BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan - Aulia Nur Fitriana BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

  Wawan A & Dewi M (2010; h. 11) mengatakan, pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba dengan sendiri. Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh dari mata dan telinga, pengetahuan merupakan domian yang sangat penting dalam membentuk tindakan.

  Nasir A, et al (2011; h. 3) mengatakan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui sesuatu objek, dilihat dari jenis pengetahuan yang dibangun. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Struktur pengetahuan manusia menunjukan tingkatan- tingkatan dalam hal mencangkup kebenaran. Pengetahuan indrawi merupakan struktur terendah dan tingkat pengatahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan intuitif.

  b. Jenis pengetahuan

  Adapun jenis pengetahuan itu berupa (Nasir A, et al, 2011;

  h. 4-5): 1) Pengetahuan biasa disebut juga Knowledge of the man in the

  

street atau ordinary knowledge. Pengetahuan ini bersifat

subjektif, artinya sangat terikat pada subjek yang mengenal.

  sarana untuk memperoleh pengetahuan bersifat normal atau tidak ada penyimpangan.

  2) Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang telah menetapkan objek uang khas dengan menetapkan metodologis yang khas.

  Artinya, metodologis yang memiliki kandungan kebenaran dari jenis pengetahuan ilmiah selalu mendapatkan revisi yaitu selalu diperkaya oleh ahli penemuan yang paling mutakhir. 3) Pengetahuan filsafat adalah sejenis pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi pemikiran filsafat yang bersifat mendasar dan menyeluruh dengan model pemikiran yang analistis, kritis dan spekulatif.

  4) Pengetahuan agama adalah jenis pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama. Pengetahuan agama bersifat dogmatis, artinya pernyataan dalam suatu agama selalu di hampiri oleh keyakinan yang telah ditentukan, sehingga pernyataan-pernyataan dalam ayat-ayat kitab suci pada agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan yang digunakan untuk memahaminya. Pengetahuan ini juga bersifat mutlak dan wajib.

  c. Tingkat Pengetahuan di dalam domain kognitif Pengetahuan yang mencangkup domain kognitif mempunyai beberapa tingkatan (Wawan A & Dewi M, 2010; h. 12-14), yaitu:

  Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini termasuk dalam mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, maka tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah

  2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang suatu objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi (application)

  Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

  Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (analysis)

  Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

  5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi (evaluation)

  Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

  Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

  d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang (Wawan A & Dewi M, 2010; h. 16-18), yaitu :

  1) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

  Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal- hal yang menunjang kesehatan.

  Menurut Dewi PP & Musfiroh M (2013) mengatakan bahwa pengetahuan tentang Antenatal Care (ANC) dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dalam penelitiannya mendapatkan hasil terbanyak adalah SMA atau sederajat dengan persentase 47%.

  2) Pekerjaan Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh kehidupan keluarga.

  Menurut Dewi PP & Musfiroh M (2013) mengatakan bahwa pekerjaan mempengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan ANC yang dalam penelitiannya mendapatkan hasil terbanyak yaitu sebagian besar tidak bekerja (ibu rumah tangga) sebanyak 58%. Sebagian besar responden tidak bekerja, tetapi pengetahuan tentang ANC sudah cukup baik.

  3) Umur Menurut Narusalam (2003) dalam Wawan A & Dewi M

  (2010), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) dalam Wawan A & Dewi M (2010) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam bekerja dan berfikir.

  Menurut Dewi PP & Musfiroh M (2013) mengatakan bahwa pengetahuan tentang ANC dipengaruhi oleh umur yang sebagian besar responden adalah ibu-ibu yang masih berada pada masa reproduktif yaitu pada umur 20-35 tahun dengan persentase 58%.

  4) Paritas Paritas merupakan jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim. Paritas ≥3 merupakan hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh ibu.

  Menurut Dewi PP & Musfiroh M (2013) mengatakan bahwa pengetahuan tentang ANC dipengaruhi oleh paritas dan dalam penelitian ini diketahui sebagian besar ibu mempunyai paritas 0 dengan persentase 19%.

  5) Status sosial ekonomi Status sosial ekonomi adalah salah satu tingkatan atau strata sosial dalam masyarakat yang bisa dinilai dari rata-rata jumlah penghasilan atau pendapatan serta jumlah harta benda yang dimiliki oleh seseorang.

  Menurut Dewi PP & Musfiroh M (2013) mengatakan bahwa pengetahuan berhubungan dengan jumlah pendapatan responden yang sebagian besar <Rp 800.000,- yaitu dengan persentase 69%.

  6) Lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Sikap dan perilaku ibu pada masa kehamilan (Mubarak WI, 2012; h. 281- 285), terdiri dari :

  a) Persiapan penerimaan kehamilan (1) Fase I (fase adaptasi) (2) Fase II (fase penerimaan)

  c) Perubahan-perubahan perilaku selama kehamilan

  e. Penilaian langkah pengetahuan Menutur Arikunto (2006) dalam Wawan A & Dewi M (2010), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu: 1) Baik : Hasil presentase 76%-100% 2) Cukup : Hasil presentase 56%-75% 3) Kurang : Hasil presentase >56%

2. Antenatal Care (ANC)

  a. Definisi ANC merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun itu kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. (Kusmiyati,

  et al, 2010; h.7)

  ANC atau disebut sebagai pelayanan antenatal merupakan seorang wanita hamil yang menerima pelayanan kesehatan yang diselenggarakan secara kompleks. ANC selama kehamilan diberikan sekitar 12-16 kali kunjungan yang bertujuan untuk mencegah atau mengidentifikasi dan mengobati kondisi yang dapat mengancam kesehatan janin atau bayi baru lahir atau ibu. Membantu wanita hamil untuk menghadapi kehamilan dan persalinan sebagai pengalaman positif. (WHO, 2013; h. 2) prosedur rutin yang dilakukan oleh petugas (dokter atau bidan atau perawat) dalam membina suatu hubungan dalam proses pelayanan ibu hamil untuk mempersiapkan persalinannya.

  b. Pelayanan ANC Menurut Depkes Jateng (2010) dalam Hani U, et al, (2011; h.

  12) pelayanan ANC memiliki cakupan kunjungan yang penting untuk diperhatikan, antara lain: 1) Cakupan Kunjungan Pertama (K1) Ibu Hamil

  Pelayanan kesehatan ibu hamil meliputi pelayanan kesehatan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan nifas. Cakupan ANC dapat dipantau melalui pelayanan K1 ibu hamil untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali atau Kunjungan Keempat (K4).

  2) Cakupan Kunjungan Ibu hamil K4 Cakupan kunjungan ibu hamil K4 adalah cakupan ibu hamil menerima manfaat yang maksimum dari ANC, jika ibu tersebut memperoleh sedikitnya 4 kali kunjungan (dengan distribusi pemberian pelayanan minimal 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga umur kehamilan) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

  Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan badan, (2) Ukur tekanan darah, (3) Skrining status imunisasi tetanus (pemberian Tetanus Toksoid), (4) Ukur tinggi fundus uteri, (5) Pemberian tablet besi (90 tablet selam kehamilan), (6) Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal & konseling), (7) Test laboratorium sederhana (Hb, protein urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAG, Sifilis, HIV, Malaria, TBC).

  Indikator tersebut untuk mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam melindungi ibu hamil sehingga kesehatan janin terjamin melalui penyediaan ANC.

  c. ANC Terfokus Hani U, et al (2011; h. 6-9) mengatakan peran ANC dalam mempromosikan kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir secara logis merupakan hal yang sangat rumit karena ada banyak yang mempengaruhi efektifitas dari asuhan tersebut, disamping mutu dari asuhan itu sendiri. ANC harus berfokus pada beberapa hal agar dapat efektif dalam mempromosikan kelangsungan hidup ibu dan anak, yaitu sebagai berikut:

  1) Semua intervensi yang memang sudah jelas menguntungkan dalam hal mengurangi penyakit dan Angka Kematian Ibu (AKI) serta Angka Kematian Bayi (AKB). 2) Cara yang paling baik untuk penyediaan jasa asuhan ini. Tujuan dari ANC yang terfokus, meliputi antara lain : sebagai berikut.

  a) Pendidikan dan konseling kesehatan tentang: (1) Tanda-tanda bahaya dan tindakan yang tepat (2) Bidang utama dari asuhan diri sendiri seperti gizi, termasuk suplemen mikronutrisi serta hidrasi, persiapan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif dan segera, pencegahan dan pengenalan gejala-gejala Penyakit Menular Seksual (PMS), pencegahan malaria, dan infeksi cacing.

  b) Pembuatan rencana persalinan, termasuk juga kesiapan menghadapi komplikasi c) Penyediaan imunisasi Tetanus toxoid (TT)

  d) Penyediaan mikronutrisi profilaksis termasuk zat besi dan folat e) Penyediaan Intermittent Preventive Treatment (IPT) dan

  Sulfadoxine Pyrimethamine (SP), terutama bagi primigravida

  dan multigravida pada wilayah-wilayah yang terlanda malaria endemik secara berselang f) Penyediaan pengobatan anhelminth (pemberantasan penyakit cacingan) diwilayah investasi cacing gelang g) Pemberian kemudahan untuk pemberdayaan klien agar bisa secara aktif terlibat dengan gizi dan kesiapan menghadapi kelahiran yang bisa mempengaruhi kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir.

  a) Anemia parah

  b) Proteinuria

  c) Hipertensi

  d) Syphilis dan PMS lainnya tergantung pada tingkat keberadaannya pada populasi setempat e) Human Immunodeficiency Virus (HIV)

  f) Malpresentasi janin setelah minggu ke-36

  g) Kegiatan janin (pergerakan dan Detak Jantung Janin (DJJ) yang terlihat atau dilaporkan) 3) Intervensi yang tepat waktu untuk penatalaksanaan suatu penyakit atau komplikasi.

  a) Anemia parah

  b) Pendarahan selama kehamilan

  c) Hipertensi yang disertai proteinuria dengan atau tanpa eklampsia d) Syphilis, Chlamydia, Gonorhoe, Herpes, serta PMS lainnya yang ada di wilayah setempat e) HIV

  f) Malpresentasi atau kelainan (letak sungsang, melintang, kembar, hidrocephalus) setelah minggu ke-36 g) Kematian janin

  h) Kondisi medis yang terjadi secara bersamaan, seperti Isi Asuhan ANC Terfokus 1) Peningkatan kesehatan dan komunikasi antar pribadi

  Pendidikan dan komuniasi antar pribadi harus didasarkan pada prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa serta menghormati martabat dari para klien tersebut. Keluarga dan orang terdekat harus dilibatkan dalam pendekatan terhadap pendidikan ini beserta pemecahan masalahnya. 2) Kesiapan kelahiran yang berfokus pada klien dan masyarakat

  ANC memberikan kesempatan bagi klien untuk belajar mengetahui dan mempercayai sistem asuhan melalui bidan. ANC sebaiknya bisa diakses oleh wanita, akses ini juga harus memperhitungkan akses kultural, waktu, dan letak geografisnya, seperti ANC-nya akan berlangsung di rumah, ditempat penyediaan jasa dipusat kesehatan primer, atau ditingkat rujukan.

  ANC harus secara terus-menerus terfokus kembali pada klien serta lingkungannya untuk memaksimalkan kesempatan memperoleh hasil kehamilan yang positif baik bagi ibu maupun bagi bayi. d. Standar ANC Asrinah, et al (2010; h. 7-8) mengatakan ANC yang baik sangat penting untuk hasil kehamilan yang baik karena sebagian besar dari kematian ibu bisa dihindarkan, maka pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. dikelompokan sebagai berikut:

  a) Standar pelayanan umum (2 standar)

  b) Standar pelayanan antenatal (6 standar)

  c) Standar pelayanan persalinan (4 standar)

  d) Standar pelayanan nifas (3 standar)

  e) Standar pelayanan kegawatdaruratan obstertri neonatal (9 standar) Terdapat 6 standar dalam standar pelayanan antenatal atau ANC sebagai berikut: a) Standar 1 : Identifikasi ibu hamil

  Bidan melakukan kunjungan rumah, berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami, dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

  b) Standar 2 : Pemeriksaan dan pemantauan antenatal Bidan memberikan sedikitnya 4 kali ANC. Pemeriksaan tersebut meliputi anamnesa serta pemantauan ibu dan janin secara seksama untuk menilai perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan resti atau kelainan, terutama anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS atau infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lain yang diberikan oleh puskesmas. Bidan harus mencatat data yang tepat pada mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.

  c) Standar 3 : Palpasi abdominal Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan dan bila usia kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke rongga panggul, mencari kelainan letak, melakukan rujukan tepat waktu.

  d) Standar 4 : Pengelolaan anemia pada kehamilan Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan, dan rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

  e) Standar 5 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda-tanda serta gejala preeklampsia lainnya, lalu mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya. f) Standar 6 : Persiapan persalinan Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami, serta keluarganya pada trimester ketiga untuk memastikan bahwa persiapan persalinan telah direncanakan dengan baik, bersih, aman, dan disamping persiapan tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.

  2) Hani U, et al (2011; h. 10-12) mengatakan Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah sebagai berikut:

  a) Timbang Berat Badan (BB) Secara perlahan BB ibu hamil akan mengalami kenaikan 9-13 kg selama kehamilan atau sama dengan 0,5 kg per minggu atau 2 kg dalam satu bulan. Penambahan BB paling banyak terjadi pada trimester ke II kehamilan. Tanda bahayanya, yaitu: (1) Tubuh ibu sangat kurus atau tidak bertambah (paling sedikit 9 kg) selama kehamilan.

  (2) Tubuh ibu sangat gemuk atau bertambah lebih dari 19 kg selama kehamilan.

  (3) BB ibu naik secara tiba-tiba lebih dari 0,5 kg dalam satu minggu atau lebih dari 2 kg selama satu bulan.

  Penambahan BB ibu selama kehamilan sebagian besar terdiri atas penambahan BB bayi, plasenta, serta air ketuban dan sebagian lagi berasal dari penambahan BB ibu sendiri. b) Ukur Tekanan Darah (TD) TD normal antara 90 per 60 hingga 140 per 90 mmHg dan tidak banyak meningkat selama kehamilan. TD adalah ukuran kencangnya darah menekan bagian dalam pembuluh darah (vena dan arteri). TD tinggi dapat menyebabkan ke bayi juga mengalami gangguan sehingga penyaluran oksigen serta makanan terhambat, yang menyebabkan gangguan pertumbuhan.

  c) Ukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) Uterus semakin lama semakin membesar seiring dengan penambahan usia kehamilan. Pemeriksaan TFU dilakukan dengan membandingkan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), dan diukur dangan menggunakan palpasi atau metline terhadap TFU. Uterus bertambah besar kira-kira 2 jari per bulan. Tanda bahayanya yaitu: (1) Bagian atas uterus tidak sesuai dengan batas tanggal kehamilannya dari HPHT (2) Pembesaran uterus lebih atau kurang dari 2 jari per bulan

  d) Imunisasi Tetanus toxoid (TT) Imunisasi TT perlu diberikan pada ibu hamil guna memberikan kekebalan pada janin terhadap infeksi tetanus

  (Tetanus neonatorum) pada saat persalinan, maupun postnatal. Seorang wanita yang selama hidupnya mendapatkan imunisasi sebanyak lima kali berarti akan mendapatkan kekebalan seumur hidup dengan periode waktu tertentu terhadap penyakit tetanus.

  Menurut WHO, jika seorang ibu belum pernah mendapat imunisasi TT selama hidupnya, maka ibu tersebut minimal mendapatkan paling sedikit 2 kali injeksi selama minggu setelah kunjungan pertama). Dosis terakhir sebaiknya diberikan sebelum dua minggu persalinan untuk mendapatkan efektifitas dari obat.

Tabel 2.1. Pemberian imunisasi TT

  Interval (selang Lama % Antigen waktu minimal) Perlindungan Perlindungan TT 1 Pada kunjungan

  • antenatal pertama TT 2 4 minggu setelah TT I 3 tahun

  80 TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun

  95 TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun

  99 TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun atau

  99 seumur hidup

  Sumber : Hani U et al (2011; h. 11)

  e) Pemberian Tablet Besi Selama kehamilan seorang ibu hamil minimal harus mendapatkan 90 tablet tambah darah (Fe), karena sulit untuk mendapatkan zat besi dengan jumlah yang cukup dari makanan. Seorang wanita sebaiknya mengkonsumsi sedikitnya 60 mg zat besi dan 1 mg asam folat setiap hari untuk mencegah anemia. Akan tetapi, jika ibu tersebut sudah menderita anemia, maka sebaiknya mengkonsumsi 2 tablet besi dan 1 asam folat per hari. Zat besi menyebabkan mual, konstipasi, serta perubahan warna pada feses. Maka saran yang dianjurkan adalah minum tablet besi pada malam hari pada malam hari untuk menghindari perasaan mual.

  Tablet besi sebaiknya diberikan saat diketahui ibu tersebut hamil sampai 1 bulan sesudah persalinan. Zat besi yang terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan serta perkembangan janin yang adekuat.

  f) Tes terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS), PMS yang terjadi selama kehamilan berlangsung, akan menyebabkan kalainan atau cacat bawaan pada janin dengan segala akibatnya, oleh karena itu tes terhadap PMS perlu dilakukan agar dapat didiagnosa secara dini dan mendapatkan pengobatan secara tepat.

  g) Temu Wicara dalam rangka persiapan rujukan Temu wicara mengenai persiapan tentang segala sesuatu yang kemungkinan terjadi selama kehamilan penting dilakukan. Hal ini penting karena bila terjadi komplikasi dalam kehamilan, ibu dapat segera mendapat pertolongan secara tepat, karena kematian ibu sering terjadi karena 3T, yaitu sebagai berikut : (1) Terlambat mengenali bahaya (2) Terlambat untuk dirujuk (3) Terlambat mendapat pertolongan yang memadai e. Standar Minimal Kunjungan Kehamilan Guna menerima manfaat yang maksimum dari ANC, maka ibu tersebut harus memperoleh minimal sedikitnya 4 kali kunjungan selama kehamilan, yang terdistribusi dalam 3 trimester, atau dengan istilah rumus 1 1 2, yaitu sebagai berikut : 2) 1 kali pada trimester II 3) 2 kali pada trimester III

  Pada setiap kali kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan informasi yang sangat penting. Garis-garis besarnya dijelaskan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.2. Informasi Kunjungan Kehamilan

  Kunjungan Waktu Informasi Penting Trimester Sebelum Membanggun hubungan saling percaya

Pertama minggu antara petugas kesehatan dengan ibu hamil.

  Ke-14 Mendeteksi masalah dan menanganinya.

  Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktik tradisonal yang merugikan. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya).

Trimester Sebelum Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan

Kedua minggu khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu

  Ke-28 tentang gejala-gejala preeklampsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria).

Trimester Antara Sama seperti diatas, ditambah palpasi

Ketiga minggu abdominal untuk mengetahui apakah ada

  28-36 kehamilan ganda. Antara Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak minggu bayi yang tidak normal, atau kondisi lain

  37-40 yang memerlukan kelahiran di rumah sakit

  Sumber : Hani U et al (2011; h. 13)

B. Kerangka Teori

  Tingkat Pengetahuan:

  1. Tahu (Know)

  2. Memahami (comprehension)

  3. Aplikasi (application)

  4. Analisis (analysis)

  5. Sintesis (synthesis

  6. Evaluasi (evaluation) Pengetahuan

  Antenatal Care Faktor-faktor yang

  1. Definisi ANC mempengaruhi pengetahuan:

  2. Tujuan ANC

  1. Usia

  3. ANC Terfokus

  2. Pendidikan

  4. Standar Pelayanan

  3. Status sosial ekonomi Minimal

  4. Paritas

  5. Standar Minimal

  5. Pekerjaan Kunjungan ANC

  6. Lingkungan

Gambar 2.1. Kerangka Teori

  Sumber : Wawan A & Dewi M (2010; h. 12-18), Hani U, et al (2011; h. 6-9), Asrinah, et al (2010; h. 7-8)