Optimasi campuran natrium sitrat-asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak [Curcuma xanthorrhiza Roxb.] secara granulasi basah dengan metode desain faktorial - USD Repository

  

OPTIMASI CAMPURAN NATRIUM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN

NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN

GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK

(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SECARA GRANULASI BASAH

  

DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi

  

Oleh :

Tyas Ayu Puspita

038114132

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  

OPTIMASI CAMPURAN NATRIUM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN

NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN

GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK

(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SECARA GRANULASI BASAH

  

DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi

  

Oleh :

Tyas Ayu Puspita

038114132

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  Skripsi Berjudul

  

OPTIMASI CAMPURAN NATRIUM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN

NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN

GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK

(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SECARA GRANULASI BASAH

DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL

  Yang diajukan oleh : Tyas Ayu Puspita

  038114132 Telah disetujui oleh

  Pembimbing Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt.

  Tanggal ....................................

  Pengesahan Skripsi Berjudul

  OPTIMASI CAMPURAN NATRIUM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL

  Oleh : Tyas Ayu Puspita NIM : 038114132

  Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

  Universitas Sanata Dharma pada tanggal : 17 Februari 2007 Mengetahui Fakultas Farmasi

  Universitas Sanata Dharma Dekan Rita Suhadi, M.Si., Apt.

  Pembimbing: (Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt.) Panitia Penguji: 1. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. .............................

  2. Rini Dwi Astuti, S.Farm., Apt. ............................

  Kupersembahkan karya ini untuk: T uha n Y e sus yang selalu menyertaiku Ba pa k da n M a m a yang tak henti mendukung setiap langkah hidupku De ’ N a re s da n Da nu yang selalu menyayangiku Se se ora ng yang selalu ada menemaniku T e m a n da n Sa ha ba t yang Pengetahuan yang sejati adalah...

  

Ketika itu didasarkan pada takut akan Tuhan..

Ketika itu dapat membawa kemuliaan bagi DIA..

Ketika itu dapat berguna untuk memulihkan dunia.. Ketika itu dapat berguna untuk menolong sesama..

  Segala pengetahuan di bumi suatu saat akan berlalu Namun satu hal yang pasti Selagi hal itu ada, ku tak kan henti tuk mengusahakannya Supaya lewat pengetahuan yang ada padaku Dunia boleh melihat kebesaran-Nya

  Kata Persembahan

  Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku

  Filipi 4 : 13

  

PRAKATA

  Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah menganugerahkan segala kemurahan, kekuatan, dan penyertaanNya sehingga skripsi berjudul Optimasi Campuran Natrium sitrat–Asam Fumarat dan Natrium Bikarbonat Sebagai Eksipien Dalam Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi Basah Dengan Metode Desain Faktorial dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.), Program Studi Ilmu Farmasi.

  Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada:

  1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., Selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  2. Ibu Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing dan penguji yang telah banyak membantu dan mendampingi dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir.

  3. Ibu Rini Dwi Astuti, S.Farm., Apt., selaku dosen penguji yang telah banyak memberi masukan, kritik, dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna.

  4. Ibu Christine Patramurti, M.Si, Apt., selaku dosen penguji yang telah banyak memberi masukan, kritik, dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih

  5. Ibu Agatha Budi Susiana Lestari, S.Si., Apt., selaku dosen yang telah banyak memberi bimbingan, kritik, dan saran dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir.

  6. Dr. Sudibyo Martono, M.S., selaku dosen yang telah membantu dalam penyediaan bahan berupa kurkumin baku sintesis.

  7. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si. dan Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., Apt. yang telah banyak membantu dan memberi masukan selama pengerjaan skripsi ini.

  8. Made Dwi Rantiasih dan Lucia Esti Purwandari yang telah menjadi rekan sekerja dalam pengerjaan skripsi ini dari awal sampai akhir sekaligus sebagai teman dan sahabat yang selalu mendukung dan memberikan banyak masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

  9. Para laboran: Bapak Musrifin, Bapak Iswandi, Mas Agung, Mas Otok, Mas Wagiran, Mas Sigit, dan Mas Andri, serta Bapak Kiran, laboran Laboratorium Galenika Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, yang telah banyak membantu dalam penyediaan sarana dan prasarana selama penelitian.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan yang masih harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, .............................

  Penulis Tyas Ayu Puspita

  

INTISARI

  Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian tentang optimasi campuran asam berupa natrium sitrat dan asam fumarat, dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam granul effervescent ekstrak rimpang temulawak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek natrium sitrat–asam fumarat, natrium bikarbonat, atau interaksinya yang dominan dalam menentukan sifat fisik granul

  

effervescent ekstrak rimpang temulawak. Sifat fisik granul effervescent yang diuji

  meliputi kecepatan alir, waktu larut, dan kandungan lembab. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan area komposisi formula granul effervescent ekstrak rimpang temulawak yang optimum. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni menggunakan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level.

  Hasil pengolahan data dengan desain faktorial menunjukkan hasil bahwa natrium bikarbonat merupakan faktor yang diprediksi dominan dalam menentukan kecepatan alir granul effervescent. Waktu larut granul effervescent diprediksi dominan dipengaruhi oleh faktor interaksi antara campuran asam dan natrium bikarbonat. Sedangkan campuran asam antara natrium sitrat dan asam fumarat diprediksi berpengaruh dominan dalam menentukan kandungan lembab granul

  

effervescent . Dari contour plot super imposed ditemukan area optimum kombinasi

  campuran asam dan natrium bikarbonat dengan sifat fisik granul effervescent yang dikehendaki dalam pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.

  Kata kunci : natrium sitrat, asam fumarat, natrium bikarbonat, ekstrak rimpang temulawak, granul effervescent, desain faktorial.

  

ABSTRACT

  The research were about optimization of acid combination between natrium citrate and fumaric acid, and sodium bicarbonate as excipients in granules effervescent of tumeric extract. The aims of this research were to observe which effect of sodium citrate–fumaric acid, sodium bicarbonate, or their interaction that was dominant in determining physical properties of effervescent granules of tumeric extract. They were effervescent granules’s flow rate, dissolution time, and moisture content. This research was also aimed to find out the optimum composition area of effervescent granules of tumeric extract. This research was pure experimental research using design factorial method with two factors and two levels.

  The result of calculation data with design factorial shown that natrium bicarbonate was predicted as the dominant factor in determining effervescent granules’s flow rate. Dissolution time of effervescent granules predicted dominantly determined by interaction factor between acid combination and sodium bicarbonate. Acid combination between sodium citrate and fumaric acid was predicted dominantly determined effervescent granules’s moisture content. It was found out the optimum composition area from acid combination and sodium bicarbonate with desired physical properties in effervescent granules of tumeric extract.

  Key words: sodium citrate, fumaric acid, sodium bicarbonate, tumeric extract, effervescent granules, factorial design.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v PRAKATA....................................................................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... viii

  INTISARI......................................................................................................... ix

  ABSTRACT ....................................................................................................... x

  DAFTAR ISI.................................................................................................... xi DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xx

  BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

  1. Permasalahan ....................................................................................... 3

  2. Keaslian Penelitian............................................................................... 4

  3. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4

  B. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5

  BAB II PENELAAHAN PUSTAKA............................................................... 6

  2. Uraian tanaman .................................................................................... 6

  3. Khasiat ................................................................................................. 7

  4. Kandungan kimia ................................................................................. 8

  B. Maserasi ..................................................................................................... 8

  C. Ekstrak ...................................................................................................... 9

  D. Kurkumin ................................................................................................... 10

  E. Granul Effervescent.................................................................................... 11

  F. Bahan-bahan Pembuatan Granul Effervescent ........................................... 14

  1. Sumber asam ........................................................................................ 14

  2. Sumber karbonat .................................................................................. 15

  3. Bahan pengisi ....................................................................................... 15

  4. Bahan pengikat..................................................................................... 15

  G. Pemerian Bahan ......................................................................................... 16

  1. Natrium sitrat anhidrat ......................................................................... 16

  2. Asam fumarat ....................................................................................... 16

  3. Natrium bikarbonat .............................................................................. 16

  4. Laktosa ................................................................................................. 17

  5. Aspartam .............................................................................................. 18

  6. Polivinilpirolidon (PVP) ...................................................................... 18

  H. Sifat Fisik Granul ...................................................................................... 19

  1. Sifat alir................................................................................................ 19

  I. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri.......................................... 19 J. Desain Faktorial ......................................................................................... 21 K. Landasan Teori........................................................................................... 23 L. Hipotesis..................................................................................................... 25

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 26 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................. 26 B. Variabel dan Definisi Variabel................................................................... 26 C. Definisi Operasional .................................................................................. 27 D. Bahan Penelitian......................................................................................... 29 E. Alat Penelitian............................................................................................ 29 F. Skema Kerja Penelitian .............................................................................. 30 G. Tata Cara Penelitian ................................................................................... 31

  1. Determinasi tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) ...... 31

  2. Pengumpulan dan penyiapan simplisia rimpang temulawak ............... 31

  3. Pembuatan serbuk rimpang temulawak ............................................... 31

  4. Pembuatan ekstrak rimpang temulawak .............................................. 32

  5. Uji standarisasi ekstrak rimpang temulawak........................................ 32

  6. Penentuan dosis ekstrak rimpang temulawak ...................................... 35

  7. Penentuan level rendah dan level tinggi natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat .......................... 35

  8. Formulasi dan pembuatan granul effervescent..................................... 37

  11. Pemeriksaan sifat fisik granul effervescent .......................................... 38

  6. Uji kuantitatif menggunakan KLT densitometri .................................. 51

  G. Optimasi Formula Granul Effervescent...................................................... 79

  3. Kandungan lembab .............................................................................. 65

  2. Waktu larut........................................................................................... 62

  1. Kecepatan alir ...................................................................................... 59

  F. Uji Sifat Fisik Granul Effervescent ............................................................ 58

  E. Formulasi dan Pembuatan Granul Effervescent ......................................... 54

  5. Uji kualitatif menggunakan KLT densitometri .................................... 48

  12. Penentuan rumus dan contour plot sifat fisik granul effervescent ....... 39

  4. Uji kandungan lembab ......................................................................... 46

  3. Uji viskositas........................................................................................ 46

  2. Uji daya lekat ....................................................................................... 45

  1. Pemeriksaan organoleptis .................................................................... 45

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 40 A. Hasil Determinasi Simplisia Temulawak................................................... 40 B. Penyiapan dan Pembuatan Serbuk Simplisia rimpang Temulawak........... 40 C. Hasil Pembuatan Ekstrak Rimpang Temulawak........................................ 42 D. Hasil Standarisasi Ekstrak Rimpang Temulawak ...................................... 44

  H. Analisis Hasil ............................................................................................. 39

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 74

  DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 75 LAMPIRAN..................................................................................................... 78 BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 104

  DAFTAR TABEL

  X. Hasil perhitungan efek terhadap sifat fisik granul effervescent ........ 59

  XVI. Data uji kecepatan alir granul effervescent ....................................... 91

  XV. Kadar kurkumin dalam sampel ......................................................... 84

  XIV. Data uji kandungan lembab ekstrak rimpang temulawak ................. 83

  XIII. Data uji daya lekat ekstrak rimpang temulawak ............................... 83

  XII. Data uji viskositas ekstrak rimpang temulawak................................ 82

  XI. Hasil perhitungan perolehan kembali dan koefisien variasi kurkumin................................................................ 81

  IX. Hasil uji sifat fisik granul effervescent.............................................. 59

  I. Notasi Formula Desain Faktorial ...................................................... 22

  VIII. Hasil perolehan kembali dan koefisien variasi kurkumin ................. 53

  VII. Hubungan kadar kurkumin baku dengan area kromatogram untuk pembuatan kurva baku ............................................................ 52

  VI. Nilai Rf dan warna bercak hasil KLT densitometri .......................... 51

  V. Hasil pemeriksaan organoleptis ekstrak rimpang temulawak........... 45

  IV. Hasil uji standarisasi ekstrak rimpang temulawak ............................ 44

  III. Formula granul effervescent ekstrak rimpang temulawak ................ 37

  II. Jumlah natrium sitrat, asam fumarat, dan natrium bikarbonat untuk masing-masing formula granul effervescent ........................... 36

  XVII. Nilai respon kecepatan alir masing-masing formula......................... 91

  XIX. Nilai b grafik hubungan peningkatan level campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir ............................... 92

  XX. Data uji waktu larut granul effervescent............................................ 94

  XXI. Nilai respon waktu larut masing-masing formula............................. 95

  XXII. Nilai efek terhadap waktu larut granul effervescent.......................... 95

  XXIII. Nilai b grafik hubungan peningkatan level campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap waktu larut.................................... 96

  XXIV. Data uji kandungan lembab granul effervescent ............................... 98

  XXV. Nilai respon kandungan lembab masing-masing formula................. 98

  XXVI. Nilai efek terhadap kandungan lembab granul effervescent ............. 99

  XXVII. Nilai b grafik hubungan peningkatan level campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab ....................... 99

  

DAFTAR GAMBAR

  1. 1,7-Bis-(4-hydroxy-3-methoxy-phenyl)-hepta-1,6-diene-3,5-dione atau kurkumin ............................................................................................ 10

  2. Skema kerja penelitian ............................................................................... 30

  3. Foto hasil KLT ekstrak rimpang temulawak dengan pendeteksi sinar UV 254 nm ........................................................................................ 49

  4. Foto hasil KLT ekstrak rimpang temulawak dengan pendeteksi sinar UV 365 nm ........................................................................................ 50

  5. Gugus kromofor dan auksokrom kurkumin ............................................... 52

  6. Kurva hubungan kadar kurkumin baku dengan area kromatogram untuk pembuatan kurva baku ....................................... 53

  7. Grafik hubungan pengaruh peningkatan level campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir granul effervescent .............................................................. 60

  8. Grafik hubungan pengaruh peningkatan level campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap waktu larut granul effervescent .................................................................. 64

  9. Grafik hubungan pengaruh peningkatan level campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab granul effervescent ...................................................... 66

  10. Contour plot kecepatan alir granul effervescent......................................... 70

  13. Contour plot super imposed sifat fisik granul effervescent........................ 73

  14. Foto tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) ........................ 78

  15. Foto rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)......................... 78

  16. Kromatogram kurva baku .......................................................................... 80

  17. Foto ekstrak rimpang temulawak ............................................................... 82

  18. Kromatogram sampel ................................................................................. 85

  19. Granul effervescent ekstrak rimpang temulawak ....................................... 102

  20. Contoh hasil larutan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak ...... 102

  

DAFTAR LAMPIRAN

  1. Foto tanaman dan rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) ... 78

  2. Data kurva baku larutan kurkumin baku.................................................... 79

  3. Data perhitungan nilai recovery dan koefisien variasi............................... 81

  4. Uji standarisasi ekstrak rimpang temulawak.............................................. 82

  5. Penentuan dosis ekstrak rimpang temulawak ............................................ 86

  6. Perhitungan level natrium sitrat-asam fumarat dan natrium bikarbonat .... 87

  7. Uji sifat fisik granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.................. 91

  8. Surat pengesahan determinasi .................................................................... 103

  1, 6, 27

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan obat tradisional di masyarakat bukan merupakan hal yang baru. Obat tradisional mulai muncul dan berkembang sejak jaman nenek moyang. Obat tradisional merupakan potensi dalam perkembangan dunia kefarmasian

  khususnya di Indonesia, namun sampai saat ini penggunaan obat tradisional masih terbatas khususnya dalam bidang bentuk sediaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang formulasi obat mendorong pengembangan obat tradisional dalam hal bentuk sediaan. Pengembangan formulasi obat dari bahan alam dapat menghasilkan suatu bentuk sediaan obat yang aman, berkhasiat, dan mudah diterima oleh masyarakat.

  Penelitian tentang pengembangan bentuk sediaan obat tradisional telah banyak dilakukan. Natalia (2006) telah melakukan penelitian tentang Optimasi Natrium Sitrat dan Asam Fumarat Dalam Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi Basah. Dalam penelitian tersebut, dilakukan pengembangan formulasi ekstrak rimpang temulawak menjadi suatu bentuk sediaan granul effervescent karena hal ini dirasa penting mengingat temulawak memiliki khasiat dan kegunaan yang sangat beragam, salah satunya yaitu merangsang penciutan volume kandung empedu. waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat, selain itu rasa menyegarkan akibat CO

  2 yang dihasilkan dari reaksi effervescent merupakan

  keunggulan sediaan ini. Dalam penelitian tersebut telah dilakukan optimasi terhadap kombinasi sumber asam yaitu natrium sitrat dan asam fumarat sebagai eksipien granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.

  Kandungan asam dan basa karbonat dalam sediaan effervescent sangatlah penting mengingat fungsinya yang terkait dengan kecepatan larut sediaan

  

effervescent sebelum dikonsumsi. Asam dan basa karbonat dalam sediaan

effervescent dengan adanya air akan bereaksi menghasilkan gas CO 2 yang

  berfungsi dalam disintegrasi. Mengingat pentingnya kedua jenis eksipien tersebut, bukan hanya sumber asam saja namun juga sumber karbonat, maka perlu dilakukan optimasi terhadap campuran sumber asam dan sumber karbonat dalam pembuatan granul effervescent. Komposisi sumber asam dan sumber karbonat yang optimum akan menghasilkan granul effervescent dengan kualitas yang dikehendaki. Granul effervescent yang dihasilkan diharapkan memenuhi persyaratan uji sifat fisik seperti kecepatan alir, waktu larut, dan kandungan lembab granul effervescent.

  Dalam penelitian ini optimasi dilakukan terhadap campuran natrium sitrat- asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul

  

effervescent . Sumber asam yang digunakan dalam penelitian merupakan

  kombinasi dari natrium sitrat dan asam fumarat karena dalam pembuatan granul campuran yang lekat dan sukar menjadi granul. Selain itu granul effervescent yang dihasilkan tidak akan stabil karena mudah terjadi reaksi effervescent dini. Hal ini disebabkan sifat higroskopis dari natrium sitrat. Oleh karena itu dengan kombinasi kedua sumber asam ini diharapkan dapat dihasilkan granul effervescent yang stabil dan mudah larut dalam air. Sumber karbonat yang dipilih dalam penelitian ini adalah natrium bikarbonat karena merupakan sumber karbondioksida utama dalam sistem effervescent (Mohrle, 1980).

  Optimasi formula dilakukan dengan metode desain faktorial dengan dua faktor dan dua level. Area komposisi formula granul effervescent yang optimum dapat diketahui lewat contour plot super imposed. Selain itu juga dapat diketahui efek yang dominan antara natrium sitrat–asam fumarat, natrium bikarbonat, atau interaksi keduanya yang menentukan sifat fisik granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.

1. Permasalahan

  Permasalahan yang akan diteliti adalah:

  a. efek manakah yang diprediksi dominan dalam menentukan sifat fisik granul

  effervescent ekstrak rimpang temulawak, campuran natrium sitrat–asam

  fumarat, natrium bikarbonat, atau interaksi keduanya?

  b. apakah ditemukan area komposisi formula campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat yang optimum dengan sifat fisik granul yang dikehendaki pada contour plot super imposed dalam pembuatan granul

  2. Keaslian Penelitian

  Penelitian tentang penggunaan ekstrak rimpang temulawak dalam granul

  

effervescent telah dilakukan. Natalia (2006) telah melakukan penelitian tentang

  Optimasi Natrium Sitrat dan Asam Fumarat Dalam Pembuatan Granul

  

Effervescent Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi

  Basah. Penelitian lain terkait penggunaan ekstrak rimpang temulawak dalam sediaan effervescent juga telah dilakukan oleh Anggraeni (2005) mengenai Optimasi Formula Tablet Effervescent Ekstrak Temulawak (Curcuma

  

xanthorrhiza Roxb.) Dengan Kombinasi Natrium Sitrat dan Asam Fumarat Secara

  Granulasi Basah: Aplikasi Desain Faktorial. Optimasi Campuran Natrium Sitrat– Asam Fumarat dan Natrium Bikarbonat Sebagai Eksipien Dalam Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi Basah Dengan Metode Desain Faktorial belum pernah dilakukan.

  3. Manfaat Penelitian

  a. Manfaat teoritis Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang penggunaan campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.

  b. Manfaat Praktis Menghasilkan sediaan berupa granul effervescent ekstrak rimpang

  B.

  

Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah:

  a. mengetahui efek natrium sitrat–asam fumarat, natrium bikarbonat, atau interaksi keduanya yang diprediksi dominan dalam menentukan sifat fisik granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.

  b. menentukan area komposisi formula campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat yang optimum pada contour plot super imposed dalam pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Temulawak

  1. Nama tanaman a. Nama tanaman: Curcuma xanthorrhiza Roxb.

  b. Sinonim: C. zerumbed majus Rumph.

  c. Nama daerah: temulawak (Sumatera); koneng gede, temu raya, temu besar, aci koneng, koneng tegel, temulawak (Jawa); temolabak (Madura); tommo (Bali); tommon (Sulawesi Selatan); karbanga (Ternate).

  d. Nama asing: Kiang huang (China), harida, haldi (IP), halud (Bengali), kurkum (Arab), zardcchobacch (Persia), menjal (Tanil), kunong-huyung (Indochina).

  e. Nama simplisia: Curcumae Rhizoma (rimpang temulawak) (Dalimartha, 2000).

  2. Uraian tanaman

  Terna tahunan (perennial) ini tumbuh merumpun dengan batang semu yang tumbuh dari rimpangnya. Batang semu berasal dari pelepah-pelepah daun yang saling menutup membentuk batang. Tinggi tanaman ini dapat mencapai 2 m. Tiap tanaman berdaun 2-9 helai, berbentuk bulat memanjang atau lanset, panjang 31-84 cm, lebar 10-18 cm, berwarna hijau, pada sisi kiri dan kanan ibu tulang daun terdapat semacam pita memanjang berwarna merah keunguan. Perbungaan bulat panjang, panjang 9-23 cm, lebar 4-6 cm. Bunga muncul secara bergiliran dari kantong-kantong daun pelindung yang besar dan beraneka ragam dalam warna dan ukurannya. Mahkota bunga berwarna merah. Bunga mekar pada pagi hari dan berangsur-angsur layu pada sore hari. Sejauh ini, temulawak belum pernah dilaporkan menghasilkan buah atau biji. Rimpang dibedakan atas rimpang induk (empu) dan rimpang cabang. Rimpang induk bentuknya jorong atau gelondong, berwarna kuning tua atau cokelat kemerahan, bagian dalam berwarna jingga cokelat. Rimpang cabang keluar dari rimpang induk, ukurannya lebih kecil, tumbuhnya ke arah samping, bentuknya bermacam-macam, dan warnanya lebih muda. Akar-akar di bagian ujung membengkak, membentuk umbi yang kecil (Dalimartha, 2000).

3. Khasiat

  Temulawak mempunyai khasiat laktagoga, kolagoga, antiinflamasi, tonikum, dan diuretik. Minyak atsiri temulawak, juga berkhasiat fungistatik pada beberapa jenis jamur dan bakteriostatik. Rimpang temulawak digunakan juga digunakan untuk pengobatan radang hati (hepatitis), sakit kuning (jaundice), radang ginjal, radang kronis kandung empedu (kolesistitis kronik), meningkatkan aliran empedu ke saluran cerna, perut kembung, tidak nafsu makan (anoreksia) akibat kekurangan cairan empedu, demam, pegal linu, rematik, memulihkan kesehatan setelah melahirkan, sembelit, diare, batu empedu (kolelitiasis), kolesterol darah tinggi (hiperkolesterolemia), haid tidak lancar, flek hitam di

4. Kandungan kimia

  Temulawak mengandung fraksi pati, kurkuminoid, dan minyak atsiri (3-12%). Fraksi pati merupakan kandungan terbesar, jumlah bervariasi antara 48- 54% tergantung dari ketinggian tempat tumbuh. Makin tinggi tempat tumbuh maka kadar patinya semakin rendah dan kadar minyak atsirinya semakin tinggi (Dalimartha, 2000). Kurkuminoid dalam temulawak terdiri dari kurkumin dan desmetoksikurkumin (Afifah, 2003). Rimpang temulawak mengandung 1,6-2,2% kurkumin (Karden, 2003).

B. Maserasi

  Istilah maserasi berasal dari bahasa Latin macerare, yang artinya ”merendam” (Ansel, 1989). Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana.

  Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar (Anonim, 1986).

  Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka

  Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan (Anonim, 1986).

  Proses perkolasi memerlukan keterampilan operator yang lebih banyak daripada proses maserasi dan dari kedua proses, perkolasi mungkin lebih mahal dalam pelaksanaannya, karena memerlukan peralatan yang khusus dan waktu yang lebih banyak diperlukan oleh operator (Ansel, 1989). Maserasi merupakan metode ekstraksi yang paling banyak digunakan. Keuntungan maserasi dibandingkan dengan perkolasi dan ekstraksi countercurrent adalah sampel yang kecil dapat disiapkan dengan cara yang sama dengan batch produksi dan teknis. Namun kerugian metode ini yaitu bahwa proses ini tidak sepenuhnya dapat mengekstraksi senyawa (List dan Schmidt, 1989).

  C.

  

Ekstrak

  Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung (Anonim, 1979). Pada ekstrak tumbuhan jika bahan pengekstraksinya sebagian atau seluruhnya diuapkan, maka diperoleh ekstrak, yang dikelompokkan menurut sifat-sifatnya menjadi: 1. ekstrak encer (extractum tenue): sediaan ini memiliki konsistensi seperti madu dan dapat dituang.

  2. ekstrak kental (extractum spissum): sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan

  3. ekstrak kering (extractum siccum): sediaan ini memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan. Melalui penguapan cairan pengekstraksi dan pengeringan sisanya terbentuk suatu produk, yang sebaiknya menunjukkan kandungan lembab tidak lebih dari 5%.

  4. ekstrak cair (extractum fluidum): sediaan ini dibuat sedemikian hingga 1 bagian simplisia sesuai dengan 2 bagian ekstrak cair (Voigt, 1994).

  D.

  

Kurkumin

  Salah satu kandungan dalam rimpang temulawak yaitu kurkuminoid yang termasuk dalam golongan diarilheptanoid (Tonnesen dan Karlsen, 1985).

  Kurkuminoid dalam rimpang temulawak terdiri dari kurkumin dan desmetoksikurkumin (Afifah, 2003). Kurkuminoid dalam rimpang temulawak sebesar 8000-20.000 ppm, sedangkan kurkumin sebesar 100-10.000 ppm (Duke, 1992).

  

O O

H CO 3 OCH 3 HO OH

  

Gambar 1. 1,7-Bis-(4-hydroxy-3-methoxy-phenyl)-hepta-1,6-diene-3,5-

dione atau kurkumin

  Kurkumin berupa serbuk kristal berwarna orange kekuningan dan

  o

  memiliki titik lebur 183

  C. Kurkumin larut dalam alkohol dan asam asetat glasial kurkumin atau perubahan kurkumin dalam pelarut. Pada suasana asam, warna larutan kurkumin adalah kuning namun warnanya berubah menjadi orange kemerahan dalam suasana basa (Tonnesen dan Karlsen, 1985). Pada suasana basa, kurkumin akan terdegradasi menjadi asam ferulat dan asam vanilat (Majeed, Vladimir, Uma, Rajendran, 1995). Kurkumin juga dapat terdegradasi dengan adanya cahaya (Tonnesen, Henegouwen, dan Karlsen, 1986).

  E.

  

Granul Effervescent

  Granul effervescent merupakan granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali dan mengandung unsur obat dalam campuran kering, bila ditambah dengan air asam dan basanya bereaksi membebaskan karbondioksida sehingga menghasilkan buih (Ansel, 1989). Granul effervescent dapat dibuat dengan dua metode yaitu metode basah dan metode kering (Aulton, 2002). Metode basah yang dimaksud yaitu metode granulasi basah, sedangkan metode kering yaitu granulasi kering (Linberg, Engfors, Ericsson, 1992). Pada prinsipnya, proses granulasi dalam pembuatan granul effervescent sama dengan granul konvensional (Mohrle, 1980).

  Teknik granulasi basah meliputi pencampuran bahan kering dengan cairan penggranul untuk menghasilkan massa yang dapat digranul. Massa tersebut diperkecil ukuran partikelnya sehingga memiliki distribusi ukuran partikel yang optimum kemudian dikeringkan untuk menghasilkan granul yang kompresibel. menggunakan panas, menggunakan cairan nonreaktif, dan dengan cairan reaktif (Mohrle, 1980).

1. Granulasi basah

  Teknik granulasi basah meliputi pencampuran bahan kering dengan cairan penggranul untuk menghasilkan massa yang dapat digranul. Massa tersebut yang mungkin secara alami plastis dan kohesif, diperkecil ukuran partikelnya sampai mencapai distribusi ukuran partikel yang optimum dan kemudian dikeringkan untuk menghasilkan granul yang kompresibel. Cara lain yaitu dengan mengeringkan massa granul yang terbentuk baru kemudian diperkecil ukuran partikelnya (Mohrle, 1980). Metode granulasi basah dapat dilakukan dengan 3 macam cara: a. dengan panas

  Metode klasik dalam pembuatan granul effervescent meliputi penghilangan air dari bahan hidrat pada suhu yang rendah untuk membentuk massa granul.

  Proses ini sulit dikontrol untuk mencapai hasil yang reprodusibel (Mohrle, 1980).

  b. dengan cairan nonreaktif Pada metode granulasi basah dengan menggunakan cairan nonreaktif, cairan penggranul yang biasa digunakan seperti etanol dan isopropanol. Cairan ini ditambahkan pada bahan-bahan yang telah dicampur sebelumnya sampai cairan terdistribusi merata pada campuran. Bahan pengikat larut alkohol yang biasa digunakan seperti PVP dapat dilarutkan dalam cairan penggranul sebelum

  Keuntungan dari metode granulasi basah dengan menggunakan cairan nonreaktif adalah tidak semua bahan dalam formulasi perlu kontak dengan cairan penggranul atau panas pada proses pengeringan. Pada beberapa formulasi, dilakukan granulasi terpisah antara komponen asam dan basa untuk menghindari berbagai reaksi. Salah satu kerugian dari cara ini yaitu masih diperlukannya beberapa proses setelah granul dikeringkan. Kerugian lain yaitu uap dari cairan penggranul seringkali berbahaya sehingga harus dihilangkan dan dikumpulkan (Mohrle, 1980).

  c. dengan cairan reaktif

  Granulating agent yang paling efektif untuk campuran effervescent adalah

  air. Dalam proses ini air digunakan sebagai pengikat. Air selalu ditambahkan dalam bentuk semprotan halus pada bahan-bahan yang dipilih dalam formulasi ketika dilakukan pencampuran pada ribbon blender. Bahan-bahan tersebut harus lebih dapat melepaskan air yang diserap daripada menyerap dan mengikatnya.

  Salah satu kerugian dalam proses ini adalah bahwa formula yang mengandung bahan yang rentan terhadap air dan atau panas dapat terdegradasi dengan proses ini (Mohrle, 1980).

2. Granulasi kering

  Granulasi kering dapat dilakukan dengan peralatan khusus seperti roller

  

compactor atau chilsonator. Prosedur lain dalam granulasi basah yaitu dengan

slugging , dimana slug atau tablet besar dikempa menggunakan peralatan tablet

  F.

  

Bahan-bahan Pembuatan Granul Effervescent

  Pemilihan bahan dalam pembuatan granul effervescent lebih rumit dibandingkan dengan bahan dalam pembuatan granul konvensional. Hal ini terkait dengan kandungan lembab. Sumber asam dan sumber karbonat dalam granul

  effervescent dengan adanya air akan bereaksi membebaskan CO 2 , hal ini akan

  menyebabkan granul hancur. Reaksi ini dapat berlangsung dengan adanya sejumlah kecil air yang terikat atau diserap oleh bahan penyusun granul. Jika hal ini terjadi setelah pembuatan granul, akan menyebabkan produk menjadi tidak stabil. Oleh karena itu, bahan penyusun granul dipilih dalam bentuk anhidrat yang sedikit atau tidak menyerap lembab atau bentuk hidrat (mengikat air dalam molekulnya) yang stabil. Kelarutan bahan merupakan sifat lain yang penting dalam pembuatan granul effervescent. Jika bahan tidak larut, maka reaksi

  

effervescent tidak akan terjadi dan granul tidak akan hancur secara cepat (Mohrle,

1980).

1. Sumber asam

  Keasaman yang diperlukan untuk reaksi effervescent dapat diperoleh dari tiga sumber utama, yaitu food acid, asam anhidrat, dan garam asam. Beberapa garam asam tertentu seperti natrium dihidrogen fosfat, dinatrium dihidrogen pirofosfat, garam asam sitrat, dan natrium asam sulfit digunakan dalam produk

  effervescent (Mohrle, 1980).

  Bentuk asam anhidrat dapat digunakan dalam produk effervescent. Ketika menghasilkan reaksi effervescent. Air tidak boleh digunakan dalam proses produksi yang melibatkan bentuk anhidrat karena anhidrat akan terlebih dahulu berubah menjadi bentuk asam yang bersesuaian sebelum produk digunakan (Mohrle, 1980).

2. Sumber karbonat

  Sumber karbonat digunakan sebagai bahan penghancur dan sumber timbulnya gas karbondioksida pada produk effervescent. Sumber karbonat yang biasa digunakan dalam produk effervescent adalah natrium bikarbonat (NaHCO )

  3

  dan natrium karbonat (Na

  2 CO 3 ) (Mohrle, 1980).

  3. Bahan pengisi

  Pada peracikan obat dalam jumlah yang sangat kecil diperlukan bahan pengisi, untuk memungkinkan suatu pengempaan. Bahan pengisi ini menjamin granul memiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan (Voigt, 1994). Pengisi juga dapat ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran (Banker dan Anderson, 1986).

  4. Bahan pengikat

  Pengikat yaitu bahan yang dapat membantu untuk mengikat bahan-bahan lain menjadi satu. Beberapa bahan memerlukan pengikat untuk membantu menghasilkan granul. Sifat bahan pengikat yang digunakan untuk granul