BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Medis 1. Keluarga Berencana - Idah Zuraidah Amnah BAB II

  a. Definisi Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraankeluarga kecil, bahagia dan sejahtera. (Handayani, Sri.

  2010; h.28) Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spritual dan sosial budaya penduduk indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional. (Depkes, 1999)

  Sejak pelita V, program KB nasional berubah menjadi gerakan KB nasional yaitu gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan NKKBS dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia. (Sarwono, 1999) b. Tujuan Keluarga Berencana

  Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk Sedangkan tujuan program KB secara fisiologis adalah :

  1. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk indonesia.

  2. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

  (Handayani, Sri. 2010; h.29)

  c. Sasaran Keluarga Berencana Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.

  Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usian Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera. (Handayani, Sri. 2010; h.29)

  Adapun sasaran program KB nasional lima tahun kedepan seperti tercantum dalam RPJM 2004-2009 adalah sebagai berikut :

  1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) secara nasional menjadi 1,14% per tahun.

  2. Menurunkan angka kelahiran Total Fertility Rate (TFR) menjadi 2,2 per perempuan.

  3. Meningkatkan peserta KB pria menjadi 4,55. efesien.

  5. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.

  6. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.

  7. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelanggaraan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. (Sujiyatini & Dyah Noviawati. 2011, h. 29-3

  d. Ruang Lingkup Keluarga Berencana Ruang lingkup program KB meliputi :

  1. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)

  2. Konseling

  3. Pelayanan Kontrasepsi

  4. Pelayanan Infertilitas

  5. Pendidikan sex (sex education)

  6. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan

  7. Konsultasi genetik

  8. Tes keganasan 9. Adopsi.

  (Handayani, Sri. 2010; h.29-30)

  a. Definisi Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. (Proverawati, dkk. 2010; h. 1) Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan, dan merupakan hak setiap individu sebagai mahkluk upaya untuk mengatur kehamilan.

  b. Syarat - syarat alat kontrasepsi Syarat - syarat alat kontrasepsi yaitu sebagai berikut : 1) Aman pemakaiannya dan dipercaya 2) Tidak ada efek samping yang merugikan 3) Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan 4) Tidak mengganggu hubungan persetubuhan 5) Tidak memerlukan bantuan medis atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya 6) Cara penggunaannya sederhana atau tidak rumit 7) Harga murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat 8) Dapat diterima oleh pasangan suami istri

  (Proverawati, dkk. 2010; h. 2)

  c. Cara

  • – cara berkontrasepsi Cara – cara berkontrasepsi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

  1) Berdasarkan jenis kelamin

  a) Cara atau alat kontrasepsi yang dipakai oleh suami (pria)

  b) Cara atau alat kontrasepsi yang dipakai oleh istri (wanita) 2) Berdasarkan pelayanan

  a) Cara medis dan non medis

  b) Cara klinis dan non klinis 3) Berdasarkan efek kerja

  a) Tidak mempengaruhi fertilitas b) Menyebabkan infertilitas temporer atau sementara infertilitas menetap 4) Berdasarkan cara kerja atau cara kontrasepsi

  a) Berdasarkan keadaan biologis: coitus interuptus (senggama terputus), sistem kalender, metode suhu badan, dan lain-lain b) Penggunaan alat barier: kondom, diafragma, spermatisida

  c) Kontrasepsi intra uterine: Intra Uterine Device (IUD)

  d) Kontrasepsi hormonal: pil, suntikan

  e) Kontrasepsi operatif: tubektomi dan vasektomi (Proverawati, dkk. 2010; h. 3)

  d. Faktor

  • – faktor yang berperan dalam pemilihan Kontrasepsi Beberapa faktor yang mempengaruhi akseptor dalam memilih metode kontrasepsi antara lain sebagai berikut: 1) Faktor pasangan dan motivasi, meliputi:

  a) Umur

  b) Gaya Hidup

  c) Frekuensi senggama

  d) Jumlah keluarga yang diinginkan

  e) Pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu 2) Faktor kesehatan, meliputi:

  a) Status Kesehatan

  b) Riwayat haid

  c) Riwayat keluarga

  d) Pemeriksaan fisik dan panggul 3) Faktor metode kontrasepsi a) Efektivitas

  c) Biaya (Proverawati, dkk. 2010; h. 3 - 4)

  Menurut Handayani, 2010; 57

  • – 188 metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi :

  a. Metode Sederhana 1) Tanpa alat

  a) Metode kalender Metode kalender adalah metode yang digunakan berdasarkan masa subur dimana harus menghindari hubungan seksual tanpaperlindungan tanpa kontrasepsi pada hari ke 8 - 19 siklus menstruasi.

  b) Senggama terputus Suatu metode di mana senggama diakhiri sebelum terjadinya ejakulasi intra-vagina. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia eksterna.

  c) Metode suhu basal Suatu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan mengukur suhu tubuh untuk mengetahui suhu tubuh basal, untuk menentukan masa ovulasi

  d) Metode lendir serviks Metode kontrasepsi dengan menghubungkan pengawasan terhadap perubahan lendir serviks wanita yang dapat dideteksi di vulva. 2) Dengan alat a) Kondom dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani yang dipasang dalam penis (kondom pria) atau vagina (kondom wanita) pada saat berhubungan seksual.

  b) Diafragma Diafragma adalah kap berbentukmbulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum melakukan hubungan seksual dan menutupi serviks.

  c) Kap serviks Kap serviks yaitu suatu alat kontrasepsi yang hanya menutpi serviks saja.

  b. Metode Modern 1) Pil KB

  a) Pil oral kombinasi (1) Pengertian

  Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon sintesis estrogen dan progesteron.

  (2) Jenis

  • – jenis piloral kombinasi : (a) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen / progesteron, dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. Jumlah dan porsi hormonnya konstan tiap hari.

  (b) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen / progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet tanpahormon aktif, dosis (c) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen / progestin, dengan tiga dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari.

  b) Pil Progestin (1) Pengertian

  Pil progestin merupakan pil kontrasepsi yang hormon sintesis progesteron.

  (2) Jenis (a) Kemasan dengan isi 35 pil : 300 ig Levonorgestrel atau 350 ig norentindron.

  (b) Kemasan dengan isi 28 pil : 75 ig norgestrel. 2) Suntikan / Injeksi

  a) Suntikan Kombinasi (1) Pengertian

  Merupakan kontrasepsi suntik yang berisi hormon sintesis estrogen dan progesteron.

  (2) Jenis (a) 25 mg depo medoksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol valerat.

  (b) 50 mg noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat.

  b) Suntikan Progesteron

  (1) Pengertian progesteron (2) Jenis

  (a) Depo medroxyprogesterone Asetat, Depo Provera (DMPA) : 150 mg depotmedroxypesterone Asetat yang diberikan setiap 3 bulan

  (b) Noristate (NET

  • – EN) : 200 mg norethindrone enanthate yang diberikan setiap 2 bulan.

  3) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (IUD))

  a) Pengertian Adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakaioleh semua perempuan usia reproduktif.

  b) Jenis (1) AKDR Non-hormonal

  Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2 : (a) Bentuk terbuka (oven device)

  Misalnya: Lippesloop, CuT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T

  (b) Bentuk tertutup (closed device) Misalnya : Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring.

  Menurut Tambahan atau Metal (a) Medicated IUD

  Misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu

  T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera dibelakang IUD menunjukan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 200mm2.

  (b) Un Medicated IUD Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf-t Coil, Antigon.

  (2) IUD yang mengandung hormonal (a) Progestasert-T = Alza T

  Panjang 36mm, lebar 32mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam (b) LNG-20

  Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 mcg per hari 4) Implant

  a) Pengertian Salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas

  b) Jenis (1) Non Biodegradable implant

  Dengan ciri-ciri : (a)

  Norplant (6 “kapsul”) (b) Norplant -2 (c) Hormon ST

  • – 1435 (d) Hormone 3-keto

  (2) Biodegrodable implant (b) Pellets

  5) Metode mantap dengan cara operasi (Kontrasepsi Mantap)

  a) Pada wanita tubektomi Adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan lagi.

  b) Pada pria vasektomi Adalah suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anastesi umum.

  a. Definisi Implant adalah salah satu jenis kontrasepsi yang pemakaiannya yaitu dengan cara memasukkan tabung kecil dibawah kulit pada bagian tangan yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan. (Proverawati, dkk. 2010; h.51) Implant adalah salah satu alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas. (Handayani Sri. 2010; h. 116) Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa Implant adalah salah satu jenis alat kontrasepsi hormonal yang dipasang dibagian lengan atas dengan bantuan petugas kesehatan.

  b. Jenis

  • – jenis implant Non Biodegradable Implant Yaitu dengan ciri-ciri sebagai berikut :

  1)

Norplant (6 “kasul”), berisi hormon levono gestrel, daya kerja 5

  2) Norplant -2 (2 batang), berisi hormon levonogestrel, daya kerja 3 tahun.

  3) Satu batang, berisi hormon ST-1435, daya kerja 2 tahun. 4) Satu batang, berisi hormon 3-keto desodegesteri daya kerja 2,5- 4tahun.

  (Handayani Sri. 2010; h. 116-119) 5) Biodegradable Implant

  a) Carpronor suatu “kapsul” polymer yang berisi levonorgestrel, daya kerja 18 bulan, Narethindrone pellets

  b) Pellets Berisi orethindroe da sedikit kolester ol, daya kerja 1 tahun.

  ( Hanafi. 2004; h. 180 )

  Norplant-2 adalah jenis implant yang terdiri dari dua kapsul silastik padat, yang berisi Levonorgestrel yang disisipkan dibawah kulit lengan atas.

  a. dipakai sejak tahun 1987 b. terdiri dari 2 “kapsul” Silastic yang padat,

  c. panjang tiap batang 44 mm. dengan masing-masing batang diisi dengan 70 mg levonorgestrel didalam matriks batangnya d. sangat efektif untuk mencegah kehamilan 3 tahun.

  Pada kedua macam implant tersebut, levonogestrel berfungsi melalui membrane silastik dengan kecepatan yag lambat dan konstan. Dalam 24 jam setelah insersi, kadar hormone dalam plasma Pelepasan hormone tiap harinya berkisar antara 50-85 mcg pada tahun pertama, kemudian menurun 30-35mcg perhari untuk lima tahun. ( Handayani Sri. 2010; h.117 ) 1) Cara kerja Implant Norplant-2

  (a) Lendir serviks menjadi kental Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap mucus servik. Mucus tersebut menebal dan jumlahnya menurun yang membentuk sawar untuk penetrasi sperma.

  (b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi siklik endometrium dan akhirnya menyebabkan atrofi.

  (c) Mengurangi transportasi sperma Perubahan lender servik menjadi lebih kental dan sedikit menghambat pergerakan sperma.

  (d) Menekan ovulasi Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan Luteinizing Hormone ( LH ) yang berperan peting dalam ovulasi.

  ( Sulistyawati Ari. 2012; h. 81 ) 2) Keuntungan Implant Norplant-2

  Keuntungan :

  (a) Keuntungan kontrasepsi (2) Perlindungan jangka panjang ( sampai 5 tahun ) (3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.

  (4) Tidak memerlukan pemeriksaa dalam. (5) Bebas dari pengaruh estrogen. (6) Tidak menggaggu kegiatan senggama. (7) Tidak menggaggu ASI. (8) Klien haya perlu kembali ke kliik bila ada keluhan. (9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. (b) Keuntungan non kontrasepsi (1) Mengurangi nyeri haid.

  (2) Mengurangi jumlah darah haid. (3) Mengurangi/memperbaiki anemia. (4) Melindungi terjadinya kanker endometrium. (5) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara. (6) Melindungi diri dari beberapa beberapa penyebab penyakit radang panggul.

  (7) Menurunkan agka kejadian endometritis.

  (Saefudin. 2006; h. MK-54) 3) Kerugian

  a) Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh tenaga terlatih. b) Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi c) Lebih mahal.

  d) Sering timbul perubahan pola haid.

  e) Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.

  f) Beberapa orang wanita mungkin segan untuk menggunakannya karena kurang mengenalnya.

  g) Implant kadang-kadang dapat terlihat oleh orang lain.

  ( Hanafi. 2004; h. 190 ) 4) Indikasi

  a) Semuanya adalah metode pilihan pertama bagi mereka yang menginginkannya.

  b) Membutuhka kontrasepsi jangka panjang selama 1 sampai 5 tahun atau lebih.

  c) Kurang dapat diandalkan atau kurang motivasi untuk minum pil.

  d) Wanita yang menyenangi kontrasepsi yang bekerja lama ( Glasier Anna, Gebbie Ailsa. 2005; h. 107)

  5) Kotra Indikasi a) Kehamilan / diduga hamil.

  b) Perdarahan traktus genitalis yang tidak diketahui penyebabnya.

  c) Tromboflebitis aktif atau penyakit trombo-emboli. d) Penyakit hati akut.

  f) Karsinoma payudara / tersangka karsinoma payudara.

  g) Tumor / neoplasma ginekologik.

  h) Penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus.

  ( Hanafi. 2004; h. 180-182 ) 6) Klien yang boleh menggunakan Implant Norplant-2 a) Perempuan pada usia reproduksi.

  b) Telah memiliki anak ataupun yang belum.

  c) Meghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki pencegahanan kehamilan jangka panjang.

  d) Meyusui dan membutuhkan kontrasepsi.

  e) Pascapersalinan dan tidak menyusui.

  f) Pascakeguguran.

  g) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak strerilisasi.

  h) Riwayat kehamilan ektopik. i) Tekanan darah dibawah 180/110 mmHg, dengan massalah pembekuan darah atau anemia bulan sabit (sickle cell) j) Perempuan yang tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen. k) Perempuan yang sering lupa menggunakan pil

  7) Klien yang tidak boleh menggunakan Implant Norplant-2 a) Hamil atau diduga hamil.

  b) Perempuan dengan perdarahan pervagiam yang belum jelas penyebabnya.

  c) Memiliki benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara. d) Perempuan yang tidak dapat menerima perubaha pola haid e) Memiliki miom uterus.dan kanker payudara.

  f) Mengalamii gangguan toleransi glukosa.

  (Sulistyawati Ari. 2012; h.82) 8) Efektivitas

  a) Angka kegagaln norplant < 1 per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun pertama namun efektivitas norplant sedikit berkurang setelah 5 tahun, dan pada tahun ke 6 kira-kira 2,5

  • – 3 % akseptor menjadi hamil. (Handayani Sri. 2010; h. 120)

  b) Norplant-2 untuk waktu pertama diharapka Norplant-2 akan efektif 5 tahun, tetapi ternyata setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam jumlah besar yaitu sebesar 5-6 %. Penyebabnya belum jelas, disangka terjadi penurunan dalam pelepasan hormonnya. ( Hanafi. 2004; h.182-183)

  9) Efek samping dan penanganannya

  a) Amenorrhea Yakinkan ibu bahwa hal itu adalah biasa, bukan merupakan efeksamping yang serius. Evaluasi untuk mengetahui apakah ada kehamilan, terutama jika terjadi amenorrhea setelah masa siklus haid yang teratur. Jika tidak ditemui masalah, jangan berupaya untuk merangsang perdarahan dengan kontrasepsi oral kombinasi.

  b) Perdarahan bercak (spotting) ringan

  Spotting sering ditemukan terutama pada tahun pertama tidak diperlukan tindakan apapun. Bila klien mengeluh dapat diberikan : (a) Kontrasepsi oral kombinasi (30-50 µg EE) selama 1 siklus 1, atau (b) Ibuprofen (hingga 800 mg 3 kali sehari x 5 hari) Terangkan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis.

  Jika terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi selama 3-7 hari dan dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi.

  c) Pertambahan atau kehilangan berat badan ( perubahan nfsu makan ) Informasi bahwa kenaikan / penurunan BB sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi. Perhatikan diit klien jika perubahan terlalu mencolok. Bila BB berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi yang lain.

  d) Ekspulsi Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih ditempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatya, pasang kapsul baru satu buah pada tempat insersi yag berbeda. Bila ada innfeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain atau ganti cara. e) Infeksi pada daerah insersi antiseptic, berikan antibiotic yang sesuai untuk 7 hari.

  Implant jangan dilepas dan minta klien control 1 mg lagi. Bila tidak membaik, cabut implant dan pasang yang baru dilengan yang lain atau ganti cara. Bila ada abses bersihkan dengan antiseptic, insisi dan alirkan pus keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka, beri antibiotika oral 7 hari. (Handayani Sri. 2010; h. 120-122)

  10) Prosedur pemasangan

  a) Tahapan calon akseptor dilakukan konseling dan edukasi (KIE) yang selengkap mungkin mengenai Norplant ini sehingga calon akseptor betul-betul mengerti dan menerimanya sebagai cara kontrasepsi yang akan dipakainya dan berikan informed consent untuk ditanda tangani oleh suami.

  b) Memberikan KIE tetang alat kontrasepsi implant, yaitu pengertian implant, jenis implant, pengertian norplant-2, cara kerja implant, keuntungan dan kerugian norplant-2, kontra indikasi implant, efeksamping dan fektifitas.

  c) Informed consent Informed consent adalah persetujuan secara tertulis yang diberikan oleh klien atau pihak keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan. Jika kontrasepsi yang dipilih oleh klien

  11) Instruksi untuk klien setelah pemasangan implant Norplant-2 selama 48 jam pertama. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi pada luka insisi.

  b) Perlu dijelaskan bahwa mungkin akan terasa sedikit perih, pembengkakan, atau lebam pada daerah insisi, tetapi hal ini tidak perlu dikhawatirkan

  c) Pekerjaan rutin harian tetap dapat dilakukan, amun hindari benturan, gesekan, atau penekanan pada daerah insersi.

  d) Balutan penekanan tetap ditinggalkan selama 48 jam, sedangkan plaster tetap dipertahankan hingga luka sembuh ( biasanya lima hari ).

  e) Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan tekanan yang wajar.

  f) Apabila ditemukan adanya tanda

  • – tanda infeksi seperti demam, peradangan, atau bila rasa sakit menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik. ( Sulistyawati ari. 2012; h. 84 )

B. Tinjauan Asuhan Kebidanan

  Penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan pola fikir Varney sebagai manajemen kebidanan.

  1. Pengertian

  a. Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi kegiatan yang menjadi tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan / masalah dibidang kesehatan ibu pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana. (Mufdlilah, 2009) b. Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (Mufdlilah, 2009)

  Sedangkan menurut Depkes RI (2005) manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.

  2. Proses manajemen kebidanan disusun menjadi 7 langkah, ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut : a. Langkah I (pengumpulan data dasar)

  Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu : 1) Riwayat kesehatan 2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya 3) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya 4) Meninjau data laoratorium dan membandingkan dengan hasil studi

  Pada langkah pertama ini, dikumpulkan semua data yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

  (Simatupang, 2008)

  b. Langkah II (interpretasi data dasar) Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan intrepetasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diintrepetasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Kata masalah dan diagnosis keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah yang sering berkaitan dengan wanita yang diidentifikasikan oleh bidan sesuai dengan masalah ini sering menyertai diagnosis. (Simatupang, 2008) c. Langkah III (mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial)

  Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap diri bila diagnosis/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. (Estiwidani, 2008)

  d. Langkah IV (identifikasi perlunya penanganan segera) Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. (Simatupang, 2008) e. Langkah V (perencanaan asuhan komprehensif)

  Pada langkah ini, dilakukan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini, informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti apa yang diperkirakan terjadi berikutnya.

  Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan.

  Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya. (Varney, 2007)

  f. Langkah VI (pelaksanaan rencana) Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanankan secara efisisen dan aman. Perencanan ini dapat dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (missal memastikan agar langkah- langkah tersebut terlaksana). Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan menghemat biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien.

  g. Langkah VII (evaluasi) Pada langkah VII ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan terhadap masalah yang telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis. (Estiwidani, 2008)

  Metode pendekatan SOAP meliputi : S : Subjektif

  Berisi tentang data dari pasien melalui anamnesis yang merupakan ungkapan langsung tentang keluhan atau masalah KB.

  O : Objektif Data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik sebelum atau selama pemakaian KB

  A : Assesment Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan meliputi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya tindakan segera. P : Planning

  Merupakan rencana tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan mandiri kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium, serta konseling untuk tindak lanjut. ( Muslihatun.2009; h. 122-124)

C. Asuhan Kebidanan Berdasarkan 7 Langkah Manajemen Menurut Varney

  1. Langkah I : Pengkajian

  a. Data subjektif

  1) Identitas Nama : Perlu dikaji dengan jelas dan lengkap agar tidak terjadi kekeliruan dalam memberikan asuhan kebidanan. (Estiwidani, 2008)

  Umur : untuk mengetahui adanya rIsiko dalam penggunaan AKBK. Selain itu untuk mengetahui dalam fase menunda atau mengakhiri kehamilan. (Hanafi, 2004; h. 30- 31)

  Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pendidikan pasien sehingga akan lebih mudah dalam pemberian pendidikan kesehatan. (Saifuddin. 2006; h.U- 3)

  Pekerjaan : untuk mengetahui jenis pekerjaan apakah berhubungan dengan IMS (Infeksi Menular Seksual) atau tidak. Karena implant tidak melindungi klien dari penyakit menular seksual, termasuk AIDS sehingga pengguna implant dengan resiko perlu menggunakan kondom saat berhubungan seksual. (Saifuddin. 2006; MK-57)

  Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal pasien harus dituliskan dengan jelas dan lengkap dengan nomer rumah, nama jalan, RT, RW, kelurahan dan kecamatan serta bila ada nomer telponnya. Kejelasan alamat keluarga ini amat diperlukan agar sewaktu-waktu pulang mungkin diperlukan kunjungan rumah (Matondang S, 2009; h.6).

  2) Alasan Datang Perlu dikaji untuk mengetahui apakah yang diharapkan calon akseptor baru terhadap alat kontrasepsi yang akan digunakan, diantaranya :

  a) Cara temporer (sapcing), yaitu menjarangkan kelahiran selama beberapa tahun sebelum menjadi hamil lagi.

  b) Cara permanen (kontrasepsi mantap), yaitu mengakhiri kesuburan dengan cara mencegah kehamilan secara permanen. (Proverawati, dkk. 2010; h.1)

  3) Keluhan Utama Untuk mengetahui masalah yang dihadapi klien berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi. Jika keluhan klien menjurus pada penyakit kulit atau penyakit-penyakit yang menjadi kontra indikasi pemasangan implant ( Hanafi. 2004; h. 180-182 ) anjurkan klien untuk tidak menggunakan KB implant. 4) Riwayat Kesehatan

  a) Riwayat kesehatan sekarang

  Untuk mengetahui keadaan ibu saat ini apakah ibu sedang diperbolehkan menggunakan KB implant yaitu hamil atau diduga hamil. Perempuan dengan perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, memiliki benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara, perempuan yang tidak dapat menerima perubaha pola haid yang terjadi, memiliki mioma uterus dan kanker payudara, mengalami gangguan toleransi glukosa. (Sulistyawati Ari. 2012; h.82) b) Riwayat kesehatan dahulu

  Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit yang berpengaruh terhadap alat kontrasepsi yang akan dipakai (KB implant) seperti tromboflebitis aktif atau penyakit trombo-emboli, penyakit hati akut, tumor hati jinak atau ganas, karsinoma payudara / tersangka karsinoma payudara, tumor / neoplasma ginekologik, penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus. ( hanafi. 2004; h. 180-182 )

  c) Riwayat kesehatan keluarga Data keluarga pasien perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah dalam keluarga klien ada riwayat penyakit yang bisa menurun dan berpengaruh terhadap penggunaan implant misalnya penyakit hipertensi, diabetes mellitus. ( Hanafi. 2004; h. 180-182 )

  5) Riwayat Menstruasi Riwayat Menstruasi, meliputi : a) HPHT untuk mengetahui siklus menstruasi, adanya tidak.

  b) Siklus menstruasi dan lamanya untuk mengetahui apakah mempunyai riwayat menstruasi yang teratur atau tidak karena penggunaan implant akan berpengaruh pada hal tersebut.

  c) Perdarahan pervaginam juga perlu diketahui karena penggunaan implant tidak diperbolehkan untuk penderita perdarahan pervaginam yg tidak diketahui penyebabnya.

  d) Flour albus, karena penggunaan kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan flour albus.

  (Hanafi. 2004; h. 183) 6) Riwayat Obstetri

  Para (P).... Abortus (A)...., meliputi: perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, hipertensi dalam kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, BB bayi lahir kuran dari 2500 gram atau lebih dari 4000 gram serta masalah kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. (Muslihatun. 2009; h. 226)

  7) Riwayat perkawinan Riwayat perkawinan terdiri atas: status perkawinan, perkawinan ke, umur klien saat perkawinan dan lama perkawinan karena usia pernikahan mempengaruhi kematangan organ reproduksi. (Muslihatun. 2009; h. 226)

  8) Riwayat keluarga Berencana (KB) Untuk mengetahui apakah ibu sudah pernah menggunakan alat kontrasepsi dan apakah ibu pernah mengalami permasalahan selama penggunaan alat kotrasepsi tersebut.

  Riwayat Keluarga Berencana, meliputi: jenis metode yang dipakai, keluhan/alasan berhenti. (Muslihatun. 2009; h. 226) Tidak disarankan menggunakan implant apabila pernah mempunyai riwayat menggunakan KB hormonal dan mengalami masalah. 9) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

  a) Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan dan makanan pantangan atau yang dihindari. Karena efek dari penggunaan KB implant adalah kenaikan berat badan. (Handayani Sri. 2010; h. 120- 122)

  b) Aktivitas Perlu dikaji pada pola aktivitas klien, apabila pekerjaannya terlalu berat yang bertumpu pada lengan dapat menyebabkan terjadinya ekspulsi. (Handayani Sri. 2010; h. 120-122)

  c) Pola Seksualitas Perlu dikaji karena untuk mengetahui kapan terakhir kali berhubungan yang mungkin dapat menyebabkan kehamilan dan kehamilan adalah kontraindikasi pemasangan implant. ( Hanafi. 2004; h. 180-182 )

  d) Personal hygiene Karena penggunaan implant dapat meningkatkan flour albus maka klien harus menjaga kebersihan terutama di bagian genetalia untuk menghindari tumbuhnya jamur dan bakteri.

  10) Data Psikologis, social da cultural

  a) Psikologis meliputi pengetahuan dan respon klien terhadap semua metode kontrasepsi yang digunakan saat ini, keluhan/ kondisi yang dihadapi saat ini, apakah penggunaan KB ini dipaksa atau tidak.

  b) Sosial meliputi jumlah keluarga dirumah, respon keluarga terhadap metode kontrasepsi dan atau kontrasepsi yang digunakan saat ini, dukungan keluarga, pengambilan dan pilihan tempat mendapat pelayanan kontrasepsi. (Muslihatun, 2009; h. 227)

  c) Kultural berkaitan dengan ada atau tidaknya adat yang melarang penggunaan kontrasepsi.

  b. Data objektif 1) Pemeriksaan Fisik Umum

  a) Keadaan umum Keadaan umum, meliputi: kesadaran dan BB (Muslihatun, 2009; h. 227) Kesadaran meliputi :

  (1) Composmentis yaitu sadar penuh dan respon cukup terhadap stimulus yang diberikan (2) Apatis yaitu acuh tak acuh terhadap keadaan sekitar (3) Somnolen yaitu kesadaran lebih rendah, selalu ingin tidur, tidak responsif terhadap rangsangan ringan dan masih memberikan respon pada rangsangan yang kuat

  (4) Sopor yaitu tidak memberika responringan mau sedang, yang kuat, ditandai refleks pupil terhadap cahaya masih positif

  (5) Koma yaitu tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apa pun, refleks pupil terhadap cahaya tidak ada (6) Delirium yaitu tingkat kesadaran paling bawah, disorentiasi, sangan iriatif, kacau, salah persepsi terhadap rangsangan sensorik. (Muslihatun. 2009; h. 201-202)

  b) Tanda-tanda vital (1) Tekanan darah

  Tekanan Darah >180/110 mmHg, yang menyebabkan tidak diperbolehkan menggunakan implant, karena dapat memperparah hipertensinya. (Saifuddin, 2006. H. MK-55)

  (2) Suhu Suhu dikaji untuk mengetahui suhu tubuh klien. Apabila terjadi kenaikan, maka diduga terjadinya infeksi pada daerah insersi. (Handayani Sri. 2010; H. 120-122)

  (3) Kepala dan Leher (a) mata meliputi warna kelopak mata, warna sklera untuk mengetahui adanya sianosis atau tidak (b) mulut meliputi warna bibir, keadaan gigi ada karies atau tidak untuk mengetahui adanya sianosis dan kebersihan mulut.

  (c) Leher meliputi pembesaran kelenjar tiroid dan limfe kelenjar tiroid dan limfe (Muslihatun. 2009; h. 227)

  (4) Payudara Meliputi bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi aerola, keadaan puting susu, adanya benjolan / masa yang mencurigakan, pengeluaran cairan dan pembesaran kelenjar limfe jika ada maka itu merupakan kontra indikasi pemasangan implant sehingga klien tidak diperbolehkan menggunakan kontrasepsi implant. ( Hanafi, 2004; h. 180- 182 )

  (5) Abdomen Meliputi adanya pembesaran, adanya benjolan / masa tumor, pembesarah hepar, nyeri tekan dan jika ada maka itu merupakan kontra indikasi pemasangan implant sehingga klien tidak diperbolehkan menggunakan kontrasepsi implant. (Muslihatun, 2009; h. 227) Selain itu pembesaran abdomen dapat dicurigai terjadinya kehamilan.

  (6) Ekstremitas Meliputi, varises pada kaki, klien dengan varises dikaki tidak diperbolehkan menggunakan kontrasepsi implant karena dapat memperparah varisesnya. (Muslihatun, 2009; h. 227)

  (7) Genetalia

  2) Pemeriksaan penunjang Pada kondisi tertentu, calon / akseptor KB harus menjalani pemeriksaan penunjang untuk melengkapi data yang telah dikumpulkan dan keperluan menegakkan adanya kehamilan. Beberapa pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada calon / akseptor KB adalah pemeriksaan PP Test / Pemeriksaan HCG dalam urin, untuk memastikan apakah calon peserta KB hamil atau tidak, dan jika hamil maka tidak dapat dilakukan pemasangan implant (Muslihatun, 2009; h. 228)

  Meliputi adanya perdarahan pervaginam dan flour albus merupakan kontra indikasi pemasangan implant dan pemakaian implant akan meningkatkan flour albus yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi jamur dan bakteri di genitalia. (Muslihatun, 2009; h. 227)

  2. Langkah II : Interpretasi data dasar

  a. Diagnosis kebidanan Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan data

  • – data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Sehingga muncul diagnosa sebagai berikut : Ny..... P..... A..... Umur.... tahun sebagai calon akseptor baru kontrasepsi implant (Muslihatun, 2009; h. 228)

  3. Langkah III : Diagnosis Potensial Lepasnya batang implant pada daerah pemasangan (ekspulsi) dapat terjadi akibat melakukan pekerjaan terlalu berat, terutama pada tangan tidak dominan yang terpasang implant (Varney, 2006; 485)

  b. Infeksi Infeksi dapat terjadi pada akseptor KB implat, karena perawatan daerah insersi yang kurang bersih, dan daerah insersi yang basah akan menyebabkan bakteri lebih mudah masuk dan menimbulkan infeksi. (Handayani Sri. 2010; H.122) Penggunaan alat yang tidak steril pada saat pemasangan dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi pada klien. (Handayani Sri, 2010; h. 134 )

  4. Langkah IV : Identifikasi Tindakan segera, Konsultasi, Dan Kolaborasi

  a. Ekspulsi Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih ditempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatya, pasang kapsul baru satu buah pada tempat insersi yag berbeda. Bila ada innfeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain atau ganti cara. (Handayani Sri. 2010; h.

  121)

  b. Infeksi

  Bila infeksi tanpa nanah bersihkan degan sabu dan air atau dilepas dan minta klien control 1 mg lagi. Bila tidak membaik, cabut implant dan pasang yang baru dilengan yang lain atau ganti cara. Bila ada abses bersihkan dengan antiseptic, insisi dan alirkan pus keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka, beri antibiotika oral 7 hari. (Handayani Sri. 2010; h. 122)

  5. Langkah V : Perencanaan

  a. Berikan KIE tentang alat kontrasepsi Implant yaitu pengertian implant, jenis implant, pengertian norplant-2, cara kerja implant, keuntungan dan kerugian norplant-2, kontra indikasi implant, efeksamping dan fektifitas.

  b. Berikan Inform consent

  c. Persiapkan alat

  • – alat yang akan digunakan

  d. Pemasangan Implant

  e. Jelaskan tentang perawatan umum Implant

  f. Memberikan KIE tentang kunjungan ulang

  6. Langkah 6 : Pelaksanaan Rencana asuhan yang diberikan kepada akseptor baru Implant

  a. Memberikan KIE tentang alat kontrasepsi Implant, antara lain : 2) Pengertian Implant fungsi : agar klien mengetahui dan paham tentang apa itu implant.

  3) jenis

  • – jenis implant fungsi : agar klien mengetahui jenis-jenis dari implant dan bisa memilih jenis implant mana yang sesuai dan dikehendaki.

  4) mekanisme kerja implant fungsi : agar klien mengetahui bagaimana cara kerja implant yang 5) keuntungan implant fungsi : agar klien mengetahui keuntungan apa saja yang didapat dalam penggunaan implant. 6) kerugian implant fungsi : agar klien mengetahui apa saja kerugian dari penggunaan implant sehingga klien bisa mempertimbangkan pemilihan implant. 7) persyaratan pemakaian implant fungsi : agar klien mengetahui syarat yang dibutuhkan bagi calon pengguna implant sehingga klien bisa mempertimbangkan apakah dirinya sudah memenuhi syarat sebagai pegguna implant atau tidak. 8) efektifitas implant fungsi : agar klien mengetahui keefektifan penggunaan implant.

  b. Melakukan inform choice dengan memberikan pilihan jenis kontrasepsi yang akan digunakan oleh klien c. Mengisi inform consent dan minta tanda tangan dari pasien dan suami sebagai saksi d. Pemasangan

  1) Persiapan alat

  • – alat yang diperlukan:

  a) Sabu anti septic

  b) Kasa steril

  c) Cara antiseptic (betadine)

  d) Kain steril yang mempunyai lubang

  e) Obat anastesi local f) Sepuit dan jarum suntik

  h) Sepasang sarung tangan steril i) Satu set kapsul Norplant j) Scalpel yang tajam

  Alat dipersiapkan dengan lengkap dan sesuai dengan kebutuhan agar tidak terjadi adanya kekurangan pada saat pelaksanaan pemasangan implant. 2) Tehnik pemasangan

  a) Tenanga kesehatan mencuci tangan dengan sabun

  b) Daerah tempat pemasanga ( lengan kiri bagian atas ) dicuci dengan sabun antiseptic c) Calon akseptor dibaringkan terlentang ditempat tidur dan lengan kiri diletakkan pada meja kecil disamping tempat tidur akseptor

  d) Gunakan hand scoon steril dengan benar

  e) Lengan kiri pasien yang akan dipasang diolesi dengan cairan antiseptic / betadin f) Daerah tempat pemasangan norplant ditutup dengan kain steril yang berlubang g) Dilakukan injeksi obat anestesi kira-kira 6-10 cm diatas lipata siku h) Setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjang 0,5 cm dengan skalpel yang tajam i) Trocart dimasukkan melalui lubang insisi sehingga sampai pada jaringan bawah kulit j) Kemudian kapsul dimasukkan di dalam trokar dan k) Demikian dilakukan berturut-turut dengan kapsul kedua, membentuk seperti huruf “V” l) Setelah semua kapsul berada dibawah kulit, trokar ditarik pelan-pelan keluar m) Kontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak n) Dekatkan luka da beri plaster kemudian dibalut dengan perban untuk mencegah perdarahan dan agar tidak terjadi haematom o) Nasehat pada akseptor agar luka jangan basah, selama lebih kurang 3 hari dan datag kembali jika terjadi keluhan-keluhan yang mengganggu ( Handayani Sri. 2010; H. 122

  • – 128 ) Pemasangan implant harus sesuai dengan prosedur yang berlaku agar tidak terjadi kesalahan dalam pemasangan yang dapat merugikan pengguna implant.

  e. Perawatan umum 1) Daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48 jam pertama. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi pada luka insisi. 2) Perlu dijelaskan bahwa mungkin akan terasa sedikit perih, pembengkakan, atau lebam pada daerah insisi, tetapi hal ini tidak perlu dikhawatirkan. 3) Pekerjaan rutin harian tetap dapat dilakukan, amun hindari benturan, gesekan, atau penekanan pada daerah insersi.

  4) Balutan penekanan tetap ditinggalkan selama 48 jam, sedangkan hari ).

  5) Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan tekanan yang wajar.

  6) Apabila ditemukan adanya tanda

  • – tanda infeksi seperti demam, peradangan, atau bila rasa sakit menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik. ( Sulistyawati ari. 2012; h. 84 )

  f. Kunjungan Ulang Klien dianjurkan untuk melakukan kunjungan ulang 3 hari setelah pemasagan untuk menilai luka bekas insisi. Dan kunjungan ulang juga dapat dilakukan jika ada masalah kesehatan atau klien ingin mencabut implant. Klien dianjurkan kembali ke klinik tempat implant dipasang bila ada keluhan.

  7. Langkah 7 : Evaluasi Bidan melakukan evaluasi sesuai dengan pelaksanaan yang sudah dilakukan. Apakah setelah dilakukan pelaksanaan tersebut memberikan dampak atau therapy yang positive bagi pasien atau tidak (Estiwidani, 2008).