Memahami Kepercayaan Publik pada Media melalui Penerimaan Khalayak tentang Program Langit Tanpa Batas NET TV - FISIP Untirta Repository

  

Memahami Kepercayaan Publik pada Media

melalui Penerimaan Khalayak tentang

Program Langit Tanpa Batas NET TV

  

SKRIPSI

  Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Jurnalistik

  Program Studi Ilmu Komunikasi Oleh

  Fitri Chaeroni Sa’adah NIM 6662131844

  

KONSENTRASI JURNALISTIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

  I dedicate this, for ME in the future…

“Hey! If you start tired of your life, open up this page and

remember all the moments, difficulties, and struggles

that you have been through to finished this research.

Believe me, you CAN do EVERYTHING, even something

that you HATE the most”

  From 22 years old version of YOU

  

ABSTRAK

Fitri Chaeroni Sa’adah. NIM. 6662131844. Skripsi. Memahami Kepercayaan

Publik pada Media melalui Penerimaan Khalayak tentang Program Langit

Tanpa Batas NET TV. Pembimbing I : Yearry Panji S, S.Sos., M.Si., Phd.

dan Pembimbing II : Puspita Asri Praceka, S.Sos., M.Ikom.

  Sebuah survey dari Edelman Trust Barometer menyebut adanya penurunan kepercayaan khalayak pada media. Kepercayaan khalayak pada institusi media artinya melibatkan kepercayaan pada (pemilik) media dan juga pekerja di dalamnya. Riset ini ingin melihat bagaimana penerimaan khalayak tentang tayangan Langit Tanpa Batas NET TV terkait dengan krisis kepercayaan khalayak pada media. Langit Tanpa Batas NET TV merupakan program khusus yang menayangkan bagaimana proses perekrutan karyawan baru di NET TV. Hasilnya ada tiga aspek penerimaan khalayak yang paling dominan yaitu visual, nilai-nilai motivasi, dan self-advertisement NET TV. Penerimaan khalayak juga dikategorikan berdasarkan model encoding-decoding dari Stuart Hall. Tiga kategori tersebut adalah dominan, negosiasi, dan oposisi. Mayoritas informan dalam riset ini berada di kategori negosiasi.

  Kata kunci : analisis resepsi, encoding-decoding, kepercayaan media

  

ABSTRACT

Fitri Chaeroni Sa’adah. NIM. 6662131844. Thesis. Understanding Public Trust

in Media through Audience Reception of NET TV’s Program Langit Tanpa

Batas. Advisor I: Yearry Panji S, S.Sos., M.Si., Phd. and Advisor II: Puspita

Asri Praceka, S. Sos., M.Ikom.

  A survey of the Edelman Trust Barometer stated that in Indonesia there are crisis of public trust on media. Public trust on the media institution included the trust in the (owner) of the media and also the workers in it. This research wants to see how the audience's reception of NET TV's Langit Tanpa Batas impressions is tied to a media-wide credibility crisis. The NET TV’s Langit Tanpa Batas is a special program that shows how the new employees recruitment process on NET TV. There are three aspects of the most dominant audience reception : visual, motivational value, and self-advertisement of NET TV. The reception also categorized based on the encoding-decoding model of Stuart Hall. The three categories are dominant reading, negotiation, and opposition. The majority of informants in this research were in the negotiation category.

  Keywords: audience reception analysis, encoding-decoding, media trust

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah senantiasa elimpahkan rahmat serta hudayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Memahami Kepercayaan Publik pada

  

Media melalui Penerimaan Khalayak tentang Program Langit Tanpa Batas NET

TV ini. Dengan selesainya riset ini maka salah satu syarat untuk memperoleh gelar

  Sarjana Ilmu Komunikasi telah penulis penuhi. Riset ini memang masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Akan tetapi penulis berharap setidaknya riset ini dapat bermanfaat bagi dunia keilmuan maupun dunia praktisi meskipun hanya sedikit.

  Dalam prosesnya peneliti tentunya tidak bisa menyelesaikan riset ini sendiri. Peneliti mendapat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu disini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada :

  1. Allah SWT yang terus menjaga dan menuntun penulis hingga akhirnya mampu menyelesaikan riset ini.

  2. Bapak di surga, Mama, Yasmin, Mahardika, serta segenap keluarga.

  Terimakasih untuk semua doa dan dorongan yang tak pernah berhenti mengalir.

  3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si. selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Untirta.

  4. Bapak Darwis Sagita, M.Ikom. selaku Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Untirta.

  5. Bapak Yearry Panji S, S.Sos., M.Si., Phd. Selaku Pembimbing I dalam riset ini. Terimakasih atas waktu, bantuan, arahan, serta semua ilmu yang sudah dibagi.

  6. Ibu Puspita Asri Praceka, S.Sos., M.Ikom. selaku pembimbing II dalam riset ini. Terimakasih untuk semua bantuan, arahan, ilmu serta terimakasih telah menjadi tempat yang nyaman untuk berbagi selama penelitian ini berjalan hingga usai.

  7. Seluruh dosen Ilmu Komunikasi FISIP Untirta. Terimakasih untuk setiap ilmu yang sudah dibagikan dan setiap waktu yang tercurahkan.

  8. Para informan riset ini Nunu, Kak Neli, Sari, Sufie, Pandhu, Dede, Inas, Meutia, Rifan, serta Raizal. Terimakasih atas waktu, tenaga, dan pikiran yang telah dicurahkan untuk membantu penulis dalam penelitian ini, semoga kebahagiaan selalu menyertai kalian.

  9. Teman seperguruan tempat saling berbagi dan saling menyemangati Indra, Syifa, dan Pernita. Teman tempat saling berbagi suka dan duka Mimi kartika. Teman dan juga rekan kerja dimana saja Adam dan Jalal. Teman sepergaulan Cindy, Sarah, dan Enna. Terimakasih untuk telinga dan hati yang selalu terbuka menerima tiap keluh dan kesah.

  Dan juga untuk teman yang pernah berbagi atap bersama Rahmi, Rien, Ratih, Alfi.

  10. Untuk setiap doa yang mengalir dan setiap bantuan yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung pada penulis. Saya mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya.

  Riset ini tentunya tidaklah sempurna, begitu banyak kekurangan disana sini. Peneliti akan merasa sangat berterimakasih jika ada saran dan juga kritik yang diberikan pada riset ini. Semoga bermanfaat, aamiin.

  Serang, 29 Januari 2018 Penulis

  

DAFTAR ISI

COVER HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii

LEMBAR ORISINALITAS ........................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv

  

BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................. 1

  1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

  1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6

  1.3. Identifikasi Masalah ................................................................................... 6

  1.4. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7

  1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7

  1.5.1. Manfaat Akademis ........................................................................... 7

  1.5.2. Manfaat Praktis ................................................................................ 7

  

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8

  2.1.Problematika Industri Media di Indonesia ................................................... 8

  2.2. Krisis Kepercayaan Publik terhadap Kredibilitas Media ............................. 11

  2.3. Kepercayaan Publik dan Isi Tayangan Media ............................................. 12

  2.4. Representasi Pekerja Media melalui Program Langit Tanpa Batas ............. 15

  2.5. Kajian Media dan Budaya .......................................................................... 17

  2.6. Analisis Resepsi Program Televisi ............................................................. 19

  2.7. Teori Encoding-Decoding Stuart Hall ........................................................ 23

  

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 26

  3.1. Sifat Penelitian ........................................................................................... 26

  3.2. Metode Penelitian ...................................................................................... 26

  3.4. Subjek Penelitian ....................................................................................... 29

  4.3. Penerimaan Khalayak tentang Program Langit Tanpa Batas NET TV ......... 40

  5.2.2. Saran Praktis .................................................................................... 86

  5.2.1. Saran Akademis ............................................................................... 85

  5.2. Saran .......................................................................................................... 85

  5.1. Kesimpulan ................................................................................................ 82

  

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 82

  4.7. Pembahasan ............................................................................................... 71

  4.6. Kepercayaan pada Institusi Media melalui Tayangan Langit Tanpa Batas .. 66

  Batas .......................................................................................................... 60

  4.5. Kepercayaan Informan pada Pekerja Media melalui Tayangan Langit Tanpa

  4.4. Pandangan Informan tentang Pekerja Media ............................................... 55

  4.3.3. Self-Advertisement NET TV ............................................................... 51

  4.3.2. Nilai-Nilai Motivasi ......................................................................... 45

  4.3.1. Aspek Visual ................................................................................... 40

  4.2.10. Informan 10 .................................................................................... 39

  3.5. Teknik Analisis Data .................................................................................. 30

  4.2.9. Informan 9 ....................................................................................... 39

  4.2.8. Informan 8 ....................................................................................... 39

  4.2.7. Informan 7 ....................................................................................... 38

  4.2.6. Informan 6 ....................................................................................... 38

  4.2.5. Informan 5 ....................................................................................... 37

  4.2.4. Informan 4 ....................................................................................... 37

  4.2.3. Informan 3 ....................................................................................... 37

  4.2.2. Informan 2 ....................................................................................... 36

  4.2.1. Informan 1 ....................................................................................... 36

  4.2. Deskripsi Informan .................................................................................... 35

  4.1. Deskripsi Program Langit Tanpa Batas NET TV......................................... 32

  

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 34

  3.7. Jadwal Penelitian ....................................................................................... 34

  3.6. Uji Keabsahan Data ................................................................................... 32

  

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 87

  

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Indeks Kualitas Program Siaran TV ......................................... 10Tabel 3.1. Jadwal Penelitian .............................................................................. 33

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Grafis di dalam tayangan Langit Tanpa Batas ............................... 54

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1: Pedoman Observasi dan Wawancara ........................................... 91 Lampiran 2 : Recruitment Letter ..................................................................... 92 Lampiran 3 : Catatan Observasi ...................................................................... 93 Lampiran 4 : Transkrip Wawancara ................................................................ 130 Lampiran 5 : Dokumentasi Penelitian ............................................................. 187 Lampiran 6 : Daftar Bimbingan ...................................................................... 188 Lampiran 7 : Biodata Mahasiswa .................................................................... 190

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

  Ruslan Burhani dalam Antaranews.com pada 31 Januari 2013 melansir sebuah suvei yang dilakukan oleh Edelman Trust Barometer yang menunjukkan bahwa kepercayaan publik terhadap media di Indonesia berada pada angka paling tinggi dari 26 negara lain yang diteliti. Dalam survei tersebut disebutkan bahwa kepercayaan publik pada media secara keseluruhan berada pada angka 77 persen dengan rincian 75 persen kepercayaan pada media tradisional (televisi radio, dan media cetak), 76 persen pada media daring, 68 persen pada media sosial, dan 67 persen pada media yang dimiliki perusahaan. Penelitian ini melibatkan 1200 responden, di mana 1000 responden berasal dari kategori umum dan 200 lainnya masuk ke dalam kategori well informed atau dari kalangan elit yang memiliki akses terhadap pendidikan dan komunikasi yang baik (Burhani, 2013).

  Sayangnya, kepercayaan publik pada media anjlok saat survei kembali dilakukan pada tahun 2016. Dilansir dari BeritaSatu.com yang ditulis Mutia, Edelman Trust Barometer menyebut bahwa kepercayaan masyarakat Indonesia pada media turun ke angka 63 persen, terpaut 5 persen lebih rendah dibanding pada survei tahun 2015. Pada kalangan well informed tercatat penurunan yang signifikan. Tahun 2015 kepercayaan pada media dari kalangan terdidik ini berada pada angka 80 persen, namun pada survei tahun 2016 turun ke angka 70 persen (Mutia, 2016).

  Survei kembali dilakukan oleh Edelman Trust Barometer di tahun 2017. Kepercayaan publik pada media naik hanya 4 angka menjadi 67 persen, dan belum bisa sebaik kala tahun 2012 (Putra, 2017). Kepercayaan masyarakat terhadap media saat ini sepertinya masih sulit untuk kembali seperti tahun 2012 lalu.

  Turunnya kepercayaan publik pada media bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti buruknya kualitas tayangan televisi, pemberitaan yang tidak berimbang, dan adanya oknum pekerja media yang berbuat tidak sesuai dengan kode etik yang seharusnya mereka pegang. Buruknya kualitas tayangan televisi bisa dilihat dari Survei Indeks Kualitas Program Siaran TV yang dilakukan oleh KPI. Dari survey tersebut diketahui rata-rata indeks kualitas tayangan televisi saat ini berada di angka 3,36 sedangkan indeks kualitas baik sebuah tayangan harus mencapai angka 4 (Komisi Penyiaran Indonesia, ISKI, 2016).

  Buruknya kualitas tayangan juga terlihat dari program tayangan berita. Beberapa televisi dengan jelas terlihat membuat konten yang tidak berimbang dalam memuat berita terkait politik. Pada4 Juli 2014 Kirana menulis di laman

  

BBC Indonesia yang menjelaskan bahwa hasil pemantauan siaran Komisi

  Penyiaran Indonesia (KPI) mencatat adanya kecederungan media untuk mendukung salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden dari dua televisi swasta yaitu tvOne dan Metro TV. Berdasarkan hasil pemantauansiaran kedua televisi tersebut yang dilakukan pada 19 hingga 25 Mei 2014 hasilnya Metro TV yang dimiliki Surya Paloh, pasangan Jokowi-JK diberitakan 184 kali dengan total durasi 35570 detik, sedangkan pasangan Prabowo-Hatta hanya diberitakan 110 kali dengan total dari 14.561 detik. Pada tvOne yang dimiliki Aburizal Bakrie, pasangan Jokowi-JK diberitakan hanya 77 kali dengan total durasi 10.731 detik, sementara pasangan Prabowo- Hatta diberitakan 153 kali dengan total durasi 36.561 detik (Kirana, 2014). Dari pemantauan siaran KPI tersebut secara jelas media sudah kehilangan independensinya karena tidak berimbang dalam pemberitaan. KPI memberikan teguran kepada dua stasiun televisi tersebut karena dinilai telah melanggar P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran) tahun 2012 pasal 40 huruf (a) dimana siaran jurnalistik wajib menerapkan prinsip jurnalisme yang berimbang dan tidak berpihak.Konten yang tidak netral membuat masyarakatpun hilang kepercayaan terhadap media secara keseluruhan maupun pekerja di dalam media tersebut.

  Selain dari kualitas tayangan ada pula masalah lain seperti adanya oknum alias orang yang mengaku-ngaku sebagai pekerja media atau wartawan namun mereka justru memeras para narasumbernya demi keuntungan mereka sendiri. Atau ada juga oknum wartawan yang bekerja di lapangan dan mau menerima ‘amplop’ alias uang suap agar berita buruk terkait pemberi uang tersebut tidak dipublikasikan. Hal seperti ini akan berdampak pada cara pandang atau kepercayaan khalayak terhadap pekerja media maupun media secara keseluruhan (Dewan Pers, 2009).

  Upaya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada media dapat dilakukan oleh berbagai pihak, seperti Dewan Pers yang melakukan verifikasi terhadap media-media yang ada di Indonesia. Media yang secara resmi terverifikasi oleh Dewan Pers dapat menjadi rujukan sumber informasi terpercaya bagi masyarakat. Selain dari pihak seperti Dewan Pers, pihak media sendiri juga bisa membuat upaya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat pada media mereka, NET TV contohnya. NET TV yang baru hadir tiga tahun belakangan di kancah pertelevisian Indonesia berupaya mengambil sebuah langkah dengan memperlihatkan bagaimana proses perekrutan karyawan untuk media mereka kepada publik. Bahkan proses perekrutan karyawan atau pekerja media ini sampai dibuatkan program khusus yang ditayangkan di NET TV.

  Program itu berjudul Langit Tanpa Batas. Langit Tanpa Batas tampil pertama kali di layar kaca pada tahun 2016 lalu dengan memperlihatkan proses Media Development Program atau MDP (nama untuk program perekrutan karyawan NET TV) yang pertama hingga yang keempat. Program

  

Langit Tanpa Batas kembali hadir di tahun 2017 untuk merekam bagaimana

  MDP kelima NET dilakukan. Proses perekrutan karyawan ini dikemas layaknya proses pencarian bakat yang sering kita jumpai di televisi, namun tidak menghilangkan esensi proses perekrutan karyawan itu sendiri.

  Dalam program ini penonton diperlihatkan bagaimana perjuangan seseorang untuk bisa bekerja di sebuah media, melalui proses seleksi yang ketat, tahap demi tahap yang cukup panjang, dan harus berjuang melawan puluhan ribu kandidat lain. Dari program ini NET TV memperlihatkan pada penonton bahwa proses untuk bekerja di sebuah media tidaklah mudah karena membutuhkan banyak perjuangan dan hanya yang terbaik yang bisa lolos. Proses perekrutan yang ditayangkan secara luas ini rasanya penting bagi media masa kini, dengan begitu penonton tak hanya tahu apa yang mereka saksikan di depan layar, namun juga apa yang dilakukan oleh media di belakang layar.

  Di tengah tren ketidakpercayaan masyarakat kepada media, NET TV hadir dengan terobosan untuk lebih terbuka kepada publik, terutama dalam hal perekrutan karyawan mereka. NET TV memperlihatkan bagaimana mereka menyeleksi calon-calon pekerja di media mereka, memperlihatkan proses seleksi yang ketat, dan memperlihatkan bahwa orang yang terpilih adalah kandidat terbaik dari sekian ribu lainnya.

  Dibalik sebuah program tayangan televisi pasti ada kru atau tim yang bekerja di belakanganya, peneliti berasumsi dengan banyaknya konten yang dinilai kurang baik di media saat ini akan berpengaruh pada cara pandang khalayak pada pekerja media itu sendiri. Konten yang buruk bisa saja terjadi karena si pembuat tayangan tidak memiliki kualitas yang baik dan sebagainya. Oleh karena itu dengan NET TV membuat tayangan yang berisi tentang perekrutan karyawan mereka, peneliti ingin melihat lebih jauh apakah tayangan ini bisa memperbaiki kepercayaan khalayak pada pekerja media maupun media dimana mereka bekerja

  Peneliti juga ingin memberi batasan bahwa penelitian ini melihat program tayangan Langit Tanpa Batas hanya sebagai salah satu alternatif untuk mengambalikan kepercayaan publik pada media, bukan cara mutlak atau satu- satunya cara yang bisa dilakukan. Peneliti ingin melihat apakah dengan adanya program ini bisa memperbaiki kepercayaan khalayak pada pekerja media dan media secara keseuruhan atau setidaknya kepada NET TV itu sendiri.

  1.2.Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana resepsi audiens pada tayangan Langit Tanpa Batas NET TV terkait dengan krisis kepercayaan khalayak pada media?

  1.3.Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka peneliti merumuskan identifikasi masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana penerimaan masyarakat tentang program Langit Tanpa

  Batas NET TV?

  2) Bagaimana kepercayaan masyarakat pada institusi media melalui program Langit Tanpa Batas NET TV?

  1.4.Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Mengetahui bagaimana penerimaan masyarakat tentang program Langit Tanpa Batas NET TV.

  2) Mengetahui bagaimana kepercayaan masyarakat pada institusi media dengan adanya program Langit Tanpa Batas NET TV.

  1.5.Manfaat Penelitian

  1.5.1. Manfaat Akademis

  Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah literatur kajian dalam ilmu komunikasi yang berkaitan dengan media massa khususnya televisi. Penelitian ini juga diharapkan memperkaya kajian penelitian ilmu komunikasi dari sudut pandang khalayak yaitu terkait penggunaan metode analisis resepsi dan juga terkait dengan kepercayaan publik pada media.

  1.5.2. Manfaat Praktis

  Penelitian ini diharapkan dapat melihat bagaimana penonton secara aktif menerjemahkan pesan dari sebuah tayangan televisi dan mengetahui apa dampak dari tayangan itu sendiri. Selain itu penelitian ini diharap dapat dijadikan sebagai rujukan bagi para pemilik media untuk semakin mengembangkan kreativitas dalam membuat konten- konten atau program siaran yang bagus, baik dari sisi hiburan maupun edukasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Problematika Industri Media di Indonesia

  Suwarjono Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia periode 2014-2017 menyatakan setidaknya ada 4 permasalahan utama yang dialami media massa di Indonesia, hal tersebut ditulis Widianto pada laman

  Tempo.co edisi 17 April 2015. Permasalahan tersebut antara lain dominasi

  kepemilikan, media partisan, media yang tidak mendidik dengan menyajikan materi berbau pornografi, dan menjamurnya media abal-abal. Suwarjono mengatakan bahwa di Indonesia kini hanya dimiliki 13 kelompok media, dominasi kepemilikan media tersebut menimbulkan persoalan yaitu keseragaman materi yang disesuaikan dengan kepentingan dan kemauan kelompok media yang bersangkutan. Dominasi kepemilikan media ini pastinya akan mengurangi adanya keragaman konten pada media. Suwarjono (Widianto, 2015) menjelaskan kepemilikan media oleh pengurus partai politik juga menjadi persoalan karena hal tersebut membuat media massa menjadi partisan. Hal itu berdampak pada media arus utama terkesan berpihak pada kepentingan kelompok atau partai politik tertentu.

  Karena adanya intervensi pemilik di ruang redaksi, media menjadi pendukung partai tertentu. Masalah lain adalah banyaknya media massa yang menyajikan konten tidak mendidik seperti konten berbau pornografi dan mistis. Konten semacam itu bisa dengan mudah ditemukan pada media dewasa ini.

  Permasalahan yang keempat adalah munculnya media dan jurnalis abal- abal yang juga menyebabkan pelanggaran kode etik. Di lapangan tak jarang terjadi tindak kriminalitas dimana jurnalis abal-abal melakukan pemerasan. Suwarjono menilai literasi media di masyarakat menjadi penting, hal itu untuk membentengi masyarakat dari berbagai konten negatif dari media(Widianto, 2015). Pelbagai persoalan itu berdampak pada konten dari sebuah media, apalagi permasalah dominasi kepemilikan dan pemilik media yang partisan. Hasil survey KPI sendiri mendapati bahwa ada media yang terbukti tidak independen dalam pemberitaan (Kirana, 2014), dan hal itu berdampak pada kepercayaan publik yang menurun terhadap media. Selain 4 permasalahan yang diungkapkan Suwarjono, media massa khususnya televisi juga mempunyai satu masalah yang cukup mendasar yaitu buruknya kualitas tayangan yang disajikan. Hal tersebut berdasarkan temuan dari Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi yang dilakukan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bekerjasama dengan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) pada tahun 2016. Penelitian ini dilakukan di 12 kota dan melibatkan 120 responden. KPI menetapkan standar nilai satu sampai hingga lima, program dikatakan berkualitas baik jika mampu mencapai angka empat. Pada survei ini program televisi dikelompokkan ke dalam 10 kategori.

  Hasil survei menunjukkan indeks kualitas program siaran televisi berada pada angka 3,36 (Komisi Penyiaran Indonesia & ISKI, 2016)

  3.5 Indeks Kualias Program Siaran TV

Periode November-Desember 2016

  2.71

  0.5

  1

  1.5

  2

  2.5

  3

  Hasil survei menunjukkan indeks kualitas program siaran televisi berada pada

  3.06

  (Sumber : Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Periode 5 Tahun 2016)

  Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa kualitas tayangan program di a kategori wisata budaya yang dapat dikatakan baik (indeks dan sinetron masih jauh

  (Komisi Penyiaran Indonesia, ISKI, a kualitas tayangan program televisi di Indonesia juga

  Tayangan Bermasalah

  . Penelitian yang dilakukan pada an sadisme, nilai kesopanan dan moralitas banyak ditemukan dalam tayangan program televisi yang didominasi

  4.22

  4

  2.75

  3.27

Tabel 2.1 Tabel Indeks Kualitas Program Siaran TV

  Hasil survei menunjukkan indeks kualitas program siaran televisi berada pada si Penyiaran Indonesia & ISKI, 2016).

  (Sumber : Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Periode 5 Tahun 2016)

  Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa kualitas tayangan program di Indonesia hanya kategori wisata budaya yang dapat dikatakan baik (indeks minimal 4) dengan indeks 4,22. Kategori dari kata baik dengan indeks dibawah tiga 2016). Buruknya kualitas tayangan program televisi di Indonesia juga ditemukan dari penelitian Subhan Afifi yang berjudul

  dalam Program Acara Televisi di Indonesia

  tahun 2009 ini menemukan bahwa unsur pornografi dan seksualitas, serta pelecehan terhadap nilai moralitas banyak ditemukan dalam tayangan program televisi yang didominasi

  Wisata Budaya Religi Anak-anak Talkshow

  Berita Komedi Variety Show Sinetron/Film Infotainment

  

Indeks Kualias Program Siaran TV

Periode November

Tabel 2.1 Tabel Indeks Kualitas Program Siaran TV

  3.44

  (Sumber : Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Periode 5 Tahun 2016)

  Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa kualitas tayangan program di a kategori wisata budaya yang dapat dikatakan baik (indeks minimal 4) dengan indeks 4,22. Kategori infotainment dan sinetron masih jauh dari kata baik dengan indeks dibawah tiga(Komisi Penyiaran Indonesia, ISKI, a kualitas tayangan program televisi di Indonesia juga ditemukan dari penelitian Subhan Afifi yang berjudul Tayangan Bermasalah

  

dalam Program Acara Televisi di Indonesia. Penelitian yang dilakukan pada

  tahun 2009 ini menemukan bahwa unsur-unsur kekerasan dan sadisme, pornografi dan seksualitas, serta pelecehan terhadap nilai-nilai kesopanan dan moralitas banyak ditemukan dalam tayangan program televisi yang didominasi

  4.22

  3.7

  3.62

  3.48

  4.5 oleh program-program hiburan seperti sinetron, infotainment, reality show, dan komedi situasi (Afifi, 2009).

  Dari dua penelitian tersebut tergambar bagaimana kondisi industri media khususnya televisi di Indonesia yang masih jauh dari kata baik. Buruknya kualitas tayangan televisi bisa mengarah kepada menurunnya kepercayaan masyarakat pada media televisi. Masyarakat akan menurun kepercayannya pada lembaga media dan para pekerja di dalamnya.

2.2.Krisis Kepercayaan Publik terhadap Kredibilitas Media

   Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kredibilitas diartikan

  sebagai perihal yang dapat dipercaya (KBBI Daring, 2017). Kata kredibilitas berasal dari bahasa Inggris credibility yang memiliki makna the qualitity of

  being believable or trustworthy (kualitas yang dapat dipercaya). Prasetyo

  dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Pemberitaan Media Massa

  terhadap Kredibilitas Pemimpin Simbolik Keagamaan menyatakan bahwa

  kredibilitas tidak melekat pada diri seseorang melainkan hasil penilaian dari orang lain (Prasetyo, 2016). Jadi dalam kaitannya dengan penelitian ini kredibilitas sebuah media tidaklah mutlak dimiliki dalam lembaga media massa itu, melainkan hasil penilaian dari khalayak media tersebut atas pesan yang mereka terima. Artinya publik memiliki kewenangan atau kebebebasan untuk menilai sebuah media massa itu dapat dipercaya atau tidak.

  Kepercayaan publik yang menurun pada media massa seperti dinyatakan dalam hasil survei Edelman Trust Barometer menunjukkan bahwa banyak media massa di Indonesia yang sudah tidak kredibel (Mutia, 2016).

  Kredibilitas media penting dalam proses penyampaian pesan melalui tayangan program mereka, ketika sebuah media dianggap tidak kredibel maka publik tidak akan menerima atau dengan mudah percaya pada pesan yang media sampaikan. Prasetyo mengatakan bahwa kredibilitas akan menghasilkan kepercayaan yang membuat khalayak untuk lebih setia (Prasetyo, 2016). Oleh karena itu penting bagi sebuah media untuk menjaga konten tayangan mereka agar tidak kehilangan kepercayaan publik. Program seperti Langit Tanpa Batas yang membuka kepada publik proses perekrutan karyawan NET TV, bisa dianggap sebagai salah satu upaya bagaimana media ini ingin terus menjaga kepercayaan publik pada lembaga media mereka. Caranya dengan memperlihatkan bahwa hanya orang-orang terbaik di bidangnya yang bisa bekerja di lembaga media mereka. Akan tetapi publik masih bebas menilai sebuah media itu dapat dipercaya atau tidak.

2.3.Kepercayaan Publik dan Isi Tayangan Media

  Agus Dwiyanto (2011) menjelaskan bahwa konsep kepercayaan secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu political trust (kepercayaann politik) dan social trust (kepercayaan sosial). Blind (dalam Dwiyanto, 2011) lebih jauh membedakan kepercayaan politik berdasarkan subjek, yaitu kepada siapa warga menaruh kepercayaan, dan motivasi warga memercayainya. Dilihat dari subjeknya kepercayaan publik mencakup kepercayaan terhadap organisasi

  (organizational political trust) dan kepercayaan terhadap pejabatnya (individual political trust) (Dwiyanto, 2011).

  Jika diterjemahkan ke dalam konteks penelitian ini maka kepercayaan khalayak terhadap media dapat dibagi menjadi dua, yaitu kepercayaan terhadap lembaga media dan kepercayaan terhadap para pekerja media. Hal ini relevan karena institusi pemerintahan dan media massa sama-sama memiliki peran sebagai lembaga sosial atau lembaga masyarakat. Kepercayaan publik pada tingkat organisasional dan individual sangat tergantung pada kredibilitas dalam pengambilan kebijakan (Blind dalam Dwiyanto, 2011).Kedua aspek ini akan saling berkaitan satu sama lain. Ketika sebuah media (dalam hal ini televisi) menghasilkan konten tayangan yang publik rasa tidak bagus maka kepercayaan mereka terhadap lembaga media dan juga pekerja media di dalamnya menurun. Begitu pula ketika ada tindak tanduk pekerja media yang tidak baik seperti jurnalis abal-abal yang melakukan pemerasan(Widianto, 2015), publik tak hanya menilai si pekerja namun juga keseluruhan media tersebut.

  Saat ini penonton tayangan televisi semakin kritis terhadap setiap program yang mereka saksikan. Tidak hanya menyaksikan secara pasif dan menerima begitu saja apa yang mereka dapat dari tayangan media, kini pemirsa lebih kritis terhadap unsur-unsur yang mereka rasa tidak layak untuk ditayangkan.

  Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya pengaduan dari masyarakat yang ditujukan kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai pengawas atau regulator tayangan televisi. KPI melalui website resminya menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2016 terdapat 5387 pengaduan terverifikasi yang diterima dan 175 diantaranya ditindaklanjuti dengan peringatan dan sanksi kepada media yang bermasalah(Komisi Penyiaran Indonesia, 2017). Tayangan-tayangan yang diadukan oleh masyarakat kebanyakan mengandung pelanggaran yang berulang atas Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Progam Siaran (P3 & SPS) seperti adanya tayangan yang menampilkan kekerasan, tayangan yang tidak mengandung nilai edukasi dan cenderung hedonistik, tayangan produk jurnalistik yang tidak memberikan perlindungan terhadap anak, jam tayang yang tidak sesuai dengan klasifikasi program, iklan rokok yang ditayangkan sebelum jam 21.30, dan juga tayangan jurnalistik yang masih memberikan label atau stigma negatif pada perempuan.

  Banyaknya pengaduan pelanggaran dari masyarakat ini menunjukkan masih buruknya kualitas isi tayangan televisi di Indonesia, sesuai dengan Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi yang dilakukan oleh KPI dan juga ISKI (Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi Indonesia) yang memperlihatkan bahwa program televisi di Indonesia belum mampu mencapai standar baik yaitu indeks angka 4. Dari 10 kategori program hanya kategori wisata budaya yang mampu mencapai indeks standar baik dengan meraih indeks 4,22(Komisi Penyiaran Indonesia & ISKI, 2016). Buruknya kualitas tayangan televisi ini tentu akan berdampak buruk pada penilaian masyarakat terhadap media yang bersangkutan. Kualitas dari media dan pekerjanya akan mulai dipertanyakan, hal tersebut mengarah pada menurunnya kepercayaan publik pada media.

  Maka untuk menjaga kepercayaan publik perlu adanya usaha dari media untuk menjaga mutu konten tayangan. Untuk menjaga mutu konten tayangan dapat dilakukan dengan pihak media membuat kebijakan terkait mutu tayangan dan juga merekrut pekerja yang berkompeten di bidangnya.

2.4.Representasi Pekerja Media melalui Program Langit Tanpa Batas

  Istilah wartawan bodrex dan amplop untuk wartawan seringkali terdengar di masyarakat, dua istilah ini pastinya tidak merujuk pada makna positif melainkan negatif. Wisnu Prasetya Utomo pada 11 Agustus 2016 menulis di laman Remotivi bahwa banyak faktor yang menyebabkan budaya amplop untuk wartawan ini masih sering ditemui dilapangan saat jurnalis bekerja, mulai dari profesionalisme sampai kesejahteraan wartawan yang masih rendah. Amplop untuk wartawan merujuk pada pemberian sejumlah uang dari narasumber kepada wartawan pemberian ini bisa diartikan sebagai “uang sogok”, sedangkan wartawan bodrex mengacu pada seseorang yang bukan wartawan namun mengaku-ngaku wartawan untuk mendapat uang (Utomo, 2016). Dalam artikel berjudul Amplop untuk Jurnalis itu Utomo juga menyertakan riset yang pernah dilakukan oleh Aliansi Jurnalis Independen pada tahun 2005 yang menyatakan bahwa 65% wartawan menganggap pemberian berbentuk barang seperti alat perekam suara, telepon genggam, dan sebagainya, sebagai amplop namun sayangnya hanay sedikit wawrtawan yang memahami pemberian amplop adalah bentuk suap yang bisa saja mempengaruhi isi berita yang ditulis (Utomo, 2016).

  Dengan adanya stigma negatif yang melekat pada wartawan atau pekerja media ini pastinya mempengaruhi citra wartawan dan juga institusi tempat dimana ia bekerja. Dewan Pers sebagai lembaga yang menaungi para wartawan dan perusahaan media dalam website resminya pada 11 Februari 2009 sempat menulis meski jumlahnya kini semakin berkurang dibanding saat awal reformasi persoalan ini tetap menjadi kabar buruk bagi upaya membangun kepercayaan publik terhadap pers. Wartawan gadungan atau wartawan bodrex bukanlah wartawan dalam arti sebenarnya, mereka hanya menunggangi pers untuk kepentingan pribadi atau golongan (DewanPers, 2009).

  Dengan citra kurang baik yang melekat pada pekerja media, NET TV kini mencoba untuk merubahnya. NET TV hadir dengan program khusus bernama

  

Langit Tanpa Batas. Langit Tanpa Batas merupakan program khusus dari

NET TV yang menayangkan bagaimana proses perekrutan karyawan baru di

NET TV yang disebut Media Development Program (MDP). Edisi perdana

dari program ini hadir pada tahun 2016, dan kembali hadir pada tahun 2017.

  Dalam tayangan Langit Tanpa Batas Edisi pertama di tahun 2017 turut dimasukkan tayangan yang menampilkan Ketua Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf yang berpidato. Dalam pidatonya ini Triawan Munaf menyampaikan bahwa berdasarkan sebuah riset dari Universum Global sebuah lembaga riset ketenagakerjaan yang berkantor di Singapura, NET TV menduduki ranking ketiga preferensi pilihan karir di Indonesia. Hal ini tentunya memberikan gambaran bahwa menjadi pekerja media khususnya di NET TV merupakan pekerjaan yang diimpikan banyak orang.

  Ketika mendengar tentang perekrutan karyawan baru mungkin yang akan terlintas dalam pikiran kita adalah sesuatu yang kaku dan formal, namun program Langit Tanpa Batas mengemas MDP kelima layaknya program pencarian bakat yang sering kita saksikan di televisi nasional seperti

  Indonesian Idol, X-Factor, Akademi Fantasi Indosiar, dan lain-lain. Proses

  seleksi ketat mulai dari pendaftaran, tahap psikotes, hingga tahap wawancara disajikan.

  Dari program ini kita bisa melihat bagaimana proses perjuangan pendaftar untuk bisa lolos seleksi menjadi karyawan NET TV seperti banyaknya pesaing, ketatnya proses seleksi, dan panjangnya rangkaian seleksi. Dari progran ini kita diperlihatkan bahwa hanya yang terbaiklah yang bisa lolos dan bekerja menjadi karyawan NET TV. Lebih dari 60 ribu pelamar hanya sekitar 200 orang yang berhasil lolos menjadi karyawan NET TV. Hal itu seolah menampik keraguan masyarakat akan kualitas dari para pekerja media, seperti diketahui saat ini kepercayaan publik pada media tengah mengalami tren penurunan (Putra, 2017).

2.5.Kajian Media dan Budaya (Cultural Studies)

  Hall (dalam Ida, 2014) menyebut kajian budaya atau cultural studies sebagai sebuah formasi diskursif. Kajian budaya menurutnya adalah sebuah kluster (atau formasi) ide-ide, gambaran-gambaran (images), dan praktik- praktik (practice) yang menyediakan cara-cara menyatakan, bentuk-bentuk pengetahuan, dan tindakan yang terkait dengan topik tertentu, aktivitas sosial atau tindakan institusi dalam masyarakat. Cultural studies adalah kajian yang multi disiplin ilmu termasuk ilmu komunikasi.

  Hall (dalam Ida, 2014) juga menjelaskan bahwa kajian media dan budaya pada dasarnya mencoba menguji kemapanan berpikir kita tentang realitas dan apa yang dimaksud dengan ‘real’ dalam kehidupan budaya kita sehari-hari. Kehidupan sehari-hari kita saat ini sudah dipenuhi berbagaigambar-gambar maupun tulisan-tulisan yang ada di koran, televisi, film, video, radio, iklan, novel, dan sebagainya. Hal tersebut mempengaruhi bagaimana cara kita mendefinisikan identitas kita dan lingkungan sekitar kita yang berbeda antara satu sama lain. Hall (dalam Ida, 2014) menyebut saat ini kita hidup di era media saturated

  

world, saat dimana kehidupan kita telah dimediasi oleh media massa dan cara

  kita melihat, memandang, memahami, dan berperilaku terhadap realitas sosial telah diantarai oleh media massa. Secara tidak sadar budaya kita sebenarnya dibentuk oleh media massa yang kita nikmati sehari-hari. Selain itu Hall menjelaskan bahwa inti dari kajian media dan budaya ini adalah pada khalayak atau pengguna dari media itu yang selama ini kurang tersentuh, terutama khalayak sebagai makhluk yang membuat makna secara aktif dan masyarakat yang tidak dikooptasi oleh keentingan-kepentingan kekuasaan (power interest) yang selama ini mendominasi media massa dan menentukan kehidupan sosial budaya masyarakat (Ida, 2014).