BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN MEDIS 1. Kehamilan a. Definisi - Yuniarti Wahyuningsih BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN MEDIS

1. Kehamilan

a. Definisi

  Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari

  ovulasi, migrasi spermatozoa

  dan

  ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi)

  pada

  uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010; h. 75).

  Menurut

  Federesasi Obstetri Ginekologi International,

  kehamilan didefinisikan sebagai

  fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

  Bila dihitung dari saat

  fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan

  normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender

  internasional. (Prawirohardjo,

  2010; h. 213) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa proses kehamilan adalah bertemunya

  spermatozoa dengan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot , dilanjutkan nidasi dan implantasi.

  Sampai dengan pembentukan

  plasenta dan tumbuh kembang sampai aterm yaitu >36 minggu sampai <40 minggu.

  13

b. Tanda- tanda kehamilan

  1) Tanda dugaan hamil menurut Manuaba (2010; h. 107-108)

  a) Amenorea (terlambat datang bulan). dan menyebabkan tidak tejadi

  Konsepsi nidasi

  pembentukan folikel de Graaf dan

  ovulasi. Dengan

  mengetahui hari pertama haid terakhir dengan perhitungan rumus

  Naegle, dapat ditentukan perkiraan persalinan.

  b) Mual dan muntah ( emesis).

  Pengaruh

  estrogen dan progesteron menyebabkan

  pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari disebut morning sickness.

  Dalam batas fisiologi keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang.

  c) Ngidam Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam.

  d) Sinkope atau pingsan.

  Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.

  e) Payudara tegang Pengaruh estrogen progesteron dan somatomamotrofin menimbulkan deosit lemak, air, dan garam pada payudara.

  Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.

  f) Sering miksi Desakan rahim menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah menghilang.

  g) Konstipasi atau obstipasi Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus, sehingga menyebabkan kesulitan untuk buangair besar.

  h) Pigmentasi kulit Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi (kloasma gravidarum), pada dinding perut, pada dinding perut (striae lividae, striae nigra, linea alba makin hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi aerola mamae, puting susu makin menonjol, pembuluh darah menifes sekitar payudara), disekitar pipi (kloasma gravidarum). i) Epulis (hipertrofi gusi) dapat terjadi apabila hamil. j) Varises atau penampakan pembuluh darah vena

  Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah itu terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki, dan betis, dan payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah persalinan.

  2) Tanda tidak pasti kehamilan menurut (Manuaba, 2010; h. 108) a) Rahim membesar, sesuai dengan tuannya hamil.

  b) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar, tanda Chadwicks, tanda Piscaseck, kontraksi Braxton Hicks, dan teraba ballottement.

  c) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian kemungkinan positif palsu.

  3) Tanda- tanda pasti menurut (Manuaba, 2010; h.109)

  a) Gerakan janin dalam rahim

  b) Teraba gerakan janin

  c) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop Laenec, alat kardiotokografi, alat Dopler. Dilihat dengan ultrasonografi, pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat kerangka janin, ultrasonografi.

c. Proses terjadinya kehamilan

  Proses terjadinya kehamilan menurut Sofian, 2012; h. 16-20, yaitu: Setiap bulan sel ovum melepaskan atau 2 dari indung telung telur, pada waktu bersetubuh cairan semen tumpah ke dalam vagina, dan berjuta-juta sperma masuk ke rongga rahim, kemudian ke indung telur dan biasanya bertemu di bagian tuba. Saat berjuta- juta sperma ingin melalui sel ovum tetapi hanya satu yang dapat masuk melewati bagian yang mudah dimasuki.

  Ovum yang dibuahi segera membelah diri sambil bergerak menuju ruang rahim (dengan bantuan rambut getar tuba). Ovum yang telah dibuahi tadi telah melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang di ruang rahim, peristiwa tersebut disebut nidasi (implantasi), dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kira-kira 6-7 hari. Untuk menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi mudigah dan janin, dipersiapkan uri plasenta. Jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan itu harus ada ovum, spermatozoa, konsepsi, nidasi, dan plasentasi.

  1. Kulit tebal dengan rambut lanugo 24 minggu 30-32 cm

Tabel 2.2 Usia kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri Tinggi Fundus Uterus Usia Kehamilan

  e. Usia kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri

  4. Pusat penulangan pada tibia proksimal Sumber : Manuaba, 2010; h. 89

  3. Kulit kepala tumbuh baik

  2. Kulit berambut dengan baik

  1. Bayi cukup bulan

  2. Menyempurnakan janin 40 minggu 50-55 cm

  1. Berat badan 1000 gram

  1. Kelopak mata jelas, alis dan bulu tampak 28 minggu 35 cm

  3. Uterus telah penuh, desidua parietalis, dan

kapsularis

20 minggu 25 cm

  d. Pertumbuhan dan perkembangan janin

  2. Kulit merah tipis

  1. Genetalia jelas terbenutk

  2. Genetalia eksterna terbentuk 16 minggu 6-18 cm

  1. Kelopak mata terbentuk

  2. Hidung Kuping dan jari terbentuk 12 minggu 9 cm

  1. Kepala fleksi ke dada

  1. Rudimenter : hidung, telinga, dan mata 8 minggu 2,5 cm

  4 minggu 7,5-10 mm

Tabel 2.1 Pertumbuhan dan perkembangan janin Usia kehamilan Panjang janin Ciri khas

  1/3 diatas simfisis 12 minggu ½ diatas simfisis pusat 16 minggu 2/3 diatas simfisis 20 minggu Setinggi pusat 22 minggu

  Tinggi Fundus Uterus Usia Kehamilan 1/3 diatas pusat 28 minggu ½ pusat prosesus xifodeus 34 minggu Setinggi prosesus xifodeus 36 minggu Dua jari (4cm) di bawah prosesus 40 minggu xifodeus

  Sumber : Manuaba, 2010; h. 100

f. Perubahan anatomi dan fisiologi

  1) Sistem Reproduksi

  a) Uterus Selama kehamilan, pembesaran uterus terjadi akibat peregangan dan hipertrofi mencolok sel-sel otot, sementara produksi miosit baru terbatas. Peningkatan ukuran sel otot ini diiringi oleh akumulasi jaringan fibrosa, terutama dilapisan otot eksternal dan peningkatan bermakna jaringan elastik. Anyaman yang terbentuk ikut memperkuat dinding uterus.

  Meskipun mengalami penebalan yang lebih bermakna selama beberapa bulan pertama kehamilan, dinding korpus sebenarnya menipis seiring dengan kemajuan gestasi. Pada aterm, ketebalan dinding ini hanya 1 sampai 2 cm atau kurang. Pada bulan- bulan terakhir, uterus berubah menjadi suatu kantung berotot dengan dinding yang tipis, lunak, dan lentur sehingga janin dapat teraba dari luar (Cunningham, 2013; h. 112).

  b) Serviks

  Serviks manusia merupakan organ yang kompleks

  dan heterogen yang mengalami perubahan yang luar biasa selama kehamilan dan persalinan.Bersifat seperti katup yang bertanggung jawab menjaga janin di dalam uterus sampai akhir kehamilan dan selama persalinan (Prawirohardjo, 2010; h.177).

  c) Ovarium Selama kehamilan, ovulasi berhenti dan pematangan folikel-folikel baru ditunda. Biasanya hanya satu korpus luteum yang ditemukan pada wanita hamil. Struktur ini berfungsi maksimal selama 6 sampai 7 minggu pertama kehamilan 4-5 minggu pasca ovulasi dan setelah itu tidak banyak berkontribusi dalam produksi progesteron (Cunningham, 2013; h. 112).

  d) Vagina dan Perineum Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan

  hiperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum

  dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda

  Chadwicks.

  Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan

  hipertrofidari sel-sel otot polos (Prawirohardjo, 2010; h.178).

  e) Kulit Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha.

  Perubahan ini dikenal dengan nama Striae Gravidarum. Pada banyak perempuan kulit digaris pertengahan perutnya disebut

  Linea Nigra dan pada wajah dan leher

  terdapat 2010;

  Chloasma Gravidarum(Prawirohardjo, h.179).

  f) Payudara Pada minggu-minggu kehamilan, wanita sering merasakan parestesia dan nyeri payudara. Setelah bulan kedua payudara membesar dan terlihat vena-vena halus di bawah kulit (Cunningham, 2013; h. 112).

  2) Perubahan metabolik Sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan janin dan plasenta yang tumbuh pesat, wanita hamil mengalami perubahan-perubahan metabolik yang besar dan intens. Ada trimester ketiga laju metabolik basal ibu meningkat 10 sampai 20 persen dibandingkan dengan keadaan tidak hamil (Cunningham, 2013; h. 112).

  3) Perubahan Kardiovaskuler Sistem

  kardiovaskular mengalami perubahan untuk dapat

  mendukung peningkatan metabolisme sehingga tumbuh kembangnya janin sesuai dengan kebutuhannya (Manuaba, 2012; h.148). Volume darah akan meningkat secara progresif mulai minggu ke-6-8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke-32

  • – 34 dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut (Prawirohardjo, 2010; h.183).

  4) Saluran Pernafasan Frekuensi pernapasan mengalami perubahan saat kehamilan, volume ventilasi permenit dan pengambilan oksigen per menit akan bertambah secara signifikan pada kehamilan lanjut (Prawirohardjo, 2010; h.185).

  5) Sistem Kemih Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul.

  Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas panggul, keluhan itu akan timbul kembali (Prawirohardjo, 2010; h.185). 6) Saluran Pencernaan

  Seiring dengan kemajuan kehamilan, lambung dan usus tergeser oleh uterus yang terus membesar (Cunningham, 2013; h. 112). 7) Sistem Endokrin

  Selama kehamilan normal kelenjar hipofisisakan membesar ±135 %. Tetapi, kelenjar ini tidak mempunyai arti penting dalam kehamilan (Prawirohardjo, 2010; h.185).

  8) Sistem Muskuloskeletal

  Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada

  kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior

  , lordosis menggeser pusat daya berat kebelakang ke arah dua tungkai (Prawirohardjo, 2010; h.185).

g. Penyesuaian Psikologis pada Ibu dan Prosesnya

  Secara umum, semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil cukup labil. Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan suasana hatinya kerap berubah dengan cepat. Reaksi emosional dan presepsi mengenai kehidupan juga dapat mengalami perubahan. Ia menjadi sangat sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan. (Varney, 2007; h. 501)

  Wanita hamil memiliki kondisi yang sangat rapuh. Mereka sangat takut akan kematian baik pada dirinya sendiri maupun pada bayinya. Mereka cemas akan hal-hal yang tidak dipahami karena merka merasa tidak dapat mengendalikan tubuhnya dan kehidupan mereka jalani sedangberada dalam suatu proses yang tidak dapat berubah kembali. Hal ini membuat sebagian besar wanita menjadi tergantung dan beberapa lainnya menjadi menuntut. Saat ini merupakan saat yang tepat untuk memberi saran selaras dengan usaha mereka mencari sumber pendukung baru dan arahan dalam membayangkan hal- hal yang dibutuhkan untuk menjalani peran yang baru, perubahan dalam kehidupan yang tidak jelas dan tidak dipahami makna dari hal semua ini. (Varney, 2007; 501)

  Selama kehamilan berlangsung terdapat rangkaian proses psikologis khusus yang jelas, yang terkadang tampak berkaitan erat dengan perubahan biologis yang sedang terjadi. Peristiwa dan proses psikologis ini dapat diidentifikasi pada tiga trimester berikut menurut (Varney, 2007; h. 501- 504) : 1) Trimester Pertama

  a) Di trimester pertama ini adalah periode penyesuaian, penyesuaian dirinya terhadap kenyataan bahwa dirinya sedang mengandung.

  b) Sebagian besar wanita merasa sedih, kecewa, menolak, cemas, depresi, dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil.

  c) Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri.

  d) Beberapa wanita, terutama mereka yang telah merencanakan kehamilan atau telah berusaha keras untuk hamil, merasa suka cita sekaligus tidak percaya bahwa dirinya hamil dan berusaha mencari bukti kehamilan.

  e) Berat badan sangat bermakna bagi wanita hamil selama trimester pertama karena menjadi salah satu uji realitas untuk buktu bahwa dirinya hamil.

  f) Validasi kehamilan dilakukan berulang- ulang saat wanita mulai memeriksa dengan cermat setiap perubahan tubuh seperti halnya terhentinya menstruasi. g) Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasiantara wanita yang satu dengan yang lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual, tetapi secara umum trimester pertama merupakan waktu penurunan libido hal ini adalah komunikasi yang jujur dan tebuka dengan pasangan.

  2) Trimester Kedua

  a) Di trimester kedua ini adalah periode kesehatan yang baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil.

  b) Di trimester ini sebenarnya terbagi menjadi dua fase yaitu

  pra- queckening dan pasca- queckening.Pra- quickening ini

  wanita tersebut akan mengalami lagi, sekaligus mengevaluasi kembali aspek hubungan yang ia jalani dengan ibunya sendiri dengan menjadi orang penerima kasih sayang dan perhatian dari ibunya kemudian menjadi pemberi kasih sayang dan perhatian (persiapan untuk menjadi seorang ibu).

  c) Dengan munculnya

  quickening muncul perubahan karena

  kehamilan terhadap pikirannya semakin dalam. Kontak sosialnya berubah lebih banyak bersosialisasi dengan ibu hamil dan ibu baru lainnya.

  d)

  Quickening memudahkan wanita mengonseptualisasi bayinya sebagai individu yang terpisah dari dirinya sendiri. e) Di trimester ini mengalami peningkatan libido dan kepuasan seksual dengan meredanya ambivalensi pada wanita hamil dan relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan.

  3) Trimester Ketiga

  a) Di trimester ketiga ini adalah periode penantian dan penuh kewaspadaan yakni mulai menyadari kehadiran bayinya sebagai makhluk yang terpisah dan tidak sabar menanti kehadiran bayinya dan akan menjadi orang tua sementara perhatian terfokus dengan bayi yang akan segera dilahirkan tetapi juga ada perasaan was- was mengingat bayi dapat lahir kapanpun jadi wanita tersebut berjaga- jaga dan menunggu tanda persalinan muncul.

  b) Wanita tersebut lebih protektif dengan keramaian dan menghindarinya karena dianggap berbahaya terhadap bayinya.

  c) Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ini merasa cemas dengan kehidupan bayi dan dirinya seperti halnya kelahiran bayinya normal atau abnormal terkait dengan persalianan yaitu nyeri, kehilangan kendali, dan hal- hal yang tidak diketahui.

  d) Ia juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi hilangnya perhatian dan hak istimewa selama hamil, perpisahan antara ia dan bayinya, depresi ringan yakni wanita lebih bergantung pada orang lain dan lebih menutup diri karena perasaan rentannya.

  e) Kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yaitu merasa canggung, jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasangannya.

  f) Peningkatan hasrat seksual pada trimester sebelumnya akan menghilang karena abdomen yang semakin besar dan menjadi halangan.

h. Ketidaknyamanan Umum Selama Kehamilan

  Ketidaknyamanan umum selama kehamilan menurut (Varney, 2007;

  h. 536-539) : 1) Nausea

  Nausea merupakan masalah umum yang dialami oleh lebih dari sebagian hingga tiga perempat wanita hamil. Begitu umum hingga nausea dan muntah biasanya menjadi praduga kehamilan.Nausea, dengan atau tanpa disertai muntah-muntah ditafsirkan keliru sebagai morning sickness,tetapi paling sering terjadi pada siang atau sore hari. Nausea lebih kerap terjadi pada saat perut kosong dan lebih parah terjadi pagi hari.

  Sekitar separuh jumlah wanita dengan morning sickness bebas dari gejala tersebut saat menginjak usia kehamilan 14 minggu dan 90 persen diantaranya pada usia 22 minggu. Wanita muntah yang lebih hebat dan lebih lama.

  2) Ptialisme (Salivasi Berlebihan) Ptialisme merupakan kondisi yang tidak lazim, yang dapat disebabkan oleh penngkatan keasaman di dalam mulut atau peningkatan asupan zat pati, yang menstimulasi kelenjar kelenjar saliva pada wanita yang rentan mengalami sekresi berlebihan. Para wanita yang mengalami ptialisme biasanya junga mengalami mual. Kondisi mereka berlangsung terus menerus dan menjadi suatu siklus karena bukan saja saliva yang berlebihan ini membuat membuat rasa mual semakin kuat, tetapi keinginan untuk menghindari nausea juga mengakibatkan pasien menelan lebih sedikit makanan sehingga jumlah saliva di dalam mulut meningkat. 3) Keletihan

  Keletihan dialami pada trimester pertama, namaun alasanya belum diketahui. Salah satu dugaan adalah bahwa keletihan diakibatkan oleh penurunan drastis laju metabolisme dasar pada awal kehamilan, tetapi alasan hal ini terjadi masih belum jelas. Dugaan lain adalah bahwa peningkatan progesteron memiliki efek menyebabkan tidur. Untungnya, ketelitian merupakan ketidaknyamanan yang terbatas yang biasanya hilang pada akhir trimester pertama.

  4) Nyeri Punggung Bagian Atas (Nonpatologis) Nyeri punggung bagian atas terjadi selama trimester pertama akibat peningkatan ukuran payudara, yang membuat payudara menjadi lebih berat. Pembesaran ini dapat mengakibatkan tarikan otot jika payudara tidak disokong adekuat.

  5) Leukorea Leukorea adalah sekresi vagina dalam jumlah besar, dengan konsistensi kental atau cair, yang dimulai pada trimester pertama. Sekresi bersifat asam akibat pengubahan sejumlah besar glikogen pada sel epitel vagina menjadi asam laktat oleh basil Doderlein. Basil ini sebenarnya untuk melindungi ibu dan janin dari infeksi tetapi basil ini juga dapat cepat menghasilkan orgasme yang menyebabkan vaginitis. 6) Peningkatan Frekuensi Berkemih (Nonpatologis)

  Frekuensi berkemih dikarenakan peningkatan berat pada uterus. Peningkatan berat pada fundus uterus ini membuat itmus menjadi lunak (Tanda Hegar), menyebabkan antefleksi pada uterus yang membesar. Hal ini menyebabkan tekanan langsung pada kandung kemih, jadi wanita hamil fisiologis apabila mengalami peningkatan frekuensi berkemih.

  7) Nyeri Ulu Hati Nyeri ulu hati biasanya akan timbul pada akhir trimester ke dua dan bertahan hingga trimester ke tigaadalah kata lain untuk regurgitasi atau refluks isi lambung yang asam menuju esofagus akibat peristaltik balikan. Penyebab nyeri ulu hati adalah sebagai berikut: a) Relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat pengaruh yang ditimbulkan peningkatan jumlah progesteron.

  b) Penurunan motilitas gastrointestinal yang terjadi akibat relaksasi otot halus yang kemungkinan disebabkan peningkatan jumlah progesteron dan tekanan uterus.

  c) Tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat perubahan tempat dan penekanan oleh uterus yang membesar. 8) Flatulen

  Flatulen diakibatkan karena adanya penurunan motilitas gastrointestinal. Hal ini kemungkinan akibat efek peningkatan progesteron yang merelaksasi otot halus dan akibat pergeseran serta tekanan pada usus halus karena pembesaran uterus.

  9) Konstipasi Pada wanita hamil masalah ini dirasakan pada trimester ke dua atau ketiga, diduga terjadi karena akibat penurunan peristaltik usus yang disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika peningkatan jumlah progesteron. Dan pembesaran uterus atau bagian presentasi juga dapat menurunkan motilitas pada saluran gastrointestinal sehingga menyebabkan konstipasi. 10) Hemoroid

  Hemoroid sering didahului oleh konstipasi, penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid.

  11) Kram Tungkai Kram kaki biasanya dikarenakan uterus yang membesar memberi tekanan baik pada pembuluh darah panggul, sehingga mengganggu sirkulasi, atau pada saraf sementara saraf ini melewati foramen obturator dalam perjalanan menuju ekstremitas bagian bawah. 12) Edema Dependen

  Timbul karena gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah dan menekan vena-vena panggul contohnya dikarenakan wanita posisi tidur terlentang, memakai pakaian ketat.

  13) Varises Varises dapat diakibatkan karena adanya membesarnya uterus mempengaruhi vena cava inferior saat ia berbaring dan pula memakai baju ketat menghambat aliran balik dari ekstremitas ke bagian bawah, dan juga posisi berdiri yang lama.

  14) Dispareunia Nyeri pada behubungan seksual dapat berasal dari sejumlah penyebab selama kehamilan. Akibat gangguan sirkulasi yang dikarenakan tekanan uterus membesar, abdomen yang membesar, kekhawatiran menyakiti bayi.

  15) Nokturia Nokturia biasanya terjadi pada trimester ketiga, hal ini dikarekan sudah tidak lagi adanya penekanan pembuluh darah panggul dan vena kava inferior sehingga apabila ibu hamil posisi berbaring sering mengalami peningkatan pengeluaran urine. 16) Insomnia

  Penyebab insomnia umumnya dirasakan ibu hamil ataupun tidak hamil yaitu kekhawatiran, kecemasan, terlalu gembira menyambut acara keesokan harinya. Pada ibu hamil biasanya penyebab insomnia diikuti pembesaran uterus, ketidaknyamanan, pergerakan janin, apalagi janin tersebut aktif. 17) Nyeri pada Ligamentum Teres Uteri

  Terjadi peregangan, dan memanjang pada saat uterus meninggi dan masuk ke dalam abdomen sehingga terasa nyeri pada ligamentum uteri karena ligamentum ini meregang. 18) Nyeri Punggung Bawah (Non patologis)

  Nyeri ini diakibatkan karena pergeseran gravitasi pada wanita hamil dan posisi punggung melengkung ke belakang hal ini menimbulkan nyeri. 19) Hiperventilasi dan Sesak Napas (Non patologis)

  Peningkatan progesteron diduga mempengaruhi langsung pada pernapasan. Sesak napas adalah ketidaknyamanan terbesar yang dialami pada trimester ketiga karena uterus semakin membesar dan menekan diafragma dan walaupun diafragma akan berelevasi kurang lebih 4 cm selama kehamilan tetapi terjadi penurunan residu fungsional dan volume udara residual jadi menimbulkan perasaan kesulitan bernapas.

i. Kunjungan Berkala Asuhan Kehamilan

  Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal : 1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu) 2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara 14-28 minggu) 3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara 28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36) (Saifuddin, dkk, 2010; h. N-

  2).

  j. Kebijakan program kunjungan antenatal

Tabel 2.3 Kunjungan Antenatal Kunjungan Waktu Kegiatan

  Trimester pertama Sebelum minggu ke 14

  1. Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu hamil

  2. Memdeteksi masalah dan mengatasinya

  3. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan usia kehamilan,

  4. Mengajari ibu cara mengatasi ketidaknyamanan,

  5. Mengajarkan dan mendorong cara hidup sehat (gizi, latihan dan kebersihan dan istirahat)

  6. Mengenali tanda tanda bahaya kehamilan

  7. Memberikan imunisasi tt, tablet besi

  8. Mendiskusikan mengenai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi kegawatdaruratan

  9. Menjadwalkan kunjungan berikutnya

  10. Mendokumentasikan pemeriksaan dan asuhan

  Kunjungan Waktu Kegiatan Trimester Sebelum Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan kedua minggu khusus terhadap preeklamsi (tanda gejala, ke 28 pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria)

  Trimester Antara Sama seperti diatas, ditambah palpasi ketiga minggu abdominal untuk mengetahui apakah ada ke 28-36 kehamilan ganda Setelah Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak 36 janin dan kondisi lain kontra indikasi bersalin minggu diluar RS

  Apabila ibu mengalami Diberikan pertolongan awal sesuai dengan masalah, komplikasi masalah yang timbul, dan rujuk serta maupun konsultasikan kepada SpOG untuk tindakan kegawatdaruratan lebih lanjut

  Sumber: Kusmiyati, 2009; h.168-169

  Menurut Saifuddin, (2009; h.89-90) dimana dalam setiap pertemuan harus memberikan asuhan standar minimal yang sering disebut dengan 10T yaitu: 1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan 2) Pemeriksaan tekanan darah 3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas) 4) Pemeriksaan tinggi fundus uteri 5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) 6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi

  Tetanus Toksoid (TT) 7) Pemberian tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan dimana tiap tablet besi mengandung Fe SO4 320 mg (Zat besi

  60mg) dan asam folat 0,5 mg 8) Tes laboratorium (rutin dan khusus) 9) Tatalaksana kasus 10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

  k. Faktor Risiko pada Kehamilan

  1) Faktor Risiko pada Kehamilan menurut (Sofian, 2012; h. 76)

  a) Primigravida

  b) Umur diatas 30 tahun,

  c) TB <150 cm,

  d) Penyakit

  • –penyakit tertentu

  e) Kelainan panggul, f) Kelainan letak janin.

  2) Multigravida

  a) Umur diatas 35 tahun,

  b) Anak >4, c) Riwayat kehamilan dan persalinan yang buruk.

  l. Risiko Tinggi yang Dialami Ibu Hamil Ny. S

  Risiko tinggi yang dialami ibu hamil antara lain hamil dengan KEK dan anemia.

  1) Kehamilan dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) Status gizi pada dasarnya merupakan akibat jangka panjang dari kebiasaan konsumsi makanan kita setiap hari. Berapa besar kita memperhatikan kecukupan jumlah makanan serta mutu gizinya dengan jelas akan tercermin dalam status gizi.

  Status gizi ibu hamil menggambarkan kecukupan jumlah makanan serta mutu gizi yang dikonsumsi ibu selama hamil.

  Ibu hamil yang berada pada status gizi baik, sudah pasti ibu hamil tersebut memperhatikan jumlah dan mutu gizinya selama hamil. Untuk mengetahui status gizi ibu hamil harus dilakukan pengukuran. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain, mengukur lingkar lengan atas (LILA), memantau pertambahan berat badan selama hamil dan mengukur hemoglobin (Hb) :

  a) Mengukur lingkar lengan atas Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko kekurangan energi kronis (KEK) wanita usia subur (WUS) usia 15-45 tahun yang terdiri dari kelompok remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Batas ambang LILA WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA, artinya ibu hamil tersebut mempunyai risiko KEK, ibu hamil yang mengalami KEK diperkirakan dapat melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

  Pengukuran dilakukan dengan pita LILA, dibagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri. Lengan harus dalam posisi bebas baju, otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang. Bila ditemukan ukuran LILA < 23,5 cm, jika ibu belum hamil dianjurkan untuk menunda kehamilan, tetapi bila ditemukan pada ibu hamil, anjuran makan cukup dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang dan segera rujuk sedini mungkin. (Fairus M, 2012; h.41) b) Memantau pertambahan berat badan selama hamil Penilaian status gizi ibu hamil dapat pula dilakukan dengan pemantauan berat badan selama hamil.

  Pemantauan ini bertujuan untuk memantau pertumbuhan janin. Penilaian status gizi melalui pemantauan berat badan ibu ketika hamil. Pada trimester pertama pertambahan berat badan sebanyak 3,5

  • – 4,0 kg setiap minggu. Trimester kedua penambahan berat badan sama yaitu 0, 5 kg tiap minggu. Selama kehamilan penambahan berat badan sekitar 10-20 kg, yang pada trimester I pertumbuhan kurang dari 1kg , trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg.

  Penambahan berat badan yang dirokemendasikan saat ibu mengandung dapat pula berpatokan pada body

  mass index (BMI) yang dimiliki ibu sebelum masa konsepsi,

  semakn tinggi kuantitas pertambahan berat badan yang diharapkan. Wanita dengan BMI <20 dilanjutkan untuk menambah BB selama kehamilan sebanyak 12,5-18 kg. Wanita yang BMI sebelum hamilnya normal (20,0-26,0) idealnya bertambah berat badan (BB) saat hamil sekitar 11,5-16 kg. Sebaliknya wanita yang masuk kategori obesitas hanya dianjurkan untuk mengalami penambahan BB tidak lebih dari 6 kg hingga masa akhir kehamilannya. (Fairus M, 2012; h.42)

  Status gizi ibu sebelum hamil dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin seperti diuraikan berikut ini.

  (1) Terhadap ibu yaitu gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain, anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi

  (2) Terhadap persalinan yaitu pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit atau lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cendenrung meningkat.

  (3) Terhadap janin yaitu kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia, intrapartum, (mati dalam kandungan, dan lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). (Fairus M, 2012; h.43)

  2) Kehamilan dengan anemia Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia kehamilan disebut “potential danger to mother and child” (potensila membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan.

  a) Pengertian Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (hemoglobin/Hb) dibawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah misalnya zat besi, asam folat dan vitamin B12, tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorpsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan dan masa penyembuhan dari penyakit. (Rukiyah AY. 2010; h. 115) b) Patofisiologi

  Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang semakin menigkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester

  II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dari meningkatnya 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron. (Rukiyah AY. 2010; h. 115) c) Etiologi

  Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah, pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma, kurangnya zat besi dalam makanan, kebutuhan zat besi meningkat. (Rukiyah AY. 2010; h. 115) d) Diagnosis

  Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual-muntah lebih hebat pada hamil muda. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat digolongkan sebagai berikut. Hb 11 g/dL: tidak anemia, Hb 9-10 g/dL: anemia ringan, Hb 7-8 g/dL: anemia sedang, Hb <7 g/dL: anemia berat. Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III.

  Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil di puskesmas. (Manuaba. 2010; h.239)

  e) Gejala Gejala klinis anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya.

  Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Bila kada Hb <7gr/dL, ringan 8-11 gr/dL, berat < 8 gr/dL. (Rukiyah AY. 2010; h. 115)

  f) Dampak Anemia pada ibu hamil bukan tanpa resiko menurut penelitian, tingginya angka kematian ibu berkaitan dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian perinatal meningkat. Perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemia dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus immatur atau prematur), gangguan proses persalin (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress, kurang produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dll). (Rukiyah AY.

  2010; h. 115)

  g) Pengobatan Untuk menghindari terjadinya anemia sebaik ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data-data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan feses sehingga diketahui adanya infeksi parasit. Pengobatan infeksi untuk cacing relatif mudah dan murah. Pemerintah telah menyediakan preparat besi untuk dibagikan kepada masyarakat sampai ke posyandu. Contoh preparat Fe diantaranya Barralat, Biosanbe, Iberet, Vitonal, dan Hemaviton. Semua preparat tersebut dapat dibeli dengan bebas. (Manuaba, 2010; h. 240)

b. Gejala dan Tanda Bahaya selama Kehamilan

  Faktor predisposisi dan adanya penyakit penyerta dan sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang berat baik terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya (Prawirohardjo, 2010; h. 282). Beberapa Gejala dan Tanda Bahaya selama Kehamilan menurut (Prawirohardjo, 2010; h. 282) antara lain: 1) Perdarahan 2) Pre-eklampsia 3) Nyeri Hebat di Daerah Abdominopelvikum 4) Muntah yang berlebihan selama kehamilan 5) Disuria 6) Menggigil atau demam 7) Ketuban pecah dini atau belum waktunya 8) Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan yang sesungguhnya.

2. Persalinan

  a. Definisi

  Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2008; h. 672).

  Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan plasenta ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melaui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan ( kekuatan sendiri ). ( Manuaba, 2010; h.164)

  Persalinan adalah keluarnya hasil konsepsi melewati jalan lahir dengan bantuan kontraksi sejati, dan perubahan progresif serviks atau melewati jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan.

  b. Tanda persalinan

  Menurut Manuaba (2010 ;h.169) tanda persalinan adalah sebagai berikut: 1) Kekuatan his yang semakin sering dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek 2) Dapat terjadi pengeluaran lendir, lendir bercampur darah 3) Dapat disertai ketuban pecah

  4) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks ( perlunakan serviks, pendataran serviks, terjadi pembukaan serviks ).

c. Teori Kemungkinan terjadinya proses persalinan

Tabel 2.4 Teori Kemungkinan terjadinya proses persalinan Teori Uraian

  

Teori Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam

Prostaglandin batas tertentu.Setelah melewati batas tersebut terjadi

kontraksisehingga persalinan dapat mulai.Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.

Teori Proses penuaan plasenta terjadi saat usia kehamilan 28

penurunan minggu, karena terjadi penimbunan jaringan ikat,

progesteron pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.

  Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

Teori oksitosin Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars

internal posterior.Perubahan keseimbangan estrogen dan

progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi Braxton Hicks. Dengan menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuannya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat mulai.

Teori teori Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia

prostaglandin kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.

  Pemberian prostaglandin saat kehamilan akan menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.

Teori Teori ini menunjukan pada kehamilan dengan

hipotalamus- anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena

hipofisis dan tidak terbentuknya hipotalamus. Teori ini dikemukakan

glandula oleh Linggin 1973. Pemberian kortikosteroid dapat

suprarenalis menyebabkan maturitas janin, induksi (mulainya)

persalinan. Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus-hipofisis dengan mulainya persalinan. Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.

  Sumber : Manuaba, 2010; h. 168

d. Proses Persalinan

  1) Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :

  a) Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm.

  b) Kala II : kala pengeluaran janin, sewaktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin kluar hingga lahir.

  c) Kala III : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri.

  d) Kala IV : mulai dari lahirnya uri, selama 1-2 jam. (Sofian, 2012; h. 71)

  2) Faktor yang mempengaruhi proses persalinan

  a) Power : kekuatan his yang adekuat dan tambahan kekuatan mengejan.

  b) Passage : jalan lahir tulang, jalan lahir otot

  c) Passanger : janin, plasenta, dan selaput ketuban (Manuaba, 2012; h. 283).

  d)

  Psychology (Psikologi)

  Menurut (Sondakh, 2013; h.91), menyebutkan perubahan psikologi ibu yang muncul pada saat memasuki masa persalinan sebagian besar berupa perasaan takut maupun cemas, terutama pada ibu primigravida yang umumnya belum mempunyai bayangan mengenai kejadian-kejadian yang akan dialami pada akhir kehamilannya. Oleh sebab itu, penting sekali untuk mempersiapkan mental ibu karena perasaan takut akan menambah rasa nyeri, serta akan menegangkan otot-otot serviksnya dan akan mengganggu pembukaannya. Ketegangan jiwa dan badan ibu juga menyebabkan ibu lekas lelah.

  e) Penolong Fungsi penolong persalinan sangat berat, yaitu memberikan pertolongan bagi dua jiwa yaitu ibu dan anak, serta kesuksesan pertolongan tersebut sebagian bergantung pada keadaan petugas yang menolongnya, maka sangat penting untuk diadakan kualifakasi atau persyaratan bagi petugas yang bekerja di kamar bersalin dan penolong persalinan.Dengan demikian, sesuai dengan hal tersebut, persyaratan yang diperlakukan adalah persyaratan kemampuan, ketrampilan, dan kepribadian (Sondakh, 2013; h.97).

e. Asuhan Persalinan

  1) Asuhan dalam persalinan menurut (JNPK-KR, 2008), yaitu:

  a) Asuhan dalam kala I adalah memberikan dukungan emosional, membantu ibu pengaturan posisi, memberikan cairan dan nutirsi, keleluasan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur, dan pencegahan infeksi (JNPK-KR, 2008; h. 54). b) Asuhan dalam Kala II (1) Anjurkan agar ibu selalu didampingi keluarga saat proses persalinan , dari dukungan suami, orang tua, kerabat sangat dibutuhkan ibu saat menjalani proses persalinan.

  (2) Anjurkan keluarga ikut terlibat untuk memberikan asuhan sayang ibu, seperti mengganti posisi, memberi makan, minum, dan teman bicara dan memberikan dukungan semangat.

  (3) Penolong persalinan dapat memberikan semangat dan dukungan kepada ibu bersalin.

  (4) Tenteramkan hati ibu dalam menghadapi masa persalinan kala II.

  (5) Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman. (6) Setelah pembukaan lengkap anjurkan ibu meneran berkepanjangan dan menahan napas. Anjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi. (7) Anjurkan ibu untuk minum selama persalinan kala II. (8) Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala

  II persalinan, berikan rasa aman dan semangat serta tenteramkan hatinya saat proses persalinan berlangsung dengan memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan (misal, tekanan darah, DJJ, periksa dalam)

  (9) Menolong kelahiran bayi (JNPK-KR, 2008; h. 81).

  c) Asuhan dalam Kala III adalah membantu proses lahirnya plasenta d) Asuhan Kala IV

  (1) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus, untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.