BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian - OKTI HERLIANI BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.(WHO, dan oleh Setiadi 2008). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

  keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.(Depkes RI, 1998 dan oleh Setiadi 2008). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.(Bailon & Maglaya, 1989 dan oleh Setiadi 2008).

  Sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan dikutip oleh Arita Murwani, 2008).

  8 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah : Unit terkecil masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih dan adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah yang hidup dalam satu rumah tangga, dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga dan sling berinteraksi diantara sesama anggota keluarga dan setiap anggota keluarga mempunyai peranan masing-masing.

2. Fungsi Keluarga

  Menurut Friedmann (1986) dalam Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut :

1. Fungsi afektif

  Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psiko sosial. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah : a.

  Saling mengasuh ; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain.

  b.

  Saling menghargai; Bila anggota saling menghargai dan mengakui keberadaan dan setiap hak anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai. c.

  Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru.

  2. Fungsi sosialisasi.

  Sosialisasi adalah proses pengembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi social. Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah,ibu, dan orang – orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi.

  3. Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.

  4. Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.

5. Fungsi perawatan kesehatan

  Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan, dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

3. Tipe dan Bentuk Keluarga

  Menurut Friedman(1986) dalam Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) tipe dan bentuk keluarga terdiri atas :

1. Tipe keluarga tradisional a.

  The Nuclear family (Keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau angkat).

  b.

  The dyad family , suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.

  c.

  Keluarga usila, Keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah usia lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri.

  d.

  The childless, Keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan. e.

  The Extended family , keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.

  f.

  Single parent yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian).

  g.

  Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari minggu atau libur saja.

  h.

  Multigeneration family, Beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah. i.

  Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama. j.

  Blended family, keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya. k.

  Single adult living alone yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.

2. Tipe keluarga non tradisional a.

  The unmarried teenage mother, Keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

  b.

  The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.

  c.

  Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah yang hidup serumah.

  d.

  The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama, berganti-ganti pasangan tanpa nikah.

  e.

  Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.

  f.

  Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena alasan tertentu.

  g.

  Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah, berbagi sesuatu termasuk sex dan membesarkan anak.

  h.

  Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung jawab membesarkan anak. i.

  Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk waktu sementara. j.

  Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental. k.

  Gang, Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

4. Tahap dan Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

  Menurut Duval dan Miller (1985) dikutip oleh Setiadi (2008). Tahap- tahap perkembangan keluarga dibagi menjadi 8 tahap yaitu: 1)

  Tahap I: keluarga pemula atau keluarga pasangan baru. Tugas perkembangannya meliputi: a) Membangun perkawinan yang saling memuaskan

  b) Membangun jalinan persaudaraan yang harmonis

  c) Keluarga berencana

  Masalah kesehatan utama adalah penyesuaian seksual dan peran perkawinan, penyuluhan dan konseling, prenatal dan komunikasi, keluarga informasi sering mengakibatkan masalah-masalah emosional dan seksual, kekuatan, rasa bersalah, kehamilan yang tidak direncanakan, dan penyakit- penyakit kelamin baik sebelum maupun sesudah perkawinan.

  Pada tahap ini, peran perawat sebagai perawat keluarga harus memberikan penyuluhan ataupun konseling tentang seksualitas, keluarga berencana, prenatal, dan masalah-masalah yang terkait pada keluarga pemula/pasangan baru.

  2) Tahap II: keluarga yang sedang mengasuh anak Dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.

  Setelah lahir anak pertama keluarga mempunyai tugas perkembangan yang penting yaitu: a)

  Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

  b) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dengan kebutuhan anggota keluarga c)

  Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

  d) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua, kakek dan nenek.

  Masalah kesehatan utama keluarga dalam tahap ini adalah pendidikan maternitas yang terpusat pada keluarga, perawatan bayi yang baik, pengenalan dan penanganan masalah-masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, konseling, perkembangan anak, keluarga berencana, interaksi keluarga, dan bidang-bidang peningkatan kesehatan umumnya.

  Pada tahap kedua ini peran perawat memberikan konseling dan demolistrasi pada keluarga tentang kebutuhan nutrisi anak.

  3) Tahap III: Keluarga dengan anak usia prasekolah

  Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2 ½ tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga mungkin terdiri dari tiga hingga lima orang, dengan pasti suami-ayah, istri-ibu, anak laki-laki- saudara, anak perempuan-saudari.

  Tugas perkembangan Menurut Duval dan Miller (1985) dikutip oleh Setiadi (2008) tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah: a)

  Memenuhi keutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bersalin, prifasi, keamanan.

  b) Mensosialisasikan anak

  c) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain.

  d) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga (Keluarga besar dan komunitas).

  Karena daya tahan spesifik terhadap banyak bateri dan virus, serta paparan yang meningkat, anak-anak usia pra sekolah sering menderita sakit dengan suatu penyakit infeksi primer secara bergantian. Jadi kontak anak dengan penyakit infeksi dan menular, serta kerentanan umum mereka terhadap penyakit merupakan masalah-masalah kesehatan utama.(Friedman, 1998 dikutip oleh Setiadi, 2008).

  Masalah kesehatan fisik yang terutama adalah penyakit-penyakit menular yang umum pada anak, jatuh, luka bakar,keracunan serta kecelakaan-kecelakaan lain yang terjadi selama usia prasekolah. Masalah- masalah kesehatan lain yang penting adalah persaingan diantara kakak- adik, keluarga berencana, keutuhan pertumbuhan dan perkembangan masalah pengasuh anak seperti pembatasan lingkungan (disiplin), penganiyaan dan menelantarkan anak, keamanan dirumah dan masalah komunikasi keluarga.

  Tugas perawat dalam tahap ini adalah memberikan pengetahuan pada keluarga perawatan terhadap anak usia prasekolah, memberikan penyuluhan tentang tumbuh kembang anak dan memotifasi keluarga agar memperhatikan kesehatan anak.

  4) Tahap IV: Keluarga dengan anak usia sekolah

  Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun dengan tugas perkembangannya adalah mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat, kemudian mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan dan memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga. Peran perawat pada tahap ini adalah memotivasi keluarga untuk selalu memperhatikan kegiatan anak baik didalam maupun diluar rumah.

  5) Tahap V: Keluarga dengan anak remaja

  Tahap keluarga dengan anak remaja diawali pada saat anak pertama berusia 13 tahun, tahap ini akan berlangsung 6-7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau jika anak masih tinggal dirumah sampai berusia 19 atau 20 tahun (Friedman, 1998 dikutip oleh Setiadi, 2008). Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja, yaitu : a.

  Mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab sejalan dengan maturitas remaja.

  b.

  Memfokuskan kembali hubungan perkawinan antar pasangan.

  c.

  Melakukan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.

  d.

  Mempertahankan standar etik dan moral keluarga. Ini merupakan tahapan yang paling sulit, karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab (mempunyai otoritas terhadap dirinya sendiri yang berkaitan dengan peran dan fungsinya).Seringkali muncul konflik antara orang tua dan remaja karena anak menginginkan kebebabasan untuk melakukan aktivitasnya sementara orang tua mempunyai hak untuk mengontrol aktivitas anak.Dalam hal ini orang tua perlu menciptakan komunikasi yang terbuka, menghindari kecurigaan dan permusuhan sehingga hubungan orang tua dan remaja tetap harmonis.

  6) Tahap VI: Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (pelepasan)

  Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong” ketika anak terakhir meninggalkan rumah.Tahap ini agak singkat atau panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah tinggal setelah tamat sekolah. Pada tugas perkembangan tahap ini yaitu memperoleh siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru, dengan melanjutkan untuk mempengaruhi dan menyesuaikan kembali, serta yang paling penting adalah membantu orang tua lanjut usia yang sakit- sakitan dari suami atau istri. 7)

  Tahap VII: orang tua usia pertengahan Orang tua usia pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan terakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun sampai kurang lebih 16-18 tahun kemudian.

  Tugas perkembangan yang pertama adalah menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, kemudian mempertahankan hubungan- hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua, lansia dan anak-anak, dan yang terakhir memperkokoh hubungan perkawinan.

  8) Tahap VIII: Keluarga dalam usia pensiun dan lansia

  Tugas keluarga antara lain, yang pertama untuk mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, yang kedua yaitu menyesuaikan terhadap penghasilan yang menurun untuk tetap bisa mempertahankan hubungan perkawinan dan menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, hal ini juga perlu mempertahankan ikatan keluarga agar generasi penerus untuk memahami eksistensi mereka.

  Peran perawat pada tahap ini diantaranya memberikan konseling pada keluarga tentang persiapan pelepasan orang yang dicintai.

5. Struktur Keluarga

  Menurut Friedman (1986) dalam Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) struktur keluarga terdiri atas : a.

  Pola dan proses komunikasi Pola interaksi keluarga yang bersifat terbuka dan jujur, Selalu menyeleseikan konflik keluarga berpikiran positif, dan tidak mengulang- ulang isu dan pendapat sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk : 1.

  Karakteristik pengirim : a.

  Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat.

  b.

  Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas. c.

  Selalu meminta dan menerima umpan balik.

2. Karakteristik penerima : a.

  Siap mendengarkan masukan dan pendapat dari anggota keluarga b.

  Memberikan umpan balik dari setiap pendapat yang di Kemukakan anggota keluarga.

  c.

  Melakukan validasi b. Struktur Peran

  Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang di berikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istrri, anak dan sebagainya. Tetapi terkadang peran ini tidak dapat di jalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedang orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri di rumah.

  c.

  Strukur Kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk mengubah perilaku orang lain ke arah positif (Setyiowati, 2008) Ada beberapa macam tipe kekuatan struktur kekuatan : 1.

  Legitimate power/ kekuasaan/ hak untuk mengontrol Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan bersama bahwa dalam suatu keluarga satu orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku anggota keluarga yang lain.

  2. Referent power/ seseorang yang ditiru Kekuasan yang dimiliki orang-orang tertentu terhadap orang lain karena identifikasi positif terhadap mereka, seperti identifikasi positif seorang anak dengan orang tua (role mode).

  3. Reward power/ kekuasaan penghargaan Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang akan diterima oleh seseorang dari orang yang mempunyai pengaruh karena kepatuhan seseorang. Seperti ketaatan anak terhadap orang tua.

  4. Coercive power/ kekuasan paksaan/ dominasi Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk menghukum dengan paksaan,ancaman, atau kekerasan bila mereka tidak mau taat.

  5. Affective power/kekuasaan afektif kekuasaan yang diberikan melalui manipulasi dengan memberikan atau tidak memberikan afeksi atau kehangatan, cinta kasih misalnya hubungan seksual pasangan suami istri.

  d.

  Nilai-Nilai Keluarga Nilai merupakan suatu sistem sikap dan kepercayaan yangsecara sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan system dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan di tularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

  6. Struktur Peran Dan Keluarga.

  Serangkaian prilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberiakan. Struktur peran keluarga dibagi menjadi dua yaitu : 1)

  Struktur peran formal Perilaku dimana keluarga melakukan posisi normal dala keluarga yang bersifat homogen yang didalam keluarga mempunyai peran.

  2) Struktur peran informal

  Dimana suatau peran tertutup yang bersifat tidak tampak kepermukaan dan hanya memenuhi kebutuhan emosional.

  7. Proses dan strategi koping keluarga

  Stresor merupakan agen-agen pencetus / penyebab stress dan adaptasi merupakan proses penyesuaian terhadap perubahan. Stresor- stresor keluarga bisa berupa kejadian/ pengalaman antara pribadi (dari dalam maupun luar keluarga), lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya.

  Menurut White (1974) dalam Friedman (2010) mengidentifikasi tiga strategi untuk mengatasi stress individu: mekanisme pertahanan koping dan penguasaan. Mekanisme pertahanan menurut White merupakan cara-cara yang dipelajari, kebiasaan, secara otomatis digunakan untuk berespon. Strategi koping, berlawanan dengan mekanisme strategi, ini sebagai strategi positif dari adaptasi, koping terdiri dari upaya pemecahan masalah seorang individu yang diharapkan pada tuntunan yang berkaitan dengan keadaan kesejahteraan. Penguasaan merupakan model adaptasi paling positif, adalah hasil penggunaan dari strategi koping individu yang efektif ( Friedman, 2010).

  Friedman juga membagi dua tipe strategi koping, yaitu internal dan eksternal. Strategi koping internal atau interfamilial dilakukan dengan cara: mengendalikan kelompok keluarga, penggunaan humor, lebih banyak melakukan pengungkapan bersama, mengontrol makna dari masalah dan penyusunan kembali kognitif, pemecahan masalah secara bersama-sama fleksibilitas peran serta menormalkan. Strategi koping eksternal dilakukan dengan cara: mencari informasi, memelihara hubungan aktif dengan komunitas, dan mencari dukungan spiritual.

8. Keluarga sebagai klien

  Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga, (Friedman, 1998 dikutip oleh Setiadi, 2008) yang membagi keluarga ke dalam bidang kesehatan yang dapat dilakukan, yaitu : 1)

  Dapat mengenal masslah kesehatan disetiap anggotanya yang menngalami masalah 2)

  Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keuarga yang bermasalah dengan kesehatannya.

  3) Memberikan keperawatan terhadap anggota keluarganya yang mengalami gangguan kesehatan dan dapat membantu dirinya sendiri yang cacat atau usianya yang terlalu masih muda.

  4) Mempertahankan suasan dirumah yang menguntungkan untuk kesehatan anggota keluarga yang lainnya.

  5) Mempertahankan hubungan timbak balik antara keluarga dan lembaga kesehatan ( pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada ).

9. Peran Perawat Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga.

  Peranan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga yang dilkukan perawat,yaitu : 1)

  Pengenalan tentang betapa pentingnya kesehatan dan perawat membantu tentang adanya penyimpangan tentang keadaan normal dari kesehatannya.

2) Pemberi pelayanan kesehatan terhadap anggota keluarga yang sakit.

  3) Memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.

  4) Memberikan fasilitas kesehatan dengan mudah yang dapat dijangkau oleh keluarga dan membantu mencari solusi untuk memecahkan.

  5) Pendidikan kesehatn dapat merubah perilaku keluarga yang ddari tidak sehat untuk menjadi sehat pada nantinya.

  6) Memberikan penyuluhan bahkan dapat memberikan petunjuk tentang asuhan keperawatan keluarga.

  Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga perawat tidak dapat bekerja sendirian, melainkan bekerja sama dengan tin yang lain yang memiliki profesi yang sama untuk mencapai asuhan keperawatan keluarga dengan baik, benar dan dapat dimengerti oleh masyarakat.

B. Masalah Kesehatan 1.

  Pengertian Diabetes mellitus

  a) Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskular, dan neuropati (NANDA,2012).

  b) Diabetes mellitus adalah gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin (Bustan, 2007).

  c) Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa serum) akibat kurangnya hormon insulin, menurunnya efek insulin atau keduanya (Jennifer P, 2011).

  Dari pengertian diabetes mellitus diatas dapat disimpulkan bahwa diabetes mellitus adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin.

2. Anatomi fisiologi a.

  Anatomi Pankreas Gambar 2.1

  Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang dan ±12,5 cm dan tebal ± 2,5 cm. Pankreas terbentang dari atas sampai kelengkungan besar dari perut dan biasanya dihubungkan oleh dua saluran ke duodenum (usus 12 jari) organ ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian yaitu kelenjar endokrin dan eksokrin.

  1) Struktur Pankreas terdiri dari :

  a) Kepala pankreas

  Merupakan bagian yang paling lebar, terletak disebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum dan yang praktis melingkarinya. b) Badan pankreas

  Merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama.

  c) Ekor pankreas

  Merupakan bagian yang runcing di sebelah kiri dan yang sebenarnya menyentuh limfa.

  2) Saluran Pankreas Pada pankreas terdapat dua saluran yang mengalirkan hasil sekresi pankreas ke dalam duodenum : a) Ductus Wirsung, yang bersatu dengan ductus chole dukus, kemudian masuk ke dalam duodenum melalui sphincter oddi b) Ductus Sartonni, yang lebih kecil langsung masuk ke dalam duodenum di sebelah atas sphincter oddi.

  3) Jaringan pankreas Ada 2 jaringan utama yang menyusun pankreas :

  a) Asim berfungsi untuk mensekresi getah pencernaan dalam duodenum

  b) Pulau langerhans Gambar 2.2

  Hormon-hormon yang dihasilkan :

  1) Insulin

  Adalah suatu poliptida mengandung dua rantai asam amino yang dihubungkan oleh gambaran disulfide.Enzim utama yang berperan adalah insulin protease, suatu enzim dimembran sel yang mengalami internalisasi bersama insulin.Efek faali insulin yang bersifat luas dan kompleks. Efek-efek tersebut biasanya dibagi:

  a) Efek cepat (detik)

  • Peningkatan transport glukosa, asam amino dan k ke dalam sel peka insulin.

  b) Efek menengah (menit) Stimulasi sintesis protein, penghambatan pemecahan protein, pengaktifan glikogen sintesa dan enzim-enzim glikolitik.

  c) Efek lambat (jam) 2)

  Peningkatan Massenger Ribonucleic Acid (MRNA) enzim lipogenik dan enzim lain. Pengaturan fisiologi kadar glukosa darah sebagian besar tergantung dari:

  a) Ekstraksi glukosa

  b) Sintesis glikogen

  c) Glikogenesis 3) Glukogen Molekul glukogen adalah polipeptida rantai lurus yang mengandung 29 n residu asam amino dan memiliki 3485 glukogen merupakan hasil dari sel-sel alfa, yang mempunyai prinsip aktivitas fisiologi meningkatkan kadar glukosa darah.

  4) Somatostatin Somatostatin menghambat sekresi insulin, glukogen dan polipeptida pankreas dan mungkin bekerja di dalam pulau-pulau pankreas,

  5) Polipeptida pankreas Polipeptida pankreas manusia merupakan suatu polipeptida linear yang dibentuk oleh sel pulau langerhans.

  b.

  Fisiologi 1)

  Fungsi eksokrin pankreas: Getah pankreas mengandung enzim-enzim untuk pencernaan ketiga jenis makanan utama, protein, karbohidrat dan lemak.la juga mengandung ion bikarbonat dalam jumlah besar, yang memegang peranan penting dalam menetralkan timus asam yang dikeluarkan oleh lambung ke dalam duodenum.

  Enzim-enzim proteolitik adalah tripsin, kemotripsin, karboksi, peptidase, ribonuklease, deoksiribonuklease.Tiga enzim pertama memecahkan keseluruhan dan secara parsial protein yang dicernakan, sedangkan nuclease memecahkan kedua jenis asam nukleat, asam ribonukleat dan deoksinukleat.

  Enzim pencernaan untuk karbohidrat adalah amylase pankreas, yang menghidrolisis pati, glikogen dan sebagian besar karbohidrat lain kecuali selulosa untuk membentuk karbohidrat, sedangkan enzim-enzim untuk pencernaan lemak adalah lipase pankreas yang menghidrolisis lemak netral menjadi gliserol, asam lemak dan kolesterol esterase yang menyebabkan hidrolisis ester- ester kolesterol.

  a) Pancreatic juice Sodium bicarboinat memberikan sedikit pH alkalin (7,1 - 8,2) pada pancreatic juice sehingga menghentikan gerak pepsin dari lambung dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan enzim- enzim dalam usus halus.

  b) Pengaturan sekresi pankreas ada 2 yaitu : 1) Pengaturan saraf 2) Pengaturan hormonal

  c) Fungsi endokrin pankreas Tersebar diantara alveoli pankreas, terdapat kelompok-kelompok sel epithelium yang jelas, terpisah dan nyata.

  Kelompok ini adalah pulau-pulau kecil / kepulauan langerhans yang bersama-sama membentuk organ endokrin

3. Etiologi

  Penyebab gangguan metabolisme dalam tubuh yaitu : akibat kekurangan insulin, glukosa dikeluarkan semua maka pembakaran di dalam tubuh dipakai lemak dan protein menjadikan orang tersebut kurus dan banyak makan (poliphagi), penumpukan aceton dalam darah (Murwani, 2008).

  Menurut Bustan (2007:106-107) penyebab dari DM antara lain: a. Tipe 1: Diabetes Mellitus Tergantung Insulin atau Insulin Dependent

  Diabetes Mellitus (IDDM) disebabkan oleh gangguan sel Beta

  pankreas. DM ini berhubungan dengan antibodi berupa Islet Ceii

  

antibodies (ICA), Insulin Autoantibodies (GADA). Anak-anak

  penderita IDDM 90% mempunyai jenis antibodi. Pada DM tipe 1 terjadi destruksi sel Beta, ditandai dengan defisiensi insulin absolut.

  b.

  Tipe II: Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin atau Non-Insulin

  Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang terjadi dari dominasi insulin resisten relatif sampai defek sekresi insulin.

  c.

  Tipe Gestasional Diabetes gestasional terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes. Penyebab dibetes gestasional dianggap berkaitan dengan peningkatan kebutuhan energi dan kadar esterogen serta hormon pertumbuhan yang terus menerus tinggi selama masa kehamilan. Hormon pertumbuhan dan esterogen merangsang pengeluaran insulin dan dapat menyebabkan gambaran sekresi berlebih insulin seperti diabetes tipe II yang akhirnya menyebabkan penurunan responsivitas sel.

  d.

  Diabetes tipe lain DM tipe ini bisa berupa defek genetik fungsi insulin, defek genetik kerja insulin, infeksi, karena obat/kimiawi, sebab imunologis lain, sindrom genetik yang terkait DM.

4. Patofisiologi

  Diabetes Mellitus mengalami defisiensi insulin, menyebabkan glikogen meningkat, sehingga terjadi proses pemecahan gula baru (glukoneugenesis) yang menyebabkan metabolisme lemak meningkat. Kemudian terjadi proses pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya peningkatan keton didalam plasma akan menyebabkan ketonurea (keton dalam urin) dan kadar natrium menurun serta pH serum menurun yang menyebabkan asidosis.

  Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi menurun, sehingga kadar gula dalam plasma tinggi (Hiperglikemia). Jika hiperglikemia ini parah dan melebihi ambang ginjal maka akan timbul Glukosuria. Glukosuria ini akan menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi.

  Glukosuria mengakibatkan keseimbangan kalori negatif sehingga menimbulkan rasa lapar yang tinggi (polipagi). Penggunaan glukosa oleh sel menurun mengakibatkan produksi metabolisme energi menjadi menurun, sehingga tubuh menjadi lemah

  Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil, arteri kecil sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang, yang akan menyebabkan luka tidak cepat sembuh, karena suplai makanan dan oksigen tidak adekuat akan menyebabkan terjadinya infeksi dan terjadinya gangguan.

  Gangguan pembuluh darah akan menyebabkan aliran darah ke retina menurun, sehingga suplai makanan dan oksigen ke retina berkurang, akibatnya pandangan menjadi kabur. Salah satu akibat utama dari perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktur dan fungsi ginjal, sehingga terjadi nefropati.Diabetes mempengaruhi syaraf-syaraf perifer, sistem syaraf otonom dan sistem syaraf pusat sehingga mengakibatkan neuropati. (Price, 2000)

5. Tanda dan gejala a.

  Gejala Klinis

  1. Gejala khas

  • Poliuria (sering kencing)
  • Poliphagia (cepat lapar)
  • Polidipsia (sering haus)

  • Lemas -

  Berat badan menurun

  2. Gejala lain

  • Gatal-gatal
  • Mata kabur
  • Gatal dikemaluan (wanita)
  • Impotensia -

  Kesemutan b. Gambaran Laboratorium

  • Gula darah sewaktu > = 200 mg/dL
  • Atau gula darah puasa > 126 mg/dL (puasa = tidak ada masukan makanan/kalori sejak 10 jam terakhir)
  • Atau glukosa plasma 2 jam> 200 mg/dL setelah beban glukosa 75 gram.

  Sebagai pedoman dalam diagnosis DM, WHO mengeluarkan panduan diagnosis DM, sesuai table 3.1 : Tabel 3.1.

  Rekomendasi WHO Kriteria Diagnosis DM dan Hiperglikemi Intermediat Jenis Pemeriksaan Nilai Normal

  Diabetes : > = 7.0 mmol/l (126 mg/dl), atau

  • Glukosa puasa

  > = 11.1 mmol/l (200 mg/dl)

  • Glukosa 2 jam pp Impaired Glucose Tolerance (IGT)

  < 7.0 mmol/l (126 mg/dl), dan

  • Glukosa puasa

  > = 7.8 mmol/l dan < 11.1 mmol/l

  • Glukosa 2 jam pp

  (140 mg/dl dan 2000 mg/dl) Impaired Fasting Glucose (IFG)

  6.1 – 6.9 mmol/l (110-125 mg/dl),

  • Glukosa puasa dan < 7.8 mmol/l (140 mg/dl)
  • Glukosa 2 jam pp*

    + Glukosa plasma vena 2 jam setelah makan 75gram glukosa.

    • Jika 2 jam pp tidak diukur, status diabetes tidak jelas, dan IGT tidak bisa dikeluarkan.

  Sumber : Definition and Diagnosis of DM and Intermediate Hyperglycemia, WHO.2006

6. Penatalaksanaan

  Laporkan kenaikan kadar glukosa darah ( yang melebihi 300 mg/dL [16,6 mmol/L] atau jika dinyatakan lain) atau hasil keton urin yang positif kepada dokter.

  Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas klien.

  Menurut Badawi (2009, h. 43-45) menyebutkan empat hal utama yang dilakukan untuk mengendalikan kadar gula darah, yaitu: a.

  Pengaturan makan atau diit dengan penekanan pada pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan : Syarat diit DM dapat memperbaiki kesehatan umum penderita, mengarahkan pada berat badan normal, menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda, menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik. Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu: 1) : jumlah kalori yang diberikan harus habis

  J I 2) : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya. J II

  3) J III : jenis makanan yang manis harus dihindari

  Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung

  

Percentage of relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan

  rumus: BB (Kg)

  BBR = X 100 % TB (cm) – 100

  1) Kurus (underweight) : BBR < 90 %

  2) : BBR 90 – 110 % Normal (ideal)

  3) Gemuk (overweight) : BBR > 110 %

  4) : BBR > 120 % Obesitas, apabila

  a) Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %

  b) Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %

  c) : BBR 140 – 200 % Obesitas berat

  d) : BBR > 200 % Morbid

  b. Olahraga atau aktivitas fisik secara teratur yakni 3-5 kali seminggu selama 30-60 menit. Menurut Tandra (2008, h. 190), olahraga yang sesuai bagi penderita diabetes adalah olahraga aerobik.Olahraga aerobik adalah olahraga yang berirama teratur.Yang termasuk olahraga aerobik adalah jogging, jalan, bersepeda, senam, dansa aerobik, dan berenang.

  c. Pengobatan yang sesuai petunjuk dokter bila gula darah tidak dapat dikendalikan :

1. Pemberian obat oral

  Obat Hipoglikemik Oral (OHO) merupakan obat penurun kadar glukosa pada darah yang diresepkan oleh dokter khusus bagi penderita diabetes mellitus. OHO bekerja melalui beberapa cara untuk menurunkan kadar glukosa darah. Obat-obat ini dapat membantu penderita diabetes mellitus untuk menggunakan insulinnya sendiri dengan lebih baik dan menurunkan pelepasan glukosa oleh hati

2. Penyuntikan insulin

  Cara pemberian insulin ada beberapa macam, yaitu :

  a) Intra vena : bekerja sangat cepat, yakni dalam 2 hingga 5 menit akan terjadi penurunan glukosa darah.

  b) Intramuskular : penyerapannya lebih cepat 2 kali lipat daripada subkutan.

  c) Subkutan : penyerapannya tergantung penyuntikan, pemijatan, kedalaman, konsentrasi. Lokasi abdomen lebih cepat dari paha maupun lengan. Jenis insulin human lebih cepat dari insulin animal, insulin analpg lebih cepat dari insulin human.

  Insulin diberikan subkutan dengan tujuan mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal sepanjang hari, yaitu 80-120 mg% saat puasa dan 80-160 mg% setelah makan. Karena kadar gula darah memang naik turun sepanjang hari, maka sesekali kadar ini mungkin lebih dari 180 mg% (10 mmol/liter), tetapi kadar lemah (through) dalam sehari harus diusahakan tidak lebih rendah dari 70 mg% (4 mmol/liter). Insulin sebaiknya disuntikan ditempat yang berbeda, tetapi paling baik dibawah kulit perut.

  d. Evaluasi kesehatan dengan melakukan evaluasi medis secara lengkap meliputi pemeriksaan fisik, riwayat penyakit, dan pemeriksaan laboratorium. Penatalaksanaan Keperawatan : Diagnosa keperawatan : Resiko infeksi pada keluarga Bpk.A khususnya Ibu.U berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes mellitus Fokus Intervensi : Diagnosa I : Resiko infeksi pada keluarga Bpk.A khususnya Ibu.U berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes mellitus Tujuan : Setelah dilakukan 2 kali kunjungan resiko infeksi teratasi.

  Kriteria hasil : Keluarga dan klien mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan DM.

  Intervensi : 1.

  Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan DM a. Diskusikan dengan keluarga pengertian, penyebab, tanda gejala dan penanganan DM dengan menggunakan leaflet dan lembar balik.

  b.

  Evaluasi penjelasan yang telah diberikan.

  c.

  Berikan reinforcement positif atas jawaban benar.

2. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan DM a.

  Demonstrasikan therapi senam kaki diabetik.

  b.

  Evaluasi kembali dengan mengulang therapi senam kaki diabetik c. Berikan reinforcement positif kepada klien dan keluarga.

7. Pathways

  Ketidakseimbangan kerusakan sel beta faktor genetic Produksi insulin inveksi virus, Pengrusakan

  Gula dalam darah tidak imunologik Dapat dibawa masuk Hiperglikemi vikositas darah syok anabolisme protein Meningkat hiperglikemik menurun Batas melebihi aliran darah koma diabetic kerusakan pada Ambang ginjal lambat antibody Glukosuria iskemik jaringan kekebalan tubuh menurun Dieresis osmotic ketidakefektifan perfusi

  Jaringan perifer Poliuri kehilangan kalori resiko infeksi neuropati sensori Resikoinfeks i Perifer

  Ketidakmampuan merawat Kehilangan elektrolit sel kekurangan bahan nekrosis luka klien tidak Dalam sel untuk metabolisme merasa sakit Dehidrasi protein dan lemak gangrene kerusakan

  Dibakar integritas jaringan Resiko syok BB menurun Merangsang Hipotalamus kelemahan ketidakmampuan merawat

  Intoleransi aktivitas

  Pusat lapar dan katabolisme lemak pemecahan protein Haus Polidipsi, polipagia asam lemak keton ureum

  Keteasidosis

8. Fokus intervensi keperawatan

  a) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga denga Diabetes mellitus : Tujuan Umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari diharapkan Resiko Infeksi teratasi.

  Tujuan Khusus : Setelah dilakukan kunjungan selama 1x30 menit diharapkan keluarga mampu : 1)

  Tujuan khusus 1 : Keluarga mampu mengenal masalah Diabetes mellitus : Intervensi : - Jelaskan pengertian Diabetes mellitus.

  • Diskusikan dengan keluarga penyebab Diabetes mellitus.
  • Kaji pengetahuan keluarga dan diskusikan tentang tanda dan gejala Diabetes mellitus.
  • Diskusikan dengan keluarga bagaimana cara penanganan Diabetes mellitus. 2)

  Tujuan Khusus 2 : Keluarga mampu mengambil keputusan anggota keluarga untuk mengatasi masalah Diabetes mellitus.

  Intervensi : - Menyebutkan cara pencegahan Diabetes mellitus.

  • Beri reinfoorcement positif pada keluarga atas usahanya. 3) Tujuan Khusus 3 : Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit.

  Intervensi : - Menyebutkan alternatif pengobatan Diabetes mellitus dikeluarga.

  • Beri reinforcement positif pada keluarga atas usahanya.

4) Tujuan Khusus 4 : Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dengan baik.

  Intevensi : - Kaji pengetahuan keluarga tentang lingkungan yang baik bagi penderita DM.

  • Diskusikan dengan keluarga tentang bagaimana lingkungan yang baik bagi penderita DM.
  • Beri reinforcement positif pada keluarga atas usahanya. 5)

  Tujuan Khusus 5 : Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

  Intervensi : - Diskusikan manfaat kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan.

  • Beri reinforcement positif pada keluarga atas usahanya.

  b. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

  Tujuan Umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari diharapkan aktivitas tidak terganggu.

  Tujuan Khusus : Setelah dilakukan kunjungan selama 1x30 menit diharapkan keluarga mampu : 1) Tujuan khusus 1 : Keluarga mampu mengenal masalah kelelahan. Intervensi : - Diskusikan tanda gejala kelelahan.

  2) Tujuan khusus 2 : Keluarga mampu mengambil keputusan dengan masalah kelelahan.

  Intervensi : - Kaji pengetahuan keluarga tentang cara mencegah kelelahan.