IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS NILAI PERJUANGAN K.H. SJAM’UN: Studi Naturalistik di SMA Al-Khaeriyah Cilegon.

(1)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS

NILAI PERJUANGAN K.H. SJAM’UN

(Studi Naturalistik di SMA Al-Khaeriyah Cilegon)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh:

Rahayu Permana

NIM: 1102666

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

(3)

(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR ……….. ii

DAFTAR ISI ……….. iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah……… 15 C. Tujuan Penelitian……….. 18

D. Manfaat Penelitian……… 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Sejarah Berbasis Biografi……… 20 1. Pembelajaran Sejarah……… 20

2. Sumber Materi Biografis dalam Pembelajaran Sejarah…… 35

B. Pendidikan Nilai dan Nilai Kepahlawanan... ………... 41 1. Hakikat Nilai……… 41 2. Nilai Kejuangan dan Kepahlawanan….………... 45

C.Nilai dalam Pendidikan Karakter……….. 50

D.Hasil Penelitian Terdahulu……….... 54

E. Paradigma Penelitian………. 62

BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan dan Metode Penelitian……… 64

B.Subjek dan Lokasi Penelitian……… 69

C. Teknik Pemilihan Sumber Data……… 71 D.Teknik Pengumpulan Data……… 72 E. Prosedur dan Langkah-Langkah Penelitian……….. 76 F. Instrumen Penelitian………. 82 G.Teknik Analisis Data……… 84


(5)

H.Pengujian Keabsahan Data...…... 87

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitan…………..……….. 92 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……… 92 2. Biografi K.H. Sjam’un……….... 98 B. Deskripsi Hasil Penelitian ………...……… 113

1. Nilai-Nilai Karakter yang Tercermin dalam Perjuangan

K.H. Sjam’un.……….……. 113 2. Desain Pembelajaran Sejarah Berbasis Nilai Perjuangan

K.H. Sjam’un.………..……. 118 3. Implementasai Pembelajaran Sejarah Berbasis Nilai

Perjuangan K.H. Sjam’un………... 127 4. Hasil-Hasil Yang Diperoleh Siswa Terhadap Implementasai

Pembelajaran Sejarah Berbasis Nilai Perjuangan

K.H. Sjam’un……….. 151 5. Solusi yang Dihadapi Dalam Implementasi Pembelajaran

Sejarah Berbasis Nilai Perjuangan K.H. Sjam’un………….. 159 C. Pembahasan Hasil Penelitian……….. 169

1. Nilai-Nilai Karakter yang Tercermin dalam Perjuangan

K.H. Sjam’un.……….…… 169 2. Desain Pembelajaran Sejarah Berbasis Nilai Perjuangan

K.H. Sjam’un.………..……. 209 3. Implementasai Pembelajaran Sejarah Berbasis Nilai

Perjuangan K.H. Sjam’un………... 226 4. Hasil-Hasil Yang Diperoleh Siswa Terhadap Implementasai

Pembelajaran Sejarah Berbasis Nilai Perjuangan

K.H. Sjam’un……….. 243

5. Solusi yang Dihadapi Dalam Implementasi Pembelajaran


(6)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………. 284

B. Rekomendasi……….. 288

DAFTAR PUSTAKA……… 290

LAMPIRAN-LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS


(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian mengenai “implementasi pembelajaran sejarah berbasis nilai perjuangan K.H. Sjam’un” ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Alasan

pemilihan pendekatan kualitatif dikarenakan subjek penelitiannya adalah gejala- gejala sosial yang berada di lingkungan pendidikan. Gejala dalam penelitian ini adalah fenomena pendidikan di Cilegon yang merupakan hal yang kompleks yang perlu dikaji secara mendalam. Melalui penelitian kualitatif ini diharapkan terangkat gambaran mengenai aktualitas, realitas sosial dan persepsi sasaran penelitian tanpa tercemar oleh pengukuran formal. Teknik penelitian melalui pengungkapan banyak cerita yang bersifat ideosinkratis namun penting, yang diceritakan oleh orang-orang yang ada di lapangan, tentang peristiwa-peristiwa nyata dengan cara-cara yang alamiah. Karena itu diusahakan keterlibatan peneliti, namun tanpa intervensi terhadap variabel-variabel proses yang sedang berlangsung apa adanya. Penelitian ini disebut pendekatan naturalistik, karena situasi lapangan bersifat natural atau wajar, sebagaimana adanya, tanpa manipulasi, diatur dengan eksperimen atau test. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik. Dalam hal ini masalah penelitian merupakan fokus penelitian (Nasution, 1988, hlm. 9-12).

Menurut Bogdan dan Biklen (1992, hlm. 112), menjelaskan metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dan data yang dikumpulkan melalui penelitian kualitatif lebih berupa kata-kata daripada angka-angka. Penelitian kualitatif bekerja dalam setting yang alami, yang berupaya untuk memahami, memberi tafsiran pada fenomena yang dilihat dari arti yang diberikan orang-orang kepadanya.

Lincoln dan Guba (1985, hlm. 198), mengungkapkan bahwa pendekatan kualitatif menjadi hal utama dalam paradigma naturalisik bukan karena paradigma


(8)

ini anti kuantitatif, melainkan karena pendekatan kualitatif lebih menghendaki manusia sebagai instrumen. Seperti penelitian kualitatif lainnya, penelitian ini bertujuan memperoleh pemahaman yang otentik mengenai pembelajaran sejarah

berbasis nilai perjuangan K.H. Sjam’un.

Seperti yang dikemukakan Meleong (2006, hlm. 4) mengenai kualitatif, prosedur penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Peneliti tidak mengisolasikan subjek penelitian atau individu ke dalm variabel atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan, yakni manusia yang memiliki kesadaran dan kehendak.

Penelitian kualitatif dapat dirujuk pandangan Creswell (1998, hlm. 15) yang memberi definisi penelitian kualitatif sebagai berikut:

Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyzes words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting.

Creswell menekankan dalam penelitian kualitatif, peneliti dalam membangun gambaran yang kompleks dan menyeluruh, diperoleh dari potret keadaan nyata, analisis kalimat yang diperoleh dari informan, serta tingkah laku dari latar penelitian sebagaimana adanya.

Karakteristik pokok yang menjadi makna kualitatif, dalam hal ini penelitian naturalistik tidak peduli terhadap persaman dari subjek penelitian melainkan sebaliknya mengungkap tentang pandangan tentang kehidupan dari orang-orang yang berbeda-beda. Pemikiran ini didasari pula oleh kenyataan bahwa makna yang ada dalam setiap orang berbeda-beda. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk mengungkap kenyataan yang ada dalam diri orang yang unik itu menggunakan alat lain kecuali manusia sebagai instrumen (Creswell, 1998, hlm. 4).

Jadi, kualitatif adalah sebuah proses pemahaman, melalui tradisi penelitian metodologi tersendiri, yang mengekplorasi permasalahan manusia sosial. Hasilnya adalah sebuah deskripsi yang kompleks dan menyeluruh. Peneliti tidak berjarak


(9)

dengan objeknya, peneliti tidak punya kuasa untuk mengintervensi objeknya (natural setting).

Pada intinya, penelitian kualitatif amat menekankan pada makna. Makna merupakan perhatian utama dalam pendekatan penelitian. Pernyataan ini menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan peneliti kualitatif sebagai instrumen, seperti menggambarkan temuan secara holistik, menganalisis, melaporkan pandangan subjek penelitian, dan bekerja dalam keadaan alamiah menggunakan beragam metode (Millan dan Schumacher, 1997, hlm. 54). Dengan menggunakan pendekatan kualitatif naratif, peneliti harus berinteraksi secara langsung dengan guru sejarah dan para siswa dalam pembelajaran sejarah berbasis perjuangan K.H Sjam’un dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat, apa adanya, melalui suatu proses observasi, wawancara dan dokumentasi.

Sumber informasi penelitian ini adalah guru dan siswa SMA. Hal ini di pilih karena dapat memberikan informasi yang cukup akurat bagi studi. Millan dan Schumacher (1997, hlm. 60) dan sebagai informasi kunci. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Adapun data penelitian di kumpulkan dengan teknik observasi atau pengamatan langsung, wawancara mendalam, dan dokumentasi.

2. Metode Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif naturalistik. Metode kualitatif naturalistik ini berdasarkan pertimbangan, bahwa ciri utama dari studi naratif adalah : (1) realitas manusia tidak dapat dipisahkan dari konteks latar natural (2) penggunaan pengetahuan tersembunyi (tacit knowledge), (3) hasil (penelitian) yang dinegosiasikan dan interpretasi antara peneliti dan subjek peneliti, (4) penafsiran atas data bersifat ideolografis atau berlaku khusus, bukan bersifat nomotetis atau mencari generalisasi, dan (5) temuan penelitian bersifat tentatif (Lincoln dan Guba, 1985, hlm. 187-190). Dengan menggunakan metode kualitatif naturalistik, peneliti harus berinteraksi secara langsung dengan objek penelitian, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat, apa adanya, melalui suatu proses observasi dan wawancara (Millan dan Schumacher, 1997, hlm. 396).


(10)

Terkait dengan penelitian tersebut, maka langkah-langkah penelitian dilakukan melalui proses selektif yang berulang, dengan maksud agar studi naturalistik dapat difokuskan pada bukti-bukti untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Dalam hal ini adalah nilai-nilai perjuangan dari K.H.

Sjam’un yang diimplementasikan pada proses pembelajaran di SMA Al-Khaeriyah Cilegon. Melalui pendekatan ini perhatian peneliti difokuskan pada dilema orientasi nilai ketokohannya. Peneliti berusaha untuk kedalam dunia konseptual para subjek yang diteliti sedemikian rupa, sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan pendekatan seperti ini diharapkan bahwa tokoh lokal Banten yang diangkat dalam pembelajaran sebagai sumber belajar sejarah bertujuan untuk mengembangakan kemampuan berpikir kreatif siswa yang dapat dideskripsikan secara lebih teliti dan mendalam.

Alasan menggunakan penelitian kualitatif naturalistik, merujuk pada pendapat Creswell (1998, hlm. 58), bahwa naturalistik sebagai penelitian digunakan untuk meneliti perilaku manusia dalam lingkungan spesifik alamiah. Dalam hal ini peneliti mempelajari bagaimana perilaku individu atau sosial di lingkungan pendidikan untuk dapat dideskripsikan sesuai dengan cara memandang pola perilaku dan komunikasi yang menjadi sasaran penelitian di lapangan sebagaimana adanya. Peneliti mengonstruksi konsep berdasarkan proses induktif atau empirik sesuai cara memandang pola implementasi perjuangan K.H.

Sjam’un di lingkungan pendidikan yang menjadi sasaran.

Helius Sjamsuddin (2007, hlm. 89-90) dengan mengutif Wood Gray mengemukakan langkah-langkah penelitian sejarah dijabarkan pada enam tahap, yaitu:

1. Memilih suatu topik yang sesuai;

2. Mengusung semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik;

3. Membuat catatan tentang itu apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika peneliti sedang berlangsung (misalnya dengan menggunakan cards system sekarang


(11)

dengan adanya fotocopi, komputer, internet menjadi lebih mudah dan membuat system cards ketinggalan zaman.

4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik sumber);

5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) kedalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disisipkan sebelumnya;

6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.

Dengan demikian, dalam penelitian dan penulisan tentang tokoh merupakan hak peneliti dan penulis. Kunci utamanya adalah menghasilkan deskripsi sejarah diri seseorang, sehubungan dengan hal tersebut penggunaan metode sejarah sebagaimana banyak dilakukan peneliti merupakan pilihan yang tepat, dan dalam penelitian ini hal tersebut digunakan. Pemilihan pendekatan kualitatif naturalistik dengan penekanan pada tokoh diperkuat dengan metode sejarah. Metode naturalistik dipilih sebagai core metode penelitian ini. Untuk penajaman

pemahaman tentang nilai perjuangan K.H. Sjam’un digunakan bersandar pada metode yang baku, yakni metode sejarah.

Pelaksanaan metode kualitatif mempunyai beberapa langkah yaitu pengumpulan data, penyusunan laporan, serta pembuatan kesimpulan dengan tujuan utama membuat gambaran hasil penelitian secara objektif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara observasi dan studi pustaka mengenai tokoh lokal Banten. Kemudian dilakukan klarifikasi beberapa materi sejarah yang diperoleh dari sekolah, yang kemudian diintegrasikan kedalam pokok dan sub bahasan sejarah nasional. Sejarah perjuangan K.H. Sjam’un di Banten adalah sejarah lokal yang bersifat kedaerahan. Kemudian pengolahan dan penganalisaan data yaitu dengan cara membandingkan materi sejarah lokal dengan sejarah nasional lain dibuat dalam bentuk laporan. Dan seluruh rangkaian penelitian terhadap pengintegrasian sejarah lokal ke dalam sejarah nasional, dan ditarik simpulan sebagai gambaran dari proses pembelajaran sejarah lokal ke sejarah


(12)

nasional. Untuk membangun nilai-nilai perjuangan tokoh lokal Banten, juga dapat meningkatkan kesadaran kebangsaan bagi para siswa.

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

1. Subjek Penelitian

Sesuai dengan hakikat penelitian kualitatif, maka subjek dalam penelitian ini ditentukan secara snowball sampling (bola salju). Dalam penelitian ini, teknik penentuan subjek penelitian dimaksudkan agar peneliti dapat sebanyak mungkin memperoleh informasi yang berkaitan dengan masalah yang dikaji peneliti. Meskipun demikian, pemilihan subjek penelitian tidak dimaksudkan untuk mencari persamaan yang mengarah pada pengembangan generalisasi, melainkan untuk mencari informasi secara rinci di SMA Al-Khaeriyah Cilegon yang sifatnya spesifik yang memberikan citra khas dan unik. Penarikan sampel dimulai dari informan kunci diminta rujukan kepada sampel berikutnya sehingga sampel terus berkembang sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Subjek penelitian atau sumber data penelitian ini, dipilih secara purpose

sampling. Purpose sampling yakni berdasarkan pilihan dan pertimbangan peneliti,

aspek apa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat situasi tertentu terus menerus sepanjang penelitian. Purposif sampling tergantung pada tujuan pada suatu saat (Nasution, 1992, hlm. 29). Sumber data pada tahap awal memasuki lapangan dipilih orang yang memiliki power dan otoritas pada situasi sosial atau objek yang diteliti dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, sehingga mampu

“membukakan pintu” ke mana saja seharusnya peneliti akan melakukan

pengumpulan data hingga mencapai data jenuh. Tujuan dari penentuan subjek penelitian adalah untuk mengembangkan informasi yang diperlukan sebagai landasan dari desain yang timbul dan teori yang mendasar (ground theory) yang muncul dari kajian ini (Lincoln Guba, 1985, hlm. 201). Berdasarkan pendapat tersebut yang menjadi subjek penelitian dalam studi ini adalah: keluarga K.H.

Sjam’un, pengurus pondok pesantren Al-Khaeriyah, tokoh masyarakat Banten, kepala sekolah, guru dan siswa/siswi. Semua itu dilakukan untuk menggali berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian.


(13)

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian adalah di SMA Al-Khaeriyah 1, SMA Al-Khaeriyah 3, SMA Al-Khaeriyah 4 di kota Cilegon Provinsi Banten. Mengingat lokasi tersebut sangat cocok dijadikan sebagai observasi dalam penelitian ini. Dasar pertimbangan utama memilih SMA Al-Khaeriyah Cilegon sebagai objek penelitian adalah dikarenakan sekolah ini sudah menerapkan pembelajaran sejarah lokal yang berbasis biografi. Penentuan lokasi penelitian ini dimaksudkan agar peneliti dapat sebanyak mungkin memperoleh informasi tentang berbagai permasalahan yang akan diteliti. Sekolah tempat penelitian tersebut dapat memberikan sumber data yang sesuai dengan judul penulis.

Lokasi penelitian yaitu kota Cilegon provinsi Banten merupakan tempat

kelahiran K.H. Sjam’un. Sehingga dari keluarga K.H. Sjam’un dan masyarakat

sekitarnya masih menjunjung nilai ketokohannya serta mengakuinya sebagai pahlawan yang banyak berjasa bagi kemerdekaan Indonesia khususnya Banten. Perjuangan K.H. Sjam’un salah satunya adalah mendirikan pesantren Al -Khaeriyah di Cilegon. Perkembangan pesantren tersebut bukan hanya pada jenjang pendidikan dasar saja, namun pada jenjang menengah dan perguruan tinggi. Pada jenjang menengah atas yakni SMA Al-Khaeriyah merupakan sekolah yang di bawah naungan pengurus besar Pesantren Al-Khaeriyah Cilegon yang

didirikan oleh K.H. Sjam’un. SMA tersebut mempunyai kaitan historis yang erat dengan perjuangan K.H. Sjam’un yang bercita-cita untuk mengembangkan pendidikan secara menyeluruh. SMA Al-Khaeriyah yang dipilih penulis karena dapat memberi peluang mendapatkan berbagai informasi bagi peneliti untuk

meneliti secara khusus tentang nilai perjuangan K.H. Sjam’un pada tiga SMA Al -Khaeriyah Cilegon. Karena walaupun sekolah tersebut ada kaitannya dengan

perjuangan K.H. Sjam’un, namun nilai-nilai keteladanan yang dapat dicontoh siswa belum secara khusus disampaikan oleh sekolah melalui pembelajaran di kelas. Sehingga perlu untuk mengimplementasikan nilai-nilai perjuangan K.H.


(14)

C. Teknik Pemilihan Sumber Data

Menurut Lexy J. Meleong (2009, hlm. 157-159) sumber data penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati dan diwawancarai sebagai sumber data utama. Sumber data di luar sumber kata dan tindakan merupakan sumber kedua. Sumber data penelitian ini dari populasi heterogen yang teknik pengambilan datanya termasuk dalam teknik non

probability sampling. Sesuai dengan kebutuhan penelitian digunakan teknik purposif sampling dan snowball random sampling.

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh

Spadley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri dari tiga

elemen yakni: tempat (place), pelaku (aktor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial dalam penelitian ini adalah tempat (place) yaitu sekolah, aktivitas (activity) yaitu proses belajar mengajar, pelaku (actor) yaitu guru dan murid. Sampel dalam penelitian ini adalah narasumber, partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. (Lincoln dan Guba, 1985) mengatakan bahwa:

“naturalistic sampling is, than very different from comventional sampling, it is based on informational, not statistical, conciderations its purpose is maximize information, not facilitate generalization”.

Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan penentuan sampel dalam penelitian konvensional. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi maksimum, bukan untuk digeneralisasikan. Lincoln dan Guba (1985), dalam penelitian kualitatif spesifikasi sampel purposif, yaitu: 1)

emergent sampling design/sementara, 2) serial selection of sampel units/

menggelinding seperti bola salju (snowball), 3) continuous adjustment or fucusing

of the sampel/disesuaikan dengan kebutuhan, selection to the point of redudancy/dipilih sampai jenuh.

Person-person terkait dengan K.H. Sjam’un yang ‘mengetahui’ perjuangannya dijadikan informan kunci (key informant). Informen kunci yang

peneliti wawancarai di antaranya: Drs. K.H. Hikmatullah Sjam’un, M.M adalah


(15)

Cilegon sebagai informan kunci yang kemudian melebar kepada Hasanuddin Hambali sebagai tokoh masyarkat Cilegon, Prof. DR. H. Tihami, MA sebagai Pengurus Besar Pesantren Al-Khaeriyah Citangkil Cilegon dan sebagai guru besar di IAIN SMHB Serang, Drs. H. Wardi Mushclih, M.Pd.I sebagai tokoh masyarakat Banten dan sebagai ketua BAZ Kabupaten Serang, dan Mufti Ali,

Ph.D sebagai Direktur Bantenologi Serang di IAIN “SMHB” Serang Banten yang

kesemuanya diyakini memahami kehidupan K.H. Sjam’un. Teknik penentuan sampel tersebut terus berkembang sesuai tema yang sedang didalami sehingga melebar kepada informan berikutnya. Kemudian dikembangkan (diperluas) dengan informasi pendukung untuk mengimplementasikan nilai-nilai perjuangannya di sekolah yang menjadi kajian penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada

natural setting (kondisi alamiah), sumber data primer. Teknik pengumpulan data

lebih banyak pada observasi berperan serta (participation observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi (Sugiyono, 2007, hlm. 309).

1. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2007, hlm. 145). Faisal (1990) mengklarifikasikan observasi menjadi observasi partisipasi (participant

observation), observasi yang secara terang-terangan atau tersamar (overt observation and cover observation), dan observasi yang tak berstruktur

(unstructured observation). Terkait dengan hal tersebut di atas, maka dalam penelitian mengenai nilai-nilai perjuangan K.H Sjam’un dan proses pembelajaran sejarah SMA Al-Khaeriyah ini observasi yang peneliti gunakan adalah observasi partisipasi (participant observation), dilakukan peneliti melalui field work, penelitian lapangan atau kerja lapangan, dengan tujuan peneliti mendapatkan data dan pengalaman sendiri. Melalui partisipasi pengalaman langsung dapat mencatat


(16)

secara rinci, memotret dan membuat shoting video perilaku belajar siswa di SMA Al-Khaeriyah 1, SMA Al-Khaeriyah 3 dan SMA Al-Khaeriyah 4 Cilegon.

Menurut Nasution (2003, hlm. 53), manfaat observasi adalah: a) dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik (menyeluruh), b) dengan observasi akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery, c) dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khusunya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap

“biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara, d) dengan

observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga, e) dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif, f) melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.

Observasi yang dilakukan di sekolah dimulai dengan observasi secara menyeluruh tentang hal-hal yang diperlukan oleh peneliti guna mengetahui lingkungan fisik, sosial, dan budaya di sekolah. Pengamatan dilakukan dengan cermat mengenai tempat, pelaku dan aktivitas secara umum dan menyeluruh, lalu mendeskripsikan hasil pengamatan yang direkam dan ditata sehingga memudahkan pereduksian informasi (data). Setelah didapat data-data yang fokus merujuk pada tujuan penelitian, dilakukan pengamatan terfokus sehingga pengamatan tidak menjadi mubazir. Langkah berikutnya setelah ditemukan karakteristik, hubungan antar data, dilakukan pengamatan terseleksi merujuk pada data yang betul-betul diperlukan untuk diproses selanjutnya. Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan pada saat wawancara. Pada saat


(17)

observasi tersebut peneliti dapat menangkap makna perilaku, motivasi dan kebiasaan-kebiasaan yang secara tidak sadar ditunjukkan oleh para sumber data.

2. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mendialogkan dan menggali informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, baik wawancara terstruktur dengan bantuan pedoman wawancara maupun yang tidak terstruktur. Wawancara terstruktur dilakukan untuk memperoleh data tentang nilai-nilai K.H. Sjam’un, dan problematika yang dihadapi dalam mengimplementasikan nilai-nilai sebagai upaya membangun kesadaran sejarah dan kesadaran nilai karakter peserta didik di SMA Al-Khaeriyah. Sedangkan wawancara tidak terstruktur dilakukan untuk memperoleh data dari beberapa informan kunci untuk melengkapi data tersebut di atas dengan pertanyaan yang bersifat menggali pengetahuan informan.

Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview kepada

guru dan siswa. Sedang untuk nilai perjuangan K.H. Sjam’un peneliti melakukan

wawancara dengan keluarga K.H. Sjam’un, tokoh Al-Khaeriyah dan tokoh ahli juga dengan tokoh masyarakat. Informan yang diwawancarai dalam penelitian dengan tujuan untuk memperoleh informasi lengkap tentang nilai-nilai perjuangan

K.H. Sjam’un serta upaya terbaik dalam melestarikan nilai-nilai perjuangan K.H.

Sjam’un khususnya pada siswa yang sedang menempuh pendidikan di SMA Al -Khaeriyah Cilegon. Hasil wawancara yang dikumpulkan tersebut kemudian dikembangkan menjadi deskripsi penelitian dan diinterpretasikan, serta dijadikan dasar untuk kepentingan analisis.

Pengumpulan data melalui wawancara adalah: pertama, wawancara dilakukan pada sumber data utama yakni guru sejarah dan siswa. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi tentang berbagai kegiatan yang dilakukan seperti tentang desain pembelajaran, implementasi, hasil-hasil pembelajaran dan solusi untuk menghadapi kendala pembelajaran sejarah dengan materi perjuangan

K.H. Sjam’un. Kedua, sumber data pendukung yakni pada tokoh masyarakat,


(18)

pandangan, persepsi tentang nilai-nilai yang tercermin dari perjuangan K.H.

Sjam’un.

3. Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan pelengkap dalam metode observasi dan

wawancara pada penelitian kualitatif. Studi dokumentasi dan kepustakaan dilakukan guna menggali data pendukung kepentingan deskripsi penelitian yang datanya terdapat dalam dokumen tertulis.

Dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian ini, adalah berbagai data yang berkaitan dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam perjuangan K.H.

Sjam’un, serta pandangan guru dan siswa yang terkait dengan pewarisan nilai -nilai sejarah lokal bagi generasi muda. Kemudian dokumen-dokumen resmi sekolah maupun guru sejarah berupa profil sekolah, tujuan, visi dan misi SMA Al-Khaeriyah, serta rencana pelaksanaan pembelajaran sejarah. Selain itu studi dokumentasi yang dibutuhkan penulis dalam penelitian ini adalah tulisan-tulisan tentang pendidikan IPS dan sejarah dalam bentuk buku, jurnal, artikel. Tulisan

tentang K.H. Sjam’un, pengimplementasian nilai baik berupa penelitian terdahulu maupun artikel dan gambar aktifitas sekolah serta peraturan kebijakan tentang pendidikan sejarah.

4. Triangulasi

Trianggulasi merupakan pemeriksaan data yang memanfaatkan data lain diluar data tersebut. Menurut Lexy J.M. (1998, hlm. 178) bahwa trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data ini. Adapun teknik trianggulasi yang banyak dilakukan adalah pemeriksaan melalui sumber data lain. Upaya yang dilakukan untuk trianggulasi adalah dengan cara perbandingan data hasil wawancara dengan data hasil observasi dan isi dokumentasi yang berkaitan.

Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,


(19)

yaitu mengecek kredibilitas data dengan teknik pengumpulan data sebagai sumber data (Sugiyono, 2007, hlm. 241). Peneliti menggunakan observasi partisipasif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data.

Berdasarkan perumusan masalah yang menjadi fokus penelitian, maka observasi yang dilakukan peneliti dimulai dengan observasi secara menyeluruh guna mengetahui lingkungan SMA Al-Khaeriyah, observasi di lingkungan sekolah tersebut dilakukan kepada guru mata pelajaran sejarah dan kepada para siswa di SMA Al-Khaeriyah khususnya pada peserta didik yang berlatar belakang asli dari masyarakat Cilegon. Daftar pedoman wawancara meliputi tahap ekplorasi

dan identifikasi nilai perjuangan K.H. Sjam’un, dan tahap implementasi

pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai perjuangan K.H. Sjam’un terhadap peserta didik. Studi dokumentasi dalam penelitian ini meliputi telaah dokumen yang terkait dengan nilai-nilai perjuangan K.H. Sjam’un, pendidikan sejarah dan peraturan kebijakan tentang pendidikan sejarah, serta tulisan tentang K.H.

Sjam’un baik berupa penelitian terdahulu maupun artikel. Data dokumentasi ini dimaksudkan untuk memperkuat data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi.

Penggunaan panduan wawancara, panduan observasi dan penggunaan dokumentasi berfungsi sebagai triangulasi alat pengumpul data agar data yang diperoleh dari sumber informasi dapat dipertanggungjawabkan. Dalam pelaksanaannya peneliti menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam dan pencatatan dokumen yang terkait dengan fokus penelitian. Selama melakukan observasi peneliti juga melakukan wawancara kepada para narasumber, dan sekaligus pencatatan dokumen-dokumen yang terkait. Dengan demikian dapat diketahui tentang credibility dan confirmability antara data dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.

E. Prosedur dan Langkah-langkah Penelitian

Berikut dikemukakan prosedur penelitian yang dilakukan di lapangan, meliputi :


(20)

1. Studi Pendahuluan

Dalam studi pendahuuan ini berupa orientasi-orientasi studi, yaitu studi pendahuluan sebelum penelitian dilakukan. Dengan melakukan orientasi terlebih dahulu peneliti dapat mengkaji dan menemukan informasi aktual yang kemudian dapat dijadikan bahan penyusunan rencana. Dalam studi pendahuluan ini dilakukan terlebih dahulu studi literatur. Kajian perpustakaan dilakukan dengan mengkaji teori konsep dan hasil-hasil penelitian yang relevan untuk mendukung studi pendahuluan di lapangan. Langkah-langkah pembelajaran bertema kesejarahan yang pernah ada dan pernah dikembangkan, pendekatan dalam pembelajaran sejarah baik dari buku, Hasil penelitian terdahulu maupun jurnal ilmiah. Diantara bahan dan kerangka berfikir mengenai nilai-nilai perjuangan

K.H. Sjam’un sebagai tokoh pahlawan lokal Banten ini adalah pandangan

mengenai belajar.

Peneliti melakukan kajian literatur, langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah studi dokumentasi. Studi dokumentasi dilakukan dalam bentuk telaah terhadap kurikulum pelajaran sejarah, untuk menentukan bahasan, sub pokok bahasan yang akan disampaikan. Studi kepustakaan tentang tema-tema

mengenali dan mendeskripsikan biografi K.H. Sjam’un yang dianggap

berpengaruh di wilyah Banten, mengenal K.H. Sjam’un mulai lahir sampai meninggal dunia, mengenal perjuangannya di masa mendirikan pesantren Al-Khareiyah, menjadi tentara peta, menjadi Badan Keamanan Rakyat (BKR), menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sampai Tentara Republik Indonesia (TRI), serta menjadi Bupati di Serang. Nilai-nilai Perjuangan K.H. Sjam’un di Banten ini juga menjadi concern peneliti. Sumber belajar dengan materi biografi

K.H. Sjam’un ini belum nampak di ajarkan oleh guru di sekolah.

Setelah itu peneliti juga mencari tema-tema sejarah yang dapat mendukung kegiatan mengajar sejarah dan nilai yang dapat diimplementasikan untuk dijadikan alat analisis pada saat observasi di ruang kelas nanti ketika guru mengajar mata pelajaran sejarah. Peneliti masuk ke kelas melakukan observasi dan pengambilan gambar melalui camera di saat guru sejarah mengajar di SMA Al-Khaeriyah. Dalam memilih tema-tema yang digunakan guru dalam proses


(21)

pembelajaran, peneliti melakukan analisis isi materi agar dapat terpilih tema-tema yang berkaitan dengan kepentingan pembelajaran sejarah dan pemahaman

nilai-nilai perjuangan K.H. Sjam’un pada diri siswa.

Setelah melakukan kajian literatur, langkah berikutnya yang dilakukan adalah memulai mengurus administrasi (surat-menyurat) untuk observasi. Observasi pertama yaitu di SMA Al-Khareiyah 3 Cilegon beralamat di Citangkil Jl. H. Enggus Arja No. 1 Kel. Citangkil Kec. Citangkil Kota Cilegon–Banten, dan segera menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan yaitu melakukan penelitian dan pengambilan data dalam hal ini observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran sejarah, berikut perwakilan siswanya, peneliti mendapat jawaban dari bapak kepala sekolah, pada prinsipnya mereka tidak berkeberatan asal kegiatan penelitian tidak mengganggu kegiatan pembelajaran, selanjutnya bapak kepala sekolah memanggil guru mata pelajaran sejarah yaitu ibu Iceu Risnawati, S.Pd kemudian bapak kepala sekolah menjelaskan maksud kedatangan peneliti, dan Ibu Iceu Risnawati siap membantu dalam memberikan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, sekaligus memfasilitasi siswa untuk diwawancarai sesuai kebutuhan. Sekolah kedua yang peneliti datangi adalah sekolah SMA Al-Khaeriyah 4 Cilegon, sekolah ini agak jauh dari pusat kota Cilegon kira-kira 15 Km, tepatnya di Jl. Sunan Bonang, km. 4 Lingkar. Kracak Kel. Banjarnegara Kec. Ciwandan Kota Cilegon. yang berdekatan dengan jalan lingkar selatan. Di sana peneliti menemui kepala sekolah dan diterima baik oleh bapak kepala sekolah, dan peneliti segera menyampaikan maksud dan tujuan observasi yaitu mencari dan menggali data tentang pembelajaran sejarah, melakukan wawancara dengan kepala sekolah, dan guru sejarah berikut perwakilan siswanya. Guru yang ditunjuk untuk membantu proses penggalian data yaitu bapak Irwan Rosadi, S.Pd, yang merupakan alumni dari jurusan pendidikan sejarah FPIPS UPI, penelitipun sama segera menyampaikan maksud dan tujuan serta membuat perjanjian perihal jadwal observasi kelas dan wawancara untuk mengumpulkan data. Di sekolah yang ketiga yaitu SMA Al-Khaeriyah I beralamat di jalan Sunan Bonang lingkungan Panauan, Desa Kubangsari Ciwandan Cilegon. Peneliti juga di terima dengan baik oleh kepala sekolah dan menjelaskan maksud kedatangan peneliti.


(22)

Kemudian kepala sekolah memanggil guru sejarah untuk membantu peneliti dalam mencari dan mengumpulkan data. Peneliti juga melakukan wawancara dengan kepala sekolah, guru sejarah dan perwakilan siswanya.

2. Kegiatan Observasi

Observasi yang dilakukan pertama pada seluruh aktivitas kegiatan di SMA Al-Khaeriyah Cilegon yang menjadi subjek penelitian, yang dilakukan kepada kepala sekolah, guru sejarah dan para siswa. Kemudian setelah observasi yang bersifat keseluruhan ini diperoleh data-data yang bersifat umum maka peneliti akan memfokuskan pada observasi pada kegiatan-kegiatan yang langsung terkait dengan fokus penelitian yakni implementasi pembelajaran sejarah yang berbasis

nilai perjuangan K.H. Sjam’un. Kemudian data hasil observasi akan

dikomparasikan dengan hasil studi dokumentasi. Adapun yang menjadi bahan observasi dan wawancara sesuai dengan perumusan masalah pada bab I, yaitu:

1. Nilai-nilai karakter yang tercermin dalam perjuangan K.H Sjam’un.

2. Desain perencanaan implementasi pembelajaran sejarah berbasis nilai

perjuangan K.H Sjam’un di SMA Al-Khaeriyah Cilegon.

3. Implementasi pembelajaran sejarah berbasis nilai perjuangan K.H Sjam’un di SMA Al-Khaeriyah Cilegon.

4. Hasil-hasil yang diperoleh siswa dalam implementasi pembelajaran sejarah berbasis nilai perjuangan K.H Sjam’un di SMA Al-Khaeriyah Cilegon. 5. Solusi untuk menghadapi berbagai kesulitan yang dihadapi dalam

implementasi pembelajaran sejarah berbasis nilai perjuangan K.H.

Sjam’un di SMA Al-Khaeriyah Cilegon.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan participant observation (observasi partisipasi). Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat mana dari setiap pelaku yang tampak.


(23)

Observasi partisipan memiliki kelebihan terutama kepercayaan data dan kelengkapannya karena dikumpulkannya dari lingkungan yang alami. Demikian pula observasi partisipan memberikan kesempatan yang luas bagi peneliti sebagai anggota dalam masyarakat tersebut untuk mengamati aspek-aspek perilaku yang tersembunyi/terbuka dan memahami prilaku individu–individunya dalam wajah individualnya dan dapat ia diskusikan topik-topik yang dirasakan tidak mungkin dilakukan oleh peneliti yang datang dari masyarakat yang dijauhinya.

Dalam melakukan observasi di sekolah peneliti melakukan tiga tahapan yaitu: tahap pertama dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal pemahaman guru dan siswa, khusus guru yang mengajar mata pelajaran sejarah di SMA Al-Khaeriyah Cilegon. Peneliti mendapatkan informasi global/umum tentang wawasan para guru sejarah di SMA yang diobservasi. Observasi awal tersebut diketahui bahwa masih banyak guru yang memahami tentang tokoh lokal dalam sejarah lokal untuk mengajarkan sejarah lokal. Observasi tahap kedua, peneliti mencari tahu penyebab dan kendala-kendala guru, sehingga tidak memanfaatkan ruang dalam muatan lokal untuk mengajarkan nilai-nilai luhur tokoh lokal Banten. Tahap ketiga, melakukan wawancara yang mendalam terhadap guru, siswa dan kepala sekolah. Peneliti juga melakukan observasi langsung pada tokoh Banten dengan mewawancarai keluarganya, pengurus pesantren Al-Khaeriyah, tokoh

masyarakat dan ahli sejarah Banten yang kenal dengan K.H. Sjam’un untuk lebih

memperkaya pemahaman dan pengetahuan tentang pewarisan nilai tokoh pejuang lokal Banten.

3. Wawancara

Pada tahapan ini dilakukan identifikasi kebutuhan pembelajaran siswa khususnya pembelajaran yang bermuatan sejarah lokal dengan materi biografi

K.H. Sjam’un, dalam kerangka menyusun data awal untuk merumuskan masalah

yang akan diteliti. Kemudian menyusun langkah-langkan, strategi, pendekatan, pemanfaatan sumber belajar yang tersedia di kawasan Kota Cilegon. Berangkat dari kajian literatur dan kajian di lapangan tersebut, pada tahap ini peneliti melakukan observasi langsung di kelas mengenai kondisi kekinian pembelajaran sejarah yang dilakukan guru di tiga SMA Khaeriyah Cilegon, yaitu SMA


(24)

Khaeriyah 1 Cilegon dengan ibu Suirot, S.Pd, nama inisial (SU), SMA Al-Khaeriyah 3 Cilegon dengan ibu Iceu Ratnawati, S.Pd, nama inisial (IC) dan SMA Al-Khaeriyah 4 Cilegon dengan bapak Irwan Rosadi, S.Pd, nama inisial (IR) mereka semuanya merupakan guru pada bidang studi Sejarah. Wawancara juga dilakukan pada perwakilan siswa dari ketiga sekolah tersebut, dari masing-masing sekolah dua orang siswa dari SMA Al-Khaeriyah 1 Cilegon yaitu Verawati, nama inisial (VE) dan Hendri, nama inisial (HE) dari kelas XI IPS, dari SMA Al-Khareiyah 3 Cilegon yaitu Anggi, nama inisial (AN) dan Siman, nama inisial (SI) dari kelas XI IPA, dari SMA Al-Kheriyah 4 Cilegon yaitu Dewi, nama inisial (DE) dan Lukman, nama inisial (LK) dari kelas XII IPA.

Wawancara dengan IR dilaksanakan tanggal 22 dan 28 Oktober 2013, wawancara dengan IC tanggal 21 September 2013 dan 24 Maret 2014, wawancara dengan SU tanggal 15 dan 22 Nopember 2013. Sedang wawancara AN dan SI tanggal 21 September 2013 dan 24 Maret 2014, wawancara VE dan HE dilaksanakan tanggal 15 dan 22 Nopember 2013, wawancara dengan DE dan LK tanggal 22 dan 28 Oktober 2013. Mengingat keadaan di lapangan antara sekolah yang satu dengan yang lain saling berjauhan untuk diobservasi, maka wawancara membutuhkan waktu yang cukup lama. Dan yang tidak terungkap pada saat wawancara dengan responden yang digali secara langsung melalui observasi dan dokumentasi.

Selanjutnya wawancara dilakukan juga kepada 3 orang kepala sekolah yaitu kepala sekolah SMA Al-Khaeriyah 1, yaitu bapak Drs. Badrussalam Latief, kepala sekolah SMA Al-Khaeriyah 3 yaitu bapak Drs. H. Suharjo Suryaraharja, dan kepala sekolah SMA Al-Khaeriyah 4 yaitu bapak Hilman, M.Pd,I, untuk dapat memberikan pendalaman akan masalah yang menjadi fokus penelitian. Pada tahap ini, materi wawancara bersifat umum. Kemudian peneliti juga melakukan wawancara mengenai nilai-nilai yang tercermin dari perjuangan K.H. Sjam’un diantaranya: 1) Prof. DR. H. Tihami, MA sebagai pengurus Al-Khaeriyah

Cilegon, 2) Drs. K.H. Hikmatullah Sjam’un selaku cucu K.H. Sjam’un, 3) Drs.

KH. Hasanudin Hambali, M.Pd.I sebagai tokoh masyarakat Cilegon, 4) Drs. H. Wardi Muschlih, M.Pd.I, selaku tokoh masyarakat Banten, dan 5) Mukti Ali,


(25)

Ph.D, sebagai Direktur Bantenologi di Serang Bnaten. Kemudian hasil wawancara dikomparasikan dengan studi dokumentasi dan observasi.

4. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi yang akan ditemukan dimaksudkan untuk menambah atau memperkuat apa yang terjadi, dan sebagai bahan untuk melakukan komparasi dengan hasil wawancara. Sejauh ada dokumentasi yang bisa diperoleh, baik dari pihak kepala sekolah, komite sekolah, dan dari pihak guru sejarah di SMA Al-Khaeriyah di Cilegon. Dokumen-dokumen resmi sekolah maupun guru sejarah berupa profil sekolah, tujuan, visi dan misi SMA Al-Khaeriyah, serta rencana pelaksanaan pembelajaran sejarah. Selain itu studi dokumentasi yang dibutuhkan penulis dalam penelitian ini adalah tulisan-tulisan tentang Pendidikan Sejarah

dalam bentuk buku, jurnal, artikel. Tulisan tentang biogrrafi K.H. Sjam’un baik berupa penelitian terdahulu maupun artikel dan gambar aktifitas K.H. Sjam’un.

Media massa berupa media cetak maupun online. Hasil studi dokumentasi dan kepustakaan ini dikembangkan sebagai deskripsi penelitian dan diinterpretasikan serta dipergunakan untuk kepentingan triangulasi.

Setelah data terkumpul dari observasi, wawancara dan dokumentasi, peneliti mulai mengolah data yang terkumpul yang pertama kali dilakukan adalah memilah data-data (klasifikasi) mana yang diperlukan dan mana yang tidak diperlukan istilah ini menurut Miles dan Huberman (1994) disebut dengan koleksi data (data collective), setelah itu memvaliditasi data dengan relibitas internal dan eksternal yaitu dengan menggunakan member check sebagaimana yang telah dijelaskan diatas setelah melakukan dan uji validitasi data peneliti menyusun laporan hasil penelitian dalam bentuk draf kasar untuk divalidasi oleh expert

opinon, meminta jugement dari (pendapat ahli/pakar).

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kulitatif yang menjadi instrumen utama (human

instrument) adalah peneliti itu sendiri yang turun ke lapangan untuk

mengumpulkan data yang diperlukan. Hal ini sejalan yang dikemukakan oleh Nasution (1996, hlm. 57) bahwa hanya manusialah yang mampu memahami,


(26)

memberikan makna, terhadap interaksi antara manusia, mimik muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan dan perbuatan yang mereka lakukan. Selain peneliti sendiri yang menjadi instrumen utama, peneliti juga menggunakan instrumen bantu yang berupa catatan lapangan, lembar observasi, pedoman wawancara, dokumen sekolah dan foto-foto.

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Dalam instrumen peneliti kualitatif, Lincoln and Guba (1895, hlm. 236). Menyatakan bahwa :

The instrument of choice in naturalistic inquiry is the human. We shall see that other forms of instrumentation may be used in rater phases of the inquiry, but the human is the intial and continuing mainstay. But if the human instrument has been extensively in earlier stages of inquiry, but the human is the initial and continuing mainstay “

Sementara itu menurut Nasution (1988, hlm. 40) menjelaskan: dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama, alasannya ialah bahwa segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diterapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas. Sebelumnya, segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu. Tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai satu-satunya yang dapat mencapainya.

Jadi dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrument penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang jelas telah ditentukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada grand tour questic tahap focused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan kesimpulan (Sugiyono, 2007, hlm. 306).


(27)

G. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan mengunakan teknik analisis data deskriptif-kualitatif. Teknk analisis ini dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah dari Miles and Huberman (1994, hlm. 56) yakni : (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3) penafsiran. Langkah-langkah tersebut dirangkum dalam satu kegiatan yang dapat dilakukan di lokasi maupun luar lokasi penelitian, pola kegiatan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Komponen dalam analisis data (interaktif model) Sumber : Miles dan Huberman (1994, hlm. 20)

Gambar tersebut memperlihatkan sifat interaktif koleksi data atau pengumplan data dengan analisis data. Malah, pengumpulan data itu sendiri juga ditempatkan sebagai komponen yag merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data, yang disebutkan terakhir dapat dimengerti, karena saat mengumpulkan data, peneliti akan dengan sendirinya terkibat melakukan perbandingan-perbandingan, apakah data bagi tujuan konseptualisasi, kategorisasi, ataukah teoritisasi. Tanpa secara aktif melakukan perbandingan-perbandingan dalam proses pengumpulan data tak akan mungkin terjelajah dan terlacak secara induktif hingga kitingkat memadai muatan-muatan yang tercakup dalam suatu konsep, kategori, atau teori (Bungin, 2003, hlm. 190).

Hasil pengambilan data tersebut tentu saja perlu diredukasi (data reduction) istilah reduksi data dalam penelitian kualitatif dapat disejajarkan maknanya dengan istilah pengelolaan data. Ia mencakup kegiatan memgusahakan data hasil pengumpulan data selengkap mungkin, dan memilah-milahkannya kedalam satuan

Data Collection Data Display

Data Reduction Conclusion:


(28)

konsep tertentu, kategori tertentu, atau tema tertentu. Seperangkat reduksi data juga perlu diorganisasikan kedalam suatu bentuk tertentu (display data) sehingga terlihat sosoknya secara lebih utuh. Dalam penelitian kuantitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori

flowchart atau sejenisnya, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data

dalam penelitian kulitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif (Miles dan Huberman, 1994, hlm. 57).

Pada tahap reduksi, semua catatan lapangan menyangkut nilai perjuangan

K.H. Sjam’un dan lingkungan sekolah dipilah berdasarkan butir pertanyaan yang

ada misalnya semua data baik wawancara dan observasi menyangkut nilai-nilai

perjuangan K.H. Sjam’un yang akan dikategorikan ke dalam bagian pola/unit khusus, sehingga akan memudahkan peneliti ketika melakukan display data. Kemudian dapat dilihat pula perbedaan setiap data yang diperoleh dari masing-masing narasumber. Peneliti melakukan kategorisasi sesuai dengan masalah (1) menyangkut nilai-nilai yang tercermin dari perjuangan K.H. Sjam’un (2) desain

pembelajaran sejarah yang berbasis nilai perjuangan K.H. Sjam’un (3) implementasi pembelajaran sejarah berbasis nilai perjungan K.H. Sjam’un (4)

hasil pembelajaran sejarah berbasis nilai perjungan K.H. Sjam’un, (5) solusi untuk menghadapi kendala dalam implementasi pembelajaran sejarah berbasis nilai

perjuangan K.H. Sjam’un. Pemenuhan aspek-aspek dimaksud memudahkan peneliti dalam melakukan penyajian data dan berujung pada penarikan kesimpulan dari hasil penelitin ini.

Display data bisa dalam bentuk sketsa, synopsis, matriks, atau bentuk-bentuk lain; itu sangat diperlukan untuk memudahkan upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan. Sesuai dengan gambar siklus analisis data yang disebutkan di atas tadi, prosesnya tidak lain, “sekali jadi” melainkan berinteraktif, secara bolak-balik perkembangannya bersifat sekuensial dan interaktif, seberapa proses bolak balik tersebut tentu saja bergantung pada kompleksitas permasalahan yang hendak dijawab. Juga, banyak bergantung pada seberapa “tajam pisau analisis” yang dipakai saat mengumpulkan data itu sendiri. “Pisau” yang dimaksud adalah


(29)

kepekaan dan ketajaman daya lacak peneliti itu sendiri didalam melakukan komparasi ketika proses pengumpulan data (Miles dan Huberman, 1994, hlm. 57). Catatan deskriptif lebih menyajikan kejadian daripada ringkasan. Catatan reflektif lebih mengetengahkan kerangka pikiran, ide dan perhatian dari peneliti. Catatan ini juga lebih menampilkan komentar peneliti terhadap fenomena yang dihadapi pada saat mengumpulkan dan menyajikan data hasil penelitian, catatan ini peneliti tempatkan di dalam bab empat yaitu pembahasan hasil peneliti.

Setelah dibaca, dipelajari, dan ditela’ah maka langkah berikutnya adalah

mengadakan reduksi data dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuamn yang inti, proses dan dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusun dalam satuan-satuan dan kategorisasi, dan langkah terakhir adalah menafsirkan data atau memberikan makna terhadap data.

Langkah ketiga dalam menganalisis data hasil penelitian kualitatif adalah

conclusion drawing, menurut Miles and Huberman (1994, hlm. 58) adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang didukung oleh data-data yang valid dan kredibel, konsisten saat peneliti kembali ke lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu proyek yang sebelumnya masih gelap, remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal, interaktif, hipotesis dan teori.

Analisis data dilakukan per sumber dan per butir masalah, yakni sesuai

dengan nilai perjuangan K.H. Sjam’un sebagai sumber pembelajaran sejarah.

Analisis ini dilakukan secara terus menerus hingga menghasilkan kesimpulan yang utuh dan menyeluruh mengenai nilai-nilai perjuangan K.H. Sjam’un yang


(30)

akan dijadikan sumber belajar sejarah. Sedangkan penarikan kesimpulan dan verifikasi atas data yang diperoleh di sekolah, dilakukan pada sumber dan butir

masalah yaitu mengenai implementasi nilai perjuangan K.H. Sjam’un dalam

pembelajaran sejarah di SMA Al-Khaeriyah Cilegon. Analisis dilakukan hingga mendapatkan kesimpulan yang utuh dan menyeluruh mengenai manfaat sumber pembelajaran tersebut sebagai pendidikan nilai dalam pembelajaran sejarah.

Kesimpulan-kesimpulan yang ada, kemudian diverifikasi selama penelitian ini berlangsung. Verifikasi ini berupa pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran peneliti selama masa penulisan (penyusunan dan pengolahan data), tinjauan ulang pada catatan-catatan selama masa penelitian (di lapangan), tinjauan kembali dengan seksama berupa tukar pikiran dengan para ahli (pembimbing) untuk mengembangkan kesepakatan intersubjektif, serta membandingkan dengan temuan-temuan data lain yang berkaitan dengan kajian penelitian. Dengan demikian reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan merupakan satu kesatuan atau unsur-unsur penting dalam analisis hasil sebuah penelitian kualitatif. Berkaitan dengan itu maka, analisis data dalam penelitian ini merupakan sebuah proses untuk mencari serta menyusun secara sistematik data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan cara mengorganisir data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Miles and Huberman, 1994, hlm. 59).

H. Pengujian Keabsahan Data

Sebagaimana dengan penelitian kualitatif, sebagai suatu disciplined inquiry, penelitian kualitatif harus memiliki kriteria atau standar validitas dan relibilitas. Namun demikian ada perbedaan standar antara paradigma penelitian kualitatif, menurut Lincoln dan Guba (1985, hlm. 53), paling sedikit ada empat standar atau kriteria utama menjamin keabsahan hasil penelitian kualitatif yaitu:

1. Credibility (validitas internal), untuk munguji kredibilitas internal dapat


(31)

triangulasi, termasuk triangulasi sumber, triangulasi teknik, triangulasi waktu, analisis kasus negatif menggunakan bahan referensi, megadakan member check.

2. Transferability (validitas eksternal) merupakan validitas eksternal dari penelitian kualitatif, hal ini menunjukan derajat ketetapan atau dari diterapkannya hasil penelitian tersebut diambil. Nama transfer ini berkenaan dengan pernyataan, hingga mana hasil dari penelitian dan diterapakan atau diguankan dalam situsasi lain, bagi peneliti naturalistik nama transfer bergantung pada pemakai, hingga manakala hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situsi sosial lain. Peneliti

sendiri tidak menjamin “validitas eksternal” ini.

3. Dependability (realibilitas), peneliti meminta beberapa orang untuk dapat membaca penelitian ini mulai dari masalah, fokus, sumber, temuan penelitian sampai laporan hasil penelitian ini. Untuk memastikan

dependability, peneliti mengadalkan Promotor dan Kopromtor penelitian

ini sebagai pengambil peran sentral dalam uji dependability sesuai kewenangan yang melekat di mana peneliti berkonsultasi dalam setiap tahap penelitian, dan terutama dalam penulisan laporan.

4. Sedangkan confirmability (obyektifitas) menguji confirmability berarti menguatkan hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang diilakukan. Bila hasil, penelitian merupakan fungsi proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi confirmability. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya ada.

5. Dependability, termiinologi ini juga dekat pengertiannya dengan konsep

verstehen dari Max Weber: (bahasa Jerman yang artinya to understand): yang memiliki makna antara lain: (1). To perceive and comprehend the

nature and signifiance of, (2). To know thoroughly by close contact with or by long eksperience of the phenomenon, (3) to grasp or comprehend the meaning intended or expressed by another, (4) to know and emphatic

toward on these cases Weber used the term to refer to the social scientist’s


(32)

6. Triangulasi, triangulasi dalam penyajian dalam pengujian kredibilitas ini

diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber denga berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, triangulasi teknik pengumpulan data digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan denga cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, dan triangulasi waktu diperlukan karena waktu sering juga mempengaruhi kredibilitas data.

7. Member check, adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti dari

pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila yang ditemukan disepakati oleh para pemberi datanya tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya. Jadi tujuan member

check adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam

penulisan laporan sesuai denga apa yang dimaksud sumber data atau informan. Pelaksanaan member check mendapat suatu temuan, atau kesimpulam.

Sebagaimana menurut Lincoln dan Guba (1985, hlm. 53), paling sedikit ada empat standar atau kriteria utama menjamin keabsahan hasil penelitian kualitatif yaitu:

a. Standar Kredibilitas

Standar kredibilitas ini identik dengan validitas internal dalam penelitian kuantitatif. Agar hasil penelitian kualitatif memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi sesuai dengan fakta di lapangan (informasi yang digali dari subyek atau partisipan yang diteliti), perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:

1) Memperpanjang keikutsertaan peneliti dalam proses pengumpulan data di lapangan

2) Melakukan observasi secara terus menerus dan sungguh-sungguh, seghingga peneliti semakin mendalami fenomena sosial yang diteliti seperti apa adanya.


(33)

3) Melakukan triangulasi, baik triangulasi metode (menggunakan lintas metode pengumpulan data) triangulasi sumber data (memilih berbagai sumber data yang sesuai), dan triangulasi pengumpul data (beberapa peneliti mengumpulkan data secara terpisah). Dengan cara ini teknik triangulasi memungkinkan diperoleh variasi informasi seluas-luasnya atau selengkap-lengkapnya.

4) Melibatkan teman sejawat (yang tidak ikut melakukan penelitian) untuk berdiskusi, memberikan masukan, bahkan kritik, mulai awal kegiatan proses penelitian sampai tersusunnya hasil penelitian (peer debriefing). 5) Melakukan analisis atau kejian kasus negatif, yang dapat dimanfaatkan

sebagai kasus pembanding atau bahkan sanggahan terhadap hasil penelitian.

6) Melacak kesesuian dan kelengkapan hasil analisis data.

7) Mengecek bersama-sama dengan anggota penelitian yang terlihat dalam proses pengumpulan data baik tentang data yang telah dikumpulkan kategorisasi analisis, penafsiran dan kesimpulan hasil penelitian.

b. Standar Transferabilitas

Standar ini merupakan modifikasi validitas eksternal dalam penelitian kuntitatif. Standar transferabilitas ini merupakan pertanyaan empirik yang tidak dapat dijawab oleh peneliti kuantitatif itu sendiri, tetapi dijawab dan dinilai oleh para pembaca laporam penelitian. Hasil penelitian kualitatif memiliki kualitas transferabilitas yang tinggi bilamana para pembaca laporan penelitian ini memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang kontek dan fokus penelitian.

c. Standar Dependabilitas

Standar depenabilitas ini boleh dikatakan mirip dengan standar rebilitas. Adanya pengecekan atau penilaian akan ketepatan peneliti dalam mengkonseptualisasikan apa yang diteliti merupakan cerminan dari kemantapan dan ketepatan menurut standar relibilitas penelitian. Makin konsisten peneliti


(34)

dalam keseluruhan proses penelitian, baik dalam pengumpulan data, interprestasi temuan maupun dalam melaporkan hasil penelitian, akan semakin memenuhi standar depenabilitas .

d. Standar Komfirmabilitas

Standar komfirmabilitas ini lebih terfokus pada audit (pemeriksaan) kualitas dan kepastian hasil penelitian, apa benar berasal dari pengumpulan data di lpangan. Audit komfirmabilitas ini bisanya dilakukan bersama dengan audit dependabilitas. Selain keempat standar di atas, ada sejumlah standar pelengkap yang patut diperhatikan dalam penelitian kualitatif, antara lain:

1) Dilaksanakan dalam kondisi wajar atau se-alamiah mungkin. 2) Memperlakukan orang-orang yang diteliti semanusia mungkin. 3) Menjungjung tinggi perspektif emik partisipan.

4) Pembahasan hasil penelitian selain bersifat deskriptif juga sintesis. 5) Kelemahan dan keterbatasan penelitian tidak perlu disembunyikan,


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. (1985). Ilmu Sejarah dan Historigrafi. Jakarta: Gramedia. --- (1992). Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Adisusilo, Sutarjo. (2013). Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Agung, Leo dan Wahyuni, Sri. (2013). Perencanaan Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Anderson, Benedict. (2008). Imagined Communities, Komunitas-Komunitas

Terbayang. Yogyakarta: INSIST dan Pustaka Pelajar.

Anwar, Rosihun. (2010). Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. Arends, Ricahrd I. (2000). Learning to Teach. New York: Mc Graw Hill.

Asmani, Jamal Ma’mur. (2012). Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal. Jogyakarta: Diva Press.

Ayatrohaedi. (1986). Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: Pustaka Pelajar.

Barr, R.D. Barth, J.L., dan Shermis, S.S. (1978). The Nature Social Studies. Palm Sping: An ETS Pablication.

Bass, B.M. & Avolio, B.J. (1994). Improving Organizational Effectiveness

Through Transformational Leadership. London: SAGE Publications.

Benda, Harry J. (1980). Bulan Sabit dan Matahari Terbit, Islam di Indonesia

Pada Masa Pendudukan Jepang. (Terj. Daniel Dhakidae). Jakarta.

Pustaka Jaya.

Banks, J.A. (1981). Teaching Startegis for the Socila Studies. (4 thEd). New York &London: Longman.

Berkson, William dan John Wettersten. (2003). Psikologi Belajar dan Filsafat

Ilmu Karl Popper. Terjemahan oleh Ali Noer Zaman. (Yogyakarta:

Qalam)

BSNP, (2006), Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan


(36)

Bogdan RC & SK, Biklen. (1992). Qualitative Research for Education an

Intoduction theory In Methods. Boston: Alin and Bacom.

Borries, Bodo Von. (2000). “Methods and Aims of Teaching History in Europe: A Report on Youth and History”. Knowing Teaching & Learning History: National and International Perspectives (Eds. Stearns, P.N., Seixas, P.,

Wineburg, S.). New York: New York University Press.

Bower, Gordon H. dan Ernest R.Hilgard. (1998). Theories of Learning. 4th Edition. (New Jersey: Prentice Hall. Inc).

Bruinessen, Martin Van. (1995). Kitab Kuning: Pesantren dan Tarikat,

Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia, Bandung: Mizan.

Buchary Alma dan M. Harlasgunawan. (2003). Hakekat Studi Sosial, Bandung: Alfa Beta.

Budimansyah, Dasim. (2013). Pembinaan Karakter Generasi Muda. Bandung: Dua Usaha Muda.

Budiyono, Kabul. (2007). Nilai-Nilai Kepribadian dan Kejuangan Bangsa

Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Campbell, B. (1999). Multiplying Intelligence in the Classroom. [Online]. Tersedia di situs :http://www/Idpride.net/learningstyles. [Diakses 23 Oktober 2013].

Capra, Fritjob. (1998). The Turning Point, Science, Socity and The Rising Culture. (terjemah: M. Toyiby). Yogyakarta: Yayasan, Bentang Raya.

Carlyle, Thomas. (2013). On Herios, Hero Worship, and the Heroic in History. New Haven and London: Yale University Press. (Online) Tersedia di situs: http://www.gutenberg.org/files/1091/1091-h/1091-h.htm. [Diakses, 23 Desember 2014].

Cobern, W.W. Aikenhead,G.S. (1996). Cultural Aspects of Learning Science. SLCSP Working paper #121. (Online). Tersedia di situs: http://www.wmich.edu/slcsp/121.htm’. [Diakses 23 Oktober 2013]. Collingwood, R.G (1959), The Historical Imagination Dalam Hans Menyerhaff.

The Philosofi Of History In Our Time: An Antology. Garden City. New

York: Dobleday & Company.


(37)

Cox, J. (2006). The quality of an instructional program. National Education Association-Alaska. (Online) Tersedia di situs: http://www.ak.nea.org./excellence/coxquality. [Diakses, 23 Oktober 2013]

Creswell, JW. (1998). Research Desegn Qualitatif, and Quantitative Approach. London: Sage Publication.

Creswell, J.H. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Currie, D. (1997). Personal in Practice. Malden, USA: Blackwell Publishes Ltd. Dahlan, M.D. (1991). Internalisasi Nilai-Nilai Agama dalam Kehidupan Remaja.

Bandung: Unisba.

Denzin K, Norman & Lincoln Y.S. (1997). Hanbook Of Qualitative Research. California: Sage Publication. Pvt. Ltd.

Departemen Pendidikan Nasional Indonesia. (2006). Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Jakarta: Depdiknas.

--- (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

--- (2007). Panduan Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal. Jakarta: Depdiknas.

Direktorat K3SN. (2009). Pedoman Umum Pelestarian K3SN, Jakarta.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional. (2010).

Grand Design Pendidikan Karakter, Arah serta Tahapan dan Prioritas Pendidikan KarakterBangsa Tahun 2010-2025.

Disjarahdam VI/Siliwangi. (1971). Siliwangi Dari Masa Ke Masa. Bandung: Angkasa.

Djamarah, Syaeful Bahri dan Zaim, Aswan. (1997). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Echols, John dan Hasan Sadiliy. (2005). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Elfindri, dkk. (2012). Pendidikan Karakter Kerangka, Metode Dan Aplikasi

Untuk Pendidik Dan Profesional. Jakarta: Baduose Media.


(38)

Faisal, Sanapiah, (tt). Sosiologi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional.

Fenton, Edwin (ed). (1966). Teaching The New Sosial Studies In Secondary

Schools An Inductive Approach. New York: Carnegre-Mellon

University.

Fromm, Erich, (1955). The Sane Society, London and New York: Routledge Classics.

Fukuyama, F. (1995). Trust: The Social Virtues and The Creation of Prosperity. New York: The Free Prss.

Gardner, H. (2005). Intelligence in Seven Steps. [Online]. Tersedia distus: http://www.newhorizons.org. [Diakses 29 Mei 2013].

George. J. (2001). Culture and Science Education: Developing World. [Online]. Tersedia disitus : http://www.id21.org/education/e3jg1g2.html. [Diakses 29 Mei 2013].

Ghozali, Zulfikar. (ed.).0 (1995). Sejarah Lokal, Kumpulam Makalah Diskusi. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Departemen P dan K.

Gredler, Margaret E. Bell. (1991). Learning and Instruction Theory Into Praktice. (terj. Munandir). Jakarta: Rajawali.

Gross. (1978). Social Studies for Our Times. New York : John Wiley & son. Guba, Eg & Lincolin YS. (1985). Naturalistik Inquiry. Bererly Hills CA: Sage Gunawan, Heri. (2012). Pendidikan Karakter, Konsep dan Implementasinya.

Bandung: Alfa Beta.

Hasan dkk. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.

Kemendiknas RI.

Hasan, Said Hamid. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Perguruan Tinggi. --- (2003). Strategi Peembelajaran Sejarah Pada Era Otonomi Daerah

Sebagai Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dalam Helius Sjamsudin dan Andi Suwirta, Historia Magistra Vitae, Menyambut 70

tahun Prof DR. Hj. Rochiati Wiriatmadja, MA. Bandung: Historia


(39)

--- (2012). Pendidikan Sejarah Indonesia, Isu dalam Ide Pembelajaran. Bandung: Rizki Press.

Hook, Sidney. (1943). The Hero in History: A Study in Limitation and Possibility, Boston. Massachusetts: Beacon Press.

Husen, A. et.all. (2010). Model Pendidikan Karakter. Jakarta: UNJ.

Ilahi, Muhamad Taqdir. (2012). Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Iskandar, Muhamad, et.al. (2000). Peran Elit Agama Pada Masa Revolusi

Kemerdekaan Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Ismaun. (2005). Filsafat Sejarah. Bandung: Historia Utama Press.

Jacobsen, David A, Eggen, Paul, and Kauchak, Donald. (2009). Methods For

Teaching. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Jarolimek, J. (1986). Social Studies in Elementary Education. Macmillan. Publishing Company and Colier Macmillan. Publishers: New York-London

Johnson, Elaine. (2001). Contextual teaching & Learning. What it is and why it’s

here to stay. Thousand Oaks, California: Corwin Press, Inc.

Joyce, Bruce & Marsha Weil. (1980). Models Of Teaching. New Jersey: Prentice– Hall, Inc. Second Edition.

Joyce, William & Janet E. Alleman, (1979). Teaching Social Studies In The

Elementary And Midle Schools. New York: Chicago San Fransisco

Kamarga, Hansiswany. (2012). Pembelajaran Sejarah Berbasis Teknologi Informasi, Perlukah?. Dalam Pendidikan Sejarah Untuk Manusia dan

Kemanusiaan: Refleksi Perjalanan Karir Akademik Prof. Dr. H. Said Hamid Hasan, MA. Jakarta: Bee Media Indonesia.

Kahin, George McTurnan. (1952). Nationalism and Revolution In Indonesia, Ithaca. New York: Cornell University Press.

Kartodirdjo, Sartono. (1966). Peasants' Revolt of Banten in 1888, Its Conditions,

and Sequel. A Case Study of Social Movement in Indonesia,

Verhandelingen van het Koninklijke Institut Taal, Land en Volkenkunde, dl. 50, s- Gravenhage-Martinus Nijhoff, dan terjemahannya oleh Hasan Basari dan Bur Rasbanto, Pemberontakan


(40)

--- (ed). (1978). Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

--- (1982). Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia Suatu

Alternatif, Jakarta: Gramedia.

--- (1992). Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

--- (1992). Pengantar Sejarah Indonesia Baru, Sejarah Pergerakan

Nasional (Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme), Jilid 2. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

--- (1994). Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 Jilid I Dari

Emporium Sampai Imperium. Jakarta: Gramedi Pustaka Utama.

Kemendiknas. (2010). Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Kochhar, S.K. (2008). Teaching Of History. (terj: Purwanta dan Yovita Hardiwati). Jakarta: Grasindo.

Koesoema, Doni A. (2011). Pendidikan Karakter. Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo, Edisi Revisi. Cetakan ke-3.

Kohn, Hans. (1944). The Idea of Nationalism. New York: Macmillan.

Kuntowijoyo. (1994). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. --- (1995). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.

Laurel, H. Robert. (1993). Perspektif dalam Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Lee, Hermione. (2009). Biography: A Very Short Introduction. Oxford University Press.

Lee, P. dan Ashby, R. (2001). Empathy, perspective taking, and rational understanding. Dalam O. L. Davis Jr., E. A. Yeager dan S. T. Foster (ed.). Historical Empathy And Perspective Taking In The Social

Studies. Oxford: Rowman & Littlefield, 21–50.

Lemin, Marion (1994). Values Strategies for classroom Teachers. Australia: Australian Cauncil for Educational Research Ltd.


(1)

Tutor Pendidikan Agama Islam Semester Gasal 2012/2013, Rabu, 3 Oktober 2012 di Ruang Sidang Utama LPPMP UNY. (Online) Tersedia di alamat situs: (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/ Dr.%20Marzuki,%20M.Ag./40.%20Implementasi%20Pendidikan%20K arakter%20Berbasis%20Nilai%20Agama.pdf). [Diakses 22 Nopember 2013].

Muhammad Iskandar dan Wahjuning M. Irsjam. (1992). “Sekitar Proklamasi di

Daerah Banten”, Laporan Hasil Penelitian, Fakultas Sastra Universitas

Indonesia, Depok.

Muhyiddin, Mansyur. (1990). “Karya Seorang Prajurit Asal Banten (K.H.

Sjam’un)”, Yayasan Al-Khaeriyah Citangkil Cilegon, Berdasarkan

Kumpulan Pengalaman Anak-anak K.H. Syam’un. Cilegon.

Muhyiddin, Mansyur. (t.th). “K.H. Syam’un Pejuang Kemerdekaan Asal Banten”. Makalah. Cilegon.

Pengurus Besar Perguruan Islam Al-Khaeryah. (1984). “Perguruan Islam Al-Khaeriyah dari Masa Ke Masa”. Cilegon. Perguruan Islam Al-Khaeriyah.

Permana, Rahayu. (2004). “Kyai Haji Sjam’un (1883-1949) Gagasan dan

Perjuangannya”. Tesis. Program Pasca Sarjana. Fakultas Sastra UI

Depok.

Pranowo, Dwiyanto Joko. (2013). “Implementasi Pendidikan Karakter Kepedulian Dan Kerja Sama Pada Mata Kuliah Keterampilan Berbicara Bahasa

Prancis Dengan Metode Bermain Peran”, Jurnal Pendidikan Karakter,

Tahun III, Nomor 2, Juni 2013, Universitas Negeri Yogyakarta,

(Online), Tersedia di alamat situs:

http://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/download/1442/1232.pdf [Diakses 23 Oktober 2013]

Purnamasari, Iin dan Wasino, (2011), “Pengembangan Model Pembelajaran

Sejarah Berbasis Situs Sejarah Lokal Di SMA Negeri Kabupaten

Temanggung”, Jurnal Paramita Vol. 21 No. 2 - Juli 2011 (ISSN:

0854-0039) Prodi IPS Program Pascasarjana Unnes. Hlm. 202-212.

Saleh, (t.th). “Riwatyat Hidup K.H. Syam’un”. Catatan pribadi mengenai K.H.

Syam’un. Cilegon.

Salirawati, Das, (2012), “Percaya Diri, Keinginan, dan Berjiwa Wirausaha Tiga

karakter Penting bagi Peserta Didik”, Yogyakarta, Jurnal Pendidikan

Karakter, Tahun II, Nomor 2, Juni 2012, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. (Online) Tersedia di alamat situs:


(2)

(http://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/download/1305/1086). [Diakses 22 Nopember 2013].

Sauri. (2009). “Pendidikan Nilai Pada Anak Dalam Perkembangan Teknologi

Global”, Makalah Seminar Nasional, Bandung, UPI, Tidak Diterbitkan.

(Online) Tersedia di alamat situs:

(Http://File.Upi.Edu/Direktori/Fpbs/Jur._Pend._Bahasa_Arab/1956042 01983011-Sofyan_Sauri/Seminar_2009/Pidato_Guru_Besar_Revisi Lengkap_Ok_Akhir 2b.Pdf). [Diakses 22 Nopember 2013].

Sedyawati, Edi. (2006). “Tentang Sumberdaya Budaya”, Sabda: Jurnal Kajian

Kebudayaan, Volume 1, Nomor 2, Desember 2006. Semarang: Fakultas Sastra Universitas Diponegoro.

Soebjantoro, “Pembelajaran IPS Dan Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar” (Online) Tersedia di alamat situs: http//ww./kippgri madiun.ac.id/ejournal/sios/default/files/soebjantoro%20%pembelajaran % ips % 20 % pendidikan % karakter_pdf. [Diakses 22 Nopember 2013].

Soedjatmoko. (1976). “Kesadaran Sejarah Dalam Pembangunan”, dalam Prisma No.7. Jakarta, LP3ES.

Swarika Aryanta, I Made dan Subali, Yohanes. (2011). “Peningkatan Kualitas

Proses Belajar dan Hasil Belajar Sejarah melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation pada Siswa Kelas VIIIh , Semester 2 SMP PGRI 5 Denpasar Tahun Pelajaran 2009/2010”, Universitas Mahasaraswati Denpasar, Jurnal Santiaji Pendidikan, Jilid 1, Nomor 2, Juli 2011. (Online) Tersedia di alamat situs: (http://www.unmas.ac.id/PDF/Edisi_1.pdf). [Diakses 23 Oktober 2013].

Suastra, I Wayan & Ketut Tika (2011). “Efektivitas Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal Untuk Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains dan Nilai Kearifan Lokal di SMP”. Jurnal JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011 (Online) Tersedia di alamat Situs: http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJL/article/download/ 144/138. [Diakses 22 Nopember 2013].

Subakti, Y.R, ( 2010). “Paradigma Pembelajaran Sejarah berbasis Konstruktivisme”.

(Online) Tesedia di alamat situs : http//www.usb.ac.id/lembaga/lppm/p 13/jurnal historia vitae/vol24.no.1 april 2010/ Paradigma Pembelajaran Sejarah YR subakti.pdf. [Diakses 22 Nopember 2013].

Suharto, (1995), “Revolusi Sosial di Banten, 1945-1946, Suatu Kajian Awal”,

Laporan Hasil Penelitian, Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1995, Depok.


(3)

--- (1995), “Banten Pada Akhir Masa Revolusi, 1948-1949, Suatu Studi

Awal”, Laporan Hasil Penelitian, Fakultas Sastra Universitas

Indonesia, 1995, Depok.

--- (1996), “Dinamika Suatu Daerah Terisolasi (Banten, Antara Dua Agresi Militer Belanda)”, Laporan Hasil Penelitian, Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Depok.

--- (2001). “Banten Masa Revolusi, 1945-1949, Proses Integrasi dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Disertasi, Program Pasca

Sarjana, Fakultas Sastra, UI Depok.

Supardan, Dadang. (2009). “History Learning On The Approach Of Multicultural

And Local, National, Global History Perspective For National Integration (A Quasi-Experimental Study On Senior High School Student In Bandung City)”. (Online) Tersedia di alamat situs:

(Http://File.Upi.Edu/Direktori/Fpips/Jur._Pend._Sejarah/195704081984 031-Dadang_Supardan/Artikel_Jurnal_Internasional.Pdf). [Diakses 22 Nopember 2013].

Supriyatna, Encep (2012). “Transformasi Pembelajaran Sejarah Berbasis Religi dan Budaya untuk Menumbuhkan Karakter Siswa”. Jurnal Internasional. (Online) Tersedia di alamat situs: (http//atikan.Jurnal.com/wp-contentaploads/2012/06/2. encep.upi-juni-12.pdf). [Diakses, 22 Nopember 2013].

--- (2013). “Menumbuhkan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajarn”. Jurnal Pendidikan Sejarah. UPI Bandung. (Online) Tersedia di situs: http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/19760105 2005011-Encep_Supriatna/Artikel_Berfikir_Kritis_Siswa.pdf. [Diakses, 22 Nopember 2013].

Supriatna, Nana. (2011). “Pengembangan Pendidikan Karakter Melalui Green

Curriculum dan Ecpedaggy dalam Pembelajaran IPS” (Makalah) disampaikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan IPS ke-1, 13-14 Juli 2011 di FPIPS UPI Bandung.

Surjadi, Soedirdja. (2008). “Revitalisasi Nilai-Nilai Kejuangan, Buletin Jati Diri”

Bangsa 2, 2008: 35- 41

Sutherland, M. B. (1986). “Education and Empathy”. British Journal of Education Studies, XXXIV(2), 142–151.

Syafrizal. (2002). “Pengajaran Sejarah lokal: Sejarah Kontemporer Sumatera Barat Sebagai Perbandingan”. Universitas Pendidikan Indonesia.


(4)

Historia, Jurnal Pendidikan Sejarah, Nomor 5 Vol. III 2002. (Online) Tersedia di alamat situs:

(http://fib.unand.ac.id/dosen/ilmu%20sejarah/syafrizal/2013/CURRICU LUM%20VITAE.pdf). [Diakses 22 Nopember 2013].

Tim Peneliti Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Sunan Gunung Djati

Serang. (1996).Dinamika Sistem Pendidikan Al-Khaeriyah Tentang

Arah Pembinaan dan Pengembangan dari Visi Keunggulan”, Laporan

Hasil Penelitian Kelompok IAIN “Sunan Gunung Djati”, Serang.

Wendra, I Yoman. (2005). “Pendekatan Inquiri Dalam Pembelajaran Sejarah

Indonesia”. Jurnal Pendidkan Ilmu Sosial. Universitas Pendidikan

Indonesia Vol. 13.No. 25. Juli- Desember 2005. Hal.29 -37. (Online) Tersedia di alamat situs: (http://e-journal. jurwidyakop3.com/ index.php/ejournal-noneksakta/article/download/117/103).

[Diakses 22 Nopember 2013].

Wineburg, S. S. (1991). “On The Reading of Historical Texts: Notes on The Breach Between School and Academy”. American Educational Research Journal, 28(3), 497–519.

Wiriaatmadja, Rochiati. (1992). “Peranan Pembelajaran Sejarah Nasional Indonesia dalam pembentukan identitas Bangsa (Upaya Peralihan Nilai-Nilai Integrasi Dalam Proses Sosialisasi Dan Enkulturasi Berbangsa Dikalangan Siswa SMK I BPK Penabur di Bandung)”. Disertasi. untuk Memperoleh Gelar Doktor Pendidikan ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Pascasarjaa IKIP Bandung.

Wiyani, Novan Ardy. (2011). “Peran Guru Dalam Penanaman Nilai-nilai

Kejujuran Melalui Kantin Kejujuran”, Jurnal Dialektika Prodi PGSD,

VOl 1 NO. 1 SEP – DES 2011 ISSN : 2089-3876 1, STKIP Islam

Bumiayu. (Online) Tersedia di alamat

situs:(http://provisi.ac.id/jurnal/index.php?journal=dialektika&page=art icle&op=download&path%5B%5D=2&path%5B%5D=2). [Diakses 22 Nopember 2013]

Yani, Ahmad. (2010). “Desain Pendidikan Karakter Dalam Konteks Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan”. Jurnal Pendidkan Ilmu Sosial. Universitas

Pendidikan Indonesia, Vol. 18. No. 35. Juli- Desember 2010. Hal.1-11.

Zakiyatul, Baydiyah, et.al. (2002). “Perjuangan Brigjen KH. Syam’un: Studi Tentang Perguruan Islam Al-Khaeriyah Citangkil Cilegon”. Laporan Hasil Penelitian Kelompok Jurusan Adab. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri.“Sultan Maulana Hasanuddin Banten” Serang, Banten.


(5)

--- (2002). “Perkembangan dan Pertumbuhan Perguruan Islam Al -Khaeriyah Citangkil Cilegon 1916-1945”. Skripsi. STAIN, “Sultan Maulana Hasanuddin Banten” Serang: Banten.

Zakso, Amrazi. (2012). “Internalisasi Nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kejuangan Dan Kesetiakawanan Sosial (K3KS) dalam Pembelajaran

Sejarah di Sekolah”. Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol.

16 3. No. 1. April2012, Universitas Tanjungpura, Pontianak. (Online) Tersedia di alamat situs:

(http://jurnal.untan.ac.id/index.php/JPSH/article/download/2218/2163). [Diakses 22 Nopember 2013].

Hasil Wawancara

a. Wawancara dilakukan tahun 2003

1) Hj. Mahdiyah, ( 75 tahun), istri K.H. Sjam’un yang ke empat, di Cilegon, 25 Juli 2003.

2) K.H. Fatullah Sjam’un, (63 tahun), putra K.H. Sjam’un, di Cilegon, 17 Februari 2003.

3) H. Sarbini, (84 tahun), alumnus Pesantren Citangkil angkatan pertama (1916-1924), di Cilegon, 8 Februari 2003.

4) K.H. Sidiq, (74 tahun ), alumnus Pesantren Al-Khaeriyah Citangkil, di Cilegon 18 Februari 2003.

5) K.H. Saleh, (75 tahun), alumnus Pesantren Al-Khaeriyah Citangkil, di Anyer, 17 Februari 2003.

6) K.H. Dzarqoni, (68 tahun), alumnus Pesantren Al-Khaeriyah Citangkil, di Jakarta, 28 Februari 2003.

b. Wawancara dengan Narasumber/Tokoh Banten

1) Prof. Dr. H. Tihami MA, Guru Besar IAIN Serang, dan sebagai Ketua Pengurus Besar Al-Khaeriah Cilegon, di Serang, 22 Juli 2014.

2) Drs. Wardi Musclih, M.Pd.I, sebagai tokoh Masyarakat Banten, di Serang, 20 Juli 2014.

3) Mufti Ali, Ph.D, sebagai Direktur Bantenologi, di Serang, 23 Juli 2013. 4) Drs. K.H. Hasannudin Hambali, M.Pd.I, sebagai tokoh masyarakat


(6)

5) Drs. H. Hikmatullah Sjam’un, M.M, sebagai cucu dari K.H. Sjam’un dan sebagai Pengurus Pesantren Al-Khaeriyah Cilegon, di Cilegon, 25 Juli 2014.

c. Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Al-Khaeriyah Cilegon

1) Hilman, M.Pd.I, sebagai Kepala sekolah SMA Al-Khaeriyah 4 Cilegon, di Cilegon, 22 Oktober 2013.

2) Drs. H. Suharjo Suryaraharja, sebagai Kepala sekolah SMA Al-Khaeriyah 3 Cilegon, di Cilegon, 21 September 2013.

3) H. Baddrussalam Latif, M.Pd, sebagai Kepala sekolah SMA Al-Khaeriyah Cilegon, di Cilegon, 15 Nopember 2013.

d. Wawancara dengan Guru Sejarah SMA Al-Khaeriyah Cilegon

1) Ibu Iceu Ratnawati, S.Pd, sebagai guru sejarah SMA Al-Khaeriyah 3 Cilegon, di Cilegon, 21 September 2013 dan 23 Maret 2014.

2) Irwan Rosadi, S.Pd, sebagai guru sejarah SMA Al-Khaeriyah 4 Cilegon, di Cilegon, 22 dan 28 Oktober 2013.

3) Suirot Rasyid, S.H.I, sebagai guru sejarah SMA Al-Khaeriyah Cilegon, di Cilegon, 15 dan 22 Nopember 2013.

e. Wawancara dengan Siswa SMA Al-Khaeriyah Cilegon

1) Anggi, siswa kelas XI IPA SMA Al-Khaeriyah 3 Cilegon, di Cilegon, 21 September 2013 dan 24 Maret 2014.

2) Siman, siswa kelas XI IPA SMA Al-Khaeriyah 3 Cilegon, di Cilegon, 21 September 2013 dan 24 Maret 2014.

3) Verawati, siswa kelas XI IPS SMA Al-Khaeriyah 1 Cilegon, di Cilegon, 15 dan 22 Nopember 2013.

4) Hendri, siswa kelas XI IPS SMA Al-Khaeriyah 1 Cilegon, di Cilegon, 15 dan 22 Nopember 2013.

5) Dewi, siswa kelas XII IPA SMA Al-Khaeriyah 4 Cilegon, di Cilegon, 22 dan 28 Oktober 2013.

6) Lukman, siswa kelas XII IPA SMA Al-Khaeriyah 4 Cilegon, di Cilegon, 22 dan 28 Oktober 2013.


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN BIOGRAFI TJONG A FIE DALAM MENGGALI NILAI MULTIKULTURALISME PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN SEJARAH:PENELITIAN NATURALISTIK PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL DI KELAS XI IPS SMA AL-ULUM MEDAN.

3 19 44

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PATRIOTISME SISWA MELALUI KAJIAN BIOGRAFI RADEN HAJI PRAWATASARI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH :Penelitian Naturalistik Inkuiri Di SMAN 1 Cianjur.

1 7 46

PEMBELAJARAN NILAI PATRIOTISME MELALUI MATERI SEJARAH LOKAL GEGER CILEGON 1888: Penelitian Naturalistik Inkuiri di SMAN 2 Kota Serang.

2 9 55

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SEJARAH YANG BERBASIS RELIGI DAN BUDAYA DI KAWASAN BANTEN LAMA : Suatu Kajian Transformatif Nilai-Nilai Religi dan Budaya dalam Pendidikan Sejarah di SMA.

1 6 90

implementasi nilai-nilai karakter K.H Ahmad Dahlan dalam pembelajaran kemuhammadiyahan kemuhammadiyahan di SMA muhammadiyah 1 Karanganyar.

0 0 8

Implementasi Nilai-Nilai Ketamansiswaan Dalam Pembelajaran Sejarah (Studi Di SMA Tamansiswa Malang) (Studi di SMA Mamansiswa Malang).

0 0 8

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI HUMANISME DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH (STUDI KASUS DI SMA MTA SURAKARTA).

0 0 18

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS NILAI PERJUANGAN K.H. SJAM’UN: Studi Naturalistik di SMA Al-Khaeriyah Cilegon - repository UPI D IPS 1102666 Title

0 0 3

PEWARISAN NILAI-NILAI PERJUANGAN K.H AHMAD SANUSI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH - repository UPI T SEJ 1402635 Title

1 1 3

PDF ini PERJUANGAN K.H. SJAMUN (Transformasi Nilai Kegigihan Dalam Pembelajaran Sejarah) | Permana | Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah 1 PB

0 5 6