyusunan laporan keuangan.

c. Pengamanan aset Kementerian Kesehatan.

d. Pendampingan pengadaan barang jasa/konsultasi pengadaan barang dan jasa.

e. Reviu penyusunan perencanaan anggaran.

f. Evaluasi Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

4. Percepatan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Aparat Pengawas Fungsional (APF).

5. Kerjasama Pengawasan dengan Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) lain.

6. Penanganan Pengaduan Masyarakat.

7. Penguatan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik melalui:

a. Pendidikan Budaya Anti Korupsi.

b. Penerapan Whistleblower’s System dan Justice Collaborator.

c. Penerpan Zona Integritas dan Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan

Wilayah Birokrasi Bersih Kompeten dan Melayani (WBBKM).

d. Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistim Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dilingkungan Kementerian Kesehatan.

e. Mengoptimalkan peran Unit Pengendlian Gratifikasi (UPG).

f. Mengoptimalkan Laporan LHKPN sesuai dengan batas waktu pelaporan.

g. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi.

8. Kegiatan Penunjang.

a. Peningkatan SDM bidang pengawasan.

b. Pengembangan dan pemantapan pelaksanaan kegiatan penunjang pengawasan dengan teknologi informasi melalui Sistim Informasi Manajemen (SIM) Pengawasan.

c. Sosialisasi bidang pengawasan.

d. Penguatan Satuan Pemeriksa Internal (SPI) pada satker Badan Layanan Umum (BLU).

B. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen pimpinan yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan khusus Perjanjian Kinerja antara lain untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah. Perjanjian Kinerja digunakan sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, menciptakan tolak ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur.

Perjanjian Kinerja Inspektorat Jenderal Tahun 2016 merupakan kinerja tahun kedua dari Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019, yang didukung dengan anggaran sebesar Rp105.000.000.000,-.

No Program

Sasaran Program

Indikator Kinerja

Persentase satuan

Pengawasan dan

transparansi tata kelola

kerja yang

1. Akuntabilitas

Rp105.000.000.000,- Aparatur

pemerintahan dan

memiliki temuan

terlaksananya

kerugian negara

Kementerian

Reformasi Birokrasi

Kesehatan

Sedangkan Perjanjian Kinerja Tahun 2016 unit eselon II di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan sebagaimana telah tertuang dalam perjanjian kinerja yang telah ditandatangani oleh Inspektur Jenderal dengan masing-masing Inspektur pada Tahun 2016 sebagai berikut:

No Kegiatan

Sasaran Kegiatan

Indikator Kinerja

transparansi tata kelola

Persentase satuan

Pengawasan

pemerintahan dan

kerja di lingkup

Rp8.827.840.000,- Lingkup Satker

1. Program/Kegiatan

terlaksananya

binaan Inspektorat

Reformasi Birokrasi

I yang memiliki

Binaan Inspektorat I

lingkup Satker Binaan

temuan kerugian

negara ≤1%

Inspektorat I

Meningkatnya

Peningkatan

transparansi tata kelola

Persentase satuan

Pengawasan

pemerintahan dan

kerja di lingkup

Rp12.126.003.000,- Lingkup Satker

2. Program/Kegiatan

terlaksananya

binaan Inspektorat

Reformasi Birokrasi

II yang memiliki

Binaan Inspektorat II

lingkup Satker Binaan

temuan kerugian

Inspektorat II

negara ≤1%

Meningkatnya

Peningkatan Pengawasan

transparansi tata kelola

Persentase satuan

pemerintahan dan

3. Program/Kegiatan Lingkup Satker

kerja di lingkup

terlaksananya

binaan Inspektorat

Rp8.227.350.000,-

Reformasi Birokrasi

III yang memiliki

Binaan Inspektorat

lingkup Satker Binaan

temuan kerugian

III

Inspektorat III

transparansi tata kelola

Persentase satuan

Program/Kegiatan

pemerintahan dan

kerja di lingkup

4. Lingkup Satker

terlaksananya

binaan Inspektorat

Rp8.296.770.000,-

Reformasi Birokrasi

IV yang memiliki

Binaan Inspektorat

IV lingkup Satker Binaan Inspektorat IV

temuan kerugian

negar a ≤1%

pengaduan masyarakat yang

Pengaduan

penanganan pengaduan

berindikasi

5. Masyarakat di

Rp6.203.100.000,- Lingkungan

masyarakat yang

kerugian negara di

berindikasi kerugian

Kesehatan sesuai kewenangan Inspektorat Jenderal

Dukungan Manajemen dan

Meningkatnya dukungan

Pelaksanaan Tugas

Persentase satuan

Teknis Lainnya pada

manajemen dan

kerja yang telah

pelaksanaan tugas

Program

menerapkan

Rp61.318.937.000,- Pengawasan dan

6. Peningkatan

teknis lainnya pada

program aksi

Program Peningkatan

pencegahan dan

Pengawasan dan

Akuntabilitas Aparatur

korupsi

Kementerian Kesehatan

Kementerian Kesehatan

Perjanjian Kinerja sebagaimana dimaksud diatas berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah Perjanjian Kinerja sebagaimana dimaksud diatas berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

Pengukuran kinerja adalah kegiatan membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Proses ini lebih lanjut dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap indikator kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator, sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing indikator. Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut diperoleh informasi menyangkut masing-masing

ditindaklanjuti dalam perencanaan/program/kegiatan di masa yang akan datang agar setiap program/kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.

Manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk memberikan gambaran kepada pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran dengan menggunakan strategi yang telah ditetapkan dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) dan dituangkan dalam Penetapan Kinerja yang disusun setiap awal tahun berjalan.

Sesuai dengan amanat yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, pengungkapan informasi kinerja saat ini relevan dengan perubahan paradigma penganggaran pemerintah yang ditetapkan dengan mengidentifikasi secara jelas keluaran (output) dari setiap kinerja dan hasil (outcome) dari setiap program.

Dengan perubahan paradigma tersebut, maka pengukuran kinerja yang menjadi bagian dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) sebagaimana disebutkan diatas setidaknya mencakup perkembangan keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil yang dicapai dari masing-masing program sebagaimana ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja yang menjadi tolok ukur keberhasilan organisasi.

Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor: HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, Inspektorat Jenderal melaksanakan 1 (satu) program dari 9 (sembilan) program yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yaitu program “Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan”.

Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Inspektorat Jenderal dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Dalam rangka mencapai sasaran, perlu ditinjau indikator-indikator Inspektorat Jenderal yang telah ditetapkan. Adapun sasaran kegiatan Inspektorat Jenderal adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi pada masing-masing unit utama.

2. Meningkatnya penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara.

3. Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan.

Indikator kinerja merupakan tolak ukur keberhasilan organisasi secara menyeluruh yang menggambarkan tugas, peran dan fungsi organisasi tersebut sebagai langkah yang rasional untuk menilai keberhasilan pelaksanaan. Indikator kinerja organisasi cukup dilaporkan beberapa indikator kinerja saja yang paling utama sebagai kriteria keberhasilan kinerja suatu organisasi.

Sesuai dengan dokumen Renstra/Penetapan Kinerja Inspektorat Jenderal, telah ditetapkan satu indikator utama dalam sasaran hasil program, yaitu: Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan dengan sasaran meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya reformasi birokrasi. Untuk penilaian indikatornya adalah “Persentase Satuan Kerja yang Memiliki Temuan Kerugian Negara ≤ 1 %”.

Dalam mencapai indikator utama tersebut di atas, didukung oleh beberapa kinerja kegiatan dengan menghasilkan luaran sebagai berikut:

1. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat I;

2. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat II;

3. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat III;

4. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat IV;

5. Peningkatan penanganan pengaduan masyarakat di lingkungan Kementerian Kesehatan;

6. Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan.

Secara keseluruhan tingkat capaian kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan sebesar 94,97% dari 91% target yang ditetapkan pada Tahun 2016 yang dihitung berdasarkan persentase rata-rata capaian sasaran. Dari 1 (satu) sasaran program dan 6 (enam) sasaran kegiatan seluruhnya telah memenuhi target yang telah ditetapkan.

Evaluasi dan analisa capaian kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan sebagaimana yang telah ditetapkan, diuraikan berdasarkan sasaran pada masing-masing program dan kegiatan sebagai berikut:

1. Capaian Realisasi Terhadap Target:

Dilihat dari capaian indikator, untuk Tahun 2016 Inspektorat Jenderal dapat melaksanakan tugas-tugas/kegiatan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan:

a. Indikator Kinerja Utama Indikator pencapaian sasaran yang berasal Indikator Kinerja Utama (IKU) Inspektorat Jenderal pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 - 2019 adalah sebagai berikut :

Sasaran Strategis

Indikator

Target Target 2016

Peningkatan Pengawasan

Persentase satuan kerja yang

91% 88% Kementerian Kesehatan

dan Akuntabilitas Aparatur

memiliki temuan kerugian

negara ≤ 1 %

Definisi operasional dari Indikator Kinerja Utama: Satuan kerja yang memiliki temuan kerugian negara ≤1% adalah satuan

kerja pengelola APBN Kementerian Kesehatan dengan temuan kerugian negara ≤1% dari total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran berdasarkan laporan hasil audit (Audit Operasional oleh Inspektorat Jenderal Kemenkes, Audit Laporan Keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Semua Jenis Audit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan).

Realisasi capaian Indikator Kinerja Utama Inspektorat Jenderal Tahun 2016 adalah 94,97% dari target 91% dengan dasar perhitungan sebagai berikut:

Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara ≤1% berdasarkan hasil audit x 100%

Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes yang diaudit

Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 497 satker yang telah diaudit baik oleh Itjen Kementerian Kesehatan (118 satker) maupun oleh BPK (122 satker) serta oleh BPKP (257 satker), terdapat 25 satker yang memiliki kerugian negara diatas 1 %, sehingga persentase satker yang memiliki kerugian negara ≤ 1% adalah sebagai berikut:

497 satker – 25 satker = 472 satker 472 satker KN ≤ 1% X 100% = 94,97% 497 satker yang diaudit

b. Indikator Kinerja Kegiatan Capaian kinerja Indikator Kinerja Utama tersebut di atas didukung oleh beberapa kegiatan yang menghasilkan output sebagai berikut :

1) Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satuan Kerja Binaan Inspektorat I Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian output tersebut, yaitu: Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat I yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%.

Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan: Satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat I yang memiliki temuan kerugian negara ≤1% adalah satuan kerja pengelola APBN Kementerian Kesehatan di lingkup Inspektorat I dengan temuan kerugian negara ≤1% dari total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran berdasarkan laporan hasil audit (Audit Operasional oleh Inspektorat Jenderal Kemenkes, Audit Laporan Keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Semua Jenis Audit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan).

Kondisi yang dicapai: Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Inspektorat I Tahun 2016

adalah 94,59% dari target 88% dengan dasar perhitungan sebagai berikut:

Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara ≤1% berdasarkan hasil audit x 100%

Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes di lingkup binaan Inspektorat I yang diaudit

Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 111 satker yang telah diaudit baik oleh Itjen Kementerian Kesehatan (20 satker) maupun oleh BPK (52 satker) serta oleh BPKP (39 satker), terdapat 6 satker yang memiliki kerugian Negara diatas 1 %, sehingga persentase satker yang memiliki kerugian Negara ≤ 1% adalah sebagai berikut:

111 satker – 6 satker = 105 satker 105 satker KN ≤ 1% X 100% = 94,59%

111 satker yang diaudit

2) Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat II Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian output tersebut, yaitu: Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat II yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%.

Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan: Satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat II yang memiliki temuan kerugian negara ≤1% adalah satuan kerja pengelola APBN

Kementerian Kesehatan di lingkup Inspektorat II dengan temuan kerugian negara ≤1% dari total realisasi anggaran dalam satu periode

tahun anggaran berdasarkan laporan hasil audit (Audit Operasional oleh Inspektorat Jenderal Kemenkes, Audit Laporan Keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Semua Jenis Audit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan).

Kondisi yang dicapai: Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Inspektorat II Tahun 2016 adalah 92,52% dari target 92% dengan dasar perhitungan sebagai berikut:

Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara ≤1% berdasarkan hasil audit x 100%

Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes di lingkup binaan Inspektorat II yang diaudit

Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 254 satker yang telah diaudit baik oleh Itjen Kementerian Kesehatan (61 satker) maupun oleh BPK (14 satker) serta oleh BPKP (179 satker), terdapat 19 satker yang memiliki kerugian Negara diatas 1 % sehingga persentase satker yang memiliki kerugian Negara ≤ 1% adalah sebagai berikut:

254 satker – 19 satker = 235 satker 235 satker KN ≤ 1% X 100% = 92,52%

254 satker yang diaudit

3) Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat III Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian output tersebut, yaitu: Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%.

Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan: Satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki temuan

kerugian negara ≤1% adalah satuan kerja pengelola APBN Kementerian Kesehatan di lingkup Inspektorat III dengan temuan kerugian negara ≤1% dari total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran berdasarkan laporan hasil audit (Audit Operasional oleh Inspektorat Jenderal Kemenkes, Audit Laporan Keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Semua Jenis Audit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan).

Kondisi yang dicapai: Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Inspektorat III Tahun 2016 adalah 100,00% dari target 95% dengan dasar perhitungan sebagai berikut:

Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara ≤1% berdasarkan hasil audit x 100%

Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes di lingkup binaan Inspektorat III yang diaudit

Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 71 satker yang telah diaudit baik oleh Itjen Kementerian Kesehatan (10 satker) maupun oleh BPK (31 satker) serta oleh BPKP (30 satker) tidak terdapat satker yang memiliki kerugian Negara diatas 1 % sehingga persentase satker yang memiliki kerugian Negara ≤ 1% adalah sebagai berikut:

71 satker – 0 satker = 71 satker

71 satker KN ≤ 1% X 100% = 100,00%

71 satker yang diaudit

4) Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat IV Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian output tersebut, yaitu: Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%.

Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan: Satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki temuan kerugian negara ≤1% adalah satuan kerja pengelola APBN Kementerian Kesehatan di lingkup Inspektorat IV dengan temuan kerugian negara ≤1% dari total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran berdasarkan laporan hasil audit (Audit Operasional oleh Inspektorat Jenderal Kemenkes, Audit Laporan Keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Semua Jenis Audit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan).

Kondisi yang dicapai: Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Inspektorat IV Tahun 2016

adalah 100% dari target 85% dengan dasar perhitungan sebagai berikut:

Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara ≤1% berdasarkan hasil audit Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes di lingkup

x 100%

binaan Inspektorat IV yang diaudit

Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 61 satker yang telah diaudit baik oleh Itjen Kementerian Kesehatan (27 satker) maupun oleh BPK (25 satker) serta oleh BPKP (9 satker), tidak terdapat satker yang memiliki kerugian Negara diatas 1 % sehingga persentase satker yang memiliki kerugian Negara ≤ 1% adalah sebagai berikut:

61 satker – 0 satker = 61 satker

61 satker KN ≤ 1% X 100% = 100,00%

61 satker yang diaudit

5) Peningkatan penanganan pengaduan masyarakat di lingkungan Kementerian Kesehatan Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian output tersebut, yaitu: Persentase penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara di lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai kewenangan Inspektorat Jenderal.

Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan: Penanganan pengaduan masyarakat adalah upaya yang dilakukan sesuai kewenangan Inspektorat Jenderal dalam penyelesaian pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara yang dapat dilakukan

klarifikasi/ADTT maupun koordinasi/konsultasi dalam rangka penanganan pengaduan.

melalui

kegiatan

Kondisi yang dicapai: Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Inspektorat Investigasi

Tahun 2016 adalah 100% dari target 100% dengan dasar perhitungan sebagai berikut:

Jumlah penanganan pengaduan masyarakat berindikasi kerugian negara yang diterima sesuai kewenangan Inspektorat Jenderal

x 100%

Jumlah pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara yang diterima sesuai kewenangan Itjen

Jumlah pengaduan masyarakat dan permintaan ADTT selama Tahun 2016 sebanyak 245 pengaduan yang diterima melalui surat dan Whistleblowing System (WBS) dengan penanganan sebagai berikut:

Kadar Pengawasan No

Status Penanganan

Unit Eselon II

closed Ya

Tidak

1 Sekretariat Inspektorat Jenderal

Bagian PI

Bagian TUKUMPEG

2 Inspektorat I

3 Inspektorat II

4 Inspektorat III

5 Ins[ektorat IV

6 Inspektorat V

Jika dimasukkan dalam rumus diatas maka perhitungannya menjadi:

245 pengaduan X 100% = 100%

245 pengaduan

6) Dukungan Manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian output tersebut, yaitu: Persentase satuan kerja yang telah menerapkan program aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi. Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan: Satuan kerja kantor pusat dan kantor daerah yang telah menerapkan program aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi adalah satuan kerja yang telah melaksanakan salah satu dari kegiatan berikut:

a) Pengendalian gratifikasi;

b) Pengelolaan pengaduan masyarakat;

c) Pengelolaan LHKPN;

d) Kebijakan benturan kepentingan.

Kondisi yang dicapai: Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Sekretariat Inspektorat Jenderal Tahun 2016 adalah 41,12% dari target 40% dengan dasar perhitungan sebagai berikut:

Jumlah satuan kerja kantor pusat dan kantor daerah yang telah menerapkan program aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi

x 100%

Jumlah satuan kerja kantor pusat dan kantor daerah di lingkungan Kemenkes

Cara hitung disesuaikan dengan persentase realisasi aksi PPK: 2015: 43 satker 2016: 45 satker Realisasi = Jumlah aksi PPK s/d 2016

Seluruh satker Kemenkes = (43+45) X 100% 214

2. Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2016 dan Tahun 2015:

2015 Realisasi IKU

Target Realisasi Inspektorat Jenderal

Jika melihat dari tabel diatas realisasi IKU Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan mengalami penurunan capaian dari 97,68% pada Tahun 2015 menjadi 94,97% pada Tahun 2016. Penurunan capaian tersebut disebabkan karena pada Tahun 2015 satuan kerja yang diaudit oleh APF sebanyak 776 satker dengan 18 satker memiliki kerugian negara di atas 1 %, sedangkan Tahun 2016 sebanyak 497 satker dengan 25 satker memiliki kerugian negara di atas 1 %. Semakin banyak satker yang memiliki kerugian negara di atas 1% menunjukkan persentase capaian kinerja yang semakin menurun. Penurunan persentase tersebut lebih disebabkan karena pada Tahun 2016 jumlah objek yang dilakukan audit jauh lebih sedikit dari pada objek audit Tahun 2015.

3. Perbandingan Capaian Kinerja dengan Target Jangka Menengah:

Apabila capaian kinerja Inspektorat Jenderal diperbandingkan dengan target capaian kinerja jangka menengah maka dapat dilihat dalam grafik sebagai berikut:

Grafik Perbandingan Realisasi Kinerja s.d Tahun 2016 dengan Target Jangka Menengah Renstra 2015 - 2019

Capaian kinerja Inspektorat Jenderal sebesar 94,97% pada Tahun 2016 telah melebihi target kinerja yang direncanakan pada tahun tersebut yakni sebesar 91%. Dan jika diperbandingkan dengan target capaian kinerja jangka menengah Inspektorat Jenderal, maka target kinerja pada Tahun 2017 sebenarnya telah tercapai pada Tahun 2015.

4. Keberhasilan Pencapaian Target:

Keberhasilan pencapaian target sasaran Inspektorat Jenderal dikarenakan telah dilaksanakannya pembinaan secara berkesinambungan terhadap satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan diantaranya melalui berbagai kegiatan sebagai berikut:

a. Pembinaan satuan kerja berdasarkan metode on going process di lingkungan Kementerian Kesehatan.

b. Peningkatan fungsi Inspektorat Jenderal sebagai konsultan, katalisator, dan quality assurance.

c. Peningkatan pengawasan terhadap program kesehatan prioritas.

d. Peningkatan pengawasan barang dan jasa melalui probity audit.

e. Penetapan sasaran/objek audit berbasis risiko.

f. Menerapkan pedoman pengawasan secara konsisten.

g. Peningkatan kualitas laporan keuangan melalui kegiatan reviu.

h. Pendampingan penyusunan laporan keuangan.

i. Pengamanan aset Kementerian Kesehatan. j. Pendampingan pengadaan barang jasa/konsultasi pengadaan barang dan jasa. k. Reviu penyusunan perencanaan anggaran. l. Evaluasi Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). m. Percepatan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Aparat

Pengawas Fungsional (APF). n. Kerjasama Pengawasan dengan Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) lain. o. Penanganan Pengaduan Masyarakat. p. Penerapan Pendidikan Budaya Anti Korupsi pada Poltekkes Kementerian

Kesehatan. q. Penerapan Whistleblower’s System dan Justice Collaborator. r. Penerpan Zona Integritas dan Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan

Wilayah Birokrasi Bersih Kompeten dan Melayani (WBBKM). s. Mengoptimalkan peran Unit Pengendlian Gratifikasi (UPG). t. Mengoptimalkan Laporan LHKPN sesuai dengan batas waktu pelaporan. u. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi.

5. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya:

Realisasi capaian Indikator Kinerja Utama Inspektorat Jenderal Tahun 2016 adalah sebesar 94,97% dari target 91%. Alokasi dan target anggaran untuk mencapai pelaksanaan kegiatan tersebut sebesar Rp105.000.000.000,-. Dengan terget fisik sebanyak 1.787 dokumen/laporan. Namun pada November 2016 terdapat perubahan anggaran dan target fisik dari Rp105.000.000.000,- menjadi Rp99.001.460.000,- dengan target fisik dari 1.787 menjadi 2.656 laporan dalam satu tahun. Hal ini berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2016, Tanggal 28 Agustus 2016 tentang Langkah- Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga dalam rangka

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2016.

Penyerapan anggaran sampai dengan 31 Desember Tahun 2016 sebesar Rp95.147.660.137,- (96,11%), sedangkan realisasi fisik sebanyak 2.829 laporan (106,51%).

Jika melihat capaian kinerja Inspektorat Jenderal Tahun 2016 sebesar 94,97% dan penyerapan anggaran sebesar 96,11% dengan realisasi fisik sebesar 106,51% maka telah terjadi efisiensi penggunaan sumber daya di lingkungan Inspektorat Jenderal. Hal ini dilakukan melalui pelaksanaan beberapa kegiatan pembinaan dan pengawasan kepada auditor dalam satu penugasan mengingat terbatanya SDM auditor di Inspektorat Jenderal yang Jika melihat capaian kinerja Inspektorat Jenderal Tahun 2016 sebesar 94,97% dan penyerapan anggaran sebesar 96,11% dengan realisasi fisik sebesar 106,51% maka telah terjadi efisiensi penggunaan sumber daya di lingkungan Inspektorat Jenderal. Hal ini dilakukan melalui pelaksanaan beberapa kegiatan pembinaan dan pengawasan kepada auditor dalam satu penugasan mengingat terbatanya SDM auditor di Inspektorat Jenderal yang

Dari sisi pelaksanaan aggaran pada Tahun 2016 terdapat efisiensi belanja modal paket pengadaan workstation senilai Rp855.898.300,- dari nilai HPS sebesar Rp3.169.688.300,- dengan nilai kontrak sebesar Rp2.313.790.000,-

6. Kegiatan Penunjang Keberhasilan:

Beberapa kegiatan penunjang untuk mendukung pencapaian sasaran ini dilakukan upaya antara lain:

a. Sosialisasi Pengendalian Gratifikasi di lingkungan RSJ. Prof. Dr. Soerojo Magelang: Inspektur Jenderal Drs. Purwadi, Apt.,MM.,ME dan Sekretaris Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan drg. S.R. Mustikowati, M.Kes memberikan sosialisasi tentang Program Pengendalian Gratifikasi (PPG) dan Pencegahan Tindak Pidana Korupsi serta strategi pembangunan Zona Integritas seluruh pimpinan/pejabat struktural dan fungsional, pegawai dan tenaga kesehatan (Dokter, Perawat, Apoteker, Rekam Medis, dll) di lingkungan RSJ. Prof. Dr. Soerojo Magelang pada tanggal

15 Januari 2016.

b. Pelaksanaan Rapat Koordinasi Pengawasan 2016: Tema Rapat Koordinasi Pengawasan Tahun 2016 adalah “Pencegahan Fraud dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan ”. Acara rapat koordinasi tersebut dihadiri oleh kurang lebih 130 peserta yang terdiri dari Direktur Keuangan dan perwakilan dari Satuan Pemeriksa Internal (SPI) Rumah Sakit Vertikal Kementerian Kesehatan, perwakilan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM), Perwakilan Auditor Badan Pengawasan Keuangan Pembangunan (BPKP) dan Auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan.

c. Komitmen Menolak Gratifikasi: Penandatanganan secara serempak mengenai pernyataanya MENOLAK GRATIFIKASI di lingkungan profesi kedokteran. Adapun pihak-pihak yang terlibat adalah Kementerian Kesehatan RI, IDI, Badan POM, RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, RSUP Fatmawati, IPMG, KKI, Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia, Glaxo Smith Kline Pharma, PT. Merck Tbk, Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia, RSK. Dharmais, dan PT. Kimia Farma.

d. Sosialisasi dan Penandatanganan Komitmen Bersama Pengendalian Gratifikasi dan Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Antara KKP Kelas III Gorontalo dan Mitra Kerja: Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan melakukan sosialisasi pengendalian gratifikasi di Lingkungan KKP Kelas III Gorontalo dan menyaksikan penandatanganan komitmen bersama pengendalian gratifikasi dan pencegahan tindak pidana korupsi antara KKP Kelas III Gorontalo dan mitra kerjanya di kota Gorontalo pada tanggal 15 Februari 2016.

e. Asistensi Pengisian dan Pengumpulan LHKPN di Lingkungan Sekretariat Jenderal: Sekretariat Jenderal mengadakan Asistensi Pengisian dan Pengumpulan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara dengan mengundang Inspektorat Jenderal dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Bertempat di auditorium G.A. Siwabessy, asistensi diikuti oleh kurang lebih 70 peserta wajib LHKPN dilingkungan Sekretariat Jenderal pada tanggal 24 Februari 2016.

f. Pencanangan Zona Integritas Satker BBKPM Surakarta Menuju WBK/WBBM: Inspektorat Jenderal melaksanakan sosialisasi dan pendampingan pembentukan zona integritas pada satuan kerja Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta pada tanggal 3 Maret 2016.

g. Kunjungan Kerja Ke Inspektorat Jenderal Kemendikbud: Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan melaksanakan kunjungan kerja ke Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan guna membahas agenda kerja koordinasi pengawasan dalam hal pertukaran informasi kebijakan pengawasan di masing-masing Instansi pada Tanggal 10 Maret 2016.

h. Kunjungan Kerja ke Inspektorat Jenderal Kemenhub: Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan mengadakan kunjungan kerja ke Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan yang berlokasi h. Kunjungan Kerja ke Inspektorat Jenderal Kemenhub: Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan mengadakan kunjungan kerja ke Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan yang berlokasi

i. Sosialisasi Penilaian Satuan kerja WBK/WBBM Pada Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Samarinda: Inspektorat Jenderal memberikan sosialisasi kepada pimpinan dan pegawai di lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Samarinda tentang usulan satuan kerja yang dapat meraih predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) pada tanggal 23 Maret 2016.

j. Pembekalan Materi Anti Korupsi Kepada Tim Nusantara Sehat: Pada pembekalan materi bagi Tim Nusantara Sehat tanggal 18 Mei 2016, Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan Drs. Purwadi, Apt., MM., ME., menyampaikan materi tentang program-program pencegahan dan pemberantasan korupsi di lingkungan Kementerian Kesehatan.

k. Penerbitan Permenkes Nomor 27 Tahun 2016: Menerbitkan Permenkes Nomor 27 Tahun 2016 tentang Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan pada Tanggal

27 Mei 2016. l. Penandatanganan MoU antara Kemenkes dengan KPK: Menteri Kesehatan Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K) bersama Ketua KPK Agus Rahardjo, ST., MSc. Mgt, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Ristek Dikti dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan menandatangani Nota Kesepahaman mengenai Pencegahan Tindak Pidana Korupsi di kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Senin 25Juli 2016.

m. Rakornas APIP Tahun 2016 di Kantor Pusat BPKP: Rakornas APIP T ahun 2016 mengambil tema “Aktualisasi Peran APIP sebagai Early Warning System dalam Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaa n Keuangan dan Pembangunan Nasional” yang dihadiri oleh