Gaya pola asuh orang tua terhadap anak d
Gaya pola asuh orang tua terhadap anak
di negara Timur dan di negara Barat
oleh : Yulius Telaumbanua
Pengasuhan dan pembinaan anak di rumah merupakan kewajiban bagi setiap orang tua
dalam usaha membentuk kepribadian anak. Anak-anak dijaga dan dilindungi oleh orang tua
sebagai bentuk penanaman rasa kasih sayang supaya kebutuhan kasih sayang anak menjadi
terpenuhi. Usaha dalam mendidik anak harus memperhatikan peran aktif dari anak itu sendiri.
Anak harus lebih diperlakukan sebagai pribadi yang aktif perlu dirangsang (distimulus) untuk
menghadapi dan mengatasi masalah. Pembentukkan karakter anak tentu saja mempengaruhi
perkembangan anak, hal ini didukung oleh sikap orang tua dalam mengasuh anak. Pola asuh
menurut (Wahyuning, Jash, & Rachmadiana, 2003) pada dasarnya dapat diartikan sebagai
seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Menurut (Atmosiswoyo &
Subyakto, 2003) pola asuh adalah pola pengasuhan anak yang berlaku dalam keluarga, yaitu
bagaimana keluarga membentuk perilaku generasi berikut sesuai dengan norma dan nilai yang
baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat. Pola asuh dari penjabaran diatas dapat
disimpulkan sebagai bagian dari tanggung jawab orang tua dalam mengasuh dan mendidik
anaknya menjadi pribadi yang memiliki kepribadian sesuai norma yang berlaku.
Sikap atau gaya mendidik orang tua secara umum yang mempengaruhi tumbuh-kembang
anak terbagi menjadi tiga, yaitu sikap otoriter, sikap liberal, dan sikap demokrasi. Karakteristik
sikap orang tua otoriter lebih cenderung menentukan segala sesuatu. Karakteristik anak dengan
orang tua bersikap liberal adalah egois, tidak disiplin, dan sulit diperintah. Orang tua dengan
gaya mendidik sikap demokrasi lebih memperlakukan anak sesuai tingkat-tingkat perkembangan
dan keinginan anak. (Suherman, 2000). Karakteristik tersebut dapat dimiliki oleh orang tua
diseluruh belahan bumi, namun terdapat penggolongan yang cukup signifikan antara negara
bagian Timur dengan Barat.
Masyarakat sering sekali berpendapat bahwa pendidikan barat adalah pendidikan yang
lebih baik. Pendapat ini menjadikan pendidikan di Barat sebagai kiblat pendidikan. Banyak
orang tua yang berlomba menyekolahkan anaknya ke sekolah dengan model dan kurikulum
sekolah dari barat, bahkan sampai menyekolahkan anaknya ke negara Barat. Orang tua
sebenarnya belum cukup menyadari bahwa pendidikan orang tua dan sekolah di Timur memiliki
keunikan tersendiri. Pendidikan manapun yang diberikan oleh orang tua adalah pendidikan yang
bertujuan untuk membangun karakter anak dengan nilai-nilai yang universal.
Gaya pola asuh orang tua di negara-negara Barat dikenal dengan pemberian kebebasan
kepada anaknya. Hal ini dilakukan supaya anak dapat hidup mandiri dan tumbuh sesuai dengan
pilihan hidupnya. Orang tua di negara-negara Timur memiliki perbedaan pola asuh dengan orang
tua di negara-negara Barat. Orang tua di Timur lebih memilih untuk selalu menemani anaknya
dalam setiap aktivitasnya, alasannya adalah supaya aktivitas yang dilakukan oleh anak dapat
dikontrol oleh anak. Anak yang berjalan kearah yang salah akan segera diingatkan dan diarahkan
kembali oleh orang tua.
Penelitian yang dilakukan oleh Alyssa Fu dan Hazel Markus
sebagai peneliti dari
Universitas Standford menuliskan bahwa pola asuh orang tua di Timur dan di barat adalah pola
asuh yang dapat digunakan kedua-duanya karena dapat dibuktikan bahwa keduanya efektif untuk
mendidik dan mengembangkan potensi anak. Motivasi di Barat dipahami sebagai sebuah
pendorong yang dapat tumbuh dengan sendirinya dalam diri anak saat berada dalam keluarga.
Motivasi di Timur itu diterima dari didikan orang tuanya. Alyssa Fu dan Hazel Markus dalam
kajiannya tersebut mengibaratkan orang tua di Barat memberikan sayap kepada anaknya supaya
dapat terbang dengan caranya sendiri, orang tua di Timur menyediakan angin yang tenang di
bawah sayap anaknya supaya anaknya tidak jatuh dan orang tua selalu menemaninya. Fu dan
Markus menemukan sesuatu yang menarik, yaitu bahwa dalam keluarga di Timur, anak-anak
belajar tentang nilai-nilai dari saling ketergantungan, terutama antara orang tua dengan anaknya.
Nilai-nilai Di Barat justru menekankan kemandirian anak, terutama dari ibunya. Keduanya
mengutamakan pada pengembangan diri anak dan cara mereka memahami diri mereka sendiri.
Orang tua di Timur maupun orang tua di Barat memiliki tujuan yang sama, yaitu
memberikan yang terbaik kepada anaknya. Orang tua di Barat dan di Timur mendidik anak
dengan cara mereka masing-masing. Artikel “why Chinese mothers are superior ” yang ditulis
oleh Amy Chua, menyampaikan bahwa orang tua Cina tidak selalu diartikan harus orang Cina itu
sendiri tetapi hal ini adalah sebuah panggilan bagi orang tua yang sangat tegas dan dengan cara
yang tidak biasa dalam mendidik anak mereka. Orang tua Cina sangat memperhatikan perilaku
dan pendidikan anaknya, pada akhirnya mereka menyediakan waktu yang lebih banyak dalam
mendidik anak mereka dibanding orang tua di Barat. Seorang pakar pendidikan di Jakarta, Itje
Chodidjah, berpendapat bahwa orang tua di Barat mendidik anaknya dengan lebih demokratis.
Hal ini berarti anak diberikan ruang untuk dapat mengekspresikan dirinya, menentukan pilihan
dan mengambil keputusannya sendiri. Peran orang tua di Barat tidak dominan, karena orang tua
hanya memfasilitasi anak dan anak yang bebas untuk mencari sendiri jalan keluar yang
dihadapinya dan membangun pengetahuannya sendiri.
Sejauh pengamatan Itje, orang tua di Timur acap kali merasa bahwa gaya mendidik anak
di Barat lebih maju ketimbang di Timur. Hal ini terutama didasari oleh pendekatan orang tua
terhadap teknologi dan kemampuan nalar riset ketika mendidik anaknya. Padahal orang tua di
Barat melihat banyak kelebihan dari gaya mendidik di Timur. Terutama dalam penghargaan
terhadap peradaban, sikap saling menghormati, dan budaya yang menjadi kearifan lokal.
Itje menyimpulkan bahwa gaya mendidik anak di Timur lebih variatif dalam kehidupan
sehari-hari. Variasi atau keberagaman yang dimaksudkan oleh Itje dapat dilihat dari
momen-momen penting yang dirayakan di Timur, misalnya upacara atau ritual saat melahirkan
anak hingga budaya dalam merawat anak. Hal-hal ini tidak menjadi perhatian Di Barat, dunia
Barat lebih berorientasi pada daya nalar yang dikembangkan melalui berbagai aspek pendidikan.
Orang tua di Barat menekankan gaya mendidik yang demokratis. Orang tua memberikan
kebebasan kepada anak dan mengharapkannya untuk dapat mandiri. Sejak kecil anak sudah
dibiasakan untuk makan sendiri dan memilih kursinya sendiri, tidak hanya itu tetapi juga
diajarkan untuk tepat waktu. Pendidikan yang diterima anak di kelas adalah hasil pengembangan
dari apa yang telah diajarkan dari rumah, disini dapat dilihat adanya koordinasi dan kerjasama
antara orang tua dengan sekolah untuk mendukung pengembangan anak. Orang tua di Timur
lebih menunjukkan kasih sayang kepada anak dengan menemaninya disetiap aktivitas yang
dilakukan oleh anak dan menaruh perhatian yang lebih pada peningkatan kemampuan anak sejak
dini dengan harapan anak dapat memiliki pengetahuan yang luas dan mampu menguasai
berbagai bidang.
Pada akhirnya setiap gaya dari pola asuh yang digunakan oleh orang tua adalah gaya pola
asuh yang sesuai dengan kepribadian dan nilai-nilai yang diyakini oleh orang tua itu sendiri.
Kepribadian
orang
tua
tentunya
dibentuk
oleh
orang
tuanya
dan
lingkungannya.
Nilai-nilai yang diyakini oleh orang tua juga dipengaruhi pengetahuan yang diberikan atau
didapat, baik saat berada di dalam asuhan maupun saat sudah dewasa. Faktor-faktor yang
mempengaruhi inilah yang turut membentuk pola pikir orang tua dan sudut pandangnya dalam
mengasuh anak. Hal yang terpenting adalah tujuan utama dari orang tua dalam mendidik
anaknya bertujuan untuk memiliki anak dengan prestasi akademik yang baik dan memiliki
keahlian dalam bersosialisasi atau keahlian dalam bidang tertentu lainnya. Semuanya kembali
kepada titik posisi orang tua bepijak atas pembentukkan keluarga dan memiliki anak.
Daftar Pustaka
Atmosiswoyo, S., & Subyakto, H. (2003). Anak unggul berotak prima. (Hardywinoto, & T. Setiabudhi,
Eds.) Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Chua, A. (2011, January). Why Chinese mothers are superior. The Wall Street Jurnal.
Parker, C. B. (2014, may 20). 'Tiger moms' vs. western-style mothers? Stanford news.
Suherman. (2000). Buku saku perkembangan anak. (M. Ester, Ed.) Jakarta: EGC.
Wahyuning, W., Jash, & Rachmadiana, M. (2003). Mengkomunikasikan moral kepada anak. Jakarta:
Gramedia.
Woolfson, R. C. (2005). Kenapa anakku begitu? (S. Hutauruk, M. H. Eddy, M. Rachmawati, Eds., & A.
Purnamasari, Trans.) Indonesia: Erlangga.
di negara Timur dan di negara Barat
oleh : Yulius Telaumbanua
Pengasuhan dan pembinaan anak di rumah merupakan kewajiban bagi setiap orang tua
dalam usaha membentuk kepribadian anak. Anak-anak dijaga dan dilindungi oleh orang tua
sebagai bentuk penanaman rasa kasih sayang supaya kebutuhan kasih sayang anak menjadi
terpenuhi. Usaha dalam mendidik anak harus memperhatikan peran aktif dari anak itu sendiri.
Anak harus lebih diperlakukan sebagai pribadi yang aktif perlu dirangsang (distimulus) untuk
menghadapi dan mengatasi masalah. Pembentukkan karakter anak tentu saja mempengaruhi
perkembangan anak, hal ini didukung oleh sikap orang tua dalam mengasuh anak. Pola asuh
menurut (Wahyuning, Jash, & Rachmadiana, 2003) pada dasarnya dapat diartikan sebagai
seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Menurut (Atmosiswoyo &
Subyakto, 2003) pola asuh adalah pola pengasuhan anak yang berlaku dalam keluarga, yaitu
bagaimana keluarga membentuk perilaku generasi berikut sesuai dengan norma dan nilai yang
baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat. Pola asuh dari penjabaran diatas dapat
disimpulkan sebagai bagian dari tanggung jawab orang tua dalam mengasuh dan mendidik
anaknya menjadi pribadi yang memiliki kepribadian sesuai norma yang berlaku.
Sikap atau gaya mendidik orang tua secara umum yang mempengaruhi tumbuh-kembang
anak terbagi menjadi tiga, yaitu sikap otoriter, sikap liberal, dan sikap demokrasi. Karakteristik
sikap orang tua otoriter lebih cenderung menentukan segala sesuatu. Karakteristik anak dengan
orang tua bersikap liberal adalah egois, tidak disiplin, dan sulit diperintah. Orang tua dengan
gaya mendidik sikap demokrasi lebih memperlakukan anak sesuai tingkat-tingkat perkembangan
dan keinginan anak. (Suherman, 2000). Karakteristik tersebut dapat dimiliki oleh orang tua
diseluruh belahan bumi, namun terdapat penggolongan yang cukup signifikan antara negara
bagian Timur dengan Barat.
Masyarakat sering sekali berpendapat bahwa pendidikan barat adalah pendidikan yang
lebih baik. Pendapat ini menjadikan pendidikan di Barat sebagai kiblat pendidikan. Banyak
orang tua yang berlomba menyekolahkan anaknya ke sekolah dengan model dan kurikulum
sekolah dari barat, bahkan sampai menyekolahkan anaknya ke negara Barat. Orang tua
sebenarnya belum cukup menyadari bahwa pendidikan orang tua dan sekolah di Timur memiliki
keunikan tersendiri. Pendidikan manapun yang diberikan oleh orang tua adalah pendidikan yang
bertujuan untuk membangun karakter anak dengan nilai-nilai yang universal.
Gaya pola asuh orang tua di negara-negara Barat dikenal dengan pemberian kebebasan
kepada anaknya. Hal ini dilakukan supaya anak dapat hidup mandiri dan tumbuh sesuai dengan
pilihan hidupnya. Orang tua di negara-negara Timur memiliki perbedaan pola asuh dengan orang
tua di negara-negara Barat. Orang tua di Timur lebih memilih untuk selalu menemani anaknya
dalam setiap aktivitasnya, alasannya adalah supaya aktivitas yang dilakukan oleh anak dapat
dikontrol oleh anak. Anak yang berjalan kearah yang salah akan segera diingatkan dan diarahkan
kembali oleh orang tua.
Penelitian yang dilakukan oleh Alyssa Fu dan Hazel Markus
sebagai peneliti dari
Universitas Standford menuliskan bahwa pola asuh orang tua di Timur dan di barat adalah pola
asuh yang dapat digunakan kedua-duanya karena dapat dibuktikan bahwa keduanya efektif untuk
mendidik dan mengembangkan potensi anak. Motivasi di Barat dipahami sebagai sebuah
pendorong yang dapat tumbuh dengan sendirinya dalam diri anak saat berada dalam keluarga.
Motivasi di Timur itu diterima dari didikan orang tuanya. Alyssa Fu dan Hazel Markus dalam
kajiannya tersebut mengibaratkan orang tua di Barat memberikan sayap kepada anaknya supaya
dapat terbang dengan caranya sendiri, orang tua di Timur menyediakan angin yang tenang di
bawah sayap anaknya supaya anaknya tidak jatuh dan orang tua selalu menemaninya. Fu dan
Markus menemukan sesuatu yang menarik, yaitu bahwa dalam keluarga di Timur, anak-anak
belajar tentang nilai-nilai dari saling ketergantungan, terutama antara orang tua dengan anaknya.
Nilai-nilai Di Barat justru menekankan kemandirian anak, terutama dari ibunya. Keduanya
mengutamakan pada pengembangan diri anak dan cara mereka memahami diri mereka sendiri.
Orang tua di Timur maupun orang tua di Barat memiliki tujuan yang sama, yaitu
memberikan yang terbaik kepada anaknya. Orang tua di Barat dan di Timur mendidik anak
dengan cara mereka masing-masing. Artikel “why Chinese mothers are superior ” yang ditulis
oleh Amy Chua, menyampaikan bahwa orang tua Cina tidak selalu diartikan harus orang Cina itu
sendiri tetapi hal ini adalah sebuah panggilan bagi orang tua yang sangat tegas dan dengan cara
yang tidak biasa dalam mendidik anak mereka. Orang tua Cina sangat memperhatikan perilaku
dan pendidikan anaknya, pada akhirnya mereka menyediakan waktu yang lebih banyak dalam
mendidik anak mereka dibanding orang tua di Barat. Seorang pakar pendidikan di Jakarta, Itje
Chodidjah, berpendapat bahwa orang tua di Barat mendidik anaknya dengan lebih demokratis.
Hal ini berarti anak diberikan ruang untuk dapat mengekspresikan dirinya, menentukan pilihan
dan mengambil keputusannya sendiri. Peran orang tua di Barat tidak dominan, karena orang tua
hanya memfasilitasi anak dan anak yang bebas untuk mencari sendiri jalan keluar yang
dihadapinya dan membangun pengetahuannya sendiri.
Sejauh pengamatan Itje, orang tua di Timur acap kali merasa bahwa gaya mendidik anak
di Barat lebih maju ketimbang di Timur. Hal ini terutama didasari oleh pendekatan orang tua
terhadap teknologi dan kemampuan nalar riset ketika mendidik anaknya. Padahal orang tua di
Barat melihat banyak kelebihan dari gaya mendidik di Timur. Terutama dalam penghargaan
terhadap peradaban, sikap saling menghormati, dan budaya yang menjadi kearifan lokal.
Itje menyimpulkan bahwa gaya mendidik anak di Timur lebih variatif dalam kehidupan
sehari-hari. Variasi atau keberagaman yang dimaksudkan oleh Itje dapat dilihat dari
momen-momen penting yang dirayakan di Timur, misalnya upacara atau ritual saat melahirkan
anak hingga budaya dalam merawat anak. Hal-hal ini tidak menjadi perhatian Di Barat, dunia
Barat lebih berorientasi pada daya nalar yang dikembangkan melalui berbagai aspek pendidikan.
Orang tua di Barat menekankan gaya mendidik yang demokratis. Orang tua memberikan
kebebasan kepada anak dan mengharapkannya untuk dapat mandiri. Sejak kecil anak sudah
dibiasakan untuk makan sendiri dan memilih kursinya sendiri, tidak hanya itu tetapi juga
diajarkan untuk tepat waktu. Pendidikan yang diterima anak di kelas adalah hasil pengembangan
dari apa yang telah diajarkan dari rumah, disini dapat dilihat adanya koordinasi dan kerjasama
antara orang tua dengan sekolah untuk mendukung pengembangan anak. Orang tua di Timur
lebih menunjukkan kasih sayang kepada anak dengan menemaninya disetiap aktivitas yang
dilakukan oleh anak dan menaruh perhatian yang lebih pada peningkatan kemampuan anak sejak
dini dengan harapan anak dapat memiliki pengetahuan yang luas dan mampu menguasai
berbagai bidang.
Pada akhirnya setiap gaya dari pola asuh yang digunakan oleh orang tua adalah gaya pola
asuh yang sesuai dengan kepribadian dan nilai-nilai yang diyakini oleh orang tua itu sendiri.
Kepribadian
orang
tua
tentunya
dibentuk
oleh
orang
tuanya
dan
lingkungannya.
Nilai-nilai yang diyakini oleh orang tua juga dipengaruhi pengetahuan yang diberikan atau
didapat, baik saat berada di dalam asuhan maupun saat sudah dewasa. Faktor-faktor yang
mempengaruhi inilah yang turut membentuk pola pikir orang tua dan sudut pandangnya dalam
mengasuh anak. Hal yang terpenting adalah tujuan utama dari orang tua dalam mendidik
anaknya bertujuan untuk memiliki anak dengan prestasi akademik yang baik dan memiliki
keahlian dalam bersosialisasi atau keahlian dalam bidang tertentu lainnya. Semuanya kembali
kepada titik posisi orang tua bepijak atas pembentukkan keluarga dan memiliki anak.
Daftar Pustaka
Atmosiswoyo, S., & Subyakto, H. (2003). Anak unggul berotak prima. (Hardywinoto, & T. Setiabudhi,
Eds.) Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Chua, A. (2011, January). Why Chinese mothers are superior. The Wall Street Jurnal.
Parker, C. B. (2014, may 20). 'Tiger moms' vs. western-style mothers? Stanford news.
Suherman. (2000). Buku saku perkembangan anak. (M. Ester, Ed.) Jakarta: EGC.
Wahyuning, W., Jash, & Rachmadiana, M. (2003). Mengkomunikasikan moral kepada anak. Jakarta:
Gramedia.
Woolfson, R. C. (2005). Kenapa anakku begitu? (S. Hutauruk, M. H. Eddy, M. Rachmawati, Eds., & A.
Purnamasari, Trans.) Indonesia: Erlangga.