Perbandingan usia tulang pada remaja di pedesaan dan perkotaan

(1)

TESIS

PERBANDINGAN USIA TULANG PADA REMAJA DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN

KARINA SUGIH ARTO 077103024 / IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

PERBANDINGAN USIA TULANG PADA REMAJA DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik - Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak (M. Ked-Ped) pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

KARINA SUGIH ARTO 077103024 / IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

Judul Tesis : Perbandingan usia tulang pada remaja di pedesaan dan perkotaan

Nama : Karina Sugih Arto Nomor Induk Mahasiswa : 077103024

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui, Komisi Pembimbing

dr. Hj. Melda Deliana, Sp.A(K) Ketua

dr. Muhammad Ali, Sp.A(K) Anggota

Ketua Program Studi Ketua TKP PPDS

Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K) dr. H. Zainuddin Amir, SpP(K)


(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 20 April 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Hj. Melda Deliana, Sp.A(K) ... Anggota : 1. Dr. Muhammad Ali, Sp.A(K) ... 2. Prof. dr. Darwin Dalimunthe, PhD ... 3. Dr. Hakimi, Sp.A(K) ... 4. Prof. dr. Rafita Ramayanti, Sp.A(K) ...


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya serta atas ridhaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan Magister Kedokteran Klinik di bidang Ilmu Kesehatan Anak pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama dr. Hj. Melda Deliana, Sp.A(K) dan dr. Muhammad Ali, SpA(K) yang telah memberikan bimbingan, bantuan, serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

2. Prof. dr. H. Munar Lubis, Sp.A(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU yang telah memberikan bantuan dan masukan dalam pelaksanaaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.


(7)

3. Dr. H. Hakimi, Sp.A(K), selaku Ketua Divisi Endokrinologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU yang telah memberikan bimbingan dan sumbangan pemikiran sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini.

4. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), Sp.A(K), yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Magister Kedokteran Klinik di bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Ilmu Kesehatan Anak di FK USU.

5. Dekan FK USU, Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD, K-GEH, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Magister Kedokteran Klinik di bidang Ilmu Kesehatan Anak dan PPDS Ilmu Kesehatan Anak di FK USU.

6. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan dan Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengikuti pendidikan selama di rumah sakit.

7. Pembantu Rektor V USU, Bapak Ir. Isman Nuriadi, yang telah memberikan bantuan sarana dan prasarana kepada peneliti dalam melaksanakan penelitian di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

8. Kepala Sekolah SD Negeri 050707 Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat dan Kepala Sekolah SD Swasta Rahmat Islamiyah,


(8)

selama melakukan penelitian.

9. Direktur RSI Malahayati, Dr. Isfanoeddin Nyak Kaoy, SpJP(K), yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan pemeriksaan usia tulang dengan X-Ray di RSI Malahayati Medan. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Kepala Unit Radiologi RSI Malahayati, Dr. Netty D. Lubis, SpRad, yang telah memberikan bimbingan khusus tentang interpretasi usia tulang.

10. Teman-teman seangkatan yang tidak mungkin bisa saya lupakan, Inke Nadya D. Lubis, Rizky Adriansyah, Badai Buana Nasution, Ade Rahmat Yudiyanto, Fahrul Azmi Tanjung, Sevina Marisya, Olga Rasiyanti Siregar, Suprapto, Fereza Amelia, Widyastuti, Poppy Riflizawani, Fastralina, Schenny Regina Lubis, dan Naomi Riahta yang selalu saling menjaga silaturahmi dan mendukung dalam suka dan duka, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini. 11. Seluruh teman sejawat PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK USU, serta

semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

Teristimewa untuk suami tercinta dr. Dedy Hermansyah, serta ananda tersayang, Shahreen Hermansyah dan Shahnaia Hermansyah, terima kasih atas doa, pengertian, cinta dan kasih sayang, dukungan serta pengorbanan


(9)

dengan penuh kesabaran yang telah diberikan selama penulis menempuh pendidikan. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, rezeki, dan karuniaNya untuk kita semua.

Kepada ibunda Drg. T. Hermina Maimun yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dan semangat untuk terus belajar. Kepada ayahanda Ir. Sugih Arto, kakak Miranda Sugih Arto, MA, adik dr. Nindia Sugih Arto, serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan, memberikan dorongan, motivasi, cinta dan kasih sayang, bantuan moril dan materil selama penulis mengikuti pendidikan ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kasih sayang dan karuniaNya kepada kita semua dan segala budi baik yang telah diberikan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah yang Maha Kuasa.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, April 2012


(10)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Tesis ii

Lembar Pernyataan iii

Lembar Penetapan Panitia Penguji iv

Ucapan Terima Kasih v

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Singkatan dan Tanda xiii

Abstrak xv

BAB 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar belakang 1

1.2 Rumusan masalah 2

1.3 Hipotesis 3

1.4 Tujuan 3

1.5 Manfaat 3

BAB 2 Tinjauan Pustaka 4

2.1 Pendahuluan 4

2.2 Cara menilai usia tulang 5

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi usia tulang 7

2.4 Manfaat usia tulang pada anak 8

2.5 Kerangka konseptual 9

BAB 3 Metodologi 10

3.1 Desain 10

3.2 Tempat dan waktu 10

3.3 Populasi dan sampel 10

3.4 Besar sampel 11

3.5 Kriteria inklusi dan eksklusi 12

3.6 Persetujuan setelah penjelasan (Informed consent) 12

3.7 Etika penelitian 12

3.8 Cara kerja 12

3.8.1 Alokasi cubyek 12

3.8.2 Pengukuran dan intervensi 13

3.9 Identifikasi variabel 14


(11)

3.11 Pengolahan dan analisis data 15

BAB 4 Hasil 16

4.1. Populasi terjangkau dan karakteristik subyek 16 4.2. Usia tulang dan prediksi tinggi akhir 17 4.3. Prediksi tinggi badan berdasarkan maturitas tulang 18

BAB 5 Pembahasan 20

BAB 6 Kesimpulan dan Saran 25

BAB 7 Ringkasan 26

Daftar Pustaka 27

Lampiran

1. Lembar persetujuan setelah penjelasan

2. Lembar naskah penjelasan kepada orang tua

3. Persetujuan komisi etik penelitian

4. Status endokrinologi

5. Tabel prediksi tinggi badan akhir berdasarkan Bayley dan Pinno

6. Data penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Karakteristik subyek

Tabel 4.2. Perbandingan usia tulang pada remaja pedesaan dan


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Grafik maturitas tulang berdasarkan usia kronologis Gambar 2.2. Pengaruh lingkungan terhadap batas usia pubertas Gambar 2.3. Kerangka konseptual

Gambar 4.1. Prediksi TB laki-laki berdasarkan persentase maturitas tulang Gambar 4.2. Prediksi TB perempuan berdasarkan persentase maturitas


(14)

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA

% : Persentase

SD : Standard Deviation

y : year

dkk : dan kawan-kawan

HPG Axis : Hypothalamic Pituitary Gonadal Axis

IMT : Indeks Massa Tubuh

r : Pearson Correlation

P : tingkat kemaknaan

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

n : Besar sampel

BMI : Body Mass Index BW : Body Weight BH : Body Height

dkk : dan kawan-kawan

GnRH : Gonadotropin Releasing Hormone FSH : Folikel Stimulating Hormone LH : Luteinizing Hormone

HPA : Hipothalamus-Pituitary-Gonadal Axis

: laki-laki

♀ : perempuan

KAL : Kallmann’s syndrome


(15)

 : beta

GPR : G Protein Receptor

XO : Turner’s syndrome

XXY : Klinefelter’s syndrome

< : lebih kecil

> : lebih besar

< : lebih kecil sama dengan

> : lebih besar sama dengan

ml : milliliter

yr : year

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

n : besar sampel

Z : deviat baku normal untuk 

Z : deviat baku normal untuk 

PSP : Persetujuan Setelah Penjelasan

m : meter

CDC : Center for Disease Control

IK : Interval Kepercayaan

FK : Fakultas Kedokteran

USU : Universitas Sumatera Utara

RSUPHAM : Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik


(16)

ABSTRAK

Latar Belakang. Beberapa penelitian sebelumnya merekomendasikan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara perubahan komposisi tubuh dan tahap perkembangan pubertas. Sampai saat ini belum diketahui bagaimana hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tingkat maturitas seksual pada remaja laki-laki di Indonesia.

Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara IMT dengan tingkat maturitas seksual pada remaja laki-laki.

Metode. Suatu studi cross sectional untuk menilai hubungan antara IMT dengan tingkat maturitas seksual pada remaja laki-laki berusia 9 sampai 14 tahun. Penelitian dilaksanakan selama Agustus 2009 di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Tingkat maturitas seksual dinilai berdasarkan pengukuran panjang penis dan volume testis.

Hasil. Seratus delapan orang (64.7%) memenuhi kriteria yang terdiri dari 64 orang siswa Sekolah Dasar dan 44 orang siswa Sekolah Menengah Pertama. Rerata usia 11.69 tahun (SD 1.62); Berat Badan 35.16 kg (SD 8.48); Tinggi Badan 1,41 m (SD 0.11); IMT 17.47 kg/m2 (SD 2.34); panjang penis 4.46 cm (SD 1.25); dan volume testis 3.58 ml (SD 1.20). Hubungan IMT dengan panjang penis menunjukkan nilai koefisien korelasi Pearson (r)= -0.25; P= 0.06. Hubungan IMT dengan volume testis menunjukkan r= -0.21; P=0.09. Kesimpulan. Tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara IMT dengan tingkat maturitas seksual pada remaja laki-laki.


(17)

ABSTRACT

Background. The previous studies was recommended to make the next study about the relationship between the change of body composition and the development of puberty. In recent study, no known how the relationship between Body Mass Index (BMI) and sexual maturity stage of adolescent boys in Indonesia.

Objective. To investigate the relationship between BMI and sexual maturity stage of adolescent boys.

Methods. A cross sectional study was performed to determine the relationship between BMI and sexual maturity stage of adolescent boys 9 to 14 year old. This study was conducted on August 2009 in Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Sexual maturity stage was determined the measurement of penile lenght and testical volume. Results. One hundred and eight (64.7%) participants were eligible which consist of 64 students of primary schools and 44 students of junior high schools. The mean of age 11.69 year old (SD 1.62); Body Weight 35.16 kg (SD 8.48); Body Height 1.41 m (SD 0.11); BMI 17.47 kg/m2 (SD 2.34); penile lenght 4.46 cm (SD 1.25); and testical volume 3.58 ml (SD 1.20). The relationship between BMI and penile length was showed by level of Pearson correlation coefficient (r) = -0.25; P = 0.06. The relationship between BMI and testis volume was showed by level of r = -0.21; P = 0.09.

Conclusion. There was no significant relationship between BMI and sexual maturity stage of adolescent boys.


(18)

ABSTRAK

Latar Belakang. Beberapa penelitian sebelumnya merekomendasikan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara perubahan komposisi tubuh dan tahap perkembangan pubertas. Sampai saat ini belum diketahui bagaimana hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tingkat maturitas seksual pada remaja laki-laki di Indonesia.

Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara IMT dengan tingkat maturitas seksual pada remaja laki-laki.

Metode. Suatu studi cross sectional untuk menilai hubungan antara IMT dengan tingkat maturitas seksual pada remaja laki-laki berusia 9 sampai 14 tahun. Penelitian dilaksanakan selama Agustus 2009 di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Tingkat maturitas seksual dinilai berdasarkan pengukuran panjang penis dan volume testis.

Hasil. Seratus delapan orang (64.7%) memenuhi kriteria yang terdiri dari 64 orang siswa Sekolah Dasar dan 44 orang siswa Sekolah Menengah Pertama. Rerata usia 11.69 tahun (SD 1.62); Berat Badan 35.16 kg (SD 8.48); Tinggi Badan 1,41 m (SD 0.11); IMT 17.47 kg/m2 (SD 2.34); panjang penis 4.46 cm (SD 1.25); dan volume testis 3.58 ml (SD 1.20). Hubungan IMT dengan panjang penis menunjukkan nilai koefisien korelasi Pearson (r)= -0.25; P= 0.06. Hubungan IMT dengan volume testis menunjukkan r= -0.21; P=0.09. Kesimpulan. Tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara IMT dengan tingkat maturitas seksual pada remaja laki-laki.


(19)

ABSTRACT

Background. The previous studies was recommended to make the next study about the relationship between the change of body composition and the development of puberty. In recent study, no known how the relationship between Body Mass Index (BMI) and sexual maturity stage of adolescent boys in Indonesia.

Objective. To investigate the relationship between BMI and sexual maturity stage of adolescent boys.

Methods. A cross sectional study was performed to determine the relationship between BMI and sexual maturity stage of adolescent boys 9 to 14 year old. This study was conducted on August 2009 in Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Sexual maturity stage was determined the measurement of penile lenght and testical volume. Results. One hundred and eight (64.7%) participants were eligible which consist of 64 students of primary schools and 44 students of junior high schools. The mean of age 11.69 year old (SD 1.62); Body Weight 35.16 kg (SD 8.48); Body Height 1.41 m (SD 0.11); BMI 17.47 kg/m2 (SD 2.34); penile lenght 4.46 cm (SD 1.25); and testical volume 3.58 ml (SD 1.20). The relationship between BMI and penile length was showed by level of Pearson correlation coefficient (r) = -0.25; P = 0.06. The relationship between BMI and testis volume was showed by level of r = -0.21; P = 0.09.

Conclusion. There was no significant relationship between BMI and sexual maturity stage of adolescent boys.


(20)

1.1. Latar Belakang

Usia skelet atau disebut juga usia tulang merupakan penilaian yang rutin dilakukan oleh seluruh ahli radiologi anak. Foto radiologi dilihat dari lengan tangan yang menggambarkan tingkat maturitas seorang anak dengan mengamati perubahan tulang pada pusat osifikasinya yang dapat direkam dengan sinar-X.1,2 Standar usia skelet dilakukan untuk dapat menilai usia kronologis. Pada beberapa keadaan kesehatan, maturitas tulang dapat mengalami percepatan atau keterlambatan, dilihat dari usia tulang dan usia kronologisnya. 3

Epifisial tangan dan lengan normal dengan foto sinar-X dilihat dari atlas Greulich dan Pyle (G&P). Cara lain yaitu dengan standar Tanner-Whitehouse (TW-II) untuk melihat usia tulang secara keseluruhan.4 Maturitas tulang berhubungan dengan usia dan jenis kelamin. Perempuan umumnya mengalami peningkatan maturitas tulang 2 tahun lebih cepat dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan oleh faktor dari hormon seks steroid.5 Beberapa faktor lain yang mempengaruhi adalah status sosial-ekonomi di desa dan di kota dan faktor-faktor nutrisi.6 Penelitian sebelumnya menyatakan terdapat usia tulang yang lebih rendah dibandingkan dengan usia kronologis. 7,8


(21)

Perkiraan dari usia tulang digunakan juga sebagai menghitung prediksi tinggi badan akhir menggunakan tabel Bayley dan Pinneau. 9 Pada penelitian yang lalu didapati tabel yang dapat memprediksi tinggi badan akhir berdasarkan usia tulang.10

Di Indonesia sampai saat ini belum diketahui apakah ada perbedaan usia tulang serta hubungan antara usia tulang dengan prediksi tinggi badan akhir remaja di desa dan di kota.

1.2. Rumusan Masalah

- Apakah ada perbedaan usia tulang pada remaja di desa dan kota ? - Apakah persentase maturitas tulang dapat memprediksi tinggi

badan akhir pada remaja ?

1.3. Hipotesis

- Ada perbedaan usia tulang pada remaja di desa dan kota.

- Persentase maturitas tulang merupakan prediktor tinggi badan

akhir pada remaja.

1.4. Tujuan

Tujuan umum adalah untuk menilai usia tulang pada remaja di pedesaan dan perkotaan. Tujuan khusus adalah mengetahui prediksi tinggi badan akhir berdasarkan persentase maturitas tulang.


(22)

1. Di bidang akademik/ilmiah: meningkatkan pengetahuan peneliti tentang usia tulang pada remaja, di bidang endokrin khususnya pengaruh usia tulang pada pertumbuhan remaja di desa dan di kota.

2. Di bidang pelayanan masyarakat: meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya implementasi penilaian usia tulang dalam memprediksi tinggi akhir pada remaja.

3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan data awal terhadap bidang Endokrinologi Anak tentang usia tulang pada remaja di pedesaan dan perkotaan.


(23)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendahuluan

Usia tulang merupakan indikator utama untuk menilai maturitas tulang yang digunakan dari kelahiran sampai dewasa. Dengan menentukan usia tulang, berarti menghitung hasil akhir dari deposisi kalsium di dalam tulang. Deposisi kalsium terjadi terutama pada akhir siklus pembentukan kartilago (tulang rawan) yaitu pada saat pembuluh darah menembus pertumbuhan plat dan membawa masuk materi kalsium untuk dideposisikan.11 Keterlambatan usia tulang sering terjadi pada anak dengan keterlambatan pertumbuhan konstitusional, defisiensi pertumbuhan hormon, hipotiroid, malnutrisi dan penyakit kronis, sedangkan progresif usia tulang terjadi pada anak dengan peningkatan kadar seks steroid yang berkepanjangan.1,3

Efek samping steroid terhadap pertumbuhan, terutama ditentukan oleh lama terapi. Pada penelitian di Taiwan menemukan bahwa pemberian terapi steroid selama 6 bulan merupakan faktor penentu utama untuk terjadinya penekanan pada pertumbuhan. Rerata delta usia tulang (=8.3 bulan) menggambarkan maturasi skeletal umumnya terlambat, meski masih dalam batas normal. Namun demikian terdapat 2 pasien dalam masa pubertas dini, dengan usia tulang bahkan mengalami percepatan. Analisis statistik menunjukkan


(24)

usia tulang.12,13

Maturitas tulang sangat dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi, suku, ras, nutrisi, aktivitas fisik atau faktor – faktor lain yang mempengaruhi perkembangan dari usia. 7,8,11 Pada satu penelitian menyatakan bahwa keragaman suku mempengaruhi usia tulang. Pada suku hitam Hispanic anak perempuan lebih cepat mengalami maturitas 9 bulan menjadi 11 bulan 15 hari dibandingkan dengan suku putih Hispanic pada anak laki – laki.7 Penelitian lain menyatakan anak – anak di daerah Malawian mengalami keterlambatan usia tulang dibandingkan usia kronologisnya, dengan rata – rata usia pada anak perempuan adalah 18.6 bulan (p=0.0458) dan anak laki – laki 20.7 bulan (p=0.0157).8

Pubertas merupakan suatu periode perkembangan transisi dari anak menuju dewasa yaitu terjadi proses pematangan seksual dengan hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Munculnya tanda-tanda seks sekunder akan segera diikuti dengan perubahan komposisi tubuh serta maturasi tulang yang cepat, kemudian diakhiri penyatuan epifisis dan perawakan akhir dewasa.14-17


(25)

2.2. Teknik Sinar-X Dari Usia tulang

Dosis efektif radiasi pada anak – anak untuk pengambilan gambar sinar-X usia tulang adalah kurang dari 0.00012 mSv, sama dengan kurang dari 20 menit dari radiasi natural back-ground atau 2 menit pada

transatlantic flight. Radiasi merupakan satu persamaan antara beberapa jaringan yang terpapar, dimana beberapa jaringan lebih terpajan dibandingkan jaringan yang lain (pada bagian kulit 0.02, jaringan tulang 0.05 dan bone marrow 0.5). 18 Kombinasi antara dosis dan area yang terpapar radiasi (berkisar 3% dari luas permukaan tubuh) menghasilkan dosis yang efektif bagi radiografi pergelangan tangan.19

Pada satu penelitian meyebutkan perhitungan konservatif bahwa sinar radiasi pada daerah tangan menyebabkan resiko kematian selama 40 tahun sebesar 5.1X10-8 dengan dosis 0.00015 mSv. 20

Sehingga dalam satu kajian klinis atupun penelitian resiko pengambilan gambar sinar-X pada tangan adalah minimal dan bukan merupakan suatu penghalang dari desain penelitian dan disetujui oleh komite etik.

Gambaran sinar-X dari pergelangan tagan kiri menunjukkan kontur dari distal radius dan ulna dan beberapa metakarpal dan palang. Di setiap ke-15 tulang skeletal dinilai dengan kemaknaan usia tulang seperti pada Gambar 2.1


(26)

Gambar 2.1. Sinar-X dari pergelangan tangan kiri pasien1

2.3. Metode Penilaian Usia Tulang

Dari beberapa metode yang dipublikasikan semenjak metode pertama yang digunakan (1898), dua yang sering dipergunakan adalah metode atlas Greulich dan Pyle (GP) dan metode Tanner-Whitehouse (TW). 21 Teknik penggunaan atlas GP lebih banyak digunakan pada klinisi dan radiologi dikarenakan waktu yang diperlukan lebih sedikit diandingkan dengan metode yang lain. Beberapa penelitian yang menyatakan macam – macam dari penggunaan usia tulang, salah satunya adalah dijumpai standar kesalahan 0.55 tahun pada pembacaan di 5 kelompok ahli endokrin dan sebesar 0.61 tahun di 7


(27)

kelompok radiologis.22 Belum ada sampai sekarang penelitian tentang perbandingan staf ataupun residen dari Rumah Sakit yang berbeda – beda di negara yang berbeda tentang tingkat standar kesalahan dari pembacaan usia tulang.

2.4. Morfologi Usia Tulang Berdasarkan Jenis Kelamin

Pertumbuhan tinggi badan adalah hasil dari kontribusi yang berbeda dari pertumbuhan apendikular dan aksial. Pertumbuhan apendikular

berlanjut lebih cepat daripada masa pertumbuhan aksial

sampai masa pubertas.23-26 Selama 2 tahun pertama pada masa pubertas (11-13 tahun pada anak perempuan dan13-15 tahun anak laki-laki) kontribusi pertumbuhan aksial dan apendikular adalah sama., sementara dalam tahap pubertas terlambat, peningkatan tinggi badan yang terjadi dari aksial (4,5cm) dari pertumbuhan apendikular (1,5 cm) pada kedua jenis kelamin. Laki - laki memiliki kerangka yang lebih besar pada saat lahir dan memiliki masa pra-pubertas pertumbuhan daripada perempuan (1-2 tahun).

Sebelum pubertas, tulang tidak berbeda antara laki – laki dan perempuan,tetapi dilaporkan lebih luas pada laki-laki daripada perempuan dalam beberapa studi.27,28

Perbedaan lebar tulang dimulai dari rahim atau 6 bulan pertama


(28)

terutama selama masa pubertas. Apendikular memiliki kecepatan pertumbuhan dua kali lipat daripada kecepatan pertumbuhan aksial dari mulai usia 1 tahun dan berlanjut sampai masa pubertas, sehingga sebagian besar pertumbuhan tinggi badan sebelum pubertas didorong oleh pertumbuhan yang lebih cepat dari bagian alat gerak bawah.23-26

Selama pubertas, aposisi periosteal meningkatkan lebar tulang sementara resorpsi endosteal memperbesar rongga meduler pada anak laki–laki.31,32 Pada anak perempuan, aposisi periosteal berkurang kecepatannya lebih awal dan tidak terjadi perubahan dalam ukuranmeduler.31-34

2.5. Efek penyakit Yang Mempegaruhi

Pada Constitutional Delay of Growth and Puberty, anak–anak mengalami pubertas terlambat dibandingkan dengan anak yang normal tetapi biasanya dapat mencapai tinggi badan akhir yang normal. Pada beberapa penelitian, mengatakan bahwa kondisi klinis tetap dipertimbangkan berdasarkan perawakan pendek nonfamilial dengan pubertas yang terlambat. 33-37 Penegakan diagnostik usia tulang pada keadaan ini umum digunakan dan dijumpai adanya keterlambatan dari maturitas usia tulang tetapi perlu juga ditambahkan pemeriksaan penunjang yang lain. 1


(29)

Pada perawakan pendek idiopatik, usia tulang bukan merupakan kriteria diagnostik, yaitu tinggi badan <-2SDS sesuai usia anak tanpa dijumpai penyebab yang nyata.36-38 Usia tulang biasanya mengalami keterlambatan dengan nilai rata-rata 1.5-2 tahun (kisaran 0-4 tahun) di usia 8-11 tahun.39-40

Pada anak pendek dengan lahir di usia kehamilan muda, yaitu lahir dengan berat badan dan atau panjang badan untuk usia kehamilan kurang dari -2 SDS menurut dari etnik regional masing-masing, usia tulang sering mengalami keterlambatan sampai anak di usia 8 tahun. Pada anak yang tidak diberikan terapi, usia tulang mengalami keterlambatan diantara 1 sampai 2 tahun.41-43

Usia tulang akan mengalami keterlambatan pada anak pre-pubertas dengan kekurangan hormon pertumbuhan dengan rata – rata 2±1 tahundi usia 6 – 10 tahun. Usia tulang diharapkan meningkat dengan pemberian terapi hormon pertumbuhan pada masa pubertas. Walaupun dengan kemajuan ini, dibawah pemberian terapi, usia tulang tetap mengalami keterlambatan. Di negara Swedia dari 283 anak pre-pubertas dengan kekurangan hormon pertumbuhan, usia tulang menurun dari -2.0 ± 1.0 tahun dengan hormon pertumbuhan dimulai dari -1.8, -1.5, dan -1.2 setelah 1,2 dan 3 tahun secara berturut – turut.1


(30)

diberi terapi hormon pertumbuhan biasanya memiliki nilai usia tulang dibawah dari usia kronologisnya sebelum diterapi. Pergantian dari hormon estrogen akan meningkatkan usia tulang tetapi sebaiknya tidak digunakan pada awal terapi hormon diberikan.44

Pada keadaan gagal ginjal kronis, mekanisme pertumbuhan terganggu oleh karena malnutrisi, asidosis metabolik, gangguan elektrolit, anemia pada ginjal, dan gangguan hormon. Usia tulang mengalami keterlambatan 2.5 tahun dari usia pubertaas.1,45

2.6. Hubungan Usia Tulang Dengan Prediksi Tinggi badan Akhir

Pada tahun 1946, terdapat satu penelitian tabel yang dapat memprediksi tinggi badan akhir dari tinggi badan sekarang dan usia tulangnya. Tabel ini dikembangkan dengan atlas standar Greulich dan Pyle. Terdapat korelasi antara usia tulang, dari sinar-X gambar tangan dan tinggi badan saat gambar tangan diambil. Usia tulang berhubungan dengan persentase maturitas tinggi badan dengan usia kronologis yang konstan.10

Sampai akhirnya pada tahun 1952, Bayley dan Pinneau (BP)

mempublikasikan 11 tabel yang dapat memprediksi tinggi badan dari usia tulang yang ditentukan oleh atlas Greulich dan Pyle dan tinggi badan sesuai dengan rata-rata, percepatan, dan terlambat.46


(31)

2.7 Kerangka Konseptual

Gambar 2.3. Kerangka konseptual

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

Usia Kronologis

Usia Tulang

Nutrisi

Penyakit Kronis

Tinggi Badan Berat Badan

Hormonal / Obat-obatan

Jenis Kelamin Genetik /

Kongenital

Lingkungan Jenis Kelamin

Prediksi tinggi akhir


(32)

3.1. Desain

Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan dua kelompok berpasangan berdasarkan usia kronologis dan jenis kelamin untuk menilai perbedaan usia tulang pada remaja di pedesaan dan perkotaan. Penelitian ini juga menilai prediksi tinggi akhir berdasarkan persentase maturitas tulang.

3.2. Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan pada Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat untuk daerah pedesaan dan di Kecamatan Medan Barat, Kota Medan untuk daerah perkotaan. Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan mulai Agustus sampai September 2009.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target adalah remaja berusia 8 sampai 14 tahun. Populasi terjangkau adalah populasi target yang menjalani pendidikan SD dan SMP di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat dan di Kecamatan Medan Barat, Kota Medan selama bulan Agustus 2009. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria.


(33)

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Untuk menilai perbedaan usia tulang antara kelompok pedesaan dan perkotaan, besar sampel dihitung berdasarkan rumus untuk uji hipotesis terhadap rerata dua populasi dengan dua kelompok berpasangan :47

(Z+ Z) x sd 2

n = --- d

Z = tingkat kemaknaan = 1.96 Z = power = 1.84

sd = simpang baku dari selisih rerata (dari pustaka) = 24.1 bulan d = selisih rerata kedua kelompok yang bermakna = 12 bulan

Dari perhitungan rumus tersebut, maka besar sampel untuk masing-masing kelompok adalah sebesar minimal 58 orang.

Untuk menilai prediksi tinggi akhir berdasarkan usia tulang, besar sampel dihitung berdasarkan rumus uji korelasi:

ZZ n = --- + 3

0.5ln [(1 + r)/(1 – r)]

r = perkiraan koefisien korelasi = 0.5

Dari perhitungan rumus tersebut, didapat besar sampel adalah 42 orang.


(34)

Kriteria inklusi :

- Remaja berusia 8 sampai 14 tahun yang berdomisili di desa dan di kota.

- Mendapat informed consent dari orang tua Kriteria eksklusi :

- Mendapat steroid jangka panjang

- Menderita penyakit kronis (tuberkulosis, gagal ginjal) - Kelainan dismorfik atau proporsi tubuh abnormal

3.6. Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

Subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua untuk dilakukan pemeriksaan sinar-X pada pergelangan tangan kiri. Formulir persetujuan setelah penjelasan dan naskah penjelasan terlampir.

3.7. Etika Penelitian


(35)

3.8. Cara Kerja 3.8.1. Alokasi Subyek

Pemilihan sekolah ditetapkan secara purposive sampling. Pemilihan subyek ditetapkan secara consecutive sampling dengan dua kelompok berpasangan berdasarkan usia kronologis dan jenis kelamin.

3.8.2. Pengukuran

Tahap awal adalah melakukan survey awal terhadap SD di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat untuk pedesaan dan di Kecamatan Medan Barat, Kota Medan untuk perkotaan. Pendataan dilakukan berdasarkan status pasien di Divisi Endokrinologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU (terlampir).

Tinggi Badan diukur dengan menggunakan microtoa 2 m yang terbuat dari metal dengan tingkat ketepatan 0.5 cm. Subjek diukur pada posisi tegak dengan pandangan lurus menghadap ke depan, bokong dan tumit menempel ke dinding, serta tanpa menggunakan alas kaki. Berat Badan diukur dengan menggunakan timbangan Camry

dengan tingkat ketepatan 0.5 kg. Subjek ditimbang tanpa menggunakan alas kaki dan hanya memakai pakaian sekolah sehari-hari saja. Indeks Massa Tubuh diukur dengan menilai BB (dalam kg) / TB2 (dalam m2).

Pengambilan sampel untuk kelompok pedesaan dengan menilai kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel untuk kelompok


(36)

dan jenis kelamin. Usia tulang dinilai oleh ahli radiologi berdasarkan gambaran sinar-X tulang pada pergelangan tangan kiri. Pengambilan sinar-X dilakukan di Bagian Radiologi, Rumah Sakit Islam Malahayati, Medan. Prediksi tinggi badan akhir dinilai berdasarkan usia tulang dengan menggunakan tabel Balley & Pinneau (terlampir).

3.9. Identifikasi Variabel

1. Perbandingan usia tulang pada remaja di pedesaan dan perkotaan:

Variabel bebas Skala

- Remaja desa dan kota Nominal dikotom

Variabel tergantung Skala

- Kelompok usia tulang Ordinal

(retarded, average, accelerated)

2. Prediksi tinggi badan akhir berdasarkan maturitas tulang:

Variabel bebas Skala

- Maturitas tulang Numerik

Variabel tergantung Skala


(37)

3.10. Definisi Operasional

 Remaja adalah anak berusia 8 sampai 14 tahun yang sedang menjalani pendidikan tingkat SMP.

 Desa adalah desa di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.. Kota adalah Kota Medan.

 Usia tulang adalah usia yang dinilai berdasarkan gambaran X-Ray tulang pada telapak tangan kiri dengan metode Greulich Pyle.

 Usia kronologis adalah usia (dalam satuan bulan) yang dihitung sejak tanggal lahir sampai dengan dilakukan pengambilan sampel.

 Usia tulang adalah usia radiologis yang menggambarkan tingkat maturitas tulang yang direkam dengan sinar-X.

 Kelompok usia tulang adalah penilaian terhadap usia tulang berdasarkan kesesuaian dengan usia kronologis yang terdiri dari

retarded, averaged, dan accelerated.

 Maturitas tulang adalah tingkat kematangan tulang dalam persentase yang dinilai berdasarkan tabel Balley & Pinneau.

 Prediksi tinggi badan akhir adalah perkiraan tinggi badan dewasa berdasarkan usia tulang dan maturitas tulang.


(38)

Data diolah dengan menggunakan program komputer (SPSS Versi 14.0 dan Microsoft Excell 2007). Interval kepercayaan yang digunakan adalah batas kemaknaan P <0,05. Untuk menilai perbandingan usia tulang pada remaja di pedesaan dan perkotaan digunakan uji kai kuadrat. Untuk menilai prediksi tinggi badan berdasarkan maturitas tulang digunakan uji regresi linier dan korelasi pearson (r).


(39)

BAB

4. HASIL

4.1. Populasi terjangkau dan karakteristik subyek penelitian

Penelitian untuk kelompok pedesaan dilaksanakan di SD Negeri 050707 Desa Telaga Jernih, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Populasi terjangkau pada kelompok pedesaan berjumlah 313 siswa SD yang terdiri dari 102 siswa laki-laki dan 211 siswa perempuan. Sedangkan untuk kelompok perkotaan diadakan di SD Swasta Rahmat Islamiyah, Medan. Populasi terjangkau pada kelompok perkotaan berjumlah 563 orang yang terdiri dari 261 siswa laki-laki dan 302 siswa perempuan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis, tidak ada anak yang mendapat steroid jangka panjang, kemoterapi, atau radioterapi, menderita penyakit kronis (tuberkulosis, gagal jantung), kelainan dismorfik atau proporsi tubuh abnormal, dan kelainan kongenital pada tulang (polidaktili, sindaktili). Jumlah anak yang diikutsertakan pada penelitian ini adalah sama baik usia maupun jenis kelamin pada masing-masing kelompok. Karakteristik dasar subyek penelitian seperti pada tabel 4.1.


(40)

Pedesaan Perkotaan

Variabel Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan (n = 26) (n = 32) (n = 26) (n = 32) Usia kronologis, 129.5 (16.14) 132.4 (13.86) 130.0 (15.65) 132.0 (13.03) bulan

Berat badan, kg 26.9 (8.19) 26.1 (6.52) 30.5 (8.76) 28.8 (6.72) Tinggi badan, cm 133.9 (8.85) 133.8 (8.82) 131.4 (8.30) 133.4 (9.60) IMT, kg/m2 14.7 (2.50) 14.4 (2.27) 17.4 (3.59) 16.1 (2.96) Maturitas tulang 80.8 (3.58) 90.0 (3.54) 81.1 (4.10) 89.4 (3.83) Prediksi TB, cm 165.7 (7.19) 148.8 (6.44) 163.2 (7.39) 148.6 (8.42) Nilai dalam mean (SD)

4.2. Usia tulang dan prediksi tinggi akhir

Pada remaja pedesaan, 15 orang (25.9%) mengalami keterlambatan usia tulang, 43 orang sesuai usia kronologis, dan tidak ada yang mengalami percepatan usia tulang. Sedangkan pada remaja perkotaan, 8 orang (13.8%) mengalami keterlambatan usia tulang, 47 orang sesuai usia kronologis, dan 3 orang (5.2%) mengalami percepatan usia tulang. Berdasarkan jenis kelamin, usia tulang pada remaja pedesaan dan perkotaan dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Perbandingan usia tulang pada remaja pedesaan dan perkotaan

Variabel Pedesaan Perkotaan P

Laki-laki, n(%)

- Retarded 6 (23.1) 6 (23.1) 0.599

- Averaged 20 (76.9) 19 (73.1)

- Accelerated 0 1 (3.8)

Perempuan, n(%)

- Retarded 9 (28.1) 2 (6.3) 0.031

- Averaged 23 (71.9) 28 (87.4)


(41)

Berdasarkan analisis di atas, tidak dijumpai perbedaan usia tulang pada laki-laki antara kelompok pedesaan dan perkotaan. Namun dijumpai perbedaan bermakna usia tulang pada perempuan, dimana usia tulang lebih mengalami percepatan pada kelompok perkotaan dibandingkan pedesaan.

4.3. Prediksi tinggi badan berdasarkan maturitas tulang

Hubungan antara prediksi tinggi badan dengan maturitas tulang pada laki-laki seperti tertera pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.1. Prediksi TB laki – laki berdasarkan persentase maturitas tulang

Berdasarkan analisis statistik, prediksi tinggi badan pada laki-laki tidak ada korelasi yang bermakna dengan maturitas tulang (r=-0,164; P=0,123 ).

PMT PTB


(42)

pada perempuan seperti tertera pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.2. Prediksi TB perempuan berdasarkan persentase maturitas tulang

Berdasarkan analisis statistik, prediksi tinggi badan pada anak perempuan tidak ada korelasi yang bermakna dengan maturitas tulang (r= -0,09; P=0,35).

PMT PTB


(43)

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Penilaian usia tulang merupakan pemeriksaan radiologis umum yang digunakan ahli anak untuk menentukan adanya perbedaan usia tulang dan usia kronologisnya (dalam tahun, diambil dari tanggal kelahiran). Penilaian usia tulang sangat membantu untuk dapat memonitor terapi hormon pertumbuhan dan diagnostik dari kelainan – kelainan endokrin. Atlas yang sering digunakan pada metode ini adalah atlas Greulich dan Pyle. Atlas ini diambil dari populasi sosial ekonomi menengah ke bawah dari anak-anak Kausian, Afrika, Amerika, Hispanik, Asia, dan beberapa negara lainnya. 48,49 Pada satu penelitian di negara Eropa, menyarankan penentuan usia tulang lebih bagus digunakan dengan metode Greulich dan Pyle.49,50 Penelitian lain mengatakan bahwa dengan menggunakan standar Greulich dan Pyle sesuai untuk anak di Afrika-Amerika dan Eropa-Amerika pada anak di tahun kelahiran di atas 1980. Terdapat perbedaan bermakna pada maturitas tulang , dimana usia tulang pada anak laki – laki di Eropa-Amerika lebih cepat 3 bulan dibandingkan dengan anak laki-laki di Afrika-Amerika.58

Pada penelitian ini tidak dijumpai perbedaan usia tulang remaja

di desa dan di kota. Hal ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan di daerah Malawian, terdapat 139


(44)

penelitian yang dilakukan pada anak dengan kulit hitam dan kulit putih dijumpai perbedaan usia tulang yang minimal.12

Dijumpai beberapa keadaan yang mempengarui usia tulang seperti jenis kelamin, ras, status sosial ekonomi, penyakit sistemik, gangguan nutrisi, keterlambatan konstitusional, kelainan kongenital dan endokrin.6o Pada dua penelitian sebelumya dikatakan bahwa daerah dengan sosial ekonomi yang rendah menyebabkan keterlambatan pada usia skelet.14 Sayangnya pada penelitian ini tidak dinilai status ekonomi pada orang tua dari tiap pasien yang dilakukan gambar sinar-X.

Pada beberapa keadaan kesehatan, maturitas tulang dapat

mengalami percepatan atau keterlambatan, dilihat dari usia tulang dan usia kronologisnya.3 Pada satu penelitian mengalami percepatan maturitas tulang pada keadaan idiopatik juvenil artritis. Seorang anak perempuan usia 4 tahun 8 bulan dilakukan sinar-X usia tulang pada tangan kirinya didapati usia tulang berdasarkan atlas Greulich dan Pyle adalah 6 tahun 10 bulan, dimana standar deviasinya adalah 3.4 di atas rata – rata usianya. 51 Keterlambatan usia tulang dijumpai pada satu keadaan akondroplasia. Dijumpai pada satu penelitian, akibat dari mutasi Fibroblast Growth Factor Receptor 3 (FGFR3), proses osifikasi


(45)

mengalami keterlambatan mengakibatkan keterlambatan terhadap usia tulang. 52

Pada penelitian ini, dieksklusikan beberapa keadaan penyakit yang akan membawa bias pada penelitian ini. Seperti yang disebutkan oleh salah satu penelitian di Indonesia, Denpasar, bahwa rerata lama terapi 9,6 bulan, hanya 1 pasien yang mempunyai tinggi badan berada di bawah standar tinggi badan berdasarkan umur dan jenis kelamin. Sedangkan dua pasien memiliki tinggi badan di atas 100% standar. Rerata delta usia tulang (+8,3 bulan)menggambarkan maturasi skeletal umumnya terlambat, meski masih dalam batas normal.Analisa statistik menunjukkan lama terapi ternyata tidak memiliki hubungan dengan tinggi badan dan usia tulang.12

Pada satu keadaan defisiensi yodium di daerah desa di negara Cina, mengalami keterlambatan pada usia tulangnya. Hal ini berdasarkan beberapa faktor diantaranya adalah ibu yang malnutrisi semasa kehamilan, genetik, faktor internal ataupun endokrin dan pada saat telah lahir diakibatkan oleh malnutrisi, beberapa penyakit, kurangnya kalsium dan vitamin D diakibatkan sosial ekonomi yang rendah akan mengakibatkan kelainan pada perkembangan dan tulang.53 Pada penelitian lain menyebutkan, bahwa suplementasi dari yodium pada anak-anak sekolah dapat meningkatkan IGF-I dan IGFBP-3 yang mempengaruhi pertumbuhan tulang. 54


(46)

konsumsi minuman merupakan salah satu, dimana di negara Cina

mengkonsumsi minuman susu memberikan pengaruh pada bone

mineral content sehingga dapat mempengaruhi usia tulang tersebut. Minuman susu merupakan komposisi nutrisi yang bermanfaat pada anak usia sekolah. 55-57 Pada dua penelitian sebelumnya mengatakan bahwa konsumsi minuman bersoda mempengaruhi penambahan massa tulang pada anak perempuan tetapi tidak pada dewasa muda laki – laki.59 Pada penelitian ini tidak dimasukkan data – data asupan makanan dan minuman yang mempengaruhi maturitas tulang anak. Hal ini dikarenakan minimalnya data yang di dapat di daerah desa.

Pada penelitian di Indonesia menyatakan bahwa terdapat

perbedaan usia kronologis dari tiap maturitas tulang yang dilihat berdasarkan index maturitas tulang dan maturasi verbal cervikal dari kelompok yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin ataupun etnik.60

Pada penelitian ini digunakan tabel Bayley dan Pinneau untuk

melihat prediksi tinggi badan akhir. Pada tabel ini dikorelasikan usia skelet dengan per cent mature height (PMH) dengan usia kronolis sebagai kontantanya. Dilakukan pemeriksaan terhadap 192 anak normal di Berkeley (103 anak perempuan dan 89 anak laki – laki) yang dinilai usia tulangnya setiap 6 bulan selama dari usia 8 tahun sampai 18 tahun atau sampai dijumpai tulang epifisis yang tertutup. Pada


(47)

peneltian sebelumnya juga sangat direkomendasikan bahwa penilaian usia tulang dilakukian dengan menggunakan atlas Greulich dan Pyle.10

Didapati pada penelitian ini bahwa tidak dijumpai perbedaan prediksi tinggi badan pada anak laki – laki dengan maturitas tulang ataupun prediksi tinggi badan pada anak perempuan dengan maturitas tulang.


(48)

5.1. Kesimpulan

Tidak dijumpai perbedaan usia tulang pada laki-laki antara kelompok pedesaan dan perkotaan. Namun dijumpai perbedaan bermakna usia tulang pada perempuan, dimana usia tulang lebih mengalami percepatan pada kelompok perkotaan dibandingkan pedesaan. Persentase maturitas tulang tidak ada korelasi yang bermakna dengan prediksi tinggi badan akhir.

5.2. Saran

Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai faktor-faktor yang hubungan usia tulang dengan faktor lingkungan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi prediksi tinggi badan akhir berdasarkan usia tulang.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

1. Martin DD, Wit JM, Hochberg Z, Savendahl L, Rijn RR, Fricke O, et all. The use of bone age in clinical practise-part 1. Horm Res Paediatr 2011; 76:1-9

2. Gross GW, Boone JM, Bishop DM. Pediatric skeletal age. Radiology. 1995; 195:689-95

3. Griffith JF, Cheng JCY, Wong E. Are western skeletal age standards applicable to the Hongkong Chinese population?A comparison of the Greulich and Pyle method and the Tanner and Whitehouse method. Hongkong Med J. 2007; 13(suppl.3):528-32

4. Brook DG, Brown SR. Problems of growth in childhood. Dalam : Brook DG, Brown SR. Handbook of clinical pediatric endocrinology. Edisi-1. Blackwell, 2008. h.33-58

5. Lee PA, kulin HE. Normal pubertal development. Dalam : Moshang T, Pediatric endocrinology. Edisi-1. Philadelphia : Mosby,2005. h. 63-151 6. Styne D. Growth. Dalam : Greenspan FS, Gardner DG. Basic and clinical

endocrinology. Edisi ke-7. Newyork:McGraw-Hill Companies, 2004.h.176-214

7. Ontell FK. Ivanovic M, Ablin DS, Barlow TW. Bone age in children of diverse ethnicity. AJR 1996; 167:1395-8

8. Lewis CP, Lavy CB, Harrison WJ. Delay in skeletal maturity in Malawian children. J Bone Joint Surg. 2002; 84:732-4.

9. Patel L, Clayton PE. Normal and disordered growt. Dalam : Brook CG, Calyton PE, Brown RS. Clinical pediatric endocrinology. Edisi-5. London : Blackwell publishing, 2005. h. 90-112

10. Bayley N, Pinneau RS. Tables for predicting adult height from skeletal age : revised for use with the greulich and pyle hand standards. J.Pediat. 1946; 28:49

11. Zadik Zvi. Pitfalls for bone age measurement. J pediatr endocr met.2011; 24(7-8)

12. Wati KD, Suarta K, Soetjiningsih. Tinggi badan dan usia tulang sindrom nefrotik yang mendapat terapi steroid jangka panjang. Sari pediatri.2002; 4(2): 83-87

13. Tsau YK, Chen CH, Lee PI. Growth in children with nephrotic syndrome. Taiwan I hsueh Hui Tsa Chih 1989; 88:900-6

14. Garilbadi L. Physiology of puberty. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson text book of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelpia : saunders Corporation, 2008. h.2308

15. Marcell AV.Adolescence. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson text book of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelpia : saunders Corporation, 2008. h.60-5


(50)

17. Pulungan AB, Hendarto A, Hegar B, Oswari H. Nutrition growth development. Edisi ke-1. Jakarta : IDAI, 2006.h.11-25

18. Thorne MC: Background radiation : natural and man-made. J Radiol Prot 2003; 23:29-42

19. Jung H: The radiation risks fromX-ray studies for age assessment in criminal priceedings.Rofo 2000 ;172: 553

20. Greulich W, Pyle S: Radiographic atlas of the skeletal development of the hand and wrist, ed 2. Stanford, Stanford University Press, 1959

21. 22.

23. Maresh MM. Linear growth of long bones of extremities from infancy through adolescence: continuing studies. American journal of diseases of children 1955; 89: 725–742

24. Tanner JM & Whitehouse RH. Clinical longitudinal standards for height, weight, height velocity, weight velocity and stages of puberty. Archives of Disease in Childhood 1976; 51: 170–179

25. Hensinger RN. Standards in pediatric orthopedics. New York: Raven Press, 1986.

26. Karlberg J. The infancy-childhood growth spurt. Acta paediatrica scandinavica 1990; 367: 111–118

27. Clark EM, Ness AR & Tobias JH. Gender differences in the ratio between humerus width and length are established prior to puberty. Osteoporosis International 2007; 18(4): 463–470

28. Hogler W, Blimkie CJ, Cowell CT et al. A comparison of bone geometry and cortical density at the mid-femur between prepuberty and young adulthood using magnetic resonance imaging. Bone 2003 ; 33(5) :771– 778.

29. Bolton NJ, Tapanainen J, Koivisto M et al. Circulating sex hormone-binding globulin and testosterone in newborns and infants. Clinical Endocrinology 1989; 31(2): 201–207

30. Tanner JM, Whitehouse RH, Marubini E et al. The adolescent growth spurt of boys and girls of the Harpenden growth study. Annals of Human Biology 1976; 3(2): 109–126

31. Neu CM, Rauch F, Manz F et al. Modeling of cross-sectional bone size, mass and geometry at the proximal radius: a study of normal bone development using peripheral quantitative computed tomography. Osteoporosis International 2001; 12(7): 538–547

32. Tanner JM, Hughes PC & Whitehouse RH. Radiographically determined widths of bone muscle and fat in the upper arm and calf from age 3–18 years. Annals of Human Biology 1981; 8(6): 495–517

33. Garn SM. The course of bone gain and the phases of bone loss. The Orthopedic Clinics of North America1972; 3(3): 503–520


(51)

34. Bass S, Delmas PD, Pearce G et al. The differing tempo of growth in bone size, mass, and density in girls is region-specific. The Journal of Clinical Investigation 1999; 104(6): 795–804

35. Rekers-Mombarg LT, Wit JM, Massa GG, Ranke MB, Buckler JM,

Butenandt O, Chaussain JL, Frisch H, Leiberman E: Spontaneous growth

in idiopathic short stature. European Study Group. Arch Dis Child 1996;

75: 175–180

36. Cohen P, Rogol AD, Deal CL, Saenger P, Reiter EO, Ross JL,

Chernausek SD, Savage MO, Wit JM: Consensus statement on the

diagnosis and treatment of children with idiopathic short stature: a

summary of the Growth Hormone Research Society, the Lawson Wilkins

Pediatric Endocrine Society, and the European Society for Paediatric

Endocrinology Workshop. J Clin Endocrinol Metab 2008; 93: 4210

37. Deodati A, Cianfarani S: Impact of growth hormone therapy on adult

height of children with idiopathic short stature: systematic review. BMJ

2011; 342:c7157

38. Ranke MB: Towards a consensus on the definition of idiopathic short

stature. Horm Res 1996; 45: 64–66

39. Wit JM, Rekers-Mombarg LTM: Final height gain by GH therapy in

children with idiopathic short stature is dose dependent. J Clin Endocrinol Metab 2002; 87: 604

40. Albertsson-Wikland K, Aronson AS, Gustafsson J, Hagenas L, Ivarsson

SA, Jonsson B, Kristrom B, Marcus C, Nilsson KO, Ritzen EM, Tuvemo T,

Westphal O, Aman J: Dosedependent effect of growth hormone on final

height in children with short stature without growth hormone deficiency. J

Clin Endocrinol Metab 2008; 93: 4342–4350

41. Arends NJT, Boonstra VH, Mulder PGH, Odink RJH, Stokvis-Brantsma

WH, Rongen- Westerlaken C, Mulder JC, Delemarre-Van de Waal H,

Reeser HM, Jansen M, Waelken JJJ, Hokken-Koelega ACS: GH

treatment and its effect on bone mineral density, bone maturation and

growth in short children born small for gestational age: 3-year results of a

randomized, controlled GH trial. Clin Endocrinol 2003; 59: 779–787

42. Darendeliler F, Ranke MB, Bakker B, Lindberg A, Cowell CT,

Albertsson-Wikland K, Reiter EO, David A: Bone age progression during the first year

of growth hormone therapy in pre-pubertal children with idiopathic growth

hormone deficiency, Turner syndrome or idiopathic short stature, and in

short children born small for gestational age. Horm Res 2005; 63: 40–47

43. Jung H, Land C, Nicolay C, De Schepper J, Blum WF, Schoenau E:

Growth response to an individualized versus fixed dose GH treatment in

short children born small for gestational age: the OPTIMA study. Eur J

Endocrinol 2009; 160: 149

44. Chernausek SD, Attie KM, Cara JF, Rosenfeld RG, Frane J: Growth


(52)

Clin Endocrinol Metab 2000; 85: 2439–2445

45. Schaefer F, Seidel C, Binding A, Gasser T, Largo RH, Prader A, Scharer

K: Pubertal growth in chronic renal failure. Pediatr Res 1990; 28: 5

46. Moore TW, Eastman CR. Bone age. Dalam : Diagnostic Endocrinology. Edisi ke-2. Philadelphia : Mosby,2005. h. 51-5

47. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam : Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta : Sagung Seto, 2008. h.302–31.

48. Gertych A, Zhang A, Sayre J, Sylwia P, Pospiech-Kurkowska S, Huang HK. Bone age assessment of children using a digital hand atlas. Computerized Medical Imaging and Graphics. 2007; 31:322-31

49. Groell R, Lindbichler F, Riepl T, Gherra L, Roposch A, Fotter R.The reliability of bone age determination in central European children using the Greulich and Pyle method. J Radiol.1999; 72 : 461-4

50. Khan KM, Miller BS, Hoggard E, Somani A, Sarafoglou K. Application of ultrasound for bone age estimation in clinical practice. J Pediatr. 2009; 154 : 243-7

51. Borzutzky A, Martinez-Aguayo A. Accelerated carpal bone maturation in juvenile idiopathic arthritis : pitfall for bone age measurement. J Pediatr Endocr Met. 2011; 24 (7-8):551

52. Pannier S, Mugniery E, Jonquoy A, Benoist-Lasselin C, Odent T, Jais J. Delayed bone age due to a dual effect of FGFR3 mutation in Achondroplasia. Bone. 2010 ;47 : 905-15

53. Yuan LQ, Teng FW, Zhai JR, Hui WS, Gao YW, Liu LY. In rural areas of iodine deficiency on bone age and physical development of children. Chinese Journal of Radiation Medicine. 1979,13 (1):19-23

54. Zimmermann M, Jooste LP, Mabapa SN, Mbhenyane X, Schoeman S, Biebinger R, et all. Treatment of iodine deficiency in school-age children increases insulin-like growth factor (IGF)-I and IGF binding protein-3 concentration and improves somatic growth. J Clinc Endocr & Metab 2007. 92(2): 437- 4 Du XQ, Greenfield H, Fraser DR, Ge KY, Liu ZH, He W. Milk consumption and bone mineral content in chinese adolescent girls. Bone.2002;30:521-8

55. Du XQ, Greenfield H, Fraser DR, Ge KY, Liu ZH, He W. Milk consumption and bone mineral content in chinese adolescent girls. Bone.2002;30:521-8 56. Volek JS, Gomez AL, Scheett TP, Sharman MJ, French DN, Rubin MR, et all. Increasing fluid milk favorably affects bone mineral density responses to resistance training in adolescent boys. 2005; 45:1353-6

57. Cashman KD.Milk minerals (including trace elements) and bone health. International Dairy Journal.2006;16:1389-98


(53)

58. Mora S, Boechat MI, Pietka E, Huang HK, Gilsanz V.Skeletal age determinations in children of European and African descent:Applicability of the Greulich and Pyle standards.pediatr Res.2001;50:624-8

59. Whiting SJ, Vatanparast H, Baxter-Jones A, Faulkner RA, Mirwald R, Bailey DA. Factors that affect bone mineral accrual in the adolescent growth spurt. J Nutr.2004; 134 : 6965-7005

60. Soegiharto BM, Cunningham S, Moles DR. Skeletal maturation in Indonesian and white children assessed with hand-wrist and cervical vertebrae methods. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2008; 134:217-26


(54)

1. Susunan Peneliti

1. Ketua penelitian : dr. Karina Sugih Arto

2. Supervisor / Anggota : dr. Hj. Melda Deliana, SpAK dr. Muhammad Ali, SpAK dr. H. Hakimi, Sp.AK 3. Anggota penelitian : dr. Rizky Adriansyah

dr. Badai Buana Nasution dr. Ade Rahmat Yudiyanto dr. Fahrul Azmi Tanjung dr. Fadli Syah Putra 4. Tenaga Administrasi : 1 orang

2. Rencana Anggaran

No Uraian Jumlah

1 Honorarium

Tenaga Administrasi Rp 200.000,-

2 Fotokopi (900 lbr x Rp 200) Rp 1.800.000,-

3 Transportasi dan Akomodasi Rp 2.000.000,-

4 X-ray (120 orang x Rp 50.000) Rp 6.000.000,-

5 Penggandaan Proposal dan Laporan Penelitian Rp 1.000.000,-

Total Rp 11.000.000,-

3. Jadwal Penelitian

JULI AGUSTUS SEPTEMBER

PERSIAPAN PELAKSANAAN

PENYUSUNAN LAPORAN PENGGANDAAN


(55)

4. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ……….…… Umur ……… tahun

Alamat :………..………

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan PERSETUJUAN

untuk dilakukan pemeriksaan foto rontgen untuk menilai usia tulang terhadap anak saya :

Nama : ………. Umur ..…… tahun

Alamat Rumah :……...………..

Alamat Sekolah : ………

yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

…………., ………2008

Yang memberikan Yang membuat pernyataan

penjelasan persetujuan

dr. ………. ………...

Saksi – saksi : Tanda tangan

1. ………. ………


(56)

Yth. Bapak / Ibu ………..……….

Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri. Kami dokter Karina Sugih Arto dan kawan-kawan, bertugas di Divisi Endokrinologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H Adam Malik Medan. Saat ini kami sedang melaksanakan penelitian tentang usia tulang pada anak SD dan SMP di Kecamatan Sicanggang, Kabupaten Langkat dan di Kota Medan. Bersama

ini kami mohon izin kepada Bapak/Ibu orang tua dari

_____________________________ untuk melakukan membawa anak Bapak / Ibu ke rumah sakit (RSI Malahayati, Medan) untuk dilakukan pemeriksaan foto rontgen pada pergelangan tangan kiri untuk menilai usia tulangnya. Sampai saat ini belum kami jumpai efek samping yang timbul akibat pemeriksaan foto rontgen pada pergelangan tangan kiri tersebut.

Jika Bapak / Ibu bersedia agar anaknya dilakukan pemeriksaan tersebut, maka kami mengharapkan Bapak/Ibu bersedia datang ke sekolah pada_______________________________________ untuk menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP). Demikian yang dapat kami sampaikan.

Atas perhatian Bapak/Ibu, diucapkan terima kasih.

Mengetahui : Hormat kami,

Kepala Sekolah Tim Peneliti


(57)

6. Status Pasien Divisi Endokrinologi

No. Reg : Tanggal : Dilakukan Oleh : Identitas Pribadi

Nama : ………..L / P

Tempat, Tanggal Lahir : ………

Tinggi / Berat Badan : ………

Alamat Rumah : ………

Alamat Sekolah : ………

Anak ke ….. dari ….. bersaudara. Kembar (ya / tidak)

Identitas Orang Tua Ibu Ayah

Nama ……… ……….

Tanggal Lahir ……… ……….

Suku Bangsa ………... …………...……

Pekerjaan ……… ………

Pendidikan ……… ………

Tinggi / Berat Badan ……… ………

Penyakit (jika ada) ……… ………

Riwayat kelainan keturunan dalam keluarga : ya / tidak *)……… ANAMNESIS

Penyakit yang sedang dialami (jika ada) : ………

Penyakit terdahulu yang pernah dialami (jika ada) : ………

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : tampak sehat / sakit ; Kesadaran : ………

Status Pubertas : G … P …Volume Testis :… ml Panjang Penis :… cm Payudara : ….Rambut Pubis : ….. Menars: ya/tidak

Kelainan kongenital nyata / dismorfik : ………

TD : ………… HR : …… Pols : ……… Temp. : …… RR : …

Kepala : bentuk ………. rambut ……

telinga ……….. mata ……… hidung … mulut …

Leher : tiroid ……... KGB : …………

Dada : ………

Perut : ………Hati ……Limpa …….Ginjal ………

Genitalia : ………

Ekstremitas : Atas ……… Bawah ………

UKURAN-UKURAN BADAN

Tinggi Badan : ……Persentil…… Berat Badan:... . Persentil ... Lingkar Kepala : ……. Lingkar Dada : ….… Lingkar Perut Tidur : …….

TB pusat –atas :…… TB Pusat / Bawah ……Rasio TB atas / bawah : ……


(1)

replacement on final height. Genentech, Inc, Collaborative Study Group. J Clin EndocrinolMetab 2000; 85: 2439–2445

45. Schaefer F, Seidel C, Binding A, Gasser T, Largo RH, Prader A, Scharer K: Pubertalgrowth in chronic renal failure. Pediatr Res 1990; 28: 5

46. Moore TW, Eastman CR. Bone age. Dalam : Diagnostic Endocrinology. Edisi ke-2. Philadelphia : Mosby,2005. h. 51-5

47. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam : Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta : Sagung Seto, 2008. h.302–31.

48. Gertych A, Zhang A, Sayre J, Sylwia P, Pospiech-Kurkowska S, Huang HK. Bone age assessment of children using a digital hand atlas. Computerized Medical Imaging and Graphics. 2007; 31:322-31

49. Groell R, Lindbichler F, Riepl T, Gherra L, Roposch A, Fotter R.The reliability of bone age determination in central European children using the Greulich and Pyle method. J Radiol.1999; 72 : 461-4

50. Khan KM, Miller BS, Hoggard E, Somani A, Sarafoglou K. Application of ultrasound for bone age estimation in clinical practice. J Pediatr. 2009; 154 : 243-7

51. Borzutzky A, Martinez-Aguayo A. Accelerated carpal bone maturation in juvenile idiopathic arthritis : pitfall for bone age measurement. J Pediatr Endocr Met. 2011; 24 (7-8):551

52. Pannier S, Mugniery E, Jonquoy A, Benoist-Lasselin C, Odent T, Jais J. Delayed bone age due to a dual effect of FGFR3 mutation in Achondroplasia. Bone. 2010 ;47 : 905-15

53. Yuan LQ, Teng FW, Zhai JR, Hui WS, Gao YW, Liu LY. In rural areas of iodine deficiency on bone age and physical development of children. Chinese Journal of Radiation Medicine. 1979,13 (1):19-23

54. Zimmermann M, Jooste LP, Mabapa SN, Mbhenyane X, Schoeman S, Biebinger R, et all. Treatment of iodine deficiency in school-age children increases insulin-like growth factor (IGF)-I and IGF binding protein-3 concentration and improves somatic growth. J Clinc Endocr & Metab 2007. 92(2): 437- 4 Du XQ, Greenfield H, Fraser DR, Ge KY, Liu ZH, He W. Milk consumption and bone mineral content in chinese adolescent girls. Bone.2002;30:521-8

55. Du XQ, Greenfield H, Fraser DR, Ge KY, Liu ZH, He W. Milk consumption and bone mineral content in chinese adolescent girls. Bone.2002;30:521-8 56. Volek JS, Gomez AL, Scheett TP, Sharman MJ, French DN, Rubin MR, et all. Increasing fluid milk favorably affects bone mineral density responses to resistance training in adolescent boys. 2005; 45:1353-6


(2)

58. Mora S, Boechat MI, Pietka E, Huang HK, Gilsanz V.Skeletal age determinations in children of European and African descent:Applicability of the Greulich and Pyle standards.pediatr Res.2001;50:624-8

59. Whiting SJ, Vatanparast H, Baxter-Jones A, Faulkner RA, Mirwald R, Bailey DA. Factors that affect bone mineral accrual in the adolescent growth spurt. J Nutr.2004; 134 : 6965-7005

60. Soegiharto BM, Cunningham S, Moles DR. Skeletal maturation in Indonesian and white children assessed with hand-wrist and cervical vertebrae methods. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2008; 134:217-26


(3)

LAMPIRAN

1. Susunan Peneliti

1. Ketua penelitian : dr. Karina Sugih Arto

2. Supervisor / Anggota : dr. Hj. Melda Deliana, SpAK dr. Muhammad Ali, SpAK dr. H. Hakimi, Sp.AK 3. Anggota penelitian : dr. Rizky Adriansyah

dr. Badai Buana Nasution dr. Ade Rahmat Yudiyanto dr. Fahrul Azmi Tanjung dr. Fadli Syah Putra 4. Tenaga Administrasi : 1 orang

2. Rencana Anggaran

No Uraian Jumlah

1 Honorarium

Tenaga Administrasi Rp 200.000,- 2 Fotokopi (900 lbr x Rp 200) Rp 1.800.000,- 3 Transportasi dan Akomodasi Rp 2.000.000,- 4 X-ray (120 orang x Rp 50.000) Rp 6.000.000,- 5 Penggandaan Proposal dan Laporan Penelitian Rp 1.000.000,-

Total Rp 11.000.000,-

3. Jadwal Penelitian

JULI AGUSTUS SEPTEMBER PERSIAPAN

PELAKSANAAN PENYUSUNAN

LAPORAN PENGGANDAAN


(4)

4. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ……….…… Umur ……… tahun

Alamat :………..……… dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN

untuk dilakukan pemeriksaan foto rontgen untuk menilai usia tulang terhadap anak saya :

Nama : ………. Umur ..…… tahun Alamat Rumah :……...……….. Alamat Sekolah : ……… yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

…………., ………2008 Yang memberikan Yang membuat pernyataan

penjelasan persetujuan

dr. ………. ………...

Saksi – saksi : Tanda tangan

1. ………. ………


(5)

5. Naskah Penjelasan kepada Orangtua

Yth. Bapak / Ibu ………..……….

Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri. Kami dokter Karina Sugih Arto dan kawan-kawan, bertugas di Divisi Endokrinologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H Adam Malik Medan. Saat ini kami sedang melaksanakan penelitian tentang usia tulang pada anak SD dan SMP di Kecamatan Sicanggang, Kabupaten Langkat dan di Kota Medan. Bersama ini kami mohon izin kepada Bapak/Ibu orang tua dari _____________________________ untuk melakukan membawa anak Bapak / Ibu ke rumah sakit (RSI Malahayati, Medan) untuk dilakukan pemeriksaan foto rontgen pada pergelangan tangan kiri untuk menilai usia tulangnya. Sampai saat ini belum kami jumpai efek samping yang timbul akibat pemeriksaan foto rontgen pada pergelangan tangan kiri tersebut.

Jika Bapak / Ibu bersedia agar anaknya dilakukan pemeriksaan tersebut, maka kami mengharapkan Bapak/Ibu bersedia datang ke sekolah pada_______________________________________ untuk menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP). Demikian yang dapat kami sampaikan.

Atas perhatian Bapak/Ibu, diucapkan terima kasih.

Mengetahui : Hormat kami, Kepala Sekolah Tim Peneliti


(6)

6. Status Pasien Divisi Endokrinologi

No. Reg : Tanggal : Dilakukan Oleh :

Identitas Pribadi

Nama : ………..L / P Tempat, Tanggal Lahir : ……… Tinggi / Berat Badan : ……… Alamat Rumah : ……… Alamat Sekolah : ……… Anak ke ….. dari ….. bersaudara. Kembar (ya / tidak)

Identitas Orang Tua Ibu Ayah

Nama ……… ……….

Tanggal Lahir ……… ………. Suku Bangsa ………... …………...…… Pekerjaan ……… ……… Pendidikan ……… ……… Tinggi / Berat Badan ……… ……… Penyakit (jika ada) ……… ……… Riwayat kelainan keturunan dalam keluarga : ya / tidak *)……… ANAMNESIS

Penyakit yang sedang dialami (jika ada) : ……… Penyakit terdahulu yang pernah dialami (jika ada) : ……… PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : tampak sehat / sakit ; Kesadaran : ……… Status Pubertas : G … P …Volume Testis :… ml Panjang Penis :… cm

Payudara : ….Rambut Pubis : ….. Menars: ya/tidak Kelainan kongenital nyata / dismorfik : ……… TD : ………… HR : …… Pols : ……… Temp. : …… RR : … Kepala : bentuk ………. rambut ……

telinga ……….. mata ……… hidung … mulut … Leher : tiroid ……... KGB : …………

Dada : ……… Perut : ………Hati ……Limpa …….Ginjal ……… Genitalia : ……… Ekstremitas : Atas ……… Bawah ……… UKURAN-UKURAN BADAN

Tinggi Badan : ……Persentil…… Berat Badan:... . Persentil ... Lingkar Kepala : ……. Lingkar Dada : ….… Lingkar Perut Tidur : ……. TB pusat –atas :…… TB Pusat / Bawah ……Rasio TB atas / bawah : …… Potensi Tinggi Genetik (PTG) :