ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DENGAN KETUBAN PECAH DINI,BAYI BARU LAHIR, NIFAS,DAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. F UMUR 25 TAHUN G1P0A0 DI PUSKESMAS II SUMPIUH - repository perpustakaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. TINJAUAN MEDIS A. KEHAMILAN
1. Definisi
Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri:
ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan
zigot, nidasi (implamantasi) pada uterus, pembentukan
plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010; h.75).
Menurut Mochtar (2012; h.35), mengemukakan bahwa lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 pekan (minggu) atau 10 bulan ( lunar
months). Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal
akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender
Internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester,
dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2010; h.213).
Dari pengertian kehamilan diatas dapat disimpulkan bahwa proses kehamilan adalah proses bertemunya ovum dan spermatozoa yang berkembang menjadi zigot pada uterus dengan proses perkembangan implantasi di uterus selama 40 minggu.
12
2. Tanda-tanda Kehamilan
a. Tanda Dugaan Kehamilan: 1)
Amenorea (terlambat datang bulan)
Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir menggunakan perhitungan rumus
Naegle, dapat ditentukan perkiraan persalinan (Manuaba, 2010; h.107).
2) Mual dan muntah (emesis)
Pengaruh
estrogen dan progesterone menyebabkan pengelaran
asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama di pagi hari disebut
morning sickness. Dalam batas yang fisiologis,
keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang (Manuaba, 2010; h.107).
3) Mengidam (ingin makanan khusus) Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu terutama pada bulan-bulan triwulan pertama. Mereka juga tidak tahan suatu bau-bauan (Mochtar, 2012; h.35). 4) Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri
Disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara. Kelenjar Montgomery terlihat lebih membesar (Mochtar, 2012; h.35). 5) Sering Miksi
Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi, pada triwulan kedua gejala ini akan menghilang (Manuaba, 2010; h.107).
6) Konstipasi atau obstipasi Pengaruh
progesteron dapat menghambat peristaltik usus,
menyebabkan kesulitan untuk buang air besar (Manuaba, 2010; h.107).
7) Pigmentasi kulit Dipengaruhi oleh
hormone kortikosteroid plasenta, dijumpai di
muka
(chloasma gravidarum), aerola payudara, leher dan dinding
perut
(linea nigra) (Manuaba, 2010; h.107 dan Mochtar, 2012; h.35).
8)
Varises atau penampakan pembuluh darah vena
Karena pengaruh dari estrogen dan progesterone, terutama bagi yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah terjadi di sekitar genitalia eksterna, kaki, betis dan payudara. Penampakan pembuluh darah ini akan menghilang setelah persalinan (Manuaba, 2010; h.108).
b. Tanda Tidak Pasti kehamilan Menurut Prawirohardjo (2010) dan Mochtar (2012) , tanda tidak pasti kehamilan dapat ditentukan oleh:
1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil 2) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai:
a) tanda hegar Tanda
Hegar: pelunakan dan kompresibilitas ismus serviks
sehingga ujung-ujung jari seakan dapat ditemukan apabila ismus ditekan dari arah yang berlawanan (Prawirohardjo, 2010; h.217).
b) tanda
Chadwicks
tanda
Chadwicks: perubahan warna menjadi kebiruan atau
keunguan pada vulva, vagina, dan serviks (Prawirohardjo, 2010; h.217).
c) tanda
Piscaseck
tanda
Piscaseck: pembesaran dan pelunakan rahim ke salah satu sisi rahim yang berdekatan dengan tuba uterine.
Biasanya tanda ini ditemukan di usia kehamilan 7-8 minggu (Mochtar, 2012; h.36).
d) Kontraksi
Braxton Hicks (kontraksi-kontraksi kecil uterus bila dirangsang) (Mochtar, 2012; h.36).
e) Teraba Ballottement Fenomena bandul atau pantulan balik. Hal ini dapat dikenali dengan jalan menekan tubuh janin melalui dinding abdomen yang kemudia terdorong melalui cairan ketuban dan kemudian memantul balik ke dinding abdomen atau tangan pemeriksa.
Fenomena bandul jenis ini disebut ballottement in toto. Jenis lain dari pantulan ini adalah ballottement kepala yaitu hanya kepala hanin yang terdorong dan memantul kembali ke dinding uterus atau tangan pemeriksa setelah memindahkan dan menerima tekanan balik cairan ketuban di dalam kavum uteri (Prawirohardjo, 2010; h. 220). c. Tanda Pasti Kehamilan Menurut Manuaba (2010; h.109) dan Mochtar (2012; h.36-37), Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan oleh: 1) Gerakan janin dalam rahim 2) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin 3) Denyut jantung janin:
a) Didengar dengan stetoskop laenec, alat kardiotokografi, alat doppler b) Dilihat dengan ultrasonografi
c) Pemeriksaan dengan alat canggih yaitu rontgen untuk melihat kerangka janin, ultrasonografi.
3. Perubahan Anatomi dan Fisiologi pada Kehamilan
a. Sistem Reproduksi 1) Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uters mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan (Prawirohardjo, 2010; h.175).
2) Serviks Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan heterogen
yang mengalami perubahan yang luar biasa selama kehamilan dan persalinan. Bersifat seperti katup yang bertanggung jawab menjaga janin di dalam uterus sampai akhir kehamilan dan selama persalinan (Prawirohardjo, 2010; h.177).
3) Ovarium
Proses
ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan
folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus yang dapat ditemukan di
ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama
6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang relatif minimal (Prawirohardjo, 2010; h.178). 4) Vagina dan perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos (Prawirohardjo, 2010; h.178).
5) Kulit Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama
Striae Gravidarum. Pada banyak perempuan kulit digaris
pertengahan perutnya disebut
Linea Nigra dan pada wajah dan
leher terdapat
Chloasma Gravidarum (Prawirohardjo, 2010; h.179).
6) Payudara Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih lunak. Putting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum dapat keluar.
Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat (Prawirohardjo, 2010; h.179).
b. Sistem Metabolik Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilam berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan
ekstraseluler (Prawirohardjo, 2010; h.180). Berat badan
ibu hamil akan bertambah sekitar 12-14 kg selama hamil, atau 1/4-1/2 kg/minggu (Manuaba, 2012; h.148).
c. Sistem
Kardiovaskular
Sistem
kardiovaskular mengalami perubahan untuk dapat
mendukung peningkatan metabolisme sehingga tumbuh kembangnya janin sesuai dengan kebutuhannya (Manuaba, 2012; h.148).
Volume darah akan meningkat secara progresif mulai minggu ke-6 -8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke-32
- – 34 dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut (Prawirohardjo, 2010; h.183).
d. Sistem Respirasi
Frekuensi pernapasan mengalami perubahan saat kehamilan, volume ventilasi permenit dan pengambilan oksigen per menit akan bertambah secara signifikan pada kehamilan lanjut (Prawirohardjo, 2010; h.185).
e. Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas panggul, keluhan itu akan timbul kembali (Prawirohardjo, 2010; h.185).
f. Sistem
Endokrin Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ±135 %.
Tetapi, kelenjar ini tidak mempunyai arti penting dalam kehamilan (Prawirohardjo, 2010; h.185).
g. Sistem
Muskuloskeletal Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada
kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior
, lordosis menggeser pusat daya berat kebelakang ke arah dua tungkai (Prawirohardjo, 2010; h.185).
4. Ketidaknyamanan dan Cara Penanganan pada saat Kehamilan
Menurut Kusmiyati (2009; h.123-133), ketidaknyamanan dan cara penanganan pada saat Kehamilan adalah:
Tabel 2.1 Ketidaknyamanan pada Masa Kehamilan Ketidak Nyamanan Dasar Anatomis dan Fisiologis Cara mencegah dan meringankanKelelahan selama TM
1 Terjadi karena penurunan laju metabolisme basal pada awal kehamilan Meyakinkan bahwa hal ini normal terjadi dalam kehamilan, nasehati ibu untuk sering istirahat tetapi hindari istirahat yang berlebihan Keputihan
TM I,II, dan
III Terjadi karena peningkatan produksi lender sebagai akibat dari peningkatan kadar estrogen
Meningkatkan kebersihan, memakai pakaian dalam yang menyerap keringat, tidak mencuci vagina dengan sabun dan mencuci vagina dari arah depan kebelakang Ngidam
TM I Berkaitan dengan persepsi individu wanita mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah sehingga indra pengecap menjadi tumpul jadi makanan yang lebih merangsang yang diinginkan
Meyakinkan ibu itu merupakan hal yang tidak perlu diperhatikan asalkan makanan tersebut cukup bergizi dan makanan yang diinginkan makanan yang sehat, menjelaskan tentang bahaya makanan yang tidak baik dikonsumsi Sering buang air kecil TM I dan III Terjadi karena adanya tekanan uterus pada kandung kemih, air dan sodium tertahan dibawah tungkai bawah pada siang hari karena statis vena dan pada malam hari terdapat aliran balik vena yang meningkat akibat peningkatan dalam jumlah output air seni
Menjelaskan mengenai sebab terjadinya, tidak menahan kencing, perbanyak minum pada siang hari, batasi minum kopi, teh, cola, tidur posisi miring kekiri Rasa mual muntah antara minggu ke 5 sampai minggu ke 12 bisa terjadi lebih awal pada minggu ke 2-3 setelah HPHT Terjadi karena disebabkan oleh peningkatan kadar HCG, estrogen, progesterone
Menghindari faktor penyebab seperti bau, makan biscuit sebelum bangun dari tempat tidur, makan sedikit tapi sering, duduk tegak setiap kali selsai makan, hindari makanan yang berminyak, berbumbu merangsang, makanan kering, bangun tidur secara perlahan dan hindari melakukan gerakan secara tiba-tiba, hindari menggosok gigi segera setelah makan, minum teh herbal, istirahat sesuai kebutuhan dengan mengangkat kaki dan kepala agak ditinggikan, hirup udara segar
Ketidak Nyamanan Dasar Anatomis dan Fisiologis Cara mencegah dan meringankan Cloasma TM II
Terjadi karena adanya kecenderungan genetis, peningkatan kadar estrogen dan progesterone
Hindari sinar matahari berlebihan selama masa kehamilan Hemorrhoi d TM II dan
III Konstipasi, tekanan yang meningkat dari uterus gravid terhadap vena hemoroida
Hindari konstipasi, makan makanan yang berserat, gunakan kompres dingin, hangat, dengan perlahan masukkan kembali kedalam rectum jika perlu
Konstipasi TM II dan
III Peningkatan kadar progesterone yang menyebabkan peristaltic usus jadi lambat, penurunan motilitas sebagai akibat dari relaksasi otot otot halus, penyerapan air dari colon meningkat, tekanan dari uterus yang membesar pada usus, seplemen zat besi, diit, kurang senam Tingkatkan intake cairan, serat didalam diit, buah prem, istirahat cukup, senam, membiasakan BAK secara teratur dan BAB setelah ada dorongan Sesak napas TM
II dan III Peningkatan kadar progesteron berpengaruh secara langsung pada pusat pernapasan untuk menurunkan kadar CO2 serta meningkatkan kdar O2, uterus membesar dan menekan pada diafragma
Jelaskan penyebab fisiologisnya, merentangkan lengan diatas kepala serta menarik nafas panjang, mendorong postur tubuh yang baik melakukan pernafasan intercostals, latihan nafas melalui senam hamil, tidur dengan bantal ditinggikan, makan tidak terlalu banyak, hentikan merokok, kontrol dokter bila ada asma Nyeri ligamentu m rotondum Hipertropi dan peregangan ligamentum selama kehamilan, tekanan dari uterus pada ligamentum Penjelasan mengenai penyebab rasa nyeri, tekuk lutut kearah abdomen, mandi air hangat, gunakan bantalan pemanas pada area yang terasa sakit hanya jika diagnose lain tidak melarang, topang uterus dengan bantal dibawahnya dan sebuah bantal diantara lutut pada waktu berbaring miring
Ketidak Nyamanan Dasar Anatomis dan Fisiologis Cara mencegah dan meringankan Pusing Hipertensi postural yang berhubungan dengan perubahan perubahan hemodinamis, pengumpulan darah didalam pembuluh tungkai, yang mengurangi aliran balik vena dan menurunkan output cardiac serta tekanan darah dengan tegangan othostatis yang meningkat, mungkin gihubungkan dengan hipoglikemia, sakit kepala pada triwulan terakhir dapat merupakan gejala preeklamsia berat
Bangun secara perlahan dari posisi istirahat, hindari berdiri terlalu lama dalam lingkungan yang hangat atau sesak, hindari berbaring dalam posisi terlentang, konsultasi/periksa untuk rasa sakit yang terus menerus Varises pada kaki/vulva
Kongesti vena dalam vena bagian bawah yang meningkat sejalan dengan kehamilan karena tekanan dari uterus yang hamil, kerapuhan jaringan elastic yang diakibatkan oleh estrogen, kecenderungan bawaan keluarga, dan disebabkan factor usia dan lama berdiri Tinggikan kaki sewaktu berbaring/duduk, jaga kaki agar tidak bersilangan, hindari berdiri atau duduk terlalu lama, istirahat dalam posisi berbaring miring kiri, senam, hindari pakaian korset yang ketat, jaga postur tubuh yang baik, kenakan kaos kaki,
Sumber: Kusmiyati, 2009; h.123-133
5. Perubahan Psikologis pada Kehamilan
Menurut Varney ( 2007 vol 1; h.501-504) menyebutkan bahwa perubahan psikologis pada kehamilan dibagi berdasarkan Trimester pada kehamilan:
a. Pada Trimester I Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan terhadap kenyataan ini dan arti semua ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang paling penting pada trimester pertama kehamilan.
Sebagian besar wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih 80% wanita mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi dan kesedihan. Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri. Penerimaan ini biasanya terjadi pada akhir trimester pertama dan difasilitasi perasaannya sendiri yang merasa cukup aman untuk mulai mengungkapkan perasaan-perasaan yang menimbulkan konflik yang di alami.
b. Pada Trimester II Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yaitu periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Namun, trimester kedua juga merupakan fase ketika wanita menelusur kedalam dan paling banyak mengalami kemunduran.
Trimester kedua sebenarnya terbagi atas dua fase yaitu pra-
quickening dan pasca quickening. Quickening menunjukkan
kenyataan adanya kehidupan ynag terpisah, yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis utamanya pada trimester kedua, yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri, yang berbeda dari ibunya. Dengan timbulnya
quickening, muncul sejumlah perubahan karena kehamilan telah
menjadi jelas dalam pikiranya. Kontak sosialnya berubah, ia lebih banyak bersosialisasi dengan wanita hamil atau ibu baru lainnya, dan minat serta aktivitasnya berfokus pada kehamilan, cara membesarkan anak, dan persiapan untuk menerima peran yang baru c. Pada Trimester III Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebaga makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir kapanpun. Wanita mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupan sendiri.
6. Gejala dan Tanda Bahaya Kehamilan
Menurut Bartini (2012; h.86-97) dan Cunningham (2014; h. 220-221), Manuaba (2012; h. 227-281), menyebutkan bahwa Gejala dan Tanda Bahaya Kehamilan:
a. Keluhan Ringan Hamil Muda
1) Emesis Gravidarum Emesis gravidarum merupakan keluhan umum yang disampaikan
pada kehamilan muda. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena terdapat peningkatan hormone estrogen, progesterone dan dikeluarkannya
Human Chorionic Gonadothropine plasenta. Hormon-hormon inilah yang
menyebabkan
Emesis Gravidarum. Gejala klinis Emesis Gravidarum adalah kepala pusing terutama di pagi hari disertai
mual muntahsampai kehamilan berumur 4 bulan. Emesis
Gravidarum dapat diatasi dengan berobat jalan (poliklinik).
2) Nyeri punggung bawah Hingga tahap tertentu dilaporkan pada hampir 70% wanita hamil.
Kelelahan, membungkuk, berkebihan, mengangkat beban atau berjalan dapat menyebabkan nyeri punggung ringan. Untuk mengurangi nyeri punggung yaitu dengan menganjurkan wanita yang bersangkutan berjongkok dan bukan membungkuk ketika mengambil sesuatu dibawah, memberi bantalan penyangga di punggung ketika duduk dan menghindari sepatu berhak tinggi.
3) Kram pada kaki Keluhan kram kaki terutama betis sering disampaikan oleh ibu hamil muda. Kejadian kram betis berkaitan dengan mual, muntah, kurangnya makan, sehingga terdapat perubahan keseimbangan elektrolit dengan kalium, kalsium, dan natrium yang menyebabkan terjadi perubahan berkelanjutan dalam darah dan cairan tubuh.
4) Varises
Varises merupakan pembesaran dan pelebaran pembuluh darah
vena yang sering dijumpai saat kehamilan disekitar vulva, vagina, paha, dan terutama tungkai bawah. Kejadian varises pada wanita disebabkan oleh faktor bakat atau keturunan, faktor multipara sampai grandemultipara, terdapat peningkatan hormon
estrogen dan progesteron selama hamil.
5) Hyperemesis Gravidarum Hyperemesis Gravidarum
dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan lemak dan protein.
6) Hipersalivasi Hipersalivasi atau ptialismus berarti pengeluaran air ludah yang
berlebihan pada wanita hamil, terutama pada trimester pertama. Keadaan ini disebabkan meningkatnya hormon estrogen dan
Human Chorionic Gonadothropine, selain ibu hamil sulit menelan
ludah karena mual dan muntah. Untuk pengobatan simtomatis dapat di berikan vitamin b kompleks dan vitamin C).
b. Anemia pada kehamilan Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya mudah, dan murah.
c. Kehamilan dengan resiko tinggi Untuk menegakkan kehamilan resiko tinggi pada ibu dan janin adalah dengan cara melakukan anemnesa yang intensif (baik), melakukan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan rontgen, pemeriksaan ultrasonografi.
d. Perdarahan Antepartum Perdarahan Antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan diatas 28 minggu atau lebih. Karena perdarahan antepartum terjadi pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu maka sering disebut atau digolongkan perdarahan pada trimester III.
e. Preeklampsia dan Eklampsia
Preeklampsia dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu dan
perinatal yang tinggi terutama di Negara berkembang. Pada preeklampsia dan eklampsia terjadi penurunan
angiotensin, renin, dan
aldosterone, dan ditandai dengan oedema, hipertensi, dan proteinuria.
Kelanjutan
preeklampsia berat menjadi eklampsia dengan tambahan gejala kejang atau koma.
f. Kehamilan
premature Persalinan premature pada usia kehamilan 28-37 minggu.
Penyebabnya adalah pendarahan plasenta, janin mati, kelainan bawaan, ketuban pecah dini, plasenta kurang baik, kehamilan kembar, kurang gizi pada ibu, anemia, perokok, alkoholik, keturunan, umur <18 tahun dan >40 tahun.
g. Kehamilan kembar Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan 2 janin atau lebih.
Kehamilan kembar dapat memberikan resiko yang lebih tinggi terhadap bayi dan ibu. Faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan hamil kembar adalah faktor ras, keturunan , umur wanita, dan paritas.
h. Hemoroid
Varises di vena rektum mungkin pertama kali muncul selama kehamilan karena meningkatnya tekanan vena. Namun, kehamilan umumnya menyebabkan kekambuhan atau eksaserbasi hemoroid yang sudah ada. Nyeri dan pembengkakan biasanya dikurangi dengan anestetik topikal, rendam hangat, dan pelunak tinja.
Trombosis hemoroid eksternal dapat menyebabkan nyeri hebat, tetapi
bekuan biasanya dapat dievakuasi dengan menginsisi dinding vena dibawah anesthesia topikal.
i. Heartburn
Gejala ini adalah salah satu keluhan tersering wanita hamil da disebabkan oleh refluks isi lambung kedalam esofagus bawah.
Meningkatnya frekuensi regurgitasi selama kehamilan kemungkinan besar disebabkan oleh pergeseran ke atas dan penekanan lambung oleh uterus disertai oleh relaksasi sfingter esofagus bawah. j. Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan penyebab terbesar persalinan premature dengan berbagai akibatnya. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan setelah ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan.
a. Pengertian ketuban pecah dini 1) Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan (Prawirohardjo, 2010; h. 677).
2) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan setelah ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan (Manuaba, 2010; h. 281).
3) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in partu: yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (Mochtar, 2012; h. 177). 4) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum awitan persalinan, tanpa memerhatikan usia gestasi (Varney, 2008; h.
788). 5) Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau dimulainya tanda inpartu
(Kemenkes RI, 2013; h. 122).
Dari semua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan dimulai tanpa memperhatikan usia kehamilan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.
b. Etiologi ketuban pecah dini Penyebab dari ketuban pecah dini masih belum diketahui secara jelas, maka usaha
preventif tidak dapat dilakukan, kecuali
dalam usaha menekan infeksi. Faktor penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifactorial yaitu: 1) Servik inkompeten. 2) Ketegangan rahim berlebihan: kehamilan kembar, hidramnion. 3) Kelainan letak janin dalam rahim: letak sungsang, letak lintang 4) Kemungkinan kesempitan panggul: perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP, disproporsi sefalopelvik.
5) Kelainan bawaan dari selaput ketuban.
6) Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentu proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah. (Manuaba, 2010; h.283)
c. Mekanisme ketuban pecah dini Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah (Prawirohardjo, 2010; h.678).
Menurut Manuaba (2010; h.283) menjelaskan bahwa mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut: selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi, bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
d. Dasar diagnosis ketuaban pecah dini Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan menjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Menurut Manuaba (2010; h.283) dan Mochtar (2012; h.178), menjelaskan cara menegakkan diagnosis ketuban pecah dini adalah: 1) Pemeriksaan fisik: melakukan palpasi abdomen untuk menentukan volume cairan amnion. Apabila ketuban telah pasti, terdapat kemungkinan mendeteksi berkurangnya cairan karena terdapat peningkatan molase uterus dan dinding abdomen di sekitar janin dan penurunan kemampuan balotemen dibandingkan temuan pada pemeriksaan sebelum pecah ketuban. Ketuban yang pecah tidak menyebabkan perubahan yang seperti ini dalam temuan abdomen.
2) Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di forniks posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan bakteriologis. 3) Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan infeksi asenden dan persalinan prematuritas. 4) Menggunakan kertas lakmus (litmus):
a) Bila menjadi biru (basa): air ketuban b) Bila menjadi merah (asam): air kemih (urin).
5) Pemeriksaan pH forniks posterior pada ketuban yang pecah pH adalah basa (air ketuban).
e. Komplikasi ketuban pecah dini: Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal maupun neonatal, persalinan premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal (Prawirohardjo, 2010; h.678).
f. Penatalaksanaan ketuban pecah dini: Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensial. Oleh karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim. Sebagai gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini adalah: 1) Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya kematangan paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat. 2) Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dan dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
3) Pada usia kehamilan 24 sampai 32 minggu saat berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.
4) Menghadapi ketuban pecah dini, diperlukan kerja sama terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya. 5) Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru . 6) Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan pada selang waktu 6 jam sampai 24 jam, bila tidak terjadi his spontan. (Manuaba, 2010; h.284).
KETUBAN PECAH DINI
Bidan merujuk ke RS/Puskesmas Masuk Rumah Sakit:
a. Antibiotika
b. Batasi pemeriksaan dalam
c. Pemeriksaan air ketuban, kultur, dan bakteri
d. Observasi tanda infeksi dan distres janin
Hamil Prematur:
Kehamilan aterm
a. Observasi (suhu rektal, distress janin).
Letak kepala Kelainan Obstetri
b. kortikosteroid
a. Distres janin
b. Letak sungsang
c. Letak lintang
d. Disproporsi sefalopelvik
e. Riwayat obstetrik buruk Indikasi Induksi (Infeksi, f. Grandemultipara waktu)
g. Primigravida usia lanjut
h. Infertilitas i. Persalinan Obstruktif Gagal: Berhasil a. Reaksi uterus tidak ada (persalinan
b. Kelainan letak kepala vagina Seksiosesaria c. Fase laten dan aktif memanjang d. Distres janin
e. Ruptura uteri imminens
f. Ternyata disproporsi sefalopelvik
Gambar 2.1 Penatalaksanaan ketuban pecah dini (Manuaba, 2010; h. 285).7. Asuhan pada Kehamilan
a. Tujuan asuhan antenatal: 1) memantau kemajuan kehamilan, memantau kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin 2) mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial. 3) Mendeteksi dini adanya ketidak normalan/penyulit. 4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan selamat baik ibu maupun bayinya.
5) Agar masa nifas normal dan pemberian Asi Eksklusif 6) Mempersiapkan ibu dan keluarga setelah bayi lahir.
b. Jadwal kunjungan pada pemeriksaan antenatal Menurut Saifuddin (2010; h. N-2) dan Kusmiyati (2009; h.168-169), mengemukakan bahwa setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal: 1) 1X kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu) 2) 1X kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28) 3) 2X kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36).
Tabel 2.2 Kunjungan Antenatal Kunjungan Waktu KegiatanTrimester Sebelum
a. Membina hubungan saling percaya antara bidan pertama minggu ke dan ibu hamil
14
b. Memdeteksi masalah dan mengatasinya
c. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan usia kehamilan, d. Mengajari ibu cara mengatasi
ketidaknyamanan,
e. Mengajarkan dan mendorong cara hidup sehat (gizi, latihan dan kebersihan dan istirahat) f. Mengenali tanda tanda bahaya kehamilang. Memberikan imunisasi tt, tablet besi
h. Mendiskusikan mengenai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi
kegawatdaruratan
i. Menjadwalkan kunjungan berikutnya j. Mendokumentasikan pemeriksaan dan asuhan Trimester Sebelum Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan kedua minggu ke khusus terhadap preeklamsi (tanda gejala, pantau 28 tekanan darah, evaluasi edema, periksa untukmengetahui proteinuria)
Trimester Antara Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdominalketiga minggu ke untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda
28-36Setelah Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak janin 36 minggu dan kondisi lain kontra indikaasi bersalin diluar RS Apabila ibu mengalami Diberikan pertolongan awal sesuai dengan masalah, komplikasi masalah yang timbul, dan rujuk serta konsultasikan maupun kepada SpOG untuk tindakan lebih lanjut kegawatdaruratan
Sumber: Kusmiyati, (2009; h.168-169)
c. Standar Minimal Asuhan Antenatal 10 T: 1) Timbang BB 2) Ukuran Tekanan Darah 3) Nilai status gizi (ukur LILA) 4) Ukur tinggi Fundus Uteri 5) Tentukan Presentasi Janin dan DJJ 6) Imunisasi TT 7) Pemberian Tablet besi (minuman 90 tablet selama hamil) 8) Pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus)
9) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan 10) Tatalaksana penanganan khusus (KEMENKES RI, 2012)
8. Pengawasan Antenatal
Pengawasan antenatal dan postnatal sangat penting dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal.
a. Tujuan pengawasan antenatal adalah: 1) Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan, dan kala nifas.
2) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dan kala nifas 3) Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana. 4) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal (Manuaba, 2010; h.109-111).
b. Jadwal pemeriksaan: 1) Pemeriksaan pertama
Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.
2) Pemeriksaan ulang:
a) Setiap bulan sampai usia kehamilan 6 sampai 7 bulan
b) Setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 8 bulan c) Setiap 1 minggu sejak usia kehamilan 8 bulan sampai terjadi persalinan.
3) Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan tertentu (Manuaba, 2010; h.111).
B. PERSALINAN
1. Definisi
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2008; h. 672).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010; h. 164).
Persalinan adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Mochtar, 2012; h.69).
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa persalinan adalah sebuah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin, plasenta, dan selaput ketuban) melalui jalan lahir dengan di mulai adanya kontraksi yang membuka jalan lahir sampai pembukaan lengkap dan diakhiri dengan pelahiran plasenta .
2. Macam-macam Persalinan
a. Persalinan spontan Adalah persalinan yang seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan Adalah persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forceps atau dilakukan operasi
Section Caesaria
c. Persalinan anjuran Adalah persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin. (Manuaba, 2010; h.164).
3. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut pendapat Hidayat dan Sujiyatini (2010; h.12-19), menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi persalinan: a.
Power (tenaga yang mendorong anak) Power atau tenaga yang mendorong anak adalah
1) His adalah kontraksi otot-otot Rahim pada persalinan 2) Tenaga mengejan:
a) Kontraksi otot-otot dinding perut
b) Kepala didasar panggul merangsang mengejan c) Paling efektif saat kontraksi/his.
b.
Passage (jalan lahir)
Jalan lahir dibagi menjadi 2, yaitu
1) Jalan lahir lunak terdiri dari serviks, vagina dan otot rahim. 2) Jalan lahir keras terdiri dari
os.Coxae (tulang innominata), os.Sacrum, dan os. Cocygis.
c. Passager (fetus)
Hal yang menentukan kemampuan untuk melewati jalan lahir dari faktor
passage adalah:
1) Presentasi janin dan bagian janin yang terletak pada bagian depan jalan lahir seperti: a) Presentasi kepala
(verteks, muka, dahi)
b) Presentasi bokong (bokong murni/frank breech), bokong kaki (complete breech), letak lutut atau letak kaki (incomplete breech) c) Presentasi bahu (letak lintang).
2) Sikap janin Hubungan bagian janin (kepala) dengan bagian janin lainnya (badan), misalnya fleksi, defleksi, dan lain-lain. 3) Posisi janin
Hubungan bagian/point penentu dari bagian terendah janin dengan panggul ibu, dibagi dalam 3 unsur: a) Sisi panggul ibu : kiri, kanan, dan melintang
b) Bagian terendah janin : oksiput, sacrum, dagu dan scapula c) Bagian panggul ibu : depan, belakang.
4) Bentuk/ukuran kepala janin menentukan kemampuan kepala untuk melewati jalan lahir
Bentuk-bentuk oval janin:
a) Bentuk oval kepala diameter
antero posterior lebih panjang
b) Bahu dan badan diameter
transversa lebih panjang
c) Dua bagian oval tersebut tegak lurus satu sama lain d.
Psychology (Psikologi)
Menurut (Sondakh, 2013; h.91), menyebutkan perubahan psikologi ibu yang muncul pada saat memasuki masa persalinan sebagian besar berupa perasaan takut maupun cemas, terutama pada ibu primigravida yang umumnya belum mempunyai bayangan mengenai kejadian-kejadian yang akan dialami pada akhir kehamilannya. Oleh sebab itu, penting sekali untuk mempersiapkan mental ibu karena perasaan takut akan menambah rasa nyeri, serta akan menegangkan otot-otot serviksnya dan akan mengganggu pembukaannya. Ketegangan jiwa dan badan ibu juga menyebabkan ibu lekas lelah.
e. Penolong Fungsi penolong persalinan sangat berat, yaitu memberikan pertolongan bagi dua jiwa yaitu ibu dan anak, serta kesuksesan pertolongan tersebut sebagian bergantung pada keadaan petugas yang menolongnya, maka sangat penting untuk diadakan kualifakasi atau persyaratan bagi petugas yang bekerja di kamar bersalin dan penolong persalinan. Dengan demikian, sesuai dengan hal tersebut, persyaratan yang diperlakukan adalah persyaratan kemampuan, ketrampilan, dan kepribadian (Sondakh, 2013; h.97).
4. Proses Terjadinya Persalinan
Menurut Manuaba (2010; h. 167), menyebutkan bahwa Proses Terjadinya Persalinan adalah a.
Estrogen yang meningkatkan sensitivitas otot rahim, memudahkan
penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.
b.
Progesteron yang menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan
penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
Estrogen dan progesteron terdapat dalam keseimbangan sehingga
kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan
estrogen dan
progesteron menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisis pars
posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk Braxton Hicks.
Kontraksi
Braxton Hicks akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya
persalinan, oleh karena itu makin tua usia kehamilan frekuensi kontraksi makin sering (Manuaba, 2010; h.167).
Oksitosin diduga bekerja bersama
prostaglandin yang makin
meningkat mulai dari usia kehamilan minggu ke-15. Disamping itu, faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot rahim dapat memberikan pengaruh penting untuk dimulainya kontraksi rahim. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan (Manuaba, 2010; h.167).
Tabel 2.3 Teori Kemungkinan Terjadinya Proses Persalinan Teori Uraian
Teori Otot Rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
keregangan tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat dimulai. Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.Teori Proses penuaan plasenta terjadi saat usia kehamilan 28
penurunan minggu, karena terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh
progesterone darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesteron
mengalami penurunan, sehingga otot Rahim lebih sensitive terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
Teori Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.
Oksitosin Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
Internal mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi
kontraksiBraxton Hicks. Dengan menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktifitas, sehingga persalinan dapat dimulai.
Teori Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan 15
Prostaglandin minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian
prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
Teori Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus
sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus- hipotalamus. Teori ini dikemukakan oleh Linggin 1973. hipofisis danPemberian
glandula kortikosteroid dapat menyebabkan maturitas janin,
induksi (mulainya) persalinan. Dari percobaan tersebut suprarenalis disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus-hipofisis dengan mulainya persalinan.Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan
Sumber : Manuaba, 2010; h.168
5. Permulaan Terjadinya Persalinan
Dengan penurunan hormone progesteron menjelang persalinan dapat terjadi kontraksi. Kontraksi otot rahim menyebabkan: a. Turunnya kepala, masuk pintu atas panggul, terutama pada primigravida minggu ke-36 dapat menimbulkan sesak dibagian bawah, diatas simpisis pubis dan sering ingin berkemih atau sulit kencing karena kandung kemih tertekan kepala.