Harga Komoditas Naik, Penerimaan PNBP Semakin Baik

Edisi Juni 2018

APBN KITA
KINERJA DAN FAKTA

1

Harga Komoditas Naik,
Penerimaan PNBP Semakin Baik

2

A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8

“Perhitungan DAU yaitu transfer yang diberikan oleh
pemerintah kepada daerah, formulasinya itu sudah
memasukkan perhitungan THR dan gaji ke-13,”
Menkeu di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta,
Senin (4/6).

3


Infografis

Rp

A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8

%

4

Realisasi Pendapatan Negara

Realisasi Belanja Negara

Realisasi penerimaan pendapatan negara
dan hibah jelang memasuki tengah tahun
2018 atau tepatnya sampai dengan akhir
Mei 2018 telah mencapai Rp685,06 triliun.
Pencapaian tersebut telah memenuhi 36,16

persen dari target penerimaan pendapatan
negara dan hibah yang ditetapkan pada
APBN 2018.

Realisasi Belanja Negara sampai dengan
akhir Mei 2018 sebesar Rp779,51 triliun,
mencapai sebesar 35,1 persen dari alokasi
dalam APBN 2018, atau meningkat 7,85
persen dari periode yang sama tahun 2017.
Realisasi Belanja Negara tersebut meliputi
Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp458,0
triliun dan Transfer ke Daerah dan Dana
Desa sebesar Rp321,51 triliun.

Perkembangan Penerimaan Pajak

Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak

Perkembangan penerimaan perpajakan
secara lebih rinci hingga akhir Mei 2018,

yaitu sebesar Rp484,50 triliun berasal dari
penerimaan pajak dan Rp54,16 triliun
merupakan penerimaan yang berasal dari
kepabeanan dan cukai. Berdasarkan target
penerimaan pada APBN 2018, penerimaan
pajak dan kepabeanan dan cukai telah
terealisasi masing-masing sebesar 34,02
persen dan 27,91 persen.

Realisasi PNBP sampai dengan 31 Mei 2018
mencapai Rp144,99 trilliun atau mencapai
52,65 persen dari target APBN 2018 sebesar
Rp275,43 trilliun. Capaian Realisasi PNBP
ini mengalami pertumbuhan sebesar 17,36
persen dibandingkan dengan periode yang
sama pada tahun 2017.

Perkembangan Penerimaan Pajak

Realisasi Transfer ke Daerah dan

Dana Desa (TKDD)

Penerimaan PPh non migas sampai dengan
akhir Mei 2018 tumbuh 14,25 persen secara
yoy. Tanpa memperhitungkan penerimaan
dari Tax Amnesty, PPh non migas tumbuh
mencapai 20,25 persen (yoy). Pertumbuhan
penerimaan PPh non migas masih didominasi oleh penerimaan PPh 22 Impor, PPh
pasal 25/29 Badan, dan PPh pasal 25/29
OP. Ketiga komponen PPh non migas
tersebut masing-masing tumbuh mencapai
30,27 persen (yoy), 26,97 persen (yoy), dan
20,51 persen (yoy).

Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana
Desa (TKDD) sampai dengan Mei 2018 telah
mencapai Rp321,51 triliun atau 41,96 persen
dari pagu dalam APBN 2018 yang meliputi
Transfer ke Daerah (TKD) Rp300,85 triliun
dan Dana Desa Rp20,66 triliun. Realisasi

TKD tersebut terdiri atas Dana Perimbangan Rp289,78 triliun (42,83 persen), Dana
Insentif Daerah (DID) Rp4,25 triliun (50,00
persen), serta Dana Otonomi Khusus dan
Dana Keistimewaan DIY Rp6,82 triliun
(32,37 persen).

Realisasi Bea dan Cukai

Keseimbangan Umum Nasional

Penerimaan kepabeanan dan cukai hingga
akhir Mei 2018 capaian realisasinya masih
didukung oleh pertumbuhan positif
penerimaan cukai yang tumbuh 16,85 persen
(yoy), bea masuk tumbuh 14,10 persen (yoy),
dan bea keluar mampu tumbuh cukup tinggi
hingga mencapai 84,60 persen (yoy).

Keseimbangan Umum pada periode
berjalan diakhir bulan Mei tahun 2018

adalah defisit sebesar Rp94,45 triliun atau
0,64 persen terhadap PDB, sedangkan
Keseimbangan Primer pada periode
berjalan masih positif yaitu sebesar
Rp18,03 triliun.

ringkasan
eksekutif

R

ealisasi penerimaan

sebesar Rp484,50 triliun berasal

pendapatan negara dan

dari penerimaan pajak dan Rp54,16

hibah jelang memasuki


triliun merupakan penerimaan

tengah tahun 2018 atau

yang berasal dari kepabeanan

tepatnya sampai dengan akhir

dan cukai. Berdasarkan target

Mei 2018 telah mencapai Rp685,06

penerimaan pada APBN 2018,

triliun. Pencapaian tersebut telah

penerimaan pajak dan kepabeanan

memenuhi 36,16 persen dari target


dan cukai telah terealisasi masing-

penerimaan pendapatan negara dan

masing sebesar 34,02 persen dan

hibah yang ditetapkan pada APBN

27,91 persen. Hingga akhir Mei 2018,

2018. Sementara itu, sampai dengan

realisasi penerimaan pajak telah

akhir Mei 2018 realisasi penerimaan

tumbuh sebesar 14,13 persen secara

perpajakan telah terkumpul sebesar


yoy, kinerja penerimaan pajak masih

Rp538,66 triliun, PNBP sebesar

didukung oleh pertumbuhan positif

Rp144,99 triliun, dan hibah sebesar

PPh non migas, PPh migas, dan PPN,

Rp1,41 triliun atau masing-masing

yang terus melanjutkan tren positif

telah mencapai 33,29 persen, 52,64

pertumbuhan sejak Triwulan I 2018.

persen, dan 117,79 persen dari


Sementara itu, realisasi penerimaan

target yang ditetapkan pada APBN

kepabeanan dan cukai hingga akhir

2018. Secara year-on-year (yoy)

Mei 2018 masih terus tumbuh

pertumbuhan realisasi penerimaan

mencapai 18,26 persen secara yoy,

Perpajakan dan PNBP hingga akhir

yang juga masih terus didukung oleh

Mei 2018 berturut-turut adalah 14,53


tren pertumbuhan positif kinerja

persen dan 17,38 persen.

penerimaan pada semua komponen
penerimaan kepabeanan dan cukai

Perkembangan penerimaan

seperti bea masuk, bea keluar, dan

perpajakan secara lebih rinci

cukai.

hingga akhir Mei 2018, yaitu

5

A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8

6

Penerimaan PPh non migas sampai

hingga akhir Mei 2018 capaian

dengan akhir Mei 2018 tumbuh

realisasinya masih didukung oleh

14,25 persen secara yoy. Tanpa

pertumbuhan positif penerimaan

memperhitungkan penerimaan

cukai yang tumbuh 16,85 persen

dari Tax Amnesty, PPh non migas

(yoy), bea masuk tumbuh 14,10

tumbuh mencapai 20,25 persen

persen (yoy), dan bea keluar

(yoy). Pertumbuhan penerimaan

mampu tumbuh cukup tinggi

PPh non migas masih didominasi

hingga mencapai 84,60 persen

oleh penerimaan PPh 22 Impor,

(yoy). Pertumbuhan penerimaan

PPh pasal 25/29 Badan, dan PPh

kepabeanan dan cukai hingga akhir

pasal 25/29 OP. Ketiga komponen

Mei 2018 yang mencapai double

PPh non migas tersebut masing-

digit merupakan pertumbuhan

masing tumbuh mencapai 30,27

positif yang tertinggi dalam tiga

persen (yoy), 26,97 persen (yoy),

tahun terakhir. Hal tersebut

dan 20,51 persen (yoy). Penerimaan

mengindikasikan peningkatan

PPh migas hingga akhir Mei 2018

konsumsi dalam negeri, serta

mampu tumbuh positif yaitu sebesar

juga dipengaruhi oleh permintaan

3,00 persen secara yoy dan telah

dari luar negeri akibat aktivitas

mencapai 66,62 persen terhadap

perekonomian dunia yang semakin

target yang ditetapkan pada APBN

membaik, utamanya dari mitra

2018. Pertumbuhan penerimaan PPh

dagang Indonesia. Secara lebih

migas ditopang oleh kenaikan ICP.

rinci, penerimaan cukai hasil

Sementara itu, untuk penerimaan

tembakau (CHT) masih mendominasi

PPN dan PPnBM hingga akhir Mei

pertumbuhan penerimaan

2018, tumbuh mencapai 16,00

kepabeanan dan cukai hingga akhir

persen secara yoy didorong oleh

Mei 2018, dengan pertumbuhan 17,41

pertumbuhan konsumsi dalam

persen secara yoy. Faktor utama

negeri dan kinerja impor. Di sisi

yang masih menjadi pendorong

lain, penerimaan PPnBM Dalam

kinerja penerimaan cukai adalah

Negeri (DN) hingga akhir Mei 2018

efek peningkatan pelunasan pita

tumbuh negatif 14,90 persen ( yoy),

cukai oleh produsen rokok golongan

sebagai akibat tagihan restitusi yang

I dan II, serta efek kenaikan tarif

cukup signifikan.

tertimbang normatif pada tahun
2018. Sementara untuk penerimaan

Penerimaan kepabeanan dan cukai

Bea Masuk (BM) hingga akhir Mei

lebih dipengaruhi oleh meningkatnya

sama tahun sebelumnya. Kenaikan

devisa impor sebesar 23,07 persen

penerimaan SDA Migas tersebut

(yoy), sebagai efek Hari Raya Idul Fitri

terutama disebabkan adanya tren

yang akan berlangsung pada bulan

peningkatan harga ICP. Pada bulan

Juni 2018, sehingga meningkatkan

Mei 2018, harga ICP tercatat sebesar

permintaan barang atas konsumsi

US$72,46/barel. Sementara itu,

di dalam negeri. Di samping itu,

realisasi penerimaan SDA Non Migas

penerimaan Bea Keluar (BK) hingga

mencapai Rp14,25 triliun atau 61,06

akhir Mei 2018 menunjukkan kinerja

persen terhadap APBN 2018 atau

yang dikontribusikan oleh aktivitas

mampu tumbuh sebesar 25,59

ekspor komoditas nikel dan ekspor

persen dibandingkan bulan yang

komoditas kulit kayu dan kulit.

sama pada tahun 2017. Peningkatan

Selain itu, aktivitas ekspor minerba

kenaikan rata-rata harga batubara

meningkat dan tumbuh mencapai

acuan (HBA) pada periode Januari–

156,29 persen sebagai akibat

Mei 2018 yang mencapai US$96,47

meningkatnya permintaan pasokan

per ton, lebih tinggi dibandingkan

oleh negara mitra dagang Indonesia.

HBA periode Januari–Mei 2017
sebesar US$83,55 per ton merupakan

Realisasi PNBP sampai dengan

salah satu faktor utama peningkatan

31 Mei 2018 mencapai Rp144,99

realisasi penerimaan SDA Non

trilliun atau mencapai 52,65 persen

Migas tersebut. Penerimaan dari

dari target APBN 2018 sebesar

kekayaan negara yang dipisahkan

Rp275,43 trilliun. Capaian Realisasi

sampai dengan Mei 2018 mencapai

PNBP ini mengalami pertumbuhan

Rp22,80 triliun atau 51,01 persen

sebesar 17,36 persen dibandingkan

dari target APBN 2018. Pada

dengan periode yang sama pada

periode yang sama, PNBP Lainnya

tahun 2017. Peningkatan ini

telah mencapai 48,60 persen dari

terutama disebabkan meningkatnya

target APBN 2018. Sementara itu,

penerimaan Sumber Daya Alam

pendapatan BLU mencapai sebesar

karena masih berlanjutnya kenaikan

Rp16,65 triliun, atau 38,44 persen

harga komoditas minyak bumi dan

dari target APBN 2018 atau tumbuh

batu bara sepanjang periode Januari-

sebesar 22,38 persen dibandingkan

Mei 2018. Realisasi penerimaan

bulan yang sama tahun sebelumnya.

SDA Migas tumbuh sebesar 43,63

Sumber pendapatan utama BLU

persen dibandingkan periode yang

antara lain berasal dari pendapatan

7

penyediaan barang dan jasa kepada

persen dan Belanja Modal mencapai

masyarakat antara lain pendapatan

Rp30,86 triliun atau 15,1 persen dari

jasa pelayanan rumah sakit dan

pagunya pada APBN 2018. Sementara

pendidikan, pengelolaan dana

itu realisasi Subsidi adalah sebesar

khusus untuk masyarakat terutama

Rp60,97 triliun atau sebesar 39,0

pendapatan dana perkebunan kelapa

persen dan Belanja Bantuan Sosial

sawit, dan pendapatan jasa layanan

yang sudah mencapai Rp39,25

perbankan BLU.

triliun atau sekitar 48,3 persen dari
pagunya pada APBN tahun 2018.

A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8

Realisasi Belanja Negara sampai

8

dengan akhir Mei 2018 sebesar

Realisasi Transfer ke Daerah dan

Rp779,51 triliun, mencapai sebesar

Dana Desa (TKDD) sampai dengan

35,10 persen dari alokasi dalam

Mei 2018 telah mencapai Rp321,51

APBN 2018, atau meningkat 7,85

triliun atau 41,96 persen dari pagu

persen dari periode yang sama

dalam APBN 2018 yang meliputi

tahun 2017. Realisasi Belanja

Transfer ke Daerah (TKD) Rp300,85

Negara tersebut meliputi Belanja

triliun dan Dana Desa Rp20,66

Pemerintah Pusat sebesar

triliun. Realisasi TKD tersebut terdiri

Rp458,00 triliun dan Transfer ke

atas Dana Perimbangan Rp289,78

Daerah dan Dana Desa sebesar

triliun (42,83 persen), Dana Insentif

Rp321,51 triliun. Pemerintah terus

Daerah (DID) Rp4,25 triliun (50,00

mendorong upaya perbaikan pola

persen), serta Dana Otonomi Khusus

dan kinerja penyerapan anggaran

dan Dana Keistimewaan DIY Rp6,82

agar pelaksanaan APBN dapat

triliun (32,38 persen). Realisasi

memberikan manfaat yang optimal

TKD sampai dengan Mei 2018 lebih

bagi masyarakat. Hal ini tercermin

rendah Rp5,7 triliun (1,86 persen)

antara lain berdasarkan realisasi

dibandingkan realisasi TKD pada

Belanja Barang, Belanja Modal,

periode yang sama tahun 2017. Lebih

Subsidi, dan Belanja Bantuan

rendahnya realisasi TKD sampai

Sosial hingga bulan Mei 2018 yang

dengan Mei 2018 tersebut terutama

secara persentase meningkat jika

disebabkan oleh lebih rendahnya

dibandingkan dengan periode Mei

realisasi DAK Fisik dan DID karena

tahun sebelumnya. Realisasi Belanja

sebagian daerah penerima DAK Fisik

Barang pada akhir Mei 2018 adalah

dan DID belum dapat memenuhi

sebesar Rp84,89 triliun atau 25,0

syarat administrasi penyaluran kedua

jenis dana dimaksud. Sementara

yang sama tahun sebelumnya baik

itu, realisasi Dana Desa sampai

secara nominal maupun persentase

dengan Mei 2018 tersebut di atas,

terhadap PDB. Hal ini sejalan

lebih rendah Rp7,53 triliun (26,71

dengan komitmen Pemerintah yang

persen) dibandingkan periode yang

senantiasa menjaga keberlanjutan

sama tahun 2017 yang disebabkan

pengelolaan APBN yang sehat dan

karena sebagian daerah belum dapat

kredibel. Sementara itu, Pembiayaan

memenuhi persyaratan penyaluran

telah mencapai 48,1 persen dari

dana desa. Semakin ketatnya realisasi

rencana pada APBN 2018 atau

penyaluran TKDD dalam 2018 yang

sebesar Rp156,66 triliun. Pembiayaan

tergambar di atas tidak terlepas dari

yang bersumber dari utang sudah

upaya Pemerintah dalam mendorong

mencapai 38,9 persen dari APBN

produktivitas pemanfaatan TKDD

2018 atau sebesar Rp155,76 triliun.

diantaranya melalui penguatan

Realisasi pembiayaan utang tesebut

persyaratan penyaluran Dana

bersumber terutama dari SBN (neto)

Transfer Khusus (DTK) dan Dana Desa

sebesar Rp166,12 triliun atau 40,1

berdasarkan kinerja penyerapan

persen dari target di APBN tahun

dana dan output. Dengan kebijakan

2018. Sementara Pinjaman Neto

dimaksud diharapkan belanja TKDD

adalah sebesar negatif Rp10,36

yang telah keluar dari kas negara

triliun atau telah mencapai 67,7

dapat dimanfaatkan oleh pemerintah

persen dari rencana tahun 2018 yang

daerah secara lebih produktif

mengisyaratkan bahwa Pemerintah

dan manfaatnya dapat langsung

melakukan pembayaran cicilan pokok

dirasakan oleh masyarakat.

pinjaman lebih besar dari penarikan
pinjaman. Selain pembiayaan utang,

Sementara itu, Keseimbangan

realisasi pembiayaan juga bersumber

Umum pada periode berjalan

dari penerimaan pembiayaan dari

diakhir bulan Mei tahun 2018

Pemberian Pinjaman sebesar Rp797,3

adalah defisit sebesar Rp94,42

miliar dan Pembiayaan Lainnya

triliun atau 0,64 persen terhadap

yaitu yang bersumber dari Hasil

PDB, sedangkan Keseimbangan

Pengelolaan Aset sebesar Rp97,8

Primer pada periode berjalan

miliar. Sementara pada periode

masih positif yaitu sebesar Rp18,05

ini belum dilakukan pencairan

triliun. Realisasi defisit ini lebih

pembiayaan investasi dan kewajiban

kecil dari realisasi pada periode

penjaminan.

9

Realisasi APBN 2018

Realisasi APBN 2018
s/d 31 mei 2018

A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8

APBN
2018

10

Realisasi
s.d. 31 Mei

% thd
APBN

PENDAPATAN
NEGARA (A)

1,894,720.4

685,086.4

BELANJA NEGARA (B)

2,220,657.0

779,512.9

35.1%

KESEIMBANGAN
PRIMER

(87,329.5)

18,054.2

19.8%

36,2%

SURPLUS/(DEFISIT)
ANGGARAN (A-B)

325,936.6

(94,422.3)

-20,7%

PEMBIAYAAN
ANGGARAN

325,936.6

196,916.3

52,1%

dalam miliar Rupiah

Halaman Kosong

11

Perkembangan Makroekonomi 2018

Perkembangan
Makroekonomi

A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8

P

12

erekonomian global tahun

tukar. Selama bulan Januari hingga

2018 mengarah pada

Mei tahun 2018, tingkat inflasi

perbaikan meskipun belum

dapat dijaga pada kisaran sasaran

seoptimal pertumbuhan

inflasi 3,5 persen ±1 persen. Pada

sebelum krisis keuangan global.

bulan Mei 2018, laju inflasi tercatat

Seiring dengan kinerja perdagangan

sebesar 3,23 persen (yoy) sehingga

internasional yang masih tumbuh

secara kumulatif inflasi sejak awal

positif, pergerakan harga komoditas

2018 hingga Mei 2018 mencapai

secara umum sedikit meningkat,

1,30 persen (ytd). Realisasi ini lebih

terutama pada harga minyak

rendah jika dibandingkan dengan

mentah. Harga komoditas pertanian

periode yang sama di tahun 2017,

mengalami kenaikan tidak hanya

yaitu sebesar 1,67 persen (ytd) atau

akibat peningkatan demand, tetapi

4,33 persen (yoy). Terkendalinya

juga dampak faktor cuaca yang

harga pangan berperan penting

kurang menguntungkan terhadap

dalam rendahnya laju inflasi ini.

pasokan. Ke depan beberapa faktor

Pada periode ini, terjadi deflasi pada

diperkirakan akan mempengaruhi

beberapa produk hortikultura dan

aktivitas riil ekonomi global antara

beras yang disebabkan ketersediaan

lain insentif pajak AS, relaksasi

pasokan dalam memenuhi kebutuhan

investasi manufaktur Tiongkok yang

masyarakat. Meskipun demikian,

menjadi faktor positif pada tingkat

perlu diwaspadai peningkatan

permintaan, dan isu proteksionisme

harga menjelang Hari Raya Idul

perdagangan yang dapat memberi

Fitri, mengingat harga beberapa

tekanan pada aktivitas perdagangan

komoditas seperti daging dan telur

global.

ayam ras mulai mengalami kenaikan.
Pemerintah terus melakukan

Stabilitas ekonomi Indonesia

upaya stabilisasi harga terutama

terjaga cukup baik yang tercermin

dengan menjamin kelancaran dan

pada stabilitas tingkat harga

kecukupan pasokan, operasi pasar,

domestik walaupun sempat

serta mengupayakan beberapa

terjadi tekanan depresiasi nilai

komoditas pangan inti dijual sesuai

dengan Harga Eceran Tertinggi

tren meningkat sejak tahun 2016.

(HET) dan harga acuan. Dari sisi

Hal ini sejalan dengan pergerakan

komponen administered price (AP),

harga minyak mentah Indonesia

peningkatan harga minyak mentah

(Indonesia Crude Price / ICP) yang

dunia mendorong kenaikan harga

dalam perhitungannya mengacu

BBM nonsubsidi jenis Pertalite

harga minyak mentah utama

dan Pertamax Series. Selain itu,

dunia, terutama jenis Brent. Tren

faktor peningkatan permintaan

peningkatan harga minyak mentah

selama Ramadan dan Lebaran

terus berlanjut dan mencapai harga

akan mendorong inflasi pada

tertinggi di kuartal kedua tahun

tarif angkutan. Namun demikian,

2018. Keluarnya Amerika Serikat

komponen AP terus mengalami tren

dari kesepakatan pencabutan sanksi

penurunan seiring dengan tidak

Iran serta gangguan produksi di

adanya kebijakan harga energi sejak

Venezuela menjadi faktor utama

Juli 2017. Di sisi lain, Laju inflasi

pendorong lonjakan harga minyak

komponen inti sedikit meningkat

mentah di kuartal kedua tahun 2018.

dalam kisaran 2,75 persen, namun

Berdasarkan perkembangan tersebut

tetap terjaga pada tingkat di bawah

dan pergerakan harga Brent, rata-

3 persen. Hal ini dipengaruhi oleh

rata ICP bulan Mei mencapai US$72,5

kondisi ekspektasi inflasi masyarakat

per barel, sehingga rata-rata Januari–

yang terjaga di tengah adanya

Mei 2018 tercatat sebesar US$65,8

peningkatan harga komoditas global

per barel lebih tinggi dibandingkatan

dan volatilitas Rupiah. Terkendalinya

rata-rata ICP tahun 2017. Peningkatan

laju inflasi pada tingkat yang rendah

harga minyak ini diperkirakan

dan stabil ini diharapkan dapat

akan memberikan dampak positif

menjaga daya beli dan mendorong

terhadap kinerja penerimaan negara

peningkatan konsumsi masyarakat.

khususnya Penerimaan Negara Bukan
Pajak.

Sejalan dengan perkembangan
harga komoditas global, harga

Hingga akhir bulan Mei 2018,

minyak mentah dunia menunjukkan

rata-rata nilai tukar Rupiah

13

A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8

14

terhadap Dollar AS mencapai

Menyikapi perkembangan

Rp13.714/US$. Pergerakan nilai

ekonomi global yang sangat cepat,

tukar mengalami volatilitas cukup

Pemerintah, Bank Indonesia,

tinggi di periode awal 2018. Volatiltas

Otoritas Jasa Keuangan dan

tersebut sebenarnya juga dialami

Lembaga Penjamin Simpanan terus

banyak mata uang negara di dunia

berkoordinasi dan meningkatkan

sebagai dampak faktor dinamika

kewaspadaan dan siap mengambil

global seperti kebijakan normalisasi

kebijakan yang perlu untuk terus

moneter the Fed, kebijakan fiskal

menjaga stabilitas ekonomi dan

yang ekspansif dengan kebijakan

keberlangsungan pembangunan.

pemotongan pajak dan penambahan

Dalam jangka pendek, fokus

belanja yang mendorong

koordinasi kebijakan diprioritaskan

peningkatan defisit fiskal AS dan

pada memperkuat stabilitas dan

proteksionisme yang dilakukan AS.

ketahanan perekonomian nasional

Faktor eksternal lainnya berupa

terhadap tekanan global, yaitu

dampak kenaikan harga minyak dunia

pada stabilitas nilai tukar Rupiah,

dan ketidakpastian permasalahan

inflasi yang rendah, defisit fiskal

geopolitik cukup mempengaruhi

yang sehat, dan defisit transaksi

pergerakan nilai tukar Rupiah.

berjalan yang aman. Hal ini ditempuh

Sejalan dengan pergerakan nilai tukar

melalui penguatan bauran kebijakan

yang fluktuatif, pada bulan Mei 2018

moneter Bank Indonesia, kebijakan

terdapat peningkatan suku bunga

fiskal oleh Kementerian Keuangan,

dalam negeri khususnya suku bunga

ketersediaan bahan pokok strategis,

SPN 3 bulan. Hingga akhir Mei 2018,

dan juga penguatan pengawasan

rata-rata suku bunga SPN 3 bulan

lembaga keuangan oleh OJK, serta

mencapai 4,23 persen lebih rendah

peningkatan pemantauan dan

dibandingkan periode yang sama

perkembangan DPK oleh LPS.

tahun sebelumnya yang mencapai

Sementara itu, implementasi

5,1 persen. Hal ini terutama didukung

kebijakan reformasi struktural di

oleh sentimen positif dari faktor

sektor riil terus dipercepat, seperti

domestik seperti kebijakan front

peningkatan daya saing, perbaikan

loading untuk mengantisipasi

iklim investasi, dan pembangunan

dampak ketidakpastian global dan

infrastruktur strategis, untuk

peningkatan intensitas penerbitan

mendorong pertumbuhan ekonomi

SUN, serta solidnya pemodal

dalam jangka menengah.

domestik.

Halaman Kosong

15

Pendapatan Negara

PENERIMAAN
PAJAK
Pertumbuhan Pajak Capai 14,13 persen, PPN
Tumbuh 16,00 persen

R

Pertumbuhan
(y-o-y) Bulan
Januari - Mei
2015-2018

ealisasi penerimaan pajak
periode Januari s.d. Mei 2018
tercatat sebesar Rp484,5
triliun atau tumbuh 14,13

persen secara year-on-year(yoy).
Pertumbuhan positif ini ditopang oleh
pertumbuhan PPh Non Migas yang
mencapai 14,25 persen dan PPN yang
tumbuh 16,00 persen. Pertumbuhan
sebesar 14,13 persen di tahun 2018

A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8

dipengaruhi oleh penerimaan yang

16

sifatnya one-off pada triwulan I
2017 yaitu penerimaan dari uang
tebusan Tax Amnesty yang nilainya

(dalam triliun Rupiah)
Realisasi s/d 31 Mei 2018

Realisasi
Penerimaan

Uraian

Pajak s/d

APBN
2018

Rp

31 Mei 2018
Pajak Penghasilan
- Migas

855,1

300,1

∆%
2017 2018

% thd
APBN

13,20%

35,10%

38,1

25,4

3,00%

66,62%

- Non Migas

817,0

274,7

14,25%

33,62%

PPN & PPnBM

541,8

181,0

16,00%

33,40%

PBB & Pajak Lainnya
Jumlah

27,1

3,4

1,04%

12,64%

1.424,0

484,5

14,13%

34,02%

mencapai Rp 12 triliun. Tanpa

2017. Kondisi ini lebih banyak

memperhitungkan uang tebusan Tax

dipengaruhi oleh restitusi pada

Amnesty di tahun 2017, pertumbuhan

periode Januari s.d. April 2018 yang

penerimaan pajak periode Januari s.d.

tumbuh 8,17 persen (yoy). Salah satu

Mei 2018 mencapai 17,45 persen atau

faktor pendorong pertumbuhan

lebih tinggi dibandingkan periode

positif restitusi di tahun 2018 ini

yang sama 2015 s.d. 2017.

adalah pertumbuhan volume ekspor
di triwulan IV tahun 2017 yang

Pertumbuhan penerimaan pajak

mencapai 6,0 persen dan di triwulan

di tahun 2018 masih ditopang oleh

I tahun 2018 yang mencapai 13,8

jenis-jenis penerimaan pajak yang

persen.

berasal dari aktivitas impor dan
produksi. Kinerja positif beberapa

Khusus untuk bulan Mei 2018,

jenis pajak utama, seperti PPh

pertumbuhan penerimaan pajak

Pasal 21, PPh Badan, PPN Dalam

secara yoy tumbuh hingga 28,38

Negeri, PPN Impor memberikan

persen atau lebih tinggi dibandingkan

sinyal positif peningkatan aktivitas

bulan Mei 2017 yang tumbuh 7,40

ekonomi setidaknya dari perspektif

persen. Pertumbuhan penerimaan

penerimaan pajak.

pajak di bulan Mei 2018 terutama
berasal dari jenis-jenis pajak yang

Pertumbuhan
Pajak
Berdasarkan
Jenis

Pertumbuhan PPN Dalam Negeri

erat kaitannya dengan aktivitas

sedikit melambat jika dibandingkan

perekonomian, seperti PPh Pasal 21

dengan periode yang sama tahun

(tumbuh 18,29 persen), PPh Pasal 22

Jenis Pajak

growth

growth

Januari - Mei 2017

Januari - Mei 2018

PPh Pasal 21

0,38%

15,54%

PPh Badan

8,31%

26,97%

PPN Dalam Negeri

13,41%

12,12%

Pajak atas Impor

19,05%

25,85%

- PPh 22 Impor

16,31%

30,27%

- PPN Impor

20,70%

25,17%

- PPnBM Impor

-1,45%

3,14%

17

growth y-o-y
Mei 2017

growth y-o-y
Mei 2018

PPh Pasal 21

3,38%

18,29%

PPh 22 Impor

22,47%

34,74%

PPh 25 Badan (Masa)

11,06%

21,57%

PPN Dalam Negeri

2,60%

20,08%

PPN Impor

25,44%

25,62%

Jenis Pajak

Pertumbuhan
Pajak per Mei
2017 dan 2018

Impor (tumbuh 34,74 persen), PPN

sektor usaha utama seperti Industri

Impor (tumbuh 25,62 persen), PPN

Pengolahan dan Perdagangan

Dalam Negeri (tumbuh 20,08 persen),

yang tumbuh positif, berturut-

dan PPh Final 1% (tumbuh 17,37

turut tumbuh 15,40 persen dan

persen). Sementara itu, angsuran

31,43 persen. Sejalan dengan

bulanan PPh Badan (PPh Pasal 25

pertumbuhan PPh Pasal 29 Badan,

Badan) meningkat signifikan di bulan

secara keseluruhan penerimaan pajak

Mei 2018 dengan realisasi mencapai

dari sektor pertambangan tumbuh

Rp16,3 triliun atau tumbuh 21,57

85,15 persen (yoy) atau lebih tinggi

persen (yoy).

dibandingkan pertumbuhan periode
yang sama tahun lalu (tumbuh 28,29

Kinerja positif penerimaan pajak

A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8

juga tercermin dari penerimaan

18

persen).

Angsuran Bulanan PPh Badan
Tumbuh Signifikan, Merata di
Seluruh Sektor Utama
Pertumbuhan angsuran bulanan
PPh Badan (PPh Pasal 25) yang
mencapai 22,43 persen di bulan Mei
2018 ditopang oleh seluruh sektor
utama seperti Industri Pengolahan
(tumbuh 11,11 persen), Perdagangan
(tumbuh 18,46 persen), Jasa
Keuangan (tumbuh 16,77 persen),
dan Pertambangan (tumbuh 121,01
persen). Tren positif angsuran
bulanan PPh Badan memberikan
optimisme pencapaian penerimaan
hingga akhir tahun mengingat
apabila tidak ada perubahan struktur
ekonomi yang signifikan, nilai
angsuran bulanan PPh Badan relatif
sama.
Angsuran bulanan PPh Badan dari
Wajib Pajak yang bergerak di sektor
Industri Pengolahan mencapai Rp 4,7
triliun atau lebih tinggi dibandingkan
dengan tren pembayaran tahun
2017 khususnya periode Mei s.d
September. Demikian pula halnya
dengan sektor utama lainnya yang
menunjukkan peningkatan nominal
pembayaran angsuran bulanan PPh
Badan, baik terhadap bulan Mei
2017 maupun tren periode Mei s.d.
September 2017.

19

Sinyal Positif Siklus Penerimaan
Pajak Menjelang Hari Raya

Tren Penerimaan PPh Pasal 21
Menjelang dan Sesudah Hari Raya

Menjelang Hari Raya Idul Fitri di
bulan Juni 2018, tren penerimaan PPh
Pasal 21 sampai dengan Mei 2018 (M1) menunjukkan arah pertumbuhan
yang lebih baik dibandingkan periode
sebelumnya, seiring dengan mulai
dibayarkannya tunjangan hari raya.
Tren kenaikan tersebut diperkirakan
akan berlanjut pada bulan Juni pada
saat hari raya berlangsung (M),
sebagaimana siklus penerimaan
pajak tahun sebelumnya.
Hal yang serupa terjadi juga pada

Tren Penerimaan Pajak atas Impor
Menjelang dan Sesudah Hari Raya

pajak atas aktivitas impor (PPh Pasal
22 Impor dan PPN Impor) di sektor
industri maupun perdagangan
barang konsumsi masyarakat1.
Terjadi peningkatan penerimaan

A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8

pajak yang signifikan pada periode
April s.d. Mei 2018 (M-2 dan M-1)
dibandingkan dengan siklus periode
yang sama tahun sebelumnya. Hal
ini mencerminkan peningkatan
konsumsi masyarakat seiring dengan
persiapan hari raya.

20

1 Industri makanan dan minuman (di luar minyak
nabati/sawit), industri barang elektronik, industri
tekstil dan alas kaki, perdagangan besar dan eceran
(di luar kendaraan bermotor dan bahan bakar)

Halaman Kosong

21

KEPABEANAN
DAN CUKAI

Pertumbuhan
Penerimaan
Kepabeanan dan
Cukai,
s.d. Mei yoy,

A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8

2015-2018

22

P

enerimaan kepabeanan dan cukai hingga 31 Mei

(BM), cukai, dan bea keluar (BK). Tren

2018 sebesar Rp54,18 triliun atau 27,91 persen

positif juga terjadi pada komponen

dari target APBN 2018. Secara persentase, capaian

penerimaan pajak dalam rangka

penerimaan tersebut lebih tinggi dibandingkan

impor (PDRI) yang terdiri dari PPN

dengan persentase capaian periode serupa tahun 2017

Impor, PPn BM Impor, dan PPh Pasal

yang hanya mencapai 24,21 persen. Secara nominal,

22 Impor. Hingga akhir Mei 2018 total

capaian penerimaan ini meningkat sebesar Rp8,38

PDRI yang dihimpun DJBC sebesar

triliun atau tumbuh 18,29 persen bila dibandingkan

Rp98,36 triliun, tumbuh 25,57

dengan periode yang sama tahun 2017 yang hanya 45,80

persen ( yoy). Secara total, jumlah

triliun. Pertumbuhan penerimaan yang mencapai 2 digit

penerimaan negara yang dihimpun

masih menjadi yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir,

Direktorat Jenderal Bea Cukai hingga

melanjutkan tren pertumbuhan positif penerimaan yang

31 Mei 2018 adalah sebesar Rp152,53

terjadi sejak awal tahun. Pertumbuhan positif penerimaan

triliun, tumbuh 23,06 persen

ini terjadi tidak hanya pada total penerimaan kepabeanan

dibanding capaian periode serupa

dan cukai, namun juga terjadi pada ketiga komponen

tahun lalu

penerimaan kepabeanan dan cukai, yaitu bea masuk

Pertumbuhan
Penerimaan Bea
Masuk
s.d. Mei yoy,
2015-2018

Penerimaan BM hingga 31 Mei 2018 adalah sebesar

Peningkatan devisa impor sendiri

Rp15,42 triliun atau 43,18 persen dari target APBN 2018.

tidak lepas dari faktor dampak

Penerimaan BM tersebut terdiri dari penerimaan rutin

lebaran (efek festival), yang telah

sebesar Rp14,12 triliun dan penerimaan extra effort

terjadi pada bulan April dan Mei,

sebesar Rp1,29 triliun. Realisasi penerimaan BM tersebut

sebagai akibat meningkatnya

juga lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu

kebutuhan barang konsumsi di dalam

sebesar Rp1,91 triliun atau 14,11 persen. Pertumbuhan

negeri menjelang lebaran. Selain itu,

penerimaan BM pada bulan Mei 2018 juga lebih tinggi

kebijakan impor kebutuhan pokok

bila dibandingkan rata-rata penerimaan BM bulan Mei

seperti gula, beras, dan daging

dalam 3 tahun terakhir yang mencapai 8,28 persen.

diindikasikan turut memberi andil

Capaian kinerja penerimaan BM sendiri dipengaruhi oleh

positif terhadap penerimaan BM..

tingginya devisa impor yang mencapai sebesar USD
77,30 miliar atau tumbuh 10,58 persen dibandingkan
volume devisa tahun lalu yang mencapai USD 69,90 miliar.

23

Pertumbuhan
Penerimaan
Cukai s.d. Mei
yoy, 2015-2018

Penerimaan cukai hingga 31 Mei 2018 adalah sebesar

2.

Pelunasan maju atas CHT

Rp35,99 triliun atau 23,16 persen dari target APBN 2018.

sebesar Rp1,09 triliun di bulan

Capaian penerimaan tersebut mengalami peningkatan

Mei 2018, atau tumbuh sebesar

sebesar Rp5,20 triliun dibanding capaian pada periode

149 persen (yoy), dimana

yang sama tahun lalu atau tumbuh 16,89 persen. Tren

sebesar 74 persen dari total

pertumbuhan penerimaan juga masih berlanjut pada

pelunasan maju tersebut

penerimaan cukai yang juga merupakan pertumbuhan

dikontribusikan oleh PR

tertinggi selama 3 tahun terakhir. Sedangkan

golongan I;

peningkatan penerimaan sebesar Rp5,20 triliun

A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8

merupakan peningkatan penerimaan yang tertinggi

Efek kenaikan tarif tertimbang
normatif sebesar 10,04 persen

komponen penerimaan yang lain. Capaian penerimaan

pada 2018.

cukai paling besar dikontribusikan oleh penerimaan cukai
hasil tembakau (CHT), yaitu sebesar Rp33,99 triliun atau

Komponen penerimaan cukai lainnya

22,93 persen dari target APBN 2018. Penerimaan CHT bila

seperti minuman mengandung etil

dibandingkan periode yang sama tahun lalu mengalami

alkohol (MMEA) dan etil alkohol (EA),

peningkatan sebesar Rp5,04 triliun atau tumbuh 17,41

masing-masing menyumbangkan

persen.

penerimaan sebesar Rp1,92
triliun dan Rp0,06 triliun dengan

Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan CHT bulan

pertumbuhan masing-masing

Mei 2018, antara lain:

sebesar 9,31 persen dan -6,19
persen..

1.

24

3.

bila dibandingkan peningkatan penerimaan pada

Peningkatan pelunasan CK-1 jatuh tempo pada bulan
Mei sebesar 8,5 persen yang didominasi oleh pabrik
rokok (PR) golongan I dan III;

Pertumbuhan
Penerimaan BK
Mei 2015 2018

Penerimaan bea keluar (BK)

penerimaan juga masih terjadi pada

hingga 31 Mei 2018 mencapai

komponen penerimaan BK. Kinerja

Rp2,77 triliun atau 92,36 persen

penerimaan BK masih dipengaruhi

dari target APBN 2018. Capaian

oleh aktifitas ekspor minerba,

tersebut lebih tinggi sebesar Rp1,27

yang tumbuh 156,29 persen

triliun bila dibandingkan capaian

akibat meningkatnya permintaan

pada periode yang sama tahun

pasokan oleh mitra dagang. Ekspor

lalu atau tumbuh 84,60 persen.

komoditas kayu dan kulit yang masih

Persentase capaian terhadap target

tumbuh sebesar 34,80 persen,

APBN 2018 dan pertumbuhan

serta melonjaknya ekspor nikel,

penerimaan BK merupakan yang

yang tumbuh 203,15 persen juga

terbesar dibandingkan capaian

turut mendorong penerimaan BK.

pada komponen penerimaan yang

Adapun produk kelapa sawit masih

lain. Pertumbuhan penerimaan

belum memberikan kontribusi pada

BK juga masih lebih tinggi dari

penerimaan BK akibat harga patokan

pertumbuhan 3 tahun terakhir,

ekspornya masih berada di bawah

sehingga mengindikasikan tren positif

USD750/Metric Ton.

25

Efek Lebaran pada Penerimaan
Kepabeanan dan Cukai

Efek festival adalah istilah yang

berdampak pada penerimaan negara, khususnya

digunakan oleh para ekonom untuk

penerimaan kepabeanan dan cukai?

mendefinisikan suatu peristiwa
atau kegiatan yang terjadi berulang

Efek lebaran mempengaruhi kinerja penerimaan bea

setiap tahun dan memberikan

masuk (BM) melalui beberapa hal, antara lain:

dampak terhadap kegiatan ekonomi.
Hari Raya Idul Fitri yang didahului

1. Jumlah hari kerja

dengan ibadah puasa Ramadhan bisa
dikatakan sebagai salah satu contoh

Hari kerja pada bulan dimana terdapat hari raya biasanya

dari efek festival dimaksud, para ahli

akan lebih sedikit dibandingkan bulan lainnya. Pada

ekonomi menyebutnya sebagai efek

tahun 2018 lebaran jatuh pada bulan Juni, pemerintah

lebaran.

memberikan libur atau cuti bersama sebanyak 7 hari.
Akibatnya, hari kerja bulan Juni 2018 hanya menyisakan 12

Efek lebaran memberikan pengaruh

hari kerja.

A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8

yang signifikan terhadap aktifitas
ekonomi, baik pada produksi

Terbatasnya hari kerja bulan Juni tentu akan berpengaruh

maupun konsumsi masyarakat. Hal

pada penerimaan BM yang diperkirakan akan bergeser

itu terutama diakibatkan karena

ke bulan berikutnya atau bulan Juli. Seperti nampak pada

tingginya kebutuhan masyarakat

grafik Penerimaan BM Bulanan 2016 s.d. 2018 di bawah,

akan barang konsumsi yang

1 bulan berikutnya setelah lebaran terjadi lonjakan

sedianya digunakan dalam rangka

penerimaan. Sebagaimana terjadi pada bulan Agustus

melaksanakan ibadah sekaligus

2016 (garis hijau) dan bulan Juli 2017 (garis biru).

merayakannya. Kebutuhan akan
barang konsumsi masyarakat
tersebut tentunya tidak dapat
dipenuhi seluruhnya oleh pasokan
dalam negeri, sehingga harus ditutup
dengan melakukan importasi.
Lalu, bagaimana keduanya
mempengaruhi kegiatan

26

perekonomian terutama kegiatan
importasi yang selanjutnya

22,02 persen dan negatif 16,06

2. Peningkatan devisa impor

persen. Jenis barang konsumsi
Apabila dilihat pada grafik Penerimaan BM Bulanan 2016

yang diimpor juga banyak

s.d. 2018 di bawah ini , efek lebaran terjadi rata-rata pada

dikontribusi oleh barang-barang

1 hingga 2 bulan sebelumnya. Seperti yang terlihat pada

kebutuhan rumah tangga,

tahun 2016 (garis hijau putus-putus) dimana hari lebaran

berupa barang dari plastik,

berada pada bulan Juli, maka devisa impor nampak mulai

sayuran, pangan olahan, serelia

meningkat pada bulan Mei 2016. Hal serupa terjadi pada

hingga buah-buahan yang

tahun 2017 (garis biru putus-putus) dimana lebaran

menggambarkan permintaan

berada pada bulan Juni, maka terlihat peningkatan yang

atas kebutuhan persiapan puasa

signifikan terjadi pada devisa impor bulan Mei 2017.

dan hari raya.

Sedangkan untuk tahun 2018 (garis kuning), efek lebaran
sudah mulai terasa pada bulan April dan berlanjut hingga
bulan Mei 2018.

2.

Peningkatan impor bahan baku
dan penolong yang diindikasikan
untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi bulan ramadhan dan
hari raya, seperti makanan
ternak 114,62 persen, bahan
baku kain sintetik 25,76 persen,
serta kain tule, tenun dan rajut
33,63 persen.

Pada sisi penerimaan cukai, efek
lebaran lebih berpengaruh terhadap
produksi pabrik rokok (PR) yang
turun akibat libur bersama yang
cukup panjang. Rata-rata penurunan
Indikasi bahwa efek lebaran pada tahun 2018 telah

produksi PR akibat efek lebaran

dimulai sejak bulan April, adalah:

selama tahun 2016 dan 2017 adalah
sebesar 23 persen, sehingga tidak

1.

Peningkatan impor barang konsumsi sebesar 8,86

menutup kemungkinan terjadi juga

persen, atau lebih tinggi dibandingkan tahun 2016

pada tahun ini. Penurunan produksi

dan 2017 yang masing-masing hanya sebesar negatif

(CK-1) sebagai dampak efek lebaran

27

4,17 hingga 4,22 miliar batang (Mbtg).

2. Harga komoditas

Namun demikian, dampaknya baru
akan dirasakan pada bulan Agustus

Harga komoditas di pasaran

2018 karena mayoritas CK-1 dilunasi

dunia bisa berubah setiap saat,

dengan cara kredit.

sehingga saat suatu komoditas
sedang mempunyai harga yang

Penerimaan bea keluar (BK) pada

menguntungkan maka eksportir

bulan Juni 2018 diperkirakan tidak

tentu berusaha memaksimalkan hasil

terlalu terpengaruh oleh efek festival,

produksinya.

karena sebagian besar proses bisnis
pada kegiatan eksportasi mempunyai

3. Faktor cuaca di situs tambang.

karakteristik tertentu, seperti:
Lokasi tambang yang biasanya
1. Keterikatan kontrak

berada di area terbuka, membuatnya

A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8

sangat terpengaruh oleh faktor

28

Eksportasi mineral adalah aktifitas

cuaca. Sehingga eksportir akan

ekspor yang sudah terjadual.

memaksimalkan proses pengapalan

Komitmen untuk memenuhi pasokan

barang ekspornya demi memenuhi

kebutuhan yang tertuang dalam

target pengiriman.

klausul kontrak sangat mengikat
karena kebutuhan akan komoditas
tersebut di negara tujuan ekspor.

Halaman Kosong

29

PENERIMAAN NEGARA
BUKAN PAJAK (PNBP)

Realisasi PNPB
s/d 31 Mei 2018
(dalam miliar
Rupiah)

I. Penerimaan Negara Bukan
Pajak
A. Penerimaan SDA

2018

Realisasi

APBN

s.d 31 Mei
2018

% thd APBN

Growth

y-o-y (%)

145.006,98

52,65%

17,39%
39,24%

103.674,80

64.853,30

62,55%

1 Migas

80.349,00

50.606,24

62,98%

43,63%

a Minyak Bumi

59.582,70

50.606,11

84,93%

43,63%

b Gas Alam

20.766,30

0,13

0,00%

0,00%

2 Non Migas

23.325,80

14.247,06

61,08%

25,59%

a Pertambangan Minerba

17.858,52

12.181,74

68,21%

27,01%
9,26%

A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8

b Kehutanan

30

1.618,47

38,84%

c Perikanan

4.166,71
600,00

224,86

37,48%

67,06%

d Pend. Per. Panas Bumi

700,59

221,99

31,69%

62,28%

B Pendapatan dari KND

44.695,40

22.797,40

51,01%

-14,08%

C. PNBP Lainnya

83.753,12

40.710,68

48,61%

10,59%

D. Pendapatan BLU

43.304,60

16.645,60

38,44%

22,38%

S

ampai dengan tanggal 31

meningkatnya harga komoditas,

Mei 2018, realisasi PNBP

khususnya harga minyak bumi dan

mencapai Rp145,01 triliun

batu bara sepanjang periode Januari

atau 52,65 persen dari APBN

s.d. Mei 2018.

2018. Realisasi tersebut mengalami
pertumbuhan sebesar 17,39 persen

Realisasi penerimaan SDA Migas

jika dibandingkan dengan realisasi

mencapai Rp50,61 triliun atau 62,98

periode yang sama tahun 2017.

persen dari target dalam APBN

Kenaikan ini antara lain disebabkan

2018. Realisasi tersebut mengalami

pertumbuhan sebesar 43,63 persen

Realisasi penerimaan PNBP Lainnya

dibandingkan periode yang sama

mencapai Rp40,71triliun atau

tahun 2017. Kenaikan penerimaan

48,61persen terhadap APBN 2018.

SDA Migas tersebut, antara lain

Realisasi tersebut mengalami

disebabkan oleh lebih tingginya

pertumbuhan sebesar 10,59 persen

realisasi ICP bulan Januari s.d. Mei

jika dibandingkan dengan periode

2018, yaitu sebesar USD65,79/barel,

Mei 2017 yang mencapai Rp36,81

dibandingkan realisasi ICP bulan

triliun. Pertumbuhan tersebut antara

Januari s.d. Mei 2017, yaitu sebesar

lain disebabkan lebih tingginya

USD49,95/barel.

penerimaan spektrum frekuensi
radio yang mengalami perubahan

Realisasi penerimaan SDA Non

pola pembayaran dari tahunan

Migas mencapai Rp14,25 triliun

menjadi triwulanan dan peningkatan

atau 61,08 persen terhadap APBN

pendapatan penjualan hasil tambang

2018. Realisasi tersebut mengalami

seiring dengan peningkatan

pertumbuhan sebesar 25,59 persen

penerimaan batubara.

jika dibandingkan dengan periode
yang sama tahun 2017 yang mencapai

Untuk pendapatan BLU, hingga 30

Rp11,34 triliun. Peningkatan ini

Mei 2018 terealisasi sebesar Rp16,65

diantaranya disebabkan oleh

triliun, atau mencapai 38,44 persen

kenaikan rata-rata harga batubara

dari APBN 2018, meningkat 22,38

acuan (HBA) pada periode Januari s.d.

persen dari realisasi Mei 2017 yang

Mei 2018 yang mencapai US$96,47/

hanya mencapai Rp13,60 triliun.

ton, lebih tinggi dibandingkan HBA

Peningkatan realisasi tersebut

periode Januari s.d. Mei 2017 sebesar

disebabkan oleh peningkatan volume

US$83,55/ton.

layanan dan bertambahnya satker
BLu baru.

31

Perbandingan
Realisasi PNBP

A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8

per Sektor

32

Untuk mencapai target PNBP

Pengawasan Intern Pemerintah);

tahun 2018, beberapa kebijakan

dan (d) perluasan jaringan

PNBP yang sedang dilaksanakan

interkoneksi PNBP (SIMPONI). Selain

antara lain: (a) mengevaluasi dan

itu, optimalisasi PNBP dilakukan

menyempurnakan peraturan PNBP

dengan tetap memerhatikan kualitas

(perubahan UU PNBP dan revisi PP

pelayanan kepada masyarakat

tentang jenis dan tarif PNBP); (b)

dan menjaga kelestarian sumber

optimalisasi penerapan production

daya alam. Dengan kebijakan PNBP

sharing contract/PSC gross split;

tersebut diharapkan realisasi PNBP

(c) peningkatan pengawasan dan

sampai dengan akhir tahun 2018

pengelolaan SDA yang lebih terpadu

dapat melampaui target yang telah

(melibatkan BPKP dan Aparat

ditetapkan.

Halaman Kosong

33

Sekilas Pandang Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP)

Penerimaan Negara Bukan Pajak

masyarakat. Artinya, Pajak dan

adalah seluruh penerimaan

PNBP memiliki peran yang berbeda.

Pemerintah Pusat di luar penerimaan

Perbedaan paling mencolok adalah

perpajakan dan hibah. Sesuai

wajib bayar PNBP membayar untuk

UU Nomor 20 tahun 1997, PNBP

mendapatkan jasa dan produk

berasal dari penerimaan sumber

layanan yang dibutuhkan, sedangkan

daya alam, (berupa royalti minyak,

wajib pajak tidak mendapatkan

royalti batubara, penjualan hasil

imbalan secara langsung. Hasil dari

tambang dan lain sebagainya),

penerimaan PNBP dikembalikan

penerimaan deviden BUMN, juga

pada masyarakat dalam bentuk

penerimaan dari kegiatan ekonomi

penyelenggaraan layanan berkualitas

dan pelayanan publik atas jasa

tinggi dan transparan.

layanan yang diberikan oleh unit-unit
pemerintahan.

Perbedaan lain antara penerimaan

A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8

perpajakan dan PNBP adalah

34

PNBP bersama penerimaan pajak

adanya sebagian setoran PNBP

merupakan pilar utama penerimaan

yang “dikembalikan” dalam bentuk

negara yang menopang APBN.

pendanaan untuk membiayai

Sektor perpajakan memegang

pelayanan yang diperoleh Wajib

peran terbesar dalam APBN dan

Bayar. Sebagian dari jumlah yang

sebagai sumber penerimaan negara

dibayarkan Wajib Bayar digunakan

yang digunakan untuk membiayai

kembali untuk menyelenggarakan

kebutuhan penyelenggaraan

layanan, seperti pengadaan bahan

pemerintahan. Sedangkan PNBP,

dengan spesifikasi kualitas tertentu,

disamping sebagai sumber

pemeliharaan laboratorium

penerimaan juga berperan

karantina/pengujian, bahkan

memberikan pelayanan tertentu

pengadaan fasilitas berbasis

yang berkualitas sesuai kebutuhan

teknologi untuk menunjang

pelatihan/pemberian pelayanan.

keadilan dan kesetaraan, pemerataan

Sementara itu, bagian PNBP yang

pelayanan, serta mempertimbangkan

tidak digunakan untuk layanan

kemampuan masyarakat, salah

akan menjadi tambahan sumber

satunya melalui kebijakan keringanan

pendanaan bagi pembangunan di

tarif PNBP.

sektor pendidikan, kesehatan, atau
pembangunan infrastruktur.

Keringanan tarif PNBP berupa
pemberian tarif layanan sampai

Dalam sistem pengelolaan keuangan

dengan Rp0,00 atau 0 persen kepada

negara, PNBP memiliki dua fungsi

golongan atau pihak tertentu telah

utama, yaitu fungsi budgetary dan

diatur dalam UU Nomor 20 tahun

regulatory. Perumusan kebijakan

1997 tentang Penerimaan Negara

pengelolaan PNBP selain bertujuan

Bukan Pajak. Kebijakan tersebut

untuk menghimpun penerimaan

kemudian dituangkan dalam

negara (fungsi budgetary), juga

Peraturan Pemerintah tentang

bertujuan untuk mendukung

Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP

kebijakan dan program pemerintah

yang berlaku di masing-masing

dalam meningkatkan kesejahteraan

Kementerian/Lembaga. Dalam PP

rakyat dan pertumbuhan ekonomi

jenis dan tarif atas Jenis akan diatur

(fungsi regulatory). Pengelolaan

jenis layanan dan kriteria yang

PNBP diarahkan untuk mencapai

dapat diberikan keringanan tarif

titik optimal, bukan maksimal,

tersebut. Kriteria tersebut antara lain

sehingga tidak semata-mata

masyarakat tidak mampu, pelajar

memungut namun ada penyesuaian

berprestasi, UMKM, atau kondisi

yang mempertimbangkan dampak

tertentu, seperti kondisi kahar dan

kepada masyarakat/pihak yang

bencana alam.

terkait. Untuk itu, kebijakan PNBP
disusun dengan memperhatikan asas

Peraturan Pemerintah tentang Jenis

35

dan Tarif atas Jenis Penerimaan

Pemerintah melakukan penertiban dan

Negara Bukan Pajak pada

pengaturan agar unit-unit Pemerintahan

Kementerian Agama mengatur

tidak melakukan pungutan secara

tentang tidak dikenakannya biaya

berlebihan kepada masyarakat tanpa

pencatatan untuk nikah atau rujuk

didasari evaluasi biaya pemberian jasa

yang diselenggarakan di Kantor

dan potensi beban yang ditanggung

Urusan Agama (KUA) Kecamatan.

masyarakat. Berbagai layanan yang

Peniadaan biaya atas layanan pada

diberikan keringanan tarif menjadi cermin

KUA ini merupakan salah satu

komitmen pemerintah untuk menjalankan

contoh pemberian keringanan tarif

hal tersebut. Dengan adanya pemberian

PNBP sampai dengan Rp0,00 atau

keringanan tarif PNBP, pemerintah

0 persen. Kementerian Agraria dan

diharapkan mampu memberikan dampak

Tata Ruang/Badan Pertanahan

keadilan kepada masyarakat dengan tetap

Nasional memberikan keringanan

memenuhi tanggung jawabnya untuk

tarif antara lain untuk layanan

memberikan layanan yang terbaik sesuai

pengukuran, pemetaan, dan

dengan tugas dan fungsinya.

A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8

pendaftaran tanah pertama kali
kepada masyarakat tidak mampu,

PNBP saat ini telah mengalami

veteran, masyarakat adat, wakif,

peningkatan cukup signifikan baik dari

dan lain sebagainya. Kementerian

sisi jumlah penerimaan maupun dari

Energi dan Sumber Daya Mineral

jenis layanan. PNBP telah menjadi bagian

memberikan tarif Rp0,00 untuk data

penting penerimaan negara dengan

wilayah kerja panas bumi apabila

kontribusi rata-rata dalam 10 (sepuluh

ditujukan untuk menunjang investasi

tahun) terakhir sebesar 25.4 persen dari

di bidang panas bumi. Sementara itu,

total penerimaan negara. Pencapaian

beberapa Kementerian yang memiliki

PNBP yang signifikan tersebut tidak

layanan perguruan atau sekolah

lepas dari peran aktif seluruh komponen

tinggi memberikan keringanan tarif

yang terlibat dalam pengelolaan PNBP

untuk biaya pendidikan mahasiswa

sesuai dengan tugas dan fungsi masing-

berprestasi dan mahasiswa tidak

masing, yang secara bersama-sama

mampu.

mengupayakan peningkatan akuntabilitas
pengelolaan PNBP serta perbaikan

Pemerintah memahami bahwa
setiap pungutan adalah beban

36

kepada masyarakat, oleh karena itu

pelayanan publik.

Contoh Kebijakan Keringanan Tarif pada
Kementerian/Lembaga

37

Pemanfaatan Basis Data PNBP dan Sistem
Terintegrasi untuk Optimalisasi Penerimaan Negara
dari Sektor Minerba

Kepatuhan Wajib Pajak (WP)

Era sebelum SIMPONI

A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n F a k t a ) E d i s i J u n i 2 0 1 8

sektor pertambangan minerba

38

memprihatinkan, hanya 2.577 WP

Senasib dengan pajak, sebelum

yang melaporkan SPT, sementara

tahun 2016 tingkat kepatuhan

yang tidak lapor mencapai 3.624

perusahaan minerba dalam

WP di tahun 2015. Kondisi tersebut

memenuhi kewajiban PNBP sektor

disampaikan Direktur Jenderal

minerba juga cukup memprihatinkan.

(Dirjen) Pajak saat Konferensi Pers

Indikasi rendahnya kepatuhan

Anggaran Pendapatan dan Belanja

tersebut antara lain tercermin dari

Negara (APBN) 2017 di kantor

besarnya temuan pemeriksa (BPKP

Kementerian Keuangan, Jakarta,

dan BPK) berupa kurang bayar PNBP.

Kamis (27/10/2016). Hal inilah yang

Sulitnya Ditjen Minerba, KESDM

mendorong Menteri Keuangan

selaku instansi pengelola PNBP

Sri Mulyani Indrawati mengimbau

untuk verifikasi perhitungan PNBP

perusahaan di sektor pertambangan

disebabkan terbatasnya data dukung

minerba untuk ikut program

dan lemahnya pengawasan. Hal ini

pengampunan pajak.

juga yang menyebabkan Laporan
Keuangan KESDM sulit mendapatkan

Pengelolaan Pajak yang didukung

opini Wajar Tanpa Pengecualian

SDM, regulasi, dan sistem yang

(WTP) dan hingga terakhir