PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI

(Capssicum annum L.) Oleh

Mutiara Wijayanti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pupuk kandang yang efektif pada pertumbuhan dan hasil cabai. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Universitas Lampung. Perlakukan ditetapkan dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Faktor pertama yaitu jenis pupuk kandang (sapi, ayam, kambing). Faktor kedua adalah pemberian pupuk Urea dengan dosis 0kg/ha, 50kg/ha, 100kg/ha, 150 kg/ha, 200 kg/ha. Kesamaan (homogenitas) ragam antara perlakuan diuji dengan Uji Bartlet dan kenambahan data (aditivitas) di uji dengan Uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi, maka data di analisis ragam. Data diolah dengan Analisis Ragam dan dilanjutkan dengan Polynomial Orthogonal pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara dosis pupuk Urea dan pupuk kandang terhadap jumlah bunga, jumlah buah, bobot buah, panjang buah, bobot kering berangkasan.


(2)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 10 Desember 1989, sebagai anak keempat dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Sadiran Handoko dan Ibu Marsiyem.

Jenjang pendidikan Penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN 3 Wonosari Kecamatan Pekalongan pada tahun 2002, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) di SLTPN 6 Metro pada tahun 2005, dan Sekolah Madrasah Aliyah Negri Metro pada tahun 2008. Penulis terdaftar sebagai

mahasiswi di Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pada bulan Juni sampai Agustus 2011, Penulis menjalani Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN) sebagai mata kuliah wajib di Desa Tanjung Serayan, Mesuji. Pada bulan Januari sampai Februari 2012, Penulis menjalani Praktik Umum sebagai mata kuliah wajib di UPTD Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura UPB Tanaman Buah Pekalongan Kabupaten Lampung Timur


(3)

Tanpa mengurangi rasa syukurku pada Allah subhanahu wa ta”la, Kupersembahkan karyaku untuk

Keluargaku tercinta

Bapak, Ibu, Kakak, Adikku yang selalu mendoakan dan mengharapkan keberhasilanku atas kasih sayang, perhatian, doa, serta dorongan semangatnya

takkan aku lupa

Teman-temanku

Atas dukungan dan bantuannya sehingga karya ini dapat selesai

Serta

Almamater tercinta Fakultas Pertanian Universitas Lampung


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Kandungan unsur hara pupuk kandang. ... 13 2. Uji Rekapitulasi pengaruh tiga jenis pupuk kandang dan dosis

pupuk Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. ... 26 3. Deskripsi cabai TM999. ... 43 4. Koefisien ortogonal. . ... 44 5. Uji homogenitas ragam pemberian tiga jenis pupuk kandang dan

dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)

variabel tinggi tanaman. ... 46 6. Hasil analisis ragam pemberian tiga jenis pupuk kandang dan

dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)

variabel tinggi tanaman. ... 47

7. Uji ortogonal polinomial pemberian tiga jenis pupuk kandang dan dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)

variabel tinggi tanaman. ... 48 8. Uji homogenitas ragam pemberian tiga jenis pupuk kandang dan

dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)

variabel tingkat percabangan. ... 49 9. Hasil analisis ragam pemberian tiga jenis pupuk kandang dan

dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)

variabel tingkat percabangan. ... 50

10. Uji ortogonal polinomial pemberian tiga jenis pupuk kandang dan dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)


(5)

11. Uji homogenitas ragam pemberian tiga jenis pupuk kandang dan dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)

variabel jumlah bunga. ... 52 12. Hasil analisis ragam pemberian tiga jenis pupuk kandang dan dosis

Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)

variabel jumlah bunga. ... 53 13. Uji ortogonal polinomial pemberian tiga jenis pupuk kandang dan

dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)

variabel jumlah bunga. ... 54 14. Uji homogenitas ragam pemberian tiga jenis pupuk kandang dan

dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)

variabel jumlah buah. . ... 55 15. Hasil analisis ragam pemberian tiga jenis pupuk kandang dan dosis

Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)

variabel jumlah buah. ... 56 16. Uji ortogonal polinomial pemberian tiga jenis pupuk kandang dan

dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)

variabel jumlah buah. . ... 57 17. Uji homogenitas ragam pemberian tiga jenis pupuk kandang dan

dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)

variabel bobot buah. . ... 58 18. Hasil analisis ragam pemberian tiga jenis pupuk kandang dan dosis

Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)

variabel bobot buah. ... 59 19. Uji ortogonal polinomial pemberian tiga jenis pupuk kandang dan

dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)


(6)

20. Uji homogenitas ragam pemberian tiga jenis pupuk kandang dan dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)

variabel panjang buah. ... 61 21. Hasil analisis ragam pemberian tiga jenis pupuk kandang dan

dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)

variabel panjang buah. ... 62 22. Uji ortogonal polinomial pemberian tiga jenis pupuk kandang dan

dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)

variabel panjang buah. ... 63 23. Uji homogenitas ragam pemberian tiga jenis pupuk kandang dan

dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)

variabel volume buah. ... 64 24. Hasil analisis ragam pemberian tiga jenis pupuk kandang dan

dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)

variabel volume buah. . ... 65 25. Uji ortogonal polinomial pemberian tiga jenis pupuk kandang dan

dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)

variabel volume buah. ... 66 26. Uji homogenitas ragam pemberian tiga jenis pupuk kandang dan

dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)

variabel bobot kering berangkasan. ... 67 27. Hasil analisis ragam pemberian tiga jenis pupuk kandang dan dosis

Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)

variabel bobot kering berangkasan. ... 68 28. Uji ortogonal polinomial pemberian tiga jenis pupuk kandang dan

dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

(Capssicum annum L.) dengan menggunakan program SAS (9.1)


(7)

29. Tampilan Editor pada Program SAS (9.1) untuk Pengolahan Data Pengaruh Pemberian Tiga Jenis Pupuk Kandang dan Dosis Urea pada Pertumbuhan dan hasil Tanaman Cabai

(Capssicum annum L.). ... 70 30. Tampilan Log pada Program SAS (9.1) untuk Pengolahan Data

Pengaruh Pemberian Tiga Jenis Pupuk Kandang dan Dosis Urea pada Pertumbuhan dan hasil Tanaman Cabai


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Media semai cabai yang terdiri dari tanah, pasir, dan pupuk

kandang .. ... 18

2. Pembibitan tanaman cabai berumur 2 MST ... 19

3. Cara pembuatan larutan pupuk Urea, KCL, dan SP-36 ... 22

4. Buah cabai yang siap panen ... 23

5. Hubungan tiga jenis pupuk kandang dan dosis Urea pada variabel jumlah bunga ... 29

6. Hubungan tiga jenis pupuk kandang dan dosis Urea pada variabel jumlah buah ... 30

7. Hubungan tiga jenis pupuk kandang dan dosis Urea pada variabel bobot buah ... 31

8. Hubungan tiga jenis pupuk kandang dan dosis Urea pada variabel panjang buah ... 32

9. Hubungan tiga jenis pupuk kandang dan dosis Urea pada variabel bobot kering berangkasan ... 33

10. Tata Letak percobaan ... 45


(9)

1

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan secara komersial di daerah tropis. Hampir setiap hari produk ini dibutuhkan sehingga kebutuhan terhadap komoditas ini meningkat sejalan dengan semakin bervariasinya jenis dan menu masakan yang memanfaatkan produk ini. Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin diantaranya kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin A, B1, dan vitamin C. Berdasarkan Redaksi Agromedia (2008) menyatakan jika Indonesia pada tahun 2008 sekitar 220 juta orang maka Indonesia membutuhkan cabai sebanyak 990.000 – 1.210.000 ton per tahun.

Secara umum, produksi cabai lima tahun terahir mengalami kenaikan tetapi tidak semua provinsi mengalami peningkatan produksi contohnya di Provinsi Lampung. Berdasarkan data yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura (2012), pada tahun 2007 sampai 2010, produksi tanaman cabai di Lampung mengalami peningkatan mulai dari 15.229 ton hingga mencapai 28.686 ton/tahun. Pada tahun 2011, produksi tanaman cabai sebesar 20.649 ton. Jika dilihat


(10)

2 dari data produksi cabai tahun 2010 maka dapat dilihat produksi cabai mengalami penurunan sebesar 28,02%.

Dalam proses budidaya, peningkatan produksi tanaman dapat dilakukan secara agronomik yaitu melalui pemupukan. Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk anorganik maupun pupuk organik. Pupuk anorganik lebih banyak digunakan dengan alasan lebih cepat dalam penyediaan unsur hara dibandingkan dengan pupuk organik.

Urea termasuk pupuk anorganik yang mengandung unsur nitrogen. Berdasarkan rekomendasi dosis pupuk nitrogen oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) (Martodireso, 2011), pemupukan Urea pada tanaman cabai adalah sebesar 200 kg/ha. Unsur nitrogen dalam pupuk Urea berperan membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun (chlorophyl) yang mempunyai peranan sangat penting dalam proses fotosintesis, mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang), dan menambah kandungan protein tanaman.

Penggunaan pupuk anorganik yang terus menerus dapat mengganggu keseimbangan kimia tanah sehingga produktifitas tanah menurun. Pemakaian pupuk kimia secara terus menerus menyebabkan terjadinya residu yang berlebihan dalam tanah.

Tumpukan residu pupuk ini dalam tanah akan menjadi racun tanah yang

mengakibatkan tanah menjadi sakit. Pada tanah yang sakit ini akan mendorong hilangnya hara tertentu, polusi lingkungan dan rusaknya kondisi alam (Khairlah, 2008).


(11)

3 Dalam mengatasi permasalahan penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus, perlu dilakukan perbaikan struktur tanah yaitu dengan pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang dianggap dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah seperti dapat meningkatkan kegiatan jasad renik dalam membantu proses dekomposisi bahan organik. Setiap jenis pupuk kandang yang berbeda tentunya mengandug unsur hara yang berbeda.

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah seperti dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut

1. Bagaimana pengaruh tiga jenis pupuk kandang pada pertumbuhan dan hasil cabai?

2. Bagaimana pengaruh dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil cabai?

3. Bagaimana pengaruh interaksi antara jenis pupuk kandang dan dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil cabai?

1.2Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah untuk

1. Mengetahui pengaruh jenis pupuk kandang pada pertumbuhan dan hasil cabai. 2. Mengetahui pengaruh dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil cabai.

3. Mengetahui pengaruh interaksi antara jenis pupuk kandang dan dosis Urea pada pertumbuhan dan hasil cabai.


(12)

4 1.3Landasan Teori

Produksi cabai lima tahun terahir mengalami kenaikan tetapi tidak semua provinsi mengalami peningkatan produksi contohnya di Provinsi Lampung. Berdasarkan data yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura, pada tahun 2007 sampai 2010, produksi tanaman cabai di Lampung mengalami

peningkatan mulai dari 15.229 ton hingga mencapai 28.686 ton/tahun. Pada tahun 2011, produksi tanaman cabai sebesar 20.649 ton. Jika dilihat dari data produksi cabai tahun 2010 maka dapat dilihat produksi cabai mengalami penurunan sebesar 28,02% (Badan Pusat Statistik, 2012).

Untuk meningkatkan produksi tanaman cabai dapat dilakukan secara agronomik yaitu melalui pemupukan. Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk anorganik maupun pupuk organik.

Pupuk Urea merupakan salah satu pupuk anorganik yang biasa digunakan dalam budidaya tanaman cabai. Pemberian pupuk Urea dapat merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang, daun. Selain itu, nitrogen juga berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah pembentukan protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya (Lingga dan Marsono, 2008).

Penggunaan pupuk Urea yang semakin tinggi dosisnya berpengaruh nyata

meningkatkan pertumbuhan tanaman temulawak (tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah rimpang induk, bobot rimpang kering dan bobot kering batang +


(13)

5 daun/rumpun). Warna daunnya terlihat lebih hijau gelap dan pertumbuhannya pada tinggi tanaman lebih tinggi pada tanaman yang dipupuk Urea dosis 300 kg/ha (Monorahardjo, 2010).

Menurut Novizan (2005), penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan struktur tanah serta menyebakan penurunan pH tanah, menggangu keseimbangan organisme di dalam tanah dan mengganggu kualitas air permukaan.

Dosis pemupukan berpengaruh dalam produksi tanaman cabai. Wakil Mentri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan, Urea bersubsidi naik dari Rp 1.600 per kilogram (kg) menjadi Rp 1.800 per kg. Sedangkan pupuk organik bersubsidi naik dari Rp 500 per kg menjadi Rp 700 per kg (Anonim, 2012).

Menurut Sutejo (2002), penggunaan pupuk anorganik sebaiknya dikuti dengan pemberian pupuk organik sebagai pelengkap dan penyeimbang penggunaan pupuk anorganik, karena sifatnya yang mampu menjaga struktur tanah dan menjaga keseimbangan organisme di dalam tanah.

Keuntungan dari pemberian pupuk organik ke dalam tanah di antaranya adalah: mengubah struktur tanah menjadi lebih baik sehingga pertumbuhan akar tanaman lebih baik pula, meningkatkan daya serap dan daya pegang tanah terhadap air sehingga tersedia bagi tanaman, memperbaiki kehidupan organisme tanah, dan menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman (Marsono dan Sigit, 2001).


(14)

6 Pupuk kandang sebagai sumber zat makanan bagi tumbuhan, pupuk kandang

memiliki kandungan zat makanan lengkap meskipun kadarnya tidak setinggi pupuk buatan, di samping itu pupuk kandang ini juga dalam memperolehnya lebih mudah dan harganyapun lebih murah, harga pupuk kandang Rp 10.000/karungnya

(Mujiburrahmad, 2011).

Menurut Kastono (2005), pemberian kotoran ayam 20 ton/ha mampu menambah tinggi tanaman dan meningkatkan jumlah polong isi, rata-rata 10 polong/tanaman pada tanaman kedelai hitam.

Pupuk kandang sapi memiliki kandungan hara yang relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan jenis pupuk kandang lain, namun hal ini bukan berarti bahwa pupuk kandang sapi tidak dapat digunakan. Disebutkan oleh Novizan (2005) pupuk kandang sapi padat yang telah kering termasuk kedalam pupuk yang terdekomposisi lambat sehingga panas yang dikeluarkan dalam proses tersebut relatif

kecil sehingga aman untuk digunakan pada tanaman dan didukung oleh Rachmawati dan Mashur (2000) yang menyebutkan bahwa pupuk kandang sapi paling baik untuk digunakan sebagai pupuk karena sifatnya yang dingin.

Sedangkan menurut Sutejo (2002), urin sapi selain dapat diserap lebih cepat oleh tanaman karena berbentuk cair, juga mengandung unsur N dan K yang cukup tinggi.


(15)

7 1.4Kerangka Pemikiran

Cabai merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi dan dikenal sebagai bahan makanan pelengkap, penghangat dan penyedap cita rasa masakan khas di indonesia. Melihat kebutuhan dan permintaan cabai merah cukup besar maka perlu diadakan teknik budidaya untuk peningkatan produksi dan mutu hasil tanaman cabai. Salah satu teknik budidaya yang perlu dilakukan adalah pemupukan. Pemupukan

merupakan suatu upaya untuk mempercepat pertumbuhan tanaman, karena dengan pemupukan sifat fisik dan kimia tanah akan diperbaiki serta dapat meningkatkan kehidupan jasad renik, sehingga tanah akan menjadi subur.

Sejarah mencatat bahwa penggunaan pupuk kimia dapat meningkatkan produksi pertanian karena terbukti mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk dunia yang terus meningkat populasinya. Tetapi penggunaan pupuk anorganik secara terus - menerus dapat menyebabkan penurunan kualitas dan produksi tanaman, dan menimbulkan pencemaran lingkungan.

Pupuk Urea merupakan salah satu pupuk anorganik yang biasa digunakan dalam budidaya tanaman cabai. Pupuk Urea mempunyai kelebihan dalam proses fotosintesis, mempercepat pertumbuhan tanaman, menambah kandungan protein tanaman. Meskipun pupuk Urea mempunyai banyak kelebihan, tetapi seiring berjalannya waktu, harga Urea semakin meningkat sehingga membuat para petani berpikir dua kali untuk membeli pupuk Urea.


(16)

8

Salah satu usaha untuk menangani masalah tersebut adalah dengan penambahan bahan organik diantaranya adalah pupuk kandang. Pupuk kandang adalah pupuk yang didapat dari kotoran ternak, baik dalam bentuk padat maupun cair. Beberapa fungsi pupuk kandang antara lain menambah unsur hara tanaman, menambah kandungan humus atau bahan organik tanah, memperbaiki struktur tanah.

Pupuk kandang yang telah membusuk akan lebih cepat melapuk dalam tanah sehingga waktu pemakaiannya dapat dibedakan dengan pemakaian pupuk kandang yang masih segar. Dari jenis hewan yang menghasilkan kotoran, kita mengenal jenis pupuk kandang seperti pupuk sapi, pupuk kerbau, pupuk ayam, pupuk kambing, pupuk kuda, dan lain sebagainya. Pupuk kandang yang diberikan sebagai faktor utama dalam penelitian ini adalah pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, dan pupuk kandang ayam.

Pemberian pupuk kandang sapi ke dalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik tanah sehingga membuat tanah menjadi remah, selain itu pemberian pupuk kandang sapi meningkatkan daya serap air di dalam tanah sehingga akar tanaman dapat

berkembang dalam menyerap air dan menyerap unsur hara yang baik. Pupuk

kandang ayam memiliki kadar N yang cukup tinggi sehingga merangsang jasad renik untuk melakukan penguraian bahan organik menjadi hara tersedia. Pupuk kandang ayam mempunyai unsur hara P yang sangat tinggi daripada pupuk kandang kambing dan sapi. Kadar hara yang terkandung dalam pupuk kandang ayam dipengaruhi oleh jenis konsentrat yang diberikan. Dalam kotoran ayam tersebut tercampur sisa - sisa


(17)

9 makanan ayam serta sekam sebagai alas kandang yang dapat menyumbangkan

tambahan hara kedalam pupuk kandang terhadap sayuran.

1.5Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis bahwa 1. Penggunaan tiga jenis pupuk kandang akan menyebabkan perbedaan

pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.

2. Pemberian Dosis Urea yang berbeda akan menyebabkan perbedaan pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.

3. Pertumbuhan dan hasil tanaman cabai juga akan dipengaruhi oleh pengaruh interaksi antara jenis pupuk kandang denga dosis Urea.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Cabai 2.1.1 Taksonomi

Dalam dunia tumbuh – tumbuhan, cabai diklasifikasikan dalam taksonomi sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyte Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Subkelas : Sympatalae

Ordo : Tubiflorae (solanales) Family : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annum L.

Tanaman cabai atau Lombok termasuk ke dalam family solanaceae. Tanaman lain yang masih sekerabat dengan cabai di antaranya kentang (Solanum tuberosum L.), terung (Solanum melongena L.), leunca (Solanum nigrum L.), akokak


(19)

11

Tanaman cabai (Capsicum annum L.) ditemukan oleh Christophorus Columbus di Benua Amerika pada tahun 1492 (Setiadi, 1996). Tanaman cabai yang dikenal dan banyak dibudidayakan ada lima spesies yaitu Capsicum annum, Capsicum frutescens, Capsicum chinese, Capsicum bacatum, dan Capsicum frutescens (Tarigan dan Wiryanta, 2003). Walaupun cabai besar banyak varietasnya, tetapi ciri umum itu bisa dikatakan seragam. Pada umumnya keluarga C. annum L. berbatang tegak dengan ketinggian 50 - 90 cm, tangkai daunnya horizontal atau miring, panjangnya sekitar 1,5 - 4,5 cm, daunnya memiliki panjang antara 4 - 10 cm, lebar antara 1,5 - 4 cm (Setiadi, 1996).

2.1.2 Syarat Tumbuh

Secara umum, cabai dapat ditanaman di areal sawah maupun tegalan, di dataran rendah maupun tinggi, dan saat musim kemarau maupun musim penghujan. Curah hujan yang ideal untuk bertanam cabai adalah 1.000 mm/tahun. Tanaman cabai cocok hidup di daerah dengan kelembaban 70-80%, terutama saat

pembentukan bunga dan buah (AgroMedia, 2008).

Tanaman cabai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dan ketinggian tempat. Akan tetapi yang baik ialah di dataran rendah pada tanah lempung berpasir, yang banyak mengandung bahan organik dan porositasnya baik. Di dataran tinggi sampai ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut, tanaman cabai masih mampu tumbuh dan berbuah baik (Sunaryono, 1989).

Pertumbuhan yang optimal tanaman cabai membutuhkan intensitas cahaya matahari sekurang-kurangnya selama 10 – 12 jam untuk fotosintesis,


(20)

12

pembentukan bunga dan buah, serta pemasakan buah. Suhu yang ideal untuk pertumbuhannya adalah 24 – 28ºC. Derajat keasaman tanah (pH) yang ideal untuk tanaman cabai adalah 6,0 – 7,0 (Prajnanta, 1995).

2.2 Pupuk Kandang

Pemberian bahan organik berpengaruh besar terhadap sifat-sifat tanah. Daya mengikat unsur kimia yang baik sehingga menyebabkan unsur kimia itu tidak tercuci dan membuat keadaan hara tetap tersedia dalam tanah. Selanjutnya tanaman akan mendapatkan suplai hara untuk pertumbuhan dan meningkatkan produksi tanaman (Murbandono, 2003 dalam Saragih, 2008).

Pupuk kandang merupakan kotoran padat, cair dari hewan ternak yang dicampur dengan sisa-sisa makanan ataupun alas kandang. Pupuk kandang dan pupuk buatan keduanya dapat menambah unsur hara di dalam tanah tetapi pupuk kandang mempunyai kandungan unsur hara lebih sedikit bila dibandingkan dengan pupuk buatan. Pupuk kandang disamping dapat menambah unsur hara ke dalam tanah juga dapat mempertinggi humus, memperbaiki struktur tanah dan mendorong kehidupan jasad renik (Hakim dkk., 1986).

Low dan Piper (1973) dalam Sugito dkk. (1995) menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang sebanyak 75 ton/ha per tahun selama 6 tahun berturut-turut dapat meningkatkan 4% porositas tanah, 14,5% volume udara tanah pada keadaan kapasitas lapangan, dan 33,3% bahan organik serta menurunkan kepadatan tanah sebanyak 3%.


(21)

13

2.2.1 Pupuk Kandang Kotoran Kambing

Pupuk kandang kambing merupakan salah satu jenis pupuk organik yang sering digunakan oleh petani karena mudah dalam ketersediaannya namun pupuk kandang kambing termasuk ke dalam golongan pupuk panas. Kelemahan dari pupuk panas ini adalah mudah menguap karena bahan organiknya tidak terurai secara sempurna hingga banyak yang berubah menjadi gas (Lingga dan Marsono, 2001). Selain itu didalamnya terkandung 2,46% N, 0,76% P, 2,03% K, 1,990% Ca, dan 0,70% Mg (Tabel 1).

Table 1. Kandungan unsur hara pupuk kandang. Sumber

Hewan

Kandungan Unsur Hara (%)

N Total P2O5 K2O

Sapi 0,67 0,63 0,89

Kambing 1,23 0,71 1,83

Ayam 1,27 2,49 2,1

Sumber : BPTP Natar, Lampung Selatan (2012)

2.2.2 Pupuk Kandang Kotoran Sapi

Pupuk kandang sapi merupakan pupuk padat yang banyak mengandung air dan lendir. Jenis pupuk padat yang demikian bila terpengaruh oleh udara maka akan cepat mengeras. Air tanah dan udara yang akan melapukkan pupuk itu menjadi sukar menembus atau merembes ke dalamnya. Pada keadaan demikian peranan jasad renik untuk merubah bahan-bahan yang terkandung di dalamnya menjadi zat-zat hara yang tersedia di dalam tanah untuk menyumbangkan hara dalam pertumbuhan tanaman mengalami hambatan-hambatan. Pada


(22)

perubahan-14

perubahan ini kurang sekali terbentuk panas. Keadaan demikian mencirikan bahwa pupuk kandang sapi adalah pupuk dingin (Sutejo dan Kartasapoetra, 1988).

Menurut Hakim dkk., (1986) dalam Ratmoko (2004), bahan organik yang berasal dari kotoran sapi mengandung unsur hara terutama unsur nitrogen yang relatif rendah (0,51%), tetapi memiliki manfaat yang besar dalam memperbaiki aerasi, struktur, dan kelembaban tanah, sehingga pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman menjadi baik, serta memperluas jangkauan akar tanaman.

2.2.3 Pupuk Kandang Kotoran Ayam

Berbeda dengan jenis kotoran ternak lainnya, kotoran ternak ayam lebih cepat mengalami kematangan, hal ini karena perbandingan karbon dan nitrogen (C/N) sudah cukup rendah sejak masih dalam kotoran, sehingga tidak memerlukan waktu yang terlalu lama untuk proses penguraian (Setiawan, 1996). Menurut Hilman dan Suwandi (1989), pupuk kandang kotoran ayam banyak mengandung basa-basa seperti Ca dan Mg, karena makanannya berasal dari bahan makanan buatan yang terbuat dari limbah ikan asin dan banyak mengandung senyawa karbonat.

Pemberian pupuk kandang ayam dosis 20 ton/ha dan 40 ton/ha meningkatkan panjang, diameter, dan bobot paprika, dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk kandang ayam (Kapugu, 2009). Pemberian bahan organik terutama berupa kotoran ayam, nyata meningkatkan tinggi tanaman (Sahari, 2012).


(23)

15

2.2 Pupuk Urea

Unsur utama yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak adalah N (nitrogen). Sedangkan pupuk Urea (CO(NH2)2) mengandung unsur hara nitrogen yang tinggi

(46%) dan termasuk pupuk yang mudah larut dalam air (higroskopis) dan mudah diserap oleh tanaman. Namun jika pupuk Urea diberikan ke tanah akan mudah menguap, mudah tercuci oleh air sebelum diserap oleh tanaman. Nitrogen (N) adalah unsur makro dan essensial untuk pertumbuhan tanaman yang diserap dalam bentuk NO3- dan NH4+. Nitrogen merupakan komponen penyusun senyawa esensial bagi tumbuhan, berperan sebagai bagian unsur dari asam amino, amida, protein, asam nukleat, nukleotida, dan koenzim (Salisbury dan Ross, 1995).

Nitrogen diperlukan untuk pembentukan dan pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar, tetapi jika terlalu berlebihan dapat menghambat pembungaan dan pembuahan tanaman, serta mengakibatkan tanaman mudah rebah. Kekurangan unsur nitrogen ditandai oleh adanya warna hijau terang sampai kuning pada daun (Foth, 1998). Senyawa nitrogen akan merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu menambah tinggi tanaman (Sahari, 2012).

Harjadi (1986) dalam Widi Agung Ratmoko (2004) menyatakan bahwa

meningkatnya pertumbuhan tanaman erat kaitannya dengan kemampuan tanaman meningkatkan aktivitas fotosintesis. Menurut Thomson dan Troeh (1978) dalam Widi Agung Ratmoko (2004), nitrogen dibutuhkan tanaman yang sedang tumbuh untuk membentuk sel-sel baru.


(24)

16

Penggunaan pupuk Urea yang semakin tinggi dosisnya berpengaruh nyata

meningkatkan pertumbuhan tanaman temulawak (tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah rimpang induk, bobot rimpang kering dan bobot kering batang +

daun/rumpun). Warna daunnya terlihat lebih hijau gelap dan pertumbuhannya pada tinggi tanaman lebih tinggi pada tanaman yang dipupuk Urea dosis 300 kg/ha (Monorahardjo, 2010).

Senyawa nitrogen akan merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu menambah tinggi tanaman (Buckman and Brady, 1982 dalamSahari, 2012). Menurut Thompson dan Kelly (1979) dalam Karyati (2004), nitrogen dapat mempercepat pertumbuhan dan memberikan hasil yang lebih besar mendorong pertumbuhan vegetasi seperti daun, batang, akar, yang mempunyai peranan penting dalam tanaman.

Menurut Novizan (2005), penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan struktur tanah serta menyebakan penurunan pH tanah, mengganggu keseimbangan organisme di dalam tanah dan mengganggu kualitas air permukaan.


(25)

17

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai bulan Mei sampai dengan Oktober 2012.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, pupuk kandang ayam, benih cabai varietas TM 999, air, tanah, pupuk Urea, dan pestisida antrakol.

Alat yang digunakan adalah polibag, cangkul, penggaris, alat tulis, timbangan, gelas ukur, ember, bambu, oven, kamera digital, nampan, dan kertas label.

3.3 Metode Penelitian

Perlakuan disusun secara Faktorial (3x5) dalam rancangan acak kelompok (rak) dengan tiga ulangan. Faktor pertama jenis pupuk kandang (P) terdiri atas pupuk kandang sapi (p1), pupuk kandang kambing (p2), dan pupuk kandang ayam (p3).

Faktor kedua adalah dosis pupuk Urea (U) terdiri atas 5 taraf yaitu: 0 kg/ha, 50 kg/ha, 100 kg/ha, 150 kg/ha, 200 kg/ha. Kesamaan ragam antarperlakuan di uji


(26)

18

dengan uji Bartlett, kemenambahan model diuji dengan uji Tukey. Bila asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan Polynomial orthogonal pada taraf 5% untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian tiga jenis pupuk kandang dan dosis Urea pada tanaman cabai.

3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Persemaian

Persemaian dilakukan menggunakan nampan berbentuk persegi panjang, dengan dilubangi bagian bawahnya agar air mudah keluar. Nampan tersebut diisi dengan media semai dari tanah, kotoran sapi, dan pasir dengan perbandingan 1:1:1 yang sebelumnya telah diayak. Sebelum disemai, benih terlebih dahulu direndam menggunakan air hangat selama semalam lalu ditiriskan, dan siap disemai.

Persemaian cabai dilakukan dengan jarak tanam 5 cm x 5 cm. Disiram setiap pagi dan sore agar terjaga kelembabannya.


(27)

19

3.4.2 Pembibitan

Benih cabai yang telah berkecambah atau bibit cabai yang telah berumur 10-14 hari (telah memiliki 2 atau 3 daun) sudah dapat dipindahkan ke tempat pembibitan yang berasal dari bumbungan yang terbuat dari daun pisang. Media pembibitan terdiri dari tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 2. Pada saat bibit ditanam di bumbungan, tanah di sekitar akar tanaman ditekan-tekan agar sedikit padat dan bibit berdiri tegak. Pembibitan ini bertujuan untuk

meningkatkan daya adaptasi dan daya tumbuh bibit pada saat pemindahan ke tempat terbuka di lapangan atau pada polibag, pemindahan bibit dapat dilakukan setelah berumur 2 minggu.

Gambar 2. Pembibitan tanaman cabai berumur 2 MST.

3.4.3 Persiapan Media Tanam dalam Polibag

Dimasukkan tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 9 : 1 ke dalam polibag dengan ukuran berat 10 kg. Pada polibag dimasukkan tanah sebanyak 8


(28)

20

kg dan pupuk kandang sebanyak 1 kg. Setelah itu ditambahkan furadan pada tanaman untuk mematikan penyakit dan hama pengganggu dalam media tanah.

3.4.4 Penanaman

Pada saat penanaman bibit cabai beserta tanahnya yang berada dalam bumbungan langsung dipindahkan ke dalam polibag 10 kg. Bibit diletakkan tepat di bagian tengah polibag lalu ditambahkan media tanah yang telah dicampur pupuk kandang hingga mencapai sekitar 2 cm bibir polibag. Permukaan media tanah dipadatkan dan disiram dengan air lalu di letakkan di tempat terbuka yang terkena sinar matahari langsung, jarak antara polibag 50 cm x 60 cm.

3.4.5 Pemeliharaan

1. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap satu hari dua kali yaitu pada pagi dan sore hari yang bertujuan untuk menjaga kelembaban tanah.

2. Penyulaman

Penyulaman yaitu mengganti bibit yang rusak/mati karena berbagai sebab di lapangan dan dilakukan 1-2 minggu setelah tanam.

3. Pengajiran

Ajir merupakan alat bantu yang terbuat dari belahan bambu yang berfungsi membantu tegaknya tanaman cabai merah, pengajiran dilakukan pada 3 minggu setelah tanam.


(29)

21

5. Pemupukan

Dalam pemupukan, pupuk yang digunakan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan sesuai standar yaitu (150 dan 100 kg/ha) untuk masing-masing pupuk. Sedangkan pupuk Urea diberikan sesuai dengan dosis perlakuan, yaitu 0 kg/ha, 50 kg/ha, 100 kg/ha, 150 kg/ha, 200 kg/ha. Pemberian pupuk Urea, SP-36 dan pupuk KCl sebagai perlakuan diberikan

sebanyak 100 ml / 10 kali penyiraman untuk setiap minggunya. Dosis pupuk organik yang digunakan dalam satu polibag ukuran 10 kg adalah 1 kg pupuk kandang sapi, 1 kg pupuk kandang ayam, dan 1 kg pupuk kandang kambing, sedangkan pupuk kandang diberikan dengan cara mencampurnya dengan tanah secara merata pada saat persiapan media kemudian dimasukkan kedalam polibag.

Berikut cara pembuatan larutan pupuk Urea, KCl, SP-36: Populasi tanaman cabai sebanyak 18.000 tanaman.

Untuk dosis Urea standar 50 kg/ha maka 50.000 gram = 3 gram

18.000

Untuk dosis Urea standar 100 kg/ha maka 100.000 gram = 5,55 gram

18.000

Untuk dosis Urea standar 150 kg/ha maka 150.000 gram = 8,33 gram

18.000


(30)

22

200.000 gram = 11,11 gram 18.000

Untuk dosis KCl standar 50 kg/ha maka

50.000 gram = 3 gram 18.000

Untuk dosis SP-36 standar 200 kg/ha maka

200.000 gram = 11,11 gram 18.000

8,33 gram Urea

11,11 gram SP-36

3 gram KCl

1 liter air 100 ml / 10 kali penyiraman

Gambar 3. Cara pembuatan larutan pupuk Urea, KCl dan SP-36.

3.4.6 Panen

Panen dilakukan pada umur 70-75 hari atau 3 sampai 4 bulan sebanyak 8 kali panen. Kriteria buah yang siap untuk dipanen yaitu ukuran cabai sudah besar, dan buah sudah mulai berubah warnanya dari hijau ke merah penuh. Pemanenan buah cabai dilakukan secara manual dengan cara pemetikan dengan mengikutsertakan tangkainya tanpa merusak ranting atau percabangan tanaman.


(31)

23

Gambar 4. Buah cabai yang siap panen.

3.5 Pengamatan

Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi : 1. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dalam satuan cm dari pangkal batang sampai ujung cabang tertinggi. Pengukuran dilakukan setiap minggu dimulai pada saat tanaman berumur satu minggu sampai 12 MST.

2. Tingkat percabangan

Jumlah cabang dihitung pada saat tanaman mulai bercabang sampai akhir panen. Pengamatan dilakukan setiap minggu sampai 12 MST.

3. Jumlah bunga

Jumlah bunga dihitung pada saat memasuki fase generatif. 4. Jumlah buah


(32)

24

5. Bobot buah

Bobot buah ditimbang dalam satuan gram pada saat panen disetiap perlakuan. 6. Volume buah

Volume buah dihitung dalam satuan volume pada saat panen di setiap perlakuan, dengan cara dimasukkan ke dalam air.

7. Panjang buah

Panjang buah diukur dalam satuan cm pada setiap panen. 8. Bobot kering brangkasan

Bobot kering brangkasan diukur dalam satuan gram pada akhir penelitian, kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 70º C selama 3 x 24 jam.


(33)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penilitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi memberikan pengaruh pada jumlah bunga, jumlah buah, bobot kering berangkasan, sedangkan pada pupuk kambing tidak menunjukkan pengaruh.

2. Pemberian pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, dan pupuk kandang sapi belum menghasilkan pertumbuhan dan produksi cabai maksimum walaupun dosis pupuk Urea ditingkatkan sampai dengan 200 kg/ha.

3. Pertumbuhan dan produksi tanaman cabai dipengaruhi oleh kombinasi dari jenis pupuk kandang dan dosis Urea. Kombinasi pupuk kandang sapi, kambing, ayam dengan dosis Urea 200 kg/ha yang menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik, yang ditunjukkan pada variabel bobot kering berangkasan.


(34)

38

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang penulis berikan untuk penelitian selanjutnya yaitu dalam budidaya cabai untuk menghasilkan pertumbuhan dan hasil cabai

maksimum dapat dilakukan pemupukan melalui kombinasi pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, pupuk kandang ayam dan pupuk Urea dengan dosis 200kg/ha.


(1)

5. Pemupukan

Dalam pemupukan, pupuk yang digunakan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan sesuai standar yaitu (150 dan 100 kg/ha) untuk masing-masing pupuk. Sedangkan pupuk Urea diberikan sesuai dengan dosis perlakuan, yaitu 0 kg/ha, 50 kg/ha, 100 kg/ha, 150 kg/ha, 200 kg/ha. Pemberian pupuk Urea, SP-36 dan pupuk KCl sebagai perlakuan diberikan

sebanyak 100 ml / 10 kali penyiraman untuk setiap minggunya. Dosis pupuk organik yang digunakan dalam satu polibag ukuran 10 kg adalah 1 kg pupuk kandang sapi, 1 kg pupuk kandang ayam, dan 1 kg pupuk kandang kambing, sedangkan pupuk kandang diberikan dengan cara mencampurnya dengan tanah secara merata pada saat persiapan media kemudian dimasukkan kedalam polibag.

Berikut cara pembuatan larutan pupuk Urea, KCl, SP-36: Populasi tanaman cabai sebanyak 18.000 tanaman.

Untuk dosis Urea standar 50 kg/ha maka 50.000 gram = 3 gram

18.000

Untuk dosis Urea standar 100 kg/ha maka 100.000 gram = 5,55 gram

18.000

Untuk dosis Urea standar 150 kg/ha maka 150.000 gram = 8,33 gram

18.000


(2)

22

200.000 gram = 11,11 gram 18.000

Untuk dosis KCl standar 50 kg/ha maka

50.000 gram = 3 gram 18.000

Untuk dosis SP-36 standar 200 kg/ha maka

200.000 gram = 11,11 gram 18.000

8,33 gram Urea

11,11 gram SP-36

3 gram KCl

1 liter air 100 ml / 10 kali penyiraman

Gambar 3. Cara pembuatan larutan pupuk Urea, KCl dan SP-36.

3.4.6 Panen

Panen dilakukan pada umur 70-75 hari atau 3 sampai 4 bulan sebanyak 8 kali panen. Kriteria buah yang siap untuk dipanen yaitu ukuran cabai sudah besar, dan buah sudah mulai berubah warnanya dari hijau ke merah penuh. Pemanenan buah cabai dilakukan secara manual dengan cara pemetikan dengan mengikutsertakan tangkainya tanpa merusak ranting atau percabangan tanaman.


(3)

Gambar 4. Buah cabai yang siap panen.

3.5 Pengamatan

Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi : 1. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dalam satuan cm dari pangkal batang sampai ujung cabang tertinggi. Pengukuran dilakukan setiap minggu dimulai pada saat tanaman berumur satu minggu sampai 12 MST.

2. Tingkat percabangan

Jumlah cabang dihitung pada saat tanaman mulai bercabang sampai akhir panen. Pengamatan dilakukan setiap minggu sampai 12 MST.

3. Jumlah bunga

Jumlah bunga dihitung pada saat memasuki fase generatif. 4. Jumlah buah


(4)

24

5. Bobot buah

Bobot buah ditimbang dalam satuan gram pada saat panen disetiap perlakuan. 6. Volume buah

Volume buah dihitung dalam satuan volume pada saat panen di setiap perlakuan, dengan cara dimasukkan ke dalam air.

7. Panjang buah

Panjang buah diukur dalam satuan cm pada setiap panen. 8. Bobot kering brangkasan

Bobot kering brangkasan diukur dalam satuan gram pada akhir penelitian, kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 70º C selama 3 x 24 jam.


(5)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penilitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi memberikan pengaruh pada jumlah bunga, jumlah buah, bobot kering berangkasan, sedangkan pada pupuk kambing tidak menunjukkan pengaruh.

2. Pemberian pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, dan pupuk kandang sapi belum menghasilkan pertumbuhan dan produksi cabai maksimum walaupun dosis pupuk Urea ditingkatkan sampai dengan 200 kg/ha.

3. Pertumbuhan dan produksi tanaman cabai dipengaruhi oleh kombinasi dari jenis pupuk kandang dan dosis Urea. Kombinasi pupuk kandang sapi, kambing, ayam dengan dosis Urea 200 kg/ha yang menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik, yang ditunjukkan pada variabel bobot kering berangkasan.


(6)

38

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang penulis berikan untuk penelitian selanjutnya yaitu dalam budidaya cabai untuk menghasilkan pertumbuhan dan hasil cabai

maksimum dapat dilakukan pemupukan melalui kombinasi pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, pupuk kandang ayam dan pupuk Urea dengan dosis 200kg/ha.