PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG DAN PHOSPAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TERUNG ( Solanum melongena L.) SKRIPSI

  

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG DAN PHOSPAT

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

TERUNG ( Solanum melongena L.)

SKRIPSI

  

OLEH

RISNA SYARIFAH

  

08C10407014

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

  

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG DAN PHOSPAT

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

TERUNG ( Solanum melongena L.)

  

SKRIPSI

OLEH

RISNA SYARIFAH

  

08C10407014

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada

  

Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

  LEMBARAN PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Phospat

Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

  Terung (Solanum melongena L.) Nama Mahasiswa : Risna Syarifah N I M : 08C10407014 Program Studi : Agroteknologi

  Menyetujui : Komisi Pembimbing

  Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

  Muhammad Jalil, SP., MP Ir. Khairilsyah

  NIDN 01-1506-8302 NIDN 01-3110-6602 Mengetahui,

  Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Prodi Agroteknologi,

  Diswandi Nurba, S.TP., M.Si Jasmi, SP., M. Sc

  NIDN 01-2804-8202 NIDN 01-2708-8002

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Tanaman terung (Solanum melongena L.) merupakan famili solanoceae dan genus solanum yang beriklim panas (tropis), akan tetapi tanaman ini bukan tanaman asli Indonesia. Menurut catatan Sejarah (dari berbagai sumber pustaka), tanaman terung berasal dari India dan Birma. Di daerah tersebut mulanya tanaman terung tumbuh secara liar, kemudian secara beransur-ansur tanaman terung mulai dibudidayakan oleh manusia. Akan tetapi tidak ada kejelasan yang pasti kapan tanaman terung dibudidayakan oleh manusia ( Cahyono, 2003 ).

  Terung termasuk golongan sayuran buah-buahan, yang banyak digemari oleh berbagai kalangan di pelosok tanah air dan harganya relatif murah, buah terung yang merupakan hasil panen utama yang citarasa enak, kandungan gizinya cukup lengkap yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, B, C, kalsium, dan pospor ( Peni, 1998 )

  Terung diketahui punya manfaat sebagai anti kejang, anti kanker, dan gangguan pembuluh darah. Bahkan di Nigeria digunakan sebagai tanaman kontrasepsi, terutama untuk kaum pria. Masyarakat Nigeria juga mendewakan tumbuhan ini karena bisa meredam penyakit gugup. Kemampuan ini telah dibuktikan secara ilmiah terhadap marmut yang diberi sari terung mentah. Buah terung mengandung striknin, skopolamin, skopoletin, dan skoparon yang bisa menghambat serangan sawan, gugup, atau kekejangan saraf. Maka, buah ini bisa digunakan untuk mencegah dan mengobati serangan epilepsi dan penyakit kejang lainnya, seperti yang diyakini dalam pengobatan tradisional (Muslihah, 1997).

  Tanaman terung ini merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan karena bisa tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Kemudian perawatannyapun tidak begitu rumit. Selain itu, terung mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi dan telah menembus pasaran ekspor. Terung saat ini salah satu komoditi holtikultura yang bernilai ekonomi tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat, diperlukan usaha peningkatan produksi terung baik secara intensifikasi. Peningkatan produksi secara intensifikasi dilakukan dengan menambah sarana produksi pada lahan yang tersedia. Apabila dilihat rata- rata produksi terung Indonesia pada tahun 1997 adalah 300.000 ton dari areal panen 135.000 hektar. Menurut bio statistik pada tahun 1990 produksi terung di Indonesia mengalami penurunan menjadi 250.560 ton walaupun areal panen meningkat seluas 158,280 hektar (Rukmana, 1994). Salah satu sarana produksi yang ditambahkan adalah penggunaan pupuk organik dan varietas unggul (Anonymous, 2011)

  Pupuk kandang sebagai salah satu sumber bahan organik yang berasal dari kotoran ternak, baik berupa padatan (feces) yang bercampur sisa makanan, ataupun air kencing (urine). Dari segi kadar haranya, urine jauh lebih tinggi dibanding feces. Dosis anjuran pupuk kandang untuk tanaman terung adalah 15

  • 1

  ton ha (Lingga, 1989) Pemupukan dapat diberikan melalui akar dan melalui daun. Pupuk yang diberikan melalui tanah dapat berupa pupuk buatan dan pupuk alami, salah satu pupuk alami adalah pupuk kandang. Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti Nitrogen (N), Phospor (P), Kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan media tanam. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap tanaman (Anonymous, 2008).

  Pupuk kandang berfungsi menambah kandungan hara terutama hara tersedia bagi tanaman. Pupuk kandang mengandung bahan organik yang tinggi dan bersifat sebagai pembenah tanaman, yaitu menggemburkan tanah, dan meningkatkan aerasi dan draenasi tanah (Anonymous, 2007). Secara umum dapat disebutkan bahwa setiap ton pupuk kandang mengandung 5 kg N, 3 kg P O , dan

  2

  5

  5 kg K

2 O serta unsur-unsur hara esensial lain dalam jumlah yang relatif kecil (Hardjowigeno, 2007).

  Phospat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan kandungan fosfor ekonomis. Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone phosphate of lime (BPL) atau triphosphate of lime (TPL), atau berdasarkan kandungan P

  2 O 5 (Hakim et al., 1986)

  Kandungan unsur hara dalam bentuk P

  2 O 5 dalam pupuk SP-36 adalah

  36 %. Dalam air jika ditambahkan dengan ammonium sulfat akan menaikkan serapan phospat oleh tanaman, apabila kekurangan phospat pada tanaman dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, lamban pemasakan dan produksi tanaman rendah. Dosis anjuran pupuk SP-36 untuk tanaman terung adalah 100-150 kg/ha (Hakim et al.,1986).

  Belum diketahui dosis pupuk kandang dan dosis phospat yang tepat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Terung menjadi masalah dalam penelitian ini agar di peroleh pertumbuhan dan hasil tanaman terung yang optimal.

  1.2. Tujuan penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang dan phospat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung, serta nyata tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.

  1.3. Hipotesis

  1. Dosis pupuk kandang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung.

  2. Dosis phospat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung.

  3. Terdapat interaksi antara dosis pupuk kandang dan phospat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Terung

  a. Sistematika

  Menurut Cahyono (2003) dalam ilmu tumbuhan, tanaman terung dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Asteridae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Solanum Spesies : Solanum melongena L.

  b. Morfologi

  a. Akar Tanaman terung memiliki sistem perakaran tunggang hal ini dapat dilihat dengan jelas dimana bagian-bagian batang akar, cabang akar, serabut akar dan rambut-rambut akar. Terung dikatakan akar tunggang karena pada tanaman terung akar primernya tumbuh terus menjadi akar pokok, pada akar ini kemudian tumbuh cabang-cabang dan serabut akar (Tjitrosoepomo, 2005).

  b. Batang Tumbuh tegak, cabang-cabangnya tersusun rapat, berbentuk bulat, kelabu, ada yang memiliki duri tempel dan ada yang tidak memiliki (Tjitrosoepomo, 2005).

  c. Daun Berbentuk bulat telur, elips, atau memanjang, memiliki permukaan yang cukup luas (3-15 cm x 2-9 cm), bentuk helaiannya menyerupai telinga, letak helaian daun-daunnya tersebar pada cabang batang, umumnya berlekuk dengan tepi daun berombak, kedua sisi daun umumnya ditutupi rambut tipis yang masing- masing berbentuk bintang berwarna kelabu, tulang daun tersusun menyirip, pada tulang daun yang besar sering terdapat duri tempel (Tjitrosoepomo, 2005).

  d. Bunga Merupakan bunga majemuk dan sempurna, tumbuh pada cabang batang secara berseling, panjang anak tangkai bunga antara 1-2 cm, kelopak bertaju lima dan berambut, tabung kelopak berbentuk lonceng dan bersudut dengan tinggi 5-6 mm, mahkotanya berwarna ungu dan berjumlah lima, satu sama lain dihubungkan dengan selaput tipis, kepala sarinya berwarna kuning, tergolong dalam bunga banci atau berkelamin dua (hermaphroditus), pada bunga terdapat benang sari maupun putik, kelopak yang tetap berkembang (ikut) menjadi bagian buah (Cahyono, 2003).

  e. Buah Berbentuk bulat memanjang, panjang tangkainya kurang lebih 3 cm, diameter buah 3 cm, buahnya berwarna ungu atau kuning. Dari segi botani buah yang dikelas kan sebagai beri memiliki banyak biji yang kecil dan lembut. Biji itu dapat dimakan akan tetapi rasanya pahit karena mengandung nikotin sejenis alkaloid yang banyak dikandung oleh tembakau (Cahyono, 2003).

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Terung

  1. Iklim Tanaman terung dapat tumbuh dan berproduksi baik di dataran rendah sampai dataran lebih kurang 1.000 meter dari permukaan laut (mdpl). Selama pertumbuhannya terung menghendaki keadaan suhu udara antara 22ºC-30ºC. Cuaca panas dan iklimnya kering sehingga cocok ditanam pada musim kemarau. Pada keadaan cuaca panas akan merangsang dan mempercepat proses pembungaan ataupun pembuahan, namun bila suhu udara tinggi (diatas 32ºC) pembungaan dan pembuahan terung akan terganggu yakni bunga dan buah akan berguguran.

  Temperatur lingkungan tumbuh sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan pencapaian fase vegetatif tanaman pada terung. Lingkungan tumbuh yang memiliki rata-rata temperatur yang tinggi dapat mempercepat pembungaan dan umur panen menjadi lebih pendek ( Samadi, 2001 ).

  2. Tanah Tanaman terung dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah, tetapi keadaan tanah yang paling baik untuk tanaman terung adalah jenis lempung, berpasir, subur, kaya akan bahan organik aerasi dan drainasinya yang baik serta pada pH antara 6,8-7,3. Pada tanah yang bereaksi masam (pH kurang dari 5) perlu dilakukan pengapuran. Bahan kapur untuk pertanian pada umumnya berupa kalsit (CaCo3), dolomit (CaMg (Co3)2), atau kapur bakar (CaO), jumlah kapur yang dibutuhkan untuk menaikkan pH tanah tergantung keadaan jenis dan derajat keasaman tanah itu sendiri (Samadi, 2001).

2.3. Peranan Pupuk Kandang

  Rosmarkum dan Yuwono (2002) menyatakan bahwa pupuk kandang adalah pupuk yang bahannya berasal dari campuran kotoran hewan dan urinenya.

  Pupuk kandang dibagi menjadi dua macam, yakni pupuk kandang padat yang cair.

  Secara umum kandungan hara dalam kotoran hewan lebih rendah daripada pupuk kimia, oleh karena itu biaya aplikasi pemberian pupuk kandang ini lebih besar daripada pupuk anorganik. Hara dalam pupuk kandang ini tidak mudah tersedia bagi tanaman ketersediaan hara dipengaruhi oleh tingkat dekomposisi/mineralisasi dan bahan-bahan tersebut. Rendahnya ketersediaan hara dari pupuk kandang antara lain disebabkan karena bentuk N, P serta unsur lain terdapat dalam bentuk senyawa kompleks organo protein atau senyawa asam humat atau lignin yang sulit terkomposisi (Musnamar, 2006).

  Pemberian pupuk kandang pada tanaman dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, kegunaan dan kandungan unsur hara pupuk, kondisi dan ketersediaan unsur hara tanah, dan kebutuhan tanaman terhadap unsur hara. Dengan menambahkan pupuk kandang dan pupuk organik lainnya kita mempunyai keuntungan untuk memperbaiki sifat fisik tanah, memperbaiki sifat kimia tanah, dan memperbaiki biologi tanah (Setiawan, 2007).

  Peranan pupuk kandang terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai operator yaitu memperbaiki struktur tanah, sebagai penyedia sumber hara makro dan mikro, menambah kemampuan tanah dalam menahan air, menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara serta melepas hara sesuai kebutuhan tanah dan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme (Setiawan, 2010). Menurut Lingga (1991) pupuk kandang terbagi atas dua yaitu pupuk kandang padat dan pupuk kandang cair.

  a. Pupuk Kandang Padat

  Pupuk kandang padat yaitu kotoran ternak yang berupa padatan baik belum dikomposkan maupun sudah dikomposkan sebagai sumber hara terutama N bagi tanaman dan dapat memperbaiki sifat kimia, biologi, dan fisik tanah. Penanganan pupuk kandang padat akan sangat berbeda dengan pupuk kandang cair.

  b. Pupuk Kandang Cair

  Pupuk Kandang cair merupakan pupuk kandang berbentuk cair berasal dari kotoran hewan yang masih segar yang bercampur dengan urine hewan atau kotoran hewan yang dilarutkan dalam air dalam perbandingan tertentu. Umumnya urine hewan cukup banyak dan yang telah dimanfaatkan oleh petani adalah urine sapi, kerbau, kuda, babi dan kambing.

2.4. Pupuk Kandang Sapi

  Diantara jenis pupuk kandang, pupuk kandang sapilah yang mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter C/N rasio yang cukup tinggi >40. Tingginya kadar c dalam pupuk kandang sapi menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba dekomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendempokosisi bahan organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Untuk memaksimalkan penggunaan pupuk kandang sapi harus dilakukan pengomposan Selain masalah rasio C/N pemanfaatan pupuk kandang sapi secara langsung juga berkaitan dengan kadar air yang tinggi. Petani umumnya menyebut sebagai pupuk dingin. Bila pupuk kandang dengan kadar air yang tinggi diaplikasikan secara langsung akan memerlukan tenaga yang lebih banyak serta proses pelepasan amoniak masih berlangsung (Adimihardja, 2000)

2.5. Peranan Pupuk Phospat

  Phospat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan kandungan fosfor ekonomis. Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone phosphate of lime (BPL) atau triphosphate of lime (TPL) atau berdasarkan kandungan P

2 O 5 (Hakim et al., 1986).

  Phospat merupakan komponen penyusun enzim dan protein. Unsur P berperan pada pertumbuhan benih, akar, bunga, dan buah. Dengan membaiknya struktur perakaran sehingga daya serap nutrisi pun lebih baik. Berfungsi juga dalam proses fotosintesis dan fisiologi kimiawi tanaman, untuk pembelahan sel.

  Bila kekurangan daun tua cenderung kelabu. Tepi daun coklat, tulang daun muda berwarna hijau gelap, hangus, pertumbuhan daun kecil, kerdil, akhirnya rontok, fase pertumbuhan lambat dan tanaman kerdil. Bila kelebihan penyerapan unsur seperti besi (Fe), tembaga (Cu), dan seng (Zn) terganggu. Tetapi gejalanya tidak terlihat secara fisik pada tanaman (Rinsema, 1986).

  Kadar P

  2 O 5 : 36%, Kadar P

  2 O 5 larut asam sitrat : 34%, kadar P

  2 O 5 larut dalam air : 30%, kadar air maksimal : 5 %, kadar asam bebas sebagai H PO : 6%.

  3

  4 Pupuk SP-36 berbentuk butiran warna abu-abu yang mudah larut dalam air,

  manfaatnya sebagai sumber unsur hara fosfor bagi tanaman, memacu dan masaknya buah/biji dan menambahnya daya tahan tanaman terhadap ganguan hama penyakit dan kekeringan serta mempercepat panen (Anonymous, 2007).

  Untuk tanaman semusim, pupuk SP-36 sebaiknya digunakan sebagai pupuk dasar. Sedangkan untuk tanaman tahunan diberikan pada awal atau akhir musim hujan atau segera setelah panen ( Lingga dan Marsono, 2001 ).

2.6. Peranan dan Fungsi Unsur Hara Makro Bagi Tanaman

  Menurut Hardjowigeno (2007) unsur hara makro adalah unsur hara yang di perlukan tanaman dalam jumlah yang besar. Unsur hara makro meliputi : Nitrogen (N), Phosphor (P), dan Kalium (K), Kasium (Ca), Magnesium (Mg), dan Belerang (S). peranan dan fungsi dari masing-masing unsur hara tersebut adalah:

  1. Nitrogen (N) Unsur hara Nitrogen berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, merupakan bagian dari sel (organ) tanaman itu sendiri,

  Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman serta merangsang pertumbuhan vegetatif (warna hijau) seperti daun. Tanaman yang kekurangan unsur N gejalanya adalah pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit

  2. Phosphor (P) Unsur hara Phospor berfungsi untuk pembelahan sel, pembentukan albumim, pembentukan bunga, buah dan biji, memperkuat batang agar tidak mudah roboh, perkembangan akar, memperbaiki kualitas tanaman terutama sayur- mayur dan makanan ternak, tahan terhadap penyakit, membentuk nucleoprotein (sebagai penyusunan gene : RNA = Ribonucleic acid, DNA = Deoxyribonucleic

  3. Kalium (K) Unsur hara Kalium berfungsi untuk berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air, meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit, serta tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya adalah batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.

  4. Magnesium (Mg) Unsur hara Magnesium berfungsi untuk pembentukan klorofil, sistem enzim (activator), pembentukan minyak, dan tanaman yang kekurangan unsur hara Magnesium adalah daun menguning karena pembentukan klorofil terganggu dan pada daun muda keluar lendir (gel) terutama bila sudah lanjut.

2.7. Mekanisme Penyerapan Unsur Hara

  Unsur hara merupakan komponen penting dalam pertumbuhan tanaman, unsur hara banyak tersedia dialam, sehingga tumbuhan bisa memanfaatkannya untuk kebutuhan metabolismenya. Tetapi ketersediaan unsur hara di beberapa tempat tidak sama, ada yang berkecukupan sehingga pertumbuhan tanaman menjadi baik namun ada juga yang kekurangan, sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat (Hardjowigeno, 2007)

  Menurut Prasetya (2011) unsur hara dapat tersedia disekitar akar melalui tiga mekanisme penyediaan unsur hara yaitu aliran massa, difusi, dan intersepsi akar. Hara yang telah berada disekitar permukaan akar tersebut dapat diserap tanaman melalui 2 proses yaitu :

  1. Proses Aktif Proses penyerapan unsur hara dengan energi aktif atau proses penyerapan hara yang memerlukan adanya energi metabolik. Energi metabolik tersebut dihasilkan dari proses pernapasan akar tanaman (Prasetya, 2011).

  2. Proses Selektif Proses penyerapan unsur hara yang terjadi secara selektif, bagian terluar dari sel akar tanaman yang terdiri dari dinding sel, membran sel, dan protoplasma.

  Dinding sel merupakan bagian sel yang tidak aktif, bagian ini bersinggungan langsung dengan tanah. Sedangkan bagian dalam terdiri dari protoplasma yang bersifat aktif, bagian ini dikelilingi oleh membran. Membran ini berkemampuan untuk melakukan seleksi unsur hara yang akan melaluinya. Proses penyerapan unsur hara yang melalui mekanisme seleksi yang terjadi pada membran disebut sebagai proses selektif (Prasetya, 2011).

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

  3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat mulai dari 28 November 2012 sampai 21 Maret 2013

  3.2. Bahan dan Alat Penelitian

a. Bahan

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Benih Tanaman Terung Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Mustang yang di produksi oleh PT. East West Seed Indonesia.

  2. Tanah Tanah yang digunakan sebagai media tanam dalam penelitian ini tanah lapisan atas (top soil) yang diperoleh di Gampong Kuala Baro kecamatan Kuala

  Pesisir kabupaten Nagan Raya.

  3. Pupuk Pupuk yang diberikan dalam penelitian ini adalah pupuk kandang sapi yang di peroleh di Gampong Ujong Tanoh Darat kecamatan Meurebo kabupaten

  Aceh Barat. Dan pupuk dasar terdiri dari Urea, SP-36 dan KCl yang diperoleh dari depot pertanian.

  4. Pestisida Untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman digunakan insektisida

  • 1 Curacron 500 EC dengan konsentrasi 1 ml liter air .

  5. Babybag Babybag yang digunakan adalah berukuran 6 cm x 10 cm sebagai tempat media semai.

  6. Polybag Polybag yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag yang berwarna hitam terbuat dari plastik dengan ukuran 35 cm x 40 cm

b. Alat

  Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa cangkul, parang, gembor, hand spayer, timbangan analitik, alat tulis menulis dan lain-lain.

3.3. Rancangan Percobaan

  Rancangan percobaan yang digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 4 dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti adalah faktor dosis pupuk kandang dan Phospat.

  Faktor dosis pupuk kandang, terdiri dari 3 taraf yaitu :

  • 1 -1

  K1 : 10 ton ha (420 g polybag )

  • 1 -1

  K2 : 15 ton ha (630 g polybag )

  • 1 -1

  K3 : 20 ton ha (840 g polybag ) Faktor dosis Phospat, terdiri dari 4 taraf yaitu : P0 : 0 kontrol

  • 1 -1

  P1 : 18 kg P

  2 O

5 ha (2,10 g SP-36 polybag )

  • 1 -1

  P2 : 36 kg P

  2 O

5 ha (4,20 g SP-36 polybag )

  • 1 -1 P3 : 45 kg P O ha (5,24 g SP-36 polybag ).

  2

  5

  • 1

  1

  15

  36

  8 K

  2 P

  3

  15

  45

  9 K

  3 P

  20

  10 K

  3 P

  20

  2 P

  18

  11 K

  3 P

  2

  20

  36

  12 K

  3 P

  3

  20

  45 Model matematis yang digunakan adalah :

  Y ijĸ = µ + ß i + Kj + Pĸ + (KP) jĸ + ɛ ijk Keterangan

  Y ijk = Nilai pengamatan untuk faktor dosis pupuk kandang taraf ke-j, faktor dosis phospat taraf ke-k dan ulangan ke-i  = Nilai tengah umum i = Pengaruh ulangan ke-i (i=1,2, dan 3) Kj = Pengaruh faktor dosis pupuk kandang ke-j (j=1,2,3,) Pk = Pengaruh faktor dosis phospat ke-k (k=1,2, 3 dan 4) (KP)jk = Interaksi dosis pupuk kandang dan dosis phospat pada taraf dosis pupuk kandang ke-j, taraf dosis phospat ke-k.

  2

  7 K

  Dengan demikian diperoleh 12 kombinasi perlakuan dan secara keseluruhan terdapat 36 satuan unit percobaan. Susunan kombinasi perlakuan dosis pupuk kandang dan phospat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Antara Dosis Pupuk Kandang dan Phospat

  2

  No Kombinasi Perlakuan Dosis Pupuk Kandang (ton ha

  ) Dosis pupuk Phospat (kg P

  2 O 5 ha -1 )

  1 K

  1 P

  10

  2 K

  1 P

  1

  10

  18

  3 K

  1 P

  10

  18

  36

  4 K

  1 P

  3

  10

  45

  5 K

  2 P

  15

  6 K

  2 P

  1

  15

  

 ijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor dosis pupuk kandang taraf

ke-j, faktor dosis phospat taraf ke-k.

  Apabila hasil uji F pada analisis ragam menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut yaitu uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %. Dengan persamaan sebagai berikut : BNT 0,05 = t 0,05 ; dbg keterangan : BNT₀,₀₅ : Beda Nyata Terkecil pada taraf 5 % t₀.₀₅(dbg) : Nilai baku t pada taraf 5 %; (derajat bebas galat) KT galat : Kuadrat tengah galat r : Jumlah ulangan

3.4. Pelaksanaan penelitian

  1. Perlakuan Benih Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Mustang F1 sebanyak 5 gram dalam 1 sachet, kemudian benih direndam dalam air hangat kuku selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk memecahkan dormansi benih dan mencegah tular benih seperti layu bakteri, kemudian benih dicuci dengan menggunakan air bersih. Setelah itu benih ditiriskan dan dibungkus dengan menggunakan kain basah untuk didiamkan selama 24 jam hingga nampak berkecambah.

  2. Penanaman Benih Sebelum benih ditanam, terlebih dahulu siram media semai di dalam babybag hingga media cukup basah. Benih yang sudah disiapkan kemudian ditanam satu persatu di tengah babybag, setelah itu ditutup dengan tanah yang gembur hingga menutupi benih.

  3. Persiapan Media Tanam Persiapan media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah yang sudah dikering anginkan dan diayak kemudian dimasukkan dalam polybag dengan jumlah polybag yang disediakan adalah 108 buah. Polybag tersebut disusun sesuai dengan bagan percobaan seperti terdapat pada lampiran. Tanah dan pupuk kandang dicampur sesuai dengan perlakuan kemudian dimasukkan ke dalam polybag yang sudah disiapkan.

  4. Penanaman Pemindahan bibit ke polybag dilakukan setelah tanaman berumur 4

  (empat) minggu, bibit diangkat dari tempat persemaian satu persatu untuk dipindahkan ke polybag berukuran 35 cm x 40 cm yang telah disediakan. Setelah bibit ditanam lalu disiram hingga cukup basah, penanaman dilakukan dengan 3 tanaman per unit perlakuan.

  5. Pemeliharaan

  a. Penyiraman Penyiraman dilakukan sekali sehari, pada pagi atau sore hari. Namun seandainya kondisi tanaman dalam polybag sangat kering misalnya saat musim kemarau, penyiraman dilakukan pada pagi dan sore dengan jumlah yang cukup.

  b. Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman terung terserang penyakit atau mati, penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam. c. Pemupukan Pupuk yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pupuk kandang

  • 1 -1 -1

  sebagai perlakuan dengan dosis 10 ton ha (420 g polybag ), 15 ton ha

  • 1 -1 -1

  (360 g polybag ), 20 ton ha (840 g polybag ) diberikan 7 hari sebelum tanam,

  • 1 -1

  pupuk SP-36 dengan dosis 0 kontrol, 18 kg P

  2 O 5 ha (2,10 g SP-36 polybag ),

  • 1 -1 -1

  36 kg P

  2 O 5 ha (4,20 g SP-36 polybag ),

  45 kg P

  2 O 5 ha

  • 1 -1 -1

  (5,24 g SP-36 polybag ), Urea 4,20 g polybag dan KCl 4,20 g polybag diberikan 1 hari sebelum tanam.

  d. Pengendalian hama dan penyakit tanaman Terjadinya serangan hama terhadap tanaman terung yaitu hama kutu daun dikendalikan dengan penyemprotan pestisida Curacron 500 EC dengan

  • 1 konsentrasi 1 ml liter air .

  6. Pemanenan Pemanenan dilakukan pada umur 50, 60, 70 dan 80 HST, terung yang dipanen berukuran besar, buah yang muda, kulit buah mengkilat dan memiliki warna yang cemerlang. Panen dilakukan dengan cara manual yaitu buah dipetik dengan memotong tangkai buahnya dengan menggunakan gunting atau pisau yang tajam.

3.5. Pengamatan

  Adapun pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

  1. Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur tinggi dari

  2. Diameter Pangkal Batang (mm) Pengamatan diameter pangkal batang dilakukan dengan mengukur besar pangkal batang pada umur 15, 30, dan 45 HST dengan menggunakan jangka sorong.

  3. Jumlah Buah per Tanaman (buah) Perhitungan jumlah buah per tanaman dihitung pada saat panen dengan menggunakan satuan buah.

  4. Diameter buah (mm) Perhitungan diameter buah per tanaman dihitung pada saat panen dengan menggunakan jangka sorong.

  5. Berat Buah per Tanaman (g) Perhitungan berat buah per tanaman dilakukan dengan cara menimbang buah per tanaman dengan menggunakan timbangan Analitik.

  6. Produksi per Hektar (ton) Pengamatan produksi per hektar dihitung dengan mengkonversikan berat buah per tanaman mulai panen pertama sampai panen ke empat dengan jarak tanam 60 cm x 70 cm dan jumlah populasi 23.810 tanaman per ha.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang

  Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 20) menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 HST dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 HST dan diameter pangkal batang umur 15 HST dan 30 HST. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter pangkal batang umur 45 HST, jumlah buah, diameter buah, berat buah per tanaman dan produksi per hektar.

4.1.1. Tinggi Tanaman (cm)

  Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 HST dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 HST, namun berpengaruh tidak nyata pada umur 45 HST. Rata-rata tinggi tanaman terung pada berbagai dosis pupuk kandang umur 15, 30 dan 45 HST setelah diuji dengan BNT 0,05 disajikan pada Tabel 2.

  Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Terung pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 Dan 45 HST

  Dosis Pupuk Kandang Tinggi Tanaman (cm) -1 Simbol ton ha

  15 HST

  30 HST

  45 HST

  K 10 6,54 a 24,33 a 43,45

1 K

  2

  15 7,89 b 26,67 b 44,69 K

  3

  20 6,74 ab 25,84 ab 43,69 BNT

  • 0,05 0,88 1,86

  

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda

tidak nyata pada taraf 5% (uji BNT).

  Tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman terung tertinggi umur 15 HST di

  • 1

  jumpai pada dosis pupuk kandang 15 ton ha (K ) yang berbeda nyata dengan

  1

  • 1

  dosis pupuk kandang 10 ton ha (K

  1 ) namun berbeda tidak nyata dengan dosis

  • 1

  20 ton ha (K ). Sedangkan pada umur 30 HST tanaman tertinggi dijumpai pada

  3

  • 1

  dosis pupuk kandang 15 ton ha (K

  2 ) yang berbeda nyata dengan dosis pupuk

  • 1
  • 1

  kandang 10 ton ha (K

  1 ), namun bebeda tidak nyata dengan dosis 20 ton ha (K 3 )

  • 1

  pada umur 45 HST tanaman tertinggi dijumpai pada dosis 15 ton ha (K )

  2

  meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman terbaik dijumpai pada

  • 1

  perlakuan pupuk kandang dosis 15 ton ha (K

  2 ) dikarena pupuk kandang

  diberikan dalam keadaan yang optimum bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Novizan (2005) bahwa pemberian dosis pupuk yang baik dan sesuai bagi tanaman akan mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman, demikian juga sebaliknya apabila tidak sesuai bagi tanaman maka pertumbuhan tanaman akan terhambat.

  Dwidjiseputro (1986) menambahkan bahwa tanaman akan tumbuh dengan subur apabila unsur hara yang dibutuhkan tanaman berada dalam jumlah yang cukup serta berada dalam bentuk yang siap diabsorbsi.

  Hubungan antara tinggi tanaman terung pada berbagai dosis pupuk kandang umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Tinggi Tanaman Terung pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST

  Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap diameter pangkal batang umur 15 dan 30 HST. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap diameter pangkal batang umur 45 HST. Rata-rata diameter pangkal batang terung pada berbagai dosis pupuk kandang umur 15, 30 dan 45 HST setelah diuji dengan BNT 0,05 disajikan pada Tabel 3.

  10

  45 HST

  30 HST

  15 HST

  20 Ti n gg i Ta n am an (c m ) Dosis Pupuk Kandang (ton ha

  • -1 )

  15

  10

  50

  45

  40

  35

  30

  25

  20

  15

  5

  Tabel 3. Rata-rata Diameter Pangkal Batang Tanaman Terung pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST

  43,69

  26,67 25,84 43,45 44,69

  6,54 7,89 6,74 24,33

4.1.2. Diameter Pangkal Batang (mm)

  Dosis Pupuk Kandang Diameter Pangkal Batang (mm) Simbol ton ha -1

15 HST

  3

  15 4,60 b 7,87 b 12,46 K

  20 3,45 a 7,85 b 12,36 BNT 0,05 0,86 0,84 -

  10 3,79 ab 6,79 a 12,03 K

  1

  K

  45 HST

  30 HST

  

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda

tidak nyata pada taraf 5% (uji BNT).

  Tabel 3 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang terbesar umur 15

  2

  • 1

  kandang 20 ton ha (K

  3 ) namun berbeda tidak nyata dengan dosis pupuk kandang

  • 1

  10 ton ha (K ) sedangkan umur 30 HST diameter pangkal batang terbesar

  1

  • 1

  dijumpai pada dosis pupuk kandang 15 ton ha (K

  2 ) yang berbeda nyata dengan

  • 1

  dosis pupuk kandang 10 ton ha (K ) namun berbeda tidak nyata dengan dosis

  1

  • 1

  pupuk kandang 20 ton ha (K

  2 ). Pada umur 45 HST diameter pangkal batang

  • 1

  terbesar dijumpai pada dosis pupuk kandang 15 ton ha (K

  2 ) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

  Dari berbagai dosis pupuk kandang yang dicobakan diameter pangkal

  • 1

  batang terbaik dijumpai pada dosis 15 ton ha (K ). Hal ini disebabkan karena

  2

  pupuk kandang mengandung unsur hara yang seimbang bagi tanaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Sarief (1989), bahwa pertumbuhan tanaman yang diharapkan dapat dicapai apabila jumlah dan macam unsur hara di dalam tanah berada dalam keadaan cukup, seimbang, dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman.

  Sutanto (2002) menambahkan bahwa pemberian pupuk organik mampu memperbaiki kondisi tanah dan menambah unsur hara dalam tanah, walaupun pada umumnya pupuk organik mempunyai kandungan hara makro N, P dan K yang rendah tetapi mengandung hara mikro dalam jumlah cukup dan sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.

  Hubungan antara diameter pangkal batang tanaman terung pada berbagai dosis pupuk kandang umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 2.

  14 ) 12,42

  12,39 12,03 m

  12 (m ng

  10 ta

  7,87 7,85 Ba

  6,79

  8 al

  15 HST gk

  6 4,60 3,79 an

  30 HST 3,45 P

  4 r

  45 HST ete

  2 m ia D

  10

  15 -1

  20 Dosis Pupuk Kandang (ton ha )

  Gambar 2. Diameter Pangkal Batang Tanaman Terung pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST

4.1.3. Jumlah Buah per Tanaman (buah)

  Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 14 ) menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah per tanaman. Rata-rata jumlah buah per tanaman pada berbagai dosis pupuk kandang disajikan pada Tabel 4.

  Tabel 4. Rata-rata Jumlah Buah per Tanaman pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang

  Dosis Pupuk Kandang Jumlah Buah per Tanaman -1 Simbol ton ha (buah)

  K

  1

  10 1,25 K 15 1,36

2 K

  3

  20 1,29 Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah buah per tanaman cenderung

  • 1

  ditunjukkan pada dosis pupuk kandang 15 ton ha (K

  2 ) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

  Dari berbagai dosis yang telah dicobakan jumlah buah terbaik dijumpai

  • 1

  pada dosis pupuk kandang 15 ton ha (K

  2 ) hal ini disebabkan karena pada dosis tersebut tanaman terung dapat tumbuh dan berkembang lebih baik sehingga menghasilkan jumlah buah.

  Hal ini sesuai dengan pendapat Darjanto dan Satifah (1984) yang menyatakan bahwa banyaknya buah suatu tanaman ditentukan oleh jumlah buah yang masak meliputi jumlah bunga yang dihasilkan tanaman, persentase bunga yang mengalami penyerbukan, persentase bunga yang mengalami pembuahan dan buah muda yang dapat tumbuh terus hingga menjadi buah masak yang siap dipanen.

4.1.4. Diameter Buah (mm)

  Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 16 ) menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap diameter buah per tanaman.

  Rata-rata diameter buah per tanaman pada berbagai dosis pupuk kandang disajikan pada Tabel 4.

  Tabel 4. Rata-rata Diameter Buah per Tanaman pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang

  Dosis Pupuk Kandang -1 Diameter Buah (mm) Simbol ton ha

  K 10 44,18

1 K

  2

  15 45,49 K

  3

  20 45,21 Tabel 4 menunjukkan bahwa diameter buah terbesar cenderung dijumpai

  • 1

  pada dosis pupuk kandang 15 ton ha (K

  2 ) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

  Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa dosis

  • 1

  pupuk kandang 15 ton ha (K

  2 ) menghasilkan diameter terbesar dibandingkan

  dengan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan karena pada dosis tersebut ketersediaan unsur hara yang cukup dan dosis yang tepat bagi perkembangan tanaman.

  Hal ini sesuai dengan pendapat Setyamidjaja (1986) yang menyatakan bahwa respon tanaman terhadap pemberian pupuk akan meningkat bila dosis pupuk yang tepat. Setiap tanaman perlu mendapatkan pemupukan dengan dosis yang sesuai agar tersedia unsur hara di dalam tanah yang dapat menyebabkan tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta menghasilkan produksi yang optimal.

4.1.5. Berat Buah per Tanaman (g)

  Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 18 ) menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap berat buah per tanaman. Rata- rata berat buah per tanaman pada berbagai dosis pupuk kandang disajikan pada Tabel 5.

  Tabel 5. Rata-rata Berat Buah per Tanaman pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang

  Dosis Pupuk Kandang Berat Buah per Tanaman -1 Simbol ton ha (g)

  K 10 136,43

1 K

  2

  15 148,73 K

  3

  20 144,33 Tabel 5 menunjukkan bahwa berat buah per tanaman cenderung dijumpai

  • 1

  pada dosis pupuk kandang 15 ton ha (K ) meskipun secara statistik menunjukkan

  

2

perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat buah terbanyak dijumpai pada

  • 1

  dosis pupuk kandang 15 ton ha (K

  2 ) yang diberikan telah dapat terpenuhi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk proses metabolisme dan melancarkan proses fotosintesis sehingga menghasikan berat buah yang lebih berat dari pada perlakuan lainnya.

  Hal ini sesuai dengan pendapat Dartius (1990) yang menyatakan bahwa tersedianya unsur hara yang di butuhkan tanaman berada dalam keadaan cukup serta di dukung oleh faktor lingkungan, sehingga pembesaran, perpanjangan dan pembelahan sel akan berlangsung dengan cepat.

  Hardjowigeno, 1983 dalam Wahyuni (2009) menambahkan bahwa agar tanaman dapat tumbuh dan produksi maksimum perlu adanya keseimbangan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

4.1.6. Produksi per Hektar (ton)

  Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 20 ) menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar tanaman terung. Rata-rata produksi per hektar tanaman terung pada berbagai dosis pupuk kandang disajikan pada Tabel 6.

  Tabel 6. Rata-rata Produksi per Hektar pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang

  Dosis Pupuk Kandang Produksi per Hektar -1 Simbol ton ha (ton)

  K

  1

  10 3,25

  K

  2

  15 3,54

  K

  20

  3

  3,44 Tabel 6 menunjukkan bahwa produksi per hektar tertinggi cenderung

  • 1

  dijumpai pada dosis pupuk kandang 15 ton ha (K

  2 ) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi per hektar terbaik dijumpai

  • 1

  pada dosis pupuk kandang 15 ton ha (K ) hal ini disebabkan bahwa kebutuhan

  2

  unsur hara tersedia dalam keadaan cukup dan seimbang sehingga telah mampu meningkatkan produksi tanaman terung.

  Sarief (1989) menyatakan bahwa produksi tanaman tercapai apabila unsur hara didalam tanah berada dalam keadaan cukup, seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman. Dwidjoseputro (1986) menambahkan bahwa tanaman akan tumbuh dengan subur apabila unsur hara yang dibutuhkan tanaman berada dalam jumlah yang cukup serta berada dalam bentuk yang siap diabsorbsi.

4.2. Pengaruh Phospat

  Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 20) menunjukkan bahwa dosis phospat berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 HST dan berpengaruh nyata terhadap diameter pangkal batang umur 45 HST dan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur , 30 dan

  45 HST, serta diameter pangkal batang umur 15 dan 30 HST, jumlah buah, diameter buah, berat buah per tanaman dan produksi per hektar.

4.2.1. Tinggi Tanaman (cm)

  Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa dosis phospat berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 HST, dan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 dan 45 HST. Rata- rata tinggi tanaman terung pada berbagai dosis phospat umur 15, 30 dan 45 HST disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Rata-rata Tinggi Tanaman Terung pada Berbagai Dosis Phospat Umur 15, 30 dan 45 HST