INTEGRASI KEBIASAAN-KEBIASAAN BAIK (GOOD HABITS) DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA.

(1)

DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Umum

oleh

Ratih Kusumawati NIM 1204870

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN UMUM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

(GOOD HABITS)

DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA

Oleh

Ratih Kusumawati, S.pd

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M. Pd) pada Program Studi Pendidikan Umum/Nilai

© Ratih Kusumawati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

INTEGRASI KEBIASAAN-KEBIASAAN BAIK (GOOD HABITS) DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA

TESIS

Disetujui dan Disahkan oleh: Pembimbing I

Dr. Tri Karyono, M.Sn NIP. 196611071994021001

Pembimbing II

Dr. H. Mupid Hidayat, M.A NIP. 195905121985031001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Umum

Dr. Kama Abdul Hakam, M. Pd NIP. 195512151980021001


(4)

(5)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Abstrak

Tesis ini berisi hasil penelitian tentang pengintegrasian kebiasaan-kebiasaan baik

(good habits) dalam pembelajaran seni rupa yang dilakukan di SD Negeri

Panyileukan 3 Bandung. Penelitian ini melibatkan kepala sekolah, guru, orang tua, dan peserta didik kelas 5. Rumusan masalah yang menjadi kajian tesis ini adalah (1) Bagaimana peran sekolah dalam pengembangan good habits di SDN Panyileukan 3 Bandung?; (2) Bagaimana model pembelajaran seni rupa yang mengintegrasikan kebiasaan-kebiasaan baik (good habits) dalam pengembangan pilar pendidikan budaya dan karakter bangsa?; (3) Adakah pengaruh pengintegrasian good habits dalam pembelajaran seni rupa terhadap kepribadian yang diukur melalui laporan hasil prestasi peserta didik? Untuk menjawab pertanyaan tersebut digunakan data tentang; (1) Deskripsi profil SD Negeri Panyileukan 3 Bandung; (2) Menguraikan proses pembelajaran seni rupa yang diintegrasikan dengan good habits; (3) Hasil karya yang dibuat oleh peserta didik; (4) laporan hasil belajar peserta didik. Data tersebut diperoleh dengan cara dokumentasi, studi kepustakaan, wawancara, observasi, angket dan dokumen. Data dianalisis menggunakan model Creswell (2010), yaitu dengan mengumpulkan data, reduksi data, displai data dan penarikan kesimpulan. Hasil analisis data adalah sebagai berikut: (1)Visi, misi dan tujuan sekolah SDN Panyileukan 3 sudah mencantumkan kebiasaan baik (good habits) yang sarat nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa, namun pengaplikasiannya belum dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh; (2) Peserta didik paham dengan kebiasaan-kebiasaan baik (good habits) , dapat dilihat dari hasil karyanya yang sarat nilai-nilai karakter; (3) Integrasi good habits dalam pembelajaran seni rupa mengasilkan dampak pada kepribadian peserta didik yang lebih mengarah pada

good habits, walaupun belum secara utuh dalam pelaksanaannya. Kesimpulan dari

hasil analisis data di atas adalah sebagai berikut: Model pembelajaran yang mengintegrasikan good habits dalam pembelajaran seni rupa memiliki 2 dampak, yakni dampak pembelajaran (instructional effects) yakni berdampak langsung pada hasil karya peserta didik dan juga dampak pengiring (nurturant effects) yakni pada kepribadian peserta didik. Rekomendasi untuk penelitan selanjutnya yaitu: penelitian good habits yang diintegrasikan dalam pembelajaran menggambar ilustrasi dengan mengakaji semiotika gambar anak-anak.


(6)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Abstract

This thesis contains the result of research about integrating good habits in the study of fine art applied in SDN Panyileukan 3 Bandung. This research involves principal, teacher, parent and students of 5 thgrade. The issue formulation in this study are (1) How does school take a part in developing good habits in SDN Panyileukan 3 Bandung (2) What is the model of study art which integrates the good habits in developing the pillars of culture education and nation character?(3) Is there any influence of good habits integrating in the study of art toward the personality which is measured by the report of students achievement? To respond those question, we used there data about (1) Profile description of SDN Panyileukan 3 Bandung (2) the description of process in studying of art which is integrated with good habits (3) The master pieces of students (4) Report of student sachievment. Those data are gained by recoding, literature, interview, observation, questionnaire and documents. Data are analized by using model Creswell (2010), by collecting data, data reduction, data display and conclusion. The analysis data result are below: (1) Vision, mission and the aim of SDN Panyileukan 3 Bandung has attached the good habits with loaded by culture

education and nation character, however the application of its hasn’t been done throught (2) the student figure out with the good habits, by seeing their works which are loaded by character values (3) good habits integration in studying of

art produces impact toward the students’ personality which are heading to the

good habits. Even though, it hasn’t been entirely applied. The conclusion of those data analysis result above, are below: Model of studying which integrate the good habits of studying fine art has impacts, they are instructional effects, wich effects directly to the students work and nurturant effects, which is personality of students. The recommendation to the following research as good habits research is integrated in learning process of drawing illustration by elaborating children’s semiotics drawing.


(7)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa


(8)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanng ……….… 1

1.2 Identifikasi Masalah……….…. 6

1.3 Rumusan Masalah……….… 8

1.4 Tujuan Penelitian……….…. 8

1.5 Manfaat Peneltian……….…. 9

1.6 Definisi Operasional……….…….. 9

1.6.1 Kebiasaan (Habits)………..………….. 9

1.6.2Pembelajaran………..…... 12

1.6.3 Metode Pembelajaran………..….. 12

1.6.4 Seni Rupa ……… …..……….. 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Pendidikan Karakter………. 15

2.1.1 Pengertian Pendidikan………. 15

2.1.2 Pengertian Karakter………. 16

2.1.3 Pendidikan Karakter……… 18


(9)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.1.5 Pilar Karakter………... 20

2.1.6 Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter………... 21

2.1.7 Akhlaq……….. 22

2.1.8 Kebiasaan-kebiasaan yang Mengikis Karakter………… 23

2.2 Ruang Lingkup Anak Usia Sekolah Dasar……….. 25

2.2.1 Menyikapi Anak dalam Ranah Kognitif………. 26

2.2.2 Kecerdasan Emosional Anak (Ranah Afektif)…...…… 26

2.2.3 Kreativitas (Ranah Psikomotorik)………... 27

2.2.4 Gaya Belajar Anak………. 28

2.3 Keterlibatan Sekolah, Keluarga, dan Lingkungan Masyarakat dalam Pembentukan Karakter Anak………. 28

2.4 Keberhasilan Pendidikan Karakter di SD………...….. 29

2.5 Pendidikan Seni………. 30

2.5.1 Fungsi Seni dalam Psikologi……….. 31

2.5.2 Tujuan Pendidikan Seni Rupa di SD………. 31

2.5.3 Manfaat Seni……….. 32

2.5.4 Karakteristik Anak Kelas 5 SD dalam Berkesenirupaan... 32

2.5.5 Tahap Perkembangan Menggambar pada Anak-anak SD. 33 2.6 Pendidikan Karakter dan Pembelajaran Seni Rupa dalam Pendidikan Umum……….……….. 33

2.7 Kajian Pembelajaran Seni Rupa Anak……….. 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode………. 39

3.2 Teknik Pengumpulan Data……….. 41

3.2.1 Dokumentasi………... 41

3.2.2 Studi Kepustakaan………... 41

3.2.3 Wawancara………... 41


(10)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2.5 Angket……….... 42

3.2.6 Dukumen……….... 42

3.3 Alat Pengukur ….………..………..…… 42

3.3.1 Skala Sikap….………..….. 42

3.3.2 Pengamatan Langsung….………. 43

3.4 Lokasi dan Subyek Penelitian……....……… 43

3.5 Analisis Data……….………...………….. 44

3.5.1.Reduksi Data………. 44

3.5.2.Displai Data……….. 44

3.5.3.Kesimpulan dan Verifikasi……….….. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Peran Sekolah dalam Mengembangkan Good Habits………... 56

4.1.1 Deskripsi Subjek Penelitian...…. 56

4.1.2 Profil Sekolah Dasar Negeri Panyileukan 3 Bandung.... 58

4.1.3 Kondisi Demografis………. 58

4.1.4 Lingkungan Sekolah (Kondisi riil saat ini) ………. 59

4.1.5 Analisis Kondisi Pendidikan Masa Datang (8 tahun).….. 59

4.1.6 Data Ruangan……….……..… 60

4.1.5 Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan... 61

4.1.6 Riwayat / Kegiatan Penting………….………. 61

4.1.7 Analisis Eksternal dan Internal……….………… 62

4.1.8 Strutur Kurikulum………..………….………….….. 69

4.2 Model Pembelajaran Seni Rupa yang Diintegrasikan dengan Kebiasaan-kebiasaan Baik (Good habits)………..……. 70

4.2.1 Siklus Pertama...………...…. 71

a. Evaluasi...75

b. Rencana Perbaikan...76


(11)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Evaluasi... 83 b. Rencana Perbaikan... 84 4.2.3 Siklus Ketiga... 84 4.3 Pengaruh Integrasi Good Habits dalam Pembelajaran Seni

Rupa………... .. 87

4.3.1 Pengaruh Integrasi Good Habits Terhadap Karya

Peserta Didik... 87 4.3.2 Apresiasi Peserta Didik Terhadap Menggambar

Ilustrasi Good Habits... 105 4.3.3 Pengaruh Integrasi Good Habits pada Kebiasaan

Peserta Didik... 110 4.3.4 Pengaruh Integrasi Kebiasaan Baik (Good Habits)

pada Perkembangan Nilai SBK dan Kepribadian dalam Laporan Hasil Preastasi Peserta Didik………….………. 127

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan………. 143

5.1.1 Peran Sekolah dalam Mengembangkan Good Habits

di SDN Panyileukan 3 Bandung... 143 5.1.2 Model Pembelajaran Seni Rupa yang Mengintegrasikan

Kebiasaan Baik (Good Habits) dalam Pengembangan Pilar Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa... 144 5.1.3 Pengaruh Pengintegrasian Good Habits dalam

Pembelajaran Seni Rupa Terhadap Kepribadian yang

Diukur Melalui Laporan Hasil Prestasi Peserta Didik... 145

5.2 Rekomendasi………...…....146

DAFTAR PUSTAKA... 147 LAMPIRAN


(12)

(13)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk karakter bangsa. Cicero (dalam Saptono, 2011, hlm. 15) kesejahteraan sebuah bangsa bermula dari karakter kuat warganya. Pada dasarnya karakter seseorang terbentuk dari perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang, kemudian menjadi kebiasaan (habit). Maka dari itu kebiasaan yang baik akan menghasilkan karakter yang baik dan begitu juga sebaliknya. Seperti yang dikutip dari Lickona (dalam Wamaungo, 2012, hlm. 11-12), yaitu:

“Hati-hati terhadap pikiran anda, pikiran anda menjadi kata-kata anda. hati dengan kata-kata anda, kata-kata anda menjadi perbuatan anda. hati dengan perbuatan anda, perbuatan anda menjadi kebiasaan anda. hati dengan kebiasaan anda, kebiasaan anda menjadi karakter anda. Hati-hati dengan karakter anda, karakter anda menjadi takdir anda.”

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pikiran berpengaruh pada kata-kata, kemudian kata-kata tersebut direalisasikan dengan perbuatan, selanjutnya perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang menjadi kebiasaan sehingga membentuk karakter yang membawa pada takdir seseorang. Karakter memiliki kaitan yang sangat erat dengan kecerdasan emosional. Goleman (dalam Suyadi, 2014, hlm. 121) kecerdasan emosional bertumpu pada hubungan antara watak

(character), perasaan dan moral. Dalam proses pendidikan di Indonesiaterdapat

kecenderungan perilaku yang berhubungan dengan kurangnya perhatian pada kecerdasan emosional, seperti perkelahian antar pelajar, narkoba, korupsi, dan kecurangan dalam ujian. Sheyoputri (Kompas, Sabtu 3 Mei 2014) setiap hari anak didik dihadapkan pada aneka macam kebohongan, kebencian dan kejahatan. Salah satu contoh kasus kekerasan yang terjadi pada anak sekolah dasar adalah seorang siswa kelas 5 SD menganiaya adik kelasnya sampai meninggal dunia (Kompas,


(14)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selasa 6 Mei 2014). Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa emosionalitas yang tidak terkendali terutama pada anak-anak menjadikannya berperilaku brutal. Suyadi (2014, hlm. 120) otak anak-anak pada dasarnya adalah otak emosional, maka pembelajaran yang efektif untuk anak-anak adalah stimulasi emosionalitas, seperti memberikan rasa gembira, semangat dan antusias. Pada kenyataanya, kondisi tersebut masih belum terlaksanakan di Indonesia. Kepekaan anak kurang terlatih, karena anak kurang dilatih dalam menghayati, mengamati dan menyadari berbagai hal yang ada di lingkunganya. Wiyani (2013, hlm. 18) dalam tulisannya yang berjudul Pendidikan yang Memekarkan Rasa,” Pendidikan nasional kita cenderung hanya menonjolkan pembentukkan kecerdasan berpikir dan menepikan kecerdasan rasa, kecerdasan budi bahkan kecerdasan batin. “ Hal tersebut tentunya berbanding terbalik dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 pasal 3, yang berbunyi:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Tujuan pendidikan Nasional sangat erat kaitannya dengan pembentukan karakter. Karena itu pendidikan karakter menjadi bagian penting yang harus dikembangkan dalam proses pendidikan Indonesia saat ini, yaitu melalui kebiasaan-kebiasaan baik (good habits)yang berkaitan dengan nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa. Samani dan Hariyanto (2013, hlm. 113) membagi nilai karakter ke dalam empat pilar, yaitu kegiatan pembelajaran di kelas, keseharian dalam bentuk budaya sekolah, ekstrakurikuler, keseharian di rumah dan dimasyarakat. Terkait dengan hal tersebut, pendidikan karakter tidak hanya tugas pendidik di sekolah saja, namun harus ada kerja sama dengan orang tua di rumah dalam menerapkan kebiasaan-kebiasaan baik (good habits). Lickona (dalam Wamaungo, 2012, hlm. 79) orang tua adalah indikator utama bagi kesuksesan sekolah. Seperti halnya dalam agama Islam pembentukan karakter diajarkan melalui pendidikan akhlak.


(15)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sauri (2012, hlm. 160) akhlak merupakan aspek tingkah laku manusia yang bernilai baik (ahlaq al karimah) dan buruk (ahlaq al-mazmumah). Akhlak yang baik adalah perilaku yang sesuai dengan norma ajaran Islam.Ainusysyam (2009, hlm. 39) pendidikan akhlak merupakan suatu proses mendidik, memelihara, membentuk dan latihan mengenai akhlak dan kecerdasan berfikir baik yang didasarkan pada ajaran-ajaran Islam. Pendidikan akhlak tidak hanya diperoleh dalam pendidikan formal, pendidikan akhlak juga dapat diperoleh dalam pendidikan informal di rumah. Tadjudin (2013, hlm. 90) sempurnanya pembinaan kesehatan jiwa anak apabila bisa menumbuhkan akhlak karimah pada anak-anaknya, akhlak karimah merupakan modal utama untuk mencapai sukses di masa depan. Dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah pihak pertama yang paling penting dalam mempengaruhi karakter anak. Kemudian tugas sekolah untuk memperkuat nilai karakter positif yang diajarkan di rumah. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Schunk (dalam Hamdiah dan Fajar, 2012, hlm. 631) kualitas pembelajaran dini di rumah berpengaruh positif terhadap perkembangan intelegensi.

Semua mata pelajaran memiliki peranan yang penting dalam membumikan pendidikan karakter. Sudewo (2011, hlm. 13) posisi karakter bukan menjadi pendamping kompetensi, melainkan menjadi dasar, ruh atau jiwanya.Maka penting bagi pendidik menyisipkan nilai-nilai karakter dalam setiap pembelajaran. Seperti yang dijelaskan oleh Suryadi (2012, hlm. 233), yaitu:

“Pendidikan karakter tidak harus merupakan suatu mata pelajaran tersendiri yang terpisah dari mata pelajaran lainnya, tetapi suatu program pendidikan yang berciri multi disipliner dengan melibatkan peserta didik pada seluruh kegiatan sekolah secara sistematis yang diharapkan memiliki dampak moral terhadap mereka.“

Sejalan dengan pernyataan di atas Tarjo (2004, hlm. 204) pendidikan bukan hanya membentuk manusia yang terampil dan siap pakai, tetapi manusia yang berkepribadian, seimbang antara fikir, rasa, dan iman, yang kreatif, adaptif, dan produktif. Oleh sebab itu pada akhirnya pembentukan manusia melalui pendidikan itu harus terpadu, tidak fragmentaris.Pembelajaran terpadu yang sarat akan nilai-nilai karakter dapat terealisasikan dalam kurikulum 2013. Kunandar (2013, hlm.


(16)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

21) kurikulum 2013 merupakan pendidikan yang menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak budi pekerti dan kecintaan terhadap budaya Bahasa Indonesia. Sayangnya, kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2013/2014 belum dilaksanakan oleh seluruh sekolah di Indonesia.

Hasil dari pembelajaran seni rupa memiliki kesamaan dengan salah satu hasil dari pendidikan karakter yaitu mengolah rasa. Seperti yang dijelaskan oleh Budimansyah (2012, hlm. 5) karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir olah hati, olah rasa dan karsa serta olah raga yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran. Ki Hajar Dewantara menegaskan tentang pentingnya olah rasa di samping olah pikir (cipta) dan olah raga dalam Prawitasari(2011, hlm. 35-36) bahwa:

“Olah rasa menjadi penting karena kepekaan rasalah yang menjadikan manusia yang berfikir (bercipta) unggul dan berkarsa tangguh sehingga tidak akan bersikap semena mena terhadap orang lain. Dengan olah rasa akan terbentuk manusia-manusia yang berkarakter. Sifat-sifat umum manusia berkarakter antara lain, berintegrasi antara fikir, kata dan laku antara lain: jujur, rendah hati, disiplin, setia, menahan diri, bertenggang rasa, penuh perhatian, belas kasih, berani, adil, sabar, rajin, sederhana, taat hukum, berkepedulian terhadap manusia lain, terbuka, mau menerima perbedaan, demokratis dan menghormati keragaman sebagai keniscayaan.” Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Budimansyah dan Ki Hajar Dewantara tentang olah rasa dan tujuannya, peraturan pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 dalam Sairin (2013, hlm. 381-382) tentang Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 67 ayat 1 yang menyebutkan fungsi pendidikan pada SD/MI salah satunya adalah melatih dan merangsang kepekaan dan kemampuan mengapresiasikan keindahan, kehalusan dan harmoni. Terkait dengan hal tersebut kegiatan berkesenian menjadi wadah untuk mewujudkan peserta didik yang terlatih dan peka dalam mengapresiasi hal-hal yang berkaitan dengan unsur-unsur estetika. Kemudian pada ayat 3 menyebutkan tujuan dari pendidikan dasar salah satunya adalah membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang toleran, peka sosial, demokratis dan bertanggung jawab.


(17)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seni tidak hanya berbicara tentang unsur-unsur estetika saja, seni rupa juga turut mengasah kepekaan sosial (Kompas, 28 April 2014). Ketika seorang anak menggambar suatu lingkungan maka dia akan mempelajari dan menghayati lingkungan tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Hirawan (2014, hlm. 8) seni dapat memfasilitasi kecerdasan emosional dan meningkatkan kepekaan.Soetedja (2009, hlm. 415) seni membentuk kepekaan anak sejak pertama kali mereka mengalaminya sebagai bentuk dasar dari ekspresi dan sebagai tanggapan untuk dan dalam kehidupan. Akan tetapi hal tersebut kurang mendapat perhatian dari segi perlakuan dan pemaknaan karya, pembelajaran seni rupa sering dianggap sebagai pelengkap kurikulum saja. Kreativitas anak dalam berkarya kurang diperhatikan sehingga kurang terarah dan terasah. Seperti yang dijelaskan oleh Muslich (2010, hlm. 202) sistem pendidikan dini yang ada sekarang di Indonesia ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Mulyasa (2013, hlm. 3) dalam sebuah rembuk nasional yang dihadiri oleh para pakar pendidikan di salah satu universitas yang cukup terkenal di Jawa Barat, bahwa pendidikan nasional telah gagal dalam membentuk nilai-nilai karakter bangsa terhadap peserta didik.

Dari permasalahan di atas peneliti mencoba melakukan pengamatan integrasi karakter terhadap peserta didik dalam proses pembelajaran SBK (Seni Budaya dan Keterampilan) khususnya pada bidang Seni Rupa melalui pengembangankebiasaan-kebiasaan baik (good habits) yang mewakili 18 nilai pilar yang menjadi pilar pendidikan budaya dan karakter bangsa, yaitu: (1) religius, (2) toleransi, (3) cinta damai, (4) bersahabat/komunikatif, (5) demokratis, (6) jujur, (7) disiplin, (8) kerja keras, (9) kreatif, (10) mandiri, (11) rasa ingin tahu, (12) gemar membaca, (13) menghargai prestasi, (14) peduli lingkungan, (15) peduli sosial (16) semangat kebangsaan, (17) cinta tanah air, dan (18) bertanggung jawab (Mulia, 2013, hlm. 8).

Sejalan dengan rujukan teori-teori di atas, penelitian yang dilakukan mengambil topik kajian integrasi good habits dalam pembelajaran seni rupa untuk


(18)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengembangkan pilar pendidikan budaya dan karakter bangsa memiliki kesesuaian dengan apa yang menjadi tujuan dari pendidikan umum, di mana pendidikan umum bertujuan untuk menciptakan warga negara yang baik dan berkepribadian utuh, usaha ini dapat dilakukan melalui pembelajaran seni rupa dengan mengintegrasikan kebiasaan baik (good habits) di dalamnya. Terkait dengan pernyataan tersebut Tarjo (2004, hlm. 4-5) menjelaskan perubahan tujuan pembelajaran seni rupa khususnya menggambar, yaitu:

“Dahulu tujuan pembelajaran menggambar di sekolah umum adalah menjadikan murid pandai menggambar. Sekarang tujuannnya adalah mengembangkan kemampuan berekspresi, kreatif dan apresiatif dalam rangka menunjang perkembangan pribadi yang utuh.”

Bahkan Davido (dalam Miranda, 2012, hlm. 1) menjelaskan gambar yang dibuat oleh anak-anak bisa menjadi pendekatan yang istimewa untuk mengenal kepribadian mereka. Manfaat lain dari pembelajaran seni dijelaskan oleh Priyanto (Kompas, 15 April 2014) Pendidikan Seni Budaya yang berkesinambungan dapat mengembangkan kreativitas siswa yang juga dapat mendorong prestasi siswa dalam belajar.Idealnya semua mata pelajaran tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, namun di dalamnya juga berupaya mengintegrasikan nilai-nilai yang dapat membantu anak didik menjadi warga negara yang baik dan utuh sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

1.2 Indentifikasi Masalah

Penelitian tentang integrasi good habits dalam pembelajaran seni rupa merupakan upaya untuk mendukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam mensosialisasikan pendidikan karakter melalui pembiasaan-pembiasaan yang baik (good habits), baik pada saat proses pembelajaran maupun materi pembelajaran yang berkaitan dengan good habits.

Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti dalam proses pembelajaran di dalam kelas dan interaksi peserta didik di lingkungan sekolah, teridentifikasi masalah sebagai berikut:


(19)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.2.1 Peserta didik paham tentang kebiasaan baik akan tetapi mereka tidak mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari

1.2.2 Materi pembelajaran seni rupa dan proses pembelajaran yang belum terintegrasi dengan pendidikan karakter secara universal

1.2.3 Kurangnya penghargaan hasil karya peserta didik baik penghargaan untuk karya milik pribadi maupun karya miliki teman

1.2.4 SDN Panyileukan 3 memiliki 2 ruang kelas untuk kelas 5 yang terdiri dari 3 rombongan kelas, sehingga kelas digunakan secara bergiliran.

Dari uraian permasalahan di atas, timbul kelemahan-kelamahan sebagai berikut:

1.2.1 Rendahnya kesadaran peserta didik untuk melakukan good habits, baik dalam memperlakukan diri sendiri, lingkungan, maupun sosial

1.2.2 Guru lebih menitikberatkan penilaian pembelajaran seni rupa pada unsur estetik. Lebih dari pada itu, penilaian makna dan proses pendidikan karakter dan budaya bangsa terdiri dari atas 18 nilai yang belum sepenuhnya tersampaikan

1.2.3 Peserta didik lalai dalam menjaga karya mereka, bahkan sebelum dinilai karya tersebut rusak atau setelah dinilai disimpan dimana saja bahkan ada yang membuangnya. Selain itu peserta didik juga tidak menghargai hasil karya orang lain dengan memberi ejekan atau merusak karya kelas lain

1.2.4 Ruang kelas yang digunakan secara bergiliran sering menimbulkan konflik, antara lain jika kelas 5 yang mendapatkan giliran masuk pagi meninggalkan kelas yang kotor dan berantakan, maka kelas 5 yang mendapat giliran masuk siang meninggalkan kelas dengan keadaan yang sama. Selain itu, hiasan yang rusak tidak diperbaiki jika bukan milik kelas 5 yang sedang menempati kelas saat itu.


(20)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini, diharapkan dapat menemukan model pembelajaran seni rupa yang menstimulasi peserta didik untuk memahami dan mempraktekkan good

habits dalam kehidupan sehari-hari serta hasil karya peserta didik yang sarat akan

nilai karakter.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan judul yang diajukan, agar permasalahan tidak jauh melampaui batas, untuk lebih fokus lagi peneliti merumuskan masalah pada kurangnya kesadaran kebiasaan baik (good habits) pada peserta didik yang akan dikembangkan melalui pembelajaran seni rupa. Rumusan masalah tersebut diuraikan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1.3.1 Bagaimana peran sekolah dalam mengembangkan good habits di SDN Panyileukan 3 Bandung?

1.3.2 Bagaimana model pembelajaran seni rupa yang mengintegrasikan kebiasaan baik (good habits) dalam pengembangan pilar pendidikan budaya dan karakter bangsa ?

1.3.3 Adakah pengaruh pengintegrasian good habits dalam pembelajaran seni rupa terhadap kepribadian yang diukur melalui laporan hasil prestasi peserta didik?

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan menghasilkan pembinaan kebiasaan baik (good habits) melalui pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan khususnya pada bidang Seni Rupa di kelas 5 SD. Secara rinci diuraikan sebagai berikut:

1.4.1 Mendeskripsikan peran sekolah dalam mengembangkan good habits di SDN Panyileukan 3 Bandung

1.4.2 Menemukan model pembelajaran seni rupa yang mengintegrasikan (good

habits) dalam pengembangan pilar pendidikan budaya dan karakter bangsa

1.4.3 Ada tidaknya pengaruh pengintegrasian kebisaan baik (good habits) dalam pembelajaran seni rupa terhadap kepribadian peserta didik yang diukur melalui laporan hasil prestasi peserta didik


(21)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.5 Manfaat Penelitian

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam wacana pendidikan umum tentang pendidikan karakter yang diintegrasikan dengan seni rupa.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam menggali dan mengkaji proses integrasi good habits dalam pembelajaran seni rupa untuk mengembangkan pendidikan karakter dan budaya bangsa.

1.6 Definisi Operasional 1.6.1 Kebiasaan (Habits)

Waruwu (2010, hlm. 74) sikap bukan bawaan melainkan hasil belajar, pengalaman dan endapan selama formasi kepribadian.Sanjaya (2006, hlm. 274) sikap (afektif) erat kaitannya dengan nilai yang dimiliki seseorang. Sikap merupakan refleksi dari nilai yang dimiliki.Dari beberapa pengertian sikap di atas dapat disimpulkan bahwa sikap seseorang tidak terbentuk sejak lahir melainkan proses yang terjadi selama hidup yang menghasilkan nilai dalam dirinya. Pengertian lain tentang sikap dijelaskan oleh Secord dan Backman (Azwar, 2013, hlm. 5) keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Selanjutnya Saptono (2011, hlm. 20) seseorang dikatakan berkarakter baik manakala dalam kehidupan sehari-hari memiliki tiga kebiasaan, yaitu: memikirkan hal yang baik (habits of mind), menginginkan hal yang baik (habits of

heart), dan melakukan hal yang baik (habits of action). Menurut Duhigg (dalam

Palar, 2013, hlm. 17) kebiasaan muncul karena otak terus menerus mencari cara untuk menghemat upaya. Jika dibiarkan, otak akan nyaris menjadikan setiap rutinitas suatu kebiasaan. Dapat disimpulkan bahwa kebiasan dapat memudahkankerja otak karena sesuatu yang dilakukan secara rutin akan direspon


(22)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

secara otomatis. Jika dalam kehidupan sehari-hari memiliki 3 kebiasaan yang dipaparkan oleh Saptono maka akan muncul karakter baik.

Komponen Karakter yang Baik

Gambar 1.1

Diagram komponen karakter yang baik Lickona (dalam Wamaungo, 2012, hlm. 84)

Setiap komponen memiliki keterkaitan yang sangat erat. Seperti yang terlihat pada diagram di atas, pengetahuan moral dan perasaan moral mempengaruhi tindakan moral. Ketiga komponen tersebut saling berhubungan dan saling mendukung. Kebiasaan termasuk kedalam komponen dari tindakan moral untuk mewujudkan karakter baik. Waruwu (2010, hlm. 74) menjelaskan tentang proses terbentuknya kepribadian seseorang, yaitu:

“Hasil dari pikiran direkam dalam memori. Isi memori pada gilirannya mempengaruhi pikiran. Demikian terbentuk lingkaran yang membentuk kebiasaan, menjadi sifat dan akhirnya menjadi bagian dari kepribadian seseorang.”

Pendapat lain seperti dikemukakan oleh Hakam (wawancara, 11 Februari 2015, tahap kepribadian pada awalnya merupakan informasi yang diterima seseorang akan mempengaruhi pemahamannya menjadi (knowing) yang lama kelamaan akanmeyakini belief, setelah itu kepercayaan akan suatu hal akan dimunculkan pada sikap (attitude), kemudian menjadi sifat (value), nilai yang dikembangkan

Pengetahuan Moral 1. Kesadaran moral 2. Pengetahuan nilai moral 3. Penentuan perspektif 4. Pemikiran moral 5. Pengambilan keputusan 6. Pengetahuan pribadi

Perasaan Moral 1. Hati nurani 2. Harga diri 3. Empati

4. Mencintai hal yang baik 5. Kendali diri

6. Kerendahan hati

Tindakan Moral 1. Kompetensi 2. Keinginan 3. Kebiasaan


(23)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terus menerus akan menjadi karakter (character), karakter baik dan tidak baik yang dimiliki seseorang akan menjadi kepribadian (personality) kemudian tahapan yang paling tinggi menjadi jati diri. Selanjutnya, Kohlberg (dalam Zuchdi, 2009, hlm. 51-53) menemukan tiga tingkat mengenai permasalahan

(issue) moral adalah sebagai berikut: prakonvensional, konvensiaonal, dan pasca

konvensional. Tahap pertama disebut moralitas heteronomi yaitu berorientasi kepada hukuman dan kepatuhan. Tahap kedua disebut tujuan instrumental, individualisme dan pertukaran (kebutuhan dan keinginan). Tahap ketiga adalah harapan, hubungan dan penyesuaian antar pribadi. Tahap keempat adalah sistem sosial dan hati nurani. Tahap kelima adalah kontrak sosial dan hak individual. Tahap keenam adalah prinsip etis universal.

Covey (2002, hlm.1-2) menjelaskan tujuh kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: (1) jadilah proaktif, bertanggung jawab atas prilaku kita sendiri (di masa lalu, di masa sekarang, maupun di masa mendatang (2) merujuk pada tujuan akhir, segalanya diciptakan dua kali. Pertama secara mental yang kedua secara fisik. (3) dahulukan yang utama, mengorganisasikan dan melaksanakan, apa-apa yang telah diciptakan secara mental (tujuan anda, visi anda, nilai-nilai anda dan prioritas-prioritas anda). (4) berfikir menang/menang, cara berfikir yang berusaha mencapai keuntungan bersama, dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua interaksi. (5) berusaha memahami terlebih dahulu baru dipahami, kalau kita mendengarkan sesama, untuk memahami orang lain, ketimbang untuk menanggapinya, kita memulai komunikasi sejati dan membangun hubungan. (6) wujudkan sinergi, adalah soal menghasilkan cara alternatif ketiga, bukan caraku, bukan caramu melainkan cara ketiga yang lebih baik ketimbang cara kita masing-masing. (7) mengasah gergaji, memperbarui diri terus menerus dalam keempat bidang kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental dan rohaniah. 7 kebiasan yang dijelaskan oleh Covey merupakan cara manusia menentukan sikap dengan pemikiran yang sederhana tetapi mencakup keseluruhan.


(24)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran merupakan perubahan yang bertahan lama dalam perilaku, atau dalam kapasitas berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk pengelaman lainnya Schunk (dalam Palar, 2012, hlm. 5). Sedangkan pembelajaran menurut Surya (dalam Majid, 2014, hlm. 141) adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Doris (dalam Lisyarti, 2012, hlm. 16) seseorang baru belajar jika,”Anda tiba-tiba mengerti sesuatu yang telah Anda ketahui sepanjang hidup Anda, tetapi dengan pemahaman yang berbeda.” Pendapat Bloom (dalam Surya, 2013) yang dikenal dengan Taksonomi pendidikan Bloom menyebutkan ada 3 ranah perilaku sebagai tujuan dan hasil pembelajaran, yaitu:

(1) kognitif, (2) afektif, dan (3) psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), yaitu: (1)Ranah kognitif: Pengetahuan (knowledge), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (sinthesis), dan evaluasi (evaluation). (2) Ranah afektif: Penerimaan (Receiving/

Attending), tanggapan (responding), penghargaan (valuing),

pengorganisasian (Organization), karakterisasi berdasarkan nilai-nilai (chracterization by a value or value Complex). (3) Ranah psikomotor: persepsi (perception), kesiapan (set), respon terpimpin (guided Response), mekanisme (mechanism), respons tampak yang kompleks (complex overt

response), penyesuaian (adaption), penciptaan (origination)

1.6.3 Metode Pembelajaran

Sanjaya (2006, hlm. 147-161) menjelaskan metode pembelajaran dibagi ke dalam 4 bagian, yaitu: ceramah, demontrasi, diskusi dan simulasi.Selain ke 4 metode pembelajaran di atas Farida, dkk ( 2012, hlm. 123-124) memaparkan metode lain, yaitu story telling yang merupakan metode pembelajaran tertua di dunia. Dunia anak adalah dunia imajinasi, kisah yang imajinatif bisa sangat efektif untuk menyampaikan materi pembelajaran dari nilai moral. Selain having fun,

trory telling bermanfaat untuk:

1) Menambah daya kreativitas dan imajinasi

2) Menambah wawasan, terutama jika kisah berasal dari negara atau budaya lain 3) Meningkatkan kemampuan berbahasa, mendengar, dan berkomunikasi


(25)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4) Meningkatkan kemampuan konseptual dan kecerdasan emosional

5) Memperoleh relaksasi dan membangun keakraban emosi antara guru dan siswa

1.6.4 Seni Rupa

Menurut Dewantara (Susanto, 2011, hlm. 354 ) seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaanya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakan jiwa perasaan manusia. Dharsono (2007, hlm. 69) seni rupa merupakan salah satu kesenian yang mengacu pada bentuk visual atau sering disebut bentuk perupaan, yang merupakan susunan atau komposisi atau satu kesatuan dari unsur-unsur rupa.Read (1951, hlm. 21) Art, as well as religion, was

an idealization of nature, and especially of man as the culminating point of the process of nature. Seni, seperti religius, ada sebuah idealisme alami, khususnya

bagi manusia seni itu puncak dari proses alam. Langer (dalam Santo, 2012, hlm. 78) seni merupakan kreasi dari bentuk simbol perasaan manusia yang mengalami transformasi yang bersifat universal dari pengalaman dan bukan merupakan pikiran semata.Purwadarminta (dalam Tarjo, 2004, hlm. 14) seni adalah kecakapan batin (akal) yang luar biasa yang dapat menciptakan sesuatu yang luar biasa, yang elok-elok atau yang indah. Kant (dalam Sumardjo, 1999, hlm. 93) seni sepenuhnya merupakan kepuasan keindahan tanpa pamrih.

Dari beberapa pengertian seni di atas dapat disimpulkan bahwa karya seni merupakan gambaran dari perasaan manusia yang menghasilkan sesuatu yang indah, khusus untuk seni rupa sesuatu yang indah tersebut berupa bentuk visual yang terdiri dari unsur-unsur rupa. Adapun tujuan dari Pendidikan Seni Rupa (Garha, 1975, hlm. 8-10) adalah sebagai berikut:

“Kesempatan untuk berekspresi, pengembangan auto aktivitas, penyaluran imajinasi dan fantasi sangat bermakna dalam memelihara perkembangan kreativitas serta produktivitas anak-anak.”

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa karya seni tidak hanya dapat dinikmati wujud rupanya saja, akan tetapi kebermaknaan dapat diperoleh pada saat proses berkarya. Damajanti (2006, hlm. 105) membagi sumber karya seni


(26)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kedalam dua bagian, yaitu karya psikologi dan karya penemuan yang akan dijelaskan pada tabel berikut:

Karya Psikologi Karya Penemuan

Karya individu kreatif hanya menjelaskan isi perasaan (cinta, keluarga, lingkungan, dll.)

Berasal dari ketidaksadaran kolektif, di mana tersimpan sisa-sisa pengalaman dan percobaan pertama nenek moyang. Contohnya, menurut Jung, Faust karya Goethe yang diilhami mitologi di Eropa.

Tabel 1.1

Sumber: Psikologi Seni, Damajanti (2006 :105)

Pada seminar Nasional Implementasi Kurikulum 2013Sukmayadi ( 2013)menjelaskan tujuan dari pembelajaran SBK, yaitu melalui mata pelajaran Seni Budaya diharapkan peserta didik mampu:

1) Menanamkan nilai-nilai moral yang tercermin dalam perilakunya 2) Mengendalikan emosi, rasa dan laku yang merenah melalui pembiasaan

3) Membina karakter manusia yang merenah dan wani masamoan 4) Mengembangkan wawasan pengetahuan dan keterampilannya guna

pengembangan diri di masa yang akan datang

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran SBK yang pertama adalah perkembangan perilaku peserta didik, yang kedua pengendalian diri berupa emosi, rasa dan laku melalui pembiasaan, yang ketiga pembinaan karakter, dan yang keempat mengembangkan wawasan pengetahuan dan keterampilan.


(27)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode

Penelitian tentang integrasi good habits dalam pembelajaran seni rupa ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan (action research). Sugiyono (2013, hlm. 487) penelitian tindakan adalah penelitian kombinasi, pada tahap research pengumpulan data dapat menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif, dan tahap pengujian tindakan (action) menggunakan metode eksperimen. Adapun tujuan utama dari penelitian tindakan McMilan (dalam Matler, 2011, hlm. 22) untuk meningkatkan praktik secara langsung di dalam satu atau beberapa kelas atau sekolah. Penelitian dilakukan secara individualaction research di kelas. Peneliti memilih penggunaan mixed methods modelconcurrent embeddedkarena subyek dan obyek dari sifat penelitian ini memiliki ciri yang dapat didekati dengan prosedur statistik dan pencarian makna mendalam. Sugiyono (2013, hlm 411) menjelaskan model concurrent embedded, sebagai berikut:

“Metode penelitian yang menggabungkan antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan cara mencampur kedua metode tersebut secara tidak seimbang.”

Dalam penelitian ini metode kualitatif dijadikan pegangan utama. Pada saat mengumpulkan data menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Selanjutnya pada saat menguji efektifitas tindakan menggunakan metode eksperimen. Data statistik digunakan untuk memperoleh data tambahan, kemudian untuk memperluas dan memperdalam data menggunakan metode kualitatif. Data kualitatif yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata dan gambar yang berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto dan vidiotape. Sedangkan data kuantitatif adalah nilai-nilai raport peserta didik. Penelitian ini menggunakan analisis data secara induktif. Landasan filosofis penelitian ini menggunakan klaim-klaim pengetahuan pragmatis. Creswell (2010, hlm, 16) pragmatis dapat digunakan untuk penelitian metode campuran yang di dalamnya peneliti bebas melibatkan asumsi-asumsi kuantitatif dan kualitatif dalam sebuah penelitian.


(28)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Renacana penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada bagan berikut:

Penelitian Tindakan (Action Research)

Gambar 3.1

Perencaan penelitian (Mertler, hlm. 85)

3.2 Teknik Pengumpulan Data Pendekatan Penelitian Mixed Concurrent embedded method - Wawancara - Angket - Esperimentasi model pembelajaran

- Berbagi dan penyampaian hasil penelitian - Refleksi proses penelitian Menyusun

rencana aksi individual Tahap pengambilan

tindakan Tahap pengembangan Tahap refleksi - Indentifikasi dan pembatasan tema - Pengumpulan informasi - Tinjauan pustaka terkait - Penyusunan rencana penelitian

Subjek penelititan (Guru, karyawan, dan

siswa)

Tahap perencana an

Integrasi good habits dalam pembelajaran seni rupa Analisis data (Hasil angket, wawancara, penilaian kelas hasil dan eksperimen pembelajar an


(29)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: dokumentasi, studi kepustakaan, wawancara, dan observasi.

3.2.1 Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan data berupa foto dan vidio proses pembelajaran, selain itu peneliti mengumpulkan data tentang profil sekolah dan laporan kemajuan peserta didik. Bertujuan untuk mengetahui bagaimana integrasi good

habits dalam pembelajaran seni rupa di SD Negeri Panyileukan 3 Bandung.

3.2.2 Studi Kepustakaan

Mencari dan mengumpulkan data referensi ataupun dokumen berupa buku, makalah, artikel, skripsi, tesis disertasi dan gambar mengenai habit serta informasi lain yang berhubungan dengan habit, pendidikan karakter, pembelajaran seni rupa, sikap serta melakukan pencarian dokumen-dokumen lainnya yang sekiranya bisa dijadikan acuan dan sumber utama maupun pelengkap dalam penelitian.

3.2.3 Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang faktor-faktor apa saja yang mendukung pengembangan sikap integrasi good habits dalam pembelajaran seni rupa. Pihak yang aka diwawancarai adalah kepala sekolah, wali kelas,guru agama dan peserta didik.

3.2.4 Observasi

Peneliti melakukan observasi untuk mengamati secara langsung proses pembelajaran seni rupa di SD Negeri Panyileukan 3 Bandung dan untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang ditemukan dalam integrasi good habits dalam pembelajaran seni rupa untuk mengembangkan 18 pilar pendidikan budaya dan karakter bangsa.


(30)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peneliti memberikan angket tertutup pada guru, peserta didik dan orang tua. Widoyoko (2013, hlm. 36) angket tertutup merupakan angket yang jumlah item yang alternatif jawaban maupun responnya sudah ditentukan. Angket yang diberikan kepada guru dimaksudkan untuk mengetahui pendapat guru tentang peran serta sekolah, pembelajaran seni rupa yang terintegrasi dengan good habits dan kepribadian peserta didik. Angket yang diberikan kepada peserta didik adalah untuk mengetahui apresiasi peserta didik terhadap pembelajaran seni rupa yang terintegrsi dengan good habits, bagai mana pemahaman kabiasaan-kebiasaan baik peserta didik secara umum. Selain itu, angket yang diberikan kepada peserta didik dimaksudkan untuk menilai antar peserta didik, untuk mengetahui perubahan perilaku pserta didik melalui teman dekat atau teman sebangku. Angket yang diberikan kepada orang tua peserta didik dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan perilaku perseta didik di rumah.

3.2.6 Dukumen

Peneliti mengumpulkan data berupa dokumen yang berhubungan dengan SD Negeri Panyileukan 3 Bandung, yaitu: profil sekolah, data ruangan, keadaan pendidik dan tenaga kependidikan, status kepegawaian, riwayat / kegiatan penting, kondisi lingkungan sekolah, kondisi sosial masyarakat, visi, misi dan tujuan sekolah, dan struktur kurikulum.

3.3 Alat Pengukur 3.3.1 Skala Sikap

Furchan (2011, hlm. 278) skala adalah seperangkat nilai angka yang ditetapkan kepada subyek, obyek atau tingkah laku dengan tujuan mengukur sifat. Untuk mengukur sikap peneliti menggunakan teknik skala sikap summated rating

scale (skala Likert). Peneliti akan memberikan butir-butir pernyataan pada seluruh

peserta didik kelas 5, kemudian meminta mereka untuk mengemukakan pendapat terhadap tiap-tiap pernyataan itu dengan menetapkan apakan mereka sangat setuju, setuju, cukup, kurang setuju, dan tidak setuju dengan pernyataan itu.


(31)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.3.2 Pengamatan Langsung

Peneliti melakukan pengamatan langsung secara sistematis terhadap tingkah laku peserta didik di sekolah. Peneliti menggunakan pengamatan langsung bertujuan untuk mengukur kebiasaan baik (good habits) peserta didik sebelum dan setelah mendapatkan stimulasi.

No Variabel Indikator Alat Pengukur Data

1 Good habits Sikap-sikap peserta

didik saat berinteraksi

Skala sikap

2 Pembelajaran Seni Rupa

Kecenderungan merespon pelajaran atau tidak

Skala sikap dan data statistika

Tabel 3.1

3.4Lokasi dan Subyek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar SD Negeri Panyileukan 3 Kota Bandung Jawa Barat. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena peneliti melihat kebiasaan-kebiasaan baik (good habits) belum terlihat dilaksanakan oleh peserta didik di SD Negeri Panyileukan 3 Bandung.Serta ingin memperbaiki dan mengembangkan model pembelajaran seni rupa yang lebih terintegrasi dengan pendidikan budaya dan karakter bangsa melalui good habits.Kemudian peneliti memilih seluruh peserta didik kelas 5 A, B, dan C sebagai subyek penelitian. dengan jumlah total 123 peserta didik. Alasan peneliti memilih peserta didik kelas 5 karena usia sekitar 9-11 tahun hubungan sosial semakin berkembang dan di usia ini peserta didik mulai senang berkelompok dengan teman sebaya. Sehingga konflik sering terjadi pada usia tersebut . selain itu tahap perkembangan menggambar pada usia tersebut berada pada masa realisme. Dimana pada masa ini peneliti melihat anak kurang percaya diri dalam menggambar. Hal tersebut diperkuat oleh Garha (1975, hlm. 30) spontanitas anak dalam berkreasi menurun pada masa realisme karena pertimbangan akal sudah mulai mempengaruhi dunia ciptaan mereka. Peneliti akan memberikan stimulasi untuk menumbuhkanrasa percaya diri dalam mengekspresikan dan mengapresiasi pada karya seni rupa serta


(32)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menanamkan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa pada peserta didik.

3.5Analisis Data

Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian (Creswell2010, hlm. 274). Proses analisis data yang dilakukan adalah : reduksi data; displai data; dan penyimpulan serta verifikasi.

3.5.1 Reduksi Data.

Reduksi dataadalah memilih, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksikan, dan mengubah data kasar ke dalam catatan lapangan.

3.5.2 Displai Data.

Displai data adalah langkah mengorganisasi data dalam suatu tatanan informasi yang padat atau kaya makna, sehingga dapat dengan mudah dibuat kesimpulan.

3.5.3 Kesimpulan dan Verifikasi.

Berdasarkan hasil analisis data melalui langkah reduksi dan displai data langkah terakhir adalah menarikkesimpulan dan melakukan verifikasi terhadap kesimpulan yang dibuat. Kesimpulan yang dibuat adalah jawaban terhadap masalah riset. Verifikasi ini adalah upaya membuktikan kembali benar atau tidaknya kesimpulan yang dibuat, atau sesuai atau tidaknya kesimpulan dengan kenyataan.

NO Pertanyaan Penelitian Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Rancangan Analis Data 1. Bagaimana peran

sekolah dalam

-Kuantitatif berupa data statistik profil

Data primer

dan 

Observasi Wawancara

Mereduksi data


(33)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NO Pertanyaan Penelitian Jenis Data Sumber

Data Teknik Pengumpulan Data Rancangan Analis Data mengembangkan good

habits di SDN

Panyileukan 3 Bandung?

SD Negeri Panyileukan 3Bandung -Kualifikasi berupa

deskripsi profil SD Negeri

Panyileukan 3Bandung

sekunder Studi kepustakaan

Menyajikan data

Verifikasi data

2 Bagaimana model pembelajaran seni rupa yang mengintegrasikan kebiasaan baik (good habits) dalam pengembangan pilar pendidikan budaya dan karakter bangsa di SD Negeri Panyileukan 3? -Proses pembelajaran di kelas -Kuantitatif penyebaran instrumen pada anggota sampel Data primer dan sekunder Observasi Wawancara Dokumentasi Angket Mereduksi data Menyajikan data Verifikasi data

3 Adakah pengaruh pengintegrasian good habits dalam pembelajaran seni rupa terhadap kepribadian yang di ukur melalui laporan hasil prestasi peserta didik?

-Kuantitatif berupa gambar yang dibuat siswa dan laporan hasil belajar siswa -Kualitatif,berupa deskripsi kesimpulan dari data statistika laporan hasil belajar siswa Data Primer dan sekunder Observasi Wawancara Dokumentasi Mereduksi data Menyajikan data Verifikasi data Tabel 3.2


(34)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa


(35)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3

Pada tabel 3.3 merupakan kumpulan buku-buku yang akan digunakan untuk menstimulasi peserta didik terkait dengan kebiasaan-kebiasaan baik good

habits.Di dalam buku tersebut berisi tentang gambar-gambar kebiasaan baik

beserta keteranganya. Pada tabel 3.4 merupakan kumpulan gambar visualisasi

good habits untuk menstimulasi peserta didik sebelum berkarya.

Gambar Visualisasi Good HabitsuntukMenstimulasi Peserta Didik NO 18 Nilai yang Menjadi Pilar

Pendidikan Budaya dan Karaketer Bangsa

Gambar Visualisasi Good

Habits

Hasil


(36)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NO 18 Nilai yang Menjadi Pilar

Pendidikan Budaya dan Karaketer Bangsa

Gambar Visualisasi Good

Habits


(37)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NO 18 Nilai yang Menjadi Pilar

Pendidikan Budaya dan Karaketer Bangsa

Gambar Visualisasi Good

Habits

Hasil

2 Toleransi


(38)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NO 18 Nilai yang Menjadi Pilar

Pendidikan Budaya dan Karaketer Bangsa

Gambar Visualisasi Good

Habits

Hasil


(39)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NO 18 Nilai yang Menjadi Pilar

Pendidikan Budaya dan Karaketer Bangsa

Gambar Visualisasi Good

Habits

Hasil

5 Demokratis

6 Jujur


(40)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NO 18 Nilai yang Menjadi Pilar

Pendidikan Budaya dan Karaketer Bangsa

Gambar Visualisasi Good

Habits

Hasil

8 Kerja keras


(41)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NO 18 Nilai yang Menjadi Pilar

Pendidikan Budaya dan Karaketer Bangsa

Gambar Visualisasi Good

Habits

Hasil

10 Mandiri

11 Rasa ingin tahu

12 Gemar membaca


(42)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NO 18 Nilai yang Menjadi Pilar

Pendidikan Budaya dan Karaketer Bangsa

Gambar Visualisasi Good

Habits

Hasil

14 Peduli lingkungan


(43)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NO 18 Nilai yang Menjadi Pilar

Pendidikan Budaya dan Karaketer Bangsa

Gambar Visualisasi Good

Habits

Hasil

16 Semangat kebangsaan

17 Cinta tanah air

18 Bertanggung jawab


(44)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa


(45)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1.1 Kesimpulan

1.1.1 Peran Sekolah dalam Mengembangkan Good Habits di SDN Panyileukan 3 Bandung

Peran sekolah dalam kebijakan sekolah melalui regulasi yang merupakan usaha untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan baik (good habits), adalah sebagai berikut:

 Pembiasaan budaya santun melalui 6 s yang merupakan kepanjangan dari senyum, sapa, salam, sopan, santun dan suntangan

 Pembiasaan k3 melalui budaya budaya bersih, budaya tertib, dan budaya kerja

 Pembiasaan budaya imtaq, melalui shalat jumat, membaca asmaulhusna, shalat duha dan doa bersama, bacaan surat pendek awal jam pertama dan jam terakhir

 Budaya berbahasa melalui berbicara bahasa sunda

Namun dalam implementasinya,regulasi sekolah dalam membentuk good

habitsmenghadapi kendala-kendala, yaitu: kurangnya sosialisasi regulasi sekolah

sehingga pembiasaan buadaya k3 melalui budaya bersih memiliki tingkat kesadaran yang rendah, dapat dilihat dari masih ditemukannya sampah yang berserakan di lingkungan sekolah terutama di kantin sekolah, dimana orang tua peserta didik yang sedang menunggu anaknya masih membuang sampah tidak pada tempatnya yang seharunya memberikan contoh pada peserta didik.


(46)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.1.2 Model Pembelajaran Seni Rupa yang Mengintegrasikan Kebiasaan Baik (Good Habits) dalam Pengembangan Pilar Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Model pembelajaran yang diuji cobakan selama tiga siklus melalui dua kali perbaikan adalah sebagai berikut:

a. Siklus Pertama

Secara individu peserta didik menggambar ilustrasi dengan empat kali pertemuan, dengan tema (1) Kekayaan alam Indonesia, (2) Penyebab kerusakan alam Indonesia, (3) Akibat kerusakan alam Indonesia, (4) Penanggulangan kerusakan alam Indonesia. Kemudian secara berkelompok gambar ilustrasi tersebut dibuat poster dan dipresentasikan di depan kelas, kemudian hasilnya dipajang di kelas. Pembelajaran tersebut mampu menanamkan rasa bersyukur atas kekayaan alam yang dimiliki Indonesia kemudian tahu bagaimana memperlakukan alam, serta turut dalam menanggulangi kerusakan alam Indonesia dengan melakukan hal-hal yang sederhana yaitu merubah kebiasaan buruk untuk tidak membuang sampah sembarangan dan tidak merusak tanaman, walapun belum dilakukan oleh seluruh peserta didik, sikap menghargai prestasi belum tampak dilihat dari cara peserta didik dalam memperlakukan karya. Masih ada karya yang dibuang setelah dinilai dan beberapa pajangan kelas yang rusak.

b. Siklus Kedua

Pada siklus ke dua secara individu peserta didik menggambar ilustrasi dengan tema mengenai budaya Indonesia, selanjutnya peserta didik membuat majalah dinding kelas dan sekolah kemudian memajang beberapa karya terbaik di majalah dinding tersebut. Setelah itu peserta didik ditugaskan untuk membuat map dengan kreasi masing-masing, jadi karya yang tidak terpilih untuk dipajang dapat disimpan dengan rapi pada map. Pada siklus kedua ini, peserta didik terlihat lebih menghargai karya, sudah tidak ditemukan lagi


(47)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

karya yang dibuang. Sikap yang belum tampak pada pembelajaran ini adalah beberapa peserta didik yang sering kehilangan konsentrasi pada saat pembelajaran berlangsung sehingga membuat kegaduhan di dalam kelas dan mengganggu peserta didik yang lain.

c. Siklus Ketiga

Pada siklus ketiga guru menstimulasi peserta didik dengan memperlihatkan gambar-gambar kebiasaan-kebiasaan baik (good habits). Secara individu peserta didik menggambar ekspresi ilustrasi dengan tema kebiasaan-kebiasaan baik dan kurang baik tentang diri sendiri kemudian pada pertemuan berikutnya bertemakan kebiasan-kebiasaan diri sendiri yang sudah diperbaiki. Good habits diintegrasikan melalui materi pembelajaran dan proses pembelajaran secara tegas. Guru mengelompokan karya peserta didik sesuai dengan nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa yang terkandung di dalam gambar kebiasaan-kebiasaan sederhana yang biasa dilakukan peserta didik sehari-hari. Pada pembelajaran ini guru dapat mengetahui kepribadian peserta didik melalui gambar ilustrasi yang mereka buat. Selain itu peserta didik menjadi lebih paham tentang dirinya sendiri.

Model pembelajaran seni rupa dengan mestimulasi peserta didik dengan gambar-gambar good habits terkait dengan pilar pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan model pembelajaran yang dapat mengintegrasikan good habits pada materi pembelajaran dan proses pembelajaran serta dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk bidang lain.

1.1.3 Pengaruh Pengintegrasian Good Habits dalam Pembelajaran Seni Rupa Terhadap Kepribadian yang Diukur Melalui Laporan Hasil Prestasi Peserta Didik


(48)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengaruh integrasi good habits dalam pembelajaran seni rupa memiliki dua dampak sekaligus, antara lain:

Dampak Langsung(InstructionalEffect)

Dampak langsung dari integrasi good habits dalam pembelajaran seni rupa adalah pada hasil karya peserta didik yang lebih komunikatif, lebih menyampaikan pesan-pesan yang lebih meaning full.

Dampak Pengiring(NurturanEffect)

Dengan menggambar ilustrasi tentang kebiasaan diri sendiri, peserta didik lebih mengenal dirinya, mereka paham kebiasaan yang harus ditinggalkan dan kebiasaan yang harus ditingkatkan.Walaupun dalam prakteknya tidak semua kebiasaan buruk tersebut hilang, setidaknya bisa sedikit berkurang.

Kedua dampak tersebut diperoleh melalui laporan hasil prestasi peserta didik berupa nilai SBK dan nilai kepribadian peserta didik yang diperkuat oleh pengamatan langsung dari observasi awal sampai observasi akhir proses pembelajaran di dalam dan di luar kelas, hasil jawaban angket terkait perkembangan kebiasaan peserta didik yang diperoleh dari orang tua peserta didik serta jawaban angket antar peserta didik dan hasil wawancara dengan wali kelas.

1.2 Rekomendasi

Penelitian lanjutan tentang integrasi good habitsdalam pembelajaran seni rupa, yaitu menggambar ilustrasidengan mengakaji semiotika gambar anak-anak di sekolah dasar dengan menggunakan kurikulum 2013 yang jauh lebih menekankan karakter, serta penilaian nilai raport yang deskriptif akan lebih spesifik dalam mengukur kepribadian. Selain itu pengaruh model pembelajaran seni rupa yang diaplikasikan dalam pembelajaran di bidang lain dapat juga dijadikan penelitian lanjutan. Kemudian rancangan rumusan masalah yang lebih fokus pada pertanyaan


(49)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

besar penelitian akan lebih konsisten dalam menentukan metode penelitain yang dipilih.


(50)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, S. (2012). Pembelajaran Nilai-Karakter. Depok: PT. Raja Gravindo Persada

Ainusysyam, F.Y. (2009). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bagian III Pendidikan

Disiplin Ilmu: Pendidikan Akhlak. Bandung : PT. Imperial Bhakti Utama

Agung, R.M.P dan Santo, T. N. (2012). Menjadi Seniman Rupa. Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Aqid, J. (2011). Pendidikan Karakter Membangun Prilaku Positif anak bangsa. Bandung: CV.Yrama Widya

Aqid, J dan Sujak. (2012) Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Wydia

Ary, D. Dkk. (2011). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Penerjemah: Furchan, A. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. (2013). Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Budimasyah, D. (2012). Dimensi-dimensi Praktik Pendidikan Karakter. Bandung : Widya Aksara Press

Budimasyah, D. (2012). Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter. Bandung: Widya Aksara Press

Ching, F. D. K. (2002). Menggambar Sebuah Proses Kreatif. Judul asli: Drawing

A Creative Process. Jakarta: Erlangga

Covey, S.T. (2002). Living The 7 Habits. Diterjemahkan oleh: Saputra, A. Jakarta: Binarupa Aksara

Creswell, J.W. (2010). Research Design. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Damajanti, I. (2006). Psikologi Seni. Bandung : PT. Kiblat Buku Utama

Davido, S. (2012). Mengenal Anak Melalui Gambar. Diterjemahkan oleh Miranda, A. Jakarta: Salemba Humanika

Dewantara, K.H. (1961). Karja Ki Hajar Dewantara. Jogjakarta: Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa


(51)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dharsosno. (2007). Estetika. Bandung: Rekayasa Sains

Djiwandono, S.E.W. (2005). Konseling dan Terapi dengan Anak da Orang Tua. Jakarta: PT. Grasindo

Duhigg, C. (2013). The Power of Habit. Diterjemahkan oleh: Palar, D.T.W. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Elfindri, dkk. (2012). Pendidikan Karakter. Jakarta: Baduose Media Jakarta

Fathurrohman, P. (2013). Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Refika Aditama

Farida, dkk. (2012). Sekolah Menyenangkan. Bandung: Nuansa

Garha.O dan Bongsoe, M.O. (1975). Pendidikan Seni Rupa. Bandung: PT. Pelita Masa

Hamzah B, U. (2012). Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Harris. C.W. (1960). Encyclopedia of Educational Research. New York: The Macmillan Company

Hirawan, A. (2014). Art is Fun. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Home, H.D. (2011). Panduan Untuk Guru Kesenian Sekolah Dasar dan

Menengah. Diterjemahkan oleh Prayitno, D. Jakarta Barat: PT. Indeks

Karyono, T. (2012). Membangun Karakter Bangsa Melalui Stimulasi Model

Pembelajaran Menggambar Ekspresi Berbasis Nilai dengan Penguatan Pengembangan Kecerdasan Emosi (Studi Kasus pada Anak Sekolah Dasar Kelas 3, 4, dan 5 di SDN Cisarua Kab. Bandung). (Disertasi Program

Doktor Sekolah Pascasarjana). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Kesenian. Seni Rupa Mengasah Kepekaan Sosial.Jakarta: Kompas. (28 April 2014)

Khan, Y. (2010). Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta: Pelangi Publishing

Koesoema, D. A. (2012). Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh. Yogyakarta: Kanisius

Kusaeri dan Suparanto. (2012). Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu


(52)

Ratih Kusumawati, 2015

Integrasi kebiasaan – kebiasaan baik ( Good Habits ) dalam pembelajaran seni rupa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kurniawan, S. (2013). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Kuwado, F.J. (2014). Jokowi Perintahkan Pencopotan Kepsek SDN 09 Makasar. Jakarta: Kompas.(6 Mei 2014)

Lestari. (2013). Undang-Undang Sisdiknas dan Sertifikasi Guru. Jogjakarta: Buku Biru

Lickona, T. (2013). Educating For Character . Diterjemahkan oleh: Wamaungo, J.A. Jakarta: Bumi Aksara

Lickona, T. (2012). Character Matters. Diterjemahkan oleh: Wamaungo, J.A. Jakarta: Bumi Akasara

Lipton, L dan Hubble, D. (2013). Sekolah Kreatif. Diterjemahkan oleh: Muttaqin,

R. Bandung: Nuansa Cendēkia

Listyarti, R. (2012). Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, & Kreatif. Pengantar oleh: Surakhmad, W. Jakarta: Esensi Eralngga Group

Lowenfeld, V dan Brittain, W. L. (1982). Creative and Mental Growth.New York: United State of Amerika

MacAloon. J. J. (1992). General Eucation in the Sosial Sciences. Centennial

Reflections on The College of the University of Chicago. University of

Chicago Press

Maftuh, B. (2009). Pendidikan Umum dan Pendidikan Nilai. Bandung: Program Studi Pendidikan Umum dan Nilai Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Majid, A. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Majid, A dan Andayani, D. (2012). Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung : ROSDA

Maksudin. (2013). Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Metler, C. A. (2011). Action Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Moleong, L.J. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mubayidh, M. (2006). Kecerdasan & Kesehatan Emosi Anak. Jakarta Timur: Al-Kautsar


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, S. (2012). Pembelajaran Nilai-Karakter. Depok: PT. Raja Gravindo Persada

Ainusysyam, F.Y. (2009). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bagian III Pendidikan Disiplin Ilmu: Pendidikan Akhlak. Bandung : PT. Imperial Bhakti Utama Agung, R.M.P dan Santo, T. N. (2012). Menjadi Seniman Rupa. Solo : PT. Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri

Aqid, J. (2011). Pendidikan Karakter Membangun Prilaku Positif anak bangsa. Bandung: CV.Yrama Widya

Aqid, J dan Sujak. (2012) Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Wydia

Ary, D. Dkk. (2011). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Penerjemah: Furchan, A. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. (2013). Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Budimasyah, D. (2012). Dimensi-dimensi Praktik Pendidikan Karakter. Bandung : Widya Aksara Press

Budimasyah, D. (2012). Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter. Bandung: Widya Aksara Press

Ching, F. D. K. (2002). Menggambar Sebuah Proses Kreatif. Judul asli: Drawing A Creative Process. Jakarta: Erlangga

Covey, S.T. (2002). Living The 7 Habits. Diterjemahkan oleh: Saputra, A. Jakarta: Binarupa Aksara

Creswell, J.W. (2010). Research Design. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Damajanti, I. (2006). Psikologi Seni. Bandung : PT. Kiblat Buku Utama

Davido, S. (2012). Mengenal Anak Melalui Gambar. Diterjemahkan oleh Miranda, A. Jakarta: Salemba Humanika

Dewantara, K.H. (1961). Karja Ki Hajar Dewantara. Jogjakarta: Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa


(2)

Dharsosno. (2007). Estetika. Bandung: Rekayasa Sains

Djiwandono, S.E.W. (2005). Konseling dan Terapi dengan Anak da Orang Tua. Jakarta: PT. Grasindo

Duhigg, C. (2013). The Power of Habit. Diterjemahkan oleh: Palar, D.T.W. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Elfindri, dkk. (2012). Pendidikan Karakter. Jakarta: Baduose Media Jakarta Fathurrohman, P. (2013). Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: PT.

Refika Aditama

Farida, dkk. (2012). Sekolah Menyenangkan. Bandung: Nuansa

Garha.O dan Bongsoe, M.O. (1975). Pendidikan Seni Rupa. Bandung: PT. Pelita Masa

Hamzah B, U. (2012). Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Harris. C.W. (1960). Encyclopedia of Educational Research. New York: The Macmillan Company

Hirawan, A. (2014). Art is Fun. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Home, H.D. (2011). Panduan Untuk Guru Kesenian Sekolah Dasar dan Menengah. Diterjemahkan oleh Prayitno, D. Jakarta Barat: PT. Indeks Karyono, T. (2012). Membangun Karakter Bangsa Melalui Stimulasi Model

Pembelajaran Menggambar Ekspresi Berbasis Nilai dengan Penguatan Pengembangan Kecerdasan Emosi (Studi Kasus pada Anak Sekolah Dasar Kelas 3, 4, dan 5 di SDN Cisarua Kab. Bandung). (Disertasi Program Doktor Sekolah Pascasarjana). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Kesenian. Seni Rupa Mengasah Kepekaan Sosial.Jakarta: Kompas. (28 April

2014)

Khan, Y. (2010). Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta: Pelangi Publishing

Koesoema, D. A. (2012). Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh. Yogyakarta: Kanisius

Kusaeri dan Suparanto. (2012). Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu


(3)

Kurniawan, S. (2013). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Kuwado, F.J. (2014). Jokowi Perintahkan Pencopotan Kepsek SDN 09 Makasar. Jakarta: Kompas.(6 Mei 2014)

Lestari. (2013). Undang-Undang Sisdiknas dan Sertifikasi Guru. Jogjakarta: Buku Biru

Lickona, T. (2013). Educating For Character . Diterjemahkan oleh: Wamaungo, J.A. Jakarta: Bumi Aksara

Lickona, T. (2012). Character Matters. Diterjemahkan oleh: Wamaungo, J.A. Jakarta: Bumi Akasara

Lipton, L dan Hubble, D. (2013). Sekolah Kreatif. Diterjemahkan oleh: Muttaqin, R. Bandung: Nuansa Cendēkia

Listyarti, R. (2012). Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, & Kreatif. Pengantar oleh: Surakhmad, W. Jakarta: Esensi Eralngga Group

Lowenfeld, V dan Brittain, W. L. (1982). Creative and Mental Growth.New York: United State of Amerika

MacAloon. J. J. (1992). General Eucation in the Sosial Sciences. Centennial Reflections on The College of the University of Chicago. University of Chicago Press

Maftuh, B. (2009). Pendidikan Umum dan Pendidikan Nilai. Bandung: Program Studi Pendidikan Umum dan Nilai Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Majid, A. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Majid, A dan Andayani, D. (2012). Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung : ROSDA

Maksudin. (2013). Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Metler, C. A. (2011). Action Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Moleong, L.J. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mubayidh, M. (2006). Kecerdasan & Kesehatan Emosi Anak. Jakarta Timur: Al-Kautsar


(4)

Muharam dan Sundaryati, W. (1991). Pendidikan Kesenian II (Seni Rupa). Jakarta: Departement Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan

Mulia, S.M. (2013). Karakter Manusia Indonesia. Bandung: Nuansa Cendikia Mulyasa. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT. Bumi Aksara Mulyasa. ( 2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Muslich, M. (2011). Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara Naim, N. (2012). Character Building. Jogjakarta. Arr-Ruzz Media

Permana, Triatna, c, dan Kesuma Dharma. (2012). Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Phenix, R. (1999). Realm of Meaning; A Philosophy of the Curriculum for General Educatioon, New York: Mc Graw Hill Book Company

Prawithasari, J.E. (2011). Psikologi Terapan. Jakarta: Erlangga

Ratna, N.K. (2011). Estetika Sastra dan Budaya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Rasyidin, W. (2009). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bagian I: Ilmu Pendidikan

Teoritis . Pedagogik teoritis. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama Read, H. (1951). The Meaning Of Art. London: Faber&Faber Limited Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Sadulloh, U, dkk. (2007). Pedagogik. Bandung : Cipta Utama

Sairin, W. (2013). Himpunan Peraturan di Bidang Pendidikan. Bandung: Yrama Widya

Samani, M dan Haryanto. (2011). Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Santo, dkk. (2012). Menjadi Seniman Rupa. Solo: Metagraf

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Saptono. (2011). Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter. Jakarta: Erlangga Esensi Group


(5)

Sauri, S. (2006). Membangun Komunikasi dalam Keluarga. Bandung : PT. Genesindo

Sauri, S. (2012). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam. Bandung: Risqi Press

Semiawan. C. R. (2008). Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Indeks

Sauri, S. (2006). Pendidikan Berbahasa Santun. Bandung : PT. Genesindo

Shunk, D. H. (2012). Learning Theories. Diterjemahkan oleh: Hamdiah dan Fajar.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sobandi, Bandi. (2008). Model Pembelajaran Kritik dan Apresiasi Seni Rupa. Solo: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Soetedja, Z.S. (2009). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan . Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu. Pendidikan Seni. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama

Sudewo, E. (2011). Character Building. Jakarta:Republika Penerbit

Sudira, M.B.O. (2010). Ilmu Seni Teori dan Praktik. Jakarta Timur: Inti Prima Sugiyono. (2013). Cara Mudah Menyusun: Skripsi,Tesis, dan Disertasi.

Yogyakarta: Alfabeta

Sujarwo. (2011). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sukmayandi. (2013). Seminar Nasional Kurikulum 2013

Sumardjo, J. (1999). Filsafat Seni. Bandung: ITB

Suparlan.(2011).Tanya Jawab Pengembangan Kurukulum dan Materi

Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Surya, M. (2013). Psikologi Guru. Bandung: Alfabeta

Suryadi, A. (2012). Pendidikan, Investasi SDM dan Pembangunan. Bandung: Widya Aksara Press

Susanto, M. (2011). Diksi Rupa. Yogyakarta : Direct Art Lab

Suyadi. (2014). Teori Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


(6)

Syarbini. A. (2012). Buku Pintar Pendidikan Karakter. Jakarta :As@-Prima Pustaka

Sheyoputri, S.Y. (2014:11). Dunia Pendidikan Krisis Keteladanan. Jakarta: Kompas. (3 Mei 2014)

Tadjudin, I.K. (2013). Periode Emas Pendidikan Jiwa Anak Muslim. Bandung: Kutibin

Tamsyah, B. R. (1996). Kamus Lengkap Sunda-Indonesia, Indonesia-Sunda, Sunda-Sunda. Bandung: CV. Pustaka Setia

Tarjo, E. (2004). Strategi Belajar Mengajar Seni Rupa . Bandung: UPI

Waruwu, F.E. (2010). Memangun Budaya Berbasis Nilai. Yogyakarta: Kanisius Widyoko, E. P. (2013). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Wiyani, N. A. (2013). Membumikan Pendidikan Karakter di SD. Jogjakarta:Ar. Ruzz Media

Yusuf, S dan Nurihsan, J.(2008).Teori Kepribadian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter. Jakarta; KENCANA PREADA MEDIA GROUP.