Pemberitaan Aksi Mahasiswa di Media Massa dan Pembentukan Opini Publik (Studi Deskriptif tentang Pemberitaan Aksi Mahasiswa di Metro TV terhadap Pembentukan Opini Mahasiswa FISIP USU)

(1)

Pemberitaan Aksi Mahasiswa di Media Massa dan

Pembentukan Opini Publik

(Studi Deskriptif tentang Pemberitaan Aksi Mahasiswa di Metro TV terhadap Pembentukan Opini Mahasiswa FISIP USU)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

Diajukan Oleh :

Julika Aditya Siregar

040904067

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul PEMBERITAAN AKSI MAHASISWA DI MEDIA MASSA DAN PEMBENTUKAN OPINI PUBLIK. Sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui seperti apa opini yang terbentuk di kalangan mahasiswa, khususnya mahasiswa FISIP USU, terhadap aksi yang dilakukan oleh mahasiswa yang diberitakan di televisi.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, dimana disini akan dijelaskan bagaimana mahasiswa yang tidak tergabung dalam sebuah organisasi, baik itu dependent ataupun Independent dalam memandang aksi yang dilakukan oleh temannya sesama mahasiswa. Mencari tahu apa alasan mereka dan bagaimana aksi itu sendiri diberitakan di televisi menurut mereka.

Populasinya adalah mahasiswa FISIP USU yang dianggap masih aktif yaitu angkatan 2005 – 2008, yang berjumlah 2174 orang. Untuk dapat menentukan jumlah sampel maka digunakanlah rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga didapati sampel sebanyak 96 orang. Sementara teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu

Proportional Stratified Random Sampling, dan Accidental Sampling. Adapun

teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field

Reasearch). Dan penelitian ini menggunakan analisa tabel tunggal.

Dan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa ternyata masih banyak sekali mahasiswa yang menganggap aksi-aksi yang dilakukan oleh mahasiswa ditelevisi sangat tidak baik dan selalu anarkis. Hal itu dikarenakan pemberitaan yang disajikan dan dianggap dapat menarik perhatian penonton adalah aksi-aksi mahasiswa yang ricuh dan tidak solid, jarang sekali aksi yang damai ditayangkan berulang. Dan itu yang membuat kebanyakan responden mengatakan bahwa aksi yang dilakukan mahasiswa tidak penting, hanya membuat keributan dan kemacetan yang mengganggu.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat juga syukur penulis panjatkan hanya kepada Bapa yang selalu menyertai, menemani dan memberi penulis kekuatan di tiap-tiap waktu. Terima kasih untuk semua kesempatan yang telah disediakan sehingga penulis memiliki kesempatan untuk memilih jalan yang terbaik untuk penulis dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Juga kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengenal dan merasakan banyak hal dan pengetahuan. Termasuk bergabung dengan kelompok mahasiswa kritis, kreatif dan militan yaitu Front Mahasiswa Nasional (FMN) yang dapat memberikan pemahaman yang ilmiah akan kondisi sekitar dan merubah cara pandang penulis terhadap hidupnya.

Sebaris kata-kata juga penulis tujukan kepada keluarga tercinta, Bapak B.T.H Siregar yang telah dengan setia menjadi pembimbing dan teladan bagi penulis. Juga kepada ibu S.A Sihombing yang dengan tabah menuntun penulis dan memberi segenap pengertian, perhatian dan cintanya pada penulis dan tidak lupa senantiasa mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Memang kata-kata yang penulis sampaikan ini belum cukup mewakilkan perasaan penulis yang sangat bersyukur karena sudah bisa menjadi bagian dari keluarga ini.

Skripsi yang berjudu l Pemberitaan Aksi Mahasiswa di Media Massa dan Pembentukan Opini Publik ini dibuat sebagai salah satu pemenuhan syarat kelulusan dan perolehan gelar sarjana penulis dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga mendapatkan banyak bimbingan, nasehat serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menghaturkan ucapan terimakasih kepada :


(4)

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Safrin M.Si selaku Dosen Pembimbing peneliti yang telah memberikan masukan, bimbingan dan dorongan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. T. Nurlamsyah selaku Dosen Wali peneliti selama masa perkuliahan.

5. Saudara-saudara peneliti ; Kak Ibeth, Kak Christy dan Abang Ari yang senantiasa mengingatkan dan memberikan dukungan terhadap peneliti.

6. Keluarga besar Siregar dimanapun berada, yang memberikan dukungannya dan juga doa kepada peneliti.

7. Keluarga besar Front Mahasiswa Nasional (FMN) yang telah memberikan semangat, merubah perspektif dan mengajarkan peneliti akan arti mahasiswa seutuhnya.

8. Pimpinan Pusat FMN yang telah mengijinkan peneliti menjadi koresponden majalah Gelora, sehingga peneliti mendapat beberapa pelajaran dari situ. 9. Sahabat-sahabat peneliti ; Elisabeth, Debby, Betty, Nova Hutabarat, Meir,

Rita, dan Crisna yang senantiasa memberi semangat kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Sahabat yang selalu setia mendampingi, yang dengan tabah memberi pengertian dan juga kasih sayang kepada peneliti. sahabat yang mengajarkan peneliti untuk menjadi lebih dewasa dan juga sahabat yang selalu bisa memunculkan semangat dari peneliti, Briando Silitonga.


(5)

11. Teman-teman komunikasi angkatan 2004 yang sudah selesai, yang masih sibuk menyelesaikan skripsi dan juga yang masih berjuang menyelesaikan studinya, yang juga merupakan bagian dari motivasi peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Beberapa teman-teman angkatan 2005 dan 2006 yang telah memberikan perhatiannya yang cukup besar kepada peneliti dengan menanyakan perkembangan penyelesaian skripsi peneliti dan kapan peneliti akan menyelesaikannya..

13. Mahasiswa dan mahasiswi yang sudah bersedia membantu peneliti dalam pengisian kuisioner yang peneliti sebar guna memperoleh data untuk penelitiannya.

14. Semua pihak yang secara tidak sadar sudah memberikan partisipasi dalam membantu penyelesaian tugas akhir ini.

Peneliti menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, peneliti dengan rendah hati meminta saran dan masukan yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada setiap pembacanya.

Medan, Mei 2009 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

Abstraksi………... i

Kata Pengantar………... ii

Daftar Isi………...…... v

Daftar Tabel dan Gambar... vii

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Masalah ...1

I. 2 Perumusan Masalah ...6

I. 3 Pembatasan Masalah ...6

I. 4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian ...7

I.4.2 Manfaat Penelitian ...7

I. 5 Kerangka Teori I.5.1 Individual Differences Theory ...8

I.5.2 Komunikasi dan Komunikasi Massa ...9

I.5.3 Opini Publik ...11

I.5.4 Televisi dan Berita ...14

I. 6 Kerangka Konsep ...16

I. 7 Model Teoritis ...18

I. 8 Operasional Variabel ...18

I. 9 Definisi Operasional Variabel...19

BAB II URAIAN TEORITIS II. 1 Individual Differences Theory ...21

II. 2 Komunikasi dan Komunikasi Massa ...22

II. 3 Opini Publik ...27

II. 4 Televisi dan Berita ...30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III. 1 Deskripsi Lokasi Penelitian III.1.1 Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU ...40


(7)

III.1.3 Visi dan Misi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ...51

III.1.4 Tujuan, Tugas dan Fungsi FISIP USU ...51

III. 2 Metode Penelitian ...52

III. 3 Lokasi Penelitian ...53

III. 4 Waktu Penelitian ...53

III. 5 Populasi dan Sampel III.5.1 Populasi ...53.

III.5.2 Sampel ...55

III. 6 Teknik Pengumpulan Data ...57

III. 7 Teknik Analisa Data ...58

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data IV.1.1. Tahap Awal ...59

IV.1.2. Pengumpulan data ...59

IV. 2 Tekhnik Pengolahan Data ...60

IV. 3 Analisa Tabel Tunggal IV.3.1. Karakteristik Responden ...61

IV.3.2. Opini Mahasiswa terhadap Aksi Mahasiswa di Televisi ...63

IV.4 Pembahasan ...80

BAB V PENUTUP V. 1 Kesimpulan ...82

V. 2 Saran ...83

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Daftar Tabel

Tabel 1 Operasional Variabel... 19

Tabel 2 Jumlah Mahasiswa Aktif Ilmu Komunikasi ... 53

Tabel 3 Jumlah Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial... 54

Tabel 4 Jumlah Mahasiswa Ilmu Politik... 54

Tabel 5 Jumlah Mahasiswa Sosiologi... .54

Tabel 6 Jumlah Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara... .54

Tabel 7 Jumlah Mahasiswa Antropologi... .54

Tabel 8 Jumlah Mahasiswa DIII Adm. Perpajakan... .55

Tabel 9 Penarikan Jumlah Sampel per Jurusan... .57

Tabel 10 Jenis Kelamin Responden... .61

Tabel 11 Jurusan Responden... .62

Tabel 12 Stambuk Responden...63

Tabel 13 Tingkat Keseringan Menonton Televisi...64

Tabel 14 Frekuensi Menonton Televisi per Hari...64

Tabel 15 Waktu Menonton Televisi...65

Tabel 16 Tingkat Keseringan Menonton Berita...65

Tabel 17 Ketertarikan Terhadap Berita Kriminal...66

Tabel 18 Ketertarikan Terhadap Berita Politik...67

Tabel 19 Ketertarikan Terhadap Berita Bencana Alam...68

Tabel 20 Ketertarikan Terhadap Berita Olah Raga...68

Tabel 21 Ketertarikan Terhadap Berita Sosial Masyarakat...69

Tabel 22 Ketertarikan Terhadap Berita Lainnya...69

Tabel 23 Tingkat Keseringan Menonton Berita Aksi (Demonstrasi)...70

Tabel 24 Tingkat Keseringan Menonton Aksi (Demonstrasi) Buruh di TV...70

Tabel 25 Tingkat Keseringan Menonton Aksi (Demonstrasi) Petani di TV...71

Tabel 26 Tingkat Keseringan Menonton Aksi (Demonstrasi) Mahasiswa di TV...71

Tabel 27 Tingkat Keseringan Menonton Aksi (Demonstrasi) Lainnya di TV...72


(9)

Tabel 28 Tingkat Keseringan Menyaksikan Aksi Mahasiswa

Periode Desember 2008...72 Tabel 29 Frekuensi Menyaksikan Berita Aksi Mahasiswa yang Tayang

Bulan Desember 2008...73 Tabel 30 Tingkat Keseringan Aksi Mahasiswa Tayang di Televisi...73 Tabel 31 Ketertarikan Mahasiswa terhadap Aksi Mahasiswa yang

Tayang di TV...74 Tabel 32 Tingkat Pemahaman Mahasiswa terhadap Aksi Mahasiswa...75 Tabel 33 Pandangan Responden Terhadap Aksi yang Diberitakan di

Televisi...75 Tabel 34 Baik atau Tidaknya Aksi yang Diberitakan di TV...76 Tabel 35 Setuju atau Tidaknya Responden Terhadap Aksi Mahasiswa...77 Tabel 36 Kemungkinan Topik yang Diangkat di TV berpengaruh

Terhadap Pendapat Penonton...77 Tabel 37 Tingkat Kepentingan Aksi Mahasiswa...78 Tabel 38 Niat Responden Untuk Ikut Aksi Setelah Menyaksikan Berita... ..79

Daftar Gambar


(10)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul PEMBERITAAN AKSI MAHASISWA DI MEDIA MASSA DAN PEMBENTUKAN OPINI PUBLIK. Sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui seperti apa opini yang terbentuk di kalangan mahasiswa, khususnya mahasiswa FISIP USU, terhadap aksi yang dilakukan oleh mahasiswa yang diberitakan di televisi.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, dimana disini akan dijelaskan bagaimana mahasiswa yang tidak tergabung dalam sebuah organisasi, baik itu dependent ataupun Independent dalam memandang aksi yang dilakukan oleh temannya sesama mahasiswa. Mencari tahu apa alasan mereka dan bagaimana aksi itu sendiri diberitakan di televisi menurut mereka.

Populasinya adalah mahasiswa FISIP USU yang dianggap masih aktif yaitu angkatan 2005 – 2008, yang berjumlah 2174 orang. Untuk dapat menentukan jumlah sampel maka digunakanlah rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga didapati sampel sebanyak 96 orang. Sementara teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu

Proportional Stratified Random Sampling, dan Accidental Sampling. Adapun

teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field

Reasearch). Dan penelitian ini menggunakan analisa tabel tunggal.

Dan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa ternyata masih banyak sekali mahasiswa yang menganggap aksi-aksi yang dilakukan oleh mahasiswa ditelevisi sangat tidak baik dan selalu anarkis. Hal itu dikarenakan pemberitaan yang disajikan dan dianggap dapat menarik perhatian penonton adalah aksi-aksi mahasiswa yang ricuh dan tidak solid, jarang sekali aksi yang damai ditayangkan berulang. Dan itu yang membuat kebanyakan responden mengatakan bahwa aksi yang dilakukan mahasiswa tidak penting, hanya membuat keributan dan kemacetan yang mengganggu.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah.

Setiap manusia wajib melakukan komunikasi di dalam perjalanan hidupnya, mulai dari komunikasi yang sederhana dimana dua orang saling bertukar lambang-lambang bermakna untuk menyamakan persepsi dan memperoleh kesamaan pandangan, sampai kepada komunikasi yang bertujuan mempengaruhi agar lawan bicaranya bersedia melakukan sesuatu. Kepandaian berbicara dan menggunakan kata-kata inilah yang akhirnya dikenal dengan sebutan retorika. Seperti itu jualah yang terjadi, diketahui dan yang dilakukan oleh mahasiswa.

Berbicara mengenai mahasiswa, mahasiswa adalah makhluk yang dianggap sudah dapat menghasilkan sebuah peradaban baru. Ia mempunyai berbagai macam tugas salah satunya adalah belajar. Belajar yang dimaksud disini bukan hanya belajar di bangku kuliah saja tetapi belajar dalam arti yang luas. Dari pembelajaran tersebut menjadikan mahasiswa memiliki kemudahan untuk mengakses berbagai informasi wacana dan peristiwa dalam lingkup lokal hingga internasional. Begitu juga dengan kemudahan akses literatur ilmiah dan gerakan-gerakan pemikiran, yang pada tujuan akhirnya akan menentukan ideologi atau sistem hidup yang akan dijalaninya. Buku yang ia baca, informasi yang ia terima, tokoh-tokoh yang ia ajak bicara merupakan beberapa faktor utama yang kelak sangat berpengaruh terhadap idealisme hidupnya.

Mahasiswa memiliki kekuatan intelektual yang erat kaitannya dengan aktivitas ilmiahnya. Ia juga memiliki kewajiban untuk memiliki jiwa sosial politik didalam dirinya. Disebut jiwa sosial politik karena mahasiswa pada dasarnya adalah bagian dari rakyat. Apapun yang terjadi pada rakyat maka mahasiswa akan turut juga


(12)

merasakannya. Seperti kenaikan BBM, kenaikan harga bahan pokok, listrik, dan air misalnya akan mempengaruhi aktifitas kuliah. Gejolak sosial yang sering terjadi umumnya selalu merupakan hasil efek samping dari aktivitas politik, seperti disahkannya suatu undang-undang, dikeluarkannya kebijakan-kebijakan oleh pemerintah yang sama sekali tidak memihak pada masyarakat.

Mahasiswa memiliki kecerdasan berdasarkan fokus keahlian yang diambilnya dan seharusnya mahasiswa juga mampu menerapkan keilmiahan pendidikan yang diperolehnya di masyarakat. Maka dengan membentuk organisasi baik itu dependent maupun independent, mahasiswa memiliki kewajiban moral untuk menerapkan apa yang telah diperolehnya dari bangku perkuliahan itu dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat. Atau dengan kata lain mampu menciptakan dan memberi jawaban atas permasalahan-permasalahan rakyat. Berbagai metode dapat dilakukan yaitu dari membuat petisi, dengar pendapat (public hearing), panggung rakyat, mimbar bebas, sampai pada aksi (demonstrasi).

Pada dasarnya dalam menyuarakan hasil pemikirannya atau lebih dikenal dengan aspirasi, mahasiswa disatukan didalam sebuah wadah yang dikenal dengan sebutan organisasi. Organisasi itu ada yang dependent seperti Pemerintahan Mahasiswa (PEMA), Ikatan-Ikatan Mahasiswa, Himpunan-himpunan Mahasiswa, dan sebutan-sebutan lain, selain itu ada organisasi independent seperti GMKI, GMNI, FMN.

Meski pada awalnya masih harus melalui tahap represifitas pihak kampus, belakangan sudah banyak organisasi yang muncul dan disetujui untuk dibangun di kampus-kampu, baik itu negeri maupun swasta. Tetap dengan berbagai syarat-syarat yang tidak memberikan kebebasan pada pergerakan-pergerakan itu.


(13)

menyampaikan pandangan masing-masing, mendiskusikannya dan akhirnya memperoleh kesimpulan tentang cara apa yang akan digunakan untuk menyampaikan aspirasi itu. Biasanya aksi (demonstrasi) akan menjadi pilihan terakhir, ketika aspirasi mereka menemukan jalan buntu dan tidak adanya tanggapan oleh pihak yang dituju. Dan keseluruhan dari proses tersebut merupakan komunikasi.

Aksi (demonstrasi) umumnya dilatarbelakangi oleh matinya jalur penyampaian aspirasi atau buntunya metode dialog. Dalam tubuh politik sebuah negara, aspirasi rakyat diwakili oleh anggota legislatif. Namun dalam kondisi pemerintahan yang korup, dan legislator tak dapat memainkan perannya, sehingga rakyat mengambil langkah konkrit dengan melakukan aksi. Aksi ini dilakukan tidak hanya untuk berteriak-teriak dihadapan anggota dewan atau masyarakat banyak, tetapi aksi juga dilakukan dalam rangka pembentukan opini atau mencari dukungan publik. Dengan demikian isu yang digulirkan harapannya dapat menjadi snowball (bola salju). Kebanyakan isu yang disuarakan oleh mahasiswa berkembang menjadi isu masyarakat dan menghasilkan opini dikepala masyarakat

Tujuan aksi adalah untuk memperoleh publisitas media massa. Publisitas ini menjadi kunci karena ketika disorot media massa, maka apa yang mereka perjuangkan akan dibaca oleh masyarakat, bahkan juga pejabat negara. Ketika pejabat negara membaca berita tentang suatu aksi, maka mereka akan tahu apa yang diperjuangkan dalam aksi tersebut. Dalam hal ini tentunya, aktivis pergerakan harus memahami nilai berita pertimbangan media massa agar aksi tersebut dimuat, seperti proximity (kedekatan antara isu yang diangkat dengan kepentingan audiens suatu media massa), timeliness (tingkat aktualitas berita), significance (nilai penting isu aksi bagi audiens media massa), prominence (tingkat kredibilitas kelompok aksi atau lokasi aksi), dan magnitude (besaran aksi atau jumlah peserta aksi). Maka dengan adanya publisitas di


(14)

media massa maka khalayak yang ada ditempat yang lain juga mengetahui apa yang disuarakan dalam aksi tadi.

Berbicara mengenai media massa, ada media cetak yaitu surat kabar, majalah, selebaran, brosur, selain itu kita juga mengenal media elektronik auditif seperti radio, dan yang terakhir media elektronik audiovisual yaitu televisi dan internet. Akan tetapi dari banyaknya jenis media tadi, media massa yang paling diminati oleh semua kalangan adalah televisi, karena merupakan gabungan dari segi verbal, visual, teknologikal dan dimensi dramatikal. (Sumadiria, 2005 : 4-5).

Televisi yang merupakan bagian dari pers luas memiliki beberapa fungsi, yaitu informasi, edukasi, koreksi, rekreasi dan mediasi. Fungsi Informasi maksudnya adalah menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat seluas-luasnya, sedangkan fungsi edukasi sebenarnya bila dilihat dari asal katanya sudah jelas apa maksudnya yaitu apapun informasi yang disampaikan hendaknyalah dalam kerangka mendidik.

Dikatakan memiliki fungsi koreksi artinya adalah pers merupakan pilar demokrasi keempat setelah legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Dikatakan seperti ini adalah karena ditujukan untuk mengawasi dan mengontrol kekuatan ketiganya agar kekuatan mereka tidak menjadi korup dan absolut. Fungsi rekreasi maksudnya yang mampu membuat para penikmatnya dapat lepas dari masalah dan kepenatan sehari-hari dengan menyaksikan tayangan, dan yang terakhir adalah fungsi mediasi berarti sebagai penghubung yang dapat menghubungkan makhluk yang ada di dunia ini antara negara yang satu dengan lainnya dalam lembar-lembar yang sistematis. (Sumadiria 2005 : 32-34)


(15)

Ada 11 stasiun televisi nasional di Indonesia yaitu TVRI, TPI, ANTV, RCTI, SCTV, Indosiar, Metro TV, Global TV, Trans TV, TV ONE dan Trans7. dan seperti yang kita ketahui bahwa tiap-tiap stasiun ini memiliki konsentrasi yang berbeda-beda dalam siaran, target pasar dan sajiannya.

Penelitian ini difokuskan kepada mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU) dan pilihan tersebut bukan tanpa dasar yang kuat. Karena jika dilihat dari perkembangan dan fakta yang muncul dilapangan maka FISIP merupakan lahan subur tempat organisasi muncul dan berkembang. Hal tersebut dikarenakan orientasi pelajarannya yang lebih difokuskan kepada hal-hal yang bersifat sosial dan juga politik, sama seperti yang digambarkan pada nama Fakultas ini yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Jika dibandingkan dengan fakultas lain seperti Fakultas Kedokteran, Fakultas Tehnik, Fakultas Matematika IPA, dll, maka tidak bisa dipungkiri bahwa memang tepatlah jika dikatakan mahasiswa di FISIP seharusnya memiliki jiwa sosial dan politik yang lebih. Yang meskipun tidak masuk sebagai anggota organisasi akan tetapi dengan tinggal di wilayah yang kemungkinan munculnya aksi-aksi lebih besar maka kepedulian akan apa yang dilakukan temannya pasti muncul dengan sendirinya.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti “Opini Mahasiswa di FISIP USU terhadap Aksi Mahasiswa di Televisi”. Dan penelitian ini difokuskan pada mahasiswa yang tidak tergabung dalam sebuah organisasi, karena yang ingin dilihat peneliti adalah pandangan orang diluar organisasi terhadap aksi yang dilakukan mahasiswa.


(16)

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut :

“Bagaimanakah opini publik yang terbentuk dari pemberitaan aksi mahasiswa di Televisi?”

3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah :

1. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat terhadap pemberitaan tentang aksi mahasiswa di media massa.

2. Penelitian ini bertujuan memaparkan opini yang terbentuk dari pemberitaan di media televisi.

3. Penelitian ini terbatas kepada mahasiswa FISIP USU yang tidak tergabung dalam sebuah organisasi.

4. Penelitian ini mengkaji pemberitaan tentang aksi mahasiswa yang muncul pada periode 1-31Desember 2008.

5. Penelitian ini mencakup pemberitaan aksi mahasiswa di televisi yang terjadi dalam lingkup nasional.

4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 4.1 Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap pemberitaan aksi mahasiswa di televisi.


(17)

2. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seperti apa pro dan kontra yang muncul di kalangan mahasiswa melihat tayangan aksi mahasiswa itu. .

3. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tayangan aksi itu dapat berpengaruh terhadap pembentukan opini mahasiswa FISIP USU.

4.2 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah penelitian dan dapat memperluas cakrawala pengetahuan peneliti serta mahasiswa/I Ilmu Komunikasi FISIP USU mengenai pendapat masyarakat terhadap aksi mahasiswa di media massa.

2. Secara akademis, penelitian ini dapat disumbangkan kepada FISIP USU dalam menambah dan memperkaya bahan penelitian serta sumber bacaan.

3. Secara praktis melalui penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk lebih baik lagi dalam mengkaji sebuah pemberitaan yang di sajikan oleh media massa.

5. Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus menyusun sebuah kerangka teori untuk sebuah kejelasan. Titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah. Maka untuk itu perlu disusun kerangka teori. Kerangka teori itu disusun sebagai landasan berpikir yang menunjukkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti. Dengan adanya kerangka teori ini maka peneliti akan lebih terbantu dalam mencari kebenaran dari apa yang diteliti.


(18)

Dalam penelitian ini teori-teori yang dianggap relevan adalah Individual Differences Theory, Komunikasi, Komunikasi Massa, Opini Publik, Televisi dan Berita

5.1 Individual Differences Theory

Individual Differences Theory (Teori Perbedaan Individual), teori yang dikeluarkan oleh Melvin D. Defleur ini menelaah perbedaan-perbedaan di antara individu-individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa sehingga menimbulkan efek tertentu. Menurut teori ini individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan-pesan −terutama jika berkaitan dengan kepentingannya− konsisten dengan sikap-sikapnya, sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai-nilainya. Sehingga tanggapannya terhadap pesan-pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya. Jadi, efek media massa pada khalayak massa itu tidak seragam melainkan beragam disebabkan secara individual berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaannya. (Effendy 2003: 275)

Anggapan dasar dari teori ini ialah bahwa manusia amat bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari dukungan perbedaan secara biologis, tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara individual yang berbeda. Manusia yang dibesarkan dalam lingkungan yang secara tajam berbeda, menghadapi titik-titik pandangan yang berbeda secara tajam pula. Dari lingkungan yang dipelajarinya itu, mereka menghendaki seperangkat sikap, nilai, dan kepercayaan yang merupakan tatanan psikologisnya masing-masing pribadi yang membedakannya dari yang lain. (Effendy 2003: 275)


(19)

Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan-rangsangan khusus yang menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak-watak perorangan anggota khalayak. Oleh karena terdapat perbedaan individual pada setiap pribadi anggota khalayak itu maka secara alamiah dapat diduga akan muncul efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individual itu. Tetapi dengan berpegang tetap pada pengaruh variabel-variabel kepribadian (yakni mengganggap khalayak memiliki ciri-ciri kepribadian yang sama) teori tersebut tetap akan memprediksi keseragaman tanggapan terhadap pesan tertentu (jika variabel antara bersifat seragam). (Effendy 2003: 275-276)

Individual Differences Theory menyebutkan bahwa khalayak yang secara selektif memperhatikan suatu pesan komunikasi, khususnya jika berkaitan dengan kepentingannya, akan sesuai dengan sikapnya, kepercayaannya dan nilai-nilainya. Tanggapannya terhadap pesan komunikasi itu akan diubah oleh tatanan psikologisnya.(Effendy 2003 : 316).

5.2 Komunikasi dan Komunikasi Massa

Komunikasi pasti terjadi pada setiap manusia, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Hidup dengan makhluk lain otomatis membuat makhluk hidup harus berkomunikasi. Komunikasi harus dipandang dari dua sudut pandang, yaitu komunikasi dalam pengertian secara umum dan secara paradikmatik.

Komunikasi secara umum dibagi dua, yakni pengertian komunikasi secara etimologis dan secara terminologis. Secara etimologis atau menurut asal katanya, komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio yang diambil dari kata communis yang artinya sama atau dimaksud dengan sama makna. Maka komunikasi yang


(20)

dimaksudkan disini akan berlangsung bila ada kesamaan arti diantara dua atau lebih orang yang berkomunikasi. Sedangkan secara terminologis maksudnya adalah komunikasi melibatkan sejumlah orang, dan lebih dikenal dengan sebutan komunikasi manusia atau komunikasi sosial. Disini hanya akan dibahas tentang komunikasi yang hanya terjadi pada manusia-manusia yang bermasyarakat.

Komunikasi secara paradigmatis mengandung tujuan tertentu baik lisan maupun tulisan, baik langsung maupun melalui media. Tujuan disini maksudnya adalah memberikan informasi, merubah sikap, pendapat, maupun perilaku dari komunikan. Menurut Harold Lasswell cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut; Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect ? atau Siapa, Mengatakan Apa, Dengan Saluran Apa, Kepada Siapa, Dengan Pengaruh Bagaimana? Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan kata lain, hubungan diantara mereka bersifat komunikatif (Effendy 2004 : 3-4 ).

Selain komunikasi itu dilakukan secara langsung atau dikenal dengan komunikasi tatap muka, komunikasi juga berlangsung dengan menggunakan media, dikenal dengan nama komunikasi massa. Yang dimaksudkan dengan komunikasi massa ialah komunikasi yang menggunakan media massa, baik itu media cetak maupun elektronik.

Yang dimaksudkan dengan komunikasi massa ialah komunikasi melalui media massa modern seperti surat kabar, film, radio, dan televisi. Hal ini perlu dijelaskan, sebab ada sementara ahli komunikasi, di antaranya Everett M. Rogers, yang berpendapat bahwa, selain media massa modern, ada media massa tradisional yang


(21)

meliputi teater rakyat, juru dongeng keliling, juru pantun, dll. Juga hal ini perlu ditegaskan untuk menghindarkan kesimpangsiuran dengan adanya anggapan sementara orang yang menyatakan, bahwa rapat umum di sebuah lapangan juga adalah komunikasi massa.(Effendy 2004 : 20)

Jadi yang diartikan komunikasi massa ialah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan. Pembaca surat kabar, pendengar radio, penonton televisi dan film, tidak tampak oleh si komunikator. Dengan demikian, maka jelas bahwa komunikasi massa atau komunikasi melalui media massa sifatnya “satu arah” “one way trafic”. Begitu pesan disebarkan oleh komunikator, tidak diketahuinya apakah pesan itu diterima, dimengerti, atau dilakukan oleh komunikan. Seperti halnya wartawan surat kabar, penyiar radio, penyiar televisi, atau sutradara film tidak mengetahui nasib pesan yang disampaikan kepada khalayak itu. Tetapi meskipun demikian akan selalu ada akibat dari pesan yang disampaikan oleh seseorang baik itu secara langsung maupun tidak (melalui media). (Effendy 1992 : 50)

5.3 Opini Publik

Dizaman yunani kuno dan Romawi dahulu kala, pendapat umum sangat ditakuti karena dapat bertindak sebagai “Pengadilan rakyat” dalam menjatuhkan hukuman kepada tertuduh. Pejabat atau rakyat yang dianggap telah melanggar norma atau menciptakan situasi yang merugikan masyarakat, terpaksa harus menghadapi tiang gantungan tanpa harus melalui proses hukum yang wajar.

Opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini tersebut timbul sebagai hasil pembicaraan tentang


(22)

masalah yang kontroversial yang menimbulkan pendapat berbeda-beda. (Sastropoetro, 1990 : 41)

Opini timbul sebagai suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan atau isu. Subyek dari suatu opini biasanya adalah masalah baru. Opini berupa reaksi pertama dimana orang mempunyai perasaan ragu-ragu dengan sesuatu yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling mempertahankannya. (Djoenarsih 1984 : 31)

Sedangkan perkataan publik melukiskan sekelompok manusia yang berkumpul secara spontan yang memiliki syarat-syarat :

a. Dihadapi oleh suatu persoalan (issue)

b. Berbeda pendapatnya mengenai persoalan ini dan berusaha untuk menanggulangi persoalannya

c. Sebagai akibat keinginan mengadakan diskusi dengan mencari jalan keluar. (Susanto 1985 : 47)

Disini publik masih merupakan bentuk spontan yang tidak berbentuk, yang tidak diorganisasikan. Pokok persoalan dari pembentukan publik demikian ini adalah bahwa mereka menghadapi persoalan, diikat (sementara) oleh persoalan yang minta pemecahan. (Susanto 1985: 48)

Maka dapat disimpulkan bahwa opini publik atau dikenal dengan pendapat umum adalah kesatuan pendapat yang muncul dari sekelompok orang yang berkumpul secara spontan, membicarakan issue yang kontroversial, mendiskusikannya dan berusaha untuk mengatasinya. Ketika isu atau opini itu keluar maka jelas sekali bahwa komunikasi yang dilakukan oleh komunikator melalui media menghasilkan efek dan efek komunikasi massa inilah yang dikenal dengan sebutan


(23)

opini publik. Dan proses munculnya opini ini harus melalui beberapa tahap, yaitu ; efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif.

Efek kognitf berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Contoh pesan komunikasi melalui media massa yang menimbulkan efek kognitif antara lain berita, tajuk rencana, artikel dan sebagainya. Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Akibat dari pemberitaan di media itu yang akhirnya menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak, dan perasaan ini hanya bergejolak didalam hati saja. Dan yang terakhir adalah efek konatif, dimana efek ini berkaitan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang memiliki kecenderungan memunculkan sebuah tindakan atau kegiatan. Efek konatif tidak langsung muncul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan harus melalui efek kognitf dan efek afektif terlebih dulu. Dan opini publik merupakan hasil akhir dari proses tersebut dan masuk pada efek konatif. (Effendy 2003 : 318-319)

Jika kita lihat lebih dalam lagi yang namanya opini publik itu sangat berkaitan erat dengan sikap dari individu, baik secara pribadi maupun kelompok. Dan pada dasarnya yang membentuk opini publik itu adalah sikap pribadi seseorang maupun sikap kelompoknya, karena itu sikap akan ditentukan oleh pengalaman individu dan kelompoknya.

Leonard W. Doob merumuskan opini publik yang kompeten atau memenuhi syarat adalah:

1. Fakta yang dipakai sebagai titik tolak dari perumusan opini publik, diberi nilai baik oleh masyarakat luas.

2. Dalam penggunaan fakta (Atau keadaan dimana suatu sikap justru diambil karena tidak adanya fakta), orang sampai pada kesimpulan dan kesepsakatan


(24)

akan tindakan yang harus diambil untuk memecahkan masalah. (Susanto, 1985 :101)

Doob menyebut pendapat harus dinyatakan sebagai actual publik opinion. Pendapat harus dinyatakan sebelum dinilai karena segala sesuatu yang belum melalui proses komunikasi masih merupakan proses yang ada pada diri seseorang. Dalam hubungannya dengan hal ini perlu diperhatikan pendapat Irish dan Protho mengenai pendapat yaitu, bahwa pernyataan yang telah mengalami proses komunikasi disebut opinion sedangkan bila perasaan tadi belum dinyatakan, maka ia masih merupakan attitude (sikap). Selanjutnya sebagai unsur ketiga disebutkan bahwa diperluksn adanya issue atau masalah agar sesuatu dapat dinilai sebagai pendapat umum. Issue bahkan harus merupakan issue sosial. (Susanto, 1985)

Suatu pendapat akan menjadi issue apabila ia mengandung unsur memungkinkan pro dan kontra suatu pendapat tentang suatu kejadian yang telah dinyatakan. Dengan sendirinya, pendapat memiliki obyek dan tujuan tertentu dan karena menggandung unsur pro dan kontra maka dengan demikian ia akan menimbulkan adanya pendapat baru yang menyenangkan atau tidak baginya. (Susanto, 1985)

5.4 Televisi dan Berita

Seperti pada penemuan radio siaran, penemuan televisi telah melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan akhir abad 19 dengan dasar penelitian oleh James C. Maxwell dan Heinrich Hertz, serta penemuan Marconi, pada tahun 1890. karena penemuan-penemuan itu akhirnya sampailah seperti sekarang ini, sudah banyak sekali yang bisa dilakukan televisi. Kita sudah dapat mengetahui apa yang terjadi di luar kota, luar provinsi dan juga luar negeri tanpa harus pergi ketempat yang


(25)

dimaksud. Dengan adanya televisi maka semua informasi dapat diperoleh. (Ardiantto, 2004 : 126)

Meskipun televisi tidak masuk nominasi bagian dari kekuasaan yang ada di dunia, akan tetapi dibanding radio yang disetujui oleh para ahli komunikasi sebagai kekuasaan kelima, televisi lebih baik karena selain bersifat auditif televisi juga bersivat visual (dapat dilihat). Dan dari berbagai pilihan media massa yang muncul bersamaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan media komunikasi, televisilah yang sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Selain hiburan televisi juga menyuguhkan iklan dan berita. Di Inggris televisi terutama berfungsi sebagai media hiburan, namun dibeberapa negara berkembang televisi ini juga digunakan sebagai simbol status. Ini pasti lebih dilihat kepada acara-acara apa yang disajikan.

Setiap stasiun televisi memang sudah seharusnya mempersiapkan berbagai macam program untuk menarik pemirsanya, seperti program-program apa saja yang diminati dan pada waktu-waktu kapan saja itu bagus untuk ditayangkan. Pada dasarnya penonton akan lebih tertarik pada hal-hal yang menghibur seperti sinetron, gosip, sinetron dan lainnya. Dan pada dasarnya hanya sedikit sekali penonton yang akan memilih menonton berita dan mencari tahu apa yang terjadi pada negerinya. Meskipun demikian akan tetapi sudah banyak sekali usaha yang dilakukan pihak stasiun televisi dalam mengubah format pemberitaan agar dapat menarik perhatian khalayaknya.

Berbicara mengenai berita, ahli sosiologi Gaye Tuchman, dalam bukunya Making News (1978), menyatakan bahwa berita merupakan konstruksi realitas sosial. Berita muncul dalam benak manusia untuk disebarkan kepada manusia lain untuk mewujudkan komunikasi sosial. Berita yang muncul dalam benak manusia itu bukan


(26)

suatu peristiwa, tapi lebih merupakan sesuatu yang diserap setelah peristiwa itu terjadi. Berita tidak identik dengan fakta peristiwa, melainkan sebuah upaya untuk merekonstruksi fakta dalam kerangka inti peristiwa.Berita pada hakekatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasar,dan bahasa dapat menentukan relief seperti apa yang akan diciptakan tentang realitas peristiwa. (Severin, 2007 : 400)

Prof. Mitchel V Charnley dalam bukunya “Reporting” mengatakan berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah penduduk. Berita televisi terdiri atas gambar, naskah, dan suara. Gabungan dari ketiga unsur itulah yang membedakan berita televisi dengan berita radio dan media cetak, seperti majalah dan koran. Adanya tiga unsur yang saling mendukung itulah yang akhirnya akan menghasilkan kualitas terbaik dari sebuah pemberitaan. Dan pemberitaan yang baik akan dapat menarik perhatian pemirsanya.(Effendy 2003 : 131)

6. Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa. (Nawawi, 1995:40)

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. (Singarimbun, 1995: 57)


(27)

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah segala gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau memengaruhi munculnya variabel kedua disebut variabel terikat. Tanpa variabel ini, maka variabel berubah sehingga akan muncul variabel terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada atau tidak muncul. (Nawawi, 1995:57)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemberitaan Aksi Mahasiswa di Media Massa.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau factor maupun unsur yang ada ataupun muncul dipengaruhi atau ditentukannya adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain. (Nawawi, 1995:57)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Opini Mahasiswa FISIP USU , Medan

3. Variabel Antara (Z)

Variabel antara adalah variabel yang berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tersebut.


(28)

7. Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

Gambar 1. Model Teoritis 8. Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas maka dibuatlah operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian yakni sebagai berikut:

Tabel 1

Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (X)

Pemberitaan Aksi Mahasiswa di Media Massa.

1. Saluran Televisi 2. Topik Pemberitaan 3. Frekuensi Tayang 4. Penyajian Berita 5. Jam Menonton Variabel Terikat (Y)

Opini Publik

1. Kognitif 2. Afektif 3. Konatif Variabel Antara (Z)

Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin 2. Jurusan 3. Stambuk

Variabel Bebas (X)

Pemberitaan Aksi Mahasiswa di Media Massa

Variabel antara (Z)

Karakteristik Responden

Variabel Terikat (Y)


(29)

9. Definisi Operasional Variabel.

Definisi operasional variabel merupakan suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel/ konstrak dengan cara memberikan arti/ menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak/ variabel tersebut (Nazir, 2003 : 126). Definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel.

Definisi operasional variable pada penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (Pemberitaan Aksi Mahasiswa di Media Massa), terdiri dari:

• Saluran Televisi maksudnya adalah channel yang ada yang dikeluarkan pemancar dan mampu diterima receiver di kota medan.

• Topik pemberitaan maksudnya adalah topik atau tema yang diangkat dalam suatu pemberitaan.

• Frekuensi tayang maksudnya adalah berapa durasi waktu yang disiapkan untuk berita-berita atau untuk tiap-tiap tayangan.

• Penyajian berita maksudnya adalah seperti apa bentuk dan penyampaian terhadap berita-berita yang diangkat.

• Jam menonton maksudnya adalah waktu yang dipilih khalayak untuk menonton berita-berita itu.

2. Variabel Terikat (Opini Publik) terdiri dari:

• Kognitif maksudnya adalah bagaimana masyarakat yang sebelumnya tidak mengetahui masalah apa yang menjadi penyebab utama mahasiswa melakukan aksi, menjadi tahu dan paham.

• Afektif berkaitan dengan perasaan manusia, dan perasaan ini hanya bergejolak didalam hati saja.


(30)

• Konatif maksudnya adalah berkaitan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang memiliki kecenderungan memunculkan sebuah tindakan atau kegiatan.

3. Variabel Antara (Karakteristik Responden) yaitu nilai-nilai yang dimiliki oleh individu yang membedakannya dengan individu lain, terdiri dari:

• Jenis kelamin : apakah perempuan atau laki-laki

• Jurusan : bagian yang akan difokuskan untuk menjadi spesifikasi pendidikan dan pengetahuan yang didapat oleh mahasiswa..

• Angkatan : tahun masuk mahasiswa atau responden di Universitas Sumatera Utara.


(31)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Individual Difference Theory

Individual Differences Theory (Teori Perbedaan Individual), teori yang dikeluarkan oleh Melvin D. Defleur ini menelaah perbedaan-perbedaan di antara individu-individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa sehingga menimbulkan efek tertentu. Menurut teori ini individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan-pesan −terutama jika berkaitan dengan kepentingannya− konsisten dengan sikap-sikapnya, sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai-nilainya. Sehingga tanggapannya terhadap pesan-pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya. Jadi, efek media massa pada khalayak massa itu tidak seragam melainkan beragam disebabkan secara individual berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaannya. (Effendy 2003: 275)

Anggapan dasar dari teori ini ialah bahwa manusia amat bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari dukungan perbedaan secara biologis, tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara individual yang berbeda. Manusia yang dibesarkan dalam lingkungan yang secara tajam berbeda, menghadapi titik-titik pandangan yang berbeda secara tajam pula. Dari lingkungan yang dipelajarinya itu, mereka menghendaki seperangkat sikap, nilai, dan kepercayaan yang merupakan tatanan psikologisnya masing-masing pribadi yang membedakannya dari yang lain. (Effendy 2003: 275)

Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan-rangsangan khusus yang menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak-watak perorangan anggota khalayak. Oleh karena terdapat perbedaan individual pada setiap pribadi anggota


(32)

khalayak itu maka secara alamiah dapat diduga akan muncul efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individual itu. Tetapi dengan berpegang tetap pada pengaruh variabel-variabel kepribadian (yakni mengganggap khalayak memiliki ciri-ciri kepribadian yang sama) teori tersebut tetap akan memprediksi keseragaman tanggapan terhadap pesan tertentu (jika variabel antara bersifat seragam). (Effendy 2003: 275-276)

Individual Differences Theory menyebutkan bahwa khalayak yang secara selektif memperhatikan suatu pesan komunikasi, khususnya jika berkaitan dengan kepentingannya, akan sesuai dengan sikapnya, kepercayaannya dan nilai-nilainya. Tanggapannya terhadap pesan komunikasi itu akan diubah oleh tatanan psikologisnya.(Effendy 2003 : 316).

II.2. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Komunikasi pasti terjadi pada setiap manusia, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Hidup dengan makhluk lain otomatis membuat makhluk hidup harus berkomunikasi. Komunikasi harus dipandang dari dua sudut pandang, yaitu komunikasi dalam pengertian secara umum dan secara paradikmatik.

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi defenisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal


(33)

tersebut, seperti dalam kalimat “Kita berbagi pikiran”, “Kita mendiskusikan makna”, dan “Kita mengirimkan pesan”. (Mulyana, 2001:41-42)

Komunikasi secara umum dibagi dua, yakni pengertian komunikasi secara etimologis dan secara terminologis. Secara etimologis atau menurut asal katanya, komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio yang diambil dari kata communis yang artinya sama atau dimaksud dengan sama makna. Maka komunikasi yang dimaksudkan disini akan berlangsung bila ada kesamaan arti diantara dua atau lebih orang yang berkomunikasi. Sedangkan secara terminologis maksudnya adalah komunikasi melibatkan sejumlah orang, dan lebih dikenal dengan sebutan komunikasi manusia atau komunikasi sosial. Disini hanya akan dibahas tentang komunikasi yang hanya terjadi pada manusia-manusia yang bermasyarakat.

Pada abad ke-19 para ilmuwan mengira bahwa apa yang ditangkap pancaindera kita sebagai sesuatu yang nyata dan akurat. Para psikolog menyebut mata dan retina sebagai film yang merekam pola-pola cahaya yang jatuh di atasnya. Para ilmuwan medern menantang asumsi itu; kebanyakan percaya bahwa apa yang kita amati dipengaruhi sebagian oleh citra retina mata dan terutama oleh kondisi pikiran pengamat. Oleh karena itu, kita biasanya mempunyai kesan yang berlainan mengenai lingkungan kita: benda, situasi, orang, ataupun peristiwa di sekitar kita, meskipun kita memiliki informasi yang sama mengenai hal-hal itu. Sebabnya kita sebenarnya tidak mengetahui dunia sekeliling kita sesederhana yang kita duga. Alih-alih, kita mengkonstruksi suatu “gambar” mengenai dunia tersebut melalui suatu proses aktif dan kreatif yang kita sebut persepsi. Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. (Mulyana 2001:167)


(34)

Komunikasi secara paradigmatis mengandung tujuan tertentu baik lisan maupun tulisan, baik langsung maupun melalui media. Tujuan disini maksudnya adalah memberikan informasi, merubah sikap, pendapat, maupun perilaku dari komunikan. Menurut Harold Lasswell cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut; Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect ? atau Siapa, Mengatakan Apa, Dengan Saluran Apa, Kepada Siapa, Dengan Pengaruh Bagaimana? Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan kata lain, hubungan diantara mereka bersifat komunikatif (Effendy 2004 : 3-4 ).

Selain komunikasi itu dilakukan secara langsung atau dikenal dengan komunikasi tatap muka, komunikasi juga berlangsung dengan menggunakan media, dikenal dengan nama komunikasi massa. Yang dimaksudkan dengan komunikasi massa ialah komunikasi yang menggunakan media massa, baik itu media cetak maupun elektronik.

Yang dimaksudkan dengan komunikasi massa ialah komunikasi melalui media massa modern seperti surat kabar, film, radio, dan televisi. Hal ini perlu dijelaskan, sebab ada sementara ahli komunikasi, di antaranya Everett M. Rogers, yang berpendapat bahwa, selain media massa modern, ada media massa tradisional yang meliputi teater rakyat, juru dongeng keliling, juru pantun, dll. Juga hal ini perlu ditegaskan untuk menghindarkan kesimpangsiuran dengan adanya anggapan sementara orang yang menyatakan, bahwa rapat umum di sebuah lapangan juga adalah komunikasi massa.(Effendy 2004 : 20)


(35)

Jadi yang diartikan komunikasi massa ialah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan. Pembaca surat kabar, pendengar radio, penonton televisi dan film, tidak tampak oleh si komunikator. Dengan demikian, maka jelas bahwa komunikasi massa atau komunikasi melalui media massa sifatnya “satu arah” “one way trafic”. Begitu pesan disebarkan oleh komunikator, tidak diketahuinya apakah pesan itu diterima, dimengerti, atau dilakukan oleh komunikan. Seperti halnya wartawan surat kabar, penyiar radio, penyiar televisi, atau sutradara film tidak mengetahui nasib pesan yang disampaikan kepada khalayak itu. Tetapi meskipun demikian akan selalu ada akibat dari pesan yang disampaikan oleh seseorang baik itu secara langsung maupun tidak (melalui media). (Effendy 1992 : 50)

Untuk lebih jelasnya lagi dapat kita paparkan karakteristik komunikasi massa, yaitu: (Effendy 2003: 81-83)

a. Komunikasi massa bersifat umum

Maksudnya adalah pesan yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. Meskipun pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka, sama sekali terbuka juga jarang diperoleh, disebabkan faktor yang bersifat paksaan yang timbul karena struktur sosial. Penyiaran terhadap faktor tersebut dapat dilakukan secara resmi sejauh bersangkutan dengan larangan dalam bentuk hukum, terutama yang berhubungan dengan penyiaran ke luar negeri.

b. Komunikan bersifat heterogen

Maksudnya komunikasn dalam komunikasi massa adalah sejumlah orang yang disatukan oleh suatu minat yang sama yang mempunyai bentuk tingkah laku yang sama dan terbuka bagi pengaktifan tujuan yang sama; meskipun


(36)

demikian orang-orang yang tersangkut tadi tidak saling mengenal, berinteraksi secara terbatas, dan tidak terorganisasikan. Komposisi komunikan tersebut tergeser-geser terus-menerus, serta tidak mempunyai kepemimpinan atau perasaan identitas.

c. Media massa menimbulkan keserempakan

Yang dimaksud dengan keserempakan ialah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. Radio dan televisi dalam hal ini melebihi media tercetak, karena yang terakhir dibaca pada waktu yang berbeda dan lebih selektif.

d. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non-pribadi

Dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator dan komunikan bersifat non-pribadi, karena komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. Sifat non-pribadi ini timbul disebabkan teknologi dari penyebaran yang massal dan sebagian lagi dikarenakan syarat-syarat bagi peranan komunikator yang bersifat umum. Yang terakhir ini, umpamanya mencakup keharusan untuk objektif dan tanpa prasangka dalam memilih dan menanggapi pesan komunikasi yang mempunyai norma-norma penting.

II.3. Opini Publik

Opini Publik atau dikenal juga dengan sebutan pendapat umum merupakan bagian dari hak asasi manusia seperti hak atas kebebasan menyatakan pendapat dan kehendak. Pada prinsipnya pendapat umum adalah upaya mencari kebenaran yang


(37)

berlandaskan pada norma. Oleh sebab itu masalah kebenaran adalah mutlak karena telah ada ukuran-ukuran untuk menentukan apa kebenaran itu. (Sumarno 1990 : 1, 12)

Opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini tersebut timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial yang menimbulkan pendapat berbeda-beda. (Sastropoetro, 1990 : 41)

Opini timbul sebagai suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan atau isu. Subyek dari suatu opini biasanya adalah masalah baru. Opini berupa reaksi pertama dimana orang mempunyai perasaan ragu-ragu dengan sesuatu yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling mempertahankannya. (Djoenarsih 1984 : 31)

Sedangkan perkataan publik melukiskan sekelompok manusia yang berkumpul secara spontan yang memiliki syarat-syarat :

d. Dihadapi oleh suatu persoalan (issue)

e. Berbeda pendapatnya mengenai persoalan ini dan berusaha untuk menanggulangi persoalannya

f. Sebagai akibat keinginan mengadakan diskusi dengan mencari jalan keluar. (Susanto 1985 : 47)

Disini publik masih merupakan bentuk spontan yang tidak berbentuk, yang tidak diorganisasikan. Pokok persoalan dari pembentukan publik demikian ini adalah bahwa mereka menghadapi persoalan, diikat (sementara) oleh persoalan yang minta pemecahan. (Susanto 1985: 48)

Maka dapat disimpulkan bahwa opini publik atau dikenal dengan pendapat umum adalah kesatuan pendapat yang muncul dari sekelompok orang yang berkumpul secara spontan, membicarakan issue yang kontroversial,


(38)

mendiskusikannya dan berusaha untuk mengatasinya. Ketika isu atau opini itu keluar maka jelas sekali bahwa komunikasi yang dilakukan oleh komunikator melalui media menghasilkan efek dan efek komunikasi massa inilah yang dikenal dengan sebutan opini publik. Dan proses munculnya opini ini harus melalui beberapa tahap, yaitu ; efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif. (Effendy 2003 : 318-319)

Efek kognitf berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Contoh pesan komunikasi melalui media massa yang menimbulkan efek kognitif antara lain berita, tajuk rencana, artikel dan sebagainya. Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Akibat dari pemberitaan di media itu yang akhirnya menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak, dan perasaan ini hanya bergejolak didalam hati saja. Dan yang terakhir adalah efek konatif, dimana efek ini berkaitan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang memiliki kecenderungan memunculkan sebuah tindakan atau kegiatan. Efek konatif tidak langsung muncul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan harus melalui efek kognitf dan efek afektif terlebih dulu. Dan opini publik merupakan hasil akhir dari proses tersebut dan masuk pada efek konatif. (Effendy 2003 : 318-319)

Jika kita lihat lebih dalam lagi yang namanya opini publik itu sangat berkaitan erat dengan sikap dari individu, baik secara pribadi maupun kelompok. Dan pada dasarnya yang membentuk opini publik itu adalah sikap pribadi seseorang maupun sikap kelompoknya, karena itu sikap akan ditentukan oleh pengalaman individu dan kelompoknya.

Leonard W. Doob merumuskan opini publik yang kompeten atau memenuhi syarat adalah (Susanto, 1985 :101):


(39)

1. Fakta yang dipakai sebagai titik tolak dari perumusan opini publik, diberi nilai baik oleh masyarakat luas.

2. Dalam penggunaan fakta (Atau keadaan dimana suatu sikap justru diambil karena tidak adanya fakta), orang sampai pada kesimpulan dan kesepsakatan akan tindakan yang harus diambil untuk memecahkan masalah.

Doob menyebut pendapat harus dinyatakan sebagai actual publik opinion. Pendapat harus dinyatakan sebelum dinilai karena segala sesuatu yang belum melalui proses komunikasi masih merupakan proses yang ada pada diri seseorang. Dalam hubungannya dengan hal ini perlu diperhatikan pendapat Irish dan Protho mengenai pendapat yaitu, bahwa pernyataan yang telah mengalami proses komunikasi disebut opinion sedangkan bila perasaan tadi belum dinyatakan, maka ia masih merupakan attitude (sikap). Selanjutnya sebagai unsur ketiga disebutkan bahwa diperluksn adanya issue atau masalah agar sesuatu dapat dinilai sebagai pendapat umum. Issue bahkan harus merupakan issue sosial. (Susanto, 1985)

Suatu pendapat akan menjadi issue apabila ia mengandung unsur memungkinkan pro dan kontra suatu pendapat tentang suatu kejadian yang telah dinyatakan. Dengan sendirinya, pendapat memiliki obyek dan tujuan tertentu dan karena menggandung unsur pro dan kontra maka dengan demikian ia akan menimbulkan adanya pendapat baru yang menyenangkan atau tidak baginya. (Susanto, 1985)

II.4. Televisi dan Berita

Pada masa ini televisi sudah menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dari hidup kita. Bahkan jika kita bisa perhatikan belakangan ini kebanyakan orang lebih memilih menghabiskan waktu didepan televisi daripada bercerita dengan sahabat atau melakukan pekerjaan rumahnya. Apalagi disaat-saat dimana semakin menjamurnya


(40)

acara-acara dan juga tayangan yang sangat sesuai dengan seleranya masyarakat akan semakin membuat masyarakat semakin menganggap televisi adalah segalanya dan bisa menemani kesendiriannya.

Mengapa bisa demikian? Hal ini disebabkan oleh karena televisi memiliki kelebihan dibandingkan media lainnya yaitu terdiri atas gambar, naskah dan audio/suara (Tebba 2005 : 67-83).

1. Gambar

Gambar merupakan unsure pertama dalam berita televise. Gambar itulah yang menjadi kekuatan berita televise, karena gambar ikut berbicara, bahkan kadang lebih berbicara daripada naskah dan audio. Tetapi gambar berita televise harus memiliki sejumlah unsure agar menarik.

1. Aktualitas.

Maksudnya adlah gambar yang disajikan harus aktual atau baru. 2. Sinkronisasi

Gambar yang ditayangkan harus sesuai dengan naskah berita yang diinformasikan agar sesuai antara naskah dengan gambarnya.

3. Simbolis

Gambar simbolis berarti bukan gambar yang sesungguhnya, tetapi hanya menggambarkan kejadian yang diberitakan. Ini terjadi karena gambar yang sesungguhnya sulit didapat. Sedangkan kalau berita itu sangat penting, maka harus diupayakan untuk tayang. Seperti grafik kenaikan harga atau juga saham.

4. Ilustrasi

Adalah gambar berita yang dibuat atau direkayasa berdasarkan suatu peristiwa yang memang terjadi, tetapi gambar yang aktual, sinkron dan


(41)

simbolis tidak tersedia. Ilustrasi itu bisa berupa gambar hidup, animasi atau grafik.

5. Dokumentasi

Dokumentasi gambar adakalanya diperlukan kalau peristiwa itu sangat penting, sementara tidak tersedia gambarnya yang aktual, sinkron dan simbolis. Ini juga menunjukkan bahwa berita yang sangat penting harus tayang walaupun tidak tersedia gambar yang aktual, sinkron dan simbolis.

a. Dokumentasi peristiwa, yaitu gambar dokumentasi dari suatu peristiwa yang sudah pernah ditayangkan dan hendak ditayangkan kembali. Gambar dokumentasi biasanya ditayangkan karena sifat kejadian yang sangat kuat, sehingga kejadiannya sering dikenang dan setiap kali dikenang gambarnya ditayangkan kembali.

b. Dokumentasi simbolis, yaitu gambar dokumentasi yang bersifat simbolis dari berita yang disampaikan. Misalnya berita tentang turun naiknya nilai tukar rupiah terhadap dolar tidak tersedia gambar yang sesuai, maka lalu diberi gambar dokumentasi tempat penukaran uang.

c. Dokumentasi foto, yaitu berita yang menampilkan foto tidak bergerak. Misalnya wartawan melaporkan peristiwa hanya melalui telepon, gambarnya tidak live atau langsung, sehingga gambarnya yang ditayangkan adalah foto yang sudah direkam sebelumnya.


(42)

d. Dokumentasi profil, yaitu dokumentasi gambar seseorang yang tidak sesuai dengan kejadian yang dialami. Misalnya ada artis ditahan polisi karena kasus narkoba atau kasus lain gambarnya ditahanan belum dapat, maka boleh ditayangkan gambarnya yang lain, seperti ketika menyanyi atau lagi akting atau lainnya.

6. Estetika

Gambar berita televisi harus bersifat estetis supaya enak dipandang mata. Estetika itu meliputi komposisi, fokus dan warna. Tetapi estetika gambar berita tidak mutlak. Karena ketika mengambil gambar di medan perang atau bentrokan yang berdarah antara aparat keamanan dengan pengunjuk rasa biasanya tidak sempat memperhatikan unsur estetisnya. Karena dalam hal seperti itu, gambar apapun yang diambil mengenai kejadiannya sudah bagus.

II. Naskah

Unsur kedua dari televisi adalah naskah. Naskah berita televisi sebagaimana naskah berita pada umumnya juga harus memenuhi unsur berita 5W + 1H (what, who, where, why dan how).dilihat dari bentuk penyajiannya naskah berita televisi dibagi atas dua, yaitu naskah reading dan naskah voice over. Naskah reading adalahnaskah berita yang seluruh isinya mulai dari lead sampai tubuhnya dibaca oleh presenter. Dalam bentuk penyajian ini lead berita menyatu dengan tubuhnya.

Sedangkan voice over ialah naskah berita yang lead-nya dibaca presenter, sedangkan tubuhnya di-dubbng, yaitu dibaca dengan direkam oleh


(43)

orang lain, biasanya reporter atau siapa pun yang suaranya cukup baik. Jadi, kalau menggunakan contoh berita di atas lead dibaca oleh presenter, sedang tubuhnya dibaca oleh orang lain dengan direkam lebih dahulu.

III. Audio atau suara

Untuk terakhir dalam berita televisi adalah audio atau suara. Audio tidak kalah pentingnya dibanding dengan naskah dan gambar. Walaupun suatu berita ada naskah dan gambarnya, namun jika tidak ada bunyi (on), maka bisa jadi berita tersebut tidak jelas maksudnya. Ada dua unsur audio dalam berita televisi, yaitu atmosfir dan narasi.

1. Atmosfir

Atmosfir adalah suatu suasana dari suatu peristiwa yang gambarnya diberitakan.

Suatu atmosfir sangat penting menyertai suatu gambar. Tanpa atmosfir sebuah gambar akan kehilangan ruhnya. Pada prinsipnya setiap gambar yang ditayangkan dan gambar itu mempunyai atmosfir, maka atmosfir itu harus diperdengarkan. Misalnya mengambil gambar perang, dimana banyak pesawat tempur dan tank melepaskan tembakan, maka bunyi atau suara atmosfir ledakan tembakan senjata itu harus diperdengarkan. 2. Narasi

Narasi audio adalah suara reporter, baik berdasarkan naskah yang dibaca maupun melaporkan tanpa naskah dan suara nara sumber yang diwawancarai. Narasi ini sangat penting sebab kalau wartawan melaporkan suatu berita dengan susunan kata yang tidak jelas atau kacau, maka beritanya menjadi kabur. Karena itu, wartawan yang


(44)

melaporkan berita harus menguasai teknik artikulasi atau pengucapan kata dan intonasi atau gaya mengucapkan kata-kata dengan baik.

Jelaslah dibenak kita bahwa dalam suatu tayangan yang akan dimunculkan maka harus juga diperhatikan cara penyajian ketiga unsur diatas tadi. Dengan demikian akan terbentuklah tayangan yang baik dan memuaskan bagi penontonnya. Dan akan terasa kurang jika ada unsur-unsur yang kurang dari yang harus diperhatikana itu. Televisi menyajikan berbagai tayangan seperti berita , entertainment, sinetron, film, dll.

Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena ia luar biasa atau entah karena ia mencakup segi-segi human interest, seperti human, emosi dan ketegangan. Namun ada beberapa konsep berita yang dapat dikembangkan yaitu berita itu sebagai laporan tercepat, rekaman fakta-fakta obyektif, interpretasi, sensasi, minat insani, ramalan dan sebagai gambar. (Effendi, 1993 : 131-134). Melalui berita kita dapat mengetahui apa yang terjadi di luar kota, luar pulau dan bahkan kita dapat mengetahui kejadian di luar negeri. Kita juga dapat mengetahui kebijakan-kebijakan apa saja yang dikeluarkan oleh pemerintah yang pastinya akan berkaitan dengan kehidupan rakyatnya.

Pengertian berita yang paling terkenal dikemukakan oleh John B. Bogart lewat sebuah pernyataan, yaitu ‘Whwn a dog bites man, that’s not news. But whwn a man bites a dog is news’, ‘Jika anjing menggigit orang, itu bukan berita. Namun kalau ada orang menggigit anjing, itu baru berita. (Brandt, 2002:17). Sehingga dalam pemberitaan akan selalu ada keistimewaan yang tidak biasa dan jarang sekali dilihat.


(45)

Dari situ dapat dikatakan didalam sebuah berita harus ada unsur-unsur tertentu didalamnya yang membuatnya menjadi istimewa.

Hanya peristiwa yang mempunyai ukuran-ukuran tertentu baru dapat disebut sebagai berita. Semakin besar peristiwa dan semakin besar dampak yang ditimbulkannya, lebih memungkinkan dihitung sebagai peristiwa. Dalam kerja media, peristiwa tidak dapat langsung disebut sebagai berita, tetapi dia harus dinilai terlebih dahulu apakah peristiwa tersebut mempunyai nilai berita. Nilai berita tersebut menyediakan standar dan ukuran bagi wartawan sebagai kerja dari praktik jurnalistik sebuah berita yang mempunyai unsur nilai berita paling tinggi memungkinkan untuk ditempatkan dalam headline, sedangkan berita tidak mempunyai unsur nilai berita atau setidaknya tidak berdampak besar akan dibuang. Penentuan nilai berita ini merupakan prosedur pertama bagaimana peristiwa dikonstruksi (Eriyanto, 2002:104). Secara umum berita ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Prominance Nilai berita diukur dari kebesaran peristiwanya. Peristiwa yang diberitakan adalah peristiwa yang dipandang penting. Mis: Kecelakaan yang menewaskan ratusan orang lebih dipandang sebagai berita daripada kecelakaan yang hanya menewaskan satu orang.

Human Interest Peristiwa yang banyak mengandung unsur haru, sedih, dan menguras emosi khalayak. Misalnya, peristiwa tentang perjuangan seorang nenek tua miskin dalam memenuhi kebutuhan anaknya sehingga menjadi sukses.


(46)

Conflict/Controversi Peristiwa yang mengandung konflik. Misalnya konflik Timor Leste

Unusual Berita yang mengandung peristiwa yang tidak biasa, peristiwa yang jarang terjadi. Misalnya bayi lahir dengan bobot 6 Kg

Proximity Peristiwa yang dekat lebih layak diberitakan dibanding dengan peristiwa yang jauh, baik dari fisik maupun emosional dengan khalayak. Misalnya bencana tsunami 2004 yang terjadi di Aceh akan lebih bernilai bagi warga Aceh yang sedang bermukim di luar negeri daripada orang Indonesia sendiri yang tidak punya saudara di Aceh.

Sumber: Eriyanto, 2002: 106-107

Pada umumnya berita berasal dari peristiwa tetapi tidak semua peristiwa dapat menjadi berita. Bagaimana suatu peristiwa menjadi pemberitaan suatu media dapat menjelaskan isi media tersebut. Dalam studi media ada tiga pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan isi media (Sudibyo, 2001: 2-4):

1. Pendekatan politik ekonomi (The political-economy approach)

Pendekatan ini berpendapat bahwa isi media lebih ditentukan oleh kekuatan-kekuatan ekonomi dan politik diluar pengelolaan media. Faktor seperti pemilik media, modal dan pendapatan media dianggap lebih menentukan bagaimana wujud isi media. Faktor-faktor inilah yang menentukan peristiwa apa saja yang bisa atau tidak bisa ditampilkan dalam pemberitaan, serta ke arah mana kecenderungan pemberitaan sebuah media diarahkan. Pola dan jenis pemberitaan ditentukan oleh kekuatan-kekuatan ekonomi yang secara


(47)

dominan menguasai pemberitaan. Mengapa media memberitakan dengan cara seperti itu dan mengabaikan cara pemberitaan yang lain? Jawabannya dicari dengan melihat kepentingan ekonomi, kepentingan politik, dan kepentingan modal dibalik sebuah media.

2. Pendekatan Organisasi (Organisasional approach)

Pendekatan ini bertolak belakang dengan pendekatan ekonomi politik. Dalam pendekatan ekonomi politik, isi media diasumsikan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan eksternal diluar diri pengelola media. Pengelola media dipandang bukan sebagai entitas yang aktif, dan ruang lingkup pekerjaan mereka dibatasi berbagai struktur yang mau tidak mau memaksanya untuk memberi fakta dengan cara tertentu. Pengelola media dipandang tidak bisa mengekspresikan pandangan personalnya. Sebaliknya, kekuatan eksternal di luar konteks pengelolaan medialah yang menentukan apa yang seharusnya diwartakan dan diwacanakan.

Pendekatan organisasi justru melihat pengelola media sebagai pihak yang aktif dalam proses pembentukan dan produksi berita. Dalam pendekatan ini, berita dilihat sebagai hasil dari mekanisme yang ada diruang redaksi. Praktik kerja, profesionalisme, dan tata aturan yang ada dalam ruang organisasi adalah unsur-unsur dinamik yang mempengaruhi pemberitaan. Kenapa media memberitakan kasus A dengan car tertentu? Penjelasannya merujuk pada mekanisme yang terjadi di ruang redaksi. Misalnya ketika media mengangkat tokoh politik tertentu, ini bukan berdasarkan motivasi ekonomi atau politik, tetapi karena tokoh politik itu memang mempunyai nilai berita yang tinggi. Setiap organisasi berita mempunyai pola dan mekanisme tersendiri untuk memberitakan suatu peristiwa. Mekanisme itu bersifat internal


(48)

dan tidak ditentukan oleh kekuatan di luar media. Media dianggap otonom dan menentukan apa yang boleh dan tidak boleh, apa yang baik atau buruk, dan apa yang layak atau tidak layak untuk diberitakan.

3. Pendekatan Kulturalis (culturalis approach)

Pendekatan ini merupakan gabungan antara pendekatan ekonomi politik dan pendekatan organisasi. Proses produksi berita disini dilihat sebagai mekanisme yang rumit yang melibatkan faktor internal media (ritinitas organisasi media) sekaligus juga faktor eksternal diluar diri media. Mekanisme yang rumit itu ditunjukkan dengan bagaimana perdebatan yang terjadi dalam ruang pemberitaan. Pendekatan kulturalis ini mungkin lebih memadai untuk menjelaskan perkembangan pers pasca Orde Baru ‘Revolusi Mei”, dimana para pengelola media mencoba melepaskan diri dari batasan-batasan yang sebelumnya membelenggu kinerja mereka. Persoalan kemudian, apakah pada perkembangan selanjutnya pers dapat sepenuhnya mempraktekkan ide-ide tentang profesionalisme dan etika jurnalis ideal? Pers telah masuk dalam era industri kapitalisme global, ada sejumlah kompromi yang harus dilakukan dengan kaidah-kaidah pasar. Dengan kata lain, dinamika internal redaksi sebuah media di era pasca-Orde Baru tetap tidak sepenuhnya menjadi entitas otonom, karena ada kekuatan-kekuatan ekonomi yang turut mempengaruhi.

Dalam penndekatan kulturalis, pengaruh kekuatan ekonomi politik dominan dalam pemberitaan itu diyakini tidak bersifat langsung. Dalam banyak kasus justru sering kali tidak disadari oleh wartawan. Wartawan mengganggap beritanya objektif, berimbang, dan dua sisi, padahal secara tidak langsung berita itu turut melanggengkan dan mengguntungkan kekuatan ekonomi yang dominan. Sebut saja misalnya dalam riset pemberitaan


(49)

mengenai konflik antara petani dengan pemilik perkebunan dan pemerintah. Wartawan banyak mewawancarai pemilik perkebunan dan aparat keamanan sebagai sumber berita. Secara tidak langsung, media sebenarnya telah menempatkan pemilik tanan dan aparat keamanan sebagai sumber penting dan dominan. Sebaliknya, para petani tidak mendapatkan porsi yang memadai. Disini terlihat, dominasi pemilik perkebuanan (baca:modal) dan aparat keamanan tidak bersifat lansung dan koersif. Bahkan sering terjadi awak media tidak menyadari bahwa pola pemberitaan telah menguntungkan kelompok tertentu dalam sebuah konflik.


(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

3.1.1 Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan fakultas ke sembilan di lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU). Prakarsa pendirian FISIP USU berasal dari beberapa dosen dalam bidang Ilmu Sosial, Administrasi dan Manajemen yang berada di Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum pada tahun 1979. Prakarsa pendirian FISIP USU berasal dari beberapa dosen dalam bidang Ilmu Sosial, Administrasi, dan Manajemen yang berada di Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Hukum pada tahun 1979.

Persiapan proposal pendirian dilakukan oleh Drs. M. Adham Nasution, Asma Affan MPA, Dr. AP. Parlindungan, S.H, M.Solly Lubis, S.H dan beberapa dosen lainnya. Berdasarkan proposal tersebut Rektor USU Dr. AP Parlindungan, S.H memperjuangkan agar di USU didirikan FISIP. Pada tahun 1980 mulanya FISIP USU merupakan Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat di Fakultas Hukum USU. Para pendiri FISIP ini sepakat untuk mengangkat Drs. M. Adham Nasution sebagai Ketua Jurusan dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Rektor USU Nomor 1181/PT05/C.80 tertanggal 1 Juli 1980.

Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat ini pertamakali menerima mahasiswa melalui ujian SIPENMARU pada tahun ajaran 1980/1981 dengan jumlah mahasiswa sebanyak 75 orang. Kegiatan perkuliahan pertama kali dimulai tanggal 18 Agustus 1980 yang pembukaannya diresmikan oleh Rektor USU Prof. Dr. AP Parlindungan,SH di gedung perkuliahan Fakultas Kedokteran Gigi USU, dan


(51)

perkuliahan selanjutnya dilaksanakan sore hari di gedung tersebut. Walaupun Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat merupakan salah satu jurusan di Fakultas Hukum USU, namun kegiatan perkuliahan dan kegiatan administrasi jurusan tidak dilaksanakan di Fakultas Hukum USU. Kegiatan administrasi dilaksanakan di salah satu ruangan BAAK USU yang sekarang merupakan gedung Fakultas Sastra USU. Selanjutnya pada tanggal 7 April 1983 kegiatan administrasi jurusan dipindahkan ke gedung Biro Rektor yang sekarang merupakan gedung Pusat Komputer. Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat merupakan ‘embrio’ (cikal bakal) berdirinya FISIP USU.

Berkat perjuangan dan usaha, yang dilakukan pendiri FISIP USU, maka dua tahun kemudian tahun 1982, keluarlah Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 36 tahun 1982 tanggal 7 September 1982. Dalam Surat Keputusan tersebut dicantumkan Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Sumatera Utara yang merupakan fakultas ke- 9 di USU. Semua mahasiswa yang terdaftar pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat tersebut menjadi mahasiswa FISIP USU.

Pada tahun ajaran pertama ini para pendiri FISIP ini sepakat untuk mengusulkan Drs. M. Adham Nasution sebagai Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat. Melalui utusan tersebut diangkatlah Saudara Drs. M. Adham Nasution menjadi Ketua Jurusan. Pada tahun 1982, terbitlah Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1982, tanggal 7 September 1982 Tentang Susunan Organisasi Universitas Sumatera Utara, dimana dalam surat keputusan tersebut dicantumkan bahwa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara merupakan Fakultas ke sembilan atau Fakultas yang terakhir di USU. Sehubungan dengan itu maka Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat yang berada di bawah Fakultas Hukum USU berubah statusnya menjadi Fakultas. Semua mahasiswa yang terdaftar pada jurusan tersebut otomatis menjadi mahasiswa FISIP USU. Pada


(1)

1. Tidak Pernah

2. Pernah

3. Sering

5.

Ada banyak jenis berita yang disajikan, jenis berita apa yang anda senangi ?

No.

Jenis Berita

Tidak

Suka

Suka

Sangat

Suka

1.

Kriminal

2.

Politik

3.

Bencana Alam

4.

Olah Raga

5.

Sosial Masyarakat

6.

Lain-lain (sebutkan)..

....

6. Apakah anda pernah menonton berita aksi (demonstrasi)?

1. Tidak Pernah

2. Pernah

3. Sering

7. Dari berita aksi(demonstrasi) yang disajikan, berita aksi apa saja yang

pernah anda saksikan ?

No. Jenis Aksi

Tidak Pernah Pernah Sering

1.

Aksi Buruh

2.

Aksi Petani

3.

Aksi Mahasiswa

4.

Lain2 (sebutkan)..

8.

Apakah anda pernah menyaksikan berita mengenai aksi mahasiswa di televisi?

a.

Tidak Pernah

b.

Pernah

c.

Sering

9.

Berapa kali anda melihat aksi mahasiswa ditayangkan pada bulan Desember

ini ? (1 hari dihitung 1x)

a.

< 5 kali

b.

5 – 10 kali

c.

> 10 kali

10.

Seringkah aksi mahasiswa ditayangkan di televisi?

a.

Tidak pernah

b.

Pernah


(2)

b.

Kurang Mengerti

c.

Mengerti

13.

Sejauh yang pernah anda saksikan, seperti apa aksi mahasiawa diberitakan di

televisi pada umumnya ?

a.

Tidak Baik

b.

Baik

c.

Sangat Baik

14.

Menurut anda baikkah aksi mahasiswa yang diberitakan ditelevisi tersebut ?

a.

Tidak Baik

b.

Baik

c.

Sanggat Baik

15.

Apa anda setuju dengan aksi-aksi yang dilakukan mahasiswa tersebut ?

a.

Tidak setuju

b.

Setuju

c.

Sangat Setuju

16.

Apakah anda setuju bila dikatakan topik yang diangkat dalam aksi akan sangat

mempengaruhi pendapat penontonnya?

a.

Tidak setuju

b.

Setuju

c.

Sangat Setuju

17.

Setelah menyaksikannya di televisi maka menurut anda pentingkah aksi yang

dilakukan mahasiswa tersebut ?

a.

Tidak Penting

b.

Penting

c.

Sangat Penting

18.

Setelah menyaksikan berita aksi tersebut apakah anda berniat untuk ikut aksi

(demonstrasi) mahasiswa seperti itu ?

a.

Tidak

b.

Ragu

c.

Ya, pasti ikut demonstrasi


(3)

BIODATA

DATA PRIBADI

Nama

:

Julika Aditya Siregar

Tempat / Tanggal Lahir

:

Pematang Siantar, 2 Juli 1986

Jenis Kelamin

:

Perempuan

Alamat

:

Jl. Ester No. 104 C Pasar VI, Padang Bulan

Medan

Agama

:

Kristen Protestan

PENDIDIKAN

TK

:

Methodist, Pematang Siantar

SD

:

SD RK Cinta Rakyat II, Pematang Siantar

SLTP

:

SLTP RK Cinta Rakyat I, Pematang Siantar

SMU

:

SMU RK Budi Mulia, Pematang Siantar

UNIVERSITAS :

Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu

Komunikasi

KELUARGA

Orangtua

:

Bapak : B.T.H. Siregar

Ibu

: S.A. Sihombing

Anak Ke-

:

4 dari 4 bersaudara

Saudara Kandung

:

- Lisbeth Dameria Siregar

-

Christy Juniartha Siregar

-

Ari Parasian Siregar

PENGALAMAN


(4)

0 1 2 1 2 2 1 3 2 3 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 3 2 3 1 2 1 1 1 1

0 2 2 1 2 1 1 3 3 1 1 1 1 3 1 2 2 1 2 1 2 1 2 3 2 1 1 2 2 2 1

0 3 2 1 2 2 2 3 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 3 3 2 1 2 1 2 1 1

0 4 1 1 3 2 1 3 3 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1

0 5 2 1 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 3 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2

0 6 2 1 3 2 1 3 3 1 2 1 2 1 1 3 2 1 2 1 3 1 3 2 3 1 2 2 2 2 2

0 7 2 1 1 2 1 3 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2

0 8 2 1 2 2 1 3 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 3 3 3 1 2 2 2 2 1

0 9 2 1 1 2 1 3 3 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 3 3 3 1 1 2 2 2 2

1 0 2 1 2 3 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1

1 1 1 1 2 2 1 3 3 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 3 3 3 1 1 1 1 1 1

1 2 2 1 1 2 1 3 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 3 3 2 3 1 2 2 2

1 3 2 1 1 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 3 3 2 2 2 2 2 1

1 4 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 3 3 2

1 5 2 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 3 1 1 2 2 2 1

1 6 2 1 2 2 2 3 3 2 2 1 1 2 1 3 2 2 2 1 3 2 3 1 2 1 2 1 3 2 1

1 7 2 1 1 1 1 3 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 3 3 3 1 1 1 2 1 1

1 8 2 1 1 2 3 3 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 3 3 2 1 1 1 2 2 2

1 9 2 1 3 2 3 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 3 2 3 2 2 2 2 2 2

2 0 1 1 2 2 1 3 3 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 3 3 3 1 1 1 1 1 1

2 1 1 5 3 3 2 3 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 3 1 2 2 2 2 2

2 2 1 5 3 2 1 3 3 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 3 3 3 2 3 1 1 1 2 2 1

2 3 2 5 3 1 1 3 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 3 2 1 1 1 2 1 1

2 4 2 5 3 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 3 1 3 1 1 1 1 2 1

2 5 2 5 3 2 1 3 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 1

2 6 1 5 3 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 3 3 1 3 2 2 3 2

2 7 2 5 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 3 2 3 1 1 1 2 1 1

2 8 1 5 1 2 1 3 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 3 1 1 2 2 2 1

3 9 2 5 1 2 2 3 3 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 3 2 3 1 2 2 2 2 1


(5)

3 9 1 4 1 2 2 3 3 1 2 1 2 2 1 3 1 1 2 1 3 1 2 3 2 1 2 2 2 1 2

4 0 2 4 2 2 2 1 3 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 3 3 2 1 1 1 2 1 1

4 1 2 2 2 1 2 3 3 1 1 1 1 2 1 3 2 1 2 1 2 3 3 2 2 1 2 2 1 2 1

4 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2

4 3 1 2 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 3 1 3 2 1 2 2 1 1

4 4 1 2 1 2 2 3 3 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 3 3 3 1 2 2 2 2 2

4 5 1 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 3 3 3 2 2 2 2 2 3

4 6 1 2 1 2 1 2 3 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 3 3 3 1 1 2 1 2 2

4 7 1 2 1 3 2 3 3 2 2 2 2 2 1 3 2 1 2 1 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1

4 8 2 2 1 2 2 3 3 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 3 3 3 2 2 2 2 2 1

4 9 2 2 1 2 1 3 2 1 1 1 1 2 1 3 1 1 2 1 2 1 3 1 2 1 1 1 2 1 1

5 0 1 2 1 2 2 3 3 1 2 1 1 1 1 3 1 1 2 1 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3

5 1 2 2 1 2 3 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1

5 2 2 2 1 2 2 3 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 3 2 2 1 1 1 1 1 1

5 3 2 2 1 3 2 3 3 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1

5 4 1 2 1 2 2 3 3 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 3 2 2 2 2 3 2

5 5 1 2 1 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1

5 6 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2

5 7 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

5 8 1 2 2 3 3 3 3 1 2 1 1 1 1 3 1 1 2 1 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2

5 9 1 2 2 1 1 3 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 3 3 3 2 2 2 2 2 3

6 0 2 2 1 2 3 3 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 3 1 3 1 1 1 2 1 1

6 1 1 2 1 2 2 3 3 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 3 3 3 2 2 2 2 2 3

6 2 1 3 3 3 2 3 3 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 3 2 2 1 1 1 1 1 1

6 3 1 3 3 1 1 3 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 3 1 3 2 2 1 2 2 2 2 2

6 4 1 3 3 1 2 3 3 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2

6 5 1 3 3 2 1 1 3 1 1 1 2 1 1 3 2 1 2 1 3 3 3 3 3 1 2 2 2 2 1

6 6 1 3 3 3 3 3 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 3 1 2 1 1 1 2 1 1

6 7 1 3 3 1 1 3 3 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 3 3 3 1 2 2 2 2 1

6 8 1 3 3 1 1 3 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2


(6)

8 4 2 4 3 2 2 3 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 3 3 3 2 2 2 2 2 3

8 5 2 4 2 2 1 3 1 1 1 1 2 2 1 3 2 2 2 1 2 2 2 3 2 1 1 1 2 1 1

8 6 1 4 3 2 2 3 3 1 2 2 3 2 1 3 2 1 2 1 2 1 3 3 3 2 2 2 3 2 3

8 7 1 4 3 2 2 3 3 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 3 3 3 2 2 2 2 2 1

8 8 1 4 2 1 1 3 3 1 2 1 1 1 1 3 2 1 2 1 3 2 3 3 3 1 1 1 2 1 1

8 9 1 4 1 1 1 3 3 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 3 2 1 1 1 2 2 2

9 0 2 4 1 1 1 3 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 3 2 2 1 2 1 2 1 2

9 1 2 4 1 2 1 2 3 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 3 2 3 1 1 1 1 1 2 1 1

9 2 1 4 1 1 2 3 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1

9 3 2 4 2 2 1 3 3 1 1 1 1 2 1 3 2 1 2 1 3 2 3 2 3 1 1 2 3 2 2

9 4 1 4 1 2 1 3 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 3 3 3 2 2 2 2 2

9 5 2 4 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 2 1 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 2


Dokumen yang terkait

Persepsi Mahasiswa Tentang Donor Darah (Studi Etnografi tentang Persepsi Mahasiswa FISIP USU tentang Donor Darah)

16 157 111

Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah Tentang BBM Di Televisi)

7 86 80

Pemberitaan Konflik Indonesia-Malaysia Dan Opini Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Mengenai Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB –

0 68 126

Opini Mahasiswa Dan Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK (Studi Deskriptif Tentang Opini Mahasiswa Fakultas Hukum USU Terhadap Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK Terkait Kasus Korupsi Nazaruddin di TV One)

4 46 95

Persepsi Mahasiswa Terhadap Standar Jurnalistik Citizen Journalism (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Angkatan 2008, 2009, dan 2010 Terhadap Standar Jurnalistik Artikel Tentang Tewasnya Osama Bin Laden di WWW.K

6 41 112

Fatwa Mui Dan Opini Publik (Studi deskriptif Opini Mahasiswa Anggota HMI Komisariat Fakultas Hukum USU Terhadap Pemberitaan Fatwa Haram Bunga Bank oleh MUI Di Internet )

1 62 129

Opini Mahasiswa Terhadap Iklan Nasional Demokrat (Studi Deskriptif Opini Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Terhadap Iklan Nasional Demokrat Di Metro TV)

0 54 90

Opini Mahasiswa FISIP USU terhadap Pernyataan Tokoh Agama” (Studi Deskriptif Opini Mahasiswa FISIP USU terhadap Pemberitaan Pernyataan Tokoh Agama tentang Kebohongan Pemerintahan SBY di Harian Kompas)

1 66 107

Pemberitaan Terorisme dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional tentang hubungan antara Pemberitaan Terorisme di tvOne dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 25 181

Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 25 117