Fungsi Dan Peranan Gondang Dalam Penerimaan Sakramen Krisma Di Gereja Katolik Santo Diego Martoba Paroki Pasar Merah Medan: Sebuah Kajian Deskriptif
FUNGSI DAN PERANAN GONDANG DALAM PENERIMAAN
SAKRAMEN KRISMA DI GEREJA KATOLIK SANTO DIEGO
MARTOBA PAROKI PASAR MERAH MEDAN ; SEBUAH KAJIAN
DESKRIPTIF.
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O L E H
HOTMA ULI MANALU
NIM: 020707002
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN
(2)
FUNGSI DAN PERANAN GONDANG DALAM PENERIMAAN
SAKRAMEN KRISMA DI GEREJA KATOLIK SANTO DIEGO
MARTOBA PAROKI PASAR MERAH MEDAN ; SEBUAH KAJIAN
DESKRIPTIF.
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN O
L E H
HOTMA ULI MANALU
NIM: 020707002
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra USU Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni
dalam Bidang Etnomusikologi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN
(3)
FUNGSI DAN PERANAN GONDANG DALAM PENERIMAAN
SAKRAMEN KRISMA DI GEREJA KATOLIK SANTO DIEGO
MARTOBA PAROKI PASAR MERAH MEDAN ; SEBUAH KAJIAN
DESKRIPTIF.
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN O
L E H
HOTMA ULI MANALU NIM : 020707002
Pembimbing I Pembimbing II
Drs.Torang Naiborhu,M.Hum Dra.Frida Deliana, M.Si NIP: 131 882 280 NIP: 131 785 636
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra USU Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni
dalam Bidang Etnomusikologi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur atas Kasih Karunia Allah Bapa Yesus Kristus penolong terbesar dalam hidup, atas rencana-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua terkasih Ayahanda D.Manalu dan Ibunda T.Br Gultom yang mendidik dan membesarkan dengan kesabaran dan kasih sayang dan doa yang tidak terhingga, serta restu dan amanah agung hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
Skripsi ini berjudul ”Fungsi Dan Penggunaan Musik Batak Toba Dalam
Peneriamaan Sakramen Krisma Di Gereja Katolik Santo Diego Martoba Paroki Pasar Merah Medan; Sebuah Kajian Deskriptif”, ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S – 1 pada Departemen Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dekan Fakultas Sastra USU Bapak Drs. Syaiffudin, M.A., Ph.D. Terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Torang Naiborhu,M.Hum selaku pembimbing I, dan Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si selaku pembimbing II dan ketua jurusan Etnomusikologi, yang telah memberikan waktu, saran serta kritikan yang membangun, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih penulis sampaikan kepada ibu Arifni Netrirosa,SST selaku Pembimbing Akademik, serta Bapak dan Ibu dosen Etnomusikologi Drs. Mauly Purba, M.A.,Ph.D, Dra. Rithaony Hutajulu,M.A, Dra.Heristina Dewi,M.Pd, Drs. Prikuten Tarigan, M.Si, Drs. Irwansyah Harahap, M.A, Drs. Bebas Sembiring, Drs. Fadlin, Drs. Muhammad Takari, M.Hum yang telah memberikan pangajaran selama penulis mengikuti bangku perkuliahan.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak D.Manalu dan keluarga yang banyak memberikan informasi dalam tulisan skripsi ini, dan kepada B.A Sinaga, kepada Christina dan
(5)
kepada Ervina.M yang telah memberikan banyak informasi dan saran yang membangun selama penulis melakukan penelitian.
Dalam kata pengantar ini penulis juga menyampaikan terimakasih kepada ito saya Rico Efendi.M dan Michael.J.M, dan Kristina.M, Ervina.M, yang selalu memberikan semangat dan doa hingga terselesaikan skripsi ini.
Terimakasih juga penulis sampaikan kepada suamiku tercinta Wandes Nainggolan yang penuh dengan perhatian, dukungan, kesabaran, doa dan cinta besar yang diberikan pada saya ketika penulisan skripsi ini. Juga terimakasih banyak buat bapak mertua saya, bapak D.Nainggolan dan ibu mertua saya, R.Br Sinurat, juga ipar-ipar saya yang banyak memberikan semangat, doa, dan moril selama pembuatan skripsi ini dan tak lupa juga saya ucapkan banyak cinta dan sayang buat anak mama yang manis, Choira Ester Evelyn Br.Nainggolan yang selama ini mama tak pernah merasa direpotkan oleh gelak tangis dan tawa yang terucap dari bibir kecilmu.
Rasa terimakasih penulis sampaikan atas segala bantuan kepada teman-teman kampus dari berbagai angkatan, khususnya angkatan 2002, terutama buat ’DC’, Irfas, Martavia, Pak Tom, M’Irbet, juga Alvon dan semua sahabatku yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan dalam bidang Etnomusikologi.
Medan, November 2007
Penulis,
Decy Christy
(6)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I : PENDAHULUAN 1
1.1Latar Belakang Masalah 1
1.2Pokok Permasalahan 10 1.3Tujuan Dan Manfaat 10 1.4Konsep Dan Teori 11
1.4.1 Konsep 11
1.4.2 Teori 12
1.5 Metode Penelitian 14 1.5.1 Studi Keputakaan 14 1.5.2 Kerja Lapangan 15 1.5.3 Kerja Laboratorium 16 1.5.4 Lokasi Penelitian 16
BAB II : IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIK 17
2.1 Sejarah Berdiri Gereja Katolik Santo Diego Martoba 17 2.2 Lokasi Gereja Katolik Santo Diego Martoba 18 2.3 Identifikasi Masyarakat 20 2.4 Penduduk Dan Bahasa 21
(7)
2.5 Sistem Religi 22 . 2.6 Sisitem Kekerabatan 22
2.7 Sistem Mata Pencaharian 23
BAB III : DESKRIPSI UPACARA PENERIMAAN SAKRAMEN
KRISMA 24
3.1 Pengertian Dan Tujuan Upacara Sakramen Krisma 24
3.2 Tempat Upacara 24
3.3 Saat Upacara 25
3.4 Peralatan Dan Perlengkapan Upacara 25 3.5 Pendukung Upacara 27
3.5.1 Uskup 27
3.5.2 Pastor 27
3.5.3 Dewan Stasi 28
3.5.4 Misdinar 29
3.5.5 Prodiakon 30
3.5.6 Petugas Lektor 30
3.5.7 PesertaUpacara 31
3.5.8 Pemaian Musik Batak Toba 32 3.6 Pelaksanaan Upacara 33 3.6.1 Persiapan Upacara 33 3.6.2 Jalannya Upacara 34
(8)
BAB IV : FUNGSI GONDANG (ALAT MUSIK BATAK TOBA) 50
4.1 Fungsi Dan Penggunaan Gondang 50 4.1.1 Fungsi Dan Pengungkapan Emosional 51 4.1.2 Fungsi Komunikasi 51
4.1.3 Fungsi Reaksi Jasmani 52 4.1.4 Fungsi penghayatan estetis 52 4.1.5 Fungsi Perlambangan 52 4.1.6 Fungsi Pengintegrasian Masyarakat 53
4.1.7 Fungsi Kesinambungan Budaya 54
BAB V : PENUTUP 55
5.1 Rangkuman 55
5.2 Kesimpulan 58
DAFTAR PUSTAKA 61
DAFTAR INFORMAN 62
GLOSARIUM 63
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Foto-foto pelaksanaan perayaan penerimaan sakramen krisma Lampiran 2 :Glosarium
(10)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang penduduknya terdiri dari berbagai suku, bahasa, budaya ataupun adat istiadat serta agama. Bangsa Indonesia terkenal sebagai masyarakat yang religius, yang setiap kehidupannya selalu berdasarkan pada ajaran yang dianutnya. Oleh karena itu, setiap manusia harus memiliki agama dan melaksanakan ajaran agamanya masing-masing.
Agama 1 terdiri dari dua suku kata, yaitu A yang berarti tidak, dan Gamma
artinya kacau, jadi agama berarti tidak kacau. Dengan adanya agama diharapkan dapat membuat suatu keadaan yang damai. Baik ajaran, rumah ibadah, tata ibadah tiap-tiap agama berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Penulis akan mengangkat salah satu ajaran agama yang akan dituliskan dalam skripsi ini yaitu agama Katolik.. Katolik berarti umum, yang memiliki pengertian terbuka secara umum bagi siapa saja tanpa memandang suku, warna kulit, latar belakang dan kebudayaannya (kebiasaannya).
1
(11)
Umat Katolik biasanya melakukan ibadah disebuah rumah ibadah yang dinamakan gereja. Gereja di pandang sebagai persekutuan orang beriman, dimana di rumah ini mereka melaksanakan ajaran agama seperti berdoa, bernyanyi dan bermazmur setiap hari minggu dan hari-hari lain ditentukan. Banyak perbedaan antara ajaran Katolik dengan ajaran agama Kristen lainnya. Baik dalam tata cara ibadah maupun lagu-lagu pujian.
Gereja Katolik memiliki dua versi ibadah yaitu:
1 Misa Kudus; misa kudus berarti suatu ibadah dimana dalam ibadah ini tubuh dan darah kristus yang dilambangkan dalam rupa roti dan anggur menjadi suatu persembahan yang sangat sakral. Dan misa ini hanya boleh dibawakan oleh kaum biarawan seperti paus, Uskup, maupun Pastor.
2 Ibadah Sabda; ibadah sabda berarti suatu ibadah kecil. Dalam ibadah ini, darah Kristus yang dilambangkan dalam rupa anggur tidak ikut dipersembahkan. Ibadah sabda ini biasanya dibawakan oleh frater2 maupun kaum awam yang disebut prodiakon3.
Tata cara ibadah dalam gereja Katolik diatur dalam sebuah buku liturgi sebagai suatu peribadatan gereja.
Dalam gereja Katolik dikenal ada empat warna liturgi yang melambangkan masa-masa pada liturgi itu. Warna hijau digunakan pada masa biasa, warna merah
2Frater adalah seseorang yang masih sekolah di sekolah Pastoral dan dididik untuk menjadi seorang Pastor
3Prodiakon adalah orang awam yang ditugaskan oleh Uskup untuk membantu menerimakan Tubuh Tuhan (komuni) dalam Perayaan Ekaristi.
(12)
digunakan pada masa pra-paskah, warna putih digunakan pada masa natal dan paskah, dan warna unggu digunakan pada masa adven. Dan pemakaian empat warna itu diatur dalam suatu kalender yang disebut kalender liturgi4.
Dalam ajaran agama Katolik juga dikenal adanya Sakramen5yaitu suatu tanda rahmat Allah dicurahkan kepada setiap orang melalui roh kudus yang terdiri dari tujuh (7) sakramen yaitu:
1. Sakramen permandian (babtis); sakramen ini biasanya diterima pada saat masih balita. Sakramen ini biasanya dilambangkan dengan air yang dicucurkan diatas kepala sebagai lambang bahwa manusia terbebas dari dosa asal.
2. Sakramen ekaristi; sakramen ini merupakan sakramen dimana kita boleh menerima tubuh dan darah kristus, sakramen ini diterimakan oleh seorang Pastor.
3. Sakramen krisma atau penguatan; sakramen ini merupakan sakramen pendewasaan iman dan penguatan dengan Roh kudus untuk menjadi saksi Kristus.
4. Sakramen perkawinan; sakramen ini seyogianya mendapatkan perhatian dalam kaitan dengan upaya untuk menyadari kesucian hidup berkeluarga dan
menekankan kehadiran Allah dalam ikatan janji suami-istri.
4Kalender liturgi adalah satu buku penanggalan liturgi yang disusun untuk satu tahun.
(13)
5. Sakramen tobat; sakramen tobat merupakan tanda dan sarana rekonsiliasi dengan Tuhan dan gereja-Nya, dapat lebih dihargai apabila kesadaran akan dosa dan kebutuhan akan pengampunan.
6. Sakramen perminyakan orang sakit; sakramen ini lebih diberi tempat : pertama-tama sebagai ungkapan iman, yaitu bahwa dalam penderitaan yang paling beratpun umat Katolik ingat akan penyelamatan Allah
7. Sakramen imamat; sakramen ini sama dengan sakramen penthabisan imam dan hanya boleh diterima oleh seorang imam.
Sakramen Permandian (babtis), Penguatan atau Krisma dan Ekaristi merupakan sakramen inisiasi.
Sakramen krisma adalah sakramen pendewasaan iman, dimana sipenerima sakramen krisma harus bisa bertanggung jawab akan iman yang ada padanya dan lebih bertanggung jawab akan keyakinannya kepada Tuhannya. Sakramen krisma ini boleh diterima oleh seorang Katolik yang telah melewati dua sakramen yaitu sakramen permandian (babtis) dan sakramen ekaristi, penerima sakramen krisma haruslah memiliki usia lima belas (15) tahun keatas dikarenakan pada usia dianggap telah dapat lebih bertanggung jawab akan imannya sendiri.
Dalam upacara penerimaan sakramen krisma, para krismawan akan menyembah (marsomba) kepada orang tuanya untuk memimta maaf kepada orang tua mereka dan juga menyembah (marsomba) kepada Tuhan melalui bunyi-bunyian musik yang dilantunkan dari alat musik batak toba.
(14)
Pada tahapan inkulturasi, konsili vatikan membuka pintu untuk menerima latar musik lain dalam ibadat, untuk penyesuaian liturgi dan musik liturgi pada kebudayaan setempat. (E.Martasudjita,Pr 1999 84-85). Ada beberapa tahapan inkulturasi yang dikemukakan oleh P.Schneller dan dituliskan oleh E.Martasudjita,Pr yaitu: 1) Tahapan pertama; pengedropan
Yang dimaksudkan dengan pengedropan adalah bahwa teologi dan liturgi asing dipakai dan digunakan begitu saja secara utuh didaerah lain, misalnya liturgi eropa dirayakan persis dan lengkap menurut tata cara dan bahasa aslinya tanpa disesuaikan dan diubah sama sekali.
2) Tahapan kedua ; penerjemahan
Dengan penerjemahan sebuah tahapan inkulturasi sudah dimulai. Penerjemahan teks liturgi dari bahasa asing (latin) kebahasa pribumi.
3) Tahap ketiga; penyesuaian
Penyesuaian satu langkah lebih maju dari pada penerjemahan. Pada penyesuaian ini bersangkutan dengan menyesuaikan tata cara ibadat.
4) Tahap keempat ; inkulturasi
Yang merupakan tahapan paling puncak adalah merupakan penyesuaian yang memiliki struktur dan unsur yang khas menurut budaya setempat dan bermakna kristiani.
Inkulturasi adalah penyesuaian liturgi dan musik liturgi pada kebudayaan dan kebiasaan setempat.
(15)
Musik gereja menurut konsili vatikan II mengatakan bahwa musik gereja mendapatkan tempat yang sangat penting dalam liturgi . Musik sebagai bagian dari liturgi tampak jelas dalam bagian nyanyian, seperti kyrie, gloria, mazmur tanggapan , kudus yang termasuk bagian liturgi sabda dan ekaristi.
Peranan musik dalam liturgi sangat penting dan dapat dirumuskan secara sistematis kedalam tiga poin dimensi yaitu :
1. Dimensi liturgis yaitu musik sebagai bagian liturgi itu sendiri
2. Dimensi eklesiologis yaitu musik mengungkapkan partisipasi aktif umat 3. Dimensi kristologis yaitu musik memperjelas misteri Kristus
Dalam tulisan skripsi ini saya akan mengangkat satu sakramen yang saya tuliskan yaitu, upacara penerimaan sakramen krisma. Dalam penerimaan sakramen krisma diiringi dengan beberapa alat musik batak toba, seperti; taganing, suling, sarune dan gong. Alat musik ini digunakan untuk mengiringi jalannya upacara tersebut dan mengiringi beberapa lagu yang dibawakan dengan gaya batak toba.
Seketika rombongan Bapak Uskup datang, gondang panomunomuanpun dimulai. Panomunomuan Bapak Uskup, Pastor dan didampingi para pengurus gereja dan tetua gereja dan di tomu-tomu oleh para ibu untuk mengatar Bapak Uskup ke dalam gereja, sementara umat sudah menunggu di dalam gereja sambil manortor di tempat masing-masing. Perarakan dimuai dengan susunan : misdinar, petugas lector, prodiakon, Pastor, dan Uskup, sementara umat masih tetap manortor ditempat masing-masing. Setelah gondang panomunomuan dilanjutkan dengan gondang mula. Setelah gondang mula selesai Uskup mendupai altar dengan dupa yang terbuat dari
(16)
minyak kemenyan yang dibakar dengan bara api sembari menyanyikan lagu pembukaan.
Penyerahan calon krismawan oleh dewan stasi kepada Uskup. (Calon krisma berdiri ) Oleh Dewan Stasi6:
“Yang Mulia Bapak Uskup, hari ini kami umat di stasi Santo Diego Martoba menghantarkan warga kami ingin menerima sakramen krisma, mereka telah disiapkan dengan seksama oleh para pembina. Dan dari pengamatan kami, mereka memang pantas untuk menerima sakramen krisma sebagai kepenuhan inisiasi dan dengan demikian dikukuhkan keanggotaannya dalam kristus. Maka kami mohon dengan rendah hati, sudilah Bapak Uskup dalam upacara ini menerimakan sakramen krisma kepada mereka”.
Oleh Uskup:
“Terimakasih kepada seluruh umat paroki, khususnya kepada para pembina, yang dengan tekun telah menyiapkan warga-warga muda ini dan membimbing mereka sampai pada kepenuhan yang akan terlaksana pada hari ini. Anda telah sungguh-sungguh berpartisipasi dalam karya pembinaan iman gereja, dalam karya kegembalaan kami. Maka dengan senang hati kami mengabulkan permohonan saudara”.
Pengurapan para krismawan dengan minyak krisma oleh Bapak Uskup. Dengan mengurapi dahi dengan minyak dan menampar pipi sebelah kanan krismawan sambil berkata:
(17)
U=…..(nama calon krisma), TERIMALAH TANDA KARUNIA ROH KUDUS.
C=Amin (setelah dijawab amin oleh krismawan lalu Uskup menampar pipi kanannya).
U=Damai Kristus. C= Terimakasih.
Secara susunan struktural yang bertugas pada upacara penerimaan sakramen krisma terdiri dari; Uskup, Pastor, Misdinar, Prodiakon, Petugas Lektor (pembaca bacaan, pemazmur, pembaca doa permohonan, dan kolektor). Perayaan sakramen krisma dilakukan menurut kebutuhan dari umat yang ada di gereja tersebut yang dilihat oleh para pengurus gereja setempat dan dikarenakan yang menerimakan sakramen tersebut hanya boleh diterimakan oleh seorang Uskup dan penerimaan sakramen ini jarang dilakukan, biasanya perayaan ini bisa dilakukan satu kali dalam empat tahun dan bahkan satu kali dalam lima tahun.
Setelah selesai serah terima antara dewan stasi dengan Uskup upacara penerimaan sakramen krismapun di mulai. Upacara penerimaan sakramen krisma di bagi menjadi empat (4) bagian yaitu :
1. Liturgi pembukaan, dimana liturgi ini di mulai dari berbunyinya gondang panomunomuan, kemudian mula gondang, lagu pembukaan, penyerahan calon krismawan, gondang malim/ hasesahan ni dosa, dan doa pembukaan.
2. Liturgi sabda, dimulai dengan gondang perarakan sabda Tuhan/ gondang puji-pujian, upacara penerimaan sakramen krisma dimulai dengan gondang somba, kemudian adanya pembaharuan janji babtis dan tanya jawab antara
(18)
Bapak Uskup dengan calon krismawan, dan pengurapan dengan minyak krisma.
3. Liturgi ekaristi; persembahan, doa damai, komuni; dimana para krismawan menerima komuni dua rupa yaitu roti dan anggur. Setelah komuni selesai kemudian gondang parsaoran.
4. Upacara penutupan; amanat perutusan, berkat oleh Bapak Uskup, dan kemudian untuk perarakan pulang diiringi dengan gondang sitio-tio/hasahatan.
Setelah upacara penerimaan sakramen krisma selesai kemudian dilanjutkan dengan makan bersama antara krismawan dengan Bapak Uskup, Pastor dan para tetua gereja, dan para undangan, serta umat yang hadir kemudian di lanjutkan dengan hiburan dalam bentuk koor yang dinyanyikan bersama oleh para krismawan. Dalam upacara penerimaan sakramen krisma, alat musik batak toba juga di gunakan untuk mengiringi lagu ordynarium dan juga mengiringi tor-tor. Adapun lagu-lagu yang diiringi adalah lagu –lagu ordynarium yaitu : Tuhan Kasihani, Kemuliaan, Kudus, dan Anak Domba Allah. Dan tor-tor yang diiringi adalah : ketika manomunomu Bapak Uskup, saat perarakan masuk, saat mohon pengampunan dosa kepada Tuhan; dengan gondang malim, saat perarakan sabda; gondang puji-pujian, saat persiapan upacara krisma; gondang somba, saat menghantarkan persembaha; gondangsakti, dan saat perarakan pulang; gondang hasahatan/sitio-tio.
(19)
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk membahasnya secara detail dalam sebuah skripsi dengan judul : FUNGSI DAN PERANAN GONDANG
DALAM PENERIMAAN SAKRAMEN KRISMA DI GEREJA KATOLIK
SANTO DIEGO MARTOBA PAROKI PASAR MERAH MEDAN; SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF.
1.2 Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah:
1. Bagaimana deskripsi jalannya upacara penerimaan sakramen krisma di gereja Katolik Santo Diego Martoba Paroki Pasar Merah Medan
2. Bagaimana fungsi dan penggunaan instrument batak toba dalam upacara penerimaan sakramen krisma di gereja Katolik Santo Diego Martoba Paroki Pasar Merah Medan.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1.Untuk memperoleh deskripsi pelaksanaan upacara penerimaan sakramen krisma di gereja Katolik Santo Diego Martoba Paroki Pasar Merah Medan.
2.Untuk mengetahui fungsi dan penggunaan instrumen batak toba dalam upacara penerimaan sakramen krisma.
(20)
1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep
Konsep adalah pengertian abstrak dari jumlah konsepsi-konsepsi atau pengertian, pendapat (paham) yang telah ada dalam pikiran (Bachtiar 1997:10). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata studi adalah kajian, telaah, penelitian, dan penyelidikan ilmiah (1990:860); deskriptip adalah menggambarkan apa adanya (1990:210).
Upacara adalah tanda-tanda kebesaran, peralatan (menurut adat istiadat), rangkaian tindakan atau perbuatan yang terkait kepada aturan-aturan tertentu menurut adat atau agama, perbuatan atau perayaan yang dilakukan atau diadakan sehubungan dengan peristiwa penting (1990:994)
Dalam upacara penerimaan sakramen krisma alat musik batak toba memiliki peranan yaitu mengiringi jalannya upacara, seperti mengiringi lagu dan mengiringi tor-tor. Alat musik Batak Toba dipakai untuk mengiringi lagu-lagu tertentu dalam upacara ini, contohnya lagu Tuhan Kasihnilah Kami (puji syukur no.1038), Kemuliaan (puji syukur no. 1039), Kudus (puji syukur no. 1040), dan Anak Domba Allah (puji syukur no. 1041). Sedangkan alat musik Batak Toba dipakai untuk mengiaringi tor-tor pada saat manomunomu Uskup, saat perarakan sabda Tuhan, mengiringi saat para krismawan bersimpuh kepada kedua orang tuannya, saat menghantarkan persembahan, dan pada saat perarakan pulang.
Berdasarkan konsep diatas, maka yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah jalannya upacara penerimaan sakramen krisma termasuk alat musik batak toba yang
(21)
merupakan bahagian dari upacara penerimaan sakramen krisma, sampai sejauh mana fungsi dan penggunaan alat musik batak toba di dalam pelaksaanaan upacara tersebut. Dalam hubungan ini akan dikaji juga tentang proses upacara, makna upacara, pelaku upacara, benda atau peralatan upacara, serta alat musik yang di gunakan dalam upacara.
1.4.2 Teori
W.J.S Poerdawarminta dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, teori diartikan sebagai suatu keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian) dan asas – asas, hukum- hukum umum yang dijadikan dasar dan pendapat, cara-cara dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu.
Seeger (1958:184) menyebutkan, deskriptip adalah penyampaian suatu objek dengan menerangkannya tehadap pembaca secara tulisan ataupun lisan dengan sedetail-detailnya. Dengan demikian deskriptip yang dimaksud dalam penulisan ini adalah bersifat menyatakan dan menyampaikan sesuatu apa adanya dengan menggambarkan secara tulisan dan secara jelas mengenai upacara penerimaan sakramen krisma oleh gereja Katolik Santo Diego Martoba Paroki Pasar Merah Medan.
Dalam membahas upacara, koentjaraningrat (1990) mengemukakan upacara dapat dibagi menjadi empat komponen yaitu:
1) tempat upacara, 2) saat upacara,
(22)
3) benda upacara,
4) orang-orang yang melakukuan upacara ( pelaksana upacara ).
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pada upacara penerimaan sakramen krisma mnggunakan alat musik batak toba dalam mengiringi jalannya upacara sehingga memiliki peran dan fungsi, dalam hal ini fungsi dan penggunaan yang ditawarkan oleh Merriam (1964:209-227) dapat di pakai. Menurut Merriam sedikitnya ada 10 kategori fungsi dan guna musik, yaitu :
1)sebagai pengungkapan emosional, 2) sebagai hiburan,
3) sebagai penghayatan estetis, 4) sebagai komunikasi,
5) sebagai reaksi jasmani, 6) sebagai perlambangan,
7) sebagai suatu yang berkaitan dengan norma-norma sosial,
8) sebagai perlambangan pengesahan lembaga sosial dan upacara kagamaan, 9) sebagai kesinambungan budaya,
10) sebagai pengintegrasian masyarakat.
Dari kesepuluh (10) fungsi musik tersebut, penulis akan membahas fungsi dan peranan apa-apa saja dari gondang, yang terdapat pada upacara ini.
(23)
1.5 Metode Penelitian
Dalam hal metode penelitian, penulis memakai metode penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut Netll (1964:62-64) ada dua (2) hal yang esensial untuk melakukan aktifitas penelitian dalam disiplin etnomusikologi yaitu: kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Kerja lapangan meliputi: pemilihan informan, pendekatan , dan pengambilan data, pengumpulan dan perekaman data. Sedangkan kerja laboratorium meliputi : pengolahan data, menganalisis dan membuat kesimpulan dari keseluruhan data-data yang diperoleh.
Namun demikian, sebelum melakukan hal ini terlebih dahulu dilakukan studi kepustakaan yakni mendapatkan literatur atau sumber-sumber bacaan yang berkaitan dengan pokok permasalahan.
1.5.1 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan sebagai landasan dalam hal penelitian, yakni dengan mengumpulkan literatur atau sumber bacaan yang akan menjadi dasar dalam melakukan penelitian. Sumber-sumber bacaan ini dapat berupa buku, ensiklopedia, jurnal, bulletin, skripsi dan lain-lain. Dengan melakukan studi kepustakaan ini penulis akan dapat melakukan cara yang efektif dalam melakukan penelitian lapangan dan penyusunan skripsi ini. Dalam tulisan ini penulis akan membahas salah satu dari
(24)
upacara peneriman sakramen krisma di gereja Katolik yaitu upacara penerimaan sakramen krisma, dimana upacara ini belum pernah dibahas sebelumnya.
1.5.2 Kerja Lapangan
Dalam kerja lapangan penulis pengamatan dan pengambilan data melalui perekaman dan mencatat jalannnya upacara secara keseluruhan, serta melakukan berbagai wawancara dengan beberapa umat gereja Katolik dan beberapa informan lainnya. Tehnik wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara berfokus (focus interview) yaitu melakukan pertanyaan selalu berpusat pada pokok permasalahhan. Selain itu juga melakukan wawancara bebas (free interview) yaitu pertanyaan tidak selalu berpusat pada pokok permasalahan tetapi pertanyaan juga dapat berkembang pada pokok permasalahan yang lainnya dengan tujuan untuk memperoleh data yang beraneka ragam namun tidak mennyimpang dari pokok permasalahan.
1.5.3 Kerja Laboratorium
Setelah semua data yang diperoleh dari lapangan maupun bahan dari studi kepustakaan terkumpul, selanjutnya dilakukan pembahasan dan penyusunan tulisan. Sedangkan untuk hasil rekaman dilakukan pentranskripsian dan penganalisaan yang disusun secara sistematis dengan mengikuti kerangka penulisan
(25)
1.5.4 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian penulis adalah di gereja Katolik Santo Diego Martoba Paroki pasar Merah Medan. Alasan pemilihan lokasi ini karena pada saat itu ditempat di gereja Katolik Santo Diego Martoba dilakukan upacara penerimaan sakramen krisma dan penulis juga melihat dan menyaksikan secara langsung pelaksanaan upacara penerimaan sakramen krisma tersebut, tepatnya pada tanggal 20 juli 2008
(26)
BAB II
IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk
2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba
Pada tahun 1952 penduduk km 9 dan 10 yang sebahagian besar berasal dari toba samosir dan janjiraja yang beragama Kristen dan Katolik memulai ibadah pada setiap minggu dibawah pimpinan seorang Pastor yang bergelar Oppu Bornok Simbolon. Pada awalnya umat yang ada hanya berjumlah delapan keluarga.
Dalam tahun itu juga umat Katolik bertambah banyak menjadi delapan belas kepala keluarga dan melaksanakan ibadah di salah satu rumah umat yang semuanya bersuku batak toba, dimana yang menjadi perintis adalah Bapak A.P Sinaga dan Bapak Simanungkalit.
Pertengahan tahun 1952, kesepakatan umat pada waktu itu bertekat akan mendirikan gereja, namun lokasi untuk membangun gereja belum ada, hingga pada awal tahun 1953 Pastor yang bergelar Oppu Bornok Simbolon mendirikan gereja di atas tanah yang berukuran 7 x 9 meter permanen dari tanah yang dihibahkan oleh Bapak M. Tamba. Gereja inilah yang kemudian cikal bakal gereja Katolik
Tahun 1953 sampai tahun 1967 umat Katolik berjumlah 120 kepala keluarga yang terdiri dari suku batak toba dan batak karo, dan dengan menggunakan bahasa batak toba sebagai tata ibadah.
Tahun 1973 Gereja Katolik Martoba mengadakan penerimaan sakramen krisma untuk yang pertama kali oleh Uskup Mgr.A.H.Van Jan Hurk dan pada saat
(27)
itulah Gereja Katolik Martoba memilih nama pelindungnya yaitu ” Santo Diego ” atas saran dari Pastor yang bergelar Oppu Bornok Simbolon.
Tahun 1969 sampai tahun 2002, karena umatnya berkembang sangat pesat, renovasi-renovasi gerjapun selalu dilakukan. Awal tahun 1998, tepatnya tanggal 22 februari, Gereja Katolik Santo Diego Martoba direnovasi dengan peletakan batu pertama oleh yang mulia Bapak Uskup agung medan Mgr. A.G.P Datubara OFM.Cap dengan ukuran 11x25 meter dan diprakarsai oleh Pastor Petrus Suu.O.Carm selaku Pastor paroki dan selesai akhir tahun 1999 tanpa memiliki halaman parkir. Awal tahun 2002 Gereja Katolik Santo Diego Martoba membeli tanah yang ada tepat di depan gereja dan diprakarsai oleh Pastor paroki yaitu Pastor Adrianus Pristiono. O. Carm.
Tahun 2002 hingga tahun 2008 umat di gereja semakin bertambah jumlahnya yaitu berjumlah 360 kepala keluarga atau 2400 jiwa. Dengan Pastor paroki, Pastor Tri Beno Karolus O. Carm7.
2.2 Lokasi Gereja Katolik Santo Diego Martoba
Gereja Katolik Santo Diego Martoba terletak di Desa Jalan Damai no.10 di Kecamatan Timbang Deli kota madya Medan. Gereja ini berdiri tepat di persimpangan jalan damai dengan jalan Sisingamangaraja. Di samping kiri dan kanan gereja terdapat rumah warga.
7O.Carm adalah nama kelompok dari kelompok Pastor
(28)
Kedudukan desa jalan damai berbatasan dengan: -Sebelah Utara : Jalan perhubungan -Sebelah Selatan : Poll damri lingk XIV -Sebelah Barat : Desa martoba I -Sebelah timur :Desa martoba II
Desa Jalan Damai terdiri dari areal permukiman penduduk, perladangan dan pabrik-pabrik.
Menurut sejarah yang dikemukakan oleh Bapak B.A Sinaga selaku kepala lingkungan, pada tahun 1945 Desa Jalan Damai adalah tanah garapan dengan kebun jati dimana tanah tersebut dikuasai oleh suku jawa dan beberapa suku
Batak Toba yang datang dari Jakarta, dengan kondisi rumah yang darurat tanpa adanya listrik dan atap rumah terbuat dari ijuk, pekerjaan mereka adalah membuat bangsal dari pohon jati.
Namun, lama-kelamaan suku Jawa tersebut menjual tanah garapannya kepada suku Batak, sehingga dikuasai oleh suku Batak Toba. Orang tua terdahulu tidak tertarik akan tanah daratan, mereka lebih memilih tanah yang berlumpur untuk menanam padi karena mereka hanya memikirkan bagaimana caranya untuk mendapatkan beras tanpa memikirkan seberapa pentingnya tanah daratan untuk tempat tinggal mereka. Setelah beberapa tahun akhirnya tanah garapan itu banyak diperjual belikan kepada para pengusaha dan dibangunlah pabrik-pabrik.
(29)
Masuknya agama di Desa Jalan Damai pada tahun 50-an, yang pertama kalinya adalah Agama Kristen protestan, dengan identitas gereja HKBP, tahun 1958 muncullah gereja Katolik dan Advent, tahun 1968 gereja GKPI dan Pentakosta.
2.3 Identifikasi Masyarakat
Dalam membahas identifikasi Umat Gereja Katolik Santo Diego Martoba di Desa Jalan Damai, penulis mengacu kepada pendapat yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1986:146-147), bahwa: masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Dengan demikian masyarakat di Desa Jalan Damai terbentuk karena adanya interaksi antar warga-warganya, adanya ikatan adat istiadat, adanya norma-norma, hukum, dan aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah laku masyarakat, adanya kontiunitas dalam waktu, serta adanya suatu rasa identitas kuat yang mengikat semua warga menjadi masyarakat di desa jalan damai. Perlu diketahui, bahwa umat Gereja Katolik Santo Diego Martoba sebagian besar adalah penduduk Desa Jalan Damai. Umat Gereja Katolik Santo Diego Martoba senantiasa berinteraksi dengan masyarakat sekitar sehari-hari, baik secara social dan ekonomi. Maka gambaran masyarakat yang ada di sini dipakai oleh penulis sebagai gambaran umat Gereja Katolik Santo Diego Martoba. Namun sebagai umat Gereja Katolik Santo Diego Martoba, tidak dapat dilihat dari luar, karena sama saja dengan umat Kristen lainya
(30)
yang ada di Desa Jalan Damai. Perbedaannya hanya dapat dilihat ketika dalam ibadah di Gereja8.
2.4 Penduduk dan Bahasa
Kependudukan Desa Jalan Damai berjumlah 225 kepala keluarga dengan 103 PBB, itu dikarenakan banyak yang tinggal di tanah peninggalan orang tua mereka, dimana mereka ada 3 atau 2 kepala keluarga dengan satu PBB. Penduduk Desa Jalan Damai Berjumlah 450 jiwa. Laki-laki 120 jiwa dan perempuan 330 jiwa. Perkembangan penduduk selalu berubah setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan penduduk yang menunjukkan grafik naik turun. Dengan demikian, keadaan penduduk selalu berubah dalam hal jumlah, usia, dan lain sebagainya.
Cepat atau tidaknya keadaan suatu desa berkembang sangat dipengaruhi oleh masyarakat pendukungnya sendiri yaitu dengan melihat banyaknya penduduk yang mengecap pendidikan. Pendidikan di desa ini sudah sangat berkembang, dikarenakan dekat dengan kota dan banyak sekolah yang menjadi pilihan, dimulai dari tingkat TK,SD, SMP, SMU, bahkan hingga ke Perguruan tinggi. Kependudukan di Desa Jalan Damai terdiri dari suku Batak Toba dan suku Jawa.
8hasil wawancara dengan kepala lingkungan setempat
(31)
Bahasa yang digunakan di desa jalan damai dalam kesehari-hariannya adalah bahasa indonesia. Baik dalam berkomunikasi antar suku maupun dalam keluarga. Namun dalam hal-hal tertentu masih sering digunakan bahasa daerah masing-masing, contohnya dalam Upacara adat, Ibadah di gereja dan lain sebagainya.
2.5 Sistem Religi
Religi berasal dari religion yang berarti kepercayaan kepada hal-hal spiritual yang dinggap sebagai tujuan tersendiri dari ideologi mengenai hal-hal yang bersifat spiritual. Koentjaraningrat (1985:144-145) mengatakan bahwa religi terdiri dari 4 komponen yaitu:
1. Emosi keagamaan
2. Sistem keyakinan manusia tentang sifat Tuhan, tentang wujud akan gaib (supranatural), serta nilai, norma-norma dan ajaran religi yang bersangkutan.
3. Sistem ritus dan upacara yang merupakan usaha manusia mencari hubungan dengan Tuhan, dewa-dewa atau mahluk hulus yang mendiami alam gaib.
4. Umat dan kesatuan sosial yang menganut sistem keyakinan dan melaksanakan ritus dan upacara.
Sedari dahulu agama sudah masuk, namun hanya Kristen protestan dan Katolik. Perkembangan pendudukpun semakin banyak dan seiringan dengan bertambahnya suku yang masuk hingga masuklah agama islam.Yang ber-agama Kristen dan Katolik berjumlah 60% dan islam 40%.
(32)
2.6 Sistem Kekerabatan
Kekerabatan adalah hubungan erat antara individu yang satu dengan yang lain, atau antara kelompok yang satu dengan yang lainnya. Saling kunjung mengunjungi diantara masyarakat jalan damai sangat kuat, tanpa memandang perbedaan suku dan agama. Kekerabatan antar suku juga terjalin dengan baik, terlihat dari kebiasaan masyarakat yang saling membantu dalam berbagai kegiatan keagamaan. Apabila yang beragama islam melaksanakan Lebaran, yang beragama Kristen selalu mendapat kiriman kue lebaran, begitu juga sebaliknya.
2.7 Sistem Mata Pencaharian
Sebagian besar masyarakat di Desa Jalan Damai dalam memenuhi kebutuhan hidup adalah sebagai buruh pabrik dan bertani/berladang. Adapun Pabrik-pabrik sebagai tempat bekrja antara lain : di PT Indofood, PT Swallow, Kimia Farma dan lain sebagainya. Sedangkan yang bertani biasa menanami padi dan umbi-umbian11. Disamping itu, banyak masyarakat yang bekerja sebagai supir angkutan umum, Supir Truk, penarik Becak, Wiraswasta dan lain-lain9.
9Hasil wawancara dengan kepala lingkungan setempat
(33)
BAB III
DESKRIPSI UPACARA PENERIMAAN SAKRAMEN KRISMA
3.1 Pengertian dan Tujuan Upacara Penerimaan Sakramen Krisma
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa upacara penerimaan sakramen krisma adalah pendewasaan iman yang dilakukan oleh seorang Katolik yang telah melewati dua (2) jenjang sakramen yang harus dilewati terlebih dahulu yaitu sakramenpermandian (babtis) dan sakramen ekaristi.
Sakramen krisma adalah suatu tanda rahmat Allah yang dicurahkan kepada setiap orang melalui Roh kudus. Pendewasaan iman dalam artian adalah dimana seseorang yang menerima sakramen krisma akan lebih dewasa dalam imannya dan lebih bertanggung jawab akan iman dan kepercayaannya sendiri. Seseorang yang menerima sakramen krisma haruslah ber umur 15 tahun keatas, dikarenakan bahwa pada usia 15 tahun mereka diajak untuk lebih dewasa akan iman mereka sendiri tanpa ada pengaruh dari orang lain.
3.2 Tempat Upacara
Upacara penerimaan Sakramen krisma dilakukan di gereja Katolik Santo Diego Martoba Paroki Pasar Merah Medan. Upacara ini dilakukan karena kebutuhan gereja akan banyaknya umat gereja yang ingin menerima sakramen krisma untuk pendewasaan akan iman umat yang ingin menerima sakramen krisma.
(34)
3.3 Pelaksanaan Upacara
Pelaksanaan upacara penerimaan sakramen krisma dilaksanakan pada hari minggu yang ditentukan oleh rapat dewan gereja dan disetujui oleh Pastor paroki dan Bapak Uskup. Penerimaan sakramen ini dilakukan menurut kebutuhan akan umat setempat dan tak ada yang membuat patokan harus berapa kali setahun dan berapa kali sebulan. Akan tetapi menurut kebiasaan dan kebutuhan umat penerimaan sakramen ini dilakukan empat (4) atau lima (5) tahun sekali.
3.4 Peralatan dan Perlengkapan Upacara
Adapun peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam upacara yaitu:
1. Dupa dan wiruk ; Dupa dan bahan wangi-wangian dipakai dalam liturgi sebagai tanda penghormatan kepada Allah juga pemberkatan dan pengudusan. Juga sebagai simbol ungkapan doa yang melalui asap yang membumbung tinggi ke atas yang dihunjukkan kepada Allah.
2. Minyak Krisma ; minyak yang terbuat dari pohon zaitun. Dalam liturgi dibedakan tiga macam minyak urapan yaitu :1) Oleum Infirmorum untuk orang sakit, 2) Oleum Catechumenorum untuk katekumen (imamat) dan 3) Sanctum Oleum atau Chrisma untuk krisma. Minyak Sanctum Oleum adalah minyak yang dipakai oleh Bapak Uskup untuk dibubuhkan kedahi para krismawan.
(35)
3. Piala dan patena ; merupakan tempat roti dan anggur yang memiliki tujuan dan fungsi untuk melayani perayaan misteri Tuhan, seperti menyimpan dan melindungi Tubuh dan Darah Kristus dalam ekaristi.
4. Roti dan Anggur ; adalah Tubuh dan Darah Kristus, makanan dan minuman yang memberikan kehidupan. Para krismawan menerima roti dan anggur sekaligus dengan cara mencelupkan roti kedalam anggur.
5. Air Suci ; air yang diberkati yang memiliki makna simbolis untuk mengungkapkan pembersihan dosa dan penganugerahan keselamatan dan hidup baru. Air suci ini digunakan dalam perayaan untuk memerciki seluruh umat.
6. Lonceng dan gong ; peralatan yang dibunyikan pada saat pemecahan roti dan anggur yang merupakan tanda kehadiran Tuhan. Lonceng dan gong ini dibunyikan oleh putra-putri altar pada saat Bapak Uskup mengangkat roti dan anggur, dalam perayaan ekaristi.
7. Lilin ; sumber cahaya yang dipandang sebagai karunia Allah yang memberikan kehidupan dan pembersihan diri manusia. Lilin dibawa oleh putra-putri altar pada saat masuk kedalam gereja dan diletakkan di meja altar, lilin juga dipakai untuk pembacaan injil di podium yang khusus digunakan untuk membacakan injil.
8. Alat musik Batak Toba ; seperangkat alat musik yang terdiri dari: taganing, sulim, sarune, dan gong. Alat musik ini digunakan untuk mengiringi lagu-lagu tertentu dan mengiringi tor-tor dalam upacara penerimaan sakramen krisma.
(36)
3.5 Pendukung Upacara
Mengenai pendukung upacara akan dijelaskan sebagai berikut:
3.5.1 Uskup
Seorang kepala keuskupan yang di emban oleh Bapak Mgr.A.G.P.Datubara pemimpin tertinggi disuatu keuskupan dan yang berhak dan hanya seorang Uskup yang boleh menerimakan sakramen krisma dan bertugas sebagai pemimpin perayaan upacara penerimaan sakramen krisma.
Gambar 1. Gambar Seorang Uskup Dengan Berpakaian Lengkap.
3.5.2 Pastor
Pastor adalah yang membantu Uskup dalam pelaksanaan upacara penerimaan sakramen krisma. Pastor membantu dalam hal memimpin yang dalam artian antara Uskup dan Pastor bergantian dalam memimpin perayaan upacara, namun yang berhak untuk menerimakan sakramen krisma adalah Bapak Uskup.
(37)
Gambar 2. Pastor bersama dengan Uskup
3.5.3 Dewan stasi
Dewan stasi adalah pengurus gereja setempat yang berkedudukan di setiap stasi, yang terdiri dari umat gereja setempat yang dipilih oleh umat gereja tersebut.
(38)
3.5.4 Misdinar
Misdinar adalah para putra-putri altar yang membantu Uskup dan Pastor di meja altar dan membantu jalannya upacara penerimaan sakramen krisma. Para putra-putri altar ini adalah seorang yang telah dilatih untuk menjadi seorang misdinar yang dapat membantu para Uskup dan Pastor, misalnya membawa lilin, dupa dan wiruk, membawa salib dan juga bertugas untuk membunyikan lonceng pada saat Uskup mengangkat tubuh dan darah Kristus. Misdinar terdiri dari areka (anak remaja Katolik) yang dengan batasan usia anak sekolahan (SMP sampai SMA). Misdinar yang bertugas dalam perayaan berjumlah enam orang, dua orang membawa lilin, dua orang membawa dupa dan wiruk, satu orang membawa salib dan satu orang lagi bertugas untuk membunyikan lonceng. Lonceng yang dibunyikan adalah lonceng kecil yang memiliki empat anak lonceng dan digunakan ketika ekaristi.
(39)
3.5.5 Prodiakon
Prodiakon adalah orang awam yang terdiri dari pengurus gereja yang telah dipercayakan oleh Pastor paroki untuk ditugaskan dalam membantu Bapak Uskup untuk menerimakan komuni yang dalam rupa roti dan anggur yang diterimakan pada saat penerimaan sakramen krisma kepada umat. Adapun jumlah prodiakon yang bertugas berjumlah empat orang.
Gambar 5. Prodiakon Sedang Berjalan Menuju Altar
3.5.6 Petugas Lektor
Petugas lektor berjumlah lima orang terdiri dari dua orang pembaca bacaan pertama dan kedua, dua orang pemazmur dan seorang pembaca doa permohonan. Petugas lektor adalah umat yang telah di unjuk untuk bertugas. Petugas lektor bisa dibawakan oleh mudika (muda/mudi Katolik), Wk (wanita Katolik), Areka (anak remaja Katolik) , dan Asmika (anak sekolah minggu Katolik). Dalam perayaan
(40)
penerimaan sakramen krisma ini para petugas lektor dipercayakan kepada para pengurus gereja.
Gambar 6. Petugas Lektor Sedang Mengarak Alkitab
3.5.7 Peserta upacara
Adapun peserta upacara yang dimaksud dalam perayaan ini adalah para krismawan yang terdiri dari remaja dan orang tua yang belum menerima sakramen krisma. Dan juga umat serta undangan yang hadir untuk mengikuti jalannya upacara panerimaan sakramen krisma. Dalam membedakan antara peserta penerima sakramen krisma dan umat biasa adalah para krismawan memakai baju putih hitam, sementara umat kebanyakan memakai baju kebaya untuk para ibu dan memakai jas atau safari untuk para bapak dan umat yang lainnya memakai baju bebas akan tetapi sopan.
(41)
Gambar 7. Peserta Upacara Penerimaan Sakramen Krisma
3.5.8 Pemain musik batak toba / pargonci
Pemain musik batak toba dalam perayaan ekaristi penerimaan sakramen krisma adalah sebagai lidah penyambung komunikasi antara umat yang hadir kepada Tuhan melalui bunyi musik untuk mengiringi lagu-lagu pujian kepada Tuhan dan sebagai ungkapan emosional minta maaf para penerima sakramen krisma kepada orang tua krismawan dan memohon doa restu dari orang tua akan kadewasaan imannya.
(42)
Gambar 8.Pemain Musik Batak Toba
3.6 Pelaksanaan Upacara
Mengenai pelaksanaan upacara penulis menjelaskan berdasarkan penelitian yang penulis peroleh di lapangan pada tanggal 20 juli 2008 di gereja Katolik Santo Diego Martoba Paroki Pasar Merah Medan.
3.6.1 Persiapan Upacara
Dalam persiapan upacara sakramen krisma, dilakukan sehari sebelum upacara dilaksanakan yaitu pada hari sabtu. Pada pagi harinya mudika (muda-mudi Katolik) dan para pengurus gereja melakukan kegiatan membersihankan gereja dan lingkungan sekitar gereja, mendirikan tratak, memasang sound system dan menyusun kursi dan bangku untuk umat yang akan mengikuti jalannya upacara dari luar gereja.
Menjelang sore para mudika (muda-mudi Katolik) menghias meja altar dengan bunga-bungaan, misdinar mempersiapkan lilin, lonceng, gong, dupa dan
(43)
wiruk. Dan keesokan harinya para Bapak dan ibu yang telah di unjuk, memasak untuk makan bersama setelah upacara selesai.
3.6.2 Jalannya Upacara
Keperluan dan kebutuhan untuk jalannya upacara telah dipersiapkan sehari sebelumnya. Tepat pada pukul 09.00 wib upacara penerimaan sakramen krisma dimulai dengan panomunomuan Bapak Uskup dan Pastor hingga menuju sakristi10.
Sakristi adalah tempat para petugas mempersiapkan diri mulai dari berpakaian, hingga persiapan untuk perayaan seperti Alkitab dan mazmur. Para petugas liturgi dimulai dengan susunan perarakan: misdinar, petugas lektor, prodiakon, Pastor dan Uskup.
Gambar 9. Gambar Di Atas Menjelaskan Tentang Panomunomuan Bapak Uskup Dan Pastor
10
Sakristi adalah tempat para petugas mempersiapkan diri mulai dari berpakaian, hingga persiapan untuk perayaan seperti Alkitab dan mazmur.
(44)
Para petugas yang lainnya mengambil tempat yang telah dipersiapkan, sementara para putra-putri altar, Pastor dan Uskup naik ke altar. Setelah Bapak Uskup, Pastor, dan misdinar naik ke altar, kemudian mula gondangpun dimulai. Setelah gondang selesai Uskup mendupai sekeliling meja altar dengan dupa sambil menyanyikan lagu pembukaan yang di ambil dari puji syukur no.330 dengan judul Dengan Gembira.
Teks lagu pembukaan “Dengan Gembira” (puji syukur no. 330)
5 6 5 1 . 1 1 . 3 2 1 2 1 6 . 6 5 6 1 . 1 1 . 5 1 3 2 . “Dengan gem bi ra ber sa ma me lang kah, ki ta se mu a mengha dap Tu han…, Sa tu kan ka mi u mat Mu, ya Tu han da lam Kristus ja di sa tu war ga,
. 5 6 5 1 . 1 1 . 3 2 1 21 6 . 6 5 6 1 . 1 2 . 3 2 1 1 . . . ber te puk ta ngan, nya nyi su ka ri a se bab be sar ka sih se ti a Nya. hing ga ka mi se ha ti dan se ji wa me mu li a kan na ma Mu Tu han.
3 . 3 . 1 2 3 5 . 6 5 . 1 . 2 3 . 1 2 . 3 2… 3 . 3 . 1 2 3 5 Reff; angkat lah ha ti, ji wa, mo hon rah mat ber lim pah a gar ki ta pun pan . 6 1 .2 3 . 1 2 . 2 1 ..
tas ber ke nan ke pa da Nya.
Setelah lagu pembukaan;
U = Uskup :Demi nama bapa dan putera dan roh kudus.Amin
U = Uskup :Semoga damai Tuhan beserta kita
(45)
Setelah pembukaan dengan tanda salib dan salam pembukaan dilanjutkan dengan penyerahan calon krismawan oleh Pengurus gereja/Dewan Stasi kepada Uskup (para calon krisma berdiri) dengan berkata ;
“Yang mulia Bapak Uskup,
hari ini kami, umat di St. Diego Martoba menghantarkan warga kami sebanyak 200 orang yang ingin menerima sakramen krisma. Mereka telah disiapkan dengan seksama oleh para pembina selama 4 bulan. Dan dari pengamatan kami, mereka memang pantas untuk menerima sakramen krisma sebagai kepenuhan inisiasi dan dengan demikian dikukuhkan keanggotaanya dalam Kristus. Maka kami mohon dengan rendah hati, sudilah Bapak Uskup dalam upacara ini menerimakan sakramen krisma kepada mereka”.
Oleh Uskup :
“Terimakasih kepada seluruh umat paroki, khususnya kepada para pembina, yang dengan tekun telah menyiapkan warga-warga muda ini dan membimbing mereka sampai pada kepenuhan yang akan terlaksana pada hari ini. Anda telah sungguh-sungguh berpartisipasi dalam karya pembinaan iman gereja, dalam karya kegembalaan kami. Maka dengan senang hati kami mengabulkan permohonan saudara”.
Kemudian semua umat hening sejenak, kemudian gondang hasesahan ni dosa/gondang malimpun dimulai. Saat gondang malim semua umat manortor dengan khusuk tanda memohon pengampunan kepada Tuhan. Setelah itu bernyanyi Tuhan Kasihani Kami (puji syukur no. 1038) dan dilanjutkan dengan lagu Kemuliaan (puji syukur no. 1039)
Teks lagu Tuhan Kasihani Kami dan Kemuliaan. “Tuhan kasihani kami”(puji syukur no.1038) 2 2 3 4 . 2 3 4 3 2 1 2 2 .
Ya Tu han, ka sih an I lah ka mi, Ya Tu han, ka sih an I lah ka mi,
(46)
2 3 4 5 . 2 3 4 3 2 1 2 2 . Ya Kris tus, ka sih an I lah ka mi, Ya Kris tus, ka sih an I lah ka mi, 2 2 3 4 . 2 3 4 3 2 1 2 2 . Ya Tu han, ka sih an I lah ka mi, 2 2 3 4 . 2 3 4 3 2 1 5 5. Ya Tu han, ka sih an I lah ka mi
“Kemuliaan” (puji syukur no. 1039)
3 3 . 3 3 2 1 3 5 4 3 5 5 4 3 . 2 3 “Oleh Pastor : Ke mu li a an ke pa da Al lah di sur ga
5 3 3 2 4 3 2 3 3 4 4 2 3 2 3 5 4 3 2 3 4 3 2 1 . 0 Umat: Dan dam ai di bu mi ke pa da o rang yang ber ke nan ke pa da Nya, 5 . 4 3 3 4 5 . 4 3 . 0 5 . 4 3 3 4 5 5 4 3 . 0
Ka mi me mu ji Di kau, ka mi me lu hur kan Di kau,
2 . 4 3 2 4 3 . 2 3 . 2 . 4 3 2 4 3 . 2 3 Ka mi me nyembah Di kau, ka mi me mu lia kan Di kau ,
5 1 7 . 1 2 1 . 2 3 2 . 1 2 . 2 3 3 . 5 4 . 3 2 . 1 2 2 3 Ka mi ber syu kur ke pa da Mu, kar na ke mu li a an Mu yang be sar, 5 1 7 . 1 2 1 . 2 3 . 3 2 . 1 2 2 . 2 3 3 . 5 4 . 3 2 . 1 2 . 1 . Ya Tu han Al lah, ra ja sur ga wi, Al lah Ba pa yang ma ha ku a sa,
5 . 5 4 2 . 4 . 5 2 3 . 3 . 5 4 2 2 . 3 4 . 4 3 . 2 3 Ya Tu han Ye sus Kris tus, Pu te ra Al lah yang tung gal, 5 . 5 4 2 . 4 3 2 3 . 5 5 5 5 4 2 2 3 4 3 2 1 . Ya Tu han, Tu han Al lah, A nak Domba Allah Pute ra Ba pa. 3 2 3 4 3 2 1 7 1 2 3 2 5 4 3 2 3 2 . 5 Kau yang mengha pus do sa-do sa du ni a ka sih an I lah ka mi,
(47)
3 2 3 4 3 2 1 7 1 2 3 2 5 4 . 3 2 3 2 2 5 Kau yang menghapus do sa-dos a du ni a ka bul kan lah do a ka mi, 3 3 2 3 4 4 3 3 2 1 7 1 2 3 2 5 4 3 2 3 2 . 1. Engkau yang du duk di si si ka nan Al lah Ba pa ka sih an I lah ka mi. 5 6 . 5 1 1 6 5 6 5 .
Ha nya Eng kau lah yang ku dus, 5 6 5 1 1 6 . 5 .
Ha nya Eng kau lah Tu han,
5 6 . 5 1 1 6 5 6 5 . 6 . 1 6 5 6 . 5 . Ha nya Eng kau lah ma ha ting gi, Tu han Ye sus Kris tus,
3 . 4 5 . 5 6 .5 6 1 5 6 . 5 4 3 2 3 . 3 4 3 2 3 . 4 5 . Ber sa ma de ngan Roh Ku dus da lam kemu li a an Al lah Ba pa . 6 1 6 5 5 . 5 .
A min, a mi n
dan kemudian dilanjutkan dengan doa pembukaan oleh Bapak Uskup:
“Allah yang maha baik, kami bersyukur kepadaMu atas kesempatan yang indah ini, khususnya atas bimbingan yang Kau berikan kepada para calon krisma ini selama masa persiapan. Kini mereka menghadapMu mengharap kepenuhan anugerah Roh Kudus. Maka kami mohon, sudilah mengutus Roh Kudus kepada kami yang dengan rindu menantian Dia. Semoga Dia mendorong kami untuk memberikan kesaksian kepada semua orang tentang kabar gembira Tuhan kami Yesus Kristus, PuteraMu dan pengatara kami, yang bersatu dengan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa”.
(48)
Setelah doa pembukaan dilanjutkan dengan liturgi sabda yang diawali dengan gondang perarakan sabda Tuhan/gondang puji-pujian. Dalam perarakan sabda Tuhan, petugas lektor mengarakkan Alkitab sambil manortor hingga kedepan altar dan kemudian Bapak Uskup menerima Alkitab yang diarakkan tersebut, setelah itu Bapak Uskup memberkati petugas lektor yang ingin membacakan bacaan pertama dan memberikan kembali Alkitab yang diarakkan tersebut kepada petugas lektor.
Pembacaan pertama diambil dari Kisah Para Rasul 2 :1-11 dan setelah bacaan pertama selesai dilanjutkan dengan mazmur tanggapan dengan refren “Utuslah Roh-Mu ya Tuhan dan jadi baru seluruh muka bumi”
3 3 3 . 3 3 4 4 3 0 5 5 5 3 3 3 1 1 2 1 6 7 6 Refren U tus lah Roh Mu, ya Tu han dan ja di ba ru se lu ruh mu ka bu mi 3 3 6 . 5 6 7 6 5 6 1 1 0 2 3 4 3 . 2 3 1 6 . 6 7 1. Al lah ku na ma Mu hendak ku pu ji, Eng kau a mat a gung, ber dan 2. ya Tuhan ber se lu bungkan ca ha ya, ba gai ju bah ra ja, la ngit 3.Firman Mu disampaikan o leh a ngin, a pi yang ber ko bar, tun duk 7 5 4 3 6 1 2 3 2 1 7 6 5 6 7 6 . 0
dan si nar ke be sar an kau pa sang ba gai ke mah pa damu ba gai ham ba
Kemudian setelah mazmur dinyanyikan dilanjutkan kembali dengan pembacaan II yang diambil dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Korintus :1 Korintus 12 :3b-7, 12-13 dan dilanjutkan dengan refren Alleluya oleh pemazmur.
(49)
4 5 6 6 . 5 6 . 7 1 7 6 1 1 1 2 1 6 5 7 1 5 6 5 4 6 . 7 1 . 7 5 1 6 7 6 5 Ref:Al le lu ya….
5 6 1 2 1 1
Da tanglah hai roh kudus, penuhilah hati orang ber I man dan nyalakanlah api 7 1 6 5
cintamu didalam ha ti me re ka
Setelah itu masuklah pada bacaan injil. Pada saat pembacaan Injil semua umat berdiri mendengarkan injil yang dibaca hingga selesai, injil dibacakan oleh Pastor.
P: ”Inilah Injil Yesus Kristus menurut Santo Yohanes”, Yohannes 20 :19-23. Setelah selesai pembacaan injil kemudian dilanjutkan dengan homili/kotbah. Homili/kotbah diberikan oleh Bapak Uskup, setelah selesai homili/kotbah kemudian dilanjutkan pada upacara penerimaan sakramen krisma yang dimulai dengan gondang somba. Gondng somba dimulai dan para krismawan bersimpuh dan mohon maaf kepada orang tuanya dan terlebih memohon ampun kepada Tuhan, namun saat bersimpuh krismawan yang telah dipilih oleh panitia untuk manortor didepan altar sebagai perlambangan mohon pengampunan dari Tuhan sementara para krismawan yang lainnya mengikutinya dengan manortor di tempat masing-masing. Setelah gondang somba selesai, para krismawan dipersilahkan berdiri dan memperbaharui janji babtis mereka. Dalam memperbaharui janji babtis, maka ada tanya jawab antara Pastor dan krismawan.
P = Pastor, C = Calon krisma, U= Umat.
(50)
C: Ya, kami menolak.
P: Percayakah kamu akan Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi?
C: Ya, kami percaya
P: Percayakah kamu akan Yesus Kristus, Putra-Nya yang tunggal Tuhan kita, yang dilahirkan oleh perawan Maria, yang menderita sengsara, wafat dan dimakamkan; yang bangkit dari alam maut dan duduk disisi kanan Bapa? C: Ya, kami percaya
P: Percayakah kamu akan Roh Kudus, Tuhan yang menghidupkan yang pada hari ini dalam Sakramen Krisma, dianugerahkan kepada kamu secara istimewa, seperti pada para rasul pada hari pentakosta?
C: Ya, kami percaya
P: Percayakah kamu akan Gereja Katolik yang kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan dan kehidupan yang kekal? C: Ya, kami percaya
P: Inilah iman kita. Inilah iman gereja yang kita akui dengan bangga dalam Kristus Yesus Tuhan kita.
U: Amin.
P: Saudara-saudara yang terkasih, terimakasih atas pembaharuan iman dan janji babtis saudara. Para umat sekalian, sekarang marilah kita berdoa kepada Allah, Bapa yang maha kuasa, agar Ia sudi mencurahkan Roh Kudus kepada para anak-Nya ini, yang telah dilahirkan kembali bagi hidup abadi dalam Sakramen Pembabtisan.
(51)
Semoga Roh Kudus menguatkan mereka dengan anugrah-Nya yang berlimpah, dan semoga berkat pengurapan-Nya mereka menjadi serupa dengan Kristus, Putera Allah.
Sejenak semua umat hening dan berdoa, dan Bapak Uskup mengulurkan tanggannya kearah para calon krisma, dan berkata “ Allah yang maha kuasa, Bapa Tuhan kami Yesus Kristus, Engkau telah melahirkan kembali para hamba-Mu ini dari Air dan Roh Kudus, dan membebaskan mereka dari dosa. Sudilah kiranya mencurahkan Roh penghiburan kepada mereka. Semoga mereka Engkau anugerahi Roh kebijaksanaan dan pengertian, Roh penasehat dan kekuatan, Roh pengetahuan dan ibadat, dan semoga mereka Engkau penuhi dengan Roh takwa kepada-Mu. Demi Kristus pengantara kami” .
Umat = Amin.
Setelah itu pengurapan para calon krisma dengan minyak krisma, tetapi lebih dahulu para wali (orang tua yang di unjuk sebagai Bapak/ibu babtis) krisma yang dihunjuk menghadap Bapak Uskup mohon berkat dan restu. Setelah itu para calon krisma maju satu persatu dan berlutut dihadapan Bapak Uskup sementara para wali menumpangkan kedua belah tangan pada bahu calon krisma. Sementara Bapak Uskup mengurapi dahi calon krisma dengam minyak krisma sambil berkata :
U=….(nama calon krisma), TERIMALAH TANDA KURNIA ROH KUDUS
C= Amin (setelah dijawab amin oleh krismawan, Uskup menampar pipi kanannya)
U= Damai Kristus
(52)
Selama pengurapan dahi dengan minyak krisma dinyanyikan lagu-lagu yang sesuai dengan upacara penerimaan sakramen krisma dan koor.
Setelah semua krismawan menerima Tanda Karunia Roh Kudus dari Bapak Uskup, kemudian dilanjutkan dengan doa permohonan.
Setelah doa permohonan selesai dihunjukkan kepada Tuhan, kemudian dilanjutkan dengan liturgi ekaristi. Liturgi ekaristi diawali dengan lagu persembahan sambil mengumpulkan persembahan, kemudian persembahan diarak menuju meja altar dengan tarian persembahan dengan menggunakan gondang. Tari persembahan dibawakan oleh areka (anak remaja Katolik) dan yang membawakan persembahan adalah Punguan Ina Katolik (PIK). Areka menari dengan iringan gondang Sakti. Setelah semua persembahn dihantarkan kemeja altar kemudian dilanjutkan dengan doa persembahan.
Doa Persembahan
Uskup =Tuhan, terimalah dengan rela persembahan kami. Berkat kepenuhan Roh Kudus, para hamba-Mu ini telah Kau jadikan lebih serupa dengan Kristus. Semoga oleh daya Roh Kudus itu mereka semakin berani memberikan kesaksian tentang Kristus, yang lewat sengsara, wafat dan kebangkitan, kini hidup mulia dan berkuasa sepanjang masa.
(53)
Setelah itu dilanjutkan dengan prefasi11, yang dimulai dengan lagu kudus dan doa syukur agung yang dibawakan secara konsekrasio12dengan gondang.
“Teks lagu kudus”(puji syukur no.1040)
3 .4 32 3 3 .4 3 2 3 1 . 2 1 2 3 3 . 4 3 2 3 5 . 6 5 4 3 4 3 2 1 ku dus, ku dus, ku dus, Tu han, Tu han, Al lah se ga la ku a sa. 2 .3 4 3 2 3 3 3 . 2 .3 4 3 2 3 3 3 3 0 5 . 6 5 4 3 2 . 3 2 1 Sur ga dan bu mi pe nuh de ngan ke mu li a an Mu ho san na ba gi Al lah 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 . 1 . 2 3 5 5 4 3 2 4 3 5 .6 5 4 3 2 . 3 2 Di ber kat I lah yang da tang da lam na ma Tu han Al lah ho san na ba gi Al 1
lah.
Setelah lagu kudus,kemudian dilanjutkna dengan Doa Syukur agung
Setelah doa syukur agung kemudian dilanjutkan dengan doa Bapa kami (dinyanyikan).
1 2 3 3 3 3 3 3 2 3 1 1 2 3 5 5 5 5 6 5 3 1 2 3 3 3 3
Ba pa ka mi ya ng a da di sur ga, di mu li a kan lah na ma Mu, da tang lah ke ra ja 2 3 1 5 5 5 5 6 5 3 3 2 3 4 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 1 an Mu. Ja di lah ke hen dak Mu di a tas bu mi se per ti di da lam sur ga, 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 2 3 1 2 3 5 5 5 5 5 6 5 3 3 be ri lah ka mi re je ki pa da ha ri I ni dan am pun I lah ke sa lah an ka mi, 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 1 6 1 1 se per ti ka mi pun meng am pun i yang ber sa lah ke pa da ka mi dan ja ngan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 2 3 5 5 5 6 5 3 3 3 2 lah ma suk kan ka mi ke da lam pen co ba an, te ta pi be bas kan lah ka mi da ri
11Prefasi adalah persiapan pemecahan roti
(54)
3 4 3 2 1 yang ja hat
Embolisme
Pastor: Ya Bapa datanglah kerajaanMu diatas seluruh muka bumi. Berkat penerangan Roh Kudus dan kesaksian kami semua, bukalah hati setiap insan supaya percaya kepadaMu dan dengan demikian menjadi anggota keluargaMu sendiri. Semoga kamipun giat berusaha menjadi anggota gereja dan masyarakat yang baik, sambil menantikan penyelamat kami Yesus Kristus.
Umat: Sebab Engkaulah raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamannya Setelah doa Bapa kami dilanjutkan dengan salam damai, dimana para petugas dan umat saling memberikan salam damai kepada sesama yang berdekatan antara yang depan dengan yang belakang dan kiri dengan yang kanan.
.
Kemudian dilanjutkan dengan pemecahan roti dan lagu Anak Domba Allah. Teks lagu “Anak Domba Allah”(puji syukur 1041)
2 34 5 5 5 4 3 4 5 . 0 1 2 3 4 4 4 4 3 2 3 4 0 4 3 1 2 A nak Dom ba Al lah yang di kur ban kan ba gi ma nu si a, Eng kau mengha 2 2 2 3 1 2 0 2 3 2 1 1 . 1 2 3 2 1 5
pus do sa du ni a mo hon ka sih an I lah ka mi.
2 34 5 5 5 4 3 4 5 01 2 3 4 4 4 4 3 2 3 4 04 3 1 2 A nak Dom ba Al lah yang di kur ban kan ba gi ma nu si a Engkau mengha 2 2 2 3 1 2 . 02 3 2 1 1 . 1 2 3 2 1 1
pus do sa du ni a mo hon be ri lah ka mi da mai
(55)
P=Inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia, berbahagialah kita yang diundang keperjamuan-Nya.
U= Ya Tuhan saya tidak pantas Tuhan datang pada saya, tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh.
.
Pada saat menerima komuni, para krismawan menerima komuni dua rupa yaitu roti dan anggur yang dilambangkan dengan Tubuh dan Darah Kristus. Para krismawan menerima roti dan mencelupkannya kedalam anggur, setelah itu dimakan. Para krismawan juga menerima komuni langsung dari Bapak Uskup, sementara umat yang lainnya dilayani oleh prodiakon. Cara menerima roti adalah dengan cara meletakkan tangan kiri di atas tangan kanan dengan posisi tangan terbuka. Pada saat komuni dinyanyikan lagu yang sesuai dengan komuni.
Setelah menerima komuni selesai dilanjutkan dengan persembahan yang kedua. Setelah persembahan dihantarkan ke altar, kemudian dilanjutkan dengan gondang parsaoran dan doa penutup.
Doa penutup dipimpin oleh Uskup:
U= Marilah kita berdoa, Allah yang Maha Kudus, kami bersyukur kepada-Mu, karena dalam perayaan ini Engkau berkenan memenuhi janji-Mu memenuhi kami semua dengan Roh Kudus. Semoga dengan daya Roh Kudus ini kami semua semakin mantap dalam mengamalkan iman, semakin tekun dalam mengembangkannya, dan semakin berani memberi kesaksian tentang kebenaran. Demi Kristus pengantara kami.
(56)
Kemudian dilanjutkan dengan upacara penutupan, yang diawali dengan beberapa pengumuman dari pengurus gereja.
Kemudian amanat perutusan yang disampaikan oleh Bapak Uskup:
Saudara sekalian, para krismawan yang berbahagia, hari ini perjalanan inisiasi saudara sudah paripurna. Anda telah menerima ketiga sakramen inisiasi secara lengkap yaitu Babtis, Krisma dan Ekaristi. Perjalanan ini telah anda awali waktu anda dilantik menjadi katekumen, dan kini digenapi dengan krisma dan ekaristi. Dengan pengurapan suci tadi, anda dikukuhkan menjadi anggota gereja Kristus yang penuh. Pengukuhan keanggotaan saudara lewat sakramen krisma ini membawa suatu konsekuensi :
1) Saudara semakin dipenuhi dengn Roh kudus, Roh Kristus sendiri, sehingga saudara diharapkan hidup selaras dengan jiwa Kristus, menjadi makin serupa dengan Kristus.
2) Saudara menjadi lebih mantap dalam iman, maka juga harus bangga akan iman Katolik, dan berani membelanya jika gereja dicemarkan/dibahayakan.
3) Saudara diharapkan menjadi saksi-saksi kebangkitan Kristus, bukan hanya lewat kata-kata, tetapi lebih-lebih lewat hidup, karya dan tindak tanduk anda.
4) Saudara diharapkan memjadi lebih sadar akan tanggung jawab terhadap kehidupan gereja, yakni berpartisipasi aktif dalam membangun gereja, dalam memajukan serta mengembangkannya, dan karya-karya pelayanan yang dibutuhkan gereja.
(57)
Kemudian dilanjutkan dengan berkat oleh Uskup; Uskup = Tuhan sertamu.
Umat = Dan sertamu juga.
Uskup = Semoga Allah, Bapa yang maha kuasa memberkati saudara sekalian.Allah bapa telah melahirkan saudara kembali dari Air dan Roh kudus, dan mengangkat saudara menjadi putra-putrinya. Semoga ia memelihara cinta kasih.
Umat = Amin.
Uskup = Semoga Allah putra memberkati saudara sekalian. I a berjanji mengutus roh kebenaran agar senantiasa mendampingi gereja. Semoga Ia meneguhkan saudara untuk memberi kesaksian tentang iman yang benar.
Umat= Amin.
Uskup= Semoga Allah Roh kudus memberkati saudara sekalian. Ia telah menyalakan api cintakasih dalam hati para murid Yesus. Semoga Ia mempersatukan saudara dalam karya-karya cinta kasih dan membimbing saudara kepada suka cita kerajaan Allah.
Umat= Amin.
Uskup= Semoga saudara sekalian selalu dianugerahi oleh berkat Allah yang Maha Kuasa, Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
Umat= Amin.
Pengutusan:
Uskup= Saudara sekalian perayaan krisma sudah selesai.
(58)
Uskup= Jadilah saksi Kristus dan amalkan selalu damai Tuhan.
Umat= Amin.
Setelah pengutusan, selesai sudahlah perayaan penerimaan sakramen krisma. Dan dilanjutkan gondang sitio-tio/hasahatan untuk mengantar rombongan petugas liturgi kembali ke ruangan sakristi.Upacara penerimaan sakramen krisma telah selesai dan kemudian dilanjutkan dengan makan bersama dan hiburan yang diisi oleh para mudika dan areka.
(59)
BAB IV
Fungsi Gondang (Alat musik batak toba)
4.1 Fungsi Dan Penggunaan Gondang
Dalam pelaksanaan upacara penerimaan sakramen krisma, alat musik Batak Toba berfungsi sebagai pengiring lagu dan pengiring tor-tor. Bunyi-bunyian alat musik Batak Toba ini juga menjadi perantara penyampai doa dan permohonan maaf kepada orang tua masing-masing para krismawan terlebih kepada Tuhan. Ini dapat dilihat ketika semua umat menyatukan tangannya dan meletakkannya tepat didepan dada masing-masing untuk meminta dan memohon pengampunan akan dosa-dosanya kepada Tuhan, dan pada saat calon krismawan manortor dan bersimpuh kepada orang tuanya untuk memohon maaf akan kesalahan yang mereka buat pada orang tua mereka.
Untuk membahas fungsi gondang /alat musik batak toba, penulis berpedoman kepada 10 fungsi musik yang dikemukakan oleh Merriam (1964:219-226) yaitu: 1) Fungsi pengungkapan emosional,
2) Fungsi penghayatan estetis, 3) Fungsi hiburan
4) Fungsi komunikasi, 5) Fungsi perlambangan, 6) Fungsi reaksi jasmani,
(60)
8) Fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial, 9) Fungsi kesinambungan kebudayaan,
10) Fungsi pengintegrasian masyarakat.
Dari ke-10 fungsi tersebut, penulis melihat ada 6 diantaranya yang terdapat pada upacara penerimaan sakramen krisma ke-6 fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
4.1.1 Fungsi pengungkapan emosional
Dalam upacara penerimaan sakramen krisma di gereja Katolik Santo Diego Martoba yang penulis teliti, penulis melihat fungsi pengungkapan emosional yang diungkapkan oleh umat Katolik pada saat prosesi penerimaan sakramen krisma dilaksanakan. Hal ini penulis lihat beberapa umat di gereja tersebut bersedih dan bergembira.
Bersedih yang penulis maksudkan disini adalah mengingat dosa- dosa mereka secara pribadi dengan Tuhan. Pengungkapan emosional bergembira juga penulis lihat dalam prosesi sakramen krisma dilaksanakan dengan melihat beberapa umat di gereja tersebut juga tersenyum dan merasa lega ketika Uskup menerimakan sakramen krisma dan setelah umat menerima berkat kepada seluruh umat di gereja tersebut, maka tiap umat merasa bahwa Tuhan telah mengampuni dosa-dosa mereka.
4.1.2 Fungsi Komunikasi
Dalam upacara penerimaan sakramen krisma, menggunakan gondang (alat musik Batak Toba) sebagai alat berkomunikasi dengan Tuhan, melalui bunyi-bunyian dari
(61)
alat musik yang merupakan satu alat komunikasi yang vertikal antara manusia dengan Tuhannya. Doa yang di sampaikan kepada Tuhan, yang disampaikan melalui lagu terucap melalui lagu Tuhan kasihanilah kami. Dengan kata lain, semua doa dan nyanyian serta tarian disampaikan melalui bunyi-bunyian.
4.1.3 Fungsi Reaksi Jasmani
Kaitan fungsi ini dengan upacara penerimaan sakramen krisma, dapat dilihat ketika mendengar bunyi-bunyian alat musik, dengan seketika umat spontan menggerakkan jasmani mereka dan manortor. Mereka mengangkat kedua tangan dan menyatukannya di depan dada dan dengan kepala tertunduk.
4.1.4 Fungsi Penghayatan Estetis
Dalam upacara penerimaan sakramen krisma, alat musik batak toba juga berfungi sebagai bentuk penghayatan para krismawan kepada orang tua akan semua kesalahan yang ada dan terlebih kepada Tuhan. Permohonan ampun kepada sang pencipta dengan mengungkapkannya dalam hati masing-masing. Keterkaitan antara umat dengan musik terlihat ketika musik dimainkan pada saat Gondang Somba, semua umat diajak untuk bersujud menyembah kepada Tuhan.
4.1.5 Fungsi Perlambangan
Upacara peneriman sakrmen krisma adalah upacara pendewasaan akan iman seseorang. Dengan menerima sakramen ini mereka merasa senang dan gembira
(62)
karena mereka dapat mempertanggung jawabkan iman mereka terhadap orangtua terlebih terhadap Tuhan dan pengampunan dosa serta permohonan maaf dari orang tua mereka, dan dengan menggunakan bunyi-bunyian yang berasal dari alat musik batak toba sebagai pengantaran penyampaian kepada Tuhan. Dan pada saat Uskup mengangkat roti dan anggur sebagai lambang Tubuh dan Darah Kristus alat musik Batak Toba juga dibunyikan secara konsekrasio atau secara bersamaan dengan lonceng kecil yang dibunyikan oleh putra-putri altar. Dari penjelasan ini dapat dilihat bahwa alat musik Batak Toba sebagai perlambangan permohonan maaf kepada orang tua dan terlebih kepada Tuhan, juga sebagai perlambangan saat pengangkatan Tubuh dan Darah Kristus yang dalam rupa roti dan anggur.
4.1.6 Fungsi Pengintegrasian Masyarakat
Telah dijelaskan bahwa alat musik Batak Toba merupakan media penyampaian permohonan kepada Tuhan dan kepada orang tua. Permohonan ini merupakan permohonan bersama antara penerima sakramen krisma, orang tua, para imam dan semua umat yang hadir. Musik yang dimainkan oleh pemain musik juga mampu untuk mengajak orang untuk berkumpul. Contohnya pada saat persembahan, dimana ketika areka (anak remaja Katolik) menari dengan diiringi Gondang Sakti, umat secara spontan berkumpul dan berdiri, juga ikut manortor ditempat masing-masing seakan mereka juga ikut dalam menghantarkan persembahan tersebut. Namun disamping untuk mengiringi upacara penerimaan sakramen krisma ini, alat musik Batak Toba juga banyak digunakan untuk upacara-upacara lainnya, seperti upacara
(63)
perkawinan, upacara pesta pembangunan gereja dan juga pada upacara pesta ulang tahun gereja.
4.1.7 Fungsi Kesinambungan Budaya
Ensambel gondang yang dimainkan oleh beberapa alat musik Batak Toba adalah merupakan bagian dari kebudayaan Batak Toba yang sampai sekarang ini tetap penggunaannya pada setiap upacara ditengah-tengah masyarakat pemiliknya yang ada di kota medan, terkhususnya juga pada gereja-gereja.
Dengan keikut sertaan gondang ini dalam setiap upacara, misalnya upacara pernikahan, upacara pembangunan gereja, upacara ulang tahun gereja juga terkhususnya upacara penerimaan sakramen krisma. Hal ini dianggap penting bagi umat yang ada digereja Katolik Santo Diego Martoba, karena dengan mengikut sertakan gondang pada setia upacara dengan sendirinya telah melaksanakan apa yang telah diwariskan oleh leluhurnya.
(64)
BAB V PENUTUP
5.1 Rangkuman
Sakramen adalah suatu tanda rahmat Allah yang dicurahkan kepada setiap orang melalui roh kudus. Sakramen krisma adalah merupakan sakramen pendewasaan iman. Menurut ajaran gereja Katolik, Katolik secara khusus memiliki 7 (tujuh) sakramen yaitu :
1) Sakramen Permandian (babtis), 2) Sakramen Ekaristi,
3) Sakramen Krisma, 4) Sakramen Perkawinan, 5) Sakramen Tobat,
6) Sakramen Pengurapan Orang Sakit, dan 7) Sakramen Imamat.
Sakramen krisma hanya boleh diterimakan oleh seorang Uskup dan yang boleh menerima sakramen tersebut adalah seorang yang telah menerima sakramen permandian dan ekaristi dan telah berusia 15 tahun keatas.
Dalam pelaksanaan upacara penerimaan sakramen krisma juga untuk dapat berkomunikasi memohon pengampunan dosa kepada Tuhan, dan penyampaiannya juga melalui bunyi musik gondang (manortor) juga dari lagu-lagu pujian. Memohon pengampunan dosa kepada Tuhan melalui Sakramen, sangat dirasakan oleh
(65)
krismawan seketika mereka dibubuhi minyak krisma oleh Bapak Uskup. Mereka juga memohon maaf kepada orang tua mereka akan kesalahan yang mereka buat dan mohon doa restu akan iman yang mereka terima melalui Sakramen Krisma.
Para krismawan merasakan satu kebahagiaan ketika Bapak Uskup membubuhkan minyak krisma ke dahi para krismawan. Hal ini dapat dilihat penulis seketika beberapa para krismawan menundukkan kepalanya di depan Bapak Uskup dan selesai Bapak Uskup membubuhkan minyak Krisma para krismawan langsung berdoa dan mengucapkan syukur kepada Tuhan akan sakramen yang diterimanya, ditempat duduknya masing-masing.
Pelaksanaan upacara penerimaan sakramen krisma tidak terlepas dari penyertaan gondang (alat-alat musik batak toba) karena gondang memiliki peranan yang sangat penting sebagai media pengiring dalam penyampaian pujian dan permohonan kepada Tuhan. Gondang juga berfungsi untuk mengiringi tortor bagi seluruh peserta upacara dalam mengikuti jalannya upacara.
Alat musik yang digunakan dalam perayaan penerimaan sakramen krisma adalah alat musik Batak Toba yang terdiri dari : taganing, sarune, gong dan sulim. Ketika taganing, sarune dan gong main, sulim tidak ikut dan sebaliknya ketika taganing, gong dan sulim maka, sarune tidak ikut.
Taganing, gong dan sulim, selalu mengiringi lagu-lagu sedangkan ketika sulim bergantian dengan sarune maka fungsinya untuk mengiringi penyambutan Bapak Uskup, mengiringi perarakan sabda Tuhan juga mengiringi tor-tor di dalam upacara.
(66)
Adapun lagu-lagu yang diiringi adalah : 1) Tuhan kasihanilah kami,
2) Kemuliaan, 3) Kudus, dan
4) Anak Domba Allah.
Dan tor-tor yang diiringi adalah ketika; panomunomuan Bapak Uskup (gondang si bunga jambu), perarakan masuk ke dalam gereja (mula gondang), saat memohon ampun kepada Tuhan (gondang hasesahan ni dosa/gondang malim), gondang pada saat perarakan sabda tuhan (gondang puji-pujian), gondang persiapan acara krisma (gondang somba), saat mengantar persembahan (gondang sakti), gondang perarakan pulang (gondang sitio-tio hasahatan).
Pada penggunaan gondang dalam upacara penerimaan sakramen krisma, penulis melihat terdapat 6 (enam) dari 10 (sepuluh) fungsi musik yang ditawarkan A.P.Merriam yaitu:
1) Fungsi pengungkapan emosianal, 2) Fungsi komunikasi,
3) Fungsi perlambangan, 4) Fungsi penghayatan estetis,
5) Fungsi pengintegrasian masyarakat, 6) Fungsi reaksi jasmani,
(67)
Gondang (alat musik batak toba) selalu dipakai dalam beberapa upacara di dalam gereja, misalnya upacara penerimaan Sakramen perkawinan, pesta pembangunan gereja, pesta ulang tahun gereja dan terkhususnya pada upacara penerimaan Sakramen Krisma.
5.2 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap pelaksanaan upacara penerimaan sakramen krisma di Gereja Katolik Santo Diego Martoba, penulis mengambil kesimpulan bahwa upacara penerimaan sakramen dilakukan untuk pedewasaan iman akan pribadi seseorang. Adapun upacara ini dilakukan bertujuan untuk memohon pengampunan dosa terhadap orang tua terlebih terhadap Tuhan.
Seluruh rangkaian upacara penerimaan sakramen krisma ini tidak lepas dari alat-alat pendukung dalam upacara seperti :
1) Roti dan Anggur
Roti dan Anggur merupakan tubuh dan darah Kristus, dimana roti ini dimakan oleh para krismawan dengan dicelupkan pada anggur sebagai minumannya.
2) Air suci
Air suci air yang diberkati yang memiliki makna simbolis untuk mengungkapkan pembersihan dosa dan penganugerahan keselamatan dan hidup baru.
(68)
3) Dupa dan wiruk (asap kemenyan)
Dupa dan bahan wangi-wangian dipakai dalam liturgi sebagai tanda penghormatan kepada Allah juga pemberkatan dan pengudusan. Juga sebagai simbol ungkapan doa yang membumbung ke atas kepada Allah.
4) Minyak krisma
minyak yang terbuat dari pohon zaitun. Dalam liturgi dibedakan tiga macam minyak urapan yaitu :1) Oleum Infirmorum untuk orang sakit, 2) Oleum Catechumenorum untuk katekumen (imamat) dan 3) Sanctum Oleum atau Chrisma untuk krisma. Minyak Sanctum Oleum di bubuhkan kedahi para krismawan
5) Lilin
Sumber cahaya yang dipandang sebagai karunia Allah yang memberikan kehidupan dan pembersihan diri manusia.
6) Gondang (alat musik batak toba).
seperangkat alat musik yang terdiri dari: taganing, sulim, sarune, dan gong. 7) Lonceng dan gong
peralatan yang dibunyikan pada saat pemecahan roti dan anggur yang merupakan tanda kehadiran Tuhan
8) Piala dan patena
merupakan tempat roti dan anggur yang memiliki tujuan dan fungsi untuk melayani perayaan misteri Tuhan, seperti menyimpan dan melindungi Tubuh dan Darah Kristus dalam ekaristi
(69)
Penggunaan alat musik batak toba dalam penerimaan sakramen krisma sanggat dibutuhkan hingga berfungsi sangat banyak didalam upacara penerimaan sakramen.Adapun fungsi dari alat muisk Batak Toba adalah sebagai pengiring lagu-lagu tertentu dan juga sebagai pengiring tor-tor.
Adapun lagu yang diiringi oleh alat musik batak toba tersebut adalah lagu Tuhan Kasihanilah Kami, Kemulian, Kudus, Anak Domba Allah. Sedangkan, tor-tor yang diiringi adalah tor-tor saat panomunomuan Bapak Uskup.
Akhir kata penulis menyadari bahwa tulisan ini belum dapat dikatakan sempurna, karena tentu masih bantak hal-hal yang perlu dilakukan demi penelitian objek tersebut diatas. Untuk itu penulis mengharapkan sekali masukan-masukan, kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan tulisan ini. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
(70)
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia
1991 Jakarta : Balai Pustaka.
Edmund Prier Sj,Karl Sejarah Musik Jilid 1
1991 Pusat Musik Liturgi Yogyakarta. . Koenjtaraningrat Metode Penelitian Masyarakat
1990 Jakarta : Gramedia.
Merriam, Alan.P The Antopology Of Music
1964 Bloomington, Indiana : University Press.
Nettl,Bruno Theory and Method in Etnomusicology
1964 New York.
Soeharto,M Kamus Musik
1992 Jakarta : PT.Gramedia Widia Sarana Indonesia.
E.Martasudjita,Pr Pengantar Liturgi
2003 Yogyakarta : Kanisius
(71)
DAFTAR INFORMAN
Nama : D.Manalu Umur : 51 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta Jabatan di gereja : Dewan Stasi
Alamat : Jalan.Tg.Morawa.Gg.segitiga
Nama : Kristina Umur : 21 Tahun
Pekerjaan : -
Jabatan di gereja : Pembina Areka
Alamat : Tanjung Morawa
Nama : B.A Sinaga Umur : 55 Tahun
Pekerjaan : Kepling Jabatan di gereja : -
Alamat : Desa Jalan Damai
Nama : Jack Umur : 15 Tahun Pekerjaan : -
Jabatan di gereja : -
(Peserta Upacara) Alamat : Jalan. Sisingamangaraja Km.11,5
(Perbatasan Medan Tanjung Morawa)
Nama : Rista Sinurat Umur : 23 Tahun
Pekerjaan : -
Jabatan di gereja : Petugas Misdinar
(72)
15
3 4 3
1 7
8
10 10
13 14
11
9 12
6 5
2 2
20 16
17 18
(73)
Keterangan :
1. Pintu Depan Gereja 2. Tangga Menuju Balkon 3. Bangku Untuk Umat 4. Jalan Menuju Altar 5. Patung Bunda Maria 6. Patung Yesus
7. Altar 8. Meja Altar
9. Podium Untuk Pemimpin Lagu
10.Podium Untuk Petugas Lektor, Pastor Saat Bacaan Injil Dan Bapak Uskup Berkotbah/Homili
11.Kursi Untuk Petugas Misdinar 12.Organ
13.Meja Kreden
14.Kursi Untuk Bapak Uskup Dan Pastor 15.Pintu Samping
16.Ruang Sakristi
17.Jalan Menuju Ruang Sakristi 18.Jalan Menuju Pintu Samping 19.Halaman Dan Parkir
(1)
3) Dupa dan wiruk (asap kemenyan)
Dupa dan bahan wangi-wangian dipakai dalam liturgi sebagai tanda penghormatan kepada Allah juga pemberkatan dan pengudusan. Juga sebagai simbol ungkapan doa yang membumbung ke atas kepada Allah.
4) Minyak krisma
minyak yang terbuat dari pohon zaitun. Dalam liturgi dibedakan tiga macam minyak urapan yaitu :1) Oleum Infirmorum untuk orang sakit, 2) Oleum Catechumenorum untuk katekumen (imamat) dan 3) Sanctum Oleum atau Chrisma untuk krisma. Minyak Sanctum Oleum di bubuhkan kedahi para krismawan
5) Lilin
Sumber cahaya yang dipandang sebagai karunia Allah yang memberikan kehidupan dan pembersihan diri manusia.
6) Gondang (alat musik batak toba).
seperangkat alat musik yang terdiri dari: taganing, sulim, sarune, dan gong. 7) Lonceng dan gong
peralatan yang dibunyikan pada saat pemecahan roti dan anggur yang merupakan tanda kehadiran Tuhan
8) Piala dan patena
(2)
Penggunaan alat musik batak toba dalam penerimaan sakramen krisma sanggat dibutuhkan hingga berfungsi sangat banyak didalam upacara penerimaan sakramen.Adapun fungsi dari alat muisk Batak Toba adalah sebagai pengiring lagu-lagu tertentu dan juga sebagai pengiring tor-tor.
Adapun lagu yang diiringi oleh alat musik batak toba tersebut adalah lagu Tuhan Kasihanilah Kami, Kemulian, Kudus, Anak Domba Allah. Sedangkan, tor-tor yang diiringi adalah tor-tor saat panomunomuan Bapak Uskup.
Akhir kata penulis menyadari bahwa tulisan ini belum dapat dikatakan sempurna, karena tentu masih bantak hal-hal yang perlu dilakukan demi penelitian objek tersebut diatas. Untuk itu penulis mengharapkan sekali masukan-masukan, kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan tulisan ini. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia
1991 Jakarta : Balai Pustaka.
Edmund Prier Sj,Karl Sejarah Musik Jilid 1
1991 Pusat Musik Liturgi Yogyakarta. . Koenjtaraningrat Metode Penelitian Masyarakat
1990 Jakarta : Gramedia.
Merriam, Alan.P The Antopology Of Music
1964 Bloomington, Indiana : University Press.
Nettl,Bruno Theory and Method in Etnomusicology
1964 New York.
Soeharto,M Kamus Musik
1992 Jakarta : PT.Gramedia Widia Sarana Indonesia.
E.Martasudjita,Pr Pengantar Liturgi
2003 Yogyakarta : Kanisius
(4)
DAFTAR INFORMAN
Nama : D.Manalu
Umur : 51 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta Jabatan di gereja : Dewan Stasi
Alamat : Jalan.Tg.Morawa.Gg.segitiga
Nama : Kristina
Umur : 21 Tahun Pekerjaan : -
Jabatan di gereja : Pembina Areka
Alamat : Tanjung Morawa
Nama : B.A Sinaga Umur : 55 Tahun
Pekerjaan : Kepling Jabatan di gereja : -
Alamat : Desa Jalan Damai
Nama : Jack
Umur : 15 Tahun Pekerjaan : -
Jabatan di gereja : -
(Peserta Upacara) Alamat : Jalan. Sisingamangaraja Km.11,5
(Perbatasan Medan Tanjung Morawa)
Nama : Rista Sinurat Umur : 23 Tahun
Pekerjaan : -
Jabatan di gereja : Petugas Misdinar
(5)
15
3 4 3
1 7
8
10 10
13 14
11
9 12
6 5
2 2
16
17 18
(6)
Keterangan :
1. Pintu Depan Gereja 2. Tangga Menuju Balkon 3. Bangku Untuk Umat 4. Jalan Menuju Altar 5. Patung Bunda Maria 6. Patung Yesus
7. Altar 8. Meja Altar
9. Podium Untuk Pemimpin Lagu
10.Podium Untuk Petugas Lektor, Pastor Saat Bacaan Injil Dan Bapak Uskup Berkotbah/Homili
11.Kursi Untuk Petugas Misdinar 12.Organ
13.Meja Kreden
14.Kursi Untuk Bapak Uskup Dan Pastor 15.Pintu Samping
16.Ruang Sakristi
17.Jalan Menuju Ruang Sakristi 18.Jalan Menuju Pintu Samping 19.Halaman Dan Parkir