MEMOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA

URNA, Jurnal Seni Rupa merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Universitas Negeri Surabaya. URNA berisikan artikel konseptual, resume penelitian, dan tinjauan buku. Bertujuan untuk mengembangkan dan
mengomunikasikan secara luas perkembangan seni rupa dan pendidikan seni rupa
baik yang sifatnya teoretis maupun pragmatis. Terbit dua kali setahun, tiap bulan
Juni dan Desember.

Penanggung Jawab

: Eko A.B. Oemar

Ketua Penyunting

: I Nyoman Lodra

Wakil Ketua Penyunting : Asy Syams Elya Ahmad
Penyunting Ahli

: Djuli Djatiprambudi (Universitas Negeri Surabaya)
Martadi (Universitas Negeri Surabaya)
Sofyan Salam (Universitas Negeri Makassar)
Tjetjep Rohendi Rohidi (Universitas Negeri Semarang)


Penyunting Pelaksana

: Salamun Kaulam
Asidigisianti Surya Patria
Muhajir Nadhiputro
Marsudi

Sekretaris

: Nova Kristiana

Administrasi

: Fera Ratyaningrum

Alamat Redaksi:
Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Universitas Negeri Surabaya
Gedung T3 Lt. 2, Kampus Lidah Wetan Surabaya 64732
Telp/Fax. 031-7530865 | E-mail: urna.jurnalsenirupa@yahoo.co.id
urna.jurnalsenirupa@gmail.com | Website: http://www.urna-jurnalsenirupa.org


ISSN 2301–8135
© 2012 Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Universitas Negeri Surabaya

Gambar sampul depan: Dark Blue Face. Vector Graphics karya Salamun Kaulam (2010).

ISSN 2301–8135
Vol. 1, No. 2 (Desember 2012): 107–213

daftar isi
Artikel:
PRESIDEN SUKARNO DAN
PELUKIS Le MAYEUR DI BALI

107

Mikke Susanto (Institut Seni Indonesia, Yogyakarta)

BENTUK PEWARISAN SENI UKIR DI SANGGAR
“SUNGGING ADI LUWIH” JEPARA


115

Sulbi Prabowo (Universitas Negeri Surabaya)

SIMBOLISME DALAM KESENIAN JARANAN

127

Salamun Kaulam (Universitas Negeri Surabaya)

FUNGSI DAN MAKNA KESENIAN
SAPE` SONO’ MADURA

139

Budi Hariyanto (SMAN Pademawu, Pamekasan, Madura)

KONSTRUKSI SOSIAL DALAM DESAIN SAMPUL
AL QUR’ AN BERMOTIF BATIK


150

Tri Cahyo Kusumandyoko (Universitas Negeri Surabaya)

MAKNA TANDA PADA POSTER
FILM KUNTILANAK 2

162

Hendro Aryanto (Universitas Negeri Surabaya)

MEMOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA
Siti Mutmainah (Universitas Negeri Surabaya)

172

ISSN 2301–8135
Vol. 1, No. 2 (Desember 2012): 107–213


Resume Penelitian:
PENGARUH TEKNIK TUKING TERHADAP
KEMAMPUAN MENGGAMBAR

179

Agus Mardiwasono (SMPN 1 Prambon, Nganjuk)

TINJAUAN VISUAL RAGAM HIAS PERLENGKAPAN
PENGANTIN MADURA (BUSANA DAN TEMPAT
DUDUK PENGANTIN)

192

Fera Ratyaningrum & Asidigisianti S.P. (Universitas Negeri Surabaya)

Tinjauan Buku:
SELAMAT DATANG PENTAFONIK SENI

205


Anas Ahmadi (Universitas Negeri Surabaya)

Indeks Vol. 1, 2012

208

MEMOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
SENI RUPA

Siti Mutmainah

Abstrak: Motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisikondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu. Cara
pengajar membangkitkan minat belajar, memelihara rasa ingin tahu siswa, yaitu
dengan cara memberikan nilai, metode yang menarik, hadiah, kompetisi, memberikan tes, menemukan hasil, pujian, hukuman, penghargaan, dan pengakuan.
Pengajar Seni Rupa dapat memotivasi siswa belajar terkait dengan apresiasi
yaitu dengan cara penampilan semangat, menyampaikan tujuan pembelajaran,
memberi nilai, memberi poin, dan pemberian tugas. Sedang memotivasi siswa
terkait dengan ekspresi yaitu dengan cara menunjukkan contoh karya seni,
demonstrasi tugas dan memberikan nilai pada proses berkarya.

Abstract: Motivation is an attempt to provide a certain set of conditions, so someone
willing and wanting to do something. How to motivate teachers to learn that members
of arousing interest, nurture curiosity, by giving grade, prizes, competition, ego-in
involvement, give tests, find results, praise, punishment, etc. As an art teacher, we can
motivate students’ appreciation by giving them spirit, stating the learning goal, giving
them grade and point also tasks. Moreover motivating the students’ expression are by
showing them samples work of art, demonstrating and giving them grade in their learning process.
Kata kunci: motivasi, pembelajaran, seni rupa

Motivasi merupakan satu unsur paling penting dalam menunjang efektivitas
dan keberhasilan pembelajaran. Selain sebagai satu determinan dalam pembelajaran, motivasi merupakan komponen yang paling sukar untuk diukur. Bahkan
para ahli pun sukar untuk mendefinisikannya. Walaupun demikian, motivasi pada
dasarnya berhubungan dengan arah perilaku dan kekuatan respon yang diwujudkan dalam bentuk usaha.
Mc. Donald (dalam Hamalik, 2001: 158) mendefinisikan motivasi sebagai perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi dimulai dari adanya pe-

Siti Mutmainah adalah Staf Pengajar pada Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Surabaya.

172


rubahan energi dalam pribadi. Perubahan dalam motivasi timbul dari perubahanperubahan tertentu di dalam sistem neuropsikologis dalam organisme manusia.
Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan. Mula-mula merupakan ketegangan
psikologis, lalu merupakan suatu emosi, suasana emosi ini menimbulkan kelakuan
yang bermotif. Perubahan ini mungkin terjadi dan mungkin juga tidak, kita hanya
dapat melihatnya dalam perbuatan. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk
mencapai tujuan. Pribadi yang termotivasi mengadakan respon-respon yang mengarah pada suatu tujuan.
Motivasi belajar juga merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah ketrampilan, pengalaman. Motivasi mendorong minat belajar untuk mencapai suatu tujuan. Siswa
akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi mencari prestasi, mencari
jabatan, menjadi politikus dan memecahkan masalah. Hamalik (2001: 161) menjabarkan fungsi-fungsi motivasi dalam belajar, adalah sebagai pendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi, maka tidak akan timbul suatu
tindakan belajar. Motivasi belajar sebagai pengarah artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan. Motivasi bagaikan mesin bagi mobil
yang juga berfungsi sebagai penggerak. Besar kecilnya motivasi akan menentukan
cepat atu lambatnya suatu pekerjaan.
Prinsip-prinsip motivasi adalah memberi penguatan, dukungan dan arahan
pada perilaku yang erat kaitannya dengan prinsip-prinsip dalam belajar. Masalah
pokok yang dihadapi dalam belajar adalah proses belajar, karena motivasi merupakan sistem black box yang tidak dapat diamati secara langsung dan sulit menentukan kapan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang. Belajar merupakan
suatu proses yang rumit dan unik karena hanya dapat diamati perilaku belajarnya,
dan perubahan perilaku karena perbuatan tersebut dapat dilihat setelah dilakukan
penilaian.
MEMOTIVASI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR

Belajar memerlukan usaha. Kadang-kadang suatu mata pelajaran begitu mengasyikkan dan karena tingkat minat terhadap materi, materi tersebut berguna bagi
peserta didik sehingga mereka mau untuk mengerjakan tugas yang diperlukan dan
mempelajari materi pelajaran tanpa imbalan (intensif). Misal banyak peserta didik
dengan senang hati mengambil kursus fotografi dan serius demi kursus itu, malah
meskipun kursus itu tidak menjanjikan kredit atau gelar. Bagi siswa-siswa ini subjek
yang favorit itu sendiri memiliki nilai insentif (imbalan) intrinsik yang cukup untuk memotivasi mereka belajar. Memberikan motivasi kepada peserta didik berarti
memberdayakan afeksi mereka agar dapat melakukan sesuatu, melalui penguatan
langsung (eksternal), penguatan pengganti dan penguatan diri sendiri.
Pelajaran di sekolah tidak otomatis menarik atau berguna bagi peserta didik
dalam jangka pendek. Hal ini menyebabkan minat intrisik peserta didik tidak sta-

SITI MUTMAINAH, Memotivasi dalam Pembelajaran... •

173

bil antusias dalam belajar sehari-hari. Motivasi intrinsik siswa umumnya menurun
sejak kelas-kelas awal sekolah dasar sampai sekolah menengah. Oleh karena itu
sekolah menerapkan berbagai macam insentif ekstrinsik ganjaran untuk belajar.
Ganjaran atau imbalan tersebut tidak melihat materi pelajaran yang dipelajari.
Ganjaran ekstrinsik (dari luar) berupa pujian, nilai, pengakuan, hadiah, atau

penghargaan lain. Adanya penelitian tentang pengaruh ganjaran ekstrinsik terhadap motivasi instrinsik siswa mengajurkan untuk berhati-hati dalam memberikan ganjaran material untuk tugas-tugas yang menarik secara intrinsik. Pengajar
hendaknya berupaya membuat segala sesuatu yang mereka ajarkan semenarik
mungkin secara intrinsik. Pengajar hendaknya menghindari pemberian ganjaran
material apabila tidak diperlukan. Di lain pihak, pengajar hendaknya juga jangan
menghentikan pemberian ganjaran ekstrinsik apabila diperlukan saat peserta didik
memulai aktivitas belajar. Pemberian ganjaran ini seharusnya dihentikan setahap
demi setahap ketika peserta didik sudah mulai menikmati aktivitas belajar dan
berhasil menyelesaikannya.
Pelajaran di kelas seharusnya dapat meningkatkan motivasi intrinsik. Hal ini
berarti bahwa, pengajar harus berupaya agar peserta didik mereka tertarik dengan materi pelajaran yang akan dipresentasikan. Presentasi seharusnya dilakukan
dengan cara yang menarik sehingga memuaskan dan meningkatkan rasa ingin
tahu siswa terhadap materi itu sendiri. Membangkitkan minat sangatlah penting
untuk meyakinkan peserta didik bahwa materi yang akan dipresentasikan adalah
menarik dan pengetahuan yang diperoleh dari presentasi pengajar tersebut akan
berguna bagi siswa. Salah satu cara menarik minat peserta didik adalah dengan
membuka pelajaran dengan contoh-contoh yang mengaitkan materi pelajaran dengan latar belakang budaya siswa.
Untuk mempertahankan rasa ingin tahu siswa, pengajar seharusnya mahir
menggunakan berbagai macam cara untuk membangkitkan atau terus mempertahankan rasa ingin tahu sepanjang pelajaran itu berjalan. Berlyne (1965) membahas
konsep rasa ingin tahu epistemik (epistemic curiosity), yaitu perilaku yang tertuju
kepada perolehan pengetahuan, menguasai dan memahami lingkungan. Berlyne

berhipotesa bahwa rasa ingin tahu epistemik berasal dari konflik kosep, yang terjadi
pada saat informasi baru dirasakan bertentangan dengan pemahaman sebelumnya.
Berlyne menyarankan penggunaan secara hati-hati kegiatan, keragu-raguan, kebingungan, kekaguman dan kontradiksi (pertentangan antara dua hal yang sangat
berbeda) sebagai sarana untuk membangkitkan rasa ingin tahu epistemik.
Untuk menarik minat peserta didik dapat menggunakan berbagai macam
model presentasi dan materi yang menarik, yang ditunjang dengan berbagai
macam model presentasi (Shirley & Reynold, 1988). Sebagai misal, minat peserta
didik dalam suatu mata pelajaran dipertahankan dengan cara bergantian antara
film, pembicara lama dan demonstrasi. Untuk mencapai tujuan belajar penggunaan
tiap-tiap sumber belajar tersebut harus direncanakan dengan baik agar sumber be-

174 • URNA, Jurnal Seni Rupa: Vol. 1, No. 2 (Desember 2012): 172–178

lajar tersebut mengarah pada pencapaian tujuan pelajaran yang diinginkan, selain
untuk melengkapi aktivitas-aktivitas pembelajaran lainnya.
Penggunaan permainan atau simulasi atau bermain peran, merupakan latihan
peserta didik melakukan suatu peran terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang sesuai
dengan peran itu. Pengajar yang kreatif menggunakan simulasi yang dirancang
sendiri. Keuntungan simulasi adalah simulasi memungkinkan peserta didik belajar
dari dalam tentang suatu mata pelajaran. Meskipun penelitian tentang penggunaan simulasi menemukan bahwa keefektifan simulasi umumnya kecil atau tidak
lebih efektif daripada pengajaran tradisional untuk mengajarkan fakta dan konsep.
Penelitian-penelitian secara konsisten me-nemukan bahwa simulasi meningkatkan
minat, motivasi, dan pembelajaran ajektif siswa (Dures, 1978). Simulasi sudah
barang tentu dapat menanamkan berbagai pengetahuan ajektif dari suatu mata
pelajaran.
Permainan-permainan simulasi dapat juga meningkatkan motivasi belajar
suatu mata pelajaran. Teams–Games–Tournament, atau TGT (Slavin, 1995) yaitu permainan yang dapat diadaptasi untuk setiap mata pelajaran. Permainan tim pada
umumnya lebih baik daripada permainan individual. Permainan tim memberi
kesempatan kepada teman satu tim untuk saling membantu dan menghindari
satu masalah dalam permainan individual (siswa yang lebih mampu dapat terus
menerus menang). Apabila seluruh siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim yang
anggota-anggotanya memiliki kemampuan berbeda-beda, seluruh tim memiliki
peluang sama baiknya untuk berhasil (Slavin, 1995).
Prinsip dasar dari motivasi adalah membantu peserta didik menetapkan tujuan mereka sendiri dan bekerja keras untuk mencapai tujuan tersebut daripada peserta didik bekerja keras untuk tujuan yang ditetapkan oleh orang lain (peng-ajar).
Misalnya, seorang peserta didik dapat menetapkan sejumlah buku minimum yang
diharapkan dapat dicapai pada suatu kuis yang akan datang. Ketika pertemuan
penetapan tujuan berikutnya pengajar akan membahas keberhasilan atau kegagalan siswa mencapai tujuan tersebut dan menetapkan tujuan baru untuk minggu
berikutnya. Dalam pertemuan-pertemuan seperti itu, pengajar dapat membantu
peserta didik untuk belajar menetapkan tujuan yang ambisius (mengandung keinginan besar) namun realistis (wajar) dan memberikan hadiah bagi mereka yang
menetapkan dan berhasil mencapai tujuannya.
Pengajar memberikan harapan bagi siswa agar mengetahui secara tepat yang
dikehendaki ketika mengerjakan tugas serta bagaimana bentuk evluasi yang sesuai serta konskuensinya ketika berhasil. Sering kali, kegagalan siswa untuk tugas
tertentu disebabkan oleh kebingungan tentang apa yang diminta untuk mereka
kerjakan. Pengkomunikasian harapan dengan jelas merupakan hal yang penting
untuk memberikan tugas pada siswa.
Seseorang belajar tidak ditentukan oleh ketentuan-ketentuan yang datang
dari dalam dirinya, atau oleh situasi- situasi yang datang dari lingkungan, akan

SITI MUTMAINAH, Memotivasi dalam Pembelajaran... •

175

tetapi merupakan interaksi timbal balik determinan individu dan determinan lingkungan (Bandura, 1977; 11-12). Belajar merupakan perubahan perilaku seseorang
melalui latihan dan pengalaman. Motivasi akan memberi hasil yang lebih baik
terhadap perbuatan yang dilakukan seseorang. Hasil belajar dapat diukur dalam
bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, perubahan yang lebih
baik dibandingkan sebelumnya, misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak
santun menjadi santun.
Belajar melalui model, misalnya pengajar mendemonstrasikan konsep belajar
observasional memperlihatkan bahwa seseorang dapat belajar dengan mengamati
orang lain melakukan apa yang akan dipelajari. Yang perlu diperhatikan adalah
agar pesrta didik lebih banyak diberikan kesempatan untuk mengamati modelmodel prilaku yang baik atau sesuai yang diinginkan pengajar, dan mengurangi
kesempatan untuk melihat perilaku-perilaku yang tidak baik. Belajar model dapat
dilakukan dengan melalui fase-fase yaitu fase perhatian (attentional phase), fase
retansi (retention phase), fase reproduksi (reproduction phase), dan fase motivasi
(motivation phase), fase-fase ini akan menghasilkan keterampilan seseorang. Belajar
kebermaknaan, penyajian materi oleh pengajar mengandung makna bagi seluruh
peserta didik, pengajar menyampaikan materi mengkaitkan dengan pengalaman
siswa pada masa lampau, dan bagaimana mengantisipasi dimasa depan.
Melakukan interaksi, yang dimaksud di sini tidak terlepas dari unsur komunikasi, yaitu melibatkan komponen komunikator, komunikan, pesan dan media.
Konsepsi komunikasi mengandung pengertian memberitahukan pesan, pengetahuan dan pikiran-pikiran dengan maksud menggugah partisipasi seseorang
komunikan, sehingga persoalan yang dibicarakan menjadi milik dan tanggung
jawab bersama. Pengajar harus mampu menyajikan informasi dengan menarik.
Suatu informasi yang disampaikan dengan teknik yang baru, dengan kemasan
yang bagus didukung oleh alat-alat berupa sarana atau media yang belum pernah
dikenal sebelumnya oleh siswa, sehingga menarik perhatian mereka untuk belajar.
Alat-alat tersebut tidak harus mewah, dapat diciptakan dari material yang ada di
lingkungan peserta didik.
Setelah materi pelajaran disampaikan pengajar di depan kelas dan kemudian
diberikan umpan balik pada beberapa orang peserta didik, setelah itu peserta didik
diminta untuk mengulangi kesimpulan materi yang disampaikan dalam bentuk
poin-poin, pengajar menulis poin-poin materi yang telah diuraikan sebelumnya
untuk diingat kemudian catatan dihapus dari papan tulis. Peserta didik diberikan
kesempatan untuk mengingat materi-materi tersebut, secara acak mereka dipanggil ke depan kelas untuk mengulangi poin-poin tersebut. Cara ini untuk menumbuhkan tanggung jawab masing-masing siswa terhadap penggunaan materi.
Belajar tidak harus di dalam kelas, belajar dapat dilakukan di alam bebas,
tatkala peserta didik sudah jenuh di dalam kelas, sebagai pengajar dapat membawanya belajar dalam bentuk wisata untuk menumbuhkan minat belajar baru, dan

176 • URNA, Jurnal Seni Rupa: Vol. 1, No. 2 (Desember 2012): 172–178

waktunya diatur tidak menganggu pelajaran yang lain, umpamanya pada hari libur
atau diluar jam aktif. Pengajar mengajak para peserta didik pergi melihat berbagai
keadaan dan kejadian alam. Belajar melalui wisata alam akan berkesan di dalam
pikiran mereka dan mengembangkan pemikirannya, merangsang mereka untuk
berbuat karena mereka membuktikan dan menyaksikan sendiri kejadian alam yang
di sekitarnya. Wisata alam bagi peserta didik dapat merupakan laboratorium dari
bidang studi. Kegiatan pembelajaran seperti ini termasuk mencerdaskan, mendewasakan, peserta didik. Pelajaran yang dapat melalui wisata alam akan mendorong
menyambung pikiran siswa (learning to think), menambah pengalaman belajar baru
(learning to experience), menimbulakan rasa kepedulian, rasa kasih sayang (learning
to compassion and to love), dan rasa tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya
(learning to love together).
MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA
Pembelajaran seni rupa bisa dilakukan dengan pendekatan ekspresi atau
pendekatan apresiasi. Pendekatan apresiasi adalah pendekatan pembelajaran yang
berkaitan dengan pengetahuan atau teori-teori. Sedangkan pendekatan ekspresi
adalah pendekatan pembelajaran yang berkaitan dengan kinerja atau praktik. Penyampaian materi yang bersifat teori pada umumnya kurang diperhatikan oleh
peserta didik. Penyampaian materi sebaiknya dilakukan tidak hanya dengan pemaparan, namun juga langsung memberi contoh dengan memperagakan suatu
kegiatan.
Peserta didik yang bertanya atau memberi jawaban diberikan poin, hal ini dilakukan agar peserta didik selalu berusaha untuk ingin tahu. Pengajar hendaknya
tidak selalu duduk di depan kelas tetapi juga berdiri dan jalan ke arah belakang
sambil memperhatikan seluruh peserta didik. Hal ini dilakukan agar peserta didik
selalu mengikuti dan memperhatikan proses pembelajaran dari awal sampai akhir.
Disela-sela menerangkan, pengajar juga mengajukan pertanyaan terkait dengan
materi terutama ditujukan pada peserta didik yang kurang memperhatikan. Mahasiswa seni rupa sebagai peserta didik sudah terbiasa dengan kerja praktik dan tidak
begitu mengutamakan segi teori, maksudnya kalau diberi materi yang bersifat teori
kurang berminat sehingga pada saat pembelajaran berlangsung kurang kondusif.
Maka sebagai pengajar, hendaknya pada saat menyampaikan materi yang bersifat
teori memberikan tugas-tugas dengan tulis tangan baik tugas di kelas atau tugas di
rumah, dan dikumpulkan tepat waktu.
Pada saat menyampaikan materi yang bersifat ekspresi yang mengutamakan
kinerja atau praktik juga selalu semangat. Menyampaikan tujuan pembelajaran
mutlak dilakukan agar peserta didik paham arah atau tujuan kita mempelajari
suatu materi. Sebelum memberi tugas, pengajar memberikan contoh-contoh karya
agar dapat digunakan sebagai acuan penyelesaian tugas, serta juga mendemonstrasikan di depan kelas cara bagaimana menyelesaikan tugas yang diberikan. Hal

SITI MUTMAINAH, Memotivasi dalam Pembelajaran... •

177

ini agar peserta didik yakin bahwa pengajar bukan hanya sekedar memberi tugas
tapi juga mampu melakukannya. Pengajar harus selalu mengecek kemajuan belajar peserta didik dengan meminta tugas yang dikerjakan di kelas saat pertemuan
berlangsung dan memberi poin pada peserta didik yang mengalami kemajuan, ini
yang dinamakan bahwa “proses kerja” itu sangat penting.
KESIMPULAN
Belajar merupakan perubahan perilaku seseorang melalui latihan dan pengalaman. Motivasi akan memberikan hasil lebih baik terhadap perubahan yang
dilakukan seseorang. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan tingkah lakunya peranan dan koneksi untuk mencapai
tujuan. Motivasi merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang utuk
dapat melakukan kegiatan belajar, menambah keterampilan dan pengalaman.
Motivasi berfungsi untuk: mendorong timbulnya kelakuan atau sesuatu perbuatan, sebagai penggerak, dan sebagai pengarah. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri siswa, yang dapat mendukung/mempertahankan
motivasi intrinsik. Hal-hal yang dapat dilakukan guru dalam memotivasi siswanya
untuk mau belajar, rajin belajar, semangat belajar antara lain: pujian, nilai, hadiah,
penghargaan, dan metode pengajaran yang menarik.
Pembelajaran seni rupa yang berpendekatan apresiasi, peserta didik dapat dimotivasi dengan penampilan semangat, penyampaian tujuan pembelajaran,
pemberian contoh, peragaan, pemberian tugas dengan tulis tangan, pertanyaan tak
terduga dan pemberian poin. Pembelajaran seni rupa yang berpendekatan ekspresi,
peserta didik dapat dimotivasi dengan penampilan semangat, penyampaian tujuan
pembelajaran, pemberian contoh, demonstrasi kerja, dan melakukan penilaian
proses kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Bandura. 1986. Social Foundation of Thonght and Action: A Social-cognitive theory. New York:
Prentice Hall.
Berlyne, D. E. (1965). Structure and Direction in Thinking. New York: McGraw-Hill
Dures. 1978. Learning with Simulation and Games. Beverly Hills: Sage.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Shirley & Reynolds. 1988. “Effect of Interest on Attention and Learning”. Journal of Educational
Psycology. 80, Hlm. 159-160
Slavin. 1995. Educational Psycology Theory and Practice. Boston: Allyn and Bacon.

178 • URNA, Jurnal Seni Rupa: Vol. 1, No. 2 (Desember 2012): 172–178