PENGGUNAAN BIOGRAFI TJONG A FIE DALAM MENGGALI NILAI MULTIKULTURALISME PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN SEJARAH:PENELITIAN NATURALISTIK PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL DI KELAS XI IPS SMA AL-ULUM MEDAN.

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagaian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Ahmad Fakhri Hutauruk 1200947

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

Oleh:

Ahmad Fakhri Hutauruk

S.Pd. Universitas Negeri Medan, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Sejarah

© Ahmad Fakhri Hutauruk 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

PADA PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Naturalistik Pembelajaran Sejarah Lokal

di Kelas XI IPS SMA Al-Ulum Medan)

Oleh:

AHMAD FAKHRI HUTAURUK 1200947

Telah Disetujui dan Disahkan Oleh:

Pembimbing I,

Dr. Agus Mulyana, M.Hum NIP. 19660808 199103 1 002

Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP. 19570408 198403 1 003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia


(4)

Pernyataan Abstrak

Kata Pengantar Ucapan Terimakasih Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Pembelajaran Sejarah Menggunakan Biografi ... 10

1. Definisi Biografi ... 10

2. Pentingnya Biografi dalam Pembelajaran Sejarah ... 13

3. Pembelajaran Biografi dari Adejunmobi ... 16

B. Sejarah Lokal dalam Pembelajaran Sejarah ... 17

1. Definisi Sejarah Lokal ... 17

2. Pentingnya Sejarah Lokal dalam Pembelajaran Sejarah ... 20

3. Pembelajaran Sejarah Lokal ... 22

C. Nilai Multikulturalisme dalam Pembelajaran Sejarah ... 27

1. Defenisi Nilai ... 27

2. Defenisi dan Ruang Lingkung Multikulturalisme ... 30

3. Pembelajaran Multikultural dari James A Banks ... 34

D. Biografi Tjong A Fie ... 38


(5)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 58

A. Lokasi Penelitian ... 58

B. Metode Penelitian ... 58

C. Teknik Pengumpulan Data ... 61

1. Observasi ... 61

2. Wawancara ... 62

3. Dokumentasi ... 64

D. Teknik Analisis Data ... 65

1. Reduksi Data ... 66

2. Penyajian Data ... 68

3. Penarikan Kesimpulan dan Verfikasi ... 70

E. Verifikasi Data ... 71

1. Triangulasi ... 71

2. Member Check ... 72

3. Expert Opinion ... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74

A. Deskrispi Sekolah ... 74

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 78

1. Nilai-Nilai Multikultural dalam Biografi Tjong A Fie... 78

2. Pelaksanaan Pembelajaran Multikultural ... 92

3. Hasil Pembelajaran Multikultural ... 129

4. Kendala dan Solusi Pembelajaran ... 137

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 150

A. Kesimpulan ... 150

B. Rekomendasi ... 152

DAFTAR PUSTAKA ... 153


(6)

XI IPS SMA Al-Ulum Medan)

Penelitian ini dilatar belakangi lemahnya pembelajaran sejarah berbasis multikultural pada peserta didik jenjang SMA, karakteristik kota Medan yang multietnik menjadi dasar diberlakukannya pembelajaran sejarah menggunakan biografi Tjong A Fie. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana penggunaan biografi Tjong A Fie dalam mewujudkan multikulturalisme dalam pembelajaran sejarah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian naturalistik dengan teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis datanya dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa Pertama, nilai-nilai multikultural yang terkandung dalam biografi Tjong A Fie adalah mampu belajar hidup dalam perbedaan, membangun saling percaya (mutual trust), memelihara saling pengertian (mutual understanding), menjunjung sikap saling menghargai (mutual respect), terbuka dalam berpikir, apresiasi dan interdepedensi, dan resolusi konflik. Kedua, pada pelaksanaan pembelajaraan sejarah tersebut materi Tjong A Fie diajarkan oleh guru sebagai hidden curriculum, pembelajaran tersebut berlangsung di kelas dan Tjong A Fie Mansion dengan pendekatan pembelajaran CTL. Ketiga, pembelajaran yang dilakukan oleh guru menunjukkan peningkatan pemahaman peserta didik mengenai konsep multikulturalisme serta sikap dan perilaku Tjong A Fie yang mencerminkan nilai-nilai multikulturalisme, sehingga sikap dan perilaku yang mereka tampilkan selama proses pembelajaran adalah mampu belajar hidup dalam perbedaan, membangun saling percaya (mutual trust), memelihara saling pengertian (mutual understanding), menjunjung sikap saling menghargai (mutual respect), dan terbuka dalam berpikir. Keempat, beberapa kendala yang ditemukan dalam pembelajaran yaitu: kualifikasi guru yang tidak sesuai dengan bidang ajarnya, keterbatasan sumber atau referensi mengenai biografi Tjong A Fie. Adapun solusi untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan melakukan perencanaan belajar yang baik, dan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, menggunakan sumber belajar yang relevan yang diperoleh dari internet dan Tjong A Fie Mansion.

Penelitian ini merekomendasikan bahwa biografi Tjong A Fie dapat dijadikan alternatif bagi dan siswa dalam melangsungkan proses pembelajaran dan mengembangkan kompetensi multikulturnya. Bagi peneliti, yang akan melakukan penelitian sejenis dapat menjadikan penelitian ini sebagai rujukan dalam mengembangkan pembelajaran yang berbasis multikulturalisme.


(7)

ABSTRACT

Hutauruk, Ahmad Fakhri. Using The Biography of Tjong A Fie to Explores The Value of Student’s Multiculturalism in Learning History (The Naturalistic of Research about Local History of Learning in XI IPS SMA Al-Ulum Medan)

The background of this research is the lack of teaching history about multicultural for high school level students, the characteristics of the multi-ethnic city of Medan became the basis of the implementation of the teaching of history using Tjong A Fie biography. The purpose of this study to describe and analyze how the use of Tjong A Fie's biography to realize multiculturalism in teaching history. The research methods that used in this study was a naturalistic research methods with techniques of data collection was done by observation, interview and documentation. While the techniques of data analysis done with the data reduction, data presentation and withdrawal of conclusion.

The results of research showed that the first, multicultural values in the biography of Tjong A Fie that we can survive to live in the diversity, mutual trust, mutual understanding, mutual respect, open minded , appreciation and interdependence, and conflict resolution. Second, the implementation of learning about Tjong A Fie as the hidden curriculum, the learning is in the classroom and Tjong A Fie Mansion with CTL’s learning approach. Third, the teacher showed students improved understanding the concept of multiculturalism as well as the attitudes and behavior of Tjong A Fie that reflect the values of multiculturalism, so the attitudes and behavior that they show during the learning process can make us survive to live in the diversity, mutual trust, mutual understanding, mutual respect, and open minded. Fourth, some problems were found in the study, likes a teacher qualifications does not the major, the limitations of the source or reference regarding about Tjong A Fie’s biography. The solutions to solve this problem that do a good planning for teaching, use the contextual approach, use learning resources obtained from the internet and Tjong A Fie Mansion.

This study recommends that the biography of Tjong A Fie can be alternative learning and develop the multicultural competence for students. For researchers, who want to do a similar research can make this study as a reference in developing learning-based multiculturalism.


(8)

1

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu bagian penting dalam pembelajaran sejarah di Indonesia adalah mengenalkan tokoh atau pelaku sejarah kepada peserta didik. Tokoh atau pelaku sejarah memiliki peran sangat besar dalam mempengaruhi pola pikir dan perilaku peserta didik. Namun, penggunaan biografi seorang tokoh dalam pembelajaran sejarah masih sangat kurang dimanfaatkan oleh guru, sehingga memberikan dampak pembelajaran yang kurang bermakna.

Seperti yang terjadi di sekolah SMA Al-Ulum Medan, merupakan salah satu sekolah berbasis agama Islam di Kota Medan. Sekolah-sekolah yang berbasis keagamaan cenderung terkesan sangat ekslusif, seperti sekolah ini eksklusif dengan pola pikir dan perilaku yang ditampilkan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga sekolah terkesan menutup diri dalam memandang hal-hal yang berbeda di luar sekolah tersebut.

Sebagai salah satu sekolah yang berada di tengah kota Medan dengan kehidupan masyarakat yang majemuk baik dari etnik, ras maupun agama. Pihak sekolah harusnya menyadari akan kemajemukan tersebut dan mau membuka diri dengan berusaha mengenalkan dan mempelajari tokoh-tokoh non Islam yang memiliki kontribusi bagi kemajuan bangsa Indonesia, khususnya di kota Medan. Sekolah tidak hanya fokus dalam mempelajari tokoh-tokoh Islam saja. Hal ini dikarenakan, agama Islam merupakan “rahmatan lil alamin” yang artinya rahmat

bagi semua. Dengan demikian, dapat ditelusuri bagaimana ajaran-ajaran Islam yang berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Oleh karena itu, sekolah yang berbasis agama Islam tidak menutup diri untuk belajar dari orang-orang yang beragama non Islam.

Dengan mengenalkan dan mempelajari tokoh non Islam tersebut, peserta didik dapat mengetahui dan menganalisa bagaimana kehidupan seorang tokoh


(9)

yang berbeda dengannya baik etnik, ras maupun agama sehingga peserta didik dapat memahami bahwa perbedaan yang terdapat dalam kehidupan bermasyarakat bukanlah sesuatu yang dianggap sebagai masalah dan ancaman, melainkan suatu hal yang dapat dijadikan sebagai kekuatan besar dalam meraih kemajuan bersama. Dalam mewujudkan pembelajaran di atas, guru mempunyai peran penting pada proses pembelajaran tersebut. Guru berperan sebagai ujung tombak dari pendidikan, harus mampu menyikapi kemajemukan masyarakat yang terdapat di Kota Medan, serta memanfaatkan perbedaan tersebut sebagai materi pembelajaran. Guru dapat melakukan pendidikan berbasis multikulturalisme. Hal tersebut diharapkan tidak hanya memberi pengetahuan bagi peserta didik, namun diharapkan juga peserta didik mampu mengaktualisasikan nilai tersebut dengan menampilkan sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai multikultural dalam kehidupan bermasyarakat.

Di Indonesia, pendidikan multikultural termasuk wacana yang relatif baru dan dipandang sebagai suatu pendekatan yang lebih sesuai bagi masyarakat Indonesia yang heterogen, terlebih pada masa otonomi dan desentralisasi yang dilakukan sejak tahun 1999/2000. Secara langsung atau tidak, kebijakan otonomi daerah tersebut berdampak pada dunia untuk menciptakan otonomi pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan multikultural yang dikembangkan di Indonesia sejalan dengan pengembangan demokrasi yang dijalankan seiring dengan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Apabila tidak dilaksanakan dengan hati-hati, kebijakan ini justru akan menjerumuskan kita ke dalam perpecahan nasional (disintegrasi bangsa) (Mahfud, 2013:6).

Seperti yang dikemukan oleh Kymlicka (2002:14) bahwa “Multikulturalisme merupakan keberagaman budaya atau multi budaya yang terdapat dalam suatu negara tertentu, di mana „bangsa‟ berarti komunitas historis, kurang lebih lengkap secara institusional, menduduki suatu wilayah atau tanah tertentu, mempunyai bahasa dan kebudayaan tersendiri”.

Selanjutnya Dantes dkk (2008:57) menjelaskan bahwa “Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peranan dan fungsi yang sangat strategis dalam


(10)

mencerminkan pemahaman dan kesadaran (literasi) multikultural”. Oleh karena itu, pembelajaran multikultural perlu dikembangkan, sehingga peserta didik dapat memahami bahwa mereka hidup di lingkungan dengan masyarakat yang majemuk.

Agar pendidikan multikultural berjalan dengan efektif, salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru ialah dengan menyelipkan materi-materi pembelajaran sejarah yang mengandung nilai multikulturalisme agar nilai-nilai tersebut dapat diaktualisasikan oleh peserta didik. Hal ini dikarenakan, pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang sarat dengan nilai-nilai. Dengan demikian, nilai tersebut akan ditanamkan pada peserta didik melalui materi pelajaran sejarah, sehingga peserta didik dapat menganalisis dan mengaktualisasikan nilai tersebut didalam dirinya.

Mahfud (2013:216) menjelaskan bahwa pentingnya pembelajaran berbasis multikultural dilaksanakan di Indonesia, karena mampu menjadi sarana transformasi bagi peserta didik dalam memahami multikulturalisme bangsanya, antara lain: (1) sebagai sarana alternatif pemecahan konflik; (2) sarana transformasi nilai-nilai budaya bangsa; (3) sebagai landasan pengembangan kurikulum nasional; dan (4) menuju masyarakat Indonesia yang multikultural.

Pada pelaksanaan pembelajaran sejarah berbasis multikulturalisme, guru terlebih dahulu mendesain pembelajaran sejarah tersebut agar menciptakan terobosan baru dalam menggali nilai multikulturalisme peserta didik melalui pembelajaran sejarah. Guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga peserta didik merasa tertarik dan dapat memahami konsep multikulturalisme dengan baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan melakukan pembelajaran sejarah lokal.

Sejarah lokal adalah kisah masa lampau dari kelompok masyarakat tertentu yang berada pada geografis terbatas. Sejarah lokal adalah studi tentang kehidupan masyarakat atau khususnya komunitas dari suatu lingkungan sekitar (neighborhood) tertentu dalam dinamika perkembangannya dalam berbagai aspek kehidupan manusia (Winarti, t.t:4).


(11)

Pada pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal di sekolah, guru dapat menggunakan biografi tokoh-tokoh yang terdapat di tempat tinggalnya untuk digunakan sebagai materi pembelajaran sejarah, sehingga peserta didik dapat mengambil nilai-nilai keteladanan dalam hal sikap dan perilaku yang ditampilkan oleh tokoh tersebut. Dengan demikian, akan mempermudah guru dalam memberikan penjelasan mengenai konsep multikulturalisme karena sumber belajar yang dekat dengan lingkungan peserta didik.

Pada pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal mengenai biografi seorang tokoh yang ada di Medan, guru dapat menggunakan biografi Tjong A Fie dalam menanamkan nilai multikulturalisme pada peserta didik. Tjong A Fie merupakan salah satu tokoh beragama non Islam yang memiliki peran penting dalam pembangunan di Sumatera Timur, terutama kota Medan. Tjong A Fie adalah seorang Mayor Tionghoa di Sumatera Timur. Pangkat Mayor yang disandang oleh Tjong A Fie merupakan gelar yang diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda yang berasal dari kata “Majoor der Chineezen” yang artinya kepala daerah/wilayah. Tjong A Fie mempunyai tugas untuk mengurus keamanan dan masalah-masalah dalam komunitasnya sendiri/etnik Tionghoa yang ada di Sumatera Timur.

Biografi Tjong A Fie dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran sejarah karena sikap dan perilakunya mencerminkan nilai-nilai multikultural dalam kehidupan bermasyarakat. Walaupun beliau ber-etnik Tionghoa, namun beliau tidak pernah mempermasalahkan mengenai etnik, agama dan ras seseorang dalam memberikan bantuannya kepada orang lain. Adapun kontribusi Tjong A Fie bagi kota Medan adalah memberikan sumbangan untuk membangun Mesjid Raya Almashum, Istana Maimoon, Mesjid Lama Gang Bengkok, Gereja di Jalan Uskup Agung Sugiopranoto, Balaikota Lama, Kuil Budha China di Brayan, Kuil Hindu dan Jembatan Kebajikan Zainul Arifin. Selain itu, beliau juga mempekerjakan sekitar 10.000 orang buruh untuk mengurus lahan perkebunan milik Tjong bersaudara tanpa memandang etnik, agama dan ras orang tersebut.


(12)

Penggunaan biografi tokoh Tjong A Fie dalam pembelajaran sejarah bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan peserta didik mengenai konsep multikulturalisme, serta memandang bahwa peserta didik merupakan bagian dari masyarakat majemuk yang terdapat di kota Medan. Dengan demikian, akan memperkecil kemungkinan terjadinya konflik antar etnik, ras maupun agama dikemudian hari.

Hal ini dikarenakan, dalam sejarah juga tercatat bahwa orang-orang Tionghoa juga memiliki peran penting dalam pembangunan kota Medan terutama dalam bidang ekonomi, sehingga Medan menjadi salah satu kota besar di Indonesia. Walaupun Tjong A Fie keturunan etnik Tionghoa akan tetapi sikapnya “netral” terhadap etnik lain. Oleh karena itu, guru harus mampu menggali lebih dalam bagaimana kehidupan Tjong A Fie selama hidup di kota Medan, agar nilai-nilai yang terkandung dalam biografi tersebut dapat dijadikan panutan bagi peserta didik.

Sekolah yang akan diteliti lokasinya tidak jauh dari rumah Tjong A Fie yang berada di wilayah Kesawan Medan. Berdasarkan hasil observasi peneliti sebelumnya, secara kultural peserta didik di sekolah tersebut sangat beragam karena ada yang berasal dari etnik Minang, Batak, Mandailing, Karo, Jawa, Melayu dan Aceh. Namun, pada pelaksanaan sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai multikultural dalam sekolah tersebut masih memiliki kekurangan.

Oleh karena itu, peserta didik perlu menganalisa lebih jauh bagaimana peran dari tokoh-tokoh yang beragama non Islam termasuk orang Tionghoa di masa lalu, yang menjadikan kota Medan lebih maju dan berkembang seperti sekarang. Peserta didik tidak lagi membeda-bedakan seseorang berdasarkan etnik, ras maupun agama. Tidak ada lagi kelompok yang menganggap bahwa mereka lebih superior dibandingkan etnik lain, karena semuanya sama dan bekerjasama dalam membangun bangsa ini menjadi lebih baik.

Permasalahan inilah yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam mengenalkan konsep multikulturalisme. Melalui proses pembelajaran sejarah lokal yang ada di kota Medan, akan menambah pengetahuan dan wawasan peserta


(13)

didik sehingga mereka tidak memiliki pandangan-pandangan negatif terhadap etnik, ras maupun agama yang lain. Selanjutnya, peserta didik dituntut untuk menampilkan sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai multikultural dalam kehidupan bermasyarakat baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.

Apabila guru tidak mampu mengelola kemajemukan etnik yang terdapat di lingkungan sekolah, maka tidak akan menghasilkan tatanan kehidupan yang dilandasi prinsip kesetaraan. Hal tersebut berpotensi mendorong munculnya sikap otoriter yang mengagungkan karakter budayanya masing-masing, sehingga dapat memicu konflik dikemudian hari.

Oleh karena itu, pendidikan sejarah memiliki peran penting dalam menanamkan nilai multikulturalisme dalam diri peserta didik, serta menghindari konflik antar etnik, ras maupun agama yang mungkin terjadi di kemudian hari. Hal ini dipertegas oleh Hasan (2012:4) yang mengemukakan bahwa “Sejarah adalah media pendidikan yang memiliki kemampuan untuk membangun “collective memory” sebagai bangsa. Keragaman dalam budaya, sosial, ekonomi

dan etnik merupakan suatu hal yang dapat menjadi kekuatan pemecah terkecuali jika dalam keragaman itu ada persamaan dalam cita-cita dan perjuangan”.

Hal yang senada juga dikemukakan oleh Gazalba (1981:viii) mengenai pentingnya pendidikan sejarah bahwa “Meskipun sejarah membicarakan masa lalu, tetapi yang menjadi perhatian sesungguhnya adalah masa kini, dan tujuannya adalah masa datang”. Oleh karena itu, perlu menciptakan masyarakat yang memiliki pemahaman multikultural di kota Medan, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengenalkan biografi Tjong A Fie kepada peserta didik.

Hal ini dikarenakan tokoh tersebut berada di lingkungan SMA Al-Ulum Medan. Adapun tujuan penggunaan biografi Tjong A Fie dalam pembelajaran sejarah adalah agar dapat menanamkan nilai-nilai multikultural yang terkandung dalam biografi tersebut, sehingga peserta didik mampu menghargai perbedaan baik etnik, ras maupun agama yang ada di kota Medan, menampilkan sikap dan


(14)

perilaku yang mencerminkan nilai-nilai multikultural serta bekerjasama dalam membangun kota Medan menjadi lebih baik.

Selanjutnya, hal ini dipertegas oleh Hasan (2012:7) yang menyatakan bahwa “Tujuan pendidikan sejarah pada jenjang SMA sudah berkembang mengarah kepada pemahaman secara mendalam berbagai peristiwa sejarah yang dianggap penting untuk membangun kemampuan berpikir kritis, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, kepedulian sosial dan semangat kebangsaan”.

Oleh karena itu, penelitian ini akan dilakukan pada peserta didik kelas XI IPS karena pada jenjang tersebut peserta didik telah mampu untuk menganalisis setiap materi yang disampaikan oleh guru sehingga substansi dari materi tersebut dapat dicerna dan dilaksanakan oleh peseerta didik.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul "Penggunaan Biografi Tjong A Fie dalam Menggali Nilai Multikulturalisme Peserta Didik pada Pembelajaran Sejarah (Penelitian Naturalistik Pembelajaran Sejarah Lokal di Kelas XI IPS SMA Al-Ulum Medan)”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Nilai-nilai multikulturalisme apa yang terkandung dalam biografi Tjong A Fie?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal dengan menggunakan biografi Tjong A Fie di kelas XI IPS SMA Al-Ulum Medan?

3. Bagaimana hasil pembelajaran sejarah dengan menggunakan biografi Tjong A Fie?

4. Apa kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dan peserta didik serta bagaimana solusinya dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan biografi Tjong A Fie di SMA Swasta Al-Ulum Medan?


(15)

C. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana penggunaan biografi Tjong A Fie dalam mewujudkan multikulturalisme dalam pembelajaran sejarah.

b. Tujuan Khusus

1. Mengetahui nilai-nilai multikulturalisme yang terkandung dalam biografi Tjong A Fie.

2. Mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal dengan menggunakan biografi Tjong A Fie di kelas XI IPS SMA Al-Ulum Medan. 3. Mengetahui bagaimana hasil pembelajaran sejarah dengan menggunakan

biografi Tjong A Fie.

4. Mengetahui kendala yang dihadapi oleh guru dan peserta didik serta bagaimana solusinya dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan biografi Tjong A Fie di SMA Swasta Al-Ulum Medan.

D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

1. Untuk menambah pengetahuan bagi guru/calon guru sejarah secara teori tentang penggunaan materi sejarah lokal dalam pembelajaran sejarah. 2. Memberikan kontribusi bagi guru dalam merancang dan melaksanakan

materi sejarah lokal dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan biografi seorang tokoh untuk mewujudkan multikulturalisme dalam pembelajaran sejarah di sekolah.

3. Sebagai bahan perbandingan untuk memberikan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang relevan di kemudian hari.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi guru dan sekolah, penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan pengayaan tenaga pengajar/guru sejarah dalam mengintegrasikan materi


(16)

sejarah lokal dalam pembelajaran sejarah yang mengandung konsep multikulturalisme.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian/pertimbangan bagi kepala sekolah bagian kurikulum dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan, serta meningkatkan kualitas guru baik dari kesiapan guru, sarana prasarana, metode pembelajaran, serta kendala yang mungkin terjadi dalam penyampaian substansi materi yang mengandung konsep multikulturalisme dalam pembelajaran sejarah.


(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Perguruan Islam SMA Swasta Al-Ulum Medan. Peneliti memilih SMA Al-Al-Ulum disebabkan oleh beberapa hal, yakni: (1) Lokasi sekolah yang tidak jauh dari rumah Tjong A Fie yakni terletak di Jalan Cemara No. 10 Kelurahan Kota Matsum II Kecamatan Medan Area Kota Medan Provinsi Sumatera Utara, dan (2) Secara kultural peserta didik di SMA Al-Ulum sangat beragam karena ada yang berasal dari etnik Minang, Batak Toba, Mandailing, Karo, Jawa, Melayu dan Aceh.

Selain sekolah, adapun pemilihan biografi Tjong A Fie yang digunakan dalam penelitian ini disebabkan beberapa hal, yakni: (1) Tjong A Fie adalah salah satu tokoh yang sikap dan perilakunya mencerminkan nilai-nilai multikultural, (2) Dari tinjauan historis, Tjong A Fie memiliki kontribusi yang besar untuk kemajuan kota Medan terutama dalam pembangunan ekonomi kota Medan, (3) Rumah Tjong A Fie dijadikan sebagai Heritage, arsitektur bangunan yang mencerminkan multikultural dari segi bentuk dan coraknya, dan (4) Materi sejarah lokal dengan penggunaan Biografi Tjong A Fie diajarkan pada peserta didik kelas

XI IPS semester genap dalam materi “Perkembangan Pengaruh Barat Terhadap Kehidupan Masyarakat Indonesia”.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif (Qualitative Reaseach) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap kepercayaan, pemikiran orang secara individu maupun kelompok (Syaodih, 2005:60).

Lebih lengkap Creswell (1998:15) mendefinisikan penilitan kualitatif sebagai berikut:


(18)

“Qualitative research is an inquiry proces of understanding based on distincet mefhological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyses words, reports detailed views of informants, and conduct the study in a natural setting”. Penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian yang menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks yang bersifat holistik, menganalisa kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah.

Dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan, ditarik simpulan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti sebagai instrument kunci.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk naturalistik. Penelitian naturalistik adalah penelitian yang ingin mengungkapkan perilaku manusia dalam konteks natural atau alamiah, bulat dan menyeluruh. Sehingga data yang diperoleh benar-benar asli dari objeknya. Oleh karena itu, Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).

Sesuai dengan karakteriktik naturalistik yang telah dipaparkan maka dalam pengumpulan data tersebut peneliti bersifat emic, yaitu pandangan yang berdasarkan sumber data, bukan dari pandangan peneliti. Metode naturalistik dipilih karena metode naturalistik dapat mengungkapkan pengetahuan yang tidak terkatakan, seperti perilaku subjek penelitian yang dapat diamati seperti perhatian, keseriusan, dan ekspresi informan pada saat wawancara maupun saat melakukan kegiatan. Selain itu, dari karakteristik naturalistik yang telah dipaparkan tergambar dari tujuan penelitian yang ingin memperoleh gambaran bagaimana proses pembelajaran sejarah menggunakan biografi Tjong A Fie di SMA Al-Ulum. Oleh karena itu, peneliti akan fokus pada bagaimana cara guru menggunakan biografi Tjong A Fie dalam pembelajaran sejarah di kelas, bagaimana respon peserta didik, metode yang digunakan dalam pembelajaran, media yang digunakan dalam proses belajar mengajar sampai pada penilaian.


(19)

Selain itu, dalam penelitian naturalistik menawarkan pengambilan sampel secara purposif, yaitu pengambilan sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Dalam hal ini peneliti mengambil subjek penelitian peserta didik kelas XI IPS di SMA Swasta Al-Ulum Medan. Berdasarkan hasil observasi peneliti sebelumnya etnik peserta didik di sekolah tersebut sangat beragam, yakni: etnik Minang, Batak Toba, Mandailing, Karo, Jawa, Melayu dan Aceh. dengan demikian, peserta didik yang ada di sekolah tersebut sangat multikultural, sehingga akan mempermudah peneliti untuk mengungkapkan realitas kegiatan pembelajaran sejarah dengan menggunakan biografi Tjong A Fie dengan cara mengumpulkan data yang bersifat deskriptif melalui kegiatan observasi atau pengamatan pada proses pembelajaran, serta melakukan wawancara dengan guru dan peserta didik.

Selanjutnya pelaksanaan metode kualitatif menempuh beberapa langkah kerja, yaitu pengumpulan data, klarifikasi data, pengolahan atau penganalisisan data, penyusunan laporan, serta pembuatan kesimpulan dengan tujuan utama membuat gambaran hasil penelitian secara objektif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara observasi dan studi pustaka mengenai sejarah lokal Kota Medan, kemudian dilakukan klarifiaksi berupa materi sejarah Kota Medan dari bagian sejarah nasional (kehidupan Tjong A Fie) Kemudian diintegrasikan ke dalam pokok dan sub pokok bahasan sejarah nasional.

Adapun indikator yang dipakai dalam proses penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) belajar hidup dalam perbedaan, (2) membangun saling percaya (mutual trust), (3) memelihara saling pengertian (mutual understanding), (4) menjunjung sikap saling menghargai (mutual respect), (5) terbuka dalam berpikir, (6) apresiasi dan interdepedensi, (7) resolusi konflik dan (8) rekonsiliasi nir kekerasan (Tilaar, 2004).

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah untuk mendapatkan data.


(20)

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, maka meTtode yang digunakan untuk proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasi adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk mengamati, mencatat dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dari hasil yang dicapai. Tujuan utama dari observasi adalah untuk memantau proses, hasil dan dampak perbaikan pembelajaran yang direncanakan.

Black dan Champion (2009:286) mengemukakan bahwa “Observasi yakni

mengamati dan mendengarkan perilaku seseorang selama beberapa waktu, tanpa melakukan manipulasi atau pengendalian serta mencatat penemuan yang memungkinkan atau memenuhi syarat untuk digunakan ke dalam tindakan

penafsiran analisis”.

Adapun manfaat observasi menurut Patton (Nasution, 1988) adalah: a. Peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam

keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh padangan yang holistik atau menyeluruh.

b. Dengan observasi, maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. c. Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau

tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam

lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dank arena itu tidak

akan terungkapkan dalam wawancara.

d. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga. e. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar

persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

f. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.

Pada kegiatan observasi, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan panduan observasi guna melihat persiapan yang dilakukan oleh guru pada saat menyampaikan materi sejarah lokal mengenai Tjong A Fie. Dimana guru harus menyesuaikan materi Tjong A Fie pada SK dan KD yang tepat, serta materi pembelajaran. Kemudian melihat bagaimana guru mendesain pembelajaran mulai


(21)

dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas dan Tjong A Fie Mansion. Selain itu, peneliti juga melihat bagaimana metode, media, sumber belajar, evaluasi yang dilakukan oleh guru pada pembelajaran sejarah lokal menggunakan biografi Tjong A Fie.

Selanjutnya, observasi yang peneliti lakukan pada peserta didik adalah melihat bagaimana respon peserta didik ketika guru mengenalkan biografi Tjong A Fie kepada peserta didik. Selain itu, melihat aktivitas peserta didik pada saat kegiatan pembelajaran di kelas dan Tjong A Fie Mansion, bagaimana peserta didik melakukan diskusi dan bertanya kepada guru, guide dan temannya pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, sehingga peneliti menemukan sikap dan perilaku peserta didik yang mencerminkan nilai-nilai multikulturalisme. Dengan demikian data yang diperoleh melalui observasi dapat mendukung penelitian.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Black dan Champion (2009:305) mengemukakan bahwa “Wawancara adalah suatu kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan mendapatkan informasi. Di samping akan mendapatkan gambaran yang menyeluruh juga akan

mendapatkan informasi yang penting”.

Dalam penelitian ini akan dilakukan wawancara kepada guru yang mengajar mata pelajaran sejarah sehingga dapat diketahui bagaimana permasalahan yang dihadapi dalam pengajaran sejarah lokal dan sekaligus mencari solusi ketika proses pembelajaran mengalami kendala. Sedangkan wawancara dengan peserta didik dilakukan untuk mengetahui tanggapan peserta didik tentang pembelajaran sejarah dengan menggunakan biografi Tjong A Fie.

Wawancara atau interview digunakan juga untuk mengungkap tentang metode dan sumber belajar yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan


(22)

materi yang disampaikan oleh guru. Sehingga membantu memecahkan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini.

Adapun yang menjadi bahan wawancara kepada guru sejarah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pandangan guru mengenai pentingnya pendidikan multikulturalisme dalam pendidikan sejarah.

2. Bagaimana cara guru dalam menanamkan pendidikan multikultural kepada peserta didik melalui pembelajaran sejarah.

3. Bagaimana penggunaan biografi Tjong A Fie dalam proses pembelajaran sejarah.

4. Aspek-aspek apa saja yang terkandung dalam biografi Tjong A Fie yang mencerminkan sikap multikultural.

5. Bagaimana pandangan guru mengenai keragaman etnik peserta didik sebagai bahan pendidikan multikultural melalui biografi Tjong A Fie. 6. Bagaimana harapan guru dalam penggunaan biografi Tjong A Fie yang

berorientasi pada pendidikan multikultural.

Selain dengan guru, wawancara juga dilakukan kepada peserta didik. Adapun pedoman wawancara peneliti dengan peserta didik adalah:

1. Bagaimana pandangan peserta didik terhadap multikulturalisme?

2. Bagaimana pandangan peserta didik dalam memahami keragaman latar belakang etnik, agama dan ras yang ada disekitarnya.

3. Bagaimana padangan peserta didik pada saat menemukan realita di masyarakat bahwa diantara teman-temannya terdapat perbedaan.

4. Bagaimana pandangan peserta didik terhadap tokoh Tjong A Fie.

5. Bagimana pandangan peserta didik ketika guru sejarah menggunakan biografi Tjong A Fie dalam proses kegiatan belajar mengajar untuk menanamkan nilai multikulturalisme.

6. Bagaimana harapan peserta didik setelah mempelajari keberagaman melalui biografi Tjong A Fie dalam pembelejaran sejarah.


(23)

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2013:240).

Dalam mengumpulkan data melalui dokumentasi, peneliti memanfaatkan catatan milik guru berupa hasil kerja peserta didik, baik hasil test tertulis maupun makalah peserta didik hasil kunjungan ke Tjong A Fie Mansion. Selain itu, data diperoleh juga dari perangkat belajar yang digunakan oleh guru (program tahunan, program semester, silabus, dan rpp). Data-data yang diperoleh dari dokumentasi tersebut, akan dimanfaatkan oleh peneliti untuk melihat bagaimana pemahaman guru dan peserta didik terhadap konsep multikulturalisme dalam pembelajaran sejarah.

Creswell (1998: 201-203) membagi prosedur verifikasi penelitian kualitatif sebagai berikut :

1. Perpanjang waktu kerja dan observasi yang gigih (prolongedengagement

and persistentobservation) dilapangan termasuk membangun kepercayaan dengan para partisipan, mempelajari budaya, dan saling mencek informasi yang berasal dari distorsi yang dibuat oleh peneliti atau informan. Pada saat di lapangan peneliti akan membuat keputusan-keputusan yang penting/menonjol untuk dikaji, relevan dengan maksud kajian, dan perhatian untuk difokuskan.

2. Triangulasi (triangulation), menggunakan seluas-luasnya sumber-sumber yang banyak dan berbeda, metode-metode, dari para peneliti, dan teori-teori untuk menyediakan bukti-bukti yang benar (corroborativeevidence).


(24)

3. Review sejawat (peer review) atau menyiapkan suatu cek eksternal dari proses penelitian; teman sejawat itu menanyakan pertanyaan-pertanyaan sulit tentang metode, makna dan interpretasi penelitian dari peneliti.

4. Klarifikasi bias peneliti (clarifing reasearcher bias) sejak awal dari penelitian adalah penting sehingga pembaca memahami posisi peneliti dan setiap bias atau asumsi-asumsi yang berdampak pada penelitian. Dan klarifikasi ini, peneliti mengomentari pengalaman-pengalaman sebelumnya, bias-bias, prasangka-prasangka dan orientasi-orientasi yang mungkin membentuk interpretasi-interpretasi dan pendekatan pada kajian. 5. Cek anggota (member checks) peneliti mengumpulkan/mencari/memohon

(solicit) pandangan-pandangan para informan tentang kredibilitas dari temuan dan interpretasi-interpretasi. Teknik ini menurut Lincon dan Guba adalah teknik yang paling kritis untuk menegakkan kreadibilitas. Pendekatan ini sangat umum dalam kajian kualitatif, termasuk pengambilan data, analisis, interpretasi, dan kesimpulan-kesimpulan yang kembali kepada partisipan sehingga mereka dapat mempertimbangkan akurasi dan kredibilitas dari cerita/narasi.

D. Teknik Analisis Data

Pada penelitian kualitatif analisis data bersifat induktif, sehingga peneliti akan melakukan penelitian dengan mengamati atau observasi bagaimana keadaaan yang terjadi di kelas, seperti aktivitas guru dan peserta didik. Hal ini dilakukan secara terus menerus sepanjang penelitian untuk mengumpulkan data yang sesuai sampai penelitian ini berakhir. Selanjutnya Bogdan (1990) mengemukakan

“Analisis dalam penelitian kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lian. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari


(25)

Sutopo (1992:33) menjelaskan bahwa dalam prosesnya, analisis penelitian kualitatif dilakukan dalam tiga macam kegiatan, yakni: (1) analisis dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data, (2) analisis dilakukan dalam bentuk interaktif, sehingga perlu adanya perbandingan dari berbagai sumber data untuk memahami persamaan dan perbedaannya, dan (3) analisis bersifat siklus, artinya proses penelitian dapat dilakukan secara ulang sampai dibangun suatu simpulan yang dianggap mantap.

Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan analisis model interaktif. Model interaktif digunakan karena dianggap lebih tepat untuk memenuhi persyaratan dalam melakukan analisis data. Analisis interaktif terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan/verifikasi (Miles dan Huberman, 1992:16).

Analisis yang dilakukan oleh peneliti merupakan kegiatan lanjutan dari langkah data, oleh karena itu, sesuai dengan pendapat yang telah dipaparkan sebelumnya maka peneliti akan mencoba untuk menafsirkan temuan hasil penelitian yang di dasarkan pada pembelajaran sejarah menggunakan biografi. Adapun tujuan melakukan penafsiran terhadap temuan tersebut adalah untuk mendapat sebuah gambaran tentang masalah yang akan di teliti sehingga dapat dianalisis dengan menggunakan berbagai penjelasan, perbandingan, sebab-akibat serta deskriptif.

1. Reduksi Data

Miles dan Huberman (1992:16) menjelaskan bahwa reduksi data dapat

diartikan sebagai “Proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan, dan transforasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis

di lapangan”. Selanjutnya Reduksi data dalam penelitian ini terdiri atas beberapa

langkah, yaitu (1) menajamkan analisis, (2) menggolongkan atau pengkategorisasian, (3) mengarahkan, (4) membuang yang tidak perlu dan (5) mengorganisasikan data sehingga simpulan-simpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi (Miles dan Huberman, 1992:16).


(26)

Data-data yang diperoleh dalam penelitian memiliki jumlah yang banyak, karena data tersebut diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan analisis dokumentasi. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan reduksi data. Reduksi data atau merangkum adalah langkah yang tepat untuk mendapatkan data yang ingin dicapai, dengan cara memilih hal-hal yang penting atau pokok dalam penelitian, sehingga data yang telah direduksi tersebut dapat memberi gambaran tentang penelitian tersebut.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk mereduksi data-data yang diperoleh dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi adalah Pertama, peneliti akan mereduksi data-data yang menjelaskan mengenai biografi Tjong A Fie untuk menemukan nilai-nilai multikulturalisme yang terkandung dalam biografi tersebut. Kedua, peneliti juga akan mereduksi data-data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi untuk menemukan bagaimana pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal mengenai biografi Tjong A Fie yang dilakukan oleh guru dalam menanamkan nilai-nilai multikulturalisme pada peserta didik.

Ketiga, peneliti mereduksi data-data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan peserta didik untuk menemukan bagaimana hasil belajar peserta didik setelah mempelajari sejarah lokal mengenai bografi Tjong A Fie, sehingga diketahui nilai-nilai apa yang muncul dalam diri peserta didik sesuai dengan indikator yang telah dibuat oleh peneliti. Keempat, pada langkah yang terakhir ini peneliti akan mereduksi dari data-data yang diperoleh melalui hasil observasi dan wawancara untuk menemukan apa yang menjadi kendala dan solusi bagi guru dan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal mengenai biografi Tjong A Fie.

Setelah peneliti selesai melakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah menyajikan data-data yang telah direduksi tersebut, sehingga mempermudah peneliti untuk menarik kesimpulan dari penelitian ini.


(27)

2. Penyajian Data

Setelah reduksi data, langkah berikutnya dalam analisis interaktif adalah penyajian data. Penyajian data yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dalam bentuk teks naratif, yang merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga mampu menyajikan

permasalahan dengan fleksibel tidak “kering” dan kaya data. Namun demikian,

pada penelitian ini data tidak hanya disajikan secara naratif, tetapi juga melalui berbagai matriks, grafik jaringan dan bagan. Penyajian data dalam penelitian kualitatif dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga peneliti dapat melihat apa yang sedang terjadi. Dengan demikian peneliti lebih mudah dalam menarik simpulan (Miles dan Huberman, 1992:18,131).

Data-data yang telah di reduksi tersebut, maka akan dikelompokkan menjadi data-data yang berkaitan dengan: (1) nilai-nilai multikulturalisme yang terkandung dalam biografi Tjong A Fie, (2) pembelajaran sejarah lokal dengan menggunakan biografi Tjong A Fie, (3) pemahaman peserta didik terhadap implementasi nilai multikulturalisme, dan (4) kendala yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah menggunakan biografi Tjong A Fie. Semua data tersebut dikelompokkan dengan tujuan untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh informasi serta dapat menarik kesimpulan dari penelitian tersebut.


(28)

Gambar. 3.1. Pola display dalam penelitian

Dari pola display penelitian, dapat dilihat bahwa data akan disajikan dalam empat (4) kategori, yakni:

1. Nilai- nilai multikulturalisme yang terkandung dalam biografi Tjong A Fie, dalam kategori ini peneliti akan mendeskripsikan temuan-temuan yang berhubungan dengan nilai-nilai multikulturalisme yang terkandung dalam biografi Tjong A Fie berdasarkan data. Data-data yang disajikan tersebut diperoleh dari berbagai literatur yang relevan dengan penggunaan biografi Tjong A Fie sebagai sumber belajar sejarah.

2. Pembelajaran sejarah menggunakan biografi, peneliti akan menyajikan data-data mengenai penggunaan biografi Tjong A Fie dalam proses pembelajaran sejarah.

3. Pemahaman peserta didik dalam implementasi nilai multikultural, peneliti akan mendeskripsikan pemahaman peserta didik melalui data-data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara sehingga dapat diperoleh

Biografi Tjong A Fie

Multikulturalisme Masyarakat Medan

Nilai-nilai multikulturalisme pada biografi Tjong

A Fie

Pembelajaran sejarah menggunakan Biografi Kendala-kendala

yang dihadapi

Pemahaman peserta didik dalam implementasi nilai-nilai


(29)

temuan bagaimana pemahaman peserta didik mengenai multikultural dan penerapan konsepnya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Kendala-kendala dalam pembelajaran sejarah menggunakan biografi Tjong A Fie, dalam hal ini peneliti akan mendeskripsikan bagaimana kendala yang di hadapi oleh guru dan peserta didik yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara sehingga menemukan bagaimana mengatasi kendala tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh guru untuk melakukan pembelajaran sejarah menggunakan biografi Tjong A Fie.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Sebelum pada langkah menarik kesimpulan dari penelitian, terlebih dahulu peneliti akan menemukan pola dalam penelitian, sehingga data-data yang telah dikelompokkan sebelumnya mudah untuk di pahami oleh peneliti. Hal ini dikarenakan dalam penelitian tersebut menggunakan analisis data kualititatif maka sifatnya adalah induktif. Oleh karena itu, analisis harus berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil observasi maupun wawancara.

Setelah itu, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah menarik kesimpulan yang didasarkan pada hasil reduksi dan penyajian data yang merupakan jawaban atas rumusan masalah yang telah ditulis dalam penelitian ini. Untuk menarik kesimpulan dalam penelitian ini, peneliti melihat kenyataan yang terjadi di lapangan dengan data yang diperoleh, karena temuan dalam penelitian ini akan diverifikasi terlebih dahulu.

Pada saat melakukan verifikasi, peneliti mencoba untuk membandingkan kesimpulan awal tersebut dengan bukti-bukti atau data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Apabila kesimpulan yang dibuat oleh peneliti pada kesimpulan awal didukung dengan bukti atau data-data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi maka kesimpulan tersebut adalah kesimpulan yang kredibel.


(30)

Gambar. 3.2. Komponen-komponen analisis data model interaktif (Miles dan Huberman 1992:20)

E. Verifikasi Data

Verifikasi data adalah suatu kegiatan pengujian terhadap keobjektifan dan keabsahan data. Teknik Verifikasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Triangualasi

Pada saat melakukan verifikasi data, maka langkah awal yang dilakukan oleh peneliti melakukan triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

Pada saat peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti telah mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibitas data dengan berbagai tehnik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Seperti yang dikemukan oleh Nasution (1996:115)

bahwa “Triangulasi bukan sekedar mentes kebenaran data, melainkan juga suatu

usaha untuk melihat dengan lebih tajam hubungan antara berbagai data agar

mencegah kesalahan dalam analisis data”.

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data Kesimpulan/V


(31)

Proses triangulasi ditandai dengan cara mencek kebenaran data tertentu dengan membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Dalam proses penelitian ini, peneliti akan melakukan pengecekan terhadap validasi data yang diperoleh dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara.

b. Menbandingkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan observasi yang telah dilakukan.

2. Member Check

Pada langkah selanjutnya, peneliti akan mencek kebenaran dan kesahihan data temuan penelitian dengan mengkonfirmasikan sumber data, agar informasi yang diperoleh dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh informan (Nasution, 1996:117). Member chek merupakan proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.

Tujuan member chek adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data tersebut valid, sehingga makin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi tujuan

memberchek adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.

Seperti yang dilakukan oleh peneliti, untuk mengecek akan kebenaran data mengenai biografi Tjong A Fie, peneliti melakukan wawancara kembali dengan keturunan Tjong A Fie, yakni Bapak Fon Prawira yang merupakan cucu Tjong A Fie, dengan melakukan hal tersebut, peneliti juga mendapatkan informasi tambahan mengenai kehidupan Tjong A Fie dan mendapatkan informasi yang lebih lengkap.


(32)

3. Expert Opinion

Pada langkah yang ketiga, peneliti akan mengkonsultasikan hasil temuan penelitian dilapangan kepada para ahli yang mempunyai spesialisasi di bidangnya, termasuk dengan pembimbing dalam penelitian ini. Untuk memperoleh arahan dan berbagai macam masukan sehingga validasi data penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pembelajaran sejarah lokal menggunakan biografi Tjong A Fie dalam menanamkan nilai-nilai multikultural pada peserta didik, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan dengan tidak terlepas dari rumusan masalah yang telah dirumuskan. Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah:

Pertama, sikap dan perilaku yang ditampilkan oleh Tjong A Fie semasa hidupnya yang mencerminkan nilai-nilai multikulturalisme, antara lain: mampu belajar hidup dalam perbedaan, membangun saling percaya (mutual trust), memelihara saling pengertian (mutual understanding), menjunjung sikap saling menghargai (mutual respect), terbuka dalam berpikir, apresiasi dan interdepedensi, dan resolusi konflik.

Sikap dan perilaku tersebut yang akan ditanamkan oleh guru kepada peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari mereka baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan tempat tinggal mereka.

Kedua, pembelajaran sejarah lokal menggunakan biografi Tjong A Fie dilakukan oleh guru di kelas dan Tjong A Fie Mansion. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru menggunakan pendekatan pembelajaran CTL dengan metode pembelajaran yang bervariasi seperti ceramah, tanya-jawab, karya wisata dan diskusi.

Selain itu, guru juga menggunakan media laptop dan infokus, hal tersebut dilakukan untuk menarik perhatian dari peserta didik. Dengan mendesain pembelajaran sejarah lokal yang baik, peserta didik menjadi lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran sejarah tersebut, dibuktikan dengan apa yang dilakukan oleh peserta didik, seperti: bertanya, menjawab dan menambahkan jawaban


(34)

Ketiga, adapun hasil-hasil pembelajaran yang dilakukan oleh guru menunjukkan adanya peningkatan terhadap pemahaman peserta didik mengenai sejarah lokal, serta sikap dan perilaku Tjong A Fie yang mencerminkan nilai-nilai multikulturalisme. Pada saat pembelajaran tersebut, nilai-nilai multikulturalisme yang ditampilkan oleh peserta didik dengan menyadari bahwa di lingkungan sekolah dan tempat tinggal mereka terdiri dari berbagai macam etnik, ras maupun agama, sehingga diperlukan sikap saling menghargai dan menghormati dengan tidak saling menghina atau merendahkan kelompok lain.

Selain itu, dalam membangun saling percaya di lingkungan sekolah peserta didik saling memberikan kepercayaan terhadap sesama teman dalam kelompok agar tugas yang diberikan oleh guru dapat dilaksanakan dengan baik. Sikap saling pengertian yang ditunjukkan peserta didik di lingkungan sekolah adalah menampilkan sikap dan perilaku disiplin yang tinggi, dimana peserta didik memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab dan mengendalikan perilaku dirinya.

Sikap dan perilaku saling menghargai yang ditampilkan oleh peserta didik selama pembelajaran berlangsung adalah memberikan kesempatan kepada teman-temannya untuk mengemukakan pendapatnya, baik pada saat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru maupun pertanyaan yang diberikan oleh kelompok peserta diskusi.

Terakhir, sikap dan perilaku terbuka dalam berpikir yang diperlihatkan oleh peserta didik adalah mereka transparan dengan sesama anggota kelompoknya, hal ini dilakukan agar tidak ada hal-hal yang disembunyikan agar mempermudah pekerjaan mereka dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru.

Keempat, pada saat pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal mengenai biografi Tjong A Fie menemui kendala-kendala yaitu: kualifikasi guru yang tidak sesuai dengan bidang ajarnya, sehingga sedikit sulit mengembangkan substansi materi sejarah lokal tersebut dan keterbatasan sumber atau referensi mengenai biografi Tjong A Fie. Namun, dengan cara belajar dan berlatih akhirnya guru menemukan solusi dalam mengatasi masalah tersebut, dengan melakukan


(35)

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, menggunakan sumber belajar yang relevan dengan mengunjungi langsung Tjong A Fie Mansion dan sumber informasi lain yang diperoleh melalui internet, sehingga pembelajaran sejarah lokal menggunakan biografi menjadi lebih bermakna bagi pengembangan potensi peserta didik.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan peneliti di lapangan, dalam hal ini peneliti memberikan saran untuk direkomendasikan. Adapun rekomendasikan yang diberikan peniliti adalah untuk berbagai pihak yang terkait dan memiliki kontribusi terhadap perkembangan pembelajaran sejarah terutama sejarah lokal. Adapun rekomendasi yang peneliti sampaikan, antara lain:

Pertama, kepada guru atau calon guru yang akan mengajarkan mata pelajaran sejarah, diharapkan memahami dan mengembangkan materi sejarah yang terdapat pada buku teks sejarah, serta mengajarkan materi sejarah dengan metode dan media pembelajaran yang menarik, sehingga peserta didik tertarik dan mudah dalam memahami esensi materi dan tercapai tujuan pembelajaran.

Selain itu, guru harus melaksanakan pembelajaran sejarah dengan mengembangkan materi pelajaran yang berada di lingkungan peserta didik, sehingga mengenal sejarah daerahnya dan meningkatkan kesadaran sejarah peserta didik melalui pembelajaran sejarah lokal.

Kedua, kepada pihak sekolah, dalam hal ini kepala sekolah sebagai leader

di lembaga pendidikan tersebut harus mendorong guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dengan menggunakan sumber belajar yang terdapat di lingkungan peserta didik. Selain itu, meningkatkan SDM yang terdapat di sekolahnya dengan memilih tenaga pendidik yang sesuai antara latar belakang pendidikan dengan bidang studi yang diajarkan, sehingga guru mampu mengembangkan materi pelajaran sesuai kompetensi. Kemudian, kepala sekolah juga diharapkan meningkatkan fasilitas yang tersedia di sekolah sehingga mendorong keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran.


(36)

Ketiga, kepada peserta didik SMA Al-Ulum Medan, diharapkan belajar dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensi diri baik di bidang pengetahuan, keterampilan, maupun sikap sebagai generasi penerus yang mampu memahami sejarah masa lalu yang berada di lingkungan sekitarnya dan mengaplikasikan nilai-nilai multikultural dalam kehidupan sehari-hari agar dapat bekerjasama dengan masyarakat dalam membangun bangsa.

Keempat, kepada peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan, sehingga dapat dikembangkan dan menghasilkan penelitian lanjutan yang dapat memberikan pencerahan bagi dunia pendidikan. Pelajaran sejarah bukanlah mata pelajaran yang hanya membicarakan masa lalu, akan tetapi pelajaran sejarah penuh dengan nilai-nilai yang dapat diambil pelajaran dari setiap peristiwa atau kejadian yang terjadi, sehingga berguna untuk masa kini dan masa yang akan datang.

Terutama dalam pembelajaran sejarah menggunakan biografi Tjong A Fie, nilai-nilai multikultural yang terkandung dalam biografi tersebut perlu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat meminimalisir konflik yang mungkin terjadi di kemudian hari.


(37)

Black dan Champion. (2009). Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama

Blum, A. Lawrence, (2001) Antirasisme, Multikulturalisme, dan Komunitas Antar Ras, Tiga Nilai yang Bersifat Mendidk Bagi Sebuah Masyarakat Multikultural, dalam Larry May, dan Shari Colins-Chobanian, Etika Terapan: Sebuah Pendekatan Multikultura, Terjemahan: Sinta Carolina dan Dadang Rusbiantoro, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Bogdan, Robert. C dan Biklen Knopp. (1990). Riset Kualitatif untuk Pendidikan: Pengantar ke Teori dan Metode. Jakarta: Pusat antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Universitas Terbuka

Creel, H.G. (1989). Alam Pikiran Cina: Sejak Confucius Sampai Mao Zedong. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya

Creswell, W. John, (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Cataloging Among Five Tradition. London: Sage Publication Inc

Dantes, dkk. (2008). Pengembangan Perangkat Evaluasi dan Hasil Belajar IPS dan PKn (Laporan Penelitian) Singaraja: IKIP Negeri Singaraja

Depdiknas. (2003). Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Dick, Walter dan Carrey Lau. (1985). The Systematic Design of Instruction, 2nd

Edition, Glenviewi. Illionis: Scott, Foresman and Company

Djahiri, Kosasih. (1985). Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung: Jurusan PPKn FPIPS IKIP Bandung

Douch. Robert C. (1967) Local History and The Teacher, London: Routledge and Kegan.

Elmubarok, Zaim. (2009). Membumikan Pendidikan Nilai; Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai. Bandung: Alfabeta


(38)

dari Berbagai Faktor Pengajaran dan Pribadi Siswa. Laporan Penelitian IKIP Bandung: Tidak diterbitkan

--- (2012). Pendidikan Sejarah untuk Manusia dan Kemanusiaan: Refleksi Perjalanan Karier Prof. Dr. H. Said Hamid Hasan, M.A Jakarta: Media Indonesia

Isjoni. (2007). Pembelajaran Sejarah pada Satuan Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Koesoema, Donie. (2010). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo

Kymlicka, Will. (2002). Kewargaan Multikultural. Jakarta: Pustaka LP3ES

Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah (Edisi kedua). Yogyakarta: Tiara Wacana

Lincoln dan Guba. (1985). Naturalistic Inquiry, Sage Publication Internasional Education and Professional Publisher Newbury Pash. London New Delhi M, Hidajat Z. (1993). Masyarakat dan Kebudayaan Cina Indonesia. Bandung:

Tarsito

Mahfud, Choirul. (2013). Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Mahoney, James (1981) Local History, London: Publisher: National Education

Association.

Miles, Mathew B & Huberman, A. Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press

Mulyana, Agus & Restu Gunawan. (2007). Sejarah Lokal Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah. Bandung: Salamina Press

Naim, Ngainun & Achmad Sauqi. (2012). Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Nasution, S. (1988). Metologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.


(39)

Sagala, Syaiful. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sanjaya, Wina. (2011). Perancanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Prenada Media Group

Sedyawati, Edi (2006). Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah. Jakarta: Rajawali Pers

Sjamsuddin, Helius & Ismaun. (1996). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak Soedewo, Eri dan Misnah Shalihat. (2010). Kota-Kota Tua Sumatera Utara.

Medan: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Supardan, Dadang. (2009). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Supriatna, Nana. (2005). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Lokal Tatar Sunda untuk Memahami Isu-Isu Sosial. Bandung: Jurnal Historia Nomor 11 Tahun 2005

Suryadinata, Leo. (1984). Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta: PT Grafiti Pers Sutopo, H.B. (1992). Merancang Penelitian Kualitatif / Lembar Penelitian IKIP

Semarang. Semarang: Pusat Penelitian IKIP Semarang

Syaodih S. Nana (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI.

Tilaar, H.A.R. (2004). Multikulturalisme Tantangan-Tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Grafindo Walsh, W.H. (1967). Philosophy of History: An Introduction. New York: Harper


(40)

--- (2013). Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran Sejarah. Bandung: Bahan Perkuliahan SPS UPI Prodi Pendidikan Sejarah

Wiriaatmadja, Rochiati, dkk. (2004). Sejarah Peradaban Cina: Analisis Filosofis-Histori dan Sosio-Antropologis. Bandung: Humaniora

JURNAL

Adejunmobi, S. A. (1979). The Biographical Approach to the Teaching of History. The History Teacher Vol. 12, No. 3 pp. 349-357 Published by:

Society for History Education (Sumber tersedia di:

http://www.jstor.org/stable/491143) (Diakses 9 Juli 2014)

Banks, Cherry A. McGee and James A. Banks. (1995). Equity Pedagogy: An Essential Component of Multicultural Education. Theory into Practice.

Culturally Relevant Teaching Vol. 34, No. 3, pp. 152-158 Published by:

Taylor & Francis, Ltd. (Sumber tersedia di:

http://www.jstor.org/stable/1476634) (Diakses 8 Juli 2014)

Lubis, Lusiana Andriani. (2012). Komunikasi Antarbudaya Etnis Tionghoa dan Pribumi di Kota Medan. Medan: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 10 No. 1 Sumber Tersedia di: http://repository.upnyk.ac.id36631lusiana.PDF

(Diakses 7 Desember 2013)

Prats, Joaquín. (2010). En defensa de la Historia como materia educativa / In defense of History as Educational Material. Spanyol: Tejuelo: Didáctica de la Lengua y la Literatura ISSN/EISSN: 1988-8430 Volume: 9 Issue: 1

Pages: 8-18 Publisher: Consejería de Educación. Sumber tersedia di:

http://iesgtballester.juntaextremadura.netwebprofesorestejuelovinculosarticu losr0902.pdf (Diakses 19 September 2013)

Priyatni, Endah Tri dan Asnawi Susilo Wahono. (2012). Model Penyususnan Bahan Ajar Membaca Berbasis Pendidikan Multikultural dan E-Learning. Malang: Jurnal Litera Volume 11 Nomor 1 (Sumber tersedia di:

http://journal.uny.ac.idindex.phpliteraarticledownload1075949) (Diakses 24 Mei 2014)

Sartini. (2011). Guna Sejarah: Mengapa Harus Belajar Sejarah. Jakarta: Jurnal SOSIO e-KONS Vol. II No. 4 Sumber tersedia di:

http://pportal.kopertis3.or.idbitstream1234567894551guna%20sejarah%20


(41)

di: http://eprints.uny.ac.id3752107-Supardi.pdf (Diakses 2 Oktober 2013) Surbakti, Y.R. (2010). Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis

Konstruktivisme. Yogyakarta: Jurnal SPPS Vol. 24 No.1 Sumber tersedia:

http://www.usd.ac.idlembagalppmf1l3Jurnal%20Historia%20Vitaevol24no1 april2010PARADIGMA%20PEMBELAJARAN%20SEJARAH%20YR%2 0Subakti.pdf (Diakses 21 September 2013)

ARTIKEL INTERNET

Alie, Marzuki. (2011). Potret Multikultural dalam Perspektif Negara Kesatuan. Artikel Anggota DPR RI. Sumber tersedia di:

http://anggota.dpr.go.id/ketua/2011/06/06/potret-multikultural-dalam-perspektif-negara-kesatuan (Diakses 3 Juni 2013)

Aman. (2009). Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Diktat Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Sumber tersedia di:

http://staff.uny.ac.idsystemfilespendidikanDr.%20Aman,%20M.Pd.A-5%20DIKTAT.pdf

Danandjaja, James. (2003). Diskriminasi Terhadap Minoritas Masih Merupakan Masalah Aktual di Indonesia Sehingga Perlu Ditanggulangi Segera. Depok: Tidak Diterbitkan Sumber Tersedia di: http://www.lfip.orgenglishpdfbali-seminarDiskriminasi%20terhadap%20minoritas%20%20james%20danandja ja.pdf (Diakses 6 Desember 2013)

Dardiri, Achmad. (t.t). Pendidikan Nilai Bagi Remaja. Pdf Sumber tersedia di:

http://staff.uny.ac.idsitesdefaultfilespengabdianprof-dr-achmad-dardiri-mhumpendidikan-nilai-bagi-remaja.pdf (Diakses 16 September 2013) Hanum, Farida. (t.t). Pendidikan Multikultural dalam Pluralisme Bangsa. Pdf

(Sumber tersedia di:

http://eprints.uny.ac.id/307/1/PENDIDIKAN_MULTIKULTURAL_DALA

M_PLURALISME_BANGSA.pdf) (Diakses 8 Juli 2014)

Hasan, Said Hamid. (2003). Strategi Pembelajaran Sejarah pada Era Otonomi Daerah sebagai Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Sumber tersedia di:


(42)

Medan: Makalah Seminar Yayasan KIPPAS dengan Tema “Etnis Tionghoa

Dalam Pemberitaan Media: Menghapus Prasangka dan Diskriminasi Etnis Dalam Pemberitaan Media Cetak”. Novotel Soechi Medan, 21 Maret 2002.

Sumber Tersedia di: http://kippas.wordpress.com/2007/08/21/prasangka-dan-diskriminasi-terhadap-etnis-tionghoa/ (Diakses 7 Desember 2013) Mulyana, Agus. (2009). Mengembangkan Kearifan Lokal dalam Pembelajaran

Sejarah. Pdf Sumber tersedia di:

http://file.upi.eduDirektoriFPIPSJUR._PEND._SEJARAH19660808199103

1-AGUS_MULYANAMakalah_Garut.pdf (Diakses 2 Oktober 2013)

Mulyana, Agus. (2009). Mengembangkan Keterampilan Penelitian dalam Pembelajaran Sejarah. Denpasar: Makalah disampaikan pada acara Workshop Kesejarahan Mengembangkan Budaya Demoktasi Melalui Pembelajaran Sejarah”, yang diselenggarakan oleh Direktorat Nilai Sejarah Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan Pariwisata, Denpasar, 16-20 Juni 2009. Sumber tersedia di:

http://file.upi.eduDirektoriFPIPSJUR._PEND._SEJARAH19660808199103

1-AGUS_MULYANAMakalah_Jarahnitra09.pdf (Diakses 31 Mei 2014)

Musianto, Lukas. S. (t.t). Peran Orang Tionghoa dalam Perdagangan dan Hidup Perekonomian dalam Masyarakat. Sumber tersedia di:

http://puslit2.petra.ac.idejournalindex.phpmanarticledownload1564415636

(Diakses 21 Januari 2014)

Ratnasari. (2014). Historiografi dalam Pembelajaran Sejarah di Sekolah. Bandung: LPMP Jawa Barat Sumber Tersedia di:

http://www.lpmpjabar.go.id/?q=node/935 (Diakses 8 Februari 2014)

Rianto, Milan. (2006). Pendekatan, Stategi dan Metode Pembelajaran. Malang: Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP Malang Tersedia di:

http://ayahalby.files.wordpress.com201210pendekatan-strategi-dan-metode-pembelajaran.pdf (Diakses 17 Mei 2014)

Setyowati, Titik. (t.t). Menumbuhkan Kearifal Lokal pada Anak Usia Dini Melalui Pendidikan Nilai. Pdf Sumber tersedia di:

http://utsurabaya.files.wordpress.com201301titik.pdf


(43)

dan Tersier. Malang: Perpustakaan Universitas Malang. Sumber tersedia di:

http://library.um.ac.idimagesstoriespustakawankargtoKajian%20Ilmu%20Pe rpustakaan_Literatur%20Pimer%20Sekunder%20dan%20Tersier.pdf

(Diakses 8 Februari 2014)

Supardi dan Saliman. (t.t). Penanaman Nilai dalam Pembelajaran IPS di SMP. Pdf Sumber tersedia di:

http://staff.uny.ac.idsystemfilespenelitianSaliman,%20Drs.%20M.Pd.Pendid

ikan%20nilai%20dalam%20pembelajaran%20IPS.pdf

(Diakses 23 September 2013)

Warren, A.K. (1992). Biography and Autobiography in the Teaching of History and Social Studies. Sumber tersedia di:

www.historians.org/persfectives/issues/1992/9201/9201TEC.cfm

(Diakses 10 Februari 2014)

Winarti, Murdiyah. (t.t). Sejarah Lokal: (Pengertian, Konten dan Pengajaran). Sumber tersedia di:

http://file.upi.eduDirektoriFPIPSJUR._PEND._SEJARAH19600529198703

2-MURDIYAH_WINARTIPeng_sej_Lokal.pdf (Diakses 26 September

2013)

Wiyanarti, Erlina. (t.t). Model Pembelajaran Konstektual dalam Pengembangan Pembelajaran Sejarah. Pdf Sumber tersedia di:

http://file.upi.eduDirektoriFPIPSJUR._PEND._SEJARAH19620718198601

2-ERLINA_WIJANARTICTL_DLM__PMBLRAN_SEJARAH.pdf

(Diakses 21 September 2013)

http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/12/pengertian-biografi-serta-cara-menulis.html (Diakses 8 Februari 2014)

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemberontakan_Taiping (Diakses 8 Februari 2014)

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/belajar-sumber-belajar-dan-media.html (Diakses 24 Mei 2014)


(44)

Amin, Syaiful. (2010). Pewarisan Nilai Sejarah Lokal Melalui Pembelajaran Sejarah Jalur Formal dan Informal Pada Siswa SMA di Kudus Kulon. Tesis Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret: Tidak diterbitkan

Pradesa, K. (2006). Pengembangan Model Pendidikan Nilai dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada SMA Bertaraf Internasional (Studi Kasus di SMAN 1 Cibadak-Kabupaten Sukabumi). Disertasi SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Rahmat, Mamat. (2012). Pembelajaran Sejarah Lokal Berbasis Multikultural dalam Pengembangan Karakter Bangsa. Tesis SPS UPI: Tidak diterbitkan


(1)

Parekh, Bhikhu. (2008). Rethinking Multiculturalism; Keberagaman Budaya dan Teori Politik. Yogyakarta: Kanisius

Rohani, Ahmad. (2004). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Sagala, Syaiful. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sanjaya, Wina. (2011). Perancanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Prenada Media Group

Sedyawati, Edi (2006). Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah. Jakarta: Rajawali Pers

Sjamsuddin, Helius & Ismaun. (1996). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak Soedewo, Eri dan Misnah Shalihat. (2010). Kota-Kota Tua Sumatera Utara.

Medan: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Supardan, Dadang. (2009). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Supriatna, Nana. (2005). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Lokal Tatar Sunda untuk Memahami Isu-Isu Sosial. Bandung: Jurnal Historia Nomor 11 Tahun 2005

Suryadinata, Leo. (1984). Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta: PT Grafiti Pers Sutopo, H.B. (1992). Merancang Penelitian Kualitatif / Lembar Penelitian IKIP

Semarang. Semarang: Pusat Penelitian IKIP Semarang

Syaodih S. Nana (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI.

Tilaar, H.A.R. (2004). Multikulturalisme Tantangan-Tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Grafindo Walsh, W.H. (1967). Philosophy of History: An Introduction. New York: Harper


(2)

Winarno, Surakhmad. (1980). Pengantar Interaksi Mengajar-belajar: Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Tarsito

Wiriaatmadja, Rochiati. (2002). Pendidikan Sejarah Indonesia, Perspektif Lokal Nasional dan Global. Bandung: Historia Utama Press

--- (2013). Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran Sejarah. Bandung: Bahan Perkuliahan SPS UPI Prodi Pendidikan Sejarah

Wiriaatmadja, Rochiati, dkk. (2004). Sejarah Peradaban Cina: Analisis Filosofis-Histori dan Sosio-Antropologis. Bandung: Humaniora

JURNAL

Adejunmobi, S. A. (1979). The Biographical Approach to the Teaching of History. The History Teacher Vol. 12, No. 3 pp. 349-357 Published by: Society for History Education (Sumber tersedia di:

http://www.jstor.org/stable/491143) (Diakses 9 Juli 2014)

Banks, Cherry A. McGee and James A. Banks. (1995). Equity Pedagogy: An Essential Component of Multicultural Education. Theory into Practice.

Culturally Relevant Teaching Vol. 34, No. 3, pp. 152-158 Published by: Taylor & Francis, Ltd. (Sumber tersedia di:

http://www.jstor.org/stable/1476634) (Diakses 8 Juli 2014)

Lubis, Lusiana Andriani. (2012). Komunikasi Antarbudaya Etnis Tionghoa dan Pribumi di Kota Medan. Medan: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 10 No. 1 Sumber Tersedia di: http://repository.upnyk.ac.id36631lusiana.PDF

(Diakses 7 Desember 2013)

Prats, Joaquín. (2010). En defensa de la Historia como materia educativa / In defense of History as Educational Material. Spanyol: Tejuelo: Didáctica de la Lengua y la Literatura ISSN/EISSN: 1988-8430 Volume: 9 Issue: 1

Pages: 8-18 Publisher: Consejería de Educación. Sumber tersedia di:

http://iesgtballester.juntaextremadura.netwebprofesorestejuelovinculosarticu losr0902.pdf (Diakses 19 September 2013)

Priyatni, Endah Tri dan Asnawi Susilo Wahono. (2012). Model Penyususnan Bahan Ajar Membaca Berbasis Pendidikan Multikultural dan E-Learning. Malang: Jurnal Litera Volume 11 Nomor 1 (Sumber tersedia di:

http://journal.uny.ac.idindex.phpliteraarticledownload1075949) (Diakses 24 Mei 2014)

Sartini. (2011). Guna Sejarah: Mengapa Harus Belajar Sejarah. Jakarta: Jurnal SOSIO e-KONS Vol. II No. 4 Sumber tersedia di:

http://pportal.kopertis3.or.idbitstream1234567894551guna%20sejarah%20 mengapa%20harus%20belajar%20sejarah.pdf (Diakses 21 September 2013)


(3)

Subur. (2007). Pendidikan Nilai: Telaah Tentang Model Pembelajaran. Purwokerto: Jurnal INSANIA Vol. 12 No. 1

Supardi. (2006). Pendidikan Sejarah Lokal dalam Konteks Multikulturalisme. Yogyakarta: Jurnal Cakrawala Pendidikan Th. XXV No. 1 Sumber tersedia di: http://eprints.uny.ac.id3752107-Supardi.pdf (Diakses 2 Oktober 2013) Surbakti, Y.R. (2010). Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis

Konstruktivisme. Yogyakarta: Jurnal SPPS Vol. 24 No.1 Sumber tersedia:

http://www.usd.ac.idlembagalppmf1l3Jurnal%20Historia%20Vitaevol24no1 april2010PARADIGMA%20PEMBELAJARAN%20SEJARAH%20YR%2 0Subakti.pdf (Diakses 21 September 2013)

ARTIKEL INTERNET

Alie, Marzuki. (2011). Potret Multikultural dalam Perspektif Negara Kesatuan. Artikel Anggota DPR RI. Sumber tersedia di:

http://anggota.dpr.go.id/ketua/2011/06/06/potret-multikultural-dalam-perspektif-negara-kesatuan (Diakses 3 Juni 2013)

Aman. (2009). Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Diktat Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Sumber tersedia di:

http://staff.uny.ac.idsystemfilespendidikanDr.%20Aman,%20M.Pd.A-5%20DIKTAT.pdf

Danandjaja, James. (2003). Diskriminasi Terhadap Minoritas Masih Merupakan Masalah Aktual di Indonesia Sehingga Perlu Ditanggulangi Segera. Depok: Tidak Diterbitkan Sumber Tersedia di: http://www.lfip.orgenglishpdfbali-seminarDiskriminasi%20terhadap%20minoritas%20%20james%20danandja ja.pdf (Diakses 6 Desember 2013)

Dardiri, Achmad. (t.t). Pendidikan Nilai Bagi Remaja. Pdf Sumber tersedia di:

http://staff.uny.ac.idsitesdefaultfilespengabdianprof-dr-achmad-dardiri-mhumpendidikan-nilai-bagi-remaja.pdf (Diakses 16 September 2013) Hanum, Farida. (t.t). Pendidikan Multikultural dalam Pluralisme Bangsa. Pdf

(Sumber tersedia di:

http://eprints.uny.ac.id/307/1/PENDIDIKAN_MULTIKULTURAL_DALA M_PLURALISME_BANGSA.pdf) (Diakses 8 Juli 2014)

Hasan, Said Hamid. (2003). Strategi Pembelajaran Sejarah pada Era Otonomi Daerah sebagai Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Sumber tersedia di:


(4)

http://file.upi.eduDirektoriFPIPSJUR._PEND._SEJARAH19440310196710 1-SAID_HAMID_HASANMakalahStrategi_Pembelajaran_Sejarah.pdf

(Diakses 31 Mei 2014)

Lan, Thung Ju. (2002). Prasangka dan Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa. Medan: Makalah Seminar Yayasan KIPPAS dengan Tema “Etnis Tionghoa

Dalam Pemberitaan Media: Menghapus Prasangka dan Diskriminasi Etnis Dalam Pemberitaan Media Cetak”. Novotel Soechi Medan, 21 Maret 2002.

Sumber Tersedia di: http://kippas.wordpress.com/2007/08/21/prasangka-dan-diskriminasi-terhadap-etnis-tionghoa/ (Diakses 7 Desember 2013) Mulyana, Agus. (2009). Mengembangkan Kearifan Lokal dalam Pembelajaran

Sejarah. Pdf Sumber tersedia di:

http://file.upi.eduDirektoriFPIPSJUR._PEND._SEJARAH19660808199103 1-AGUS_MULYANAMakalah_Garut.pdf (Diakses 2 Oktober 2013)

Mulyana, Agus. (2009). Mengembangkan Keterampilan Penelitian dalam Pembelajaran Sejarah. Denpasar: Makalah disampaikan pada acara Workshop Kesejarahan Mengembangkan Budaya Demoktasi Melalui

Pembelajaran Sejarah”, yang diselenggarakan oleh Direktorat Nilai Sejarah

Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan Pariwisata, Denpasar, 16-20 Juni 2009. Sumber tersedia di:

http://file.upi.eduDirektoriFPIPSJUR._PEND._SEJARAH19660808199103 1-AGUS_MULYANAMakalah_Jarahnitra09.pdf (Diakses 31 Mei 2014) Musianto, Lukas. S. (t.t). Peran Orang Tionghoa dalam Perdagangan dan Hidup

Perekonomian dalam Masyarakat. Sumber tersedia di:

http://puslit2.petra.ac.idejournalindex.phpmanarticledownload1564415636

(Diakses 21 Januari 2014)

Ratnasari. (2014). Historiografi dalam Pembelajaran Sejarah di Sekolah. Bandung: LPMP Jawa Barat Sumber Tersedia di:

http://www.lpmpjabar.go.id/?q=node/935 (Diakses 8 Februari 2014)

Rianto, Milan. (2006). Pendekatan, Stategi dan Metode Pembelajaran. Malang: Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP Malang Tersedia di:

http://ayahalby.files.wordpress.com201210pendekatan-strategi-dan-metode-pembelajaran.pdf (Diakses 17 Mei 2014)

Setyowati, Titik. (t.t). Menumbuhkan Kearifal Lokal pada Anak Usia Dini Melalui Pendidikan Nilai. Pdf Sumber tersedia di:

http://utsurabaya.files.wordpress.com201301titik.pdf


(5)

Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sejarah SMA & MA. (2003). Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas (Sumber tersedia di:

http://sasterpadu.tripod.comsas_storeSejarah.pdf) (Diakses 14 Mei 2014) Subrata, Gatot. (2009). Kajian Ilmu Perpustakaan: Literatur Primer, Sekunder

dan Tersier. Malang: Perpustakaan Universitas Malang. Sumber tersedia di:

http://library.um.ac.idimagesstoriespustakawankargtoKajian%20Ilmu%20Pe rpustakaan_Literatur%20Pimer%20Sekunder%20dan%20Tersier.pdf

(Diakses 8 Februari 2014)

Supardi dan Saliman. (t.t). Penanaman Nilai dalam Pembelajaran IPS di SMP. Pdf Sumber tersedia di:

http://staff.uny.ac.idsystemfilespenelitianSaliman,%20Drs.%20M.Pd.Pendid ikan%20nilai%20dalam%20pembelajaran%20IPS.pdf

(Diakses 23 September 2013)

Warren, A.K. (1992). Biography and Autobiography in the Teaching of History and Social Studies. Sumber tersedia di:

www.historians.org/persfectives/issues/1992/9201/9201TEC.cfm

(Diakses 10 Februari 2014)

Winarti, Murdiyah. (t.t). Sejarah Lokal: (Pengertian, Konten dan Pengajaran). Sumber tersedia di:

http://file.upi.eduDirektoriFPIPSJUR._PEND._SEJARAH19600529198703 2-MURDIYAH_WINARTIPeng_sej_Lokal.pdf (Diakses 26 September 2013)

Wiyanarti, Erlina. (t.t). Model Pembelajaran Konstektual dalam Pengembangan Pembelajaran Sejarah. Pdf Sumber tersedia di:

http://file.upi.eduDirektoriFPIPSJUR._PEND._SEJARAH19620718198601 2-ERLINA_WIJANARTICTL_DLM__PMBLRAN_SEJARAH.pdf (Diakses 21 September 2013)

http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/12/pengertian-biografi-serta-cara-menulis.html (Diakses 8 Februari 2014)

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemberontakan_Taiping (Diakses 8 Februari 2014)

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/belajar-sumber-belajar-dan-media.html (Diakses 24 Mei 2014)


(6)

TESIS DAN DISERTASI

Supardan, Dadang (2004). Kesadaran Sejarah Berbasis Pendekatan Multikultural dan Perspektif Sejarah Lokal, Nasional, Global dalam Integrasi Bangsa. Disertasi SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Amin, Syaiful. (2010). Pewarisan Nilai Sejarah Lokal Melalui Pembelajaran Sejarah Jalur Formal dan Informal Pada Siswa SMA di Kudus Kulon. Tesis Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret: Tidak diterbitkan

Pradesa, K. (2006). Pengembangan Model Pendidikan Nilai dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada SMA Bertaraf Internasional (Studi Kasus di SMAN 1 Cibadak-Kabupaten Sukabumi). Disertasi SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Rahmat, Mamat. (2012). Pembelajaran Sejarah Lokal Berbasis Multikultural dalam Pengembangan Karakter Bangsa. Tesis SPS UPI: Tidak diterbitkan