Penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus - USD Repository

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:
Vera Moktaningrum
099114097

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Vera Moktaningrum
099114097

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN

TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN

“ Untuk meraih hal – hal yang besar kita tidak cukup untuk bertindak tetapi juga
harus bermimpi; tidak hanya berencana, tetapi juga percaya.”
-Anatole France-

“Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri tahta kasih
karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk
mendapatkan pertolongan kita pada waktu-NYA”

-Ibrani 4:16-

Ku Persembahkan karya ini untuk :
-

Orang tuaku tercinta

-

Semua orang yang menyanyangi dan mendukungku

-

Para Orang tua yang mengasuh anak dengan cinta dan ketulusan

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN

TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS
Vera Moktaningrum

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai penerimaan orang tua
terhadap anak yang memiliki kebutuhan khusus fisik, sosial emosi ataupun akademik. Selain
itu, juga untuk melihat apakah ada perbedaan penerimaan orang tua pada anak dengan jenis
kebutuhan khusus yang berbeda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan

wawancara semi terstruktur sebagai metode pengumpulan datanya. Karakteristik subjek yang
digunakan dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus
fisik, sosial emosi ataupun akademik. Subjek yang digunakan berjumlah delapan orang yang
terdiri dari dua orang ibu dengan anak cacat fisik, sepasang orang tua dengan anak autis, satu
orang ibu dengan anak autisme, satu orang ibu dengan anak syndrome down serta sepasang
orang tua yang memiliki anak tuna grahita. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua
subjek menunjukkan adanya penerimaan terhadap kondisi anak dengan komposisi yang
berbeda-beda. Sebagian subjek menunjukkan adanya penerimaan pada semua (empat) aspek
yang digunakan peneliti. Sedangkan sebagian lagi menunjukkan adanya penerimaan pada
tiga dari empat aspek yang digunakan peneliti. Diketehui pula bahwa tidak ada perbedaan
penerimaan orang tua pada anak dengan kebutuhan khusus yang berbeda

Kata kunci : penerimaan orang tua, anak berkebutuhan khusus

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

THE ACCEPTANCE OF PARENTS TO THE CHILDREN WITH SPECIAL
NEEDS
Vera Moktaningrum

ABSTRACT
This study aims to gain an description about parental acceptance of children with
special needs, whether physical, mental or academic. This study used a qualitative approach
with semi-structured interview as tools of research. Characteristics of the subjects used in
this study were parents who have children with special needs, both physical, mental or
academic. The participants of this study are eight people. The subjects used totaled eight
people consisting of two mother with physically disabled children, parents with an autistic
child, one mother with an autistic child, one mother with child syndrome down and parents of
children with mental retardation. The research results showed that all subjects showed an
acceptance of the condition of children with different compositions. Some subjects showed a
receptivity on all (four) aspects of the use of researchers. While some subjects showed a
receptivity on three of the four aspects in the use of researchers. Note also that there are no
differences in the acceptance of the parents in children with different special needs.


Key Words : parents acceptance, children with special needs

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kuasa dan anugrahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang
merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Psikologi.
Banyak pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam proses penyelesaian penelitian ini. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis hendak mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Sanata Dharma
2. Ibu Agnes Indar E., M.Si.,Psi., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang dengan kesabaran dan kebaikannya bersedia meluangkan waktu
untuk membimbing, mengajarkan dan membagikan ilmunya kepada
penulis.
3. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi., selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama
menjalankan studi.
4. Ibu Sylvia Carolina MYM., M.Si dan Ibu MM.Nimas Eki S., M.Si.,
Psi. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan
pengetahuan baru bagi saya untuk membuat skripsi ini semakin baik.
5. Seluruh dosen pengajar di Fakultas Psikologi Sanata Dharma yang
dengan ketulusannya mendidik, mengajarkan dan membagikan ilmu

dan pengetahuannya kepada penulis.
ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6. Seluruh karyawan di Fakultas Psikologi Sanata Dharma yang telah
membantu penulis selama penulis menjalankan studi.
7. Seluruh staf perpustakan Universitas Sanata Dharma yang telah
membantu penulis selama studi dan mengerjakan penilitian.
8. Kepala sekolah dan staf pengajar di SLB Negeri 1 Bantul yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian dan bantuan serta
kerjasamanya selama proses penelitian.
9. Seluruh subjek dan keluarga yang telah berkenan dan besedia
mengikuti proses penelitian. Semoga Tuhan selalu melimpahkan
berkat dan rahmat-Nya kepada semua.

10. Keluargaku : Papa, Mama dan Mba’ Dewi yang selalu memberikan
doa, dukungan, semangat dan cinta kasihnya kepada penulis.
Terimakasih banyak atas semua yang telah diberikan.
11. Keluarga besar Siswoharjono : Bapak, Ibu, Pakdhe, Budhe, semua Om
dan Tante, semua sepupuku dan keponakanku. Terimakasih untuk
bantuan dan dukungannya kepada penulis.
12. Teman-temanku terkasih : Evy, Lala, Ika, Rani, Ginza, Realita dan
Irma yang selalu memberikan doa, bantuan, semangat dan dukungan.
Terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Suka, duka, tangis, tawa
dan canda yang sudah kita lalui tidak pernah penulis lupakan.
13. Teman satu bimbingan : Cisty, Indri dan Tata. Makasih untuk saran,
masukan, dukungan, bantuan dan semangatnya. Senang bisa menjadi
teman diskusi kalian.
x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14. Teman-teman Psikologi Sanata Dharma angkatan 2009, khususnya
kelas B dan C. Terimakasih atas kebersamaan, kerjasama dan
dinamika selama proses perkuliahan.
15. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Terimakasih atas doa dan bantuan yang telah diberikan kepada
penulis.

Akhir kata, penulis ingin menyampaikan permohonan maaf atas kesalahan
baik yang disengaja ataupun tidak disengaja selama proses pengerjaan penelitian.
Semoga Tuhan memb\erikan dan melimpahkan berkat, rahmat, dan anugrahNya
kepada kalian semua atas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Yogyakarta, 11 Juni 2014
Penulis

Vera Moktaningrum

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

ii

HALAMAN PENGESAHAN

iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN

iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

v

ABSTRAK

vi

ABSTRACT

vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

viii

KATA PENGANTAR

ix

DAFTAR ISI

xii

DAFTAR TABEL

xv

DAFTAR LAMPIRAN

xvi

BAB I PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang

1

B. Rumusan Masalah

6

C. Tujuan Penelitian

6

D. Manfaat Penelitian

6

1.

Manfaat Teoritis

6

2.

Manfaat Praktis

6

BAB II LANDASAN TEORI

7

A. Anak Berkebutuhan Khusus
xii

7

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1.

Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

7

2.

Jenis dan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus

8

3.

Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus

15

B. Penerimaan Orang Tua

16

1.

Pengertian Penerimaan Orang Tua

16

2.

Tahap Penerimaan Orang Tua

17

3.

Aspek Penerimaan Orang Tua

19

4.

Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Orang Tua

21

5.

Dampak Penerimaan Orang Tua

24

C. Penerimaan Orang Tua yang Memiliki Anak Berkebutuhan
Khusus

25

D. Pertanyaan Penelitian

27

BAB III METODE PENELITIAN

28

A. Metode Penelitian Kualitatif

28

B. Fokus Penelitian

29

C. Subjek Penelitian

29

D. Metode Pengumpulan Data

30

E. Metode Analisis Data

32

F. Uji Keabsahan Data

33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Proses Pengambilan Data

34
34

1.

Pelaksanaan

34

2.

Data Subjek

35
xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

B. Hasil Penelitian
1.

36

Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak yang Memiliki
Kebutuhan Khusus secara Fisik

2.

Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak yang Memiliki
Kebutuhan Khusus secara Sosial Emosi

3.

36

43

Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak yang Memiliki
Kebutuhan Khusus secara Akademik

C. Pembahasan

51
62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

67

A. Kesimpulan

67

B. Saran

68

DAFTAR PUSTAKA

69

LAMPIRAN

72

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Pedoman Wawancara

31

Tabel 4.1 Daftar Pelaksanaan Wawancara Langsung dengan Subjek

35

Tabel 4.2 Identitas Subjek Penelitian

36

Tabel 4.3 Gambaran Penerimaan Orang Tua

60

Tabel 4.4 Penerimaan Orang Tua Sesuai Jenis Kecacatan Anak

61

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Wawancara Orang Tua Anak Berkebutuhan Khusus

73

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

95

Lampiran 3 Surat Bukti Penelitian

98

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Kehadiran anak ditengah-tengah keluarga merupakan suatu hal
yang sangat dinantikan dan membahagiakan. Namun, kebahagiaan ini
dapat berubah menjadi hal yang kurang menyenangkan apabila anak yang
dinantikan terlahir dengan keadaan yang tidak seperti anak pada umumnya
atau memiliki kebutuhan khusus. Keadaan ini menjadikan beban berat bagi
orang tua baik secara fisik ataupun mental.
Beban orang tua pun semakin bertambah ketika mereka harus
menghadapi berbagai pandangan, dari masyarakat yang cenderung
memandang sebelah mata anak yang memiliki kebutuhan khusus. Menurut
sebuah survey yang dilakukan di negara barat terhadap 600 orang tua yang
merawat anak berkebutuhan khusus menunjukkan bahwa 70% dari mereka
merasakan bahwa penerimaan publik terhadap mereka tidak memuaskan
(Richardson, K. & Fulton, Rorie ; 2011). Keadaan ini ternyata juga terjadi
di Indonesia. Tidak sedikit masyarakat di Indonesia yang masih
memandang sebelah mata anak – anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Masyarakat menganggap bahwa memiliki anak yang berkebutuhan khusus
merupakan aib dan kutukan sehingga masyarakat bersikap menghindar,
menolak hingga bertindak tidak wajar (Widarningsih, 2011). Keadaan
seperti ini akan berdampak pada bertambahnya beban fisik dan psikologis
1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

bagi keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Akan sangat sulit
bagi orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus untuk dapat
menghadapi masyarakat (Mangunsong, 1998). Keluarga khususnya orang
tua cenderung merasa malu sehingga memiliki kecenderungan untuk
menarik diri dari kegiatan sosial (Semiun, 2006).
Masyarakat mengenal anak berkebutuhan khusus dengan istilah
anak cacat atau anak abnormal. Menurut Mangunsong (1998) anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan ratarata anak normal dalam hal ciri-ciri mental, kemampuan fisik, perilaku
sosial dan emosional. Kirk (1972) membagi anak berkebutuhan khusus ke
dalam 5 jenis yaitu Communication Disorder yang meliputi learning
disabilities dan speech disorder, Mental Deviation yang meliputi
intellectually gifted dan retardasi mental, Sensory Handicaps yang
meliputi tuna runngu dan tuna netra, Neurologic, orthopedic dan gangguan
kesehatan lainnya dan Behavior Disorder. Di Indonesia sendiri, anak
berkebutuhan khusus dikenal dengan anak tunanetra, tunarunggu,
tunadaksa, tunagrahita, tunalaras, anak berbakat intelektual, anak
berkesulitan belajar spesifik, autisme dan ADHD.
Menurut Mahabbati (2010), keluarga adalah pihak yang berperan
penting

dalam

mendukung

anak

berkebutuhuan

khusus

untuk

mendapatkan haknya agar dapat berkembang sesuai dengan potensinya.
Selain itu, keluarga juga merupakan saluran penting untuk pelayanan
anak-anak cacat. Namun, tidak mudah bagi keluarga terutama orang tua

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

untuk langsung menerima keadaan kondisi anaknya. Perasaan kaget, tidak
percaya, kecewa rasa bersalah dan penolakan pun mereka alami. Bahkan
menurut Ohlshansky (dalam Ozyurek, 2012) orang tua dengan anak
berkebutuhan khusus mengalami kesedihan kronis sepanjang hidup
mereka. Selain itu, orang tua juga memiliki tingkat stres yang tinggi
dibanding dengan orang tua yang memiliki anak normal. Orang tua pun
cenderung akan mengalami tiga krisis dalam hidupnya yaitu krisis
perubahan, krisis nilai-nilai, dan krisis realita. Apabila orang tua mampu
bertahan atau melewati kondisi tersebut, maka orang tua mencapai tahap
penerimaan (Kandel, Isack. & Merrick, Joav. ; 2007)
Penerimaan merupakan sikap positif yang mengakui, menghargai
nilai-nilai dan tindakan individual (Chaplin dalam Sri Rachmayanti dkk,
2007). Shaffer (2009) mendefiniskan penerimaan orang tua sebagai sikap
memberikan dukungan dan kasih sayang yang berupa senyuman, pujian,
kehangatan, dorongan serta sikap kritis yang membangun. Komunikasi
yang baik kepada anak dan sikap membimbing, memotivasi dan memberi
dukungan pada anak merupakan salah satu bentuk penerimaan orang tua
terhadap anaknya (Hurlock, 1995)
Orang tua yang mampu menerima anaknya adalah orang tua yang
menerima, menghargai dan menyadari atas apa yang dimiliki dan tidak
dimiliki oleh anaknya. Penerimaan diri orang tua sangat penting bagi anak
berkebutuhan khusus. Hal ini dikarenakan orang tua merupakan orang
yang selalu ada untuk memberikan dorongan dan mengajarkan segala

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

sesuatu agar anak berkebutuhan khusus ini mampu meneruskan
kelangsungan hidup dan menjadi anak yang mandiri. Sikap orang tua yang
tidak dapat menerima kenyataan bahwa anaknya mempunyai kebutuhan
khusus akan memberikan dampak buruk. Keadaan ini akan mempengaruhi
pola asuh orang tua sehingga tidak maksimal dan menghambat kemajuan
anak dalam belajar, bahkan dapat menyebabkan permasalahan lain dalam
keluarga (Mahabbati, 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Arzu Özyurek (2012) penerimaan orang tua memberi pengaruh dalam
keberhasilan anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi serta
dalam kehidupan sosialnya.
Di Indonesia sendiri pernah dilakukan penelitian mengenai
penerimaan terhadap orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus
dengan type tertentu seperti autis (Rachmayanti & Zulkaida, 2007) atau
mental retardasi (Moningsih, 2012). Dalam penelitian tersebut ditemukan
bahwa ada penerimaan orang tua terhadap anak yang mengalami autis
ataupun mental retardasi. Pada orang tua dengan anak mental retardasi,
penerimaan ditunjukkan dengan cara memberikan perasaan positif pada
anak, mendengarkan dengan pikiran yang terbuka terhadap segala
permasalahan yang terjadi dalam keluarga serta menerima semua
keterbatasan anak. Dalam penelitian tentang penerimaan anak autis
ditemukan bahwa dengan adanya penerimaan orang tua terhadap anak
maka orang tua berperan dalam terapi anak.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui tentang gambaran
penerimaan orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Namun,
dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini akan
menggunakan anak berkebutuhan khusus yang lebih beragam sekaligus
untuk melihat apakah ada perbedaan penerimaan orang tua pada anak
dengan jenis kebutuhan khusus yang berbeda. Hal ini dikarenakan adanya
salah satu pendapat yang mengatakan bahwa orang tua dengan anak yang
memiliki cacat mental akan berada dalam situasi yang sulit karena sikap
masyarakat yang cenderung lebih mudah menerima anak dengan cacat
fisik dibandingkan dengan anak yang mengalami cacat mental (Semiun,
2006 ). Selain itu, Iscak, K. & Merrick. J. (2007) yang menyatakan bahwa
penerimaan orang tua pada anak dengan cacat fisik lebih mudah
dibandingkan dengan penerimaan orang tua pada anak dengan
keterbelakangan mental karena anak dengan cacat fisik tidak banyak
mengubah fungsi dan suasana keluarga.
Dalam penelitian ini, anak berkebutuhan khusus dibagi menjadi
tiga jenis yaitu anak berkebutuhan khusus secara fisik, anak berkebutuhan
khusus secara sosial emosi dan anak berkebutuhan khusus dalam
akademik. Pengkategorian ini didasarkan pada persamaan ciri atau
karakteristik kelainan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

B.

Rumusan Masalah
Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana gambaran
penerimaan orang tua yang memiliki anak masing - masing berkebutuhan
khusus secara fisik, sosial emosi atau akademik.

C.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penerimaan
dari orang tua yang memiliki anak masing-masing berkebutuhan khusus
secara fisik, sosial emosi atau akademik

D.

Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai bagaimana penerimaan diri orang tua terhadap anak
berkebutuhan khusus, sehingga dapat memberikan sumbangan ilmiah
bagi ilmu Psikologi khususnya untuk Psikologi Klinis, Psikologi
Perkembangan Anak dan Psikologi Sosial.

2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberi manfaat bagi orang tua untuk bisa
menerima
memberikan

dan

memahami

dukungan

perkembangan anak.

kondisi

secara

anaknya

optimal

bagi

sehingga
kemajuan

dapat
dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI

A.

Anak Berkebutuhan Khusus
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang memiliki
perbedaan dengan rata-rata anak normal dalam hal ciri-ciri mental,
kemampuan fisik, perilaku sosial dan emosional (Mangunsong, 1998).
Abbey, dkk (2006) mendefinisikan anak berkebutuhan khusus sebagai
anak yang memiliki kelainan pada perkembangan fisik, perilaku
ataupun emosional sehingga membutuhkan pengawasan kesehatan,
pendidikan dan fasilitas khusus dibandingkan dengan anak-anak pada
umumnya. Menurut Rahmitha (2011) anak berkebutuhan khusus adalah
anak yang mempunyai keterlambatan pada dua atau lebih aspek
perkembangannya. Semiun (2006) mendefinisikan anak berkebutuhan
khusus sebagai anak yang memiliki perbedaan ciri khas pada
kemampuan mental, fisik, panca indera, komunikasi dan tingkah laku
sosial dengan anak-anak biasa.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan ciri khas
pada perkembangan fisik, mental, perilaku ataupun emosional dengan
anak – anak seusianya sehingga membutuhkan pelayanan atau fasilitas
khusus.
7

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

2. Jenis dan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus
Beberapa ahli mengemukakan bahwa anak berkebutuhan khusus
dapat diidentifikasi menjadi beberapa jenis yaitu :
a.

Tunarungu
Tunarungu merupakan istilah bagi anak yang mengalami
kesulitan pada kemampuan mendengar. Karakteristik anak
tunarungu diantaranya, pada segi fisik tidak menampakan adanya
kelaianan pada anak, anak memiliki kemampuan intelektual seperti
anak normal. Anak mengalami kesulitan dalam berbicara dan
perkembanga bahasa serta prestasi akademik. Dalam kemampuan
sosialnya, anak mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan
sosialnya.

b.

Tunanetra
Tunanetra merupakan istilah bagi anak yang mengalami
gangguan pada organ pelinglihatan. Karakteristik anak tunanetra
diantaranya, memiliki kemampuan intelektual, berbahasa dan
berbicara yang tidak jauh berbeda dengan anak normal. Anak
tunanetra memiliki kepekaan yang baik terhadap lingkungan karena
mengembangkan kemampuan indera yang lain seperti mendengar,
merasakan dan membau.

c.

Tunadaksa
Tunadaksa merupakan istilah untuk anak-anak yang
mengalami hambatan dalam kegiatannya karena akibat dari

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Mangunsong (1998)
membagi tuna daksa menjadi dua kategori yaitu :
1. Anak tunadaksa yang menderita cacat polio atau lainnya
sehingga mengalami ketidaknormalan dalam fungsi tulang, otototot atau kerjasama fungsi otot-otot tetapi anak-anak ini
memiliki kemampuan normal
2. Anak tunadaksa yang memiliki kecacatan sejak lahir atau
cerebal palsy sehingga mengalami cacat jasmani karena ketidak
berfungsinya tulang otot sendi dan saraf-saraf. Anak ini
memiliki tingkat intelegensi dibawah normal atau terbelakang.
Karakteristik anak tunadaksa diantara, memiliki gangguan
pada motorik kasar dan motorik halus. Keadaan sosial-emosi anak
dipengaruhi oleh respon, sikap dan penerimaan masyarakat.
d.

Tunagrahita
Tunagrahita

adalah

kondisi

dimana

anak

memiliki

kecerdasan dibawah rata-rata dan mengalami penurunan fungsi
perilaku adaptif. Dalam Somantri (2006) anak tunagrahita
diklasifikasikan menjadi :
1. Tunagrahita Ringan
Tunagrahita ringan dapat disebut moron atau debil dan
memiliki IQ diantara 69-55. Anak dengan keterbelakangan
mental ringan mampu didik meskipun harus membutuhkan
perhatihan dan guru khusus. Anak dapat melakukan ketrampilan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

tanpa mendapat pengawasan, seperti ketrampilan mengurus diri
sendiri. Pada proses penyesuaian diri, anak ini memiliki proses
penyesuaian diri yang sedikit rendah dibandingkan dengan anak
normal pada umumnya. Pada umumnya anak keterbelang mental
ringan tidak mengalami gangguan pada fisik mereka. Secara
fisik tampak seperti anak pada umunya.
2. Tunagrahita Sedang
Anak tunagrahita sedang dapat disebut imbesil. Anak
tunagrahita sedang memiliki IQ antara 54-40. Anak terbelakang
sedang dapat digolongkan sebagai anak mampu latih. Anak
dapat dilatih untuk beberapa keterampilan tertentu seperti
mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya dan
mengerjakan

pekerjaan

rumah

tangga.

Anak

dengan

keterbelakang mental sedang mengalami kesulitan dalam bidang
akademik. Dalam kehidupan sehari-hari anak ini membutuhkan
pengawasan terus-menerus.
3. Tunagrahita Berat
Anak tunagrahita berat dapat disebut idot. Anak
tunagrahita berat memiliki IQ antara 39-25. Anak tunagrahita
berat memiliki permasalahan berat menyangkut kondisi fisik,
intelegensi serta pendidikan. Anak memiliki kemampuan bicara
dan bahasa yang sangat rendah. Anak tunagrahita berat juga
memiliki penyesuaian diri yang rendah. Mereka memerlukan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

bantuan perawatan dan bantuan orang lain secara total seperti
dalam hal mengurus diri sendiri.
e.

Tunalaras atau Behavior Disorder
Tunalaras merupakan istilah untuk anak yang mengalami
gangguan emosi dan tingkah laku sehingga mengalami kesulitan
dalam menyesuaikan driri dengan baik terhadap lingkungan
(Somantri, 2006).

Pada dasarnya anak tunalaras memiliki

kemampuan intelektual yang normal. Namun, adanya kelainan
dalam perilaku sosialnya. Anak ini mengalami gangguan perilaku
seperti sulit berkonsentrasi, agresif, mudah bosan, kurang mau
bergaul, pasif, mengalami kecemasan dan hasil belajarnya
seringkali jauh dibawah rata-rata (Wardhani, dkk. 2000).
f.

Tunawicara
Tunawicara merupakan istilah anak-anak yang mengalami
gangguan berbicara dan berbahasa. Secara kognitif, anak-anak ini
memiliki rentang kemampuan kognisi yang tinggi hingga
terbelakang. Anak-anak mengalami kesulitan ketika diminta untuk
mengekspresikan hasil kemampuannya secara verbal. Secara sosial,
anak akan mengalami masalah. Anak dapat merasa terisolasi
karena orang lain tidak memahami apa yang dikatakan. Selain itu,
tingkah laku anak seringkali tidak sesuai dengan tuntutan
lingkungan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

g.

Learning Disabilities
Adalah anak-anak yang mengalami Gangguan pada salah
satu satu lebih proses-proses dasar psikologis, terkait dengan
pemahaman dan penggunaan bahasa dalam berbicara dan menulis .
Karakteristtik adalah
1. Adanya Gangguan perseptual – motorik, mengalami kesulitan
dalam koordinasi antara stimulus visual atau auditori dengan
perilaku.
2. Emosi yang tidak stabil dan menunjukkan perilaku impulsif
3. Adanya gangguan dalam memori atau berpikir, seperti kesulitan
dalam memanggil kembali materi yang telah dipelajari atau
kesulitan dalam memahami konsep abstrak
4. Spesifik learning disabilities, seperti ketidakmampuan untuk
membaca, mengingat apa yang telah dibaca, atau kemampuan
berhitung atau mengeja
5. Kesulitan

dalam

memahami

atau

mengingat

apa

yang

diucapkan, ketidakjelasan artikulasi berbicara, dan sedikitkan
kosakata yang dimiliki
h.

ADHD
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah
anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian. Anak yang
mengalami ADHD memiliki ciri utama tidak mampu memusatkan
perhatian, hiperaktif dan impulsif. Anak ADHD menampakan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

perilaku yang dapat dikelompok dalam 2 kelompok utama yaitu
kurangnya memusatkan perhatian atau deficit attention dan
hiperaktivitas-implusivitas. Terdapat tiga tipe anak ADHD yaitu
1.

Tipe Predominan Inatentif
Anak – anak yang memiliki masalah utama adalah rendahnya
konsentrasi

2.

Tipe Predominan Hiperaktif – Impulsif
Anak – anak yang masalah utamnya dikarenkan oleh perilaku
hiperaktif-impulsif

3.

Tipe Kombinasi
Anak-anak yang mengalami kedua masalah diatas

i.

Autis
Autis merupakan anak yang memiliki gangguan dalam hal
perilaku, interaksi sosial dan komunikasi. Anak yang mengalami
autis memiliki gejala pada umur dibawah 3 tahun mengalami
kesulitan bicara, tidak melakukan kontak mata dan melakukan
gerakan berulang-ulang. Anak autis mengalami gangguan kelaian
yang tampak dalam aspek komunikasi, interaksi sosial, gangguan
sensoris, pola bermain dan perilaku.

j.

Anak Berbakat Intelektual
Anak

berbakat

intelektual

adalah

anak-anak

yang

mempunyai kemampuan yang sangat baik untuk menanggani fakta,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

ide atau hubungan. Krik (1976) menyatakan bahwa karateristik
anak berbakat intelektual meliputi :
1.

Anak memiliki kemampuan belajar lebih cepat daripada anak
pada umumnya

2.

Anak memiliki kemampuan penalaran yang sangat baik
(superior) daripada anak yang lain

3.

Anak memiliki kemampuan sosial yang baik dan cenderung
lebih terkenal dikalangan anak lain.

Menurut uraian diatas maka jenis anak berkebutuhan khusus
dapat kelompokkan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Anak berkebutuhan khusus fisik yang meliputi tuna netra,
tunarunggu, tunawicara dan tunadaksa
2. Anak berkebutuhan khusus sosial emosi meliputi tunalaras, autisme
dan ADHD
3. Anak berkebutuhan khusus kognitif atau akademik yang meliputi
anak berbakat intelektual, learning disabilities, dan tunagrahita

Dalam

penelitian

ini,

orang

tua

yang

memiliki

anak

berkebutuhan khusus dengan bakat intelektual tidak dijadikan subjek
dalam penelitian. Hal ini dikarenakan anak yang memiliki bakat
intelektual memiliki kemampuan diatas rata-rata dalam segala hal
sehingga tidak memiliki hambatan dalam perkembangan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

3. Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
Wardani dkk (2002) mengatakan bahwa berdasarkan waktu
terjadinya, penyebab anak berkebutuhan khusus dibagi menjadi 3
kategori :
a.

Penyebab Sebelum Kelahiran (Prenatal)
Penyebab yang terjadi sebelum proses kelahiran. Hal ini
berarti pada saat janin masih berada dalam kandungan calon ibu
mengalami trauma, infeksi kehamilan, dan keracunan. Selain itu,
ibu yang mengandung terlalu lama lebih dari 40 minggu dapat
menyebabkan anak memiliki kebutuhan khusus. Ibu yang
melakukan pengguguran terhadap janinnya, juga menjadi penyebab
anak yang dilahirkan memiliki kebutuhan khusus.

b.

Penyebab Sewaktu Kelahiran
Penyebab ini muncul pada saat proses melahirkan. Proses
melahirkan yang dapat menyebabkan anak berkebutuhan khusus
seperti terjadinya benturan atau infeksi ketika melahirkan,
kelahiran dengan alat bantu (di-vacum) dan pemberian oksigen
yang terlampau lama bagi anak prematur.

c.

Penyebab Setelah Kelahiran (Postnatal)
Penyebab ini muncul setelah bayi dilahirkan misalnya bayi
mengalami sakit TBC atau terinfeksi virus lainnya. Selain itu,
kekurangan gizi, kecelakaan dan keracunan juga menyebabkan
anak memiliki kebutuhan khusus.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

Semiun (2006), mengatakan bahwa anak memiliki kebutuhan
khusus karena adanya 2 faktor yaitu :
a.

Faktor Biologis
Faktor ini meliputi adanya gangguan pada herediter atau genetik,
gangguan yang disebabkan oleh lingkungan prenatal, diagnosis
prenatal dan masalah-masalah pada waktu kelahiran dan sesudah
kelahiran.

b.

Faktor Psikososial
Faktor ini meliputi terbatasnya lingkungan psikososial, kebiasaankebiasaan berbahasa, gaya mengasuh anak, motivasi, pendidikan di
sekolah dan perawatan fisik atau medis yang kurang baik.

Berdasarkan

pendapat

diatas

dapat

disimpulkan

bahwa

penyebab anak memiliki kebutuhan khusus adalah adanya gangguan
genetik, gangguan pada saat kehamilan sampai setelah kelahiran, serta
adanya faktor psikososial.

B.

Penerimaan Orang Tua
1. Pengertian Penerimaan Orang Tua
Penerimaan diri merupakan sikap memberi penghargaan yang
tinggi bagi diri sendiri (Supratiknya, 1995). Penerimaan diri tidak hanya
berkaitan dengan kesediaan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

dan tindakan kepada orang lain, tetapi juga berkaitan dengan
penerimaan terhadap orang lain.
Rohner (2002) mengatakan bahwa penerimaan orang tua adalah
sikap orang tua yang mampu merasakan dan mengekspresikan cinta,
kasih sayang, perawatan, kenyamanan, dukungan, serta pengasuhan
terhadap anak-anak mereka. Selain itu, orang tua yang menerima
anaknya adalah orang tua yang mengakui keterbatasan yang dimiliki
anak dan berusaha untuk meningkatkan kemampuan tanpa memaksakan
kehendak pada anak (Isack Kandel dan Joav Merrick, 2007). Shaffer
(2009) mendefinisikan penerimaan orang tua sebagai perilaku orang tua
yang memberikan dukungan dan kasih sayang berupa senyuman,
pujian, kehangatan, dorongan serta sikap kritis yang membangun
kepada anak-anaknya.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
penerimaan orang tua merupakan sikap orang tua yang memberikan
kasih sayang, kenyamanan, kehangatan, pengasuhan, dukungan,
dorongan dan sikap kritis yang membangun kepada anak-anaknya.

2. Tahap Penerimaan Orang Tua
Hadjiyiannakaou,dkk (2007) mengatakan ada beberapa fase atau
tahapan yang dilalui oleh orang tua sebelum akhirnya orang tua mampu
menerima bahwa anak memiliki kebutuhan khusus. Tahapan tersebut
adalah :

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

a. Shock
Terkejut adalah reaksi pertama yang muncul ketika orang tua
mengetahui bahwa anak mereka memiliki anak berkebutuhan
khusus. Perasaan shock ini dapat berlangsung dari beberapa jam
hingga beberapa hari. Selain itu, perasaan terkejut ini kadang
berdampak negatif pada fisik seseorang seperti tubuh lemas, dingin,
dada sesak, mual dan hampir pingsan.
b. Denial, merasa tidak percaya
Orang tua tidak percaya dan menyangkal kenyataan yang ada dengan
berusaha mencari diagnosis lain. Pada fase ini juga memberikan
waktu bagi orang tua untuk menyesuaikan diri dengan situasi.
c. Anger
Fase

ini ditunjukkan dengan cara orang tua mencari penyebab

mengapa anaknya memikili kebutuhan khusus. Di tahap ini, orang
tua juga cenderung untuk mencari orang lain untuk disalahkan
seperti dokter, terapis, keluarga, teman-teman bahkan kepada anak
kandung.
d. Sadness
Perasaan sedih ini biasanya mengikuti kemarahan dan reaksi lainnya
seperti proses adaptasi. Reaksi sedih ini dikarenakan orang tua
berduka atas hilangnya harapan memiliki anak normal. Ataupun
berduka atas ketidakmampuan anak memenuhi harapan dan ambisi
orang tua.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

e. Detachement
Pada tahap ini, orang tua merasa kosong dan tidak ada masalah.
Orang tua kehilangan makna dalam menjalani kehidupannya.
Reorganization
f. Fase ini ditandai dengan adanya pandangan tentang kenyataan yang
dihadapi dan adanya harapan untuk masa depan bagi orang tua
ataupun anak.
g. Acceptance
Pada fase ini orang tua sepenuhnya menyadari tentang kondisi anak
dan berusaha memberikan kebutuhan bagi anak.

3. Aspek – aspek Penerimaan Orang Tua
Hurlock (1978) mengatakan bahwa penerimaan orang tua
ditandai dengan adanya kasih sayang dan perhatian yang besar pada
anak serta memperhatikan perkembangan kemampuan dan minat anak.
Penerimaan orang tua ini meliputi beberapa aspek yaitu :
a. Berpartisipasi dalam kegiatan anak
b. Memikirkan dan berusaha untuk meningkatkan perkembangan anak
c. Memenuhi kebutuhan baik secara fisik maupun psikis
d. Menjalin komunikasi secara baik dan bijak
e. Tidak membedakan dan membandingkan dengan anak lain
f. Memberikan bimbingan, semangat dan motivasi
g. Menjadi teladan bagi anak dengan cara berperilaku baik

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

h. Tidak menuntut atau memaksakan kehendak pada anak

Isack Kandel dan Joav Merrik (2007) menyebutkan ada 4
karakteristik dalam proses penerimaan orang tua :
a. Orang tua memahami apa yang menjadi kelebihan, keterampilan,
kelemahan dan keterbatasan anak sehingga orang tua tidak
memaksakan kehendaknya pada anak.
b. Orang tua memiliki pandangan realistis tentang anak ; Orang tua
tidak terbebani dengan perasaan bersalah dan mengasihani diri
sendiri
c. Orang tua mencari solusi untuk membantu perkembangan anak yang
memiliki kebutuhan khusus
d. Orang tua yang menerima anak berkebutuhan khusus sanggup dan
dapat memberikan cinta dan kasih sayang serta perlindungan yang
wajar pada anak.

Dari beberapa uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
terdapat 4 aspek dalam penerimaan diri orang tua yaitu:
a.

Pemahaman terhadap kelebihan dan kekurangan anak
Orang tua memahami apa yang menjadi kelebihan, ketrampilan,
kelemahan dan keterbatasan anak sehingga orang tua tidak
memaksakan kehendanya pada anak dan tidak membedakan atau
membandingkan dengan anak lain.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

b.

Pandangan terhadap anak
Orang tua memiliki pandangan realistis tentang anak ; Orang tua
tidak terbebani dengan perasaan bersalah dan mengasihini diri
sendiri

c.

Usaha membantu perkembangan anak
Orang tua berpikir dan berusaha mencari solusi untuk membantu
perkembangan anak yang memiliki kebutuhan khusus

d.

Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikis anak
Orang tua sanggup dan dapat memberi cinta, kasih sayang dan
perlindungan yang wajar pada anak yang meliputi memenuhi
kebutuhan fisik maupun psikis, berpartisipasi dalam kegiatan anak,
memberikan

bimbingan,

semangat

dan

motivasi,

menjalin

komunikasi secara baik dan bijak .

4. Faktor yang mempengaruhi penerimaan orang tua terhadap anak
berkebutuhan khusus
Menurut Sarasvati (dalam Moningsih, 2012) terdapat beberapa
hal yang mempengaruhi penerimaan orang tua terhadap kondisi yang
dialami anak, seperti :
a. Dukungan Keluarga Besar
Dukungan keluarga besar bagi orang tua yang memiliki anak
berkebutuhan khusus sangat penting. Hal ini dikarenakan dengan
adanya dukungan tersebut orang tua merasa tidak sendirian karena

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22

memiliki tempat bersandar sehingga orang tua menjadi lebih kuat
dalam mengahadapi kondisi yang dialami anak.
b. Status Ekonomi
Status ekonomi menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
penerimaan orang tua. Orang tua yang memiliki status ekonomi
menengah atas memiliki kesempatan untuk memberikan fasilitas
yang lebih baik untuk kesembuhan dan perkembangan anak.
c. Agama
Orang tua yang memiliki latarbelakang agama yang kuat cenderung
lebih menerima kondisi yang dialami anak. Hal ini dikarenakan
adanya keyakinan dan kepercayaan bahwa ada hikmah dibalik
cobaan yang dialami.
d. Sikap para ahli
Ahli dalam konteks ini adalah orang-orang yang memberikan
diagnosis anak seperti dokter dan psikolog. Sikap yang ditunjukkan
para ahli dapat membuat orang lain merasa dihargai, dimengerti
ataupun sebaliknya.
e. Tingkat Pendidikan
Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi cenderung
lebih cepat menerima kondisi anak dan segera berpikir dan berusaha
mencari solusi untuk membantu perkembangan anak.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23

f. Status Perkawinan
Status perkawinan juga mempengaruhi bagaimana orang tua
menerima kondisi yang dialami anak. Status perkawinan yang
harmonis memudahkan orangtua untuk saling menguatkan dalam
mengahadapi kondisi yang dialami anak.
g. Sikap Masyarakat
Sikap, pandangan dan pengetahuan masyarakat terhadap anak
berkebutuhan khusus berpengaruh terhadap sikap orang tua dalam
menerima kondisi anak. Kurangnya pengetahuan dan semakin
rendahnya pandangan masyarakat terhadap anak berkebutuhan
khusus, membuat orang tua menjadi semakin sulit menerima kondisi
anak.
h. Usia orang tua
Kedewasaan dan kematangan usia orangtua berpengaruh terhadap
sikap orang tua menerima kondisi. Orang tua yang lebih dewasa dan
matang cenderung lebih mudah untuk menerima kondisi anak karena
adanya ketenangan dalam menghadapi permasalahan yang dialami.
i. Fasilitas penunjang
Adanya fasilitas penunjang yang lengkap dan memadai memudahkan
orang tua dalam mengasuh anak berkebutuhan khusus. Fasilitas
penunjang tersebut seperti tempat konseling, tempat terapi, sekolah
untuk anak berkebutuhan khusus, dan tenaga medis.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24

5. Dampak dari Penerimaan Orang Tua
Penerimaan dan penolakan orang tua terhadap anak memberikan
pengaruh yang besar terhadap pembentukan kepribadian anak (Rohner,
2002). Anak-anak yang mengalami penerimaan akan memandang dunia
secara positif sehingga mampu bersosialisasi dengan baik, kooperatif
dan ramah. Penerimaan ini membuat anak memiliki emosil yang stabil
dan menjauhi perilaku menyimpang.
Roger (dalam Schultz, 1997) mengatakan bahwa penerimaan
tanpa syarat dengan cara memberikan cinta dan kasih sayang pada anak,
membuat anak memiliki kepribadian yang sehat. Anak menjadi lebih
menghargai

dirinya,

tidak

bertingkah

laku

defensif,

adanya

keharmonisan antara diri dan persepsinya terhadap kenyataan dan
terbuka pada semua pengalaman serta dapat mengembangkan seluruh
potensi dalam dirinya. Shaffer (2009), mengatakan bahwa dengan
adanya penerimaan dari orangtua maka akan terjalin ikatan emosional
yang baik dan aman bagi anak. Se\lain itu dengan adanya penerimaan
orangtua, anak-anak akan melakukan hal yang membuat orang tua
senang. Anak-anak juga termotivasi untuk belajar dan melakukan halhal yang menjadi keinginan dan harapan orang tua.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat dikatakan bahwa
penerimaan orang tua membawa dampak yang baik bagi perkembangan
kepribadian anak. Adanya penerimaan orang tua pada anak membuat
anak – anak berpikir positif terhadap dirinya dan dunia sehingga anak

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25

tidak merasa rendah diri, mampu menjalin hubungan antar manusia dan
mampu mengembangkan kemampuan dalam dirinya.

C. Penerimaan Orang Tua Yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus
Kehadiran anak ditengah-tengah keluarga merupakan suatu hal yang
sangat dinantikan dan membahagiakan. Namun, kebahagiaan ini dapat berubah
menjadi hal yang kurang menyenangkan apabila anak yang dinantikan terlahir
dengan keadaan yang tidak seperti anak pada umumnya atau memiliki
kebutuhan khusus. Keadaan ini menjadikan beban berat bagi orang tua baik
secara fisik ataupun mental. Beban orang tua semakin bertambah ketika harus
menghadapi pandangan masyarakat yang masih memandang sebelah mata
anak-anak yang berkebutuhan khusus.
Anak – anak berkebutuhan khusus ini memiliki ciri khas tertentu baik
secara fisik, sosial emosi maupun akademik yang membedakannya dengan
anak – anak pada umumnya. Keadaan anak yang seperti ini membuat orang tua
merasa tidak percaya, sedih, merasa bersalah, kecewa, marah dan menyangkal.
Selain itu, tindakan yang dilakukan orang tua akan berpengaruh pada
bagaimana penerimaan orang tua terhadap anak.
Tidak mudah bagi orang tua untuk langsung menerima kondisi yang
dialami anak –anak. Mereka mengalami proses yang sangat sulit hingga
akhirnya mereka sampai pada tahap menerima. Perasaan terkejut dan tidak
percaya akan kondisi anak, adanya penyangkalan bahwa mereka memiliki anak
berkebutuhan khusus, perasaan marah, kecewa dan mulai putus asa merupakan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26

proses yang mereka alami hingga pada akhirnya mereka mampu menerima
kenyataan dan kondisi yang anak mereka.
Dalam proses penerimaan terhadap anak berkebutuhan khusus,
beberapa faktor turut berpengaruh dalam munculnya penerimaan ini. Faktorfaktor tersebut meliputi dukungan keluarga dan sosial, status ekonomi, tingkat
religiusitas, tingkat pendidikan, sikap para ahli, status perkawinan, sikap
masyarakat, usia orang tua, dan fasilitas penunjang (Rachmayanti,S., dkk :
2007).
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa faktor yang cukup berpengaruh
pada penerimaan orang tua seperti status ekonomi, tingkat pendidikan, usia
orang \tua dan sikap masyarakat. Bagi orang tua yang memiliki tingkat
ekonomi tinggi, dapat ikut membantu dalam memberikan terapi dan
pengobatan bagi anak (Rachmayanti,S. dkk ; 2007). Tingkat pendidikan juga
ikut berpengaruh pada proses penerimaan orang tua. Orang tua dengan
pendidikan ya\ng tinggi akan mencari informasi tentang kondisi anak dan
mencari pengobatan terbaik bagi anak (Moningsih, 2012). Usia orang tua juga
berpengaruh dalam penerimaan terhadap kondisi anak. Orang tua yang lebih
dewasa dan matang cenderung akan lebih tenang dalam mengahadapi cobaan
sehingga lebih bisa memahami dan menerima kondisi anak (Rachmayanti,S.
dkk ; 2007). Selain itu, pandangan masyarakat juga ikut berpengaruh dalam
penerimaan orang tua terhadap kondisi yang dialami anak. Masyarakat
cenderung memandang sebelah mata anak – anak berkebutuhan khusus.
Masyarakat menganggap bahwa anak memiliki kebutuhan khusus merupakan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27

aib dan kutukan sehingga masyarakat cenderung menghindar, menolak hingga
bertindak tidak wajar (Widarningsih, 2011). Dalam hal penerimaan,
masyarakat cenderung mudah menerima anak – anak dengan cacat fisik
daripada menerima anak-anak yang keterbelakangan mental (Semiun, 2006).
Hal ini semakin membuat orang tua dengan anak dengan cacat mental semakin
sulit.

D. Pertanyaan Penelitian
Dari uraian diatas, maka timbul pertanyaan penelitian tentang
bagaimana gambaran penerimaan orang tua yang memiliki anak dari masingmasing kebutuhan khusus fisik, sosial emosi dan akademik serta mengetahui
apakah terdapat perbedaan penerimaan orang tua dengan jenis kecacatan anak
yang berbeda-beda.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Dalam

penelitian

penerimaan

orang

tua

terhadap

anak

berkebutuhan khusus ini, peneliti mengunakan metode penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
memahami fenomena yang dialami subjek secara holistik dengan cara
mendiskrispsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, dalam konteks
ilmiah serta menggunakan dan memanfaatkan metode ilmiah (Moleong,
2007).
Penelitian kualitatif ini digunakan karena metode kualitatif
diharapkan dapat memberikan suatu penjelasan yang detail dan terperinci
tentang permasalahan yang diteliti. Selain itu, pendekatan kualitatif
mempertimbangkan suatu fenomena yang memiliki arti dan makna
tertentu yang sulit diungkapkan secara kuantitatif.
Hal tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin mengetahui
secara mendalam, menggambarkan dan menganalisis penerimaan orang
tua terhadap anak yang memiliki kebutuhan khusus.

28

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29

B. Fokus Penelitian
Penerimaan orang tua merupakan sikap orang tua yang
memberikan kasih sayang, kenyamanan, kehangatan, pengasuhan,
dukungan, dan sikap kritis yang membangun kepada anak-anaknya.
Penerimaan orang tua meliputi empat aspek yaitu penerimaan pada
kelebihan dan kekurangan anak, adanya perasaan penerimaan, usaha
membantu perkembangan anak dan pemenuhan kebutuhan fisik dan psikis
anak. Data penerimaan orang tua dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
wawancara dengan orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus
baik secara fisik, mental dan akademik.

C. Subjek Penelitian
Dalam pengambilan subjek, peneliti menggunakan purposive
sampling dimana subjek penelitian tidak diambil secara acak melainkan
disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti yang
disesuaikan dengan permasalahan yang diteliti. Adapun kriteria tersebut
adalah orang tua (ayah atau ibu) dari anak yang memiliki kebutuhan
khusus baik secara fisik, mental dan akademis dan tinggal dengan anak
dalam satu rumah.
Untuk

mendapatkan

subjek

yang

sesuai

kriteria,

peneliti

berkonsultasi dengan guru dimasing-masing jurusan. Guru kemudian
memilihkan beberapa calon subjek penelitian. Setelah melakukan
pendekatan dan kesedian kepada calon subjek, peneliti kemudian

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30

mendapatkan delapan subjek penelitian. Kedelapan subjek tersebut terdiri
dari satu orang ibu yang anaknya mengalami cacat ganda, satu orang ibu
dengan anak tunadaksa, satu pasang orang tua dengan anak autis, satu
orang ibu dengan anak autis, satu orang ibu dengan anak down syndrom,
serta satu pasang orang tua dengan anak tunagrahita.

D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif tentang penerimaan orang tua terhadap
anak berkebutuhan khusus, pengumpulan datanya menggunakan metode
wawancara. Poerwandari (1998) mendefinisikan wawancara sebagai
percakapan berupa tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam penelitian ini, penggunaan wawancara dimaksudkan untuk
memperoleh informasi mengenai makna-makna subjektif yang dipahami
dan

melakukan

eksplorasi

mengenai

penerimaan

terhadap

anak

berkebutuhan khusus (Banister dalam Poerwandari, 1998).
Penelitian ini menggunakan jenis wawancara semi terstruktur
dimana dalam pengambilan datanya peneliti menggunakan seperangkat
pertanyaan baku akan tetapi tidak menutup kemungkinan jika pertanyaan
yang diajukan disesuaikan dengan kondisi dan situasi dari subjek.
Dalam \penelitian ini, peneliti membuat pedoman wawancara yang
mengacu pada definisi penerimaan orangtua, aspek penerimaan, penyebab
dan karakteristik anak berkebutuhan. Selain itu, juga digunakan prinsip

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31

dasar teori kognitif yang menyatakan bahwa pikiran berpengaruh pada
perasaan dan tindakan seseorang.
Dari acuan di atas maka peneliti kemudian menggali beberapa hal
seperti :
Tabel 3.1
Daftar Pedoman Wawancara
No

Aspek

1.

Latar Belakang

2.

Indikator Penerimaan 1 :
Orang tua memahami apa
yang menjadi kelebihan,
ketrampilan, kelemahan dan
keterbatasan anak sehingga
orang tua tidak memaksakan
kehendaknya pada anak dan
tidak membedakan atau
membandingkan
dengan
anak lain

3.

Indikator Penerimaan 2 :
Orang
tua
memiliki
pandangan realistis tentang
anak sehingga orang tua
tidak terbebani dengan
perasaan
bersalah
dan
mengasihani diri sendiri
Indikator Penerimaan 3 :
Orang tua berpikir dan
berusaha mencari solusi
untuk
membantu
perkembangan anak yang
memiliki kebutuhan khusus

4.

Pernyataan
a. Awal mula orang tua
mengetahui anak memilki
kebutuhan khusus
b. Perasaan orang tua saat itu
c. Pikiran orang tua saat itu
a. Gambaran orang tua terhadap
anak
kelebihan
dan
kekurangan yang dimiliki
anak
b. Harapan orang tua terkait
kondisi anak tersebut
c. Hal yang dilakukan orang tua
agar anak dapat memenuhi
harapan tersebut
d. Sikap orang tua terhadap
kondisi anak dibandingkan
dengan anak lain pada
umumnya
a. Per