Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Dalam Kurikulum 2013 (Studi Kasus di SMP Negeri 2 Purworejo) BAB I
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DALAM KURIKULUM 2013 ( Studi Kasus di SMP Negeri 2 Purworejo)
TESIS Disusun Untuk Memen
PROG
UNIVER
ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DALAM KURIKULUM 2013 ( Studi Kasus di SMP Negeri 2 Purworejo)
TESIS
Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Deraj Program Studi Pendidikan Sejarah
Disusun oleh:
Selviarius Indria Agustina
S 8610302015
PROGRAM PASCASARJANA
GRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
ERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2015
ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DALAM KURIKULUM 2013 ( Studi Kasus di SMP Negeri 2 Purworejo)
TESIS
erajat Magister
(2)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memasuki abad 21 ditandai oleh perubahan mendasar dalam segala aspek
kehidupan khususnya perubahan politik, hukum, dan kondisi ekonomi
menimbulkan perubahan secara signifikan dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Pada tahun 2003 disahkannya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yang berisi tentang pendidikan adalah sadar usaha
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan peran lingkungan sosial. Melalui
pergaulan dan hubungan sosial, peserta didik akan belajar lebih efektif
dibandingkan dengan belajar yang menjauhkan dari hubungan sosial.
Sedangkan Pasal 37 UU Sisdiknas mengemukakan bahwa mata pelajaran IPS
merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan
menengah. Salah satu implikasi dari ketentuan undang-undang tersebut adalah
lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) yang digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum,
tenaga pendidik, sarana-prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Standar
Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.Standar Nasional
(3)
Pendidikan bertujuan menjamin mutu dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Untuk
mencapai tujuan tersebut, sejak Juli 2013 telah terjadi perubahan kurikulum yaitu
Kurikulum 2013 meskipun implementasinya baru sebagian sekolah di
masing-masing kabupaten. Adanya perubahan kurikulum 2013 ini disebabkan oleh
beberapa kelemahan yang ditemukan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP 2006) menurut Mulyasa (20013: 61) antara lain:
1. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat dan banyaknya mata
pelajaran maupun banyaknya materi dengan tingkat kesukaran melampaui
tingkat perkembangan usia anak.
2. Kompetensi lulusan saat ini belum sepenuhnya menekankan pendidikan
karakter, belum menghasilkan keterampilan sesuai dengan kebutuhan,
padahal secara konseptual menghasilkan lulusan berkarakter mulia dan
menghasilkan keterampilan yang relevan.
3. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru yang berorientasi pada buku
teks dan buku teks hanya memuat materi bahasan sehingga kurang sesuai
dengan konsep ideal KTSP:
4. Penilaian yang dilakukan di sekolah masih menekankan pada aspek kognitif
melalui tes sebagai cara penilaian yang dominan, sedangkan konsep secara
ideal yaitu menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara
proporsional melalui penilaian tes pada portofolio saling melengkapi.
(4)
5. Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan
belum sepenuhnya menggambarkan siswa (pengetahuan, keterampilan, dan
sikap).
6. Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan
masyarakat, seperti: pendidikan kharakter, kesadaran lingkungan, pendekatan
dan metode pembelajaran konstruktifistik, keseimbangan soft skill and hard
skill, serta jiwa kewirausahaan belum terakomodasi di dalam kurikulum.
Dalam kerangka inilah perlunya pengembangan kurikulum 2013 untuk menghadapi
berbagai masalah dan tantangan masa depan yang semakin lama semakin rumit dan
kompleks. Berbagai tantangan masa depan antara lain berkaitan dengan globalisasi
dan pasar bebas, masalah lingkungan hidup, pesatnya kemajuan teknologi informasi,
konvergensi ilmu dan teknologi,ekonomi berbasis pengetahuan, kebangkitan industri
kreatif dan budaya, dan sebagainya (Mulyasa, 20013:63).
Menurut Kemendikbud (2013:2) dalam menghadapi tantangan tersebut
dibutuhkan kekuatan diri dari masing-masing warga negara dan kekuatan kohesi
sosial dalam bidang politik, ekonomi, dan budaya. Kekuatan diri yang diharapkan
menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab
dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Sedangkan kohesi sosial yang
dibutuhkan adalah kekuatan kebersamaan, komitmen, dan kearifan untuk
bahu-membahu dalam membangun bangsa.Untuk mengha dapi tantangan tersebut, bangsa
Indonesia memupuk nasionalisme budaya (Culture nasionalism) yang berarti
(5)
pengakuan terhadap budaya etnis yang beragam, yang lahir dan berkembang di dalam
masyarakat Indonesia yang bhinekka.Setelah itu, perlu mengelola Sumber Daya Alam
(SDA) untuk menjamin kesejahteraan bangsanya berdasarkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan prinsip keadilan sosial dan meningkatkan daya saing produk barang
dan jasa melalui peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia sebagai subyek dalam
persaingan tersebut.
Tantangan tersebut menimbulkan tuntutan bagi pendidikan sekarang ini yaitu
meningkatkan mutu pendidikan. Faktor utama penentu baik buruknya mutu
pendidikan, yaitu: kualitas tenaga pendidik dan fasilitas belajar, seperti: buku teks
yang relevan dengan pemikiran para pakar, dan sumber belajar lainnya. Sebagai
upaya peningkatan kualitas pendidikan, pemerintah telah memberikan Pendidikan dan
Latihan Profesi Guru (PLPG), sertifikasi guru, penyempurnaan kurikulum secara
periodik, perbaikan sarana-prasarana pendidikan sampai dengan peningkatan mutu
manajemen. Namun, indikator kearah mutu pendidikan belum menunjukkan
peningkatan signifikan.
Hal ini terlihat dalam hasil studi PISA (Program for Internaisonal Student
Assesment), yaitu studi yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan
IPA, menunjukkan peringkat Indonesia menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara.
Hasil studi TIMSS (Trends in Internasional mathematics and Science Study)
menunjukkan siswa Indonesia berada pada rangking amat rendah dalam kemampuan
(1) memahami informasi yang kompleks, (2) teori, analisis, dan pemecahan masalah
(3) pemakaian alat, prosedur, dan pemecahan masalahan, dan (4) melakukan
(6)
investigasi. Hasil studi ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi kurikulum
dengan tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek kemampuan
esensial yang diperlukan semua warga negara untuk berperan serta dalam
membangun negara pada masa mendatang (Kemendikbud, 2013:8).
Oleh karena itu, dalam rencana strategi pendidikan nasional, sedikitnya terdapat
lima permasalahan yang pemecahannya harus diprioritaskan. Permasalahan tersebut
berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan, peningkatan efisiensi pengelolaan
pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan, pemerataan layanan pendidikan, dan
pendidikan karakter.Pertama, upaya peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan
menetapkan tujuan dan standar kompetensi pendidikan, yaitu melalui konsensus
nasional antara pemerintah dengan seluruh lapisan masyarakat.Kedua, peningkatan
efisiensi pengelolaan pendidikan mengarah pada penataan kurikulum berbasis
kompetensi dan karakter, dengan memberi kepercayaan yang lebih luas kepada
sekolah untuk megoptimalkan sumber daya yang tersedia bagi tercapainya tujuan
pendidikan yang diharapkan.Ketiga, peningkatan relevansi pendidikan mengarah
pada pendidikan berbasis masyarakat, dengan pendekatan partisipatif. Peningkatan
peran serta partisipasi orang tua dan masyarakat pada level kebijakan (pengambilan
keputusan) dan level operasional melalui komite (dewan) sekolah. Keempat,
pemerataan layanan pendidikan mengarah pada pendidikan yang berkeadilan.Hal ini
berkenaan dengan penerapan formula pembiayaan pendidikan adil dan kompetensi
minimal serta pemerataan pelayanan pendidikan bagi peserta didik pada semua
lapisan masyarakat.Kelima, pendidikan berkarakter untuk menumbuhkembangkan
(7)
seluruh karakter bangsa dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan secara utuh dan
menyeluruh (Mulyasa, 2013:5).Perlu diketahui bahwa Kurikulum 2013 merupakan
tindaklanjut dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Competency Based
Curriculum yangdijadikan sebagai acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan
untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan,
khususnya pada jalur pendidikan sekolah).
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) berorientasi pada: 1. Hasil dan dampak
yang diharapkan muncul pada diri siswa melalui serangkaian pengalaman belajar
yang bermakna, dan 2. Keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan apa
yang diharapkan dapat diketahui, disikapi atau dilakukan siswa dalam setiap tingkat
kelas dan sekolah sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara
bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten (Trianto, 2013:17). Hal tersebut
didukung oleh Puskur dalam Masnur Muslich (2012:16) tentang pembelajaran
kompetensi memberikan rumusan bahwa kompetensi merupakan pengetahuan,
keterampilan, dan nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak.Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus-menerus
memungkinkan seseorang menjadi kompeten dalam arti memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan nilai dasar untuk melakukan sesuatu.Oleh karena itu, kurikulum
2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, khususnya
IPS
yaitu menggunakan pendekatan ilmiah
(scientifik). Dasar pendekatan
pembelajaran scientifik menyentuh pada tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Lebih lanjut, Kemendikbud (2013:17) implementasi Kurikulum 2013
(8)
berbasis kompetensi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan strategi kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) dan dengan pendekatan scientific. Adapun asas
pembelajaran dalam Kurikulum 2013 adalah konstruktivistik.Nurhadi dan
kawan-kawan (dalam kutipan Baharuddin, 2007:115) mengemukakan bahwa siswa perlu
dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak
mereka sendiri.Oleh karena itu, pembelajaran IPS berasaskan konstruktivistik perlu
menggunakan beberapa model yaitu: model Problem Basic Learning, Project Basic
Learning, Discovery Learning, dan Cooperative Learning. (Baharuddin, 2007:129).
Guru sebagai pelaksana utama pembelajaran harus memiliki kemampuan memahami,
memilihdan menggunakan strategi, pendekatan, model dan metode pembelajaran,
melakukan perubahan dan melakukan pengembangan keterampilan mengajar. Guru
harus memperhatikan model pembelajaran karena model pembelajaran merupakan
kunci terlaksananya proses pembelajaran di kelas.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu
seperti: Geografi, Sejarah, Ekonomi, dan Sosiologi. IPS membahas hubungan antar
manusia dengan lingkungannya.Lingkungan masyarakat dimana peserta didik tumbuh
dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dihadapkan pada berbagai
permasalahan yang terjadi di lingkungannya sekitar.Oleh karena itu, tujuan
pembelajaran IPS ialah membina para peserta didik menjadi warga negara yang
mampu mengambil keputusan secara demokratis dan rasional yang dapat diterima
(9)
oleh semua golongan yang ada di masyarakat (Kemendikbud 2013:2).Agar peserta
menjadi warga negara yang baik, tugas guru tidak hanya mengajar tetapi membentuk
kepribadian peserta didik.Pembentukan kepribadian peserta didik dilakukan melalui
perilaku guru setiap hari maupun dengan menggunakan metode pembelajaran.
Metode pembelajaran yang memiliki unsur karakter, yaitu: diskusi, sosiodrama,
problem solving, belajar kelompok, penugasan dan sebagainya. Hal ini terkait dengan
adanya masalah dalam kehidupan masyarakat, seperti: tawuran antar pelajar,
menyontek, tidak jujur, kurang bertanggung jawab, kurang mandiri, kurang peduli,
dan lain-lain. Penilaian yang ditekankan dalam kurikulum 2013 yaitu penilaian
authentic.Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang
bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan.
Keberhasilan Kurikulum 2013 dalam membentuk kompetensi dan karakter
disekolah dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari-hari yang tampak dalam setiap
aktivitas peserta didik dan warga sekolah lainnya. Perilaku tersebut antara lain
diwujudkan dalam bentuk: kesadaran, kejujuran, keikhlasan, kesederhanaan,
kemandirian, kepedulian, kebebasan dalam bertindak, kecermatan, ketelitian, dan
komitmen. Untuk menanggapi rencana strategi pendidikan nasional khususnya point
kelima pendidikan berkarakter untuk menumbuhkembangkan seluruh karakter bangsa
dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan secara utuh dan menyeluruh, diperlukan
keterlibatan semua komponen (stakeholders) termasuk komponen yang ada dalam
sistem pendidikan itu sendiri.Komponen-komponen tersebut antara lain kurikulum,
(10)
rencana pembelajaran, proses pembelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan
pengembangan diri peserta didik, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan serta
etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah (Mulyasa, 2013: 9).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, dapat
diidentifikasi masalah, sebagai berikut:
1. Adanya perubahan kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) menjadi Kurikulum 2013 disebabkan oleh salah satu upaya
mencapai tujuan pendidikan dalam Standar Nasional Pendidikan dan
disebabkan pula beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP.
2. Rendahnya mutu pendidikan Indonesia mengingat hasil studi PSIA dan
TIMSS yang menunjukkan peringkat Indonesia menduduki 10 besar
terbawah dari 65 negara memerlukan upaya peningkatan mutu pendidikan.
3. Lima permasalahan yang pemecahannya harus diprioritaskan, yaitu:
peningkatan
mutu
pendidikan,
peningkatan
efisiensi
pengelolaan
pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan, pemerataan layanan pendi
dikan, pendidikan berkarakter.
4. Terjadinya perilaku yang kurang terpuji dalam diri peserta didik
memerlukan pembentukan karakter khususnya pada pembelajaran IPS.
(11)
5. Pentingnya guru harus menguasai dan mengimplementasikan pendekatan,
model dan metode pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 sebagai upaya
mencapai pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah disajikan di atas, maka
masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013 di SMP
Negeri 2 Purworejo?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013 di SMP
Negeri 2 Purworejo?
3. Bagaimana evaluasi pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013
di SMP Negeri 2 Purworejo?
4. Bagaimana kendala pembelajaran IPS
dalam kurikulum 2013 di SMP
Negeri 2 Purworejo?
5. Bagaimana cara guru mengatasi kendala pembelajaran IPS dalam kurikulum
2013 di SMP Negeri 2 Purworejo?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian mengenai pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Purworejo bertujuan
untuk:
1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013 di
SMP Negeri 2 Purworejo.
(12)
2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013 di
SMP Negeri 2 Purworejo.
3. Mendeskripsikan evaluasi pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum
2013 di SMP Negeri 2 Purworejo.
4. Mendeskripsikan kendala pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013 di SMP
Negeri 2 Purworejo.
5. Mendeskripsikan cara guru mengatasi kendala pembelajaran IPS dalam
kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Purworejo.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian yang diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi
bagi institusi, masyarakat dan peneliti.
1. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pendidikan
dan mengembangkan teori pendidikan dalam upaya meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan guru dalam
mengimplementasikan pembelajaran IPS berdasarkan Kurikulum 2013 pada
semester berikutnya menjadi lebih efektif.
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang pembelajaran IPS yang sesuai dengan kurikulum 2013 di SMP Negeri 2
Purworejo.
4. Bagi siswa, dapat memperoleh suasana belajar yang bervariatif, menarik, dan
memotivasi belajar dengan adanya penerapan Kurikulum 2013 dalam kegiatan
(13)
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis,
memecahkan masalah dan berkompetisi dalam meraih prestasi serta kreatif.
(1)
berbasis kompetensi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan strategi kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) dan dengan pendekatan scientific. Adapun asas
pembelajaran dalam Kurikulum 2013 adalah konstruktivistik.Nurhadi dan
kawan-kawan (dalam kutipan Baharuddin, 2007:115) mengemukakan bahwa siswa perlu
dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak
mereka sendiri.Oleh karena itu, pembelajaran IPS berasaskan konstruktivistik perlu
menggunakan beberapa model yaitu: model Problem Basic Learning, Project Basic
Learning, Discovery Learning, dan Cooperative Learning. (Baharuddin, 2007:129).
Guru sebagai pelaksana utama pembelajaran harus memiliki kemampuan memahami,
memilihdan menggunakan strategi, pendekatan, model dan metode pembelajaran,
melakukan perubahan dan melakukan pengembangan keterampilan mengajar. Guru
harus memperhatikan model pembelajaran karena model pembelajaran merupakan
kunci terlaksananya proses pembelajaran di kelas.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu
seperti: Geografi, Sejarah, Ekonomi, dan Sosiologi. IPS membahas hubungan antar
manusia dengan lingkungannya.Lingkungan masyarakat dimana peserta didik tumbuh
dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dihadapkan pada berbagai
permasalahan yang terjadi di lingkungannya sekitar.Oleh karena itu, tujuan
pembelajaran IPS ialah membina para peserta didik menjadi warga negara yang
mampu mengambil keputusan secara demokratis dan rasional yang dapat diterima
(2)
oleh semua golongan yang ada di masyarakat (Kemendikbud 2013:2).Agar peserta
menjadi warga negara yang baik, tugas guru tidak hanya mengajar tetapi membentuk
kepribadian peserta didik.Pembentukan kepribadian peserta didik dilakukan melalui
perilaku guru setiap hari maupun dengan menggunakan metode pembelajaran.
Metode pembelajaran yang memiliki unsur karakter, yaitu: diskusi, sosiodrama,
problem solving, belajar kelompok, penugasan dan sebagainya. Hal ini terkait dengan
adanya masalah dalam kehidupan masyarakat, seperti: tawuran antar pelajar,
menyontek, tidak jujur, kurang bertanggung jawab, kurang mandiri, kurang peduli,
dan lain-lain. Penilaian yang ditekankan dalam kurikulum 2013 yaitu penilaian
authentic.Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang
bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan.
Keberhasilan Kurikulum 2013 dalam membentuk kompetensi dan karakter
disekolah dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari-hari yang tampak dalam setiap
aktivitas peserta didik dan warga sekolah lainnya. Perilaku tersebut antara lain
diwujudkan dalam bentuk: kesadaran, kejujuran, keikhlasan, kesederhanaan,
kemandirian, kepedulian, kebebasan dalam bertindak, kecermatan, ketelitian, dan
komitmen. Untuk menanggapi rencana strategi pendidikan nasional khususnya point
kelima pendidikan berkarakter untuk menumbuhkembangkan seluruh karakter bangsa
dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan secara utuh dan menyeluruh, diperlukan
keterlibatan semua komponen (stakeholders) termasuk komponen yang ada dalam
sistem pendidikan itu sendiri.Komponen-komponen tersebut antara lain kurikulum,
(3)
rencana pembelajaran, proses pembelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan
pengembangan diri peserta didik, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan serta
etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah (Mulyasa, 2013: 9).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, dapat
diidentifikasi masalah, sebagai berikut:
1. Adanya perubahan kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) menjadi Kurikulum 2013 disebabkan oleh salah satu upaya
mencapai tujuan pendidikan dalam Standar Nasional Pendidikan dan
disebabkan pula beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP.
2. Rendahnya mutu pendidikan Indonesia mengingat hasil studi PSIA dan
TIMSS yang menunjukkan peringkat Indonesia menduduki 10 besar
terbawah dari 65 negara memerlukan upaya peningkatan mutu pendidikan.
3. Lima permasalahan yang pemecahannya harus diprioritaskan, yaitu:
peningkatan
mutu
pendidikan,
peningkatan
efisiensi
pengelolaan
pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan, pemerataan layanan pendi
dikan, pendidikan berkarakter.
4. Terjadinya perilaku yang kurang terpuji dalam diri peserta didik
memerlukan pembentukan karakter khususnya pada pembelajaran IPS.
(4)
5. Pentingnya guru harus menguasai dan mengimplementasikan pendekatan,
model dan metode pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 sebagai upaya
mencapai pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah disajikan di atas, maka
masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013 di SMP
Negeri 2 Purworejo?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013 di SMP
Negeri 2 Purworejo?
3. Bagaimana evaluasi pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013
di SMP Negeri 2 Purworejo?
4. Bagaimana kendala pembelajaran IPS
dalam kurikulum 2013 di SMP
Negeri 2 Purworejo?
5. Bagaimana cara guru mengatasi kendala pembelajaran IPS dalam kurikulum
2013 di SMP Negeri 2 Purworejo?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian mengenai pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Purworejo bertujuan
untuk:
1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013 di
SMP Negeri 2 Purworejo.
(5)
2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013 di
SMP Negeri 2 Purworejo.
3. Mendeskripsikan evaluasi pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum
2013 di SMP Negeri 2 Purworejo.
4. Mendeskripsikan kendala pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013 di SMP
Negeri 2 Purworejo.
5. Mendeskripsikan cara guru mengatasi kendala pembelajaran IPS dalam
kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Purworejo.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian yang diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi
bagi institusi, masyarakat dan peneliti.
1. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pendidikan
dan mengembangkan teori pendidikan dalam upaya meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan guru dalam
mengimplementasikan pembelajaran IPS berdasarkan Kurikulum 2013 pada
semester berikutnya menjadi lebih efektif.
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang pembelajaran IPS yang sesuai dengan kurikulum 2013 di SMP Negeri 2
Purworejo.
4. Bagi siswa, dapat memperoleh suasana belajar yang bervariatif, menarik, dan
memotivasi belajar dengan adanya penerapan Kurikulum 2013 dalam kegiatan
(6)