Usulan pengembangan pendampingan calon penerima krisma remaja di Paroki Santo Petrus dan Pulus Minomartani Yogyakarta - USD Repository

  

USULAN PENGEMBANGAN PENDAMPINGAN CALON

PENERIMA KRISMA REMAJA DI PAROKI SANTO PETRUS

DAN PAULUS MINOMARTANI, YOGYAKARTA

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

  

Oleh :

Fransiscus Xaverius Artha Agung Budiantara

NIM: 011124005

  

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan bagi : ) Seluruh Umat di Paroki Santo Petrus dan Paulus Minomartani

  ) Seluruh Tim Pendamping Krisma di Paroki Santo Petrus dan Paulus

  Minomartani )

  Bapak dan Ibu tercinta yang telah mendidik, dan membesarkan ku )

  Adikku Monica dan Adrianus ) Kekasihku Lucia yang selalu kucintai dan mencintaiku serta memotivasiku

  

MOTTO

  “Jika kamu mengenal dirimu dan musuhmu secara mendalam, maka kamu ada di jalan kemenangan pada setiap pertempuran….” (Sun Tzu, 420 SM)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam tulisan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 7 September 2007 Penulis,

  Fransiscus Xaverius Artha Agung Budiantara

  

ABSTRAK

  Skripsi ini berjudul “USULAN PENGEMBANGAN PENDAMPINGAN

  

CALON PENERIMA KRISMA REMAJA DI PAROKI SANTO PETRUS DAN

PAULUS, MINOMARTANI, YOGYAKARTA”. Judul ini dipilih karena penulis

  melihat hal yang memprihatinkan pada diri para remaja yang telah menerima Sakramen Krisma di Paroki Santo Petrus dan Paulus Mainomartani. Adapun keprihatinan tersebut adalah, bahwa ada kesan kuat bahwa para remaja dalam mengikuti kegiatan pendampingan persiapan Krisma hanyalah sebagai formalitas belaka ataupun ikut-ikutan teman sebayanya, sehingga konsekuensi yang menyertai penerima Krisma (tanggung jawab untuk bersaksi dan terlibat sebagai warga Gereja yang dewasa) belum mereka ketahui dan sadari. Untuk menanggapi keprihatinan tersebut, penulis membuat penelitian untuk mengetahui gambaran pelaksanaan kegiatan katekese persiapan Krisma di Paroki St. Petrus dan Paulus Minomartani selama ini, mengetahui bahan dan metode yang selama ini di pakai dalam katekese persiapan Krisma di Paroki ini, sehingga mendapat masukan untuk melakukan pengembangan. Pengembangan yang diperlukan ternyata meliputi pengembangan sikap guna meningkatkan semangat pelayanan mereka, wawasan agar pendampingan mereka lebih terarah dan mendalam, dan penggunaan metode guna meningkatkan sikap ketrampilan dan kreativitas para pendamping Krisma dalam mempersiapkan para calon penerima Krisma yang dalam hal ini adalah para remaja. Hal ini perlu dilakukan mengingat remaja adalah aset yang sangat berharga bagi masa depan Gereja, yang memerlukan “pemeliharaan” dan “pengembangan” yang menyeluruh. Oleh sebab itu pada bagian akhir skripsi ini penulis memberikan usulan yang diharapkan dapat mengembangkan pendampingan Krisma di Paroki Santo Petrus dan Paulus Minomartani, meliputi bidang spritualitas yang menyangkut kesediaan dan keterlibatan pendamping sebagai anggota Gereja, dalam hal pengetahuan akan psikologi remaja, arti dan simbol-simbol yang ada dalam Sakramen Krisma, serta model-model pendampingan iman guna meningkatkan pelaksanaan pendampingan mereka.

  Pada bagian akhir dari skripsi ini, diberikan juga saran-saran demi keberhasilan peningkatan pendampingan Krisma di Paroki Santo Petrus dan Paulus Minomartani.

  ABSTRACT

  This thesis entitled “A PROPOSAL OF COUNSELING DEVELOPMENT FOR ADOLESCENT CANDIDATE IN PRE CHRISMS SACRAMENT AT PARISH OF SANTO PETRUS DAN PAULUS, MINOMARTANI YOGYAKARTA”. This topic is chosen concerning the apprehensive condition among adolescent who has accepted Chrisms Sacrament at Parish of Santo Petrus and Paulus Minomartani. There is apprehensive condition that the adolescents attend the pre Chrisms Sacrament only for formality or only following their friends. Hence, the do not realize the responsibilities they have after receiving the Sacrament, that is to be testimonies and to participate in Church as adults. Concerning that condition, a research was done to knowing the material and methods used and how the pre Chrisms was done at Parish of Santo Petrus dan Paulus Minomartani Yogyakarta.

  The aim of the research is to find and compose materials to develop and improve the pre Chrisms. The research indicates that improvements that are needed by the chatechism includes improvements on attitudes in order to improve their spirit to serve, on knowledge in order to deepen and make their materi more focus, and improvements on the methods to imrove their skills and creativity. Their performance is important to prepare pre Chrisms who are adolescents concerning the fact that adolescents are important assets for the future Church that need global “nurturing” and “development”. Through this thesis, the writer has proposed to give input for Chrisms counseling development in Parish of Santo Petrus dan Paulus Minomartani Yogyakarta, on spirituality field for Chrisms counselor, knowledge in adolescents phsycology, increase counselor consideration in their activity as Church member, competency development for counselor in meaning, purpose and symbol knowledge that occur inside Chrisms Sacrament. Beside that it also has propose for increase counselor skill and creativity in order to consult Chrisms Sacrament candidate with counseling model that offered.

  In the end of this thesis, the writer also give suggestion that related with Chrisms Sacrament candidate counseling development program in Parish of Santo Petrus dan Paulus Minomartani Yogyakarta.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur atas rahmat Tuhan yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”USULAN PENGEMBANGAN

  

PENDAMPINGAN CALON PENERIMA KRISMA REMAJA DI PAROKI

SANTO PETRUS DAN PAULUS, MINOMARTANI, YOGYAKARTA”

  Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak sekali mendapat bimbingan, pengarahan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:

  1. Drs. H.J. Suhardiyanto, SJ. selaku dosen pembimbing utama, yang telah memberikan perhatian dan meluangkan waktu dalam membimbing penulis selama penyelesaian skripsi ini.

  2. P. Banyu Dewa. H.S., S.Ag., M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang memberikan motivasi dan semangat pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  3. Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed yang telah bersedia dan meluangkan waktu sebagai dosen penguji III

  4. Segenap dosen dan karyawan Prodi IPPAK- USD yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  5. Kedua orang tua dan adik-adikku tercinta yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  6. Lucia Setyawahyuningtyas atas cinta dan kasih sayangnya, yang selama ini telah banyak memotivasi dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini

  7. Rm. Ignatius Supriyatno, MSF dan Rm Windiyatmoko, MSF yang telah memberi ijin dan dukungan penulis untuk melakukan penelitian di Paroki St.

  Petrus dan Paulus Minomartani.

  8. Rekan – rekan tim kerja pendampingan Krisma, Komuni Pertama, dan Baptis yang senantiasa mendorong dan menyemangati penyelesaian penulisan skripsi ini.

  9. Teman-teman angkatan 2001 yang turut menempa diri penulis dalam memurnikan motivasi penulis untuk menjadi seorang pewarta di jaman yang serba sulit dan penuh tantangan ini .

  10. Sahabatku Norman Kristianto yang senantiasa hadir untuk menyemangati dan mendorong penulis agar segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  11. Temanku Anrianus dan Nia Daniati yang telah membantu dalam mempersiapkan segala sesuatu saat penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penulisan skripsi ini didepan dosen penguji.

  12. Sahabat-sahabat di Warnet Lunanet yang telah mendorong dan memberi semangat kepada penulis. 13. “sanak kadang” di Paguyuban Pusaka Sakti Mataram “Lakutama” yang memberikan dorongan dan semangat kepada penulis

  14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini dengan tulus telah memberikan bantuan hingga selesainya skripsi ini.

  Disadari sepenuhnya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

  Yogyakarta, 7 September 2007 Penulis

  Fransiscus Xaverius Artha Agung Budiantara

  DAFTAR ISI Halaman

  JUDUL .................................................................................................................. i PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................... ii PENGESAHAN .................................................................................................... iii PERSEMBAHAN ................................................................................................. iv MOTTO ................................................................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT.......................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix DAFTAR ISI......................................................................................................... xi DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xv BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................

  1 A. Latar Belakang Penulisan........................................................................

  1 B. Rumusan masalah....................................................................................

  4 C. Tujuan Penulisan .....................................................................................

  4 D. Manfaat Penulisan ...................................................................................

  5 E. Metode Penulisan.....................................................................................

  5 F. Sistematika penulisan. .............................................................................

  6 BAB II. REMAJA, SAKRAMEN KRISMA DAN KATEKESE KRISMA .........................................................................

  9 A. Gambaran Remaja Pada Umumnya ......................................................

  9

  1. Segi fisik .......................................................................................... 10

  2. Kehidupan psikis.............................................................................. 11

  3. Ciri moral ......................................................................................... 15

  4. Ciri sosial ......................................................................................... 16

  5. Ciri religius ...................................................................................... 19

  B. Sakramen Krisma ................................................................................... 21

  1. Arti sakramen pada umumnya ......................................................... 21

  2. Arti Sakramen Krisma ..................................................................... 22

  3. Ciri khas Sakramen Krisma ............................................................. 23

  4. Meterai Sakramen Krisma................................................................ 23

  5. Liturgi krisma................................................................................... 24

  C. Penerimaan Sakramen Krisma ............................................................... 26

  1. Pelayan Sakramen Krisma ............................................................... 26

  2. Persyaratan calon penerima Sakramen Krisma................................ 27

  3. Tanggung jawab penerima Krisma .................................................. 28

  4. Tanggung jawab orang tua ............................................................... 29

  5. Tanggung jawab Gereja ................................................................... 29

  6. Wali krisma ...................................................................................... 30

  D. Katekese Pada Umumnya ...................................................................... 31

  1. Pengertian katekese.......................................................................... 31

  2. Tujuan katekese................................................................................ 33

  3. Isi katekese ....................................................................................... 33

  4. Model katekese................................................................................. 34

  E. Katekese Krisma .................................................................................... 39

  1. Pengertian Katekese Krisma ............................................................ 39

  2. Tujuan katekese Krisma................................................................... 39

  3. Subjek dari katekese Krisma ............................................................ 40

  BAB III. REALITA PENDAMPINGAN CALON PENERIMA KRISMA DI PAROKI SANTO PETRUS DAN PAULUS MINOMARTANI ........................................ 41 A. Gambaran Umum Dan Realita Pendampingan Calon Penerima Krisma Paroki Santo Petrus Dan Paulus Minomartani........................................................................................ 41

  1. Sejarah berdirinya Paroki Santo Petrus dan Paulus Minomartani.................................................................................. 41

  2. Situasi dan letak geografis ............................................................ 44

  3. Situasi sosial ekonomi................................................................... 45

  4. Realita pendampingan calon penerima krisma ............................. 46

  B. Penelitian Mengenai Realita Dalam Pendampingan Calon Penerima Krisma di Paroki Santo Petrus dan Paulus Minomartani .................... 48

  1. Latar belakang penelitian .............................................................. 48

  2. Tujuan penelitian........................................................................... 50

  3. Metodologi penelitian ................................................................... 51

  a. Waktu dan tempat penelitian................................................... 51

  b. Populasi dan sampel penelitian ............................................... 52

  c. Instrumen penelitian................................................................ 53

  d. Variabel penelitian .................................................................. 53

  4. Pembahasan hasil penelitian ......................................................... 54

  5. Kesimpulan hasil penelitian .......................................................... 80

  BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE KRISMA BAGI REMAJA DI PAROKI ST. PETRUS DAN PAULUS MINOMARTANI. ........... 84 A. Program Katekese ............................................................................... 85

  1. Latar belakang program ................................................................ 85

  2. Tujuan program............................................................................. 87

  3. Usulan program pengembangan pendampingan calon penerima Krisma remaja di Paroki Santo Petrus dan Paulus Minomartani, Yogyakarta...................... 89

  B. Contoh Persiapan Pembekalan Bagi Para Pendamping Calon Penerima Sakramen Krisma ........................ 97

  1. Satuan pertemuan I........................................................................ 97

  2. Satuan pertemuan II ...................................................................... 105

  3. Satuan pertemuan III ..................................................................... 122

  4. Satuan pertemuan IV..................................................................... 130

  BAB V. PENUTUP............................................................................................ 171 A. Kesimpulan ......................................................................................... 171 B. Saran.................................................................................................... 174 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 175 LAMPIRAN.......................................................................................................... 177 Lampiran 1 : Daftar Peserta .................................................................... (1) Lampiran 2 : Daftar Peserta Remaja........................................................ (11) Lampiran 3 : Angket................................................................................ (18) Lampiran 4 : Handout Pertemuan II ........................................................ (22) Lampiran 5 : Handout Pertemuan III....................................................... (28) Lampiran 6 : Handout Pertemuan IV ...................................................... (30) Lampiran 7 : Handout Pertemuan V........................................................ (33)

  DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci.

  Seluruh singkatan Kitab Suci dalam Skripsi ini mengikuti Kitab Suci

  Perjanjian Lama dan dan Perjanjian Baru: dengan pengantar dan catatan singkat. Terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), Jakarta: 1999.

B. Singkatan Dokumen resmi Gereja

  AA : Apostolicam Actuositatem, dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, 7 Desember 1965. AG : Ad Gentes , Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misisoner Gereja, 7 Desember 1965. CT : Catechesi Tradendae , Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini,

  16 Oktober 1979. DCG : Directorium Catechisticum Generale, Direktorium Kateketik Umum yang dikeluarkan oleh Konggregasi Suci para klerus, 11 April 1971.

  EN : Evangelii Nuntiandi , Ensiklik (surat Edaran) Bapa Suci Paulus VI Tentang Karya Pewartaan Injil pada Zaman Modern, 8 Desember 1975. GS : Gaudium et Spes , Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965. KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Pus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983. KGK : Katekismus Gereja Katolik, Ajaran resmi Gereja, oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 11 Oktober 1992. LG : Lumen Gentium, Konstitusi Domatik konsili Vatikan II tentang Gereja tanggal 21 November 1964.

C. Singkatan Lain

  ARDAS : Arah Dasar Art : Artikel Ay : Ayat APP : Aksi Puasa Pembangunan Bdk : Bandingkan Drs : Doctorandus / Sarjana Strata 1 Dr : Doktor Hlm : Halaman Kan : Kanon KAS : Keuskupan Agung Semarang KAJ : Keuskupan Agung Jakarta KUHP : Kitab Undang – undang Hukum Perdata KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia MSF : Missionariorum a Sacra Familia / Misionaris Keluarga Kudus PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia Mgr : Monsigneur Par. : Paragraph Sto : Santo Sta : Santa SJ : Societatis Jesu / Serikat Yesus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Remaja merupakan aset yang sangat berharga bagi masa depan Gereja, oleh

  sebab itu memerlukan suatu ”pemeliharaan” yang menyeluruh. Pada masa remaja seseorang mengalami masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa inilah seringkali muncul banyak permasalahan yang pelik dalam kehidupan mereka, di antaranya dalam hidup iman dan rohaninya yang dikarenakan adanya perubahan-perubahan dalam dirinya yang sangat substansial. Dalam keadaan inilah katekis dan orang tua mempunyai peran yang besar bagi perkembangan hidup remaja itu sendiri. Salah satu jalan yang perlu ditempuh oleh katekis sebagai tenaga pastoral Gereja adalah memberikan suatu pendampingan iman atau katekese, seperti yang tertuang dalam anjuran apostolik Bapa Paus Yohanes Paulus II mengenai Penyelenggaraan Katekese (Catechesi

  Tradendae ) yang berbunyi:

  Menyusul masa pancaroba (masa puber) dan masa remaja, dengan segala keagungan dan bahaya yang ada padanya. Itulah masa anak menemukan diri serta dunia batinnya sendiri, masa munculnya rencana-rencana yang mencerminkan idealisme, masa bangkitnya perasaan mencintai, disertai naluri-naluri biologis seksualitas, masa anak menginginkan kebersamaan, masa kegembiraan yang intensif secara khas berkaitan dengan penemuan hidup yang membawa kesegaran, akan tetapi masa pancaroba sering pula merupakan tahap munculnya pertanyaan-pertanyaan yang lebih mendalam, masa mencari dalam kecemasan atau bahkan disertai frustrasi, masa kecurigaan tertentu terhadap sesama dan introspeksi yang berbahaya, dan ada kalanya masa pengalaman-pengalaman pertama kemunduran dan kekecewaan, katekese tidak mengizinkan sikap acuh tak acuh terhadap aspek-aspek yang berubah-ubah selama periode kehidupan yang rumit itu. Katekese yang mampu membimbing anak remaja untuk memeriksa hidupnya dan menjalin dialog, katekese yang tidak mengacuhkan soal-soal besar kaum remaja - pemberian diri, iman kepercayaan, cinta kasih dan sarana-sarana untuk mengungkapkannya berupa seksualitas, katekese semacam ini sangat menentukan. Pewahyuan Yesus Kristus sebagai sahabat, pembimbing dan teladan yang dapat dikagumi tetapi juga dicontoh; pewartaan amanat-Nya, yang memberi jawaban terhadap soal - soal yang mendasar; pengungkapan rencana Kristus Sang Penyelamat yang penuh kasih sebagai penjelmaan satu- satunya Cintakasih yang otentik, dan sebagai kemungkinan untuk menyatukan umat manusia – semuanya itu memberi dasar pendidikan iman yang sejati... (CT. No. 38) Pada masa remaja ini, banyak dari antara remaja yang telah dibaptis secara

  Katolik dan sudah menerima komuni pertama akan mendaftar atau didaftar untuk mengikuti proses pendampingan iman dalam rangka mempersiapkan Sakramen Krisma yang merupakan kepenuhan dari sakramen inisiasi dalam Gereja Katolik, sehingga mereka juga secara penuh akan menjadi anggota Gereja Katolik.

  Seringkali pendampingan Krisma yang mereka ikuti hanyalah formalitas belaka ataupun ikut-ikutan teman sebayanya, sehingga konsekwensi yang harus dilakukan setelah menerima sakramen krisma (tanggung jawab dan keterlibatan sebagai warga Gereja yang dewasa) belum mereka ketahui atau sadari. Berkaitan dengan hal ini Pendampingan Krisma perlu ditingkatkan dari segi metode, rekruitmen dan materi, maupun koordinasi pelaksanaan pendampingannya untuk menyiapkan para remaja ini menyadari konsekwensinya, sehingga setelah menerima Sakramen Krisma bukan berarti tugas telah usai. Mereka harus menjadi saksi Kristus di tengah perjuangan hidup harian mereka sebagai seorang warga bukanlah hal yang mudah, maka para remaja ini perlu diberi motivasi untuk mengikuti pendampingan secara intens dan disiplin.

  Dalam Nota Pastoral Keuskupan Agung Semarang awal tahun 2006 sakramen Krisma/penguatan yang akan diterimakan oleh Uskup nantinya diharapkan menjadi bekal rohani bagi remaja untuk berani menjadi saksi Kristus dan misionaris kebaikan Allah di mana saja mereka berada. Semangat misioner perlu dipupuk sejak dini sehingga semakin dapat mendekatkan diri untuk bertanggung jawab pada kegiatan pengembangan iman dalam kerangka Gereja lokal, mereka juga diharapkan semakin mencintai Gerejanya sendiri (umat di tempat ia tinggal) dan tidak meninggalkan lingkungan atau parokinya dengan dalih paroki dan lingkungannya ”mlempem” , namun dengan keadaan yang ada di tempat mereka tinggal tersebut, mereka dapat mengubahnya menjadi peluang untuk mengembangkan iman yang ”mlempem” tersebut ( Bdk Nota Pastoral tentang Arah Dasar Umat Allah Keuskupan Agung Semarang 2006 – 2010, hal 34 )

  Sehubungan dengan ini penulis ingin membatasi topik permasalahan yang lebih menyoroti pendampingan calon penerima Krisma, terutama bagi remajanya.

  Sebagai ungkapan kepedulian dan cinta serta kepercayaan dari penulis kepada Gereja terutama Paroki St. Petrus dan Paulus Minomartani maka disusunlah skripsi yang berjudul ”USULAN PENGEMBANGAN PENDAMPINGAN

  

CALON PENERIMA KRISMA REMAJA DI PAROKI SANTO PETRUS

DAN PAULUS, MINOMARTANI, YOGYAKARTA”

B. Rumusan Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang penulisan diatas, maka penulis merumuskan tiga masalah yang akan diungkapkan dalam skripsi ini.

  1. Bagaimana gambaran pelaksanaan kegiatan katekese persiapan Krisma di Paroki St. Petrus dan Paulus Minomartani selama ini?

  2. Apa dan bagaimana bahan dan metode yang selama ini dipakai dalam katekese persiapan Krisma di Paroki St. Petrus dan Paulus Minomartani?

  3. Bagaimana bahan dan metode yang selama ini dipakai demi pengembangan pelaksanaan katekese persiapan Krisma di Paroki St. Petrus dan Paulus Minomartani? C. Tujuan Penulisan.

  Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

  1. Mengetahui gambaran pelaksanaan kegiatan katekese persiapan Krisma di Paroki St. Petrus dan Paulus Minomartani selama ini

  2. Mengetahui bahan dan metode yang selama ini di pakai dalam katekese persiapan Krisma di Paroki St Petrus dan Paulus Minomartani.

  3. Mengetahui bahan dan metode demi pengembangan pelaksanaan katekese persiapan persiapan Krisma di Paroki St. Petrus dan Paulus Minomartani.

  4. Memenuhi Syarat utama kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.

  D. Manfaat Penulisan.

  Berdasarkan atas Latar Belakang penulisan, Rumusan Permasalahan, dan Tujuan Penulisan, maka skripsi ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat :

  1. Mendapatkan gambaran pelaksanaan kegiatan katekesee persiapan Krisma di Paroki St. Petrus dan Paulus Minomartani.

  2. Menemukan bahan dan metode yang selama ini dipakai dalam katekese persiapan Krisma di Paroki St. Petrus dan Paulus Minomartani.

  3. Menemukan bahan dan metode demi pengembangan pelaksanaan katekese persiapan Krisma di Paroki St. Petrus dan Paulus Minomartani.

  E. Metode Penulisan.

  Dalam penulisan ini, penulis memanfaatkan metode deskriptif analisis, yaitu dengan kajian pustaka dan dilengkapi dengan pengamatan langsung dilapangan; kemudian dianalisis dan diuraikan pokok-pokok bahasannya.

F. Sistematika Penulisan.

  BAB I : Berisi pendahuluan yang menguraikan latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

  BAB II : Berisi uraian mengenai remaja, sakramen krisma dan katekese krisma. Bagian pertama berisi gambaran remaja pada umumnya ditinjau dari segi fisik, kehidupan psikis, ciri moral, ciri sosial, dan ciri religius remaja Bagian kedua berisi Sakramen Krisma di dalamnya diuraikan mengenai arti sakramen umumnya dan sakramen krisma, ciri khas sakramen krisma; meterai sakramen krisma dan liturgi krisma.

  Bagian ketiga berisi penerimaan Sakramen Krisma, di mana pembahasannya berkisar pada pelayan Sakramen Krisma; persyaratan calon penerima Sakramen Krisma; tanggung jawab penerima krisma; tanggung jawab Gereja; tanggung jawab orang tua; wali krisma Bagian keempat membahas katekese pada umumnya, didalamnya diuraikan mengenai pangertian katekese, Bagian kelima membahas pengertian ketekese krisma, tujuan katekese krisma, dan subjek dari katekese krisma BAB

  III : Berisi uraian mengenai realita pendampingan calon penerima krisma di Paroki Santo Petrus dan Paulus Minomartani. Bagian Pertama berisi gambaran umum Paroki Santo Petrus dan Paulus Minomartani, dimana dibahas mengenai sejarah berdirinya Paroki Santo Petrus dan Paulus Minomartani, situasi dan letak geografis; situasi sosial ekonomi; realita pendampingan calon penerima krisma. Bagian kedua berisi penelitian mengenai realita dalam pendampingan calon penerima krisma di Paroki Santo

  Petrus dan Paulus Minomartani, dimana dibahas mengenai metodologi penelitian yang mencakup waktu dan tempat penelitian; populasi dan sampel penelitian; instrumen penelitian serta variabel penelitian, pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan hasil penelitian

  BAB IV : Berisi usulan program katekese krisma bagi remaja di Paroki St. Petrus dan Paulus Minomartani.

  Bagian pertama berbicara mengenai latar belakang program tujuan program, usulan program pengembangan pendampingan calon penerima Krisma remaja di Paroki Santo Petrus dan Paulus Minomartani, Yogyakarta.

  Bagian kedua berbicara mengenai contoh program yang diharapkan dapat membantu menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam skripsi ini

  BAB V : Bagian penutup berisi kesimpulan yang merangkum keseluruhan isi dari skripsi dan saran

  

BAB II.

REMAJA, SAKRAMEN KRISMA DAN KATEKESE KRISMA A. Gambaran Remaja Pada Umumnya. Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang

  batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti.

  Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang- kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.

  Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai aspek kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat memahami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada ciri dan segi tersebut.

1. Segi fisik.

  Sebelum masa kanak-kanak berakhir, tubuh anak telah mempersiapkan diri sebagai tahap permulaan pematangan kehidupan kelaminnya. Pada saat ini tubuh secara keseluruhan mengalami perubahan, baik dalam struktur tubuh ataupun dalam fungsinya (Hurlock, 1999 : 127-128) Perubahan tubuh sangat berpengaruh dalam perkembangan jiwa remaja, perubahan tubuh tersebut antara lain: badan semakin panjang dan tinggi, alat- alat reproduksi mulai berfungsi (hal ini ditandai dengan adanya haid yang pertama pada seorang wanita dan mimpi basah pada seorang laki-laki) dan tanda-tanda pertumbuhan seks sekunder (pembesaran payudara, pinggul yang membesar, perubahan suara, dan tumbuh kumis serta jenggot)

  Perubahan-perubahan fisik menyebabkan seorang remaja menjadi canggung, karena ia harus menyesuaikan diri dengan dengan segala perubahan yang terjadi dalam dirinya. Walau pengaruhnya berbeda, tetapi cara mereka dalam melampiaskan kecanggungan/gangguan ketidak seimbangan itu berbeda. Beberapa bentuk pelampiasan dapat terlihat di antaranya adalah sifat mudah tersinggung, tidak dapat diikuti jalan pikirannya teman, dan lebih senang menyendiri, menentang kewenangan (contohnya: orangtua dan guru), sangat mendambakan kemandirian dan sangat kritis pada orang lain, tidak suka mengerjakan pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, tugas di rumah, dan sangat menampakkan dirinya tidak bahagia.

  Ketidakbahagiaan pada setiap usia merupakan hal yang serius. Terutama bila hal ini berlangsung lama sehingga menjadi kebiasaan, maka pentinglah untuk menekan kebiasaan tidak bahagia ini pada tahap seminimum mungkin. Orang tua dan guru dapat melakukannya dengan mengusahakan anak usia puber agar selalu sehat. Informasi diberikan untuk memberitahu apa yang ingin dan perlu diketahuinya, terutama mengenai proses kematangan dirinya. Hal ini diharapkan agar remaja yang sedang tumbuh ini tidak membayangkan ada suatu kesalahan yang sedang terjadi dalam dirinya. Bila dirinya berbeda dengan teman-temannya, orangtua dan guru dapat membantu dengan cara- cara sebagai berikut: memperbaiki penampilan diri remaja, memperingan kerja selama periode pertumbuhan pesat, tidak mengomentari turunnya mutu pekerjaan, mendorong remaja bercita-cita secara realistis sehingga tidak kecewa akan prestasi yang dicapai, dan dengan menerima kemurungan serta kenakalannya sebagai sifat yang sementara.

2. Kehidupan psikis.

  Setelah masa kanak-kanak dilalui, maka seorang anak mulai memasuki masalah di mana tidak jarang orang tua dan para pendidik merasa bahwa cara remaja bersikap dan bertingkah laku sangat berbeda dari masa perkembangan sebelumnya yang pernah terjadi, mereka sulit dimengerti. Remaja seolah-olah mendirikan dinding pemisah dengan orang tua dan merasa terganggu bila urusannya mendapat perhatian, sehinggga hal ini dapat menimbulkan pertentangan-pertentangan.

  Perubahan-perubahan yang terjadi ini dilatar belakangi oleh suatu masa peralihan atau masa transisi bagi terbentuknya perkembangan ego. Dari seorang anak yang serba tanggung berubah menjadi seorang anak yang dipenuhi tuntutan-tuntutan dalam menghadapi masa dewasanya. Proses ini dikatakan transisi, karena dilihat dari perkembangannya mereka tidak lagi dapat dikatakan sebagai seorang anak kecil lagi. Tetapi di pihak lain ia belum mampu memikul tanggung jawab seperti orang dewasa. Dengan adanya masa transisi yang disertai dengan terjadinya perubahan dalam segi jasmani, kepribadian, intelek dan perannya, baik di dalam dirinya dan di luar lingkungannya menyebabkan remaja sendiri mengalami kesulitan untuk mengerti ataupun menerima perubahan-perubahan yang terjadi tersebut.

  Permasalahan utama masa ini adalah pembentukan identitas diri. Pada masa ini remaja sedang belajar mengetahui siapa dirinya dan apa yang dirasakannya secara nyata dalam dirinya itu. Pada saat inilah remaja memperoleh kemampuan untuk mendapatkan pengalaman berdasarkan pada apa yang telah mereka peroleh pada waktu mereka masih sebagai anak-anak. Jadi masa ini mulai terbentuk rasa individualisme serta timbullah suatu kesadaran diri.

  Identitas diri ini adalah hal yang unik, dan sangat tergantung pada kemampuan yang dimilikinya, kesempatan untuk mengembangkan pengalaman emosinya dalam lingkungan tempat dimana remaja ini tumbuh. Tercapainya identitas diri ini dapat terjadi melalui pergaulan dengan teman- temannya yang sebaya serta figur kepemimpinan yang ada dalam masyarakat.

  Terbentuknya kepribadian seorang remaja terjadi pada masa ini. Secara tidak disadari berbagai dimensi dalam lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam perkembangan kepribadian seseorang. Di dalam kepribadian terkandung arti daya tarik fisik, perasaan, kedewasaan.

  Kesopanan, tata cara atau kata-kata lain sejenisnyayang menyangkut bentuk tingkah laku dan sikap yang menimbulkan impresi yang menyenangkan.

  Faktor pembawaan dan faktor lingkungan sosial sangat menentukan bagi terbentuknya jenis kepribadian dalam diri remaja nantinya. Karena pada masa ini fisik berkembang pesat, maka perkembangan kepribadian mempunyai kaitan yang sangat besar pula. Kerapkali remaja menonjolkan diri secara fisik, misal dengan tubuh yang menarik atau juga dengan daya tarik seksual. Karena daya tarik fisik diutamakan, maka pada anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan akan terbentuk perasaan tidak mampu yang lingkungan sosial. Tentu saja hal ini akan menghambat dalam perkembangan kepribadian sosialnya.

  Perkembangan emosi pada masa remaja ini adalah lanjutan dari emosi yang sudah ada sejak masa kanak-kanak. Pada masa ini seringkali terlihat remaja menunjukkan diri bahwa ia adalah seorang yang keras serta mudah tersinggung, karena emosi semacam inilah mereka juga sering mengalami kesulitan dalam pergaulan dengan orang lain. Meskipun emosi mereka seringkali sangat kuat, dan tidak terkendali, namun lambat laun dengan pertambahan usia mereka, dapat terjadi pula kematangan emosi pada diri remaja. Untuk mencapai kematangan emosi, remaja perlu memperoleh gambaran-gambaran situasi yang dapat menimbulkan masalah pada diri mereka. Sebaliknya mereka juga perlu membicarakan berbagai masalah pribadinya dengan orang lain.

  Remaja umumnya mengalami hubungan yang buruk dengan orang tuanya pada usia antara 12 sampai 17 tahun. Ini terjadi karena remaja banyak mengalami larangan dan tuntutan. Bila orang tua kurang memahami keadaan anak serta terlalu banyak mengkritik, maka hubungan antar mereka akan semakin renggang. Tetapi apabila orang tua kemudian mampu mengerti anak muda, maka hubungannya dengan anak dapat membaik kembali. Untuk itu diperlukan adanya komunikasi yang baik dan kebersamaan dalam keluarga, sehingga dapat terjadi saling penyesuaian yang dapat menolong terciptanya berperanan besar dalam membentuk kepribadian remaja dan mempersiapkan diri mereka menuju pada kedewasaan (Dra. Ny. Chatarine Sofyan, 1984 : 22- 23 ) 3. Ciri moral.

  Pada perkembangan kesadaran moral remaja, terjadi dua perubahan yang terjadi dalam diri mereka. Pertama, mereka menjadi lebih peka kepada harapan dan pandangan orang lain dalam masyarakat sekitarnya. Reputasi orang menjadi perhatian, sedang aspek moral dari reputasi itu dipandang sebagai bagian utama reputasi. Sehubungan dengan hal ini mereka mulai menyadari bahwa orang lain mengharapkan adanya sikap tanggung jawab pada orang lain, khususnya kepada mereka yang dekat hubungannya dengan dirinya. Mewujudkan tanggung jawab bukanlah hanya hidup sesuai dengan harapan orang lain dalam hubungan sosial, namun perlu pula untu meraih reputasi dan memperkuat jati dirinya.

  Perubahan yang kedua adalah perkembangan dalam selera idiologis remaja. Remaja gemar sekali mengumpulkan dan menyusun teori mengenai berbagai hal, misalnya: filsafat, politik, atau moral. Teori-teori itu sering ditanggapi dengan serius, yang sering juga menghasilkan penemuan baru dari pertimbangan dan pendapat yang sudah ada.

  Terdapat dua pergeseran utama yang memberikan landasan bagi terjadinya permunculan perspektif kepribadian sosial dalam kesadaran mereka, dimana remaja memandang dirinya dalam karakteristik interaksi sosialnya: “saya ini sebagaimana saya bergaul dengan orang lain”. Pada umumnya suatu cara tertentu dalam mengadakan interaksi sosial mempunyai implikasi moral.

  Misalnya sikap suka menolong, murah hati, terbuka, curiga, semua ini merupakan perwatakan seseorang yang terbentuk oleh keadaan dirinya yang berinteraksi sosial.

  Pergeseran kedua adalah sehubungan dengan pemahaman diri semasa remaja itu yang memberikan suatu peluang konseptual kepada pemikiran moral remaja. Pergeseran ini menuju suatu penentuan diri yang didasarkan pada sistem kepercayaan, pandangan filsafat pribadi dan standar nilai moral.

  Pada masa remaja ini terjadi interaksi dari sistem-sistem konseptual yang semula terpisah, yaitu moralitas dan diri. Terdapat dua landasan baru untuk menginteraksikan kedua sistem tersebut: yaitu perspektif sosial yang memungkinkan interaksi pada masa remaja dini, dan kedua

  perspektif idiologis dari masa pasca remaja. Kedua dasar bagi terjadinya

  integrasi ini tidak menyelesaikan seluruh pertentangan antara struktur- struktur kognitif untuk selamanya, tetapi integrasi tersebut mencerminkan adanya suatu kemajuan dalam proses perkembangan yang bersifat kritis (Kurtinez dan Gerwitz, 1992:179-199).

4. Ciri sosial.

  Dengan mulainya masa puber, timbulah suatu perubahan dalam sikap sosial, kemunduran pada minat kelompok serta kecenderungan untuk menyendiri. Pada masa puber kemajuan dan kecepatan perubahan meningkat, serta sikap dan perilaku sosial semakin meningkat kearah anti sosial. Karena prilaku anti sosial pada masa tersebut, masa puber sering memperoleh julukan sebagai “fase negatif” dan “periode ketidakseimbangan”. Julukan ini menunjukkan bahwa sikap anak terhadap kehidupan adalah anti, yaitu anak manolak beberapa karakteristis sosial dan berkembang dengan sangat lambat pada masa kanak-kanak.

  Karena perilaku sosial anak puber bukan merupakan hasil dari ketidak tahuannya akan harapan sosial, maka hal itu bukan berarti remaja itu disebut “asosial”. Pada umumnya anak-anak mengetahui apa yang diharapkan masyarakat kepada mereka, namun dengan sengaja mereka melakukan kebalikan dari apa yang diharapkan dari masyarakat. Perilaku anti sosial ini terjadi karena adanya perubahan kelenjar dan perubahan fisik yang pesat.

  Perubahan yang radikal terjadi pada masa puber, meskipun kelihatannya merusak, merupakan bagian yang normal dari pola perkembangan sosial.

  Pada perkembangan sosial remaja terjadi dua gerakan, yaitu : pemisahan diri dengan orang tua dan menuju kepada teman-teman sebaya. Pada gerakan yang pertama ini remaja ingin mandiri sebagai seorang yang dewasa, ingin melepaskan diri dari orang tua dengan maksud menemukan jati dirinya.

  Namun keinginan untuk lepas dari orang tua ini ditentang oleh keinginan memperoleh rasa aman di rumah. Mereka tidak berani mengambil resiko dengan tindakan meninggalkan lingkungan rumah (keluarga).

  Gerakan yang kedua adalah dalam perkembangan sosialnya menuju dengan teman-teman sebayanya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa sikap teman-teman sebaya berpengaruh pada perubahan sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan prilaku dari pada pengaruh yang ada pada keluarga.

  Karena proses keremajaan itu selalu maju, maka pengaruh kelompok sebayapun mulai semakin berkurang. Hal ini terjadi karena adanya dua faktor, yaitu; faktor pertama remaja ingin menjadi dan dikenal sebagai pribadi/individu yang mandiri. Upaya dalam penemuan identitas diri ini melemahkan pengaruh kelompok pada remaja. Faktor kedua terjadi akibat pemilihan sahabat. Mereka tidak berminat lagi pada berbagai kegiatan besar seperti pada masa kanak-kanak.

  Yang paling menonjol dari perubahan sikap dan perilaku adalah perubahan hubungan heteroseksual. Perubahan hubungan heteroseksual ini sangat radikal, yaitu perubahan dari remaja yang bersangkutan menyukai dan memperhatikan kawan lawan jenis, yang sebelumnya tidak mereka sukai ataupun perhatikan sama sekali.

  Berbagai kegiatan sosial, baik kegiatan dengan sesama jenisnya biasanya mencapai puncaknya selama tahun-tahun tingkat SMA. Dengan meluasnya kesempatan untuk melibatkan diri dalam berbagai aktifitas sosial, maka wawasan dan pandangan sosial remaja akan semakin luas. Remaja mulai dapat menilai teman-temannya dengan lebih baik, sehingga adaptasi dalam

5. Ciri religius remaja.

  Anak-anak usia 12 – 14 tahun umumnya mengalami kemunduran dalam menghadiri perayaan Ekaristi Kudus. Hal ini dipengaruhi oleh unsur lingkungan atau sosiologis dimana mereka hidup. Unsur yang sangat berpengaruh dalam taraf perkembangan ini adalah perubahan dalam bidang mentalitas dan efektivitas. Tidak menghadiri perayaan Ekaristi bukan berarti suatu pemberontakan terhadap Gereja atau suatu permulaan proses keraguan dalam bidang iman, melainkan suatu cara mengadakan eksperiman mengenai kebebasannya atau untuk memperlihatkan bahwa mereka bukan anak kecil lagi. Dalam usia selanjutnya (16 – 18 tahun), hal tersebut berubah lagi, anak- anak muda yang semakin dewasa ini menganggap, karena sifatnya yang spontan, bahwa agama merupakan suatu struktur atas yang tidak ada gunanya.

  Anak-anak usia 12 – 18 tahun tidak terharu lagi akan gambaran-gambaran Allah dari usia kanak-kanak, artinya gambaran Allah yang terlalu manusiawi, meskipun gambaran itu perlu juga di dalam pendidikan agama yang baik.

  Gambaran ini tidak lagi cocok dengan mereka, sedang gambaran lain yang lebih jenih belum mereka miliki. Arah pemikiran dan gambaran mereka tentang Allah dapat dikatakan, Allah yang kosmis/transenden, gambaran Allah milik para filsuf. Dalam gambaran remaja inilah Allah memiliki dua sisi, yaitu sisi bapa atau kewibawaan, dan sisi ibu atau kemesraan. Dalam hal ini remaja cenderung memandang/menghayati dan menonjolkan Allah sebagai menaruh perhatian kepada tuntutan itu dan kepada kebaikan Allah yang mempunyai sifat ke-ibuan pula.

  Gambaran tentang Allah ini masih terus berkembang. Dalam perkembangan berikutnya anak semakin terlepas dari taraf yang disebut atributif, taraf anak antara usia 9 – 12 tahun. Sebagai kelanjutannya terdapat proses pendalaman pada usia pubertas, dengan puncaknya usia 15-16 tahun.