Harga Komoditas Naik, Penerimaan PNBP Semakin Baik
Edisi Juni 2018
APBN KITA
KINERJA DAN FAKTA
1
Harga Komoditas Naik,
Penerimaan PNBP Semakin Baik
2
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
“Perhitungan DAU yaitu transfer yang diberikan oleh
pemerintah kepada daerah, formulasinya itu sudah
memasukkan perhitungan THR dan gaji ke-13,”
Menkeu di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta,
Senin (4/6).
3
Infografis
Rp
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
%
4
Realisasi Pendapatan Negara
Realisasi Belanja Negara
Realisasi penerimaan pendapatan negara
dan hibah jelang memasuki tengah tahun
2018 atau tepatnya sampai dengan akhir
Mei 2018 telah mencapai Rp685,06 triliun.
Pencapaian tersebut telah memenuhi 36,16
persen dari target penerimaan pendapatan
negara dan hibah yang ditetapkan pada
APBN 2018.
Realisasi Belanja Negara sampai dengan
akhir Mei 2018 sebesar Rp779,51 triliun,
mencapai sebesar 35,1 persen dari alokasi
dalam APBN 2018, atau meningkat 7,85
persen dari periode yang sama tahun 2017.
Realisasi Belanja Negara tersebut meliputi
Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp458,0
triliun dan Transfer ke Daerah dan Dana
Desa sebesar Rp321,51 triliun.
Perkembangan Penerimaan Pajak
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak
Perkembangan penerimaan perpajakan
secara lebih rinci hingga akhir Mei 2018,
yaitu sebesar Rp484,50 triliun berasal dari
penerimaan pajak dan Rp54,16 triliun
merupakan penerimaan yang berasal dari
kepabeanan dan cukai. Berdasarkan target
penerimaan pada APBN 2018, penerimaan
pajak dan kepabeanan dan cukai telah
terealisasi masing-masing sebesar 34,02
persen dan 27,91 persen.
Realisasi PNBP sampai dengan 31 Mei 2018
mencapai Rp144,99 trilliun atau mencapai
52,65 persen dari target APBN 2018 sebesar
Rp275,43 trilliun. Capaian Realisasi PNBP
ini mengalami pertumbuhan sebesar 17,36
persen dibandingkan dengan periode yang
sama pada tahun 2017.
Perkembangan Penerimaan Pajak
Realisasi Transfer ke Daerah dan
Dana Desa (TKDD)
Penerimaan PPh non migas sampai dengan
akhir Mei 2018 tumbuh 14,25 persen secara
yoy. Tanpa memperhitungkan penerimaan
dari Tax Amnesty, PPh non migas tumbuh
mencapai 20,25 persen (yoy). Pertumbuhan
penerimaan PPh non migas masih didominasi oleh penerimaan PPh 22 Impor, PPh
pasal 25/29 Badan, dan PPh pasal 25/29
OP. Ketiga komponen PPh non migas
tersebut masing-masing tumbuh mencapai
30,27 persen (yoy), 26,97 persen (yoy), dan
20,51 persen (yoy).
Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana
Desa (TKDD) sampai dengan Mei 2018 telah
mencapai Rp321,51 triliun atau 41,96 persen
dari pagu dalam APBN 2018 yang meliputi
Transfer ke Daerah (TKD) Rp300,85 triliun
dan Dana Desa Rp20,66 triliun. Realisasi
TKD tersebut terdiri atas Dana Perimbangan Rp289,78 triliun (42,83 persen), Dana
Insentif Daerah (DID) Rp4,25 triliun (50,00
persen), serta Dana Otonomi Khusus dan
Dana Keistimewaan DIY Rp6,82 triliun
(32,37 persen).
Realisasi Bea dan Cukai
Keseimbangan Umum Nasional
Penerimaan kepabeanan dan cukai hingga
akhir Mei 2018 capaian realisasinya masih
didukung oleh pertumbuhan positif
penerimaan cukai yang tumbuh 16,85 persen
(yoy), bea masuk tumbuh 14,10 persen (yoy),
dan bea keluar mampu tumbuh cukup tinggi
hingga mencapai 84,60 persen (yoy).
Keseimbangan Umum pada periode
berjalan diakhir bulan Mei tahun 2018
adalah defisit sebesar Rp94,45 triliun atau
0,64 persen terhadap PDB, sedangkan
Keseimbangan Primer pada periode
berjalan masih positif yaitu sebesar
Rp18,03 triliun.
ringkasan
eksekutif
R
ealisasi penerimaan
sebesar Rp484,50 triliun berasal
pendapatan negara dan
dari penerimaan pajak dan Rp54,16
hibah jelang memasuki
triliun merupakan penerimaan
tengah tahun 2018 atau
yang berasal dari kepabeanan
tepatnya sampai dengan akhir
dan cukai. Berdasarkan target
Mei 2018 telah mencapai Rp685,06
penerimaan pada APBN 2018,
triliun. Pencapaian tersebut telah
penerimaan pajak dan kepabeanan
memenuhi 36,16 persen dari target
dan cukai telah terealisasi masing-
penerimaan pendapatan negara dan
masing sebesar 34,02 persen dan
hibah yang ditetapkan pada APBN
27,91 persen. Hingga akhir Mei 2018,
2018. Sementara itu, sampai dengan
realisasi penerimaan pajak telah
akhir Mei 2018 realisasi penerimaan
tumbuh sebesar 14,13 persen secara
perpajakan telah terkumpul sebesar
yoy, kinerja penerimaan pajak masih
Rp538,66 triliun, PNBP sebesar
didukung oleh pertumbuhan positif
Rp144,99 triliun, dan hibah sebesar
PPh non migas, PPh migas, dan PPN,
Rp1,41 triliun atau masing-masing
yang terus melanjutkan tren positif
telah mencapai 33,29 persen, 52,64
pertumbuhan sejak Triwulan I 2018.
persen, dan 117,79 persen dari
Sementara itu, realisasi penerimaan
target yang ditetapkan pada APBN
kepabeanan dan cukai hingga akhir
2018. Secara year-on-year (yoy)
Mei 2018 masih terus tumbuh
pertumbuhan realisasi penerimaan
mencapai 18,26 persen secara yoy,
Perpajakan dan PNBP hingga akhir
yang juga masih terus didukung oleh
Mei 2018 berturut-turut adalah 14,53
tren pertumbuhan positif kinerja
persen dan 17,38 persen.
penerimaan pada semua komponen
penerimaan kepabeanan dan cukai
Perkembangan penerimaan
seperti bea masuk, bea keluar, dan
perpajakan secara lebih rinci
cukai.
hingga akhir Mei 2018, yaitu
5
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
6
Penerimaan PPh non migas sampai
hingga akhir Mei 2018 capaian
dengan akhir Mei 2018 tumbuh
realisasinya masih didukung oleh
14,25 persen secara yoy. Tanpa
pertumbuhan positif penerimaan
memperhitungkan penerimaan
cukai yang tumbuh 16,85 persen
dari Tax Amnesty, PPh non migas
(yoy), bea masuk tumbuh 14,10
tumbuh mencapai 20,25 persen
persen (yoy), dan bea keluar
(yoy). Pertumbuhan penerimaan
mampu tumbuh cukup tinggi
PPh non migas masih didominasi
hingga mencapai 84,60 persen
oleh penerimaan PPh 22 Impor,
(yoy). Pertumbuhan penerimaan
PPh pasal 25/29 Badan, dan PPh
kepabeanan dan cukai hingga akhir
pasal 25/29 OP. Ketiga komponen
Mei 2018 yang mencapai double
PPh non migas tersebut masing-
digit merupakan pertumbuhan
masing tumbuh mencapai 30,27
positif yang tertinggi dalam tiga
persen (yoy), 26,97 persen (yoy),
tahun terakhir. Hal tersebut
dan 20,51 persen (yoy). Penerimaan
mengindikasikan peningkatan
PPh migas hingga akhir Mei 2018
konsumsi dalam negeri, serta
mampu tumbuh positif yaitu sebesar
juga dipengaruhi oleh permintaan
3,00 persen secara yoy dan telah
dari luar negeri akibat aktivitas
mencapai 66,62 persen terhadap
perekonomian dunia yang semakin
target yang ditetapkan pada APBN
membaik, utamanya dari mitra
2018. Pertumbuhan penerimaan PPh
dagang Indonesia. Secara lebih
migas ditopang oleh kenaikan ICP.
rinci, penerimaan cukai hasil
Sementara itu, untuk penerimaan
tembakau (CHT) masih mendominasi
PPN dan PPnBM hingga akhir Mei
pertumbuhan penerimaan
2018, tumbuh mencapai 16,00
kepabeanan dan cukai hingga akhir
persen secara yoy didorong oleh
Mei 2018, dengan pertumbuhan 17,41
pertumbuhan konsumsi dalam
persen secara yoy. Faktor utama
negeri dan kinerja impor. Di sisi
yang masih menjadi pendorong
lain, penerimaan PPnBM Dalam
kinerja penerimaan cukai adalah
Negeri (DN) hingga akhir Mei 2018
efek peningkatan pelunasan pita
tumbuh negatif 14,90 persen ( yoy),
cukai oleh produsen rokok golongan
sebagai akibat tagihan restitusi yang
I dan II, serta efek kenaikan tarif
cukup signifikan.
tertimbang normatif pada tahun
2018. Sementara untuk penerimaan
Penerimaan kepabeanan dan cukai
Bea Masuk (BM) hingga akhir Mei
lebih dipengaruhi oleh meningkatnya
sama tahun sebelumnya. Kenaikan
devisa impor sebesar 23,07 persen
penerimaan SDA Migas tersebut
(yoy), sebagai efek Hari Raya Idul Fitri
terutama disebabkan adanya tren
yang akan berlangsung pada bulan
peningkatan harga ICP. Pada bulan
Juni 2018, sehingga meningkatkan
Mei 2018, harga ICP tercatat sebesar
permintaan barang atas konsumsi
US$72,46/barel. Sementara itu,
di dalam negeri. Di samping itu,
realisasi penerimaan SDA Non Migas
penerimaan Bea Keluar (BK) hingga
mencapai Rp14,25 triliun atau 61,06
akhir Mei 2018 menunjukkan kinerja
persen terhadap APBN 2018 atau
yang dikontribusikan oleh aktivitas
mampu tumbuh sebesar 25,59
ekspor komoditas nikel dan ekspor
persen dibandingkan bulan yang
komoditas kulit kayu dan kulit.
sama pada tahun 2017. Peningkatan
Selain itu, aktivitas ekspor minerba
kenaikan rata-rata harga batubara
meningkat dan tumbuh mencapai
acuan (HBA) pada periode Januari–
156,29 persen sebagai akibat
Mei 2018 yang mencapai US$96,47
meningkatnya permintaan pasokan
per ton, lebih tinggi dibandingkan
oleh negara mitra dagang Indonesia.
HBA periode Januari–Mei 2017
sebesar US$83,55 per ton merupakan
Realisasi PNBP sampai dengan
salah satu faktor utama peningkatan
31 Mei 2018 mencapai Rp144,99
realisasi penerimaan SDA Non
trilliun atau mencapai 52,65 persen
Migas tersebut. Penerimaan dari
dari target APBN 2018 sebesar
kekayaan negara yang dipisahkan
Rp275,43 trilliun. Capaian Realisasi
sampai dengan Mei 2018 mencapai
PNBP ini mengalami pertumbuhan
Rp22,80 triliun atau 51,01 persen
sebesar 17,36 persen dibandingkan
dari target APBN 2018. Pada
dengan periode yang sama pada
periode yang sama, PNBP Lainnya
tahun 2017. Peningkatan ini
telah mencapai 48,60 persen dari
terutama disebabkan meningkatnya
target APBN 2018. Sementara itu,
penerimaan Sumber Daya Alam
pendapatan BLU mencapai sebesar
karena masih berlanjutnya kenaikan
Rp16,65 triliun, atau 38,44 persen
harga komoditas minyak bumi dan
dari target APBN 2018 atau tumbuh
batu bara sepanjang periode Januari-
sebesar 22,38 persen dibandingkan
Mei 2018. Realisasi penerimaan
bulan yang sama tahun sebelumnya.
SDA Migas tumbuh sebesar 43,63
Sumber pendapatan utama BLU
persen dibandingkan periode yang
antara lain berasal dari pendapatan
7
penyediaan barang dan jasa kepada
persen dan Belanja Modal mencapai
masyarakat antara lain pendapatan
Rp30,86 triliun atau 15,1 persen dari
jasa pelayanan rumah sakit dan
pagunya pada APBN 2018. Sementara
pendidikan, pengelolaan dana
itu realisasi Subsidi adalah sebesar
khusus untuk masyarakat terutama
Rp60,97 triliun atau sebesar 39,0
pendapatan dana perkebunan kelapa
persen dan Belanja Bantuan Sosial
sawit, dan pendapatan jasa layanan
yang sudah mencapai Rp39,25
perbankan BLU.
triliun atau sekitar 48,3 persen dari
pagunya pada APBN tahun 2018.
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
Realisasi Belanja Negara sampai
8
dengan akhir Mei 2018 sebesar
Realisasi Transfer ke Daerah dan
Rp779,51 triliun, mencapai sebesar
Dana Desa (TKDD) sampai dengan
35,10 persen dari alokasi dalam
Mei 2018 telah mencapai Rp321,51
APBN 2018, atau meningkat 7,85
triliun atau 41,96 persen dari pagu
persen dari periode yang sama
dalam APBN 2018 yang meliputi
tahun 2017. Realisasi Belanja
Transfer ke Daerah (TKD) Rp300,85
Negara tersebut meliputi Belanja
triliun dan Dana Desa Rp20,66
Pemerintah Pusat sebesar
triliun. Realisasi TKD tersebut terdiri
Rp458,00 triliun dan Transfer ke
atas Dana Perimbangan Rp289,78
Daerah dan Dana Desa sebesar
triliun (42,83 persen), Dana Insentif
Rp321,51 triliun. Pemerintah terus
Daerah (DID) Rp4,25 triliun (50,00
mendorong upaya perbaikan pola
persen), serta Dana Otonomi Khusus
dan kinerja penyerapan anggaran
dan Dana Keistimewaan DIY Rp6,82
agar pelaksanaan APBN dapat
triliun (32,38 persen). Realisasi
memberikan manfaat yang optimal
TKD sampai dengan Mei 2018 lebih
bagi masyarakat. Hal ini tercermin
rendah Rp5,7 triliun (1,86 persen)
antara lain berdasarkan realisasi
dibandingkan realisasi TKD pada
Belanja Barang, Belanja Modal,
periode yang sama tahun 2017. Lebih
Subsidi, dan Belanja Bantuan
rendahnya realisasi TKD sampai
Sosial hingga bulan Mei 2018 yang
dengan Mei 2018 tersebut terutama
secara persentase meningkat jika
disebabkan oleh lebih rendahnya
dibandingkan dengan periode Mei
realisasi DAK Fisik dan DID karena
tahun sebelumnya. Realisasi Belanja
sebagian daerah penerima DAK Fisik
Barang pada akhir Mei 2018 adalah
dan DID belum dapat memenuhi
sebesar Rp84,89 triliun atau 25,0
syarat administrasi penyaluran kedua
jenis dana dimaksud. Sementara
yang sama tahun sebelumnya baik
itu, realisasi Dana Desa sampai
secara nominal maupun persentase
dengan Mei 2018 tersebut di atas,
terhadap PDB. Hal ini sejalan
lebih rendah Rp7,53 triliun (26,71
dengan komitmen Pemerintah yang
persen) dibandingkan periode yang
senantiasa menjaga keberlanjutan
sama tahun 2017 yang disebabkan
pengelolaan APBN yang sehat dan
karena sebagian daerah belum dapat
kredibel. Sementara itu, Pembiayaan
memenuhi persyaratan penyaluran
telah mencapai 48,1 persen dari
dana desa. Semakin ketatnya realisasi
rencana pada APBN 2018 atau
penyaluran TKDD dalam 2018 yang
sebesar Rp156,66 triliun. Pembiayaan
tergambar di atas tidak terlepas dari
yang bersumber dari utang sudah
upaya Pemerintah dalam mendorong
mencapai 38,9 persen dari APBN
produktivitas pemanfaatan TKDD
2018 atau sebesar Rp155,76 triliun.
diantaranya melalui penguatan
Realisasi pembiayaan utang tesebut
persyaratan penyaluran Dana
bersumber terutama dari SBN (neto)
Transfer Khusus (DTK) dan Dana Desa
sebesar Rp166,12 triliun atau 40,1
berdasarkan kinerja penyerapan
persen dari target di APBN tahun
dana dan output. Dengan kebijakan
2018. Sementara Pinjaman Neto
dimaksud diharapkan belanja TKDD
adalah sebesar negatif Rp10,36
yang telah keluar dari kas negara
triliun atau telah mencapai 67,7
dapat dimanfaatkan oleh pemerintah
persen dari rencana tahun 2018 yang
daerah secara lebih produktif
mengisyaratkan bahwa Pemerintah
dan manfaatnya dapat langsung
melakukan pembayaran cicilan pokok
dirasakan oleh masyarakat.
pinjaman lebih besar dari penarikan
pinjaman. Selain pembiayaan utang,
Sementara itu, Keseimbangan
realisasi pembiayaan juga bersumber
Umum pada periode berjalan
dari penerimaan pembiayaan dari
diakhir bulan Mei tahun 2018
Pemberian Pinjaman sebesar Rp797,3
adalah defisit sebesar Rp94,42
miliar dan Pembiayaan Lainnya
triliun atau 0,64 persen terhadap
yaitu yang bersumber dari Hasil
PDB, sedangkan Keseimbangan
Pengelolaan Aset sebesar Rp97,8
Primer pada periode berjalan
miliar. Sementara pada periode
masih positif yaitu sebesar Rp18,05
ini belum dilakukan pencairan
triliun. Realisasi defisit ini lebih
pembiayaan investasi dan kewajiban
kecil dari realisasi pada periode
penjaminan.
9
Realisasi APBN 2018
Realisasi APBN 2018
s/d 31 mei 2018
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
APBN
2018
10
Realisasi
s.d. 31 Mei
% thd
APBN
PENDAPATAN
NEGARA (A)
1,894,720.4
685,086.4
BELANJA NEGARA (B)
2,220,657.0
779,512.9
35.1%
KESEIMBANGAN
PRIMER
(87,329.5)
18,054.2
19.8%
36,2%
SURPLUS/(DEFISIT)
ANGGARAN (A-B)
325,936.6
(94,422.3)
-20,7%
PEMBIAYAAN
ANGGARAN
325,936.6
196,916.3
52,1%
dalam miliar Rupiah
Halaman Kosong
11
Perkembangan Makroekonomi 2018
Perkembangan
Makroekonomi
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
P
12
erekonomian global tahun
tukar. Selama bulan Januari hingga
2018 mengarah pada
Mei tahun 2018, tingkat inflasi
perbaikan meskipun belum
dapat dijaga pada kisaran sasaran
seoptimal pertumbuhan
inflasi 3,5 persen ±1 persen. Pada
sebelum krisis keuangan global.
bulan Mei 2018, laju inflasi tercatat
Seiring dengan kinerja perdagangan
sebesar 3,23 persen (yoy) sehingga
internasional yang masih tumbuh
secara kumulatif inflasi sejak awal
positif, pergerakan harga komoditas
2018 hingga Mei 2018 mencapai
secara umum sedikit meningkat,
1,30 persen (ytd). Realisasi ini lebih
terutama pada harga minyak
rendah jika dibandingkan dengan
mentah. Harga komoditas pertanian
periode yang sama di tahun 2017,
mengalami kenaikan tidak hanya
yaitu sebesar 1,67 persen (ytd) atau
akibat peningkatan demand, tetapi
4,33 persen (yoy). Terkendalinya
juga dampak faktor cuaca yang
harga pangan berperan penting
kurang menguntungkan terhadap
dalam rendahnya laju inflasi ini.
pasokan. Ke depan beberapa faktor
Pada periode ini, terjadi deflasi pada
diperkirakan akan mempengaruhi
beberapa produk hortikultura dan
aktivitas riil ekonomi global antara
beras yang disebabkan ketersediaan
lain insentif pajak AS, relaksasi
pasokan dalam memenuhi kebutuhan
investasi manufaktur Tiongkok yang
masyarakat. Meskipun demikian,
menjadi faktor positif pada tingkat
perlu diwaspadai peningkatan
permintaan, dan isu proteksionisme
harga menjelang Hari Raya Idul
perdagangan yang dapat memberi
Fitri, mengingat harga beberapa
tekanan pada aktivitas perdagangan
komoditas seperti daging dan telur
global.
ayam ras mulai mengalami kenaikan.
Pemerintah terus melakukan
Stabilitas ekonomi Indonesia
upaya stabilisasi harga terutama
terjaga cukup baik yang tercermin
dengan menjamin kelancaran dan
pada stabilitas tingkat harga
kecukupan pasokan, operasi pasar,
domestik walaupun sempat
serta mengupayakan beberapa
terjadi tekanan depresiasi nilai
komoditas pangan inti dijual sesuai
dengan Harga Eceran Tertinggi
tren meningkat sejak tahun 2016.
(HET) dan harga acuan. Dari sisi
Hal ini sejalan dengan pergerakan
komponen administered price (AP),
harga minyak mentah Indonesia
peningkatan harga minyak mentah
(Indonesia Crude Price / ICP) yang
dunia mendorong kenaikan harga
dalam perhitungannya mengacu
BBM nonsubsidi jenis Pertalite
harga minyak mentah utama
dan Pertamax Series. Selain itu,
dunia, terutama jenis Brent. Tren
faktor peningkatan permintaan
peningkatan harga minyak mentah
selama Ramadan dan Lebaran
terus berlanjut dan mencapai harga
akan mendorong inflasi pada
tertinggi di kuartal kedua tahun
tarif angkutan. Namun demikian,
2018. Keluarnya Amerika Serikat
komponen AP terus mengalami tren
dari kesepakatan pencabutan sanksi
penurunan seiring dengan tidak
Iran serta gangguan produksi di
adanya kebijakan harga energi sejak
Venezuela menjadi faktor utama
Juli 2017. Di sisi lain, Laju inflasi
pendorong lonjakan harga minyak
komponen inti sedikit meningkat
mentah di kuartal kedua tahun 2018.
dalam kisaran 2,75 persen, namun
Berdasarkan perkembangan tersebut
tetap terjaga pada tingkat di bawah
dan pergerakan harga Brent, rata-
3 persen. Hal ini dipengaruhi oleh
rata ICP bulan Mei mencapai US$72,5
kondisi ekspektasi inflasi masyarakat
per barel, sehingga rata-rata Januari–
yang terjaga di tengah adanya
Mei 2018 tercatat sebesar US$65,8
peningkatan harga komoditas global
per barel lebih tinggi dibandingkatan
dan volatilitas Rupiah. Terkendalinya
rata-rata ICP tahun 2017. Peningkatan
laju inflasi pada tingkat yang rendah
harga minyak ini diperkirakan
dan stabil ini diharapkan dapat
akan memberikan dampak positif
menjaga daya beli dan mendorong
terhadap kinerja penerimaan negara
peningkatan konsumsi masyarakat.
khususnya Penerimaan Negara Bukan
Pajak.
Sejalan dengan perkembangan
harga komoditas global, harga
Hingga akhir bulan Mei 2018,
minyak mentah dunia menunjukkan
rata-rata nilai tukar Rupiah
13
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
14
terhadap Dollar AS mencapai
Menyikapi perkembangan
Rp13.714/US$. Pergerakan nilai
ekonomi global yang sangat cepat,
tukar mengalami volatilitas cukup
Pemerintah, Bank Indonesia,
tinggi di periode awal 2018. Volatiltas
Otoritas Jasa Keuangan dan
tersebut sebenarnya juga dialami
Lembaga Penjamin Simpanan terus
banyak mata uang negara di dunia
berkoordinasi dan meningkatkan
sebagai dampak faktor dinamika
kewaspadaan dan siap mengambil
global seperti kebijakan normalisasi
kebijakan yang perlu untuk terus
moneter the Fed, kebijakan fiskal
menjaga stabilitas ekonomi dan
yang ekspansif dengan kebijakan
keberlangsungan pembangunan.
pemotongan pajak dan penambahan
Dalam jangka pendek, fokus
belanja yang mendorong
koordinasi kebijakan diprioritaskan
peningkatan defisit fiskal AS dan
pada memperkuat stabilitas dan
proteksionisme yang dilakukan AS.
ketahanan perekonomian nasional
Faktor eksternal lainnya berupa
terhadap tekanan global, yaitu
dampak kenaikan harga minyak dunia
pada stabilitas nilai tukar Rupiah,
dan ketidakpastian permasalahan
inflasi yang rendah, defisit fiskal
geopolitik cukup mempengaruhi
yang sehat, dan defisit transaksi
pergerakan nilai tukar Rupiah.
berjalan yang aman. Hal ini ditempuh
Sejalan dengan pergerakan nilai tukar
melalui penguatan bauran kebijakan
yang fluktuatif, pada bulan Mei 2018
moneter Bank Indonesia, kebijakan
terdapat peningkatan suku bunga
fiskal oleh Kementerian Keuangan,
dalam negeri khususnya suku bunga
ketersediaan bahan pokok strategis,
SPN 3 bulan. Hingga akhir Mei 2018,
dan juga penguatan pengawasan
rata-rata suku bunga SPN 3 bulan
lembaga keuangan oleh OJK, serta
mencapai 4,23 persen lebih rendah
peningkatan pemantauan dan
dibandingkan periode yang sama
perkembangan DPK oleh LPS.
tahun sebelumnya yang mencapai
Sementara itu, implementasi
5,1 persen. Hal ini terutama didukung
kebijakan reformasi struktural di
oleh sentimen positif dari faktor
sektor riil terus dipercepat, seperti
domestik seperti kebijakan front
peningkatan daya saing, perbaikan
loading untuk mengantisipasi
iklim investasi, dan pembangunan
dampak ketidakpastian global dan
infrastruktur strategis, untuk
peningkatan intensitas penerbitan
mendorong pertumbuhan ekonomi
SUN, serta solidnya pemodal
dalam jangka menengah.
domestik.
Halaman Kosong
15
Pendapatan Negara
PENERIMAAN
PAJAK
Pertumbuhan Pajak Capai 14,13 persen, PPN
Tumbuh 16,00 persen
R
Pertumbuhan
(y-o-y) Bulan
Januari - Mei
2015-2018
ealisasi penerimaan pajak
periode Januari s.d. Mei 2018
tercatat sebesar Rp484,5
triliun atau tumbuh 14,13
persen secara year-on-year(yoy).
Pertumbuhan positif ini ditopang oleh
pertumbuhan PPh Non Migas yang
mencapai 14,25 persen dan PPN yang
tumbuh 16,00 persen. Pertumbuhan
sebesar 14,13 persen di tahun 2018
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
dipengaruhi oleh penerimaan yang
16
sifatnya one-off pada triwulan I
2017 yaitu penerimaan dari uang
tebusan Tax Amnesty yang nilainya
(dalam triliun Rupiah)
Realisasi s/d 31 Mei 2018
Realisasi
Penerimaan
Uraian
Pajak s/d
APBN
2018
Rp
31 Mei 2018
Pajak Penghasilan
- Migas
855,1
300,1
∆%
2017 2018
% thd
APBN
13,20%
35,10%
38,1
25,4
3,00%
66,62%
- Non Migas
817,0
274,7
14,25%
33,62%
PPN & PPnBM
541,8
181,0
16,00%
33,40%
PBB & Pajak Lainnya
Jumlah
27,1
3,4
1,04%
12,64%
1.424,0
484,5
14,13%
34,02%
mencapai Rp 12 triliun. Tanpa
2017. Kondisi ini lebih banyak
memperhitungkan uang tebusan Tax
dipengaruhi oleh restitusi pada
Amnesty di tahun 2017, pertumbuhan
periode Januari s.d. April 2018 yang
penerimaan pajak periode Januari s.d.
tumbuh 8,17 persen (yoy). Salah satu
Mei 2018 mencapai 17,45 persen atau
faktor pendorong pertumbuhan
lebih tinggi dibandingkan periode
positif restitusi di tahun 2018 ini
yang sama 2015 s.d. 2017.
adalah pertumbuhan volume ekspor
di triwulan IV tahun 2017 yang
Pertumbuhan penerimaan pajak
mencapai 6,0 persen dan di triwulan
di tahun 2018 masih ditopang oleh
I tahun 2018 yang mencapai 13,8
jenis-jenis penerimaan pajak yang
persen.
berasal dari aktivitas impor dan
produksi. Kinerja positif beberapa
Khusus untuk bulan Mei 2018,
jenis pajak utama, seperti PPh
pertumbuhan penerimaan pajak
Pasal 21, PPh Badan, PPN Dalam
secara yoy tumbuh hingga 28,38
Negeri, PPN Impor memberikan
persen atau lebih tinggi dibandingkan
sinyal positif peningkatan aktivitas
bulan Mei 2017 yang tumbuh 7,40
ekonomi setidaknya dari perspektif
persen. Pertumbuhan penerimaan
penerimaan pajak.
pajak di bulan Mei 2018 terutama
berasal dari jenis-jenis pajak yang
Pertumbuhan
Pajak
Berdasarkan
Jenis
Pertumbuhan PPN Dalam Negeri
erat kaitannya dengan aktivitas
sedikit melambat jika dibandingkan
perekonomian, seperti PPh Pasal 21
dengan periode yang sama tahun
(tumbuh 18,29 persen), PPh Pasal 22
Jenis Pajak
growth
growth
Januari - Mei 2017
Januari - Mei 2018
PPh Pasal 21
0,38%
15,54%
PPh Badan
8,31%
26,97%
PPN Dalam Negeri
13,41%
12,12%
Pajak atas Impor
19,05%
25,85%
- PPh 22 Impor
16,31%
30,27%
- PPN Impor
20,70%
25,17%
- PPnBM Impor
-1,45%
3,14%
17
growth y-o-y
Mei 2017
growth y-o-y
Mei 2018
PPh Pasal 21
3,38%
18,29%
PPh 22 Impor
22,47%
34,74%
PPh 25 Badan (Masa)
11,06%
21,57%
PPN Dalam Negeri
2,60%
20,08%
PPN Impor
25,44%
25,62%
Jenis Pajak
Pertumbuhan
Pajak per Mei
2017 dan 2018
Impor (tumbuh 34,74 persen), PPN
sektor usaha utama seperti Industri
Impor (tumbuh 25,62 persen), PPN
Pengolahan dan Perdagangan
Dalam Negeri (tumbuh 20,08 persen),
yang tumbuh positif, berturut-
dan PPh Final 1% (tumbuh 17,37
turut tumbuh 15,40 persen dan
persen). Sementara itu, angsuran
31,43 persen. Sejalan dengan
bulanan PPh Badan (PPh Pasal 25
pertumbuhan PPh Pasal 29 Badan,
Badan) meningkat signifikan di bulan
secara keseluruhan penerimaan pajak
Mei 2018 dengan realisasi mencapai
dari sektor pertambangan tumbuh
Rp16,3 triliun atau tumbuh 21,57
85,15 persen (yoy) atau lebih tinggi
persen (yoy).
dibandingkan pertumbuhan periode
yang sama tahun lalu (tumbuh 28,29
Kinerja positif penerimaan pajak
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
juga tercermin dari penerimaan
18
persen).
Angsuran Bulanan PPh Badan
Tumbuh Signifikan, Merata di
Seluruh Sektor Utama
Pertumbuhan angsuran bulanan
PPh Badan (PPh Pasal 25) yang
mencapai 22,43 persen di bulan Mei
2018 ditopang oleh seluruh sektor
utama seperti Industri Pengolahan
(tumbuh 11,11 persen), Perdagangan
(tumbuh 18,46 persen), Jasa
Keuangan (tumbuh 16,77 persen),
dan Pertambangan (tumbuh 121,01
persen). Tren positif angsuran
bulanan PPh Badan memberikan
optimisme pencapaian penerimaan
hingga akhir tahun mengingat
apabila tidak ada perubahan struktur
ekonomi yang signifikan, nilai
angsuran bulanan PPh Badan relatif
sama.
Angsuran bulanan PPh Badan dari
Wajib Pajak yang bergerak di sektor
Industri Pengolahan mencapai Rp 4,7
triliun atau lebih tinggi dibandingkan
dengan tren pembayaran tahun
2017 khususnya periode Mei s.d
September. Demikian pula halnya
dengan sektor utama lainnya yang
menunjukkan peningkatan nominal
pembayaran angsuran bulanan PPh
Badan, baik terhadap bulan Mei
2017 maupun tren periode Mei s.d.
September 2017.
19
Sinyal Positif Siklus Penerimaan
Pajak Menjelang Hari Raya
Tren Penerimaan PPh Pasal 21
Menjelang dan Sesudah Hari Raya
Menjelang Hari Raya Idul Fitri di
bulan Juni 2018, tren penerimaan PPh
Pasal 21 sampai dengan Mei 2018 (M1) menunjukkan arah pertumbuhan
yang lebih baik dibandingkan periode
sebelumnya, seiring dengan mulai
dibayarkannya tunjangan hari raya.
Tren kenaikan tersebut diperkirakan
akan berlanjut pada bulan Juni pada
saat hari raya berlangsung (M),
sebagaimana siklus penerimaan
pajak tahun sebelumnya.
Hal yang serupa terjadi juga pada
Tren Penerimaan Pajak atas Impor
Menjelang dan Sesudah Hari Raya
pajak atas aktivitas impor (PPh Pasal
22 Impor dan PPN Impor) di sektor
industri maupun perdagangan
barang konsumsi masyarakat1.
Terjadi peningkatan penerimaan
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
pajak yang signifikan pada periode
April s.d. Mei 2018 (M-2 dan M-1)
dibandingkan dengan siklus periode
yang sama tahun sebelumnya. Hal
ini mencerminkan peningkatan
konsumsi masyarakat seiring dengan
persiapan hari raya.
20
1 Industri makanan dan minuman (di luar minyak
nabati/sawit), industri barang elektronik, industri
tekstil dan alas kaki, perdagangan besar dan eceran
(di luar kendaraan bermotor dan bahan bakar)
Halaman Kosong
21
KEPABEANAN
DAN CUKAI
Pertumbuhan
Penerimaan
Kepabeanan dan
Cukai,
s.d. Mei yoy,
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
2015-2018
22
P
enerimaan kepabeanan dan cukai hingga 31 Mei
(BM), cukai, dan bea keluar (BK). Tren
2018 sebesar Rp54,18 triliun atau 27,91 persen
positif juga terjadi pada komponen
dari target APBN 2018. Secara persentase, capaian
penerimaan pajak dalam rangka
penerimaan tersebut lebih tinggi dibandingkan
impor (PDRI) yang terdiri dari PPN
dengan persentase capaian periode serupa tahun 2017
Impor, PPn BM Impor, dan PPh Pasal
yang hanya mencapai 24,21 persen. Secara nominal,
22 Impor. Hingga akhir Mei 2018 total
capaian penerimaan ini meningkat sebesar Rp8,38
PDRI yang dihimpun DJBC sebesar
triliun atau tumbuh 18,29 persen bila dibandingkan
Rp98,36 triliun, tumbuh 25,57
dengan periode yang sama tahun 2017 yang hanya 45,80
persen ( yoy). Secara total, jumlah
triliun. Pertumbuhan penerimaan yang mencapai 2 digit
penerimaan negara yang dihimpun
masih menjadi yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir,
Direktorat Jenderal Bea Cukai hingga
melanjutkan tren pertumbuhan positif penerimaan yang
31 Mei 2018 adalah sebesar Rp152,53
terjadi sejak awal tahun. Pertumbuhan positif penerimaan
triliun, tumbuh 23,06 persen
ini terjadi tidak hanya pada total penerimaan kepabeanan
dibanding capaian periode serupa
dan cukai, namun juga terjadi pada ketiga komponen
tahun lalu
penerimaan kepabeanan dan cukai, yaitu bea masuk
Pertumbuhan
Penerimaan Bea
Masuk
s.d. Mei yoy,
2015-2018
Penerimaan BM hingga 31 Mei 2018 adalah sebesar
Peningkatan devisa impor sendiri
Rp15,42 triliun atau 43,18 persen dari target APBN 2018.
tidak lepas dari faktor dampak
Penerimaan BM tersebut terdiri dari penerimaan rutin
lebaran (efek festival), yang telah
sebesar Rp14,12 triliun dan penerimaan extra effort
terjadi pada bulan April dan Mei,
sebesar Rp1,29 triliun. Realisasi penerimaan BM tersebut
sebagai akibat meningkatnya
juga lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu
kebutuhan barang konsumsi di dalam
sebesar Rp1,91 triliun atau 14,11 persen. Pertumbuhan
negeri menjelang lebaran. Selain itu,
penerimaan BM pada bulan Mei 2018 juga lebih tinggi
kebijakan impor kebutuhan pokok
bila dibandingkan rata-rata penerimaan BM bulan Mei
seperti gula, beras, dan daging
dalam 3 tahun terakhir yang mencapai 8,28 persen.
diindikasikan turut memberi andil
Capaian kinerja penerimaan BM sendiri dipengaruhi oleh
positif terhadap penerimaan BM..
tingginya devisa impor yang mencapai sebesar USD
77,30 miliar atau tumbuh 10,58 persen dibandingkan
volume devisa tahun lalu yang mencapai USD 69,90 miliar.
23
Pertumbuhan
Penerimaan
Cukai s.d. Mei
yoy, 2015-2018
Penerimaan cukai hingga 31 Mei 2018 adalah sebesar
2.
Pelunasan maju atas CHT
Rp35,99 triliun atau 23,16 persen dari target APBN 2018.
sebesar Rp1,09 triliun di bulan
Capaian penerimaan tersebut mengalami peningkatan
Mei 2018, atau tumbuh sebesar
sebesar Rp5,20 triliun dibanding capaian pada periode
149 persen (yoy), dimana
yang sama tahun lalu atau tumbuh 16,89 persen. Tren
sebesar 74 persen dari total
pertumbuhan penerimaan juga masih berlanjut pada
pelunasan maju tersebut
penerimaan cukai yang juga merupakan pertumbuhan
dikontribusikan oleh PR
tertinggi selama 3 tahun terakhir. Sedangkan
golongan I;
peningkatan penerimaan sebesar Rp5,20 triliun
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
merupakan peningkatan penerimaan yang tertinggi
Efek kenaikan tarif tertimbang
normatif sebesar 10,04 persen
komponen penerimaan yang lain. Capaian penerimaan
pada 2018.
cukai paling besar dikontribusikan oleh penerimaan cukai
hasil tembakau (CHT), yaitu sebesar Rp33,99 triliun atau
Komponen penerimaan cukai lainnya
22,93 persen dari target APBN 2018. Penerimaan CHT bila
seperti minuman mengandung etil
dibandingkan periode yang sama tahun lalu mengalami
alkohol (MMEA) dan etil alkohol (EA),
peningkatan sebesar Rp5,04 triliun atau tumbuh 17,41
masing-masing menyumbangkan
persen.
penerimaan sebesar Rp1,92
triliun dan Rp0,06 triliun dengan
Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan CHT bulan
pertumbuhan masing-masing
Mei 2018, antara lain:
sebesar 9,31 persen dan -6,19
persen..
1.
24
3.
bila dibandingkan peningkatan penerimaan pada
Peningkatan pelunasan CK-1 jatuh tempo pada bulan
Mei sebesar 8,5 persen yang didominasi oleh pabrik
rokok (PR) golongan I dan III;
Pertumbuhan
Penerimaan BK
Mei 2015 2018
Penerimaan bea keluar (BK)
penerimaan juga masih terjadi pada
hingga 31 Mei 2018 mencapai
komponen penerimaan BK. Kinerja
Rp2,77 triliun atau 92,36 persen
penerimaan BK masih dipengaruhi
dari target APBN 2018. Capaian
oleh aktifitas ekspor minerba,
tersebut lebih tinggi sebesar Rp1,27
yang tumbuh 156,29 persen
triliun bila dibandingkan capaian
akibat meningkatnya permintaan
pada periode yang sama tahun
pasokan oleh mitra dagang. Ekspor
lalu atau tumbuh 84,60 persen.
komoditas kayu dan kulit yang masih
Persentase capaian terhadap target
tumbuh sebesar 34,80 persen,
APBN 2018 dan pertumbuhan
serta melonjaknya ekspor nikel,
penerimaan BK merupakan yang
yang tumbuh 203,15 persen juga
terbesar dibandingkan capaian
turut mendorong penerimaan BK.
pada komponen penerimaan yang
Adapun produk kelapa sawit masih
lain. Pertumbuhan penerimaan
belum memberikan kontribusi pada
BK juga masih lebih tinggi dari
penerimaan BK akibat harga patokan
pertumbuhan 3 tahun terakhir,
ekspornya masih berada di bawah
sehingga mengindikasikan tren positif
USD750/Metric Ton.
25
Efek Lebaran pada Penerimaan
Kepabeanan dan Cukai
Efek festival adalah istilah yang
berdampak pada penerimaan negara, khususnya
digunakan oleh para ekonom untuk
penerimaan kepabeanan dan cukai?
mendefinisikan suatu peristiwa
atau kegiatan yang terjadi berulang
Efek lebaran mempengaruhi kinerja penerimaan bea
setiap tahun dan memberikan
masuk (BM) melalui beberapa hal, antara lain:
dampak terhadap kegiatan ekonomi.
Hari Raya Idul Fitri yang didahului
1. Jumlah hari kerja
dengan ibadah puasa Ramadhan bisa
dikatakan sebagai salah satu contoh
Hari kerja pada bulan dimana terdapat hari raya biasanya
dari efek festival dimaksud, para ahli
akan lebih sedikit dibandingkan bulan lainnya. Pada
ekonomi menyebutnya sebagai efek
tahun 2018 lebaran jatuh pada bulan Juni, pemerintah
lebaran.
memberikan libur atau cuti bersama sebanyak 7 hari.
Akibatnya, hari kerja bulan Juni 2018 hanya menyisakan 12
Efek lebaran memberikan pengaruh
hari kerja.
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
yang signifikan terhadap aktifitas
ekonomi, baik pada produksi
Terbatasnya hari kerja bulan Juni tentu akan berpengaruh
maupun konsumsi masyarakat. Hal
pada penerimaan BM yang diperkirakan akan bergeser
itu terutama diakibatkan karena
ke bulan berikutnya atau bulan Juli. Seperti nampak pada
tingginya kebutuhan masyarakat
grafik Penerimaan BM Bulanan 2016 s.d. 2018 di bawah,
akan barang konsumsi yang
1 bulan berikutnya setelah lebaran terjadi lonjakan
sedianya digunakan dalam rangka
penerimaan. Sebagaimana terjadi pada bulan Agustus
melaksanakan ibadah sekaligus
2016 (garis hijau) dan bulan Juli 2017 (garis biru).
merayakannya. Kebutuhan akan
barang konsumsi masyarakat
tersebut tentunya tidak dapat
dipenuhi seluruhnya oleh pasokan
dalam negeri, sehingga harus ditutup
dengan melakukan importasi.
Lalu, bagaimana keduanya
mempengaruhi kegiatan
26
perekonomian terutama kegiatan
importasi yang selanjutnya
22,02 persen dan negatif 16,06
2. Peningkatan devisa impor
persen. Jenis barang konsumsi
Apabila dilihat pada grafik Penerimaan BM Bulanan 2016
yang diimpor juga banyak
s.d. 2018 di bawah ini , efek lebaran terjadi rata-rata pada
dikontribusi oleh barang-barang
1 hingga 2 bulan sebelumnya. Seperti yang terlihat pada
kebutuhan rumah tangga,
tahun 2016 (garis hijau putus-putus) dimana hari lebaran
berupa barang dari plastik,
berada pada bulan Juli, maka devisa impor nampak mulai
sayuran, pangan olahan, serelia
meningkat pada bulan Mei 2016. Hal serupa terjadi pada
hingga buah-buahan yang
tahun 2017 (garis biru putus-putus) dimana lebaran
menggambarkan permintaan
berada pada bulan Juni, maka terlihat peningkatan yang
atas kebutuhan persiapan puasa
signifikan terjadi pada devisa impor bulan Mei 2017.
dan hari raya.
Sedangkan untuk tahun 2018 (garis kuning), efek lebaran
sudah mulai terasa pada bulan April dan berlanjut hingga
bulan Mei 2018.
2.
Peningkatan impor bahan baku
dan penolong yang diindikasikan
untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi bulan ramadhan dan
hari raya, seperti makanan
ternak 114,62 persen, bahan
baku kain sintetik 25,76 persen,
serta kain tule, tenun dan rajut
33,63 persen.
Pada sisi penerimaan cukai, efek
lebaran lebih berpengaruh terhadap
produksi pabrik rokok (PR) yang
turun akibat libur bersama yang
cukup panjang. Rata-rata penurunan
Indikasi bahwa efek lebaran pada tahun 2018 telah
produksi PR akibat efek lebaran
dimulai sejak bulan April, adalah:
selama tahun 2016 dan 2017 adalah
sebesar 23 persen, sehingga tidak
1.
Peningkatan impor barang konsumsi sebesar 8,86
menutup kemungkinan terjadi juga
persen, atau lebih tinggi dibandingkan tahun 2016
pada tahun ini. Penurunan produksi
dan 2017 yang masing-masing hanya sebesar negatif
(CK-1) sebagai dampak efek lebaran
27
4,17 hingga 4,22 miliar batang (Mbtg).
2. Harga komoditas
Namun demikian, dampaknya baru
akan dirasakan pada bulan Agustus
Harga komoditas di pasaran
2018 karena mayoritas CK-1 dilunasi
dunia bisa berubah setiap saat,
dengan cara kredit.
sehingga saat suatu komoditas
sedang mempunyai harga yang
Penerimaan bea keluar (BK) pada
menguntungkan maka eksportir
bulan Juni 2018 diperkirakan tidak
tentu berusaha memaksimalkan hasil
terlalu terpengaruh oleh efek festival,
produksinya.
karena sebagian besar proses bisnis
pada kegiatan eksportasi mempunyai
3. Faktor cuaca di situs tambang.
karakteristik tertentu, seperti:
Lokasi tambang yang biasanya
1. Keterikatan kontrak
berada di area terbuka, membuatnya
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
sangat terpengaruh oleh faktor
28
Eksportasi mineral adalah aktifitas
cuaca. Sehingga eksportir akan
ekspor yang sudah terjadual.
memaksimalkan proses pengapalan
Komitmen untuk memenuhi pasokan
barang ekspornya demi memenuhi
kebutuhan yang tertuang dalam
target pengiriman.
klausul kontrak sangat mengikat
karena kebutuhan akan komoditas
tersebut di negara tujuan ekspor.
Halaman Kosong
29
PENERIMAAN NEGARA
BUKAN PAJAK (PNBP)
Realisasi PNPB
s/d 31 Mei 2018
(dalam miliar
Rupiah)
I. Penerimaan Negara Bukan
Pajak
A. Penerimaan SDA
2018
Realisasi
APBN
s.d 31 Mei
2018
% thd APBN
Growth
y-o-y (%)
145.006,98
52,65%
17,39%
39,24%
103.674,80
64.853,30
62,55%
1 Migas
80.349,00
50.606,24
62,98%
43,63%
a Minyak Bumi
59.582,70
50.606,11
84,93%
43,63%
b Gas Alam
20.766,30
0,13
0,00%
0,00%
2 Non Migas
23.325,80
14.247,06
61,08%
25,59%
a Pertambangan Minerba
17.858,52
12.181,74
68,21%
27,01%
9,26%
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
b Kehutanan
30
1.618,47
38,84%
c Perikanan
4.166,71
600,00
224,86
37,48%
67,06%
d Pend. Per. Panas Bumi
700,59
221,99
31,69%
62,28%
B Pendapatan dari KND
44.695,40
22.797,40
51,01%
-14,08%
C. PNBP Lainnya
83.753,12
40.710,68
48,61%
10,59%
D. Pendapatan BLU
43.304,60
16.645,60
38,44%
22,38%
S
ampai dengan tanggal 31
meningkatnya harga komoditas,
Mei 2018, realisasi PNBP
khususnya harga minyak bumi dan
mencapai Rp145,01 triliun
batu bara sepanjang periode Januari
atau 52,65 persen dari APBN
s.d. Mei 2018.
2018. Realisasi tersebut mengalami
pertumbuhan sebesar 17,39 persen
Realisasi penerimaan SDA Migas
jika dibandingkan dengan realisasi
mencapai Rp50,61 triliun atau 62,98
periode yang sama tahun 2017.
persen dari target dalam APBN
Kenaikan ini antara lain disebabkan
2018. Realisasi tersebut mengalami
pertumbuhan sebesar 43,63 persen
Realisasi penerimaan PNBP Lainnya
dibandingkan periode yang sama
mencapai Rp40,71triliun atau
tahun 2017. Kenaikan penerimaan
48,61persen terhadap APBN 2018.
SDA Migas tersebut, antara lain
Realisasi tersebut mengalami
disebabkan oleh lebih tingginya
pertumbuhan sebesar 10,59 persen
realisasi ICP bulan Januari s.d. Mei
jika dibandingkan dengan periode
2018, yaitu sebesar USD65,79/barel,
Mei 2017 yang mencapai Rp36,81
dibandingkan realisasi ICP bulan
triliun. Pertumbuhan tersebut antara
Januari s.d. Mei 2017, yaitu sebesar
lain disebabkan lebih tingginya
USD49,95/barel.
penerimaan spektrum frekuensi
radio yang mengalami perubahan
Realisasi penerimaan SDA Non
pola pembayaran dari tahunan
Migas mencapai Rp14,25 triliun
menjadi triwulanan dan peningkatan
atau 61,08 persen terhadap APBN
pendapatan penjualan hasil tambang
2018. Realisasi tersebut mengalami
seiring dengan peningkatan
pertumbuhan sebesar 25,59 persen
penerimaan batubara.
jika dibandingkan dengan periode
yang sama tahun 2017 yang mencapai
Untuk pendapatan BLU, hingga 30
Rp11,34 triliun. Peningkatan ini
Mei 2018 terealisasi sebesar Rp16,65
diantaranya disebabkan oleh
triliun, atau mencapai 38,44 persen
kenaikan rata-rata harga batubara
dari APBN 2018, meningkat 22,38
acuan (HBA) pada periode Januari s.d.
persen dari realisasi Mei 2017 yang
Mei 2018 yang mencapai US$96,47/
hanya mencapai Rp13,60 triliun.
ton, lebih tinggi dibandingkan HBA
Peningkatan realisasi tersebut
periode Januari s.d. Mei 2017 sebesar
disebabkan oleh peningkatan volume
US$83,55/ton.
layanan dan bertambahnya satker
BLu baru.
31
Perbandingan
Realisasi PNBP
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
per Sektor
32
Untuk mencapai target PNBP
Pengawasan Intern Pemerintah);
tahun 2018, beberapa kebijakan
dan (d) perluasan jaringan
PNBP yang sedang dilaksanakan
interkoneksi PNBP (SIMPONI). Selain
antara lain: (a) mengevaluasi dan
itu, optimalisasi PNBP dilakukan
menyempurnakan peraturan PNBP
dengan tetap memerhatikan kualitas
(perubahan UU PNBP dan revisi PP
pelayanan kepada masyarakat
tentang jenis dan tarif PNBP); (b)
dan menjaga kelestarian sumber
optimalisasi penerapan production
daya alam. Dengan kebijakan PNBP
sharing contract/PSC gross split;
tersebut diharapkan realisasi PNBP
(c) peningkatan pengawasan dan
sampai dengan akhir tahun 2018
pengelolaan SDA yang lebih terpadu
dapat melampaui target yang telah
(melibatkan BPKP dan Aparat
ditetapkan.
Halaman Kosong
33
Sekilas Pandang Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP)
Penerimaan Negara Bukan Pajak
masyarakat. Artinya, Pajak dan
adalah seluruh penerimaan
PNBP memiliki peran yang berbeda.
Pemerintah Pusat di luar penerimaan
Perbedaan paling mencolok adalah
perpajakan dan hibah. Sesuai
wajib bayar PNBP membayar untuk
UU Nomor 20 tahun 1997, PNBP
mendapatkan jasa dan produk
berasal dari penerimaan sumber
layanan yang dibutuhkan, sedangkan
daya alam, (berupa royalti minyak,
wajib pajak tidak mendapatkan
royalti batubara, penjualan hasil
imbalan secara langsung. Hasil dari
tambang dan lain sebagainya),
penerimaan PNBP dikembalikan
penerimaan deviden BUMN, juga
pada masyarakat dalam bentuk
penerimaan dari kegiatan ekonomi
penyelenggaraan layanan berkualitas
dan pelayanan publik atas jasa
tinggi dan transparan.
layanan yang diberikan oleh unit-unit
pemerintahan.
Perbedaan lain antara penerimaan
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
perpajakan dan PNBP adalah
34
PNBP bersama penerimaan pajak
adanya sebagian setoran PNBP
merupakan pilar utama penerimaan
yang “dikembalikan” dalam bentuk
negara yang menopang APBN.
pendanaan untuk membiayai
Sektor perpajakan memegang
pelayanan yang diperoleh Wajib
peran terbesar dalam APBN dan
Bayar. Sebagian dari jumlah yang
sebagai sumber penerimaan negara
dibayarkan Wajib Bayar digunakan
yang digunakan untuk membiayai
kembali untuk menyelenggarakan
kebutuhan penyelenggaraan
layanan, seperti pengadaan bahan
pemerintahan. Sedangkan PNBP,
dengan spesifikasi kualitas tertentu,
disamping sebagai sumber
pemeliharaan laboratorium
penerimaan juga berperan
karantina/pengujian, bahkan
memberikan pelayanan tertentu
pengadaan fasilitas berbasis
yang berkualitas sesuai kebutuhan
teknologi untuk menunjang
pelatihan/pemberian pelayanan.
keadilan dan kesetaraan, pemerataan
Sementara itu, bagian PNBP yang
pelayanan, serta mempertimbangkan
tidak digunakan untuk layanan
kemampuan masyarakat, salah
akan menjadi tambahan sumber
satunya melalui kebijakan keringanan
pendanaan bagi pembangunan di
tarif PNBP.
sektor pendidikan, kesehatan, atau
pembangunan infrastruktur.
Keringanan tarif PNBP berupa
pemberian tarif layanan sampai
Dalam sistem pengelolaan keuangan
dengan Rp0,00 atau 0 persen kepada
negara, PNBP memiliki dua fungsi
golongan atau pihak tertentu telah
utama, yaitu fungsi budgetary dan
diatur dalam UU Nomor 20 tahun
regulatory. Perumusan kebijakan
1997 tentang Penerimaan Negara
pengelolaan PNBP selain bertujuan
Bukan Pajak. Kebijakan tersebut
untuk menghimpun penerimaan
kemudian dituangkan dalam
negara (fungsi budgetary), juga
Peraturan Pemerintah tentang
bertujuan untuk mendukung
Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP
kebijakan dan program pemerintah
yang berlaku di masing-masing
dalam meningkatkan kesejahteraan
Kementerian/Lembaga. Dalam PP
rakyat dan pertumbuhan ekonomi
jenis dan tarif atas Jenis akan diatur
(fungsi regulatory). Pengelolaan
jenis layanan dan kriteria yang
PNBP diarahkan untuk mencapai
dapat diberikan keringanan tarif
titik optimal, bukan maksimal,
tersebut. Kriteria tersebut antara lain
sehingga tidak semata-mata
masyarakat tidak mampu, pelajar
memungut namun ada penyesuaian
berprestasi, UMKM, atau kondisi
yang mempertimbangkan dampak
tertentu, seperti kondisi kahar dan
kepada masyarakat/pihak yang
bencana alam.
terkait. Untuk itu, kebijakan PNBP
disusun dengan memperhatikan asas
Peraturan Pemerintah tentang Jenis
35
dan Tarif atas Jenis Penerimaan
Pemerintah melakukan penertiban dan
Negara Bukan Pajak pada
pengaturan agar unit-unit Pemerintahan
Kementerian Agama mengatur
tidak melakukan pungutan secara
tentang tidak dikenakannya biaya
berlebihan kepada masyarakat tanpa
pencatatan untuk nikah atau rujuk
didasari evaluasi biaya pemberian jasa
yang diselenggarakan di Kantor
dan potensi beban yang ditanggung
Urusan Agama (KUA) Kecamatan.
masyarakat. Berbagai layanan yang
Peniadaan biaya atas layanan pada
diberikan keringanan tarif menjadi cermin
KUA ini merupakan salah satu
komitmen pemerintah untuk menjalankan
contoh pemberian keringanan tarif
hal tersebut. Dengan adanya pemberian
PNBP sampai dengan Rp0,00 atau
keringanan tarif PNBP, pemerintah
0 persen. Kementerian Agraria dan
diharapkan mampu memberikan dampak
Tata Ruang/Badan Pertanahan
keadilan kepada masyarakat dengan tetap
Nasional memberikan keringanan
memenuhi tanggung jawabnya untuk
tarif antara lain untuk layanan
memberikan layanan yang terbaik sesuai
pengukuran, pemetaan, dan
dengan tugas dan fungsinya.
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
pendaftaran tanah pertama kali
kepada masyarakat tidak mampu,
PNBP saat ini telah mengalami
veteran, masyarakat adat, wakif,
peningkatan cukup signifikan baik dari
dan lain sebagainya. Kementerian
sisi jumlah penerimaan maupun dari
Energi dan Sumber Daya Mineral
jenis layanan. PNBP telah menjadi bagian
memberikan tarif Rp0,00 untuk data
penting penerimaan negara dengan
wilayah kerja panas bumi apabila
kontribusi rata-rata dalam 10 (sepuluh
ditujukan untuk menunjang investasi
tahun) terakhir sebesar 25.4 persen dari
di bidang panas bumi. Sementara itu,
total penerimaan negara. Pencapaian
beberapa Kementerian yang memiliki
PNBP yang signifikan tersebut tidak
layanan perguruan atau sekolah
lepas dari peran aktif seluruh komponen
tinggi memberikan keringanan tarif
yang terlibat dalam pengelolaan PNBP
untuk biaya pendidikan mahasiswa
sesuai dengan tugas dan fungsi masing-
berprestasi dan mahasiswa tidak
masing, yang secara bersama-sama
mampu.
mengupayakan peningkatan akuntabilitas
pengelolaan PNBP serta perbaikan
Pemerintah memahami bahwa
setiap pungutan adalah beban
36
kepada masyarakat, oleh karena itu
pelayanan publik.
Contoh Kebijakan Keringanan Tarif pada
Kementerian/Lembaga
37
Pemanfaatan Basis Data PNBP dan Sistem
Terintegrasi untuk Optimalisasi Penerimaan Negara
dari Sektor Minerba
Kepatuhan Wajib Pajak (WP)
Era sebelum SIMPONI
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
sektor pertambangan minerba
38
memprihatinkan, hanya 2.577 WP
Senasib dengan pajak, sebelum
yang melaporkan SPT, sementara
tahun 2016 tingkat kepatuhan
yang tidak lapor mencapai 3.624
perusahaan minerba dalam
WP di tahun 2015. Kondisi tersebut
memenuhi kewajiban PNBP sektor
disampaikan Direktur Jenderal
minerba juga cukup memprihatinkan.
(Dirjen) Pajak saat Konferensi Pers
Indikasi rendahnya kepatuhan
Anggaran Pendapatan dan Belanja
tersebut antara lain tercermin dari
Negara (APBN) 2017 di kantor
besarnya temuan pemeriksa (BPKP
Kementerian Keuangan, Jakarta,
dan BPK) berupa kurang bayar PNBP.
Kamis (27/10/2016). Hal inilah yang
Sulitnya Ditjen Minerba, KESDM
mendorong Menteri Keuangan
selaku instansi pengelola PNBP
Sri Mulyani Indrawati mengimbau
untuk verifikasi perhitungan PNBP
perusahaan di sektor pertambangan
disebabkan terbatasnya data dukung
minerba untuk ikut program
dan lemahnya pengawasan. Hal ini
pengampunan pajak.
juga yang menyebabkan Laporan
Keuangan KESDM sulit mendapatkan
Pengelolaan Pajak yang didukung
opini Wajar Tanpa Pengecualian
SDM, regulasi, dan sistem yang
(WTP) dan hingga terakhir
APBN KITA
KINERJA DAN FAKTA
1
Harga Komoditas Naik,
Penerimaan PNBP Semakin Baik
2
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
“Perhitungan DAU yaitu transfer yang diberikan oleh
pemerintah kepada daerah, formulasinya itu sudah
memasukkan perhitungan THR dan gaji ke-13,”
Menkeu di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta,
Senin (4/6).
3
Infografis
Rp
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
%
4
Realisasi Pendapatan Negara
Realisasi Belanja Negara
Realisasi penerimaan pendapatan negara
dan hibah jelang memasuki tengah tahun
2018 atau tepatnya sampai dengan akhir
Mei 2018 telah mencapai Rp685,06 triliun.
Pencapaian tersebut telah memenuhi 36,16
persen dari target penerimaan pendapatan
negara dan hibah yang ditetapkan pada
APBN 2018.
Realisasi Belanja Negara sampai dengan
akhir Mei 2018 sebesar Rp779,51 triliun,
mencapai sebesar 35,1 persen dari alokasi
dalam APBN 2018, atau meningkat 7,85
persen dari periode yang sama tahun 2017.
Realisasi Belanja Negara tersebut meliputi
Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp458,0
triliun dan Transfer ke Daerah dan Dana
Desa sebesar Rp321,51 triliun.
Perkembangan Penerimaan Pajak
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak
Perkembangan penerimaan perpajakan
secara lebih rinci hingga akhir Mei 2018,
yaitu sebesar Rp484,50 triliun berasal dari
penerimaan pajak dan Rp54,16 triliun
merupakan penerimaan yang berasal dari
kepabeanan dan cukai. Berdasarkan target
penerimaan pada APBN 2018, penerimaan
pajak dan kepabeanan dan cukai telah
terealisasi masing-masing sebesar 34,02
persen dan 27,91 persen.
Realisasi PNBP sampai dengan 31 Mei 2018
mencapai Rp144,99 trilliun atau mencapai
52,65 persen dari target APBN 2018 sebesar
Rp275,43 trilliun. Capaian Realisasi PNBP
ini mengalami pertumbuhan sebesar 17,36
persen dibandingkan dengan periode yang
sama pada tahun 2017.
Perkembangan Penerimaan Pajak
Realisasi Transfer ke Daerah dan
Dana Desa (TKDD)
Penerimaan PPh non migas sampai dengan
akhir Mei 2018 tumbuh 14,25 persen secara
yoy. Tanpa memperhitungkan penerimaan
dari Tax Amnesty, PPh non migas tumbuh
mencapai 20,25 persen (yoy). Pertumbuhan
penerimaan PPh non migas masih didominasi oleh penerimaan PPh 22 Impor, PPh
pasal 25/29 Badan, dan PPh pasal 25/29
OP. Ketiga komponen PPh non migas
tersebut masing-masing tumbuh mencapai
30,27 persen (yoy), 26,97 persen (yoy), dan
20,51 persen (yoy).
Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana
Desa (TKDD) sampai dengan Mei 2018 telah
mencapai Rp321,51 triliun atau 41,96 persen
dari pagu dalam APBN 2018 yang meliputi
Transfer ke Daerah (TKD) Rp300,85 triliun
dan Dana Desa Rp20,66 triliun. Realisasi
TKD tersebut terdiri atas Dana Perimbangan Rp289,78 triliun (42,83 persen), Dana
Insentif Daerah (DID) Rp4,25 triliun (50,00
persen), serta Dana Otonomi Khusus dan
Dana Keistimewaan DIY Rp6,82 triliun
(32,37 persen).
Realisasi Bea dan Cukai
Keseimbangan Umum Nasional
Penerimaan kepabeanan dan cukai hingga
akhir Mei 2018 capaian realisasinya masih
didukung oleh pertumbuhan positif
penerimaan cukai yang tumbuh 16,85 persen
(yoy), bea masuk tumbuh 14,10 persen (yoy),
dan bea keluar mampu tumbuh cukup tinggi
hingga mencapai 84,60 persen (yoy).
Keseimbangan Umum pada periode
berjalan diakhir bulan Mei tahun 2018
adalah defisit sebesar Rp94,45 triliun atau
0,64 persen terhadap PDB, sedangkan
Keseimbangan Primer pada periode
berjalan masih positif yaitu sebesar
Rp18,03 triliun.
ringkasan
eksekutif
R
ealisasi penerimaan
sebesar Rp484,50 triliun berasal
pendapatan negara dan
dari penerimaan pajak dan Rp54,16
hibah jelang memasuki
triliun merupakan penerimaan
tengah tahun 2018 atau
yang berasal dari kepabeanan
tepatnya sampai dengan akhir
dan cukai. Berdasarkan target
Mei 2018 telah mencapai Rp685,06
penerimaan pada APBN 2018,
triliun. Pencapaian tersebut telah
penerimaan pajak dan kepabeanan
memenuhi 36,16 persen dari target
dan cukai telah terealisasi masing-
penerimaan pendapatan negara dan
masing sebesar 34,02 persen dan
hibah yang ditetapkan pada APBN
27,91 persen. Hingga akhir Mei 2018,
2018. Sementara itu, sampai dengan
realisasi penerimaan pajak telah
akhir Mei 2018 realisasi penerimaan
tumbuh sebesar 14,13 persen secara
perpajakan telah terkumpul sebesar
yoy, kinerja penerimaan pajak masih
Rp538,66 triliun, PNBP sebesar
didukung oleh pertumbuhan positif
Rp144,99 triliun, dan hibah sebesar
PPh non migas, PPh migas, dan PPN,
Rp1,41 triliun atau masing-masing
yang terus melanjutkan tren positif
telah mencapai 33,29 persen, 52,64
pertumbuhan sejak Triwulan I 2018.
persen, dan 117,79 persen dari
Sementara itu, realisasi penerimaan
target yang ditetapkan pada APBN
kepabeanan dan cukai hingga akhir
2018. Secara year-on-year (yoy)
Mei 2018 masih terus tumbuh
pertumbuhan realisasi penerimaan
mencapai 18,26 persen secara yoy,
Perpajakan dan PNBP hingga akhir
yang juga masih terus didukung oleh
Mei 2018 berturut-turut adalah 14,53
tren pertumbuhan positif kinerja
persen dan 17,38 persen.
penerimaan pada semua komponen
penerimaan kepabeanan dan cukai
Perkembangan penerimaan
seperti bea masuk, bea keluar, dan
perpajakan secara lebih rinci
cukai.
hingga akhir Mei 2018, yaitu
5
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
6
Penerimaan PPh non migas sampai
hingga akhir Mei 2018 capaian
dengan akhir Mei 2018 tumbuh
realisasinya masih didukung oleh
14,25 persen secara yoy. Tanpa
pertumbuhan positif penerimaan
memperhitungkan penerimaan
cukai yang tumbuh 16,85 persen
dari Tax Amnesty, PPh non migas
(yoy), bea masuk tumbuh 14,10
tumbuh mencapai 20,25 persen
persen (yoy), dan bea keluar
(yoy). Pertumbuhan penerimaan
mampu tumbuh cukup tinggi
PPh non migas masih didominasi
hingga mencapai 84,60 persen
oleh penerimaan PPh 22 Impor,
(yoy). Pertumbuhan penerimaan
PPh pasal 25/29 Badan, dan PPh
kepabeanan dan cukai hingga akhir
pasal 25/29 OP. Ketiga komponen
Mei 2018 yang mencapai double
PPh non migas tersebut masing-
digit merupakan pertumbuhan
masing tumbuh mencapai 30,27
positif yang tertinggi dalam tiga
persen (yoy), 26,97 persen (yoy),
tahun terakhir. Hal tersebut
dan 20,51 persen (yoy). Penerimaan
mengindikasikan peningkatan
PPh migas hingga akhir Mei 2018
konsumsi dalam negeri, serta
mampu tumbuh positif yaitu sebesar
juga dipengaruhi oleh permintaan
3,00 persen secara yoy dan telah
dari luar negeri akibat aktivitas
mencapai 66,62 persen terhadap
perekonomian dunia yang semakin
target yang ditetapkan pada APBN
membaik, utamanya dari mitra
2018. Pertumbuhan penerimaan PPh
dagang Indonesia. Secara lebih
migas ditopang oleh kenaikan ICP.
rinci, penerimaan cukai hasil
Sementara itu, untuk penerimaan
tembakau (CHT) masih mendominasi
PPN dan PPnBM hingga akhir Mei
pertumbuhan penerimaan
2018, tumbuh mencapai 16,00
kepabeanan dan cukai hingga akhir
persen secara yoy didorong oleh
Mei 2018, dengan pertumbuhan 17,41
pertumbuhan konsumsi dalam
persen secara yoy. Faktor utama
negeri dan kinerja impor. Di sisi
yang masih menjadi pendorong
lain, penerimaan PPnBM Dalam
kinerja penerimaan cukai adalah
Negeri (DN) hingga akhir Mei 2018
efek peningkatan pelunasan pita
tumbuh negatif 14,90 persen ( yoy),
cukai oleh produsen rokok golongan
sebagai akibat tagihan restitusi yang
I dan II, serta efek kenaikan tarif
cukup signifikan.
tertimbang normatif pada tahun
2018. Sementara untuk penerimaan
Penerimaan kepabeanan dan cukai
Bea Masuk (BM) hingga akhir Mei
lebih dipengaruhi oleh meningkatnya
sama tahun sebelumnya. Kenaikan
devisa impor sebesar 23,07 persen
penerimaan SDA Migas tersebut
(yoy), sebagai efek Hari Raya Idul Fitri
terutama disebabkan adanya tren
yang akan berlangsung pada bulan
peningkatan harga ICP. Pada bulan
Juni 2018, sehingga meningkatkan
Mei 2018, harga ICP tercatat sebesar
permintaan barang atas konsumsi
US$72,46/barel. Sementara itu,
di dalam negeri. Di samping itu,
realisasi penerimaan SDA Non Migas
penerimaan Bea Keluar (BK) hingga
mencapai Rp14,25 triliun atau 61,06
akhir Mei 2018 menunjukkan kinerja
persen terhadap APBN 2018 atau
yang dikontribusikan oleh aktivitas
mampu tumbuh sebesar 25,59
ekspor komoditas nikel dan ekspor
persen dibandingkan bulan yang
komoditas kulit kayu dan kulit.
sama pada tahun 2017. Peningkatan
Selain itu, aktivitas ekspor minerba
kenaikan rata-rata harga batubara
meningkat dan tumbuh mencapai
acuan (HBA) pada periode Januari–
156,29 persen sebagai akibat
Mei 2018 yang mencapai US$96,47
meningkatnya permintaan pasokan
per ton, lebih tinggi dibandingkan
oleh negara mitra dagang Indonesia.
HBA periode Januari–Mei 2017
sebesar US$83,55 per ton merupakan
Realisasi PNBP sampai dengan
salah satu faktor utama peningkatan
31 Mei 2018 mencapai Rp144,99
realisasi penerimaan SDA Non
trilliun atau mencapai 52,65 persen
Migas tersebut. Penerimaan dari
dari target APBN 2018 sebesar
kekayaan negara yang dipisahkan
Rp275,43 trilliun. Capaian Realisasi
sampai dengan Mei 2018 mencapai
PNBP ini mengalami pertumbuhan
Rp22,80 triliun atau 51,01 persen
sebesar 17,36 persen dibandingkan
dari target APBN 2018. Pada
dengan periode yang sama pada
periode yang sama, PNBP Lainnya
tahun 2017. Peningkatan ini
telah mencapai 48,60 persen dari
terutama disebabkan meningkatnya
target APBN 2018. Sementara itu,
penerimaan Sumber Daya Alam
pendapatan BLU mencapai sebesar
karena masih berlanjutnya kenaikan
Rp16,65 triliun, atau 38,44 persen
harga komoditas minyak bumi dan
dari target APBN 2018 atau tumbuh
batu bara sepanjang periode Januari-
sebesar 22,38 persen dibandingkan
Mei 2018. Realisasi penerimaan
bulan yang sama tahun sebelumnya.
SDA Migas tumbuh sebesar 43,63
Sumber pendapatan utama BLU
persen dibandingkan periode yang
antara lain berasal dari pendapatan
7
penyediaan barang dan jasa kepada
persen dan Belanja Modal mencapai
masyarakat antara lain pendapatan
Rp30,86 triliun atau 15,1 persen dari
jasa pelayanan rumah sakit dan
pagunya pada APBN 2018. Sementara
pendidikan, pengelolaan dana
itu realisasi Subsidi adalah sebesar
khusus untuk masyarakat terutama
Rp60,97 triliun atau sebesar 39,0
pendapatan dana perkebunan kelapa
persen dan Belanja Bantuan Sosial
sawit, dan pendapatan jasa layanan
yang sudah mencapai Rp39,25
perbankan BLU.
triliun atau sekitar 48,3 persen dari
pagunya pada APBN tahun 2018.
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
Realisasi Belanja Negara sampai
8
dengan akhir Mei 2018 sebesar
Realisasi Transfer ke Daerah dan
Rp779,51 triliun, mencapai sebesar
Dana Desa (TKDD) sampai dengan
35,10 persen dari alokasi dalam
Mei 2018 telah mencapai Rp321,51
APBN 2018, atau meningkat 7,85
triliun atau 41,96 persen dari pagu
persen dari periode yang sama
dalam APBN 2018 yang meliputi
tahun 2017. Realisasi Belanja
Transfer ke Daerah (TKD) Rp300,85
Negara tersebut meliputi Belanja
triliun dan Dana Desa Rp20,66
Pemerintah Pusat sebesar
triliun. Realisasi TKD tersebut terdiri
Rp458,00 triliun dan Transfer ke
atas Dana Perimbangan Rp289,78
Daerah dan Dana Desa sebesar
triliun (42,83 persen), Dana Insentif
Rp321,51 triliun. Pemerintah terus
Daerah (DID) Rp4,25 triliun (50,00
mendorong upaya perbaikan pola
persen), serta Dana Otonomi Khusus
dan kinerja penyerapan anggaran
dan Dana Keistimewaan DIY Rp6,82
agar pelaksanaan APBN dapat
triliun (32,38 persen). Realisasi
memberikan manfaat yang optimal
TKD sampai dengan Mei 2018 lebih
bagi masyarakat. Hal ini tercermin
rendah Rp5,7 triliun (1,86 persen)
antara lain berdasarkan realisasi
dibandingkan realisasi TKD pada
Belanja Barang, Belanja Modal,
periode yang sama tahun 2017. Lebih
Subsidi, dan Belanja Bantuan
rendahnya realisasi TKD sampai
Sosial hingga bulan Mei 2018 yang
dengan Mei 2018 tersebut terutama
secara persentase meningkat jika
disebabkan oleh lebih rendahnya
dibandingkan dengan periode Mei
realisasi DAK Fisik dan DID karena
tahun sebelumnya. Realisasi Belanja
sebagian daerah penerima DAK Fisik
Barang pada akhir Mei 2018 adalah
dan DID belum dapat memenuhi
sebesar Rp84,89 triliun atau 25,0
syarat administrasi penyaluran kedua
jenis dana dimaksud. Sementara
yang sama tahun sebelumnya baik
itu, realisasi Dana Desa sampai
secara nominal maupun persentase
dengan Mei 2018 tersebut di atas,
terhadap PDB. Hal ini sejalan
lebih rendah Rp7,53 triliun (26,71
dengan komitmen Pemerintah yang
persen) dibandingkan periode yang
senantiasa menjaga keberlanjutan
sama tahun 2017 yang disebabkan
pengelolaan APBN yang sehat dan
karena sebagian daerah belum dapat
kredibel. Sementara itu, Pembiayaan
memenuhi persyaratan penyaluran
telah mencapai 48,1 persen dari
dana desa. Semakin ketatnya realisasi
rencana pada APBN 2018 atau
penyaluran TKDD dalam 2018 yang
sebesar Rp156,66 triliun. Pembiayaan
tergambar di atas tidak terlepas dari
yang bersumber dari utang sudah
upaya Pemerintah dalam mendorong
mencapai 38,9 persen dari APBN
produktivitas pemanfaatan TKDD
2018 atau sebesar Rp155,76 triliun.
diantaranya melalui penguatan
Realisasi pembiayaan utang tesebut
persyaratan penyaluran Dana
bersumber terutama dari SBN (neto)
Transfer Khusus (DTK) dan Dana Desa
sebesar Rp166,12 triliun atau 40,1
berdasarkan kinerja penyerapan
persen dari target di APBN tahun
dana dan output. Dengan kebijakan
2018. Sementara Pinjaman Neto
dimaksud diharapkan belanja TKDD
adalah sebesar negatif Rp10,36
yang telah keluar dari kas negara
triliun atau telah mencapai 67,7
dapat dimanfaatkan oleh pemerintah
persen dari rencana tahun 2018 yang
daerah secara lebih produktif
mengisyaratkan bahwa Pemerintah
dan manfaatnya dapat langsung
melakukan pembayaran cicilan pokok
dirasakan oleh masyarakat.
pinjaman lebih besar dari penarikan
pinjaman. Selain pembiayaan utang,
Sementara itu, Keseimbangan
realisasi pembiayaan juga bersumber
Umum pada periode berjalan
dari penerimaan pembiayaan dari
diakhir bulan Mei tahun 2018
Pemberian Pinjaman sebesar Rp797,3
adalah defisit sebesar Rp94,42
miliar dan Pembiayaan Lainnya
triliun atau 0,64 persen terhadap
yaitu yang bersumber dari Hasil
PDB, sedangkan Keseimbangan
Pengelolaan Aset sebesar Rp97,8
Primer pada periode berjalan
miliar. Sementara pada periode
masih positif yaitu sebesar Rp18,05
ini belum dilakukan pencairan
triliun. Realisasi defisit ini lebih
pembiayaan investasi dan kewajiban
kecil dari realisasi pada periode
penjaminan.
9
Realisasi APBN 2018
Realisasi APBN 2018
s/d 31 mei 2018
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
APBN
2018
10
Realisasi
s.d. 31 Mei
% thd
APBN
PENDAPATAN
NEGARA (A)
1,894,720.4
685,086.4
BELANJA NEGARA (B)
2,220,657.0
779,512.9
35.1%
KESEIMBANGAN
PRIMER
(87,329.5)
18,054.2
19.8%
36,2%
SURPLUS/(DEFISIT)
ANGGARAN (A-B)
325,936.6
(94,422.3)
-20,7%
PEMBIAYAAN
ANGGARAN
325,936.6
196,916.3
52,1%
dalam miliar Rupiah
Halaman Kosong
11
Perkembangan Makroekonomi 2018
Perkembangan
Makroekonomi
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
P
12
erekonomian global tahun
tukar. Selama bulan Januari hingga
2018 mengarah pada
Mei tahun 2018, tingkat inflasi
perbaikan meskipun belum
dapat dijaga pada kisaran sasaran
seoptimal pertumbuhan
inflasi 3,5 persen ±1 persen. Pada
sebelum krisis keuangan global.
bulan Mei 2018, laju inflasi tercatat
Seiring dengan kinerja perdagangan
sebesar 3,23 persen (yoy) sehingga
internasional yang masih tumbuh
secara kumulatif inflasi sejak awal
positif, pergerakan harga komoditas
2018 hingga Mei 2018 mencapai
secara umum sedikit meningkat,
1,30 persen (ytd). Realisasi ini lebih
terutama pada harga minyak
rendah jika dibandingkan dengan
mentah. Harga komoditas pertanian
periode yang sama di tahun 2017,
mengalami kenaikan tidak hanya
yaitu sebesar 1,67 persen (ytd) atau
akibat peningkatan demand, tetapi
4,33 persen (yoy). Terkendalinya
juga dampak faktor cuaca yang
harga pangan berperan penting
kurang menguntungkan terhadap
dalam rendahnya laju inflasi ini.
pasokan. Ke depan beberapa faktor
Pada periode ini, terjadi deflasi pada
diperkirakan akan mempengaruhi
beberapa produk hortikultura dan
aktivitas riil ekonomi global antara
beras yang disebabkan ketersediaan
lain insentif pajak AS, relaksasi
pasokan dalam memenuhi kebutuhan
investasi manufaktur Tiongkok yang
masyarakat. Meskipun demikian,
menjadi faktor positif pada tingkat
perlu diwaspadai peningkatan
permintaan, dan isu proteksionisme
harga menjelang Hari Raya Idul
perdagangan yang dapat memberi
Fitri, mengingat harga beberapa
tekanan pada aktivitas perdagangan
komoditas seperti daging dan telur
global.
ayam ras mulai mengalami kenaikan.
Pemerintah terus melakukan
Stabilitas ekonomi Indonesia
upaya stabilisasi harga terutama
terjaga cukup baik yang tercermin
dengan menjamin kelancaran dan
pada stabilitas tingkat harga
kecukupan pasokan, operasi pasar,
domestik walaupun sempat
serta mengupayakan beberapa
terjadi tekanan depresiasi nilai
komoditas pangan inti dijual sesuai
dengan Harga Eceran Tertinggi
tren meningkat sejak tahun 2016.
(HET) dan harga acuan. Dari sisi
Hal ini sejalan dengan pergerakan
komponen administered price (AP),
harga minyak mentah Indonesia
peningkatan harga minyak mentah
(Indonesia Crude Price / ICP) yang
dunia mendorong kenaikan harga
dalam perhitungannya mengacu
BBM nonsubsidi jenis Pertalite
harga minyak mentah utama
dan Pertamax Series. Selain itu,
dunia, terutama jenis Brent. Tren
faktor peningkatan permintaan
peningkatan harga minyak mentah
selama Ramadan dan Lebaran
terus berlanjut dan mencapai harga
akan mendorong inflasi pada
tertinggi di kuartal kedua tahun
tarif angkutan. Namun demikian,
2018. Keluarnya Amerika Serikat
komponen AP terus mengalami tren
dari kesepakatan pencabutan sanksi
penurunan seiring dengan tidak
Iran serta gangguan produksi di
adanya kebijakan harga energi sejak
Venezuela menjadi faktor utama
Juli 2017. Di sisi lain, Laju inflasi
pendorong lonjakan harga minyak
komponen inti sedikit meningkat
mentah di kuartal kedua tahun 2018.
dalam kisaran 2,75 persen, namun
Berdasarkan perkembangan tersebut
tetap terjaga pada tingkat di bawah
dan pergerakan harga Brent, rata-
3 persen. Hal ini dipengaruhi oleh
rata ICP bulan Mei mencapai US$72,5
kondisi ekspektasi inflasi masyarakat
per barel, sehingga rata-rata Januari–
yang terjaga di tengah adanya
Mei 2018 tercatat sebesar US$65,8
peningkatan harga komoditas global
per barel lebih tinggi dibandingkatan
dan volatilitas Rupiah. Terkendalinya
rata-rata ICP tahun 2017. Peningkatan
laju inflasi pada tingkat yang rendah
harga minyak ini diperkirakan
dan stabil ini diharapkan dapat
akan memberikan dampak positif
menjaga daya beli dan mendorong
terhadap kinerja penerimaan negara
peningkatan konsumsi masyarakat.
khususnya Penerimaan Negara Bukan
Pajak.
Sejalan dengan perkembangan
harga komoditas global, harga
Hingga akhir bulan Mei 2018,
minyak mentah dunia menunjukkan
rata-rata nilai tukar Rupiah
13
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
14
terhadap Dollar AS mencapai
Menyikapi perkembangan
Rp13.714/US$. Pergerakan nilai
ekonomi global yang sangat cepat,
tukar mengalami volatilitas cukup
Pemerintah, Bank Indonesia,
tinggi di periode awal 2018. Volatiltas
Otoritas Jasa Keuangan dan
tersebut sebenarnya juga dialami
Lembaga Penjamin Simpanan terus
banyak mata uang negara di dunia
berkoordinasi dan meningkatkan
sebagai dampak faktor dinamika
kewaspadaan dan siap mengambil
global seperti kebijakan normalisasi
kebijakan yang perlu untuk terus
moneter the Fed, kebijakan fiskal
menjaga stabilitas ekonomi dan
yang ekspansif dengan kebijakan
keberlangsungan pembangunan.
pemotongan pajak dan penambahan
Dalam jangka pendek, fokus
belanja yang mendorong
koordinasi kebijakan diprioritaskan
peningkatan defisit fiskal AS dan
pada memperkuat stabilitas dan
proteksionisme yang dilakukan AS.
ketahanan perekonomian nasional
Faktor eksternal lainnya berupa
terhadap tekanan global, yaitu
dampak kenaikan harga minyak dunia
pada stabilitas nilai tukar Rupiah,
dan ketidakpastian permasalahan
inflasi yang rendah, defisit fiskal
geopolitik cukup mempengaruhi
yang sehat, dan defisit transaksi
pergerakan nilai tukar Rupiah.
berjalan yang aman. Hal ini ditempuh
Sejalan dengan pergerakan nilai tukar
melalui penguatan bauran kebijakan
yang fluktuatif, pada bulan Mei 2018
moneter Bank Indonesia, kebijakan
terdapat peningkatan suku bunga
fiskal oleh Kementerian Keuangan,
dalam negeri khususnya suku bunga
ketersediaan bahan pokok strategis,
SPN 3 bulan. Hingga akhir Mei 2018,
dan juga penguatan pengawasan
rata-rata suku bunga SPN 3 bulan
lembaga keuangan oleh OJK, serta
mencapai 4,23 persen lebih rendah
peningkatan pemantauan dan
dibandingkan periode yang sama
perkembangan DPK oleh LPS.
tahun sebelumnya yang mencapai
Sementara itu, implementasi
5,1 persen. Hal ini terutama didukung
kebijakan reformasi struktural di
oleh sentimen positif dari faktor
sektor riil terus dipercepat, seperti
domestik seperti kebijakan front
peningkatan daya saing, perbaikan
loading untuk mengantisipasi
iklim investasi, dan pembangunan
dampak ketidakpastian global dan
infrastruktur strategis, untuk
peningkatan intensitas penerbitan
mendorong pertumbuhan ekonomi
SUN, serta solidnya pemodal
dalam jangka menengah.
domestik.
Halaman Kosong
15
Pendapatan Negara
PENERIMAAN
PAJAK
Pertumbuhan Pajak Capai 14,13 persen, PPN
Tumbuh 16,00 persen
R
Pertumbuhan
(y-o-y) Bulan
Januari - Mei
2015-2018
ealisasi penerimaan pajak
periode Januari s.d. Mei 2018
tercatat sebesar Rp484,5
triliun atau tumbuh 14,13
persen secara year-on-year(yoy).
Pertumbuhan positif ini ditopang oleh
pertumbuhan PPh Non Migas yang
mencapai 14,25 persen dan PPN yang
tumbuh 16,00 persen. Pertumbuhan
sebesar 14,13 persen di tahun 2018
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
dipengaruhi oleh penerimaan yang
16
sifatnya one-off pada triwulan I
2017 yaitu penerimaan dari uang
tebusan Tax Amnesty yang nilainya
(dalam triliun Rupiah)
Realisasi s/d 31 Mei 2018
Realisasi
Penerimaan
Uraian
Pajak s/d
APBN
2018
Rp
31 Mei 2018
Pajak Penghasilan
- Migas
855,1
300,1
∆%
2017 2018
% thd
APBN
13,20%
35,10%
38,1
25,4
3,00%
66,62%
- Non Migas
817,0
274,7
14,25%
33,62%
PPN & PPnBM
541,8
181,0
16,00%
33,40%
PBB & Pajak Lainnya
Jumlah
27,1
3,4
1,04%
12,64%
1.424,0
484,5
14,13%
34,02%
mencapai Rp 12 triliun. Tanpa
2017. Kondisi ini lebih banyak
memperhitungkan uang tebusan Tax
dipengaruhi oleh restitusi pada
Amnesty di tahun 2017, pertumbuhan
periode Januari s.d. April 2018 yang
penerimaan pajak periode Januari s.d.
tumbuh 8,17 persen (yoy). Salah satu
Mei 2018 mencapai 17,45 persen atau
faktor pendorong pertumbuhan
lebih tinggi dibandingkan periode
positif restitusi di tahun 2018 ini
yang sama 2015 s.d. 2017.
adalah pertumbuhan volume ekspor
di triwulan IV tahun 2017 yang
Pertumbuhan penerimaan pajak
mencapai 6,0 persen dan di triwulan
di tahun 2018 masih ditopang oleh
I tahun 2018 yang mencapai 13,8
jenis-jenis penerimaan pajak yang
persen.
berasal dari aktivitas impor dan
produksi. Kinerja positif beberapa
Khusus untuk bulan Mei 2018,
jenis pajak utama, seperti PPh
pertumbuhan penerimaan pajak
Pasal 21, PPh Badan, PPN Dalam
secara yoy tumbuh hingga 28,38
Negeri, PPN Impor memberikan
persen atau lebih tinggi dibandingkan
sinyal positif peningkatan aktivitas
bulan Mei 2017 yang tumbuh 7,40
ekonomi setidaknya dari perspektif
persen. Pertumbuhan penerimaan
penerimaan pajak.
pajak di bulan Mei 2018 terutama
berasal dari jenis-jenis pajak yang
Pertumbuhan
Pajak
Berdasarkan
Jenis
Pertumbuhan PPN Dalam Negeri
erat kaitannya dengan aktivitas
sedikit melambat jika dibandingkan
perekonomian, seperti PPh Pasal 21
dengan periode yang sama tahun
(tumbuh 18,29 persen), PPh Pasal 22
Jenis Pajak
growth
growth
Januari - Mei 2017
Januari - Mei 2018
PPh Pasal 21
0,38%
15,54%
PPh Badan
8,31%
26,97%
PPN Dalam Negeri
13,41%
12,12%
Pajak atas Impor
19,05%
25,85%
- PPh 22 Impor
16,31%
30,27%
- PPN Impor
20,70%
25,17%
- PPnBM Impor
-1,45%
3,14%
17
growth y-o-y
Mei 2017
growth y-o-y
Mei 2018
PPh Pasal 21
3,38%
18,29%
PPh 22 Impor
22,47%
34,74%
PPh 25 Badan (Masa)
11,06%
21,57%
PPN Dalam Negeri
2,60%
20,08%
PPN Impor
25,44%
25,62%
Jenis Pajak
Pertumbuhan
Pajak per Mei
2017 dan 2018
Impor (tumbuh 34,74 persen), PPN
sektor usaha utama seperti Industri
Impor (tumbuh 25,62 persen), PPN
Pengolahan dan Perdagangan
Dalam Negeri (tumbuh 20,08 persen),
yang tumbuh positif, berturut-
dan PPh Final 1% (tumbuh 17,37
turut tumbuh 15,40 persen dan
persen). Sementara itu, angsuran
31,43 persen. Sejalan dengan
bulanan PPh Badan (PPh Pasal 25
pertumbuhan PPh Pasal 29 Badan,
Badan) meningkat signifikan di bulan
secara keseluruhan penerimaan pajak
Mei 2018 dengan realisasi mencapai
dari sektor pertambangan tumbuh
Rp16,3 triliun atau tumbuh 21,57
85,15 persen (yoy) atau lebih tinggi
persen (yoy).
dibandingkan pertumbuhan periode
yang sama tahun lalu (tumbuh 28,29
Kinerja positif penerimaan pajak
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
juga tercermin dari penerimaan
18
persen).
Angsuran Bulanan PPh Badan
Tumbuh Signifikan, Merata di
Seluruh Sektor Utama
Pertumbuhan angsuran bulanan
PPh Badan (PPh Pasal 25) yang
mencapai 22,43 persen di bulan Mei
2018 ditopang oleh seluruh sektor
utama seperti Industri Pengolahan
(tumbuh 11,11 persen), Perdagangan
(tumbuh 18,46 persen), Jasa
Keuangan (tumbuh 16,77 persen),
dan Pertambangan (tumbuh 121,01
persen). Tren positif angsuran
bulanan PPh Badan memberikan
optimisme pencapaian penerimaan
hingga akhir tahun mengingat
apabila tidak ada perubahan struktur
ekonomi yang signifikan, nilai
angsuran bulanan PPh Badan relatif
sama.
Angsuran bulanan PPh Badan dari
Wajib Pajak yang bergerak di sektor
Industri Pengolahan mencapai Rp 4,7
triliun atau lebih tinggi dibandingkan
dengan tren pembayaran tahun
2017 khususnya periode Mei s.d
September. Demikian pula halnya
dengan sektor utama lainnya yang
menunjukkan peningkatan nominal
pembayaran angsuran bulanan PPh
Badan, baik terhadap bulan Mei
2017 maupun tren periode Mei s.d.
September 2017.
19
Sinyal Positif Siklus Penerimaan
Pajak Menjelang Hari Raya
Tren Penerimaan PPh Pasal 21
Menjelang dan Sesudah Hari Raya
Menjelang Hari Raya Idul Fitri di
bulan Juni 2018, tren penerimaan PPh
Pasal 21 sampai dengan Mei 2018 (M1) menunjukkan arah pertumbuhan
yang lebih baik dibandingkan periode
sebelumnya, seiring dengan mulai
dibayarkannya tunjangan hari raya.
Tren kenaikan tersebut diperkirakan
akan berlanjut pada bulan Juni pada
saat hari raya berlangsung (M),
sebagaimana siklus penerimaan
pajak tahun sebelumnya.
Hal yang serupa terjadi juga pada
Tren Penerimaan Pajak atas Impor
Menjelang dan Sesudah Hari Raya
pajak atas aktivitas impor (PPh Pasal
22 Impor dan PPN Impor) di sektor
industri maupun perdagangan
barang konsumsi masyarakat1.
Terjadi peningkatan penerimaan
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
pajak yang signifikan pada periode
April s.d. Mei 2018 (M-2 dan M-1)
dibandingkan dengan siklus periode
yang sama tahun sebelumnya. Hal
ini mencerminkan peningkatan
konsumsi masyarakat seiring dengan
persiapan hari raya.
20
1 Industri makanan dan minuman (di luar minyak
nabati/sawit), industri barang elektronik, industri
tekstil dan alas kaki, perdagangan besar dan eceran
(di luar kendaraan bermotor dan bahan bakar)
Halaman Kosong
21
KEPABEANAN
DAN CUKAI
Pertumbuhan
Penerimaan
Kepabeanan dan
Cukai,
s.d. Mei yoy,
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
2015-2018
22
P
enerimaan kepabeanan dan cukai hingga 31 Mei
(BM), cukai, dan bea keluar (BK). Tren
2018 sebesar Rp54,18 triliun atau 27,91 persen
positif juga terjadi pada komponen
dari target APBN 2018. Secara persentase, capaian
penerimaan pajak dalam rangka
penerimaan tersebut lebih tinggi dibandingkan
impor (PDRI) yang terdiri dari PPN
dengan persentase capaian periode serupa tahun 2017
Impor, PPn BM Impor, dan PPh Pasal
yang hanya mencapai 24,21 persen. Secara nominal,
22 Impor. Hingga akhir Mei 2018 total
capaian penerimaan ini meningkat sebesar Rp8,38
PDRI yang dihimpun DJBC sebesar
triliun atau tumbuh 18,29 persen bila dibandingkan
Rp98,36 triliun, tumbuh 25,57
dengan periode yang sama tahun 2017 yang hanya 45,80
persen ( yoy). Secara total, jumlah
triliun. Pertumbuhan penerimaan yang mencapai 2 digit
penerimaan negara yang dihimpun
masih menjadi yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir,
Direktorat Jenderal Bea Cukai hingga
melanjutkan tren pertumbuhan positif penerimaan yang
31 Mei 2018 adalah sebesar Rp152,53
terjadi sejak awal tahun. Pertumbuhan positif penerimaan
triliun, tumbuh 23,06 persen
ini terjadi tidak hanya pada total penerimaan kepabeanan
dibanding capaian periode serupa
dan cukai, namun juga terjadi pada ketiga komponen
tahun lalu
penerimaan kepabeanan dan cukai, yaitu bea masuk
Pertumbuhan
Penerimaan Bea
Masuk
s.d. Mei yoy,
2015-2018
Penerimaan BM hingga 31 Mei 2018 adalah sebesar
Peningkatan devisa impor sendiri
Rp15,42 triliun atau 43,18 persen dari target APBN 2018.
tidak lepas dari faktor dampak
Penerimaan BM tersebut terdiri dari penerimaan rutin
lebaran (efek festival), yang telah
sebesar Rp14,12 triliun dan penerimaan extra effort
terjadi pada bulan April dan Mei,
sebesar Rp1,29 triliun. Realisasi penerimaan BM tersebut
sebagai akibat meningkatnya
juga lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu
kebutuhan barang konsumsi di dalam
sebesar Rp1,91 triliun atau 14,11 persen. Pertumbuhan
negeri menjelang lebaran. Selain itu,
penerimaan BM pada bulan Mei 2018 juga lebih tinggi
kebijakan impor kebutuhan pokok
bila dibandingkan rata-rata penerimaan BM bulan Mei
seperti gula, beras, dan daging
dalam 3 tahun terakhir yang mencapai 8,28 persen.
diindikasikan turut memberi andil
Capaian kinerja penerimaan BM sendiri dipengaruhi oleh
positif terhadap penerimaan BM..
tingginya devisa impor yang mencapai sebesar USD
77,30 miliar atau tumbuh 10,58 persen dibandingkan
volume devisa tahun lalu yang mencapai USD 69,90 miliar.
23
Pertumbuhan
Penerimaan
Cukai s.d. Mei
yoy, 2015-2018
Penerimaan cukai hingga 31 Mei 2018 adalah sebesar
2.
Pelunasan maju atas CHT
Rp35,99 triliun atau 23,16 persen dari target APBN 2018.
sebesar Rp1,09 triliun di bulan
Capaian penerimaan tersebut mengalami peningkatan
Mei 2018, atau tumbuh sebesar
sebesar Rp5,20 triliun dibanding capaian pada periode
149 persen (yoy), dimana
yang sama tahun lalu atau tumbuh 16,89 persen. Tren
sebesar 74 persen dari total
pertumbuhan penerimaan juga masih berlanjut pada
pelunasan maju tersebut
penerimaan cukai yang juga merupakan pertumbuhan
dikontribusikan oleh PR
tertinggi selama 3 tahun terakhir. Sedangkan
golongan I;
peningkatan penerimaan sebesar Rp5,20 triliun
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
merupakan peningkatan penerimaan yang tertinggi
Efek kenaikan tarif tertimbang
normatif sebesar 10,04 persen
komponen penerimaan yang lain. Capaian penerimaan
pada 2018.
cukai paling besar dikontribusikan oleh penerimaan cukai
hasil tembakau (CHT), yaitu sebesar Rp33,99 triliun atau
Komponen penerimaan cukai lainnya
22,93 persen dari target APBN 2018. Penerimaan CHT bila
seperti minuman mengandung etil
dibandingkan periode yang sama tahun lalu mengalami
alkohol (MMEA) dan etil alkohol (EA),
peningkatan sebesar Rp5,04 triliun atau tumbuh 17,41
masing-masing menyumbangkan
persen.
penerimaan sebesar Rp1,92
triliun dan Rp0,06 triliun dengan
Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan CHT bulan
pertumbuhan masing-masing
Mei 2018, antara lain:
sebesar 9,31 persen dan -6,19
persen..
1.
24
3.
bila dibandingkan peningkatan penerimaan pada
Peningkatan pelunasan CK-1 jatuh tempo pada bulan
Mei sebesar 8,5 persen yang didominasi oleh pabrik
rokok (PR) golongan I dan III;
Pertumbuhan
Penerimaan BK
Mei 2015 2018
Penerimaan bea keluar (BK)
penerimaan juga masih terjadi pada
hingga 31 Mei 2018 mencapai
komponen penerimaan BK. Kinerja
Rp2,77 triliun atau 92,36 persen
penerimaan BK masih dipengaruhi
dari target APBN 2018. Capaian
oleh aktifitas ekspor minerba,
tersebut lebih tinggi sebesar Rp1,27
yang tumbuh 156,29 persen
triliun bila dibandingkan capaian
akibat meningkatnya permintaan
pada periode yang sama tahun
pasokan oleh mitra dagang. Ekspor
lalu atau tumbuh 84,60 persen.
komoditas kayu dan kulit yang masih
Persentase capaian terhadap target
tumbuh sebesar 34,80 persen,
APBN 2018 dan pertumbuhan
serta melonjaknya ekspor nikel,
penerimaan BK merupakan yang
yang tumbuh 203,15 persen juga
terbesar dibandingkan capaian
turut mendorong penerimaan BK.
pada komponen penerimaan yang
Adapun produk kelapa sawit masih
lain. Pertumbuhan penerimaan
belum memberikan kontribusi pada
BK juga masih lebih tinggi dari
penerimaan BK akibat harga patokan
pertumbuhan 3 tahun terakhir,
ekspornya masih berada di bawah
sehingga mengindikasikan tren positif
USD750/Metric Ton.
25
Efek Lebaran pada Penerimaan
Kepabeanan dan Cukai
Efek festival adalah istilah yang
berdampak pada penerimaan negara, khususnya
digunakan oleh para ekonom untuk
penerimaan kepabeanan dan cukai?
mendefinisikan suatu peristiwa
atau kegiatan yang terjadi berulang
Efek lebaran mempengaruhi kinerja penerimaan bea
setiap tahun dan memberikan
masuk (BM) melalui beberapa hal, antara lain:
dampak terhadap kegiatan ekonomi.
Hari Raya Idul Fitri yang didahului
1. Jumlah hari kerja
dengan ibadah puasa Ramadhan bisa
dikatakan sebagai salah satu contoh
Hari kerja pada bulan dimana terdapat hari raya biasanya
dari efek festival dimaksud, para ahli
akan lebih sedikit dibandingkan bulan lainnya. Pada
ekonomi menyebutnya sebagai efek
tahun 2018 lebaran jatuh pada bulan Juni, pemerintah
lebaran.
memberikan libur atau cuti bersama sebanyak 7 hari.
Akibatnya, hari kerja bulan Juni 2018 hanya menyisakan 12
Efek lebaran memberikan pengaruh
hari kerja.
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
yang signifikan terhadap aktifitas
ekonomi, baik pada produksi
Terbatasnya hari kerja bulan Juni tentu akan berpengaruh
maupun konsumsi masyarakat. Hal
pada penerimaan BM yang diperkirakan akan bergeser
itu terutama diakibatkan karena
ke bulan berikutnya atau bulan Juli. Seperti nampak pada
tingginya kebutuhan masyarakat
grafik Penerimaan BM Bulanan 2016 s.d. 2018 di bawah,
akan barang konsumsi yang
1 bulan berikutnya setelah lebaran terjadi lonjakan
sedianya digunakan dalam rangka
penerimaan. Sebagaimana terjadi pada bulan Agustus
melaksanakan ibadah sekaligus
2016 (garis hijau) dan bulan Juli 2017 (garis biru).
merayakannya. Kebutuhan akan
barang konsumsi masyarakat
tersebut tentunya tidak dapat
dipenuhi seluruhnya oleh pasokan
dalam negeri, sehingga harus ditutup
dengan melakukan importasi.
Lalu, bagaimana keduanya
mempengaruhi kegiatan
26
perekonomian terutama kegiatan
importasi yang selanjutnya
22,02 persen dan negatif 16,06
2. Peningkatan devisa impor
persen. Jenis barang konsumsi
Apabila dilihat pada grafik Penerimaan BM Bulanan 2016
yang diimpor juga banyak
s.d. 2018 di bawah ini , efek lebaran terjadi rata-rata pada
dikontribusi oleh barang-barang
1 hingga 2 bulan sebelumnya. Seperti yang terlihat pada
kebutuhan rumah tangga,
tahun 2016 (garis hijau putus-putus) dimana hari lebaran
berupa barang dari plastik,
berada pada bulan Juli, maka devisa impor nampak mulai
sayuran, pangan olahan, serelia
meningkat pada bulan Mei 2016. Hal serupa terjadi pada
hingga buah-buahan yang
tahun 2017 (garis biru putus-putus) dimana lebaran
menggambarkan permintaan
berada pada bulan Juni, maka terlihat peningkatan yang
atas kebutuhan persiapan puasa
signifikan terjadi pada devisa impor bulan Mei 2017.
dan hari raya.
Sedangkan untuk tahun 2018 (garis kuning), efek lebaran
sudah mulai terasa pada bulan April dan berlanjut hingga
bulan Mei 2018.
2.
Peningkatan impor bahan baku
dan penolong yang diindikasikan
untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi bulan ramadhan dan
hari raya, seperti makanan
ternak 114,62 persen, bahan
baku kain sintetik 25,76 persen,
serta kain tule, tenun dan rajut
33,63 persen.
Pada sisi penerimaan cukai, efek
lebaran lebih berpengaruh terhadap
produksi pabrik rokok (PR) yang
turun akibat libur bersama yang
cukup panjang. Rata-rata penurunan
Indikasi bahwa efek lebaran pada tahun 2018 telah
produksi PR akibat efek lebaran
dimulai sejak bulan April, adalah:
selama tahun 2016 dan 2017 adalah
sebesar 23 persen, sehingga tidak
1.
Peningkatan impor barang konsumsi sebesar 8,86
menutup kemungkinan terjadi juga
persen, atau lebih tinggi dibandingkan tahun 2016
pada tahun ini. Penurunan produksi
dan 2017 yang masing-masing hanya sebesar negatif
(CK-1) sebagai dampak efek lebaran
27
4,17 hingga 4,22 miliar batang (Mbtg).
2. Harga komoditas
Namun demikian, dampaknya baru
akan dirasakan pada bulan Agustus
Harga komoditas di pasaran
2018 karena mayoritas CK-1 dilunasi
dunia bisa berubah setiap saat,
dengan cara kredit.
sehingga saat suatu komoditas
sedang mempunyai harga yang
Penerimaan bea keluar (BK) pada
menguntungkan maka eksportir
bulan Juni 2018 diperkirakan tidak
tentu berusaha memaksimalkan hasil
terlalu terpengaruh oleh efek festival,
produksinya.
karena sebagian besar proses bisnis
pada kegiatan eksportasi mempunyai
3. Faktor cuaca di situs tambang.
karakteristik tertentu, seperti:
Lokasi tambang yang biasanya
1. Keterikatan kontrak
berada di area terbuka, membuatnya
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
sangat terpengaruh oleh faktor
28
Eksportasi mineral adalah aktifitas
cuaca. Sehingga eksportir akan
ekspor yang sudah terjadual.
memaksimalkan proses pengapalan
Komitmen untuk memenuhi pasokan
barang ekspornya demi memenuhi
kebutuhan yang tertuang dalam
target pengiriman.
klausul kontrak sangat mengikat
karena kebutuhan akan komoditas
tersebut di negara tujuan ekspor.
Halaman Kosong
29
PENERIMAAN NEGARA
BUKAN PAJAK (PNBP)
Realisasi PNPB
s/d 31 Mei 2018
(dalam miliar
Rupiah)
I. Penerimaan Negara Bukan
Pajak
A. Penerimaan SDA
2018
Realisasi
APBN
s.d 31 Mei
2018
% thd APBN
Growth
y-o-y (%)
145.006,98
52,65%
17,39%
39,24%
103.674,80
64.853,30
62,55%
1 Migas
80.349,00
50.606,24
62,98%
43,63%
a Minyak Bumi
59.582,70
50.606,11
84,93%
43,63%
b Gas Alam
20.766,30
0,13
0,00%
0,00%
2 Non Migas
23.325,80
14.247,06
61,08%
25,59%
a Pertambangan Minerba
17.858,52
12.181,74
68,21%
27,01%
9,26%
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
b Kehutanan
30
1.618,47
38,84%
c Perikanan
4.166,71
600,00
224,86
37,48%
67,06%
d Pend. Per. Panas Bumi
700,59
221,99
31,69%
62,28%
B Pendapatan dari KND
44.695,40
22.797,40
51,01%
-14,08%
C. PNBP Lainnya
83.753,12
40.710,68
48,61%
10,59%
D. Pendapatan BLU
43.304,60
16.645,60
38,44%
22,38%
S
ampai dengan tanggal 31
meningkatnya harga komoditas,
Mei 2018, realisasi PNBP
khususnya harga minyak bumi dan
mencapai Rp145,01 triliun
batu bara sepanjang periode Januari
atau 52,65 persen dari APBN
s.d. Mei 2018.
2018. Realisasi tersebut mengalami
pertumbuhan sebesar 17,39 persen
Realisasi penerimaan SDA Migas
jika dibandingkan dengan realisasi
mencapai Rp50,61 triliun atau 62,98
periode yang sama tahun 2017.
persen dari target dalam APBN
Kenaikan ini antara lain disebabkan
2018. Realisasi tersebut mengalami
pertumbuhan sebesar 43,63 persen
Realisasi penerimaan PNBP Lainnya
dibandingkan periode yang sama
mencapai Rp40,71triliun atau
tahun 2017. Kenaikan penerimaan
48,61persen terhadap APBN 2018.
SDA Migas tersebut, antara lain
Realisasi tersebut mengalami
disebabkan oleh lebih tingginya
pertumbuhan sebesar 10,59 persen
realisasi ICP bulan Januari s.d. Mei
jika dibandingkan dengan periode
2018, yaitu sebesar USD65,79/barel,
Mei 2017 yang mencapai Rp36,81
dibandingkan realisasi ICP bulan
triliun. Pertumbuhan tersebut antara
Januari s.d. Mei 2017, yaitu sebesar
lain disebabkan lebih tingginya
USD49,95/barel.
penerimaan spektrum frekuensi
radio yang mengalami perubahan
Realisasi penerimaan SDA Non
pola pembayaran dari tahunan
Migas mencapai Rp14,25 triliun
menjadi triwulanan dan peningkatan
atau 61,08 persen terhadap APBN
pendapatan penjualan hasil tambang
2018. Realisasi tersebut mengalami
seiring dengan peningkatan
pertumbuhan sebesar 25,59 persen
penerimaan batubara.
jika dibandingkan dengan periode
yang sama tahun 2017 yang mencapai
Untuk pendapatan BLU, hingga 30
Rp11,34 triliun. Peningkatan ini
Mei 2018 terealisasi sebesar Rp16,65
diantaranya disebabkan oleh
triliun, atau mencapai 38,44 persen
kenaikan rata-rata harga batubara
dari APBN 2018, meningkat 22,38
acuan (HBA) pada periode Januari s.d.
persen dari realisasi Mei 2017 yang
Mei 2018 yang mencapai US$96,47/
hanya mencapai Rp13,60 triliun.
ton, lebih tinggi dibandingkan HBA
Peningkatan realisasi tersebut
periode Januari s.d. Mei 2017 sebesar
disebabkan oleh peningkatan volume
US$83,55/ton.
layanan dan bertambahnya satker
BLu baru.
31
Perbandingan
Realisasi PNBP
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
per Sektor
32
Untuk mencapai target PNBP
Pengawasan Intern Pemerintah);
tahun 2018, beberapa kebijakan
dan (d) perluasan jaringan
PNBP yang sedang dilaksanakan
interkoneksi PNBP (SIMPONI). Selain
antara lain: (a) mengevaluasi dan
itu, optimalisasi PNBP dilakukan
menyempurnakan peraturan PNBP
dengan tetap memerhatikan kualitas
(perubahan UU PNBP dan revisi PP
pelayanan kepada masyarakat
tentang jenis dan tarif PNBP); (b)
dan menjaga kelestarian sumber
optimalisasi penerapan production
daya alam. Dengan kebijakan PNBP
sharing contract/PSC gross split;
tersebut diharapkan realisasi PNBP
(c) peningkatan pengawasan dan
sampai dengan akhir tahun 2018
pengelolaan SDA yang lebih terpadu
dapat melampaui target yang telah
(melibatkan BPKP dan Aparat
ditetapkan.
Halaman Kosong
33
Sekilas Pandang Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP)
Penerimaan Negara Bukan Pajak
masyarakat. Artinya, Pajak dan
adalah seluruh penerimaan
PNBP memiliki peran yang berbeda.
Pemerintah Pusat di luar penerimaan
Perbedaan paling mencolok adalah
perpajakan dan hibah. Sesuai
wajib bayar PNBP membayar untuk
UU Nomor 20 tahun 1997, PNBP
mendapatkan jasa dan produk
berasal dari penerimaan sumber
layanan yang dibutuhkan, sedangkan
daya alam, (berupa royalti minyak,
wajib pajak tidak mendapatkan
royalti batubara, penjualan hasil
imbalan secara langsung. Hasil dari
tambang dan lain sebagainya),
penerimaan PNBP dikembalikan
penerimaan deviden BUMN, juga
pada masyarakat dalam bentuk
penerimaan dari kegiatan ekonomi
penyelenggaraan layanan berkualitas
dan pelayanan publik atas jasa
tinggi dan transparan.
layanan yang diberikan oleh unit-unit
pemerintahan.
Perbedaan lain antara penerimaan
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
perpajakan dan PNBP adalah
34
PNBP bersama penerimaan pajak
adanya sebagian setoran PNBP
merupakan pilar utama penerimaan
yang “dikembalikan” dalam bentuk
negara yang menopang APBN.
pendanaan untuk membiayai
Sektor perpajakan memegang
pelayanan yang diperoleh Wajib
peran terbesar dalam APBN dan
Bayar. Sebagian dari jumlah yang
sebagai sumber penerimaan negara
dibayarkan Wajib Bayar digunakan
yang digunakan untuk membiayai
kembali untuk menyelenggarakan
kebutuhan penyelenggaraan
layanan, seperti pengadaan bahan
pemerintahan. Sedangkan PNBP,
dengan spesifikasi kualitas tertentu,
disamping sebagai sumber
pemeliharaan laboratorium
penerimaan juga berperan
karantina/pengujian, bahkan
memberikan pelayanan tertentu
pengadaan fasilitas berbasis
yang berkualitas sesuai kebutuhan
teknologi untuk menunjang
pelatihan/pemberian pelayanan.
keadilan dan kesetaraan, pemerataan
Sementara itu, bagian PNBP yang
pelayanan, serta mempertimbangkan
tidak digunakan untuk layanan
kemampuan masyarakat, salah
akan menjadi tambahan sumber
satunya melalui kebijakan keringanan
pendanaan bagi pembangunan di
tarif PNBP.
sektor pendidikan, kesehatan, atau
pembangunan infrastruktur.
Keringanan tarif PNBP berupa
pemberian tarif layanan sampai
Dalam sistem pengelolaan keuangan
dengan Rp0,00 atau 0 persen kepada
negara, PNBP memiliki dua fungsi
golongan atau pihak tertentu telah
utama, yaitu fungsi budgetary dan
diatur dalam UU Nomor 20 tahun
regulatory. Perumusan kebijakan
1997 tentang Penerimaan Negara
pengelolaan PNBP selain bertujuan
Bukan Pajak. Kebijakan tersebut
untuk menghimpun penerimaan
kemudian dituangkan dalam
negara (fungsi budgetary), juga
Peraturan Pemerintah tentang
bertujuan untuk mendukung
Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP
kebijakan dan program pemerintah
yang berlaku di masing-masing
dalam meningkatkan kesejahteraan
Kementerian/Lembaga. Dalam PP
rakyat dan pertumbuhan ekonomi
jenis dan tarif atas Jenis akan diatur
(fungsi regulatory). Pengelolaan
jenis layanan dan kriteria yang
PNBP diarahkan untuk mencapai
dapat diberikan keringanan tarif
titik optimal, bukan maksimal,
tersebut. Kriteria tersebut antara lain
sehingga tidak semata-mata
masyarakat tidak mampu, pelajar
memungut namun ada penyesuaian
berprestasi, UMKM, atau kondisi
yang mempertimbangkan dampak
tertentu, seperti kondisi kahar dan
kepada masyarakat/pihak yang
bencana alam.
terkait. Untuk itu, kebijakan PNBP
disusun dengan memperhatikan asas
Peraturan Pemerintah tentang Jenis
35
dan Tarif atas Jenis Penerimaan
Pemerintah melakukan penertiban dan
Negara Bukan Pajak pada
pengaturan agar unit-unit Pemerintahan
Kementerian Agama mengatur
tidak melakukan pungutan secara
tentang tidak dikenakannya biaya
berlebihan kepada masyarakat tanpa
pencatatan untuk nikah atau rujuk
didasari evaluasi biaya pemberian jasa
yang diselenggarakan di Kantor
dan potensi beban yang ditanggung
Urusan Agama (KUA) Kecamatan.
masyarakat. Berbagai layanan yang
Peniadaan biaya atas layanan pada
diberikan keringanan tarif menjadi cermin
KUA ini merupakan salah satu
komitmen pemerintah untuk menjalankan
contoh pemberian keringanan tarif
hal tersebut. Dengan adanya pemberian
PNBP sampai dengan Rp0,00 atau
keringanan tarif PNBP, pemerintah
0 persen. Kementerian Agraria dan
diharapkan mampu memberikan dampak
Tata Ruang/Badan Pertanahan
keadilan kepada masyarakat dengan tetap
Nasional memberikan keringanan
memenuhi tanggung jawabnya untuk
tarif antara lain untuk layanan
memberikan layanan yang terbaik sesuai
pengukuran, pemetaan, dan
dengan tugas dan fungsinya.
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
pendaftaran tanah pertama kali
kepada masyarakat tidak mampu,
PNBP saat ini telah mengalami
veteran, masyarakat adat, wakif,
peningkatan cukup signifikan baik dari
dan lain sebagainya. Kementerian
sisi jumlah penerimaan maupun dari
Energi dan Sumber Daya Mineral
jenis layanan. PNBP telah menjadi bagian
memberikan tarif Rp0,00 untuk data
penting penerimaan negara dengan
wilayah kerja panas bumi apabila
kontribusi rata-rata dalam 10 (sepuluh
ditujukan untuk menunjang investasi
tahun) terakhir sebesar 25.4 persen dari
di bidang panas bumi. Sementara itu,
total penerimaan negara. Pencapaian
beberapa Kementerian yang memiliki
PNBP yang signifikan tersebut tidak
layanan perguruan atau sekolah
lepas dari peran aktif seluruh komponen
tinggi memberikan keringanan tarif
yang terlibat dalam pengelolaan PNBP
untuk biaya pendidikan mahasiswa
sesuai dengan tugas dan fungsi masing-
berprestasi dan mahasiswa tidak
masing, yang secara bersama-sama
mampu.
mengupayakan peningkatan akuntabilitas
pengelolaan PNBP serta perbaikan
Pemerintah memahami bahwa
setiap pungutan adalah beban
36
kepada masyarakat, oleh karena itu
pelayanan publik.
Contoh Kebijakan Keringanan Tarif pada
Kementerian/Lembaga
37
Pemanfaatan Basis Data PNBP dan Sistem
Terintegrasi untuk Optimalisasi Penerimaan Negara
dari Sektor Minerba
Kepatuhan Wajib Pajak (WP)
Era sebelum SIMPONI
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8
sektor pertambangan minerba
38
memprihatinkan, hanya 2.577 WP
Senasib dengan pajak, sebelum
yang melaporkan SPT, sementara
tahun 2016 tingkat kepatuhan
yang tidak lapor mencapai 3.624
perusahaan minerba dalam
WP di tahun 2015. Kondisi tersebut
memenuhi kewajiban PNBP sektor
disampaikan Direktur Jenderal
minerba juga cukup memprihatinkan.
(Dirjen) Pajak saat Konferensi Pers
Indikasi rendahnya kepatuhan
Anggaran Pendapatan dan Belanja
tersebut antara lain tercermin dari
Negara (APBN) 2017 di kantor
besarnya temuan pemeriksa (BPKP
Kementerian Keuangan, Jakarta,
dan BPK) berupa kurang bayar PNBP.
Kamis (27/10/2016). Hal inilah yang
Sulitnya Ditjen Minerba, KESDM
mendorong Menteri Keuangan
selaku instansi pengelola PNBP
Sri Mulyani Indrawati mengimbau
untuk verifikasi perhitungan PNBP
perusahaan di sektor pertambangan
disebabkan terbatasnya data dukung
minerba untuk ikut program
dan lemahnya pengawasan. Hal ini
pengampunan pajak.
juga yang menyebabkan Laporan
Keuangan KESDM sulit mendapatkan
Pengelolaan Pajak yang didukung
opini Wajar Tanpa Pengecualian
SDM, regulasi, dan sistem yang
(WTP) dan hingga terakhir